Perilaku Pasangan Usia Subur Terhadap Cara Penjarangan Kehamilan Secara Alamiah Atau Tradisional di Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana
peningkatan mutu masyarakat sangatlah penting sebagai salah satu syarat untuk menjadi
negara maju. Kualitas kesehatan masyarakat merupakan bagian dari pembangunan
nasional untuk memajukan suatu negara. Peningkatan kualitas kesehatan dilakukan
berdasarkan visi pembangunan kesehatan. Adapun visi pembangunan kesehatan ialah
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal yang diperoleh dari lingkungan dan perilaku
hidup sehat, serta mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memiliki
derajat kesehatan individu yang setinggi – tingginya.
Diantara negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia Indonesia menempati
urutan ke–empat di dunia dengan jumlah penduduk terbesar setelah Cina, India dan
Amerika Serikat. Jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010, berdasarkan hasil sensus
penduduk adalah sebanyak 237.556.363 jiwa yang terdiri dari 119.507580 jiwa laki-laki
dan 118.048.783 jiwa perempuan. Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangatlah cepat.
Pada tahun 2015, penduduk Indonesia sebanyak 255.461.686. Hal ini juga dipengaruhi
oleh angka harapan hidup di Indonesia yang terus meningkat dimana ditahun 2000 umur
harapan hidup penduduk di Indonesia adalah umur 66,0 tahun sedangkan di tahun 2015
umur harapan hidup meningkat sampai umur 70,1 tahun. (Badan Pusat Statistik)
Perkembangan penduduk yang cepat akan mempengaruhi kehidupan dimasyarakat

diantaranya bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, lapangan perkerjaan, kehidupan
sosial ekonomi dan lingkungan hidup. Untuk memecahkan masalah tersebut maka
pemerintah melakukan program KB, terutama di Indonesia masih banyak kita temukan
yang memiliki banyak anak (keturunan) dimana hal ini di pengaruhi oleh budaya “banyak

Universitas Sumatera Utara

anak banyak rejeki” sehingga masyarakat percaya apabila mereka memiliki banyak anak
maka akan membawa berkah yang melimpah, tanpa memikirkan bagaimana cara
menghidupi dan membesarkan anak.
Berdasarkan Rakerda pembangunan kependudukan dan keluarga berencana 2014
provinsi Sumatera Utara, pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan kualitas
penduduk yang merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat mendukung
pembangunan nasional yang berkelanjutan. Kependudukan, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga merupakan program yang strategis untuk meningkatkan
kesejahteraan

generasi

sekarang


dan

generasi

mendatang.

Pembangunan

yang

berkelanjutan sulit dicapai jika berbagai sasaran program kependudukan, keluarga
berencana dan pembangunan keluarga tidak akan tercapai bila kondisi dinamika
kependudukan tidak

diintegrasikan dan dijadikan acuan oleh berbagai sektor

pembangunan. Bagaimanapun tingginya pembangunan ekonomi tidak akan berdampak
banyak untuk kesejahteraan penduduk jika pertumbuhan penduduk tidak terkendali dan
berbagai ketimpangan yang ada di masyarakat tidak menjadi perhatian.

Karena itu seluruh aspek pembangunan termasuk kependudukan, keluarga
berencana dan pembangunan keluarga, hendaknya mengacu pada dokumen Proyeksi
Penduduk Indonesia tahun 2010-2035 dengan berbagai dinamikanya dan secara khusus
mempertimbangkan masa dimana peluang pemanfaatan bonus demografi secara optimal
benar-benar harus disadari oleh setiap pelaku pembangunan.
Keluarga berencana merupakan salah satu program sosial dasar yang sangat
strategis bagi upaya peningkatan kualitas keluarga dan kemajuan suatu bangsa. Dalam UU
No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga,
keluarga berencana (KB) didefenisikan sebagai upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan

Universitas Sumatera Utara

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas maka sesuai dengan peraturan kepala
BKKBN No.72/PER/B5/2011 tentang kependudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan
organisasi dan tata kerja lembaga pemerintah non kementrian, BKKBN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintah di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas
tersebut BKKBN menyelenggarakan fungsi yaitu, perumusan kebijakan nasional di bidang

pengendalian penduduk dan penyelenggaraan Keluarga berencana, pelaksanaan advokasi
dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
serta pembinaan, pembimbingan dan fasilitasi dibidang pengendalian penduduk dan KB.
Langkah BKKBN dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, dirumuskanlah
beberapa kebijakan dan strategi akselerasi pembangunan KB. Hal ini disebabkan isu
kependudukan belum terintegrasi penuh dan belum dijadikan acuan dalam perencanaan
berbagai sektor pembangunan di Indonesia termasuk di Provinsi Sumatera Utara, hal ini
dapat dilihat dari TFR Provinsi Sumatera Utara yang masihtinggi = 3,0 CPR = 42,8%,
Unmet need yang masih sekitar 16,2%. Rumusan tersebut, antara lain, meningkatkan
sosialisasi dan pelayanan KB di lapangan dengan memberdayakan institusi masyarakat
perdesaan dan perkotaan.
Pemberdayaan tersebut terutama kepada petugas dan kader KB di lapangan agar
tetap bermitra dengan berbagai pihak. Kekurangan tenaga pelayanan KB dapat diatasi
dengan memanfaatkan tenaga promotif dan preventif. deengan demikian, diharapkan
kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan dan angka kematian ibu melahirkan juga
akan semakin menurun.

Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan meluasnya pilihan kontrasepsi yang ditawarkan program, penyedia

layanan harus memutuskan bagaimana memberitahu klien mengenai berbagai pilihan
kontrasepsi untuk mereka. Memberitahu semua klien mengenai setiap metode yang
tersedia pada umumnya tidak praktis karena tidak semua metode sesuai dengan pemakai,
dan waktu penyediaan layanan yang terbatas sebaiknya digunakan untuk membahas
kebutuhan individual klien. Hubungan antara seorang wanita dengan pasangannya juga
menjadi faktor dalam menentukan pemilihan metode kontrasepsi tertentu. Karena pada
banyak masyarakat, pasangan tidak saling berkomunikasi mengenai keluarga berencana.
Pihak wanitalah yang paling sering memperoleh dan menggunakan kontrasepsi bila ingin
mengontrol kesuburannya.
Uji – uji klinis kontrasepsi sering kali pesertanya hanya wanita yang kesuburannya
telah terbukti, dan mempunyai syarat frekuensi koitus minimum tertentu biasanya
diberlakukan syarat usia. Angka kegagalan sering dibagi menjadi dua kategori yaitu angka
kegagalan pemakaian sempurna yang mengacu kepada jumlah kehamilan yang diamati
selama siklus dengan metode digunakan secara konsisten dan benar setiap kali pasangan
berhubungan seksual.
Dengan semakin banyaknya tersedia metode-metode kontrasepsi buatan yang
sangat efektif, para pihak yang terlibat dalam program keluarga berencana seringkali tidak
menginginkan menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan tertentu. Oleh sebab itu,
keluarga berencana alami bisa dijadikan pilihan untuk mereka yang tidak mau tubuhnya
dimasuki benda asing, tidak cocok memakai alat kontrasepsi atau takut dengan efek

sampingnya. Keluarga berencana alamiah merupakan salah satu solusi yang teraman,
murah dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral, sosial, maupun religius. Karena
teknik KB ini menggunakan dasar-dasar yang alamiah, ilmiah dan tanpa alat kontrasepsi
dan tanpa rekayasa teknologi yang menentang hukum alam.

Universitas Sumatera Utara

Glasier dalam buku Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (2006)
mengatakan bahwa metode keluarga berencana alamiah adalah suatu pilihan yang menarik
bagi beberapa orang, yang memfasilitasi wanita melakukan interpretasi atas kesuburan dan
kemudian mengendalikannya. Apabila aturan-aturannya ditaati, maka KBA adalah metode
efektif yang membutuhkan komitmen, pantang berhubungan seksual penetratif selama
masa subur, dan hubungan yang saling memahami. Metode dan komitmen terhadap
metode ini merupakan hal penting agar metode dapat berhasil.
Hasil penelitian Junita (2008) menunjukkan bahwa resiko atau efek samping dari
metode KB hormonal seperti Implant, Suntik, dan Pil KB yang dapat menyebabkan
banyak perubahan dalam tubuh wanita usia subur merupakan alasan tertinggi pasangan
usia subur untuk memutuskan memilih menggunakan metode KB alamiah atau tradisional
karena resiko yang minim dan juga dapat mempererat hubungan antara suami dan istri.
Hasil penelitian Damenta (2014) yang mengemukakan hal yang hampir sama

bahwa sebagian besar wanita usia subur yang menggunakan metode KB alami beralasan
takut menggunakan metode AKDR karena metode ini dilakukan dengan cara memasukkan
benda asing yang ditanam dalam rahim melalui vagina. Sebagian wanita usia subur lainnya
menilai alat kontrasepsi hormonal menyebabkan banyak masalah terutama terhadap wanita
usia subur yang menggunakannya dimana pada umumnya menyebabkan kegemukan, haid
tidak teratur, haid berkepanjangan, perdarahan, perubahan pada wajah (kehitaman, flekflek hitam, jerawat dll) sehingga wanita usia subur tidak mau mengambil resiko untuk
menggunakan metode hormonal, mereka memilih beralih ke metode KB alamiah atau
metode sederhana dengan alat (kondom).
Alasan lainnya berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu kuliah D3 kebidanan,
peneliti menyimpulkan bahwa agama mempengaruhi keputusan pasangan usia subur dalam
memilih metode kontrasepsi. Hal ini peneliti buktikan dengan tidak diperbolehkannya

Universitas Sumatera Utara

praktik pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dilakukan di lingkungan kampus.
Dengan alasan kampus merupakan yayasan katolik. Menurut kebijakan kampus hal ini
berkaitan dengan agama, yang dimana alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau lebih
dikenal dengan istilah spiral bertentangan dengan ajaran umat katolik. Karena alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim terbuat dari tembaga, yang cara kerjanya
menghambat kemampuan sperma dalam ovum, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum

mencapai kavum uteri dan hal yang bertentangan dengan gereja katholik adalah karena
cara kerjanya juga memungkinkan untuk mencegah implantasi dalam uterus. Secara tidak
langsung hal ini dianggap membunuh calon bayi yang dimana sel sperma dan sel ovum
yang sudah bertemu akan rusak karena terkena tembaga yang merupakan alat kontrasepsi
yang ditanam didalam rahim, maka ini dianggap dosa.
Seperti yang tercantum pada defenisi yang dikeluarkan WHO, metode alami
keluarga berencana merupakan tindakan yang bersifat mekanis ataupun kimiawi. Banyak
sekali masyarakat yang menyalahartikan defenisi tersebut. Kesalahpahaman ditambah
kurangnya komitmen terhadap pantang berkala selama masa subur, dapat membuat metode
tersebut tidak efektif untuk mencegah kehamilan. Namun, apabila pasangan memahami
metode tersebut dengan benar dan mereka berkomitmen tidak melakukan hubungan
seksual selama masa subur dengan pasangannya , bersama-sama berpartisipasi aktif dalam
menentukan hari-hari subur dan hari aman, serta mengekspresikan cinta secara non
genitalia, maka keefektifan metode keluarga berencana alami setara dengan atau lebih baik
daripada metode barier.
Data BPS Sumatera Utara menunjukkan jumlah penduduk tahun 2015 adalah
sebanyak 13.326.307 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 186 per Km2. Sumatera
Utara juga menempati urutan keempat di Indonesia dengan kepadatan penduduk terbesar
setelah provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.


Universitas Sumatera Utara

Secara nasional pelayanan KB di Indonesia meningkat sebanyak 35.202.908
dengan kata lain kesadaran masyarakat terhadap kepedulian pengendalian penduduk
semakin tinggi. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan program KB baik itu metode
operasi, metode dengan alat, metode pengendalian hormon, metode sederhana ataupun
alamiah. Meskipun keberhasilan tersebut belum merata disetiap daerah, terutama di
pelosok yang masih kekurangan informasi dan fasilitas kesehatan.
Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota
Medan dimana sebagian besar masyarakatnya merupakan suku batak, dengan luas wilayah
sebesar 1.156.147 Ha. Jumlah penduduk di kecamatan Medan Helvetia adalah sebanyak
178.306 jiwa yang tersebar di 7 kelurahan dimana 87.720 jiwa diantaranya adalah lakilaki, dan 90.586 jiwa diantaranya adalah perempuan. Jumlah kepala keluarga yang ada di
kecamatan Medan Helvetia adalah sebanyak 36.846. Jumlah pasangan usia subur di
kecamatan Medan Helvetia adalah sebanyak 25.465 atau sekitar 28,56% dari jumlah
penduduk seluruhnya.
Data pengguna KB di kecamatan Medan Helvetia menunjukkan bahwa sebanyak
70,43% pasangan usia subur terdata menjadi peserta KB aktif, dimana 32,35% merupakan
peserta KB aktif pemerintah dan 38.08% merupakan peserta KB aktif swasta, sisanya
sebanyak ± 29,57% tidak terdata menjadi peserta KB aktif karena hamil, alasan ingin anak
segera, ingin anak tetapi ditunda, dan tidak ingin anak lagi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya (2012) dalam karya
tulis ilmiah yang dilakukan di salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia bahwa
masih terdapat masyarakat yang menggunakan metode KB alami atau sederhana tanpa
menggunakan alat untuk menjarangkan kehamilan dengan berbagai alasan. Hal ini
menunjukkan bahwa pasangan usia subur di wilayah ini masih percaya untuk

Universitas Sumatera Utara

menggunakan metode tradisional atau KB alamiah untuk menjarangkan kehamilan.
Sehingga peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi perilaku pasangan usia subur tentang
penggunaan metode KB alamiah.
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang perilaku pasangan usia subur terhadap penggunaan metode kb alamiah
di Kecamatan Medan Helvetia tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang diangkat
adalah bagaimana perilaku pasangan usia subur terhadap cara penjarangan kehamilan
secara alamiah atau tradisional di kecamatan Medan Helvetia tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku pasangan usia subur terhadap cara penjarangan

kehamilan secara alamiah atau tradisional di kecamatan Medan Helvetia tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui perilaku pasangan usia subur terhadap cara penjarangan
kehamilan secara alamiah atau tradisional di kecamatan Medan Helvetia tahun
2016 berdasarkan pengetahuannya.
2. Untuk mengetahui perilaku pasangan usia subur terhadap cara penjarangan
kehamilan secara alamiah atau tradisional di kecamatan Medan Helvetia tahun
2016 berdasarkan sikap.
3. Untuk mengetahui perilaku pasangan usia subur terhadap cara penjarangan
kehamilan secara alamiah atau tradisional di kecamatan Medan Helvetia tahun
2016 berdasarkan tindakan.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti.
Sebagai media penambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku kuliah khususnya mata kuliah
metode penelitian.

2. Bagi Instasi Pendidikan.
Penelitian

diharapkan

dapat

memberikan

manfaat

khususnya

dalam

memperbanyak referensi mengenai KB Alamiah dan sebagai acuan bagi
peneliti selanjutnya.
3. Bagi Responden.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi bagi masyarakat
setempat untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat serta
efektifitas KB Alamiah.

Universitas Sumatera Utara