Perilaku Pasangan Usia Subur Terhadap Cara Penjarangan Kehamilan Secara Alamiah Atau Tradisional di Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1. Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan
tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan.
Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti
pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku
ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar
dengan istilah knowledge, attitude, practice. (Sarwono, 2004).
Menurut Skinner(1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar). Oleh
karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme merespon,maka teori skiner ini disebut dengan teori S-O-R atau
Stimulus Organisme Respon. Skiner membedakan ada dua respon yaitu :

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Stimulus semacam ini disebut Eliciting
stimulation karena menimbulkan respon yang relatif cepat. Misalnya makanan
yang lezat menimbulkan reaksi untuk makan. Respondent respon ini juga

Universitas Sumatera Utara

memcakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi
sedih

aau

menangis,

lulus

ujian

meluapkan


kegembiraannya

dengan

mengadakan pesta dan sebagainya.
2. Operant Respon atau instrumental response, yakni respon yang timbul dan
berkembang diikuti oleh stimulus dan perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut dengan reinfocing stimulation atau reinfocer, karena memperkuat
respon.
2.1.2 Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka prilaku dapat dibedakan
menjadi dua.
1. Perilaku tertutup.
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, belum dapat diamati oleh
orang lain secara jelas. Misalnya, seorang ibu hamil tau pentingnya pemeriksaan
kehamilan,seorang pemuda tau bahwa merokok berbahaya untuk kesehatan.

2. Perilaku terbuka.

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain. Misalnya seorang ibu
yang memeriksakan kehamilannya.

Universitas Sumatera Utara

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respon.
Oleh sebab itu untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu
kondisi yang disebut dengan operant conditioning. Prosedur pembentukan prilaku dalam
operant conditioning ini menurut skinner adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinfocer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinfocer atau hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.


2.1.3 Determinan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap,
dan sebagainya (Notoatmodjo,2003).
Faktor - faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:

Universitas Sumatera Utara

a. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
bawaan, misalnya: jenis kelamin, tingkat emosional, tingkat kecerdasan,dan
lain-lain.
b. Faktor eksternal, yakni lingkungan: baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
politik, dan ekonomi, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan
faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo,2003).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas

penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor
baik internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah
kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas.

Tim ahli WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku ada empat alasan pokok yaitu :
1. Pemikiran dan perasaan.
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap,
persepsi, kepercayaan- kepercayaan, dan penilaian - penilaian seseorang
terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan ) dan lain-lain.
2. Orang penting sebagai refrensi.
Apabila seseorang itu penting bagi kita maka apapun yang ia lakukan ataupun
katakan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok
refrensi seperti kepala suku, guru, kepala desa, dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya

Universitas Sumatera Utara

Yang termasuk adalah fasilitas - fasilitas misalnya: waktu, uang, tenaga kerja,
keterampilan, pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat

bersifat positif maupun negatif.
4. Kebudayaan
Norma, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut dengan
kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan
selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku. Kebudayaan
selau berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat
manusia.
Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri
individu sendiri yang disebut sebagai faktor internal dan sebagian terletak di luar dirinya
atau disebut dengan faktor eksternal atau faktor lingkungan.
Suatu teori lain dikembangkan oleh Lawrence Green yang telah dicoba untuk
mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,
yang mengatakan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk
dari 3 (tiga) faktor.
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factors)

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana ataufasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga
fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, posobat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb.
Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga
disini undang-undang peraturan peraturan baik dari pusat maupun dari
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) , perubahan perilaku
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. Perubahan alamiah (natural change) ialah perubahan yang dikarenakan
perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya, ataupun ekonomi dimana ia
beraktifitas.
2. Perubahan terencana (planned change) ialah perubahan ini terjadi karena
memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change) ialah
perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program
baru, maka yang akan terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami
perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesedian untuk berubah yang berbeda-beda.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2005), respon seseorang terhadap rangsangan atau objekobjek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
sehat-sakit adalah merupakan suatu perilaku kesehatan (healthy behavior). Ringkasnya
perilaku kesehatan itu adalah semua aktivitas seseorang yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik yang dapat diamati (observable) maupun
yang tidak dapat diamati(unobservable).
Pemeliharaan kesehatan ini meliputi pencegahan dan perlindungan diri dari

penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyenbuhan
apabila sakit. Dengan demikian, perilaku kesehatan bisa dibagi dua, yaitu:
a. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan
perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam
mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab masalah kesehatan
(perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya
kesehatan (perilaku promotif). Contoh: olah raga teratur, tidak merokok, cuci
tangan pakai sabun sebelum makan dan sebagainya.
b. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan,
untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut
perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini
mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang untuk memperoleh
penyembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Pelayanan
kesehatan yang dicari adalah fasilitas kesehatan modern (rumah sakit,
puskesmas, poliklinik dan sebagainya) maupun tradisional (dukun, sinshe,
paranormal), maupun pengobatan modern atau profesional (rumah sakit,
puskesmas, poliklinik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2005), beliau membagikan perilaku
kesehatan menjadi tiga, yaitu:
1. Perilaku sehat (healthy behavior)
Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, antara lain:
a. Kegiatan fisik yang teratur dan cukup.
b. Makanan dengan menu seimbang .
c. Tidak merokok serta meminum minuman keras dan tidak memakai narkoba.
d. Istirahat yang cukup.
e. Pengendalian stress.
f. Perilaku atau gaya hidup positif.
2. Perilaku sakit (Illness behavior)
Perilaku sakit adalah tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena
masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan,
atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Tindakan yang muncul
pada orang sakit atau anaknya sakit adalah:
a. Didiamkan saja dan tetap manjalani aktivitas sehari-hari.
b. Melakukan tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri melalui cara
tradisional atau cara modern.


2.1.5 Domain Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon seorang individu terhadap stimulus

Universitas Sumatera Utara

yang berasal dari luar atau dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat aktif (tanpa tindakan :
berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Sarwono,2000).
Meskipun perilaku adalah bentuk reaksi atau respon terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakterisitik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktorfaktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), beliau mendapati
terdapat tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ahli pendidikan di
Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke dalam cipta (kognitif), rasa
(afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak. Untuk
kepentingan pendidikan praktis, tiga tingkat ranah perilaku telah dikembangkan sebagai
berikut:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Terdapat intensitas yang berbeda-beda pada setiap pengetahuan
sesorang terhadap objek. Tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Contoh: dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (comprehension)
Memahami sesuatu objek bukan sekadar tahu objek tersebut, tetapi orang itu
harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang
bergizi.

c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain atau kondisi yang sebenarnya.
Misalnya

dapat

menggunakan

rumus

statistik

dalam

perhitungan-

perhitungan hasil penelitian.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-kompenen yang terdapat
dalam sebuah masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang itu sudah dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan,
membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya. Misalnya, dapat membuat
diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi.

Universitas Sumatera Utara

e. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan
dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Umumnya, analisis adalah kemampuan untuk menghasilkan
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat
membuat atau meringkas dengan kata- kata atau kalimat sendiri tentang halhal yang telah dibaca atau didengar.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam masyarakat. Misalnya
seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita
malnutrisi atau tidak.
2. Sikap (Attitude)
Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana,
yakni:"An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard
to object." Dengan kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons
stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian
dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara itu, Newcomb menyatakan bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap itu masih merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi yang terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), pula merumuskan bahwa sikap
terbentuk dari 3 komponen utama,yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
c. Kecendrungan untuk bertindak.

Sikap bisa dibagi menurut tingkat intensitasnya, yaitu :
1. Menerima
Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima stimulus atau
objek yang diberikan.
2. Menanggapi
Menanggapi diartikan subjek memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai
Menghargai diartikan apabila subjek dapat memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus. Mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
4. Bertanggungjawab.
Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko
terhadap apa yang diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
3. Tindakan (practise).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung atau suatu

Universitas Sumatera Utara

kondisi yang memungkinkan. Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau
sarana dan prasarana perlu supaya sikap meningkat menjadi tindakan. Praktik
atau tindakan dapat dikelompokkan menjadi 4 tingkatan mengikut kualitasnya,
yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu
dapat memilih makanan yang bergizi untuk anak balitanya.
2. Respons terpimpin ( guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya
seseorang ibu dapat memasak sayur dengan benar.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah
mengimunisasikan bayinya pada umur- umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya seorang ibu dapat
memasak makanan yang bergizi dengan bahan-bahan yang murah dan
sederhana. (Notoadmodjo,2010)

Universitas Sumatera Utara

2.16 Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau promosi kesehatan,
maka teori tentang perubahan perilaku perlu dipahami dengan baik bagi praktisi promosi
dan pendidikan kesehatan. Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau
pendidikan kesehatan sekurang-kurangnya mempunyai 3 dimensi yakni:
a. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan).
b. Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengembangan perilaku
sehat).
c. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai norma
dan nilai kesehatan (perilaku sehat) dengan kata lain mempertahankan perilaku
sehat yang sudah ada.
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO dalam
Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Perubahan alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi perubahan
lingkungan fisik, sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat di
dalamnya juga akan mengalami perubahan.
b. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek. Misalnya: pak Anwar adalah perokok berat, karena pada suatu saat ia
terserang batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk

Universitas Sumatera Utara

mengurangi rokok sedikit demi sedikit dan akhirnya ia berhenti merokok sama
sekali.
c. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang yang sangat cepat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan
sebagian orang lain sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap orang mempunyai kesediaan yang
berbeda-beda untuk berubah meskipun kondisinya sama.

2.1.7 Strategi Perubahan Perilaku
Dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkret dan positif.
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO
dikelompokkan menjadi 3:
a. Menggunakan kekuatan (Enforcement)
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini
dapat ditempuh menggunakan cara-cara kekuatan baik fisik maupun psikis,
misalnya dengan cara mengintimidasi atau ancaman-ancaman agar masyarakat
atau orang mematuhinya. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan
tetapi perubahan tersebut belum tentu berlangsung lama karena perubahan
perilaku yang terjadi tidak atau belum disadari oleh kesadaran sendiri.
b. Menggunakan kekuatan peraturan atau hukum (Regulation)

Universitas Sumatera Utara

Perubahan perilaku masyarakat melalui peraturan, perundangan atau peraturanperaturan tertulis ini sering juga disebut “law enforcement’” atau “regulation”.
Artinya masyarakat diharapkan berperilaku, diatur melalui peraturan atau
undang-undang secara tertulis. Misalnya, dilingkup pemerintah desa atau
kelurahan

dikeluarkan

aturan,

keluarga-keluarga

yang

istrinya

tidak

memeriksakan kehamilannya, maka tidak akan diberikan surat keterangan lahir
bagi bayi yang dilahirkan.
c. Pendidikan (Education)
Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan
ini diawali dengan cara pemberian informasi-informasi kesehatan. Dengan
memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.

Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan ini akan menimbulkan kesadaran
mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama,
tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena disadari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan).
Perubahan perilaku dengan pendidikan akan menghasilkan perubahan yang efektif
bila dilakukan melalui metoda “Diskusi Partisipasi”. Cara ini adalah sebagai peningkatan
cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah
saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima
informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi
yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku

Universitas Sumatera Utara

mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka
peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi perilaku orang lain. Sudah
tentu cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dari cara kedua tersebut, dan jauh
lebih baik dari cara yang pertama.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Keluarga Berencana
2.2.1. Pengertian
Keluarga berencana atau KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah atau jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sasaran dari
suatu program KB dibagi atas sasaran langsung yaitu pasangan usia subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasespsi
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan dan sasaran tidak langsung yaitu
pelaksana dan pengelola KB dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijakan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui program keluarga berencana.
Program ini merupakan upaya mendasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendekatan keluarga. Program Keluarga Berencana (KB) dimaksudkan
agar setiap keluarga dapat mengatur jumlah anak, memberikan pengasuhan, layanan
kesehatan, dan pendidikan dengan lebih optimal, serta meningkatkan taraf ekonomi dan
kesejahteraan keluarganya. Program keluarga berencana juga dapat mendorong
tercapainya Millenium Development Goal’s (MDGs) dengan menurunkan angka kematian
ibu. Keikutsertaan ber-KB dan pendewasaan usia perkawinan dapat mengendalikan jumlah
kelahiran dan menghindarkan resiko kematian ibu melahirkan dengan memperhatikan
kesehatan reproduksi dan menghindari melahirkan terlalu muda, tua, banyak, dan dekat
(4T).
Keluarga berencana (KB) adalah program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana
oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan
menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah
berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil
menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Pada awalnya pendekatan keluarga berencana lebih diarahkan pada aspek
demografi dengan upaya pokok pengendalian jumlah penduduk dan penurunan fertilitas
(TFR).Dimana Program KB nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan
kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial, yang
selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, pendewasaan usia kawin,
peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga. Namun terjadi perubahan
paradigma, dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas, menjadi lebih
kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan
kesetaraan gender.
Sejalan dengan perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan di atas
program KB di Indonesia juga mengalami perubahan orientasi dari nuansa demografis ke
nuansa kesehatan reproduksi yang di dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah
suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam
mencapai tujuan reproduksinya. Hal ini mewarnai program KB era baru di Indonesia.
Memasuki era baru program KB di Indonesia diperlukan adanya reorientasi dan reposisi
program secara menyeluruh dan terpadu. Reorientasi dimaksud terutama ditempuh dengan
jalan menjamin kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang
menjadi bagian integral dari hak-hak azasi manusia yang bersifat universal. Prinsip pokok
dalam mewujudkan keberhasilan program KB dimaksudkan adalah peningkatan kualitas di

Universitas Sumatera Utara

segala bentuk serta kesetaraan dan keadilan gender melalui pemberdayaan perempuan
serta peningkatan partisipasi pria.
Menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB
adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk indonesia
agar dapat dicapai kesimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes,1999).
Sejak PELITA V, program KB nasional diubah menjadi gerakan KB nasional yaitu
gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia indonesia (Handayani, 2010).
2.2.2. Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB
yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program
KB dimasa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas 2015. Sedangkan tujuan
program KB secara filosofis adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera melalui pengendalian.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani,2010).
2.2.3. Jenis – Jenis Alat kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana

Universitas Sumatera Utara

Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur dimana
harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi berdasarkan
siklus menstruasinya.Terdiri dari metode sederhana tanpa alat (KBA) dan metode
sederhana dengan alat. Metode KBA antara lain : Coitus interuptus, metode
kalender, metode lendir serviks (MOB), metode suhu basal badan, dan
simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir serviks. Sedangkan
metode sederhana (metode barier) dengan alat yaitu : kondom, diagfragma, cup
serviks dan spermisida.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Pada dasarnya dibagi atas kombinasi (mengandung hormon progesteron dan
esterogan sintetik) dan yang hanya mengandung progesteron saja. Kotrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik, dan alat kontrasespsi bawah kulit
(AKBK) / implant.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR adalah Suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan
reversibel yang terbuat dari plaslik atau logam kecil yang dimasukan dalam uterus
melalui kanalis servikalis.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Terdiri dari 2 macam yaitu MOW yang sering dikenal dengan tubektomi karena
prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba fallopi sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Dan MOP yang dikenal dengan
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas defferens agar cairan sperma
tidak diejakulasikan sehingga dapat menghalangi pertemuan ovum dan sperma dan
dapat mencegah terjadinya kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

5. Metode Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat atau kondar atau lebih dikenal dengan istilah “morning after
pil” hanya digunakan dalam keadaan darurat dan tidak dimaksudkan untuk
penggunaan rutin. Kontrasepsi ini digunakan setelah senggama oleh wanita yang
tidak hamil, untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Keluarga Berencana Alami
Menurut WHO keluarga berencana alami adalah metode untuk merencanakan
kehamilan melalui observasi tanda dan gejala yang muncul pada masa subur dan tidak
subur sepanjang siklus menstruasi. Dalam defenisi keluarga berencana alami yang
digunakan dengan tujuan mencegah konsepsi terkandung pengertian bahwa obat-obatan,
alat kontrasepsi dan prosedur perdarahan tidak digunakan, pantang berhubungan seksual
selama fase subur siklus menstruasi, dan praktik hubungan seksual dilakukan setelah fase
masa subur menstruasi.
Komponen utama dalam keluarga berencana alami adalah kewaspadaan pada
semua masa subur yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi seorang wanita sedangkan
komponen kedua adalah pengetahuan untuk membantu merencanakan sebuah keluarga,
yang disebut sebagai metodologi (Varney,2007).
Dasar biologis keluarga berencana alami adalah pemahaman menyeluruh mengenai
siklus menstruasi. Siklus menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan
fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya
terjadi setiap bulan antara usiaremaja sampai menopause.
Haid merupakan hal yang alamiah bagi wanita yang sehat. Dimana pada setiap
bulannya seorang wanita akan mengalami perdarahan yang disebut menstruasi. Proses
menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan
terjadinya perdarahan. Proses menstruasi umumnya tidak terjadi pada ibu hamil.
Menstruasi biasanya akan terjadi setelah terjadinya perubahan pada fisik di masa pubertas
yang ditandai dengan payudara mulai membesar, rambut tumbuh diseputar alat kemaluan,
di aksila dan vagina mengeluarkan cairan keputih-putihan.

Universitas Sumatera Utara

Siklus Menstruasi
Siklus haid yang normal berkisar antara 28 - 29 hari. Ada beberapa perempuan
yang masa siklusnya berlangsung dari 20 sampai 35 hari masih dianggap normal.
Menstruasi bervariasi bagi setiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus haid 2535 hari dan sekitar 10-15 % yang memilki siklus haid 28 hari. Namun, beberapa wanita
memilki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan. Menstruasi ini merupakan siklus yang berulang-ulang pada organ reproduksi
perempuan. Normalnya menstruasi berlangsung selama 3 - 7 hari.
Setelah pubertas, ovarium memiliki korteks tebal yang mengelilingi suatu medula
yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada saat lahir korteks mengandung sejumlah
folikelprimer ovarium. Setelah pubertas, setiap bulan beberapa folikel berkembang
membentuk folikel vesikularovarium (folikel d’graf) yang biasanya menjadi matur dan
rupture, kemudian mengeluarkan ovum. Proses ini disebut ovulasi. Ovum melewati tuba
uterin sepanjang ujung fimbriae dan dapat difertilasi oleh sperma pria. Fertilasi terjadi
biasanya pada segitiga lateral tuba uterine.
Ada beberapa hormon yang mempengaruhi terjadinya mentruasi yaitu:
1. Hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon)
2. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
3. LH (Luteinizing Hormone)
4. Estrogen dan progesteron

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Siklus Menstruasi
Seorang wanita memiliki dua ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar
200.000 hingga 400.000 folikel/sel telur yang belum matang. Normalnya, hanya satu atau
beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka ovum tersebut akan
dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju Tuba fallopi untuk kemudian
dibuahi. Proses pelepasan ini di sebut dengan "Ovulasi".
Hormon GnRH dikeluarkan dari Hipotalamus yang kemudian memicu hipofisis
anterior untuk mengeluarkan hormon FSH, hormon FSH ini akan terus memicu
pematangan folikel diovarium sehingga terjadi sintesis Estrogen dalam jumlah yang besar.
Proses ini akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium/penebalan. Estrogen yang
tinggi akan memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH, hormon ini
akan mengakibatkan Ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis Progesteron.
Hormon progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada endometrium
sehingga terjadilah fase sekresi/fase luteal. Fase sekresi ini tetap berlangsung 14 hari,
meskipun dalam siklus haid yang bervariasi.

Universitas Sumatera Utara

Fase Terjadinya Menstruasi
1.

Fase Menstruasi
Pada fase ini dinding rahim akan mengalami peluruhan dan keluar melalui
vagina dalam bentuk darah dengan kadar kekentalan yang berbeda-beda.
Terkadang terdapat juga gumpalan-gumpalan darah dalam proses tersebut. Fase
ini berlangsung selama 3 sampai dengan4 hari.

2.

Fase Pasca Menstruasi
Selama kurang lebih 4 hari luka akibat peluruhan dinding rahim tersebut akan
sembuh secara perlahan.

3.

Fase Poliferasi atau pra-ovulasi
Fase ini terjadi setelah penyembuhan berhasil. Pada fase ini dinding rahim
mengalami penebalan dengan tebal kurang lebih 3.5 mm. Fase ini berlangsung
dari hari 5 sampai dengan hari ke 14. Pada fase ini leher rahim akan
mengeluarkan lender yang bersifat basa untuk menetralkan sifat asam yang di
hasilkan oleh vagina. Penetralan ini terjadi untuk memperpanjang hidup sperma
sehingga pembuahan lebih mudah terjadi.

4.

Fase Sekresi atau ovulasi
Fase ini terjadi pada hari ke 14 atau yang di kenal dengan masa subur. Pada fase
ini sel endometrium mengeluarkan glikogen dan kapur yang nantinya digunakan
sebagai bahan makanan untuk telur yang sudah di buahi. Pada fase ini ovum di
matangkan dan siap untuk di buahi.

5.

Fase Pascaovulasi
Jika ovum tidak dibuahi maka hormone progesterone dan hormon estrogen
mengalami kemunduran sehingga fase menstuasi terjadi kembali.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Lapisan Rahim Saat Menstruasi (Haid)
Mengenali Siklus menstruasi dengan baik sangat membantu pasangan usia untuk
menerapkan metode kalender sebagai pilihan kontrasepsi sederhana tanpa menggunakan
alat (KB Alamiah), sebagai pencegahan atau penjarangan kehamilan.
Sangat penting dicatat bahwa metode keluarga berencana alami hanya tepat
digunakan oleh pasangan monogami dalam hubungan yang stabil dan mereka sama-sama
memiliki keinginan untuk mengambil tanggung jawab terhadap masa subur, termotivasi
untuk menerapkan keluarga berencana alami dalam hubungan mereka. Apabila pasangan
terbiasa dengan metodologi tersebut, mereka benar-benar merencanakan keluarga mereka
dan kemudian memulai kehamilan saat merasa waktunya tepat dengan menggunakan ubah
pantang berkala menjadi hubungan seksual pada masa-masa subur. Efektivitas metode
keluarga berencana alami bukan hanya bergantung pada keinginan pasangan untuk
menerapkan apa saja yang benar-benar mereka ketahui, tetapi juga pada petunjuk yang
diberikan instruktur yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut (Varney,2007).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa metode KB alamiah yang dapat digunakan antara lain : metode kalender,
metode senggama terputus, metode suhu basal, metode amenore laktasi, metode lendir
seviks.

2.3.1 Metode Kalender
Dalam buku yang berjudul Panduan Memilih Kontrasepsi dikatakan bahwametode
kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang
paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (Ahli kebidanan dari Vienna)
dan dr. Ogino (Ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini dilakukan oleh pasangan
suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa ovulasi.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari
sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem
kalender.Metode kalender atau pantang berkala adalah metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan
seksual pada masa subur. (Proverawati, 2010)
Manfaat Kontrasepsi
1. Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
2. Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan
hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil.
Keuntungan
Metode kalender mempunyai keuntungan diantaranya sebagai berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

Universitas Sumatera Utara

2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

Gambar 2.3. Metode Kalender

Universitas Sumatera Utara

Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson
dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam
saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2. Anggapan

bahwa

perdarahan

yang

datang

bersamaan

dengan

ovulasi,

diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak
subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan
jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan
menstruasi.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasiwanita sehat ada tiga tahapan:
1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2. Fertility phase (masa subur).

Universitas Sumatera Utara

3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 2135 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah

dicatat.Bila

haid

teratur

(28

hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.


Bila Haid Teratur
Contoh Kasus: Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal
9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20
Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak
tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan
masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan
seksual harus menggunakan kontrasepsi.



Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur dengan rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11

Universitas Sumatera Utara

Contoh kasus :
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi.

2.3.2 Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (Penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. Teknik ini
membutuhkan partisipasi besar dari pasangan, selain itu menuntut jiwa yang besar dari
masing-masing pasangan jika ternyata metode tersebut gagal karena faktor kegagalan dari
metode ini memang cukup tinggi dimana sperma mungkin telah keluar ketika orgasme
belum terjadi. Dengan kata lain sperma sudah terlepas dan berenang menuju sel telur
sesaat sebelum penis ditarik keluar (Proverawati, 2010).
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode pengendalian kelahiran di
mana penis dikeluarkan dari vagina sebelum ejakulasi. Penis dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, sehingga kehamilan dapat dicegah. Kendati demikian, banyak orang
percaya bahwa pada cairan pra-ejakulasi, yang dikeluarkan penis sebelum ejakulasi ketika
orgasme, terdapat sperma dan masih bisa menyebabkan kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Terkait hal ini, beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa asumsi tersebut tidak
benar. Cairan pra-ejakulasi biasanya tidak mengandung sperma. Bila dipraktekkan dengan
benar, coitus interuptus bisa menjadi metode pengendalian kelahiran yang keandalannya
setara dengan kondom. Penelitian yang dilakukan di Guttmacher Institute telah
menunjukkan bahwa tidak ada sperma aktif yang dikeluarkan dalam cairan pra-ejakulasi.
Ketika metode dilakukan dengan benar dan konsisten, ini bisa berhasil mencegah
kehamilan hingga 96 persen. Ini sebanding dengan tingkat keberhasilan 98 persen yang
dicapai dengan penggunaan kondom.
Namun, Rachel K. Jones, selaku penulis riset menegaskan bahwa, “tidak ada yang
sempurna”. Peluang hamil menjadi meningkat ketika metode tidak dilakukan secara tepat.
Pria harus benar-benar mencabut penisnya sebelum cairan pertama “menyembur” ketika
ejakulasi. Ketika penis terlambat dicabut, angka kegagalannya mencapai 27 persen setiap
waktu. Tingkat rata-rata kegagalan pada mereka yang berlatih teknik dengan benar,
digabung dengan mereka yang melakukannya secara tidak benar, adalah 18 persen. Angka
ini sedikit lebih tinggi dari tingkat kegagalan 17 persen untuk pengguna kondom.
Penyebab lain dari kegagalan adalah ketika pria tidak buang air kecil setelah
ejakulasi. Sperma bisa tetap berada di uretra setelah ejakulasi. Menurut Planned
Parenthood Federation of America (PPFA), sperma bisa membuahi pasangannya jika
didorong oleh cairan pra-ejakulasi pada ronde seks berikutnya. Buang air kecil dapat
membersihkan uretra dari sperma. Pria yang menerapkan metode senggama terputus harus
selalu buang air kecil setelah ejakulasi bila berencana untuk memasukkan kembali
penisnya pada pasangannya. Pria juga harus mencuci tangan mereka setelah berhubungan
seks sehingga tidak ada sperma yang dikirim ke vagina selama foreplay berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

Meski efektif dalam mencegah kehamilan, coitus interuptus tidak dapat mencegah
penyakit menular seksual. Hanya kondom yang dapat mencegah PMS karena kondom
dapat menjadi penghalang fisik untuk mencegah percampuran cairan tubuh. Oleh karena
itu, untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual, metode ini perlu
dipertimbangkan kembali terutama bagi mereka yang kerap gonta-ganti pasangan. Metode
senggama terputus diyakini merupakan metode terbaik untuk pasangan monogami yang
tidak bisa mentolerir kontrasepsi hormon atau bentuk kontrasepsi lainnya. Keefektifannya
semakin meningkat bila dikombinasikan dengan “metode ritme”, yang mana disesuaikan
dengan siklus ovulasi wanita.
Cara Kerja
Saat berhubungan seks pria dan wanita telah sepakat bahwa pria akan
mengeluarkan semen (air mani) dan spermanya di luar vagina. Saat ketika pria sudah akan
orgasme, maka alat kelamin (penis) dikeluarkan dari vagina dan berejakulasi di luar
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, sehingga kehamilan dapat dicegah.

Keuntungan.
a. Efektif bila digunakan dengan benar.
b. Tidak mengganggu produksi ASI.
c. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
d. Tidak ada efek sampingnya
e. Dapat digunakan setiap waktu
f. Tidak membutuhkan biaya
g. Meningkatkan keterlibatan suami istri dalam KB

Universitas Sumatera Utara

h. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat
dalam.
Keterbatasan.
Efektifitas metode ini untuk mencegah kehamilan sangat bergantung pada
kesediaan pasangan untuk melakukannya saat berhubungan intim. Angka kegagalan
senggama terputus mencapai 4 – 18 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Efektifitas
akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada
penis.
Pihak medis menganggap metode senggama terputus untuk mencegah kehamilan
belum efektif terutama jika hubungan seks dilakukan di masa subur wanita. Karena
meskipun pria berejakulasi di luar vagina, saat hubungan tersebut berlangsung, penis
mengeluarkan cairan pelumas yang juga mengandung sperma dalam jumlah yang sedikit.
Jika sperma tersebut berhasil masuk ke rahim dan membuahi sel telur maka kehamilan
akan terjadi. Metode ini juga memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
Kontra Indikasi
a.

Ejakulasi prematur pada pria.

b.

Suami yang sulit untuk melakukan senggama terputus.

c.

Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.

d.

Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.

Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan Ketika Melakukan Senggama Terputus
Kadang-kadang ejakulasi di dalam vagina adalah saat-saat yang menyenangkan bagi
kedua belah pihak, karena itu sebelum melakukan coitus interuptus atau ejakulasi di luar,
pasangan perlu berdiskusi dan sepakat menggunakannya.Sebelum berhubungan pria
terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk
menghilangkan sperma dari ejakulasi se