Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi di negara Indonesia sangatlah cepat terutama
dibidang teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan suatu acuan
baginegara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Kebutuhan masyarakat yang
semakin banyak dan serba cepat menuntutpemerintah untuk lebih meningkatkan
kinerjapelayanannya kepada masyarakat, terutama di bidang bidang strategis seperti
kesehatan.
Teknologi
informasi
yang
berbasis
komputerisasi,
saat
ini
telahmenyederhanakan pekerjaan menganalisis jumlah data yang luas, dan
teknologiinformasi
berbasis
komputer
tersebut
dapat
memudahkan
dalam
memanajemensumber daya yang dimiliki. Adanya pengembangan sistem informasi di
suatu pemerintahan akan memudahkan para pegawai dalam menyimpulkan data dan
informasi
dengan
telekomunikasi)
lebihbaik.Kemajuan
terjadisedemikian
teknologi
pesatnya
informasi
sehingga
data,
(komputer
dan
informasi,
dan
pengetahuan dapat diciptakandengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh
lapisan masyarakat.Informasi saat ini merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
masyarakat sepertihalnya manusia membutuhkan tenaga untuk hidupnya.
Kabupaten Deli Serdang dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
daerahbaik dari sumber daya manusia maupun sumber daya alam, perlu di
dukungdengan penggunaan teknologi dan informasi. Penggunaan teknologi dan
1
Universitas Sumatera Utara
informasiyang lebih kompetitif dapat menjalankan roda pemerintahan dan
mewujudkanpembangunan bidang teknologi dan informasi di Sumatera Utara.
Kemajuan teknologidan informasi di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat dari suatu
organisasipemerintahan yang sudah banyak menggunakan konsep teknologi
pemerintahanatau yang sering disebut dengan e-Government.
E-Government merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukanpemerintah
Kabupaten Deli Serdang khususnya oleh Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang,
dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya yang lebih efektif danefisien. EGovernment adalah istilah yang sangat popular saat ini, dimana secaraumum EGovernment merupakan upaya mengaplikasikan pelayanan pemerintahanmelalui
sistem informasi berbasis komputer. Salah satu bentuk upaya pemerintah melalui
Dinas Kesehatan khususnya pada bidang TeknologiInformasi Kesehatan (TIK) dalam
meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat yaitu dengandibangunnya Sistem
Informasi Manajemen SistemPencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SIM SP3) dan
Sistem Informasi RumahSakit (SIRS) yang merupakan penunjang pelaksanaan eGovernment.
Peraturan perundang-undangan yang menaungi sistem informasikesehatan
adalah
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
004/Menkes/SK/I/2003tentang
Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan dan KeputusanMenteri
Kesehatan
Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang
PetunjukPelaksanaan
Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota. Kedua
Keputusan Menteri Kesehatan ini adalah dasar hukum yang dapat digunakan untuk
melaksanankan program ksesehatan yang berbasis online data. Kepmenkes No. 837
2
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2007 Tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online adalah
penyempurnaan dari dasar hukum sebelumnya.
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan
memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat di
jangkau seluruh lapisan masyarakat.
PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah
kerja.
Sebagai
Unit
Pelaksana
Teknis
(UPT)
Dinas
KesehatanKabupaten/kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari
tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Salah satu penerapan e-Government dalam bidang kesehatan di instansi
pemerintahan adalah melalui penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS). SIMPUS yang merupakan suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulandata, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan
informasiyang dibutuhkan untuk kegiatan Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang.
Maka
dengan
SIMPUS
yang
menggunakan
sistem
komputerisasi
didalammengaplikasikan segala data-data akan menjadi lebih mudah dikerjakan,
sehinggapencatatan data lebih cepat, akurat dan efisien. Sehingga dapat mengurangi
3
Universitas Sumatera Utara
waktupengerjaan
dan
menghindari
kesalahan-kesalahan
yang
diakibatkan
kesalahanpencatatan data-data yang ada.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah program sistem
informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan
kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit,
ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.Sehubungan dengan
hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan
menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu
wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan
mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut nampaknya hanya
bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling
bawah sampai ke tingkat pusat.
Pelakasanaan SIMPUS yang berlangsung selama ini tidakterlepas dari
penggunaan manajemen data dari setiap instansi yang ada didaerahdan pusat.
Manajemen data yang berhubungan dengan kesehatan didaerahsemuanya terpusat
pada Dinas Kesehatan Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) dankemudian akan
dilanjutkan ke pusat dalam hal ini adalah Pusat Data danInformasi (Pusdatin).
Manajemen data yang buruk akan mengakibatkan kesulitanpihak Pusdatin dalam
menyatukan seluruh data yang ada disetiap Dinas KesehatanProvinsi.
Permasalahanyang berkaitan khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan
kesehatanmasyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang kepada masyarakat yang ada di Kabupaten
Deli Serdang khususnya tidak terlepas darimembaiknya suatu kinerja pemerintah
4
Universitas Sumatera Utara
dalam melakukan tugasnya.Keterkaitan antara masyarakat (sebagai pelanggan)
dengan pemerintahdiharapkan dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga
terbentuklah sebuahstandar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu.
Standarpelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan
pelayananpublik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan
danmasyarakat
sebagai
pihak
penerima
pelayanan.
Tujuannya,
untuk
memberikanpelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas (sasaran)
utama yangharus dilayani.
Puskesmas Dalu X (sepuluh) merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Deli Serdang yang berada di KecamatanTanjung Morawa. Wilayah kerja Puskesmas
ini mencakup 10 desa yang berada di sekitarnya dengan jumlah penduduk mencapai
82,449 jiwa. Adapun wilayah kerjaPuskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung
Morawa berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam di sebelah Timur,Kecamatan
Beringin danKecamatan Batang Kuis disebelah utara, Percut Sei Tuan dan kota
Medan di sebelah barat dan desa Punden Rejo di sebelah selatan.
Penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu Sepuluh masih mengalami hambatanhambatannya seperti sering terjadinya perekapan data-data pasien yang berobat
sehingga membutuhkan waktu yang lama, dan juga masalah sumber Daya Manusia
dalam pengerjaan laporan masih satu orang yang mengerjakannya.Berdasarkan latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil
judul “Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat (Studi Kasus
Di Puskesmas Dalu X KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)”.
5
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “BagaimanaImplementasi Program Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Masyarakat (Di PuskesmasKecamatan Dalu X Kabupaten Deli Serdang)”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS
yang dicanangkan
Pemerintah
di
Puskesmas
Dalu
X (Sepuluh)
KecamatanTanjung Morawa.
2.
Penelitian bertujuan untuk melihat apa sajahambatan-hambatan dalam
penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu X (Sepuluh) KecamatanTanjung
Morawa.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti,
dan juga bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan
menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada studi
Administrasi Negara dalam kaitannya dengan implementasi program
SIMPUS dalam meningkatkan palayanan kesehatan masyarakat.
6
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat secara praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
atau lembaga-lembaga lain yang berkepentingan pada implementasi
program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Manfaat secara akademis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu tahapan melatih
mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu Departemen Ilmu Administrasi
Negara.
1.5. Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (Singarimbun. 1995:37) teori merupakan asumsi, konsep,
defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai
landasan berfikir untuk menunjukan perspektif yang digunakan dalam memandang
feenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu
pesatnya karena perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teoriteori sosial, untuk itu dalam melaksanakan penelitian ilmiah khususnya dalam ilmu
sosial, teori berperan sabagai landasan berfikir untuk mendukung pemecahan masalah
dengan jelas dan sistematis. Berdasarkan rumusan di atas, penulis mengemukakan
beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan
berfikir dalam penelitian ini.
7
Universitas Sumatera Utara
1.5.1. Kebijakan Publik
Edward R. Tuftle(1974 :23) mengemukan bahwa setiap jenis analisis
yangmenghasilkan dan menyajikan informasi dapat menjadi dasar bagi
parapengambil kebijakan di dalam menguji argumennya. Kata analisis
dalamkerangka
kebijakan
penggunaaninstitusi
dan
publik
secara
pertimbangan
tidak
langsung
yang
mencakup
menunjukkan
tidak
hanya
pengujiankebijakan dengan pemecahan ke dalam komponen-komponennya,
tetapijuga
merencanakan
yangmemungkinkan.
dan
Kegiatan
mencari
sintesis
ini
mencakup
atas
alternatif-alternatif
penyelidikan
untuk
menjelaskanatau memberikan wawasan terhadap problem atau isu yang muncul
atauuntuk mengevaluasi program yang sudah berjalan. Disini muncul dua
tipeanalisis yaitu analisis yang bersifat in-formal dengan argumentasi yangtajam
dan analisis kebijakan yang dilakukan dengan melibatkan data yangbesar dan
rumit serta mencakup masalah yang luas pula.
Chandler
&
Plano(Mustopadidjaja,1988:12)
berpendapat
bahwa
kebijakan publik adalahpemanfaatan yang srategis terhadap sumberdayasumberdaya yang adauntuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah. Dalamkenyataannya, Kebijakan tersebut telah banyak membantu
para pelaksanapada tingkat birokrasi pemerintah rnaupun para politisi untuk
memecahkanmasalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan
public merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus
menerusoleh
pemerintah
demi
kepentingan
kelompok
yang
kurang
8
Universitas Sumatera Utara
beruntungdalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi
dalampembangunan secara luas.
Thomas R. Dye (The Liang Gie,1981:17) memberikan pengertian dasar
mengenaikebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang
dilakukanoleh pemerintah. Pengertian ini kemudian dikembangkan dan
diperbaharuioleh ilmuwan-ilmuwan yang berkecimpung di ilmu kebijakan publik
sebagai penyempurnaan karena arti itu jika diterapkan, maka ruang lingkup studi
ini menjadi sangat luas, disamping kajiannya yang hanya terfokus pada negara
sebagai pokok kajian.
Jadi pada dasarnya studi kebijakan publik berorientasi padapemecahan
masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat. Dengandemikian analisis
kebijakan publik secara umum merupakan ilmu terapandan berperan sebagai alat
atau ilmu yang berusaha untuk memecahkanmasalah. Pada konteks ini kebijakan
publik memiliki beragam perspektif,pendekatan maupun paradigma sesuai
dengan fokus dari obyekpenelitian atau obyek kajian.
Istilah kebijakan publik sesungguhnya dipergunakan dalampengertian
yang berbeda-beda. Owen E. Hugh(1994:54) mengatakan bahwaKebijakan
adalah
cara
bertindak
yang
sengaja
untuk
menyelesaikanbeberapa
permasalahan.Charles .O. Jones (Tangkilisan, 2003:5) menekankan studi
Kebijakan Publik ini pada 2 (dua)proses, yaitu:
a. Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalahitu
sampai pada pemerintah bagaimana pemerintah mendefinisikanmasalah itu,
dan bagaimana tindakan pemerintah.
9
Universitas Sumatera Utara
b. Refleksi
tentang
bagaimana
seseorang
bereaksi
terhadap
masalah-
masalah,terhadap Kebijakan negara, dan memecahkannya.
Masih Menurut. Charles O. Jones Kebijakan terdiri dari komponen-komponen:
a. Goal atau tujuan yang diinginkan.
b. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.
c. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.
d. Decision atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukantujuan,
membuat rencana/ melaksanakan dan mengevaluasi program.
e. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primeratau
sekunder).
Menurut Dunn (Tangklisan, 2003:6) Proses analisis kebijakan secara
umum merupakan suatu proses kerja yang meliputi lima komponen informasi
kebijakan yang saling terkait dan dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan berbagai teknik analisis kebijakan.
Prosesanalisis kebijakan terjadi secaraakumulatif antara komponen
informasi dan teknik analisis yang digunakanuntuk menghasilkan dan
memindahkannya. Penggunaan teknik-teknikanalisis kebijakan (perumusan
masalah, peramalan, peliputan, evaluasi, danrekomendasi) memungkinkan analis
memindah
salah
satu
tipe
informasike
informasi
lainnya
secara
berkesinambungan. Informasi dan teknik salingbergantung, dimana keduanya
terkait dalam proses pembuatan danperubahan yang dinamis melalui transformasi
informasi kebijakan (Policy Informational Transformations).
10
Universitas Sumatera Utara
Pada konteks ini komponen informasikebijakan (masalah kebijakan,
altematif kebijakan, tindakan kebijakan hasilkebijakan, dan hasil guna kebijakan)
ditransformasikan dari satu posisi keposisi lainnya dengan menggunakan teknik
analisis kebijakan.Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik,
Dunn (Tangklisan, 2003:8) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis
yang harusdilakukan yaitu :
1.
Penetapan Agenda Kebijakan (Agenda Setting)
2.
Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)
3.
Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)
4.
Isi Kebijakan (Policy Implementation)
5.
Evaluasi Kebijakan (Policy Assesment)
1.5.2. Implementasi Kebijakan
Patton
dan
Sawichi
(Tangkilisan,2003:29)
:
“menyebutkan
bahwaimplementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan
untukmerealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara
untukmengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang
telahdiseleksi”.
Kamus
Webster
implementasidirumuskan
secara
dalam
pendek
Wahab
(1997:64),
bahwa
“to
pengertian
implement”
(mengimplementasikan) berarti“to provide means for carrying out; to give
practical
effect
to”
(menyajikansarana
untuk
melaksanakan
sesuatu;
menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).
11
Universitas Sumatera Utara
Jones (Tangkilisan, 2003:18) implementasi merupakan suatuproses yang
dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untukmencari apa
yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasimengatur
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam
tujuan kebijakan yang diinginkan.
Implementasi
kebijakan
adalah
bagian
dari
rangkaian
proses
kebijakanpublik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling
bergantungyang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi
kebijakan,adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu
ditekankan disiniadalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai
sebelum tujuandan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusankeputusankebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah
undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi
kebijakan tersebut (Winarno, 2002:102).
Kebijakan
publik
merupakan
sebuah
awal
dan
belum
dapat
dijadikanindikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena
kebijakanadalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu,
abstrak dankonseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan
implementasi dan terjadiinteraksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi
kebijakan, barulahkeberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.
Suatu
kebijakan
implementasinyamampu
(publik)
menyentuh
dikatakan
kebutuhan
berhasil
bila
kepentingan
dalam
publik.
Pertanyaannya adalah ketikasuatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan
12
Universitas Sumatera Utara
publik, bagaimana bisa disebutsebagai kebijakan yang berhasil. Peters (dalam
Tangkilisan, 2003:22)mengatakan bahwa:
“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu
informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan
adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun
kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana
implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan
kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan internal ataupun eksternal
kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan
sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan
tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi
di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana
dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang”.
Dalam rangka mencapai tujuan implementasi program yang efektif,
pemerintah dituntut untuk melakukan aksi serupa membuat perundang-undangan
sebagai acuan, penghimpunan sumber daya yaitu sumber daya manusia sebagai
pelaksana dan sumber daya keuangan (finansial) yang akan mendukung
pelaksanaan program dan komitmen pelaku-pelaku yang terkait. Menurut Jines
(dalam Hesel Nogi, 2003;23), untuk mengukur apakah implementasi program
efektif atau tidak dapat dilihat dari dimensi, yaitu :
a.
Organisasi
Organisasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas, adanya sumber
daya manusia sebagai tenaga pelaksana, dan perlengkapan atau alat-alat kerja
serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi
diterapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem
yang ada sehingga mendukung implementasi sistem informasi. Sumber daya
manusia berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-
13
Universitas Sumatera Utara
tugasnya. Dalam hal ini aparatur pemerintah dituntut memiliki kemampuan yang
memadai sesuai dengan kebijakan yang akan diimplemetasikan.
b.
Interprestasi
Interprestasi menyangkut tingkat pemahaman aparat pelaksana dalam proses
implementasi, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis yang berlaku, yang meliputi:
1. Kesesuaian dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Kesesuaian dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan
sudah dijabarkan dan bersifat administratif, sehingga memudahkan
pelaksanaan dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.
3. Kesesuaian dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah
dirumuskan dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam
operasionalisasi program.
c.
Penerapan
Penerapan disini berarti peraturan atau kebijakan yang berupa petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana
untuk mewujudkan hal ini dapat dilihat dari :
1. Progam kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam
pelaksanaannya tidak tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara
unit kegiatan yang terdapat didalamnya.
14
Universitas Sumatera Utara
2. Program kerja harus seudah terporgram dan terencana dengan baik, sehingga
tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.
3. Jadwal kegiatan disiplin berarti program harus diketahui batas waktu
penyelesaiannya sehingga mudah dilakukan evaluasi.
1.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan publik akan lebih mudahdipahami apabila
menggunakan
suatu
model
atau
kerangkaImplementasi
Kebijakan
Publikpemikiran tertentu. Suatu model akan memberikan gambarankepada kita
secara bulat lengkap mengenai sesuatu objek, situasi,atau proses. Komponenkomponen apa saja yang terdapat padaobjek, situasi, atau proses tersebut.
Bagaimana korelasi-korelasiantara komponen-komponen itu satu dengan yang
lainnya.
Implementasi kebijakan di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
kebijakan tersebut dalam menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. Berikut
adalah teori yang paling popular digunakan untuk melihat implementasi sebuah
kebijakan dengan faktor yang mempengaruhinya.
1.5.3.1. Teori G. Edward III
Menyatakan
bahwa
ada
empat
faktor
yang
mempengaruhi
implementasikebijakan :
1. Komunikasi
Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengkur keberhasilan
variabel komunikasi. Edward III mengemukakan tiga variabel tersebut yaitu:
15
Universitas Sumatera Utara
a. Transmisi
Pemerintah
sebagai
dalammengimplementasi
pihak
yang
kebijakan/program
berperan
telah
langsung
mentransmisikan
(mengirimkan) perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan
yang telah dibuat.
b. Kejelasan
Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus
jelas,dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan
tidakdiketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan
terjadiresistensi dari kelompok sasaran.
c. Konsistensi
Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus
konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang
diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi
pelaksana di lapangan.
2. Sumber Daya
Menurut
Edward
III,
sumberdaya
merupakan
hal
penting
dalam
implementasi kebijakan yang baik. Indikator-indikator yang digunakan untuk
melihat sejauhmana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri
dari:
16
Universitas Sumatera Utara
a. Sumber Daya Manusia (human resources)
Tidak
cukup
hanya
dengan
adanya
jumlah
implementator
yang
memadai,untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan
keterampilanyang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber
Daya Manusia (SDM) sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan,
pentingnya ketrampilanSDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan.
b. Informasi
Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan
dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan
pemerintah.
c. Kewenangan atau otoritas
Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat
lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik,
membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para
warga.
d. Fasilitas
Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai
persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau
program.
3. Disposisi
Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III mengenai disposisi dalam
implementasi kebijakan terdiri dari:
17
Universitas Sumatera Utara
1. Pengangkatan birokrasi, disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila
personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh
pejabat-pejabat yang lebih atas..
2. Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi
masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif.
Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan
menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan
perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi
kepentingan pribadi atau organisasi.
4. Struktur Birokrasi
Menurut Edwards III terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni:
Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi. Standard operational
procedure (SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan
kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi
kerja yang kompleks dan luas.
Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan
kebijakan adalah fragmentasi. Edward III menjelaskan bahwa ”fragmentasi
merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan
yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi.
18
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn
Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara
linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S
Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih
memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meterdan Horn (Kumorotomo,
2001:38). ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada
dasarnyaadalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.
2. Sumber
daya,
sumber
daya
menunjuk
kepada
seberapa
besar
dukunganfinansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program
atau kebijakan.
3. Komunikasi
antar
organisasi
dan
penguatan
aktivitas,
hal
ini
menunjukankepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai
sasaran dantujuan program.
4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya
dukungstruktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan
komunikasi yangterjadi di internal birokrasi.
5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi
dalamranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu
sendiri.
6. Disposisi implementor, hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi
variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis,
19
Universitas Sumatera Utara
antusias dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa
yang dapatditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.
1.5.3.3. Teori Merilee S. Grindle
Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua
variabelbesar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan
mencakuptentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat
yang akandihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat
kebijakan,siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan.
Sementara itu,konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti
kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga
dan penguasa,kepatuhan dan daya tanggap (Kumorotomo, 2001:45)
1.5.3.4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Mazmanian dan Sabatier (Kumorotomo, 2001:62) menklasifikasikan
prosesimplementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.
1. Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan
yang
berkenaan
dengan
indikator
masalah
teori
dan
teknis
pelaksanaan,keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.
2. Kedua,
variabel
intervening,
yaitu
variabel
kemampuan
kebijakan
untukmenstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan
konsistensitujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber
dana, keterpaduanhierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari
lembaga pelaksana,dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan
komitmen sertakualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.
20
Universitas Sumatera Utara
3. Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan
lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk
disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan
atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan
yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang
bersifat mendasar.
1.5.4. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )
1.5.4.1. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) memiliki ruang lingkup yang
tertuang pada 3 (tiga) kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan
Manajemen.
1.
Sistem
Menurut Atmosudirdjo dalam Lumbagaol (2008:17), suatu sistem terdiri
atas objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan
dan berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
tersebut merupakan sebuah kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu.
Sedangkan menurut Azwar (2004:4) sistem adalah komponen yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan. Sistem
didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan informasi.
Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan ke dalam organisasi
penggunanya. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan maka implementasi
21
Universitas Sumatera Utara
sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya menolak
sistem yang diterapkan, maka sistem itu dapat digolongkan gagal.
Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar (2004:27) disebutkan
bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk
mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Lumbangaol (2008:23) sistem adalah hubungan satu
unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan
yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet atau
terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur
yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti
bahwa elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.
Menurut Azwar (2004:30) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu:
a. Masukan (input) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut.
b. Proses (process) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan.
c. Keluaran (output)adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
22
Universitas Sumatera Utara
d. Umpan
balik
(feedback)
adalah
kumpulan
elemen
atau
bagian
yangmerupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistemtersebut.
Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup
dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan
pelaporan
data
dan
sumber
daya.
Komponen
proses
mencakup
pengorganisasian dan tata kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran
mencakup penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan
informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data.
Menurut Amsyah (2005:76) data dan informasi diperlukan dan
dihasilkanoleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan
informasi tersebutdapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.
2.
Informasi
Menurut
Nugroho(Lumbagaol,2008:15),informasi
adalah
suatupengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi
yang dihasilkan dari pengolahan data telah menjadi salah satu sumber daya
penting yang harus dikelola dengan baik. Apabila sebuah perusahaan kurang
memperoleh informasi, maka. akan sulit mengontrol sumber daya lain yang
mengakibatkan terganggunya kinerja dan bisa mengalami kekalahan dalam
persaingan dengan para kompetitor.
Menurut Sutabri (Lumbagaol, 2008:35) kualitas suatu informasi
tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu:
23
Universitas Sumatera Utara
a. Akurat ( Accurate )
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau
menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan
maksudnya.
b. Tepat Waktu (timelines)
Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi
yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi
merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan
keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal bagi organisasi.
c. Relevan (relevance)
Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan kata
lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang
membutuhkan.
Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua (2004:59) data yang
masih merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi
melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut
disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data
(siklus informasi).
Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu
sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dengan perkembangan teknologi alat
pengolah data sampai kepada komputer dewasa ini, maka data dapat diolah
menjadi informasi sesuai keperluan tingkat manajemen organisasi. Dengan
demikian unit organisasi dapat mencapai tujuannya masing-masing sehingga
24
Universitas Sumatera Utara
secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan
efektif (Amsyah, 2005:103).
3.
Manajemen
Menurut Terry (2001:2) manajemen adalah suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Menurut Sutabri dalam Terry (2001:53) penggunaan ilmu manajemen
dalam SIM merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara
pengumpulan informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan
pengalaman.
Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah
dan asumsi secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran
agar mereka dapat memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini
diterapkan pada disain dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk
memecahkan masalah, ilmu manajemen memanfaatkan volume yang besar
dari pengetahuan manusia dalam berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena
itu, sistem untuk pemecahan masalah ( problem solving ) dapat dirancang agar
lebih efektif dan lebih efisien bagi seluruh organisasi.
Organisasi dimasa mendatang akan didasarkan pada sistem informasi dan
pengambilan keputusan ketimbang struktur hirarki wewenang/tanggung jawab
yang statis. Tanda bahwa seorang manajer itu baik adalah kemampuannya
25
Universitas Sumatera Utara
menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk
mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan
masalah dan implementasinya.
Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah
sistem informasi untuk para manajemen (SIM). Sistem informasi manajemen
harus
dirancang
berdasarkan
tugas-tugas
manajemen,
prinsip-prinsip
manajemen, cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur
organisasinya. Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya
dicerminkan kembali oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan
dampak positif kepada para manajernya serta fungsi organisasinya (Terry,
2001: 54).
4.
Sistem Informasi Manajemen ( SIM )
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem informasi
yangselain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu
organisasi,juga memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk
fungsi manajemendan proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila
orang membicarakansistem informasi manajemen, yang tergambar adalah
suatu sistem yang diciptakanuntuk melaksanakan pengolahan data yang akan
dimanfaatkan oleh suatu organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti
penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau
untuk pengambilan keputusan oleh organisasi tersebut.
Menurut Mc Leod (2004: 11) sistem informasi manajemen adalah adalah
suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa
26
Universitas Sumatera Utara
pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan Laudon (2005:20)
mendefenisikan SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada
penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan manajemen.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah
SIM merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang
berfungsi menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan
data yang menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para
penggunainformasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.
Menurut Kumorotomo (2001: 111) syarat-syarat tentang Sistem Informasi
Manajemen yang baik dan lengkap adalah:
a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah
tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi
orang yang hendak memanfaatkannya.
b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak berbelit-belit
yang hanya akan memperlambat proses manajemen.
c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan danpermasalahan
di dalam organisasi.
d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang
bersangkutan semua tingkatan manajemen.
1.5.4.2. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas
merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan
27
Universitas Sumatera Utara
data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat
menangani berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari
pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan
hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan
eksekutif yang dihasilkan oleh Puskesmas dengan bantuan sistem informasi
sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas
layanan kesehatan masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) atau SP2TP
merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada
setiap Puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan
pengaksesan data-data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang
terintegrasi dan didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani
keseluruhan proses manajemen Puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur
semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan (Diagnosis)
serta pengobatan pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan
ditampung kedalam sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai
dengan parameter untuk kebutuhan laporan seperti laporan kunjungan harian,
cara pembayaran, jenis penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana
dibutuhkan didalam Manajemen Puskesmas.
SIMPUS
merupakan
prosedur
pemrosesan
data
berdasarkan
teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur
yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
28
Universitas Sumatera Utara
Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas
secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara
optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga
bertujuan :
1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas
2. Sebagai
dasar
penyusunan
rencana
pelaksanaan
kegiatan
Puskesmas(lokakarya mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas
(Stratifikasi Puskesmas)
4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
1.5.4.3. Faktor-Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS
Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui
hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :
1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang
bermutu dan terkini.
Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan yang ada di
Puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung belum dapat
dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan informasi dari
Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling belum dapat diintegrasikan
dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara real time
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data.
Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
data. Petugas entri data di Puskesmas biasanya adalah staf yang juga bertugas
29
Universitas Sumatera Utara
dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah pasien
sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien
cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua
faktor di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang
dihasilkan. Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat
waktu agar dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Pemanfaatan data belum optimal.
Data dan informasi yang tersedia sebenarnya masih dapat digunakan untuk
tujuan yang lebih luas sesuai dengan peran data dan informasi sebagai health
intelligence, misalnya melihat sebaran penyakit berdasarkan peta dan waktu,
pemeriksaan kehamilan dan imunisasi balita, pengenalan terhadap potensi
Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi pegawai dan masih banyak
aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ( SDM )
Aspek SDM merupakan aspek penting yang sangat menentukan
perkembangan SIMPUS, juga terhadap kualitas data yang dihasilkan.
Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan kepada keterbatasan SDM
berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap teknologi komputer dan sistem
informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar belakang pendidikan
komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data. Keterbatasan SDM juga
akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan SIMPUS.
Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mempunyai kapabilitas memadai terkait dengan sistem
30
Universitas Sumatera Utara
informasimulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan
data dan analisis data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan
operator komputer, ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis
sistem dan IT ProjectManager. Namun perlu dipertimbangkan juga
penempatan tenaga-tenaga tersebut, siapa yang ditempatkan di Puskesmas dan
siapa yang cukup ditempatkan di Dinas Kesehatan.
1.5.5. Pelayanan
Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap
objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakankebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebijakan
pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan
tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua
pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah
selaku pelaksana pelayanan.
Pelayanan yang baik/memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan
persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap kinerja dari
pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan
apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi kewajibannya
dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari
pemerintah.
Menurut Hodges (Sutarto, 2002:123) secara etimologis, kata pelayanan
berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya melayani
31
Universitas Sumatera Utara
kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin (1993:448)
pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak berwujud atau prestasi
yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan
konsumen.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar (1999:4) bahwa pelayanan
dikatakan
sebagai
cara
melayani,
membantu
menyiapkan,
mengurus,
menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek
yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan
organisasi (sekelompok orang anggota organisasi).
Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan
pelanggan. Menurut Wyekof (Tjiptono, 1996:59) kualitas jasa atau pelayanan
adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada
2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan yaitu
pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan.Dengan memiliki
kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian antara
harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik menjadi
dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan/instansi yang bertugas
melayani masyarakat.
Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara
petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut
langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap
32
Universitas Sumatera Utara
kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan
publik.
Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda.
Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat
yang lain. Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam
hal ini dapat dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.
Menurut Zeithalm dkk (Boediono, 2003:114) ada lima dimensi yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :
1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai,
perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini
adalah seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk pelanggan, telepon,
komputer dan lain-lain.
2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam
pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu
masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu
seperti kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang
terkait dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung.
3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas
yang dibebankan dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang
dijanjikannya.
33
Universitas Sumatera Utara
4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.
Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat
masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya
akan bebas dari kesalahan.
5. Empati
(Emphaty),
yaitu
meliputi
kemudahan
dalam
melakukan
hubungankomunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Hal seperti inibagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal
untukmeningkatkan kualitas pelayanannya.
1.5.6. Kesehatan Masyarakat
Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam
pengertian ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell (1974: 68) menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah:
1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai
kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi
secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang
secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.
2. Kelompok
orang
yang
mencari
kepentingan
penghidupan
secara
berkelompok sampai turun temurun dan mensosialkan anggota-anggotanya
melalui pendidikan.
34
Universitas Sumatera Utara
3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang
mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang
terorganisasi.
Menurut Ratminto (2005:10) kesehatan masyarakat adalah kombinasi
antara
teori
dan
praktek
yang
bertujuan
untuk
mencegah
penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian
yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara pendekatan yang paling
efektif yaitu melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam
memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri,
sedangkan tujuan khususnya adalah :
a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan.
1.6. Definisi Konsep
Konsep
adalah
istilah
atau
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi di negara Indonesia sangatlah cepat terutama
dibidang teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan suatu acuan
baginegara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Kebutuhan masyarakat yang
semakin banyak dan serba cepat menuntutpemerintah untuk lebih meningkatkan
kinerjapelayanannya kepada masyarakat, terutama di bidang bidang strategis seperti
kesehatan.
Teknologi
informasi
yang
berbasis
komputerisasi,
saat
ini
telahmenyederhanakan pekerjaan menganalisis jumlah data yang luas, dan
teknologiinformasi
berbasis
komputer
tersebut
dapat
memudahkan
dalam
memanajemensumber daya yang dimiliki. Adanya pengembangan sistem informasi di
suatu pemerintahan akan memudahkan para pegawai dalam menyimpulkan data dan
informasi
dengan
telekomunikasi)
lebihbaik.Kemajuan
terjadisedemikian
teknologi
pesatnya
informasi
sehingga
data,
(komputer
dan
informasi,
dan
pengetahuan dapat diciptakandengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh
lapisan masyarakat.Informasi saat ini merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
masyarakat sepertihalnya manusia membutuhkan tenaga untuk hidupnya.
Kabupaten Deli Serdang dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
daerahbaik dari sumber daya manusia maupun sumber daya alam, perlu di
dukungdengan penggunaan teknologi dan informasi. Penggunaan teknologi dan
1
Universitas Sumatera Utara
informasiyang lebih kompetitif dapat menjalankan roda pemerintahan dan
mewujudkanpembangunan bidang teknologi dan informasi di Sumatera Utara.
Kemajuan teknologidan informasi di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat dari suatu
organisasipemerintahan yang sudah banyak menggunakan konsep teknologi
pemerintahanatau yang sering disebut dengan e-Government.
E-Government merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukanpemerintah
Kabupaten Deli Serdang khususnya oleh Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang,
dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya yang lebih efektif danefisien. EGovernment adalah istilah yang sangat popular saat ini, dimana secaraumum EGovernment merupakan upaya mengaplikasikan pelayanan pemerintahanmelalui
sistem informasi berbasis komputer. Salah satu bentuk upaya pemerintah melalui
Dinas Kesehatan khususnya pada bidang TeknologiInformasi Kesehatan (TIK) dalam
meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat yaitu dengandibangunnya Sistem
Informasi Manajemen SistemPencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SIM SP3) dan
Sistem Informasi RumahSakit (SIRS) yang merupakan penunjang pelaksanaan eGovernment.
Peraturan perundang-undangan yang menaungi sistem informasikesehatan
adalah
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
004/Menkes/SK/I/2003tentang
Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan dan KeputusanMenteri
Kesehatan
Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang
PetunjukPelaksanaan
Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota. Kedua
Keputusan Menteri Kesehatan ini adalah dasar hukum yang dapat digunakan untuk
melaksanankan program ksesehatan yang berbasis online data. Kepmenkes No. 837
2
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2007 Tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online adalah
penyempurnaan dari dasar hukum sebelumnya.
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan
memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat di
jangkau seluruh lapisan masyarakat.
PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah
kerja.
Sebagai
Unit
Pelaksana
Teknis
(UPT)
Dinas
KesehatanKabupaten/kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari
tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Salah satu penerapan e-Government dalam bidang kesehatan di instansi
pemerintahan adalah melalui penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS). SIMPUS yang merupakan suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulandata, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan
informasiyang dibutuhkan untuk kegiatan Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang.
Maka
dengan
SIMPUS
yang
menggunakan
sistem
komputerisasi
didalammengaplikasikan segala data-data akan menjadi lebih mudah dikerjakan,
sehinggapencatatan data lebih cepat, akurat dan efisien. Sehingga dapat mengurangi
3
Universitas Sumatera Utara
waktupengerjaan
dan
menghindari
kesalahan-kesalahan
yang
diakibatkan
kesalahanpencatatan data-data yang ada.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah program sistem
informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan
kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit,
ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.Sehubungan dengan
hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan
menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu
wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan
mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut nampaknya hanya
bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling
bawah sampai ke tingkat pusat.
Pelakasanaan SIMPUS yang berlangsung selama ini tidakterlepas dari
penggunaan manajemen data dari setiap instansi yang ada didaerahdan pusat.
Manajemen data yang berhubungan dengan kesehatan didaerahsemuanya terpusat
pada Dinas Kesehatan Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) dankemudian akan
dilanjutkan ke pusat dalam hal ini adalah Pusat Data danInformasi (Pusdatin).
Manajemen data yang buruk akan mengakibatkan kesulitanpihak Pusdatin dalam
menyatukan seluruh data yang ada disetiap Dinas KesehatanProvinsi.
Permasalahanyang berkaitan khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan
kesehatanmasyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang kepada masyarakat yang ada di Kabupaten
Deli Serdang khususnya tidak terlepas darimembaiknya suatu kinerja pemerintah
4
Universitas Sumatera Utara
dalam melakukan tugasnya.Keterkaitan antara masyarakat (sebagai pelanggan)
dengan pemerintahdiharapkan dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga
terbentuklah sebuahstandar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu.
Standarpelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan
pelayananpublik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan
danmasyarakat
sebagai
pihak
penerima
pelayanan.
Tujuannya,
untuk
memberikanpelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas (sasaran)
utama yangharus dilayani.
Puskesmas Dalu X (sepuluh) merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Deli Serdang yang berada di KecamatanTanjung Morawa. Wilayah kerja Puskesmas
ini mencakup 10 desa yang berada di sekitarnya dengan jumlah penduduk mencapai
82,449 jiwa. Adapun wilayah kerjaPuskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung
Morawa berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam di sebelah Timur,Kecamatan
Beringin danKecamatan Batang Kuis disebelah utara, Percut Sei Tuan dan kota
Medan di sebelah barat dan desa Punden Rejo di sebelah selatan.
Penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu Sepuluh masih mengalami hambatanhambatannya seperti sering terjadinya perekapan data-data pasien yang berobat
sehingga membutuhkan waktu yang lama, dan juga masalah sumber Daya Manusia
dalam pengerjaan laporan masih satu orang yang mengerjakannya.Berdasarkan latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil
judul “Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat (Studi Kasus
Di Puskesmas Dalu X KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)”.
5
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “BagaimanaImplementasi Program Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Masyarakat (Di PuskesmasKecamatan Dalu X Kabupaten Deli Serdang)”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS
yang dicanangkan
Pemerintah
di
Puskesmas
Dalu
X (Sepuluh)
KecamatanTanjung Morawa.
2.
Penelitian bertujuan untuk melihat apa sajahambatan-hambatan dalam
penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu X (Sepuluh) KecamatanTanjung
Morawa.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti,
dan juga bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan
menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada studi
Administrasi Negara dalam kaitannya dengan implementasi program
SIMPUS dalam meningkatkan palayanan kesehatan masyarakat.
6
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat secara praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
atau lembaga-lembaga lain yang berkepentingan pada implementasi
program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Manfaat secara akademis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu tahapan melatih
mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu Departemen Ilmu Administrasi
Negara.
1.5. Kerangka Teori
Menurut Kerlinger (Singarimbun. 1995:37) teori merupakan asumsi, konsep,
defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai
landasan berfikir untuk menunjukan perspektif yang digunakan dalam memandang
feenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu
pesatnya karena perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teoriteori sosial, untuk itu dalam melaksanakan penelitian ilmiah khususnya dalam ilmu
sosial, teori berperan sabagai landasan berfikir untuk mendukung pemecahan masalah
dengan jelas dan sistematis. Berdasarkan rumusan di atas, penulis mengemukakan
beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan
berfikir dalam penelitian ini.
7
Universitas Sumatera Utara
1.5.1. Kebijakan Publik
Edward R. Tuftle(1974 :23) mengemukan bahwa setiap jenis analisis
yangmenghasilkan dan menyajikan informasi dapat menjadi dasar bagi
parapengambil kebijakan di dalam menguji argumennya. Kata analisis
dalamkerangka
kebijakan
penggunaaninstitusi
dan
publik
secara
pertimbangan
tidak
langsung
yang
mencakup
menunjukkan
tidak
hanya
pengujiankebijakan dengan pemecahan ke dalam komponen-komponennya,
tetapijuga
merencanakan
yangmemungkinkan.
dan
Kegiatan
mencari
sintesis
ini
mencakup
atas
alternatif-alternatif
penyelidikan
untuk
menjelaskanatau memberikan wawasan terhadap problem atau isu yang muncul
atauuntuk mengevaluasi program yang sudah berjalan. Disini muncul dua
tipeanalisis yaitu analisis yang bersifat in-formal dengan argumentasi yangtajam
dan analisis kebijakan yang dilakukan dengan melibatkan data yangbesar dan
rumit serta mencakup masalah yang luas pula.
Chandler
&
Plano(Mustopadidjaja,1988:12)
berpendapat
bahwa
kebijakan publik adalahpemanfaatan yang srategis terhadap sumberdayasumberdaya yang adauntuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah. Dalamkenyataannya, Kebijakan tersebut telah banyak membantu
para pelaksanapada tingkat birokrasi pemerintah rnaupun para politisi untuk
memecahkanmasalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan
public merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus
menerusoleh
pemerintah
demi
kepentingan
kelompok
yang
kurang
8
Universitas Sumatera Utara
beruntungdalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi
dalampembangunan secara luas.
Thomas R. Dye (The Liang Gie,1981:17) memberikan pengertian dasar
mengenaikebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang
dilakukanoleh pemerintah. Pengertian ini kemudian dikembangkan dan
diperbaharuioleh ilmuwan-ilmuwan yang berkecimpung di ilmu kebijakan publik
sebagai penyempurnaan karena arti itu jika diterapkan, maka ruang lingkup studi
ini menjadi sangat luas, disamping kajiannya yang hanya terfokus pada negara
sebagai pokok kajian.
Jadi pada dasarnya studi kebijakan publik berorientasi padapemecahan
masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat. Dengandemikian analisis
kebijakan publik secara umum merupakan ilmu terapandan berperan sebagai alat
atau ilmu yang berusaha untuk memecahkanmasalah. Pada konteks ini kebijakan
publik memiliki beragam perspektif,pendekatan maupun paradigma sesuai
dengan fokus dari obyekpenelitian atau obyek kajian.
Istilah kebijakan publik sesungguhnya dipergunakan dalampengertian
yang berbeda-beda. Owen E. Hugh(1994:54) mengatakan bahwaKebijakan
adalah
cara
bertindak
yang
sengaja
untuk
menyelesaikanbeberapa
permasalahan.Charles .O. Jones (Tangkilisan, 2003:5) menekankan studi
Kebijakan Publik ini pada 2 (dua)proses, yaitu:
a. Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalahitu
sampai pada pemerintah bagaimana pemerintah mendefinisikanmasalah itu,
dan bagaimana tindakan pemerintah.
9
Universitas Sumatera Utara
b. Refleksi
tentang
bagaimana
seseorang
bereaksi
terhadap
masalah-
masalah,terhadap Kebijakan negara, dan memecahkannya.
Masih Menurut. Charles O. Jones Kebijakan terdiri dari komponen-komponen:
a. Goal atau tujuan yang diinginkan.
b. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.
c. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.
d. Decision atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukantujuan,
membuat rencana/ melaksanakan dan mengevaluasi program.
e. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primeratau
sekunder).
Menurut Dunn (Tangklisan, 2003:6) Proses analisis kebijakan secara
umum merupakan suatu proses kerja yang meliputi lima komponen informasi
kebijakan yang saling terkait dan dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan berbagai teknik analisis kebijakan.
Prosesanalisis kebijakan terjadi secaraakumulatif antara komponen
informasi dan teknik analisis yang digunakanuntuk menghasilkan dan
memindahkannya. Penggunaan teknik-teknikanalisis kebijakan (perumusan
masalah, peramalan, peliputan, evaluasi, danrekomendasi) memungkinkan analis
memindah
salah
satu
tipe
informasike
informasi
lainnya
secara
berkesinambungan. Informasi dan teknik salingbergantung, dimana keduanya
terkait dalam proses pembuatan danperubahan yang dinamis melalui transformasi
informasi kebijakan (Policy Informational Transformations).
10
Universitas Sumatera Utara
Pada konteks ini komponen informasikebijakan (masalah kebijakan,
altematif kebijakan, tindakan kebijakan hasilkebijakan, dan hasil guna kebijakan)
ditransformasikan dari satu posisi keposisi lainnya dengan menggunakan teknik
analisis kebijakan.Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik,
Dunn (Tangklisan, 2003:8) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis
yang harusdilakukan yaitu :
1.
Penetapan Agenda Kebijakan (Agenda Setting)
2.
Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)
3.
Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)
4.
Isi Kebijakan (Policy Implementation)
5.
Evaluasi Kebijakan (Policy Assesment)
1.5.2. Implementasi Kebijakan
Patton
dan
Sawichi
(Tangkilisan,2003:29)
:
“menyebutkan
bahwaimplementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan
untukmerealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara
untukmengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang
telahdiseleksi”.
Kamus
Webster
implementasidirumuskan
secara
dalam
pendek
Wahab
(1997:64),
bahwa
“to
pengertian
implement”
(mengimplementasikan) berarti“to provide means for carrying out; to give
practical
effect
to”
(menyajikansarana
untuk
melaksanakan
sesuatu;
menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).
11
Universitas Sumatera Utara
Jones (Tangkilisan, 2003:18) implementasi merupakan suatuproses yang
dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untukmencari apa
yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasimengatur
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam
tujuan kebijakan yang diinginkan.
Implementasi
kebijakan
adalah
bagian
dari
rangkaian
proses
kebijakanpublik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling
bergantungyang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi
kebijakan,adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu
ditekankan disiniadalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai
sebelum tujuandan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusankeputusankebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah
undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi
kebijakan tersebut (Winarno, 2002:102).
Kebijakan
publik
merupakan
sebuah
awal
dan
belum
dapat
dijadikanindikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena
kebijakanadalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu,
abstrak dankonseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan
implementasi dan terjadiinteraksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi
kebijakan, barulahkeberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.
Suatu
kebijakan
implementasinyamampu
(publik)
menyentuh
dikatakan
kebutuhan
berhasil
bila
kepentingan
dalam
publik.
Pertanyaannya adalah ketikasuatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan
12
Universitas Sumatera Utara
publik, bagaimana bisa disebutsebagai kebijakan yang berhasil. Peters (dalam
Tangkilisan, 2003:22)mengatakan bahwa:
“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu
informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan
adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun
kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana
implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan
kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan internal ataupun eksternal
kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan
sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan
tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi
di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana
dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang”.
Dalam rangka mencapai tujuan implementasi program yang efektif,
pemerintah dituntut untuk melakukan aksi serupa membuat perundang-undangan
sebagai acuan, penghimpunan sumber daya yaitu sumber daya manusia sebagai
pelaksana dan sumber daya keuangan (finansial) yang akan mendukung
pelaksanaan program dan komitmen pelaku-pelaku yang terkait. Menurut Jines
(dalam Hesel Nogi, 2003;23), untuk mengukur apakah implementasi program
efektif atau tidak dapat dilihat dari dimensi, yaitu :
a.
Organisasi
Organisasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas, adanya sumber
daya manusia sebagai tenaga pelaksana, dan perlengkapan atau alat-alat kerja
serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi
diterapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem
yang ada sehingga mendukung implementasi sistem informasi. Sumber daya
manusia berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-
13
Universitas Sumatera Utara
tugasnya. Dalam hal ini aparatur pemerintah dituntut memiliki kemampuan yang
memadai sesuai dengan kebijakan yang akan diimplemetasikan.
b.
Interprestasi
Interprestasi menyangkut tingkat pemahaman aparat pelaksana dalam proses
implementasi, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis yang berlaku, yang meliputi:
1. Kesesuaian dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Kesesuaian dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan
sudah dijabarkan dan bersifat administratif, sehingga memudahkan
pelaksanaan dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.
3. Kesesuaian dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah
dirumuskan dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam
operasionalisasi program.
c.
Penerapan
Penerapan disini berarti peraturan atau kebijakan yang berupa petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana
untuk mewujudkan hal ini dapat dilihat dari :
1. Progam kerja yang sudah ada memiliki prosedur kerja agar dalam
pelaksanaannya tidak tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara
unit kegiatan yang terdapat didalamnya.
14
Universitas Sumatera Utara
2. Program kerja harus seudah terporgram dan terencana dengan baik, sehingga
tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.
3. Jadwal kegiatan disiplin berarti program harus diketahui batas waktu
penyelesaiannya sehingga mudah dilakukan evaluasi.
1.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan publik akan lebih mudahdipahami apabila
menggunakan
suatu
model
atau
kerangkaImplementasi
Kebijakan
Publikpemikiran tertentu. Suatu model akan memberikan gambarankepada kita
secara bulat lengkap mengenai sesuatu objek, situasi,atau proses. Komponenkomponen apa saja yang terdapat padaobjek, situasi, atau proses tersebut.
Bagaimana korelasi-korelasiantara komponen-komponen itu satu dengan yang
lainnya.
Implementasi kebijakan di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
kebijakan tersebut dalam menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. Berikut
adalah teori yang paling popular digunakan untuk melihat implementasi sebuah
kebijakan dengan faktor yang mempengaruhinya.
1.5.3.1. Teori G. Edward III
Menyatakan
bahwa
ada
empat
faktor
yang
mempengaruhi
implementasikebijakan :
1. Komunikasi
Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengkur keberhasilan
variabel komunikasi. Edward III mengemukakan tiga variabel tersebut yaitu:
15
Universitas Sumatera Utara
a. Transmisi
Pemerintah
sebagai
dalammengimplementasi
pihak
yang
kebijakan/program
berperan
telah
langsung
mentransmisikan
(mengirimkan) perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan
yang telah dibuat.
b. Kejelasan
Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus
jelas,dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan
tidakdiketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan
terjadiresistensi dari kelompok sasaran.
c. Konsistensi
Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus
konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang
diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi
pelaksana di lapangan.
2. Sumber Daya
Menurut
Edward
III,
sumberdaya
merupakan
hal
penting
dalam
implementasi kebijakan yang baik. Indikator-indikator yang digunakan untuk
melihat sejauhmana sumberdaya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri
dari:
16
Universitas Sumatera Utara
a. Sumber Daya Manusia (human resources)
Tidak
cukup
hanya
dengan
adanya
jumlah
implementator
yang
memadai,untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan
keterampilanyang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber
Daya Manusia (SDM) sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan,
pentingnya ketrampilanSDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan.
b. Informasi
Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan
dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan
pemerintah.
c. Kewenangan atau otoritas
Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat
lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik,
membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para
warga.
d. Fasilitas
Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai
persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau
program.
3. Disposisi
Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III mengenai disposisi dalam
implementasi kebijakan terdiri dari:
17
Universitas Sumatera Utara
1. Pengangkatan birokrasi, disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila
personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh
pejabat-pejabat yang lebih atas..
2. Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi
masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif.
Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan
menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan
perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi
kepentingan pribadi atau organisasi.
4. Struktur Birokrasi
Menurut Edwards III terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni:
Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi. Standard operational
procedure (SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan
kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi
kerja yang kompleks dan luas.
Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan
kebijakan adalah fragmentasi. Edward III menjelaskan bahwa ”fragmentasi
merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan
yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi.
18
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn
Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara
linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S
Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih
memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meterdan Horn (Kumorotomo,
2001:38). ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada
dasarnyaadalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.
2. Sumber
daya,
sumber
daya
menunjuk
kepada
seberapa
besar
dukunganfinansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program
atau kebijakan.
3. Komunikasi
antar
organisasi
dan
penguatan
aktivitas,
hal
ini
menunjukankepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai
sasaran dantujuan program.
4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya
dukungstruktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan
komunikasi yangterjadi di internal birokrasi.
5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi
dalamranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu
sendiri.
6. Disposisi implementor, hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi
variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis,
19
Universitas Sumatera Utara
antusias dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa
yang dapatditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.
1.5.3.3. Teori Merilee S. Grindle
Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua
variabelbesar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan
mencakuptentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat
yang akandihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat
kebijakan,siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan.
Sementara itu,konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti
kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga
dan penguasa,kepatuhan dan daya tanggap (Kumorotomo, 2001:45)
1.5.3.4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Mazmanian dan Sabatier (Kumorotomo, 2001:62) menklasifikasikan
prosesimplementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.
1. Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan
yang
berkenaan
dengan
indikator
masalah
teori
dan
teknis
pelaksanaan,keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.
2. Kedua,
variabel
intervening,
yaitu
variabel
kemampuan
kebijakan
untukmenstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan
konsistensitujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber
dana, keterpaduanhierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari
lembaga pelaksana,dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan
komitmen sertakualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.
20
Universitas Sumatera Utara
3. Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan
lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk
disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan
atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan
yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang
bersifat mendasar.
1.5.4. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )
1.5.4.1. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) memiliki ruang lingkup yang
tertuang pada 3 (tiga) kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan
Manajemen.
1.
Sistem
Menurut Atmosudirdjo dalam Lumbagaol (2008:17), suatu sistem terdiri
atas objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan
dan berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
tersebut merupakan sebuah kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu.
Sedangkan menurut Azwar (2004:4) sistem adalah komponen yang saling
berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan. Sistem
didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan informasi.
Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan ke dalam organisasi
penggunanya. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan maka implementasi
21
Universitas Sumatera Utara
sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya menolak
sistem yang diterapkan, maka sistem itu dapat digolongkan gagal.
Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar (2004:27) disebutkan
bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk
mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Lumbangaol (2008:23) sistem adalah hubungan satu
unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan
yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet atau
terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur
yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti
bahwa elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.
Menurut Azwar (2004:30) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu:
a. Masukan (input) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut.
b. Proses (process) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran
yang direncanakan.
c. Keluaran (output)adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
22
Universitas Sumatera Utara
d. Umpan
balik
(feedback)
adalah
kumpulan
elemen
atau
bagian
yangmerupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistemtersebut.
Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup
dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan
pelaporan
data
dan
sumber
daya.
Komponen
proses
mencakup
pengorganisasian dan tata kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran
mencakup penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan
informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data.
Menurut Amsyah (2005:76) data dan informasi diperlukan dan
dihasilkanoleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan
informasi tersebutdapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.
2.
Informasi
Menurut
Nugroho(Lumbagaol,2008:15),informasi
adalah
suatupengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi
yang dihasilkan dari pengolahan data telah menjadi salah satu sumber daya
penting yang harus dikelola dengan baik. Apabila sebuah perusahaan kurang
memperoleh informasi, maka. akan sulit mengontrol sumber daya lain yang
mengakibatkan terganggunya kinerja dan bisa mengalami kekalahan dalam
persaingan dengan para kompetitor.
Menurut Sutabri (Lumbagaol, 2008:35) kualitas suatu informasi
tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu:
23
Universitas Sumatera Utara
a. Akurat ( Accurate )
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau
menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan
maksudnya.
b. Tepat Waktu (timelines)
Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi
yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi
merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan
keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal bagi organisasi.
c. Relevan (relevance)
Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan kata
lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang
membutuhkan.
Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua (2004:59) data yang
masih merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi
melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut
disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data
(siklus informasi).
Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu
sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dengan perkembangan teknologi alat
pengolah data sampai kepada komputer dewasa ini, maka data dapat diolah
menjadi informasi sesuai keperluan tingkat manajemen organisasi. Dengan
demikian unit organisasi dapat mencapai tujuannya masing-masing sehingga
24
Universitas Sumatera Utara
secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan
efektif (Amsyah, 2005:103).
3.
Manajemen
Menurut Terry (2001:2) manajemen adalah suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Menurut Sutabri dalam Terry (2001:53) penggunaan ilmu manajemen
dalam SIM merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara
pengumpulan informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan
pengalaman.
Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah
dan asumsi secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran
agar mereka dapat memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini
diterapkan pada disain dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk
memecahkan masalah, ilmu manajemen memanfaatkan volume yang besar
dari pengetahuan manusia dalam berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena
itu, sistem untuk pemecahan masalah ( problem solving ) dapat dirancang agar
lebih efektif dan lebih efisien bagi seluruh organisasi.
Organisasi dimasa mendatang akan didasarkan pada sistem informasi dan
pengambilan keputusan ketimbang struktur hirarki wewenang/tanggung jawab
yang statis. Tanda bahwa seorang manajer itu baik adalah kemampuannya
25
Universitas Sumatera Utara
menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk
mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan
masalah dan implementasinya.
Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah
sistem informasi untuk para manajemen (SIM). Sistem informasi manajemen
harus
dirancang
berdasarkan
tugas-tugas
manajemen,
prinsip-prinsip
manajemen, cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur
organisasinya. Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya
dicerminkan kembali oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan
dampak positif kepada para manajernya serta fungsi organisasinya (Terry,
2001: 54).
4.
Sistem Informasi Manajemen ( SIM )
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem informasi
yangselain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu
organisasi,juga memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk
fungsi manajemendan proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila
orang membicarakansistem informasi manajemen, yang tergambar adalah
suatu sistem yang diciptakanuntuk melaksanakan pengolahan data yang akan
dimanfaatkan oleh suatu organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti
penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau
untuk pengambilan keputusan oleh organisasi tersebut.
Menurut Mc Leod (2004: 11) sistem informasi manajemen adalah adalah
suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa
26
Universitas Sumatera Utara
pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan Laudon (2005:20)
mendefenisikan SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada
penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan manajemen.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah
SIM merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang
berfungsi menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan
data yang menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para
penggunainformasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.
Menurut Kumorotomo (2001: 111) syarat-syarat tentang Sistem Informasi
Manajemen yang baik dan lengkap adalah:
a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah
tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi
orang yang hendak memanfaatkannya.
b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak berbelit-belit
yang hanya akan memperlambat proses manajemen.
c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan danpermasalahan
di dalam organisasi.
d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang
bersangkutan semua tingkatan manajemen.
1.5.4.2. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas
merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan
27
Universitas Sumatera Utara
data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat
menangani berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari
pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan
hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan
eksekutif yang dihasilkan oleh Puskesmas dengan bantuan sistem informasi
sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas
layanan kesehatan masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) atau SP2TP
merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada
setiap Puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan
pengaksesan data-data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang
terintegrasi dan didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani
keseluruhan proses manajemen Puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur
semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan (Diagnosis)
serta pengobatan pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan
ditampung kedalam sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai
dengan parameter untuk kebutuhan laporan seperti laporan kunjungan harian,
cara pembayaran, jenis penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana
dibutuhkan didalam Manajemen Puskesmas.
SIMPUS
merupakan
prosedur
pemrosesan
data
berdasarkan
teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur
yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
28
Universitas Sumatera Utara
Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas
secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara
optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga
bertujuan :
1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas
2. Sebagai
dasar
penyusunan
rencana
pelaksanaan
kegiatan
Puskesmas(lokakarya mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas
(Stratifikasi Puskesmas)
4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
1.5.4.3. Faktor-Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS
Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui
hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :
1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang
bermutu dan terkini.
Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan yang ada di
Puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung belum dapat
dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan informasi dari
Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling belum dapat diintegrasikan
dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara real time
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data.
Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
data. Petugas entri data di Puskesmas biasanya adalah staf yang juga bertugas
29
Universitas Sumatera Utara
dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah pasien
sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien
cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua
faktor di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang
dihasilkan. Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat
waktu agar dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Pemanfaatan data belum optimal.
Data dan informasi yang tersedia sebenarnya masih dapat digunakan untuk
tujuan yang lebih luas sesuai dengan peran data dan informasi sebagai health
intelligence, misalnya melihat sebaran penyakit berdasarkan peta dan waktu,
pemeriksaan kehamilan dan imunisasi balita, pengenalan terhadap potensi
Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi pegawai dan masih banyak
aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ( SDM )
Aspek SDM merupakan aspek penting yang sangat menentukan
perkembangan SIMPUS, juga terhadap kualitas data yang dihasilkan.
Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan kepada keterbatasan SDM
berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap teknologi komputer dan sistem
informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar belakang pendidikan
komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data. Keterbatasan SDM juga
akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan SIMPUS.
Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mempunyai kapabilitas memadai terkait dengan sistem
30
Universitas Sumatera Utara
informasimulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan
data dan analisis data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan
operator komputer, ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis
sistem dan IT ProjectManager. Namun perlu dipertimbangkan juga
penempatan tenaga-tenaga tersebut, siapa yang ditempatkan di Puskesmas dan
siapa yang cukup ditempatkan di Dinas Kesehatan.
1.5.5. Pelayanan
Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap
objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakankebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebijakan
pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan
tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua
pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah
selaku pelaksana pelayanan.
Pelayanan yang baik/memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan
persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap kinerja dari
pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan
apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi kewajibannya
dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari
pemerintah.
Menurut Hodges (Sutarto, 2002:123) secara etimologis, kata pelayanan
berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya melayani
31
Universitas Sumatera Utara
kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin (1993:448)
pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak berwujud atau prestasi
yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan
konsumen.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar (1999:4) bahwa pelayanan
dikatakan
sebagai
cara
melayani,
membantu
menyiapkan,
mengurus,
menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek
yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan
organisasi (sekelompok orang anggota organisasi).
Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan
pelanggan. Menurut Wyekof (Tjiptono, 1996:59) kualitas jasa atau pelayanan
adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada
2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan yaitu
pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan.Dengan memiliki
kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian antara
harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik menjadi
dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan/instansi yang bertugas
melayani masyarakat.
Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara
petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut
langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap
32
Universitas Sumatera Utara
kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan
publik.
Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda.
Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat
yang lain. Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam
hal ini dapat dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.
Menurut Zeithalm dkk (Boediono, 2003:114) ada lima dimensi yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :
1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai,
perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini
adalah seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk pelanggan, telepon,
komputer dan lain-lain.
2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam
pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu
masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu
seperti kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang
terkait dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung.
3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas
yang dibebankan dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang
dijanjikannya.
33
Universitas Sumatera Utara
4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.
Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat
masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya
akan bebas dari kesalahan.
5. Empati
(Emphaty),
yaitu
meliputi
kemudahan
dalam
melakukan
hubungankomunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Hal seperti inibagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal
untukmeningkatkan kualitas pelayanannya.
1.5.6. Kesehatan Masyarakat
Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam
pengertian ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell (1974: 68) menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah:
1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai
kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi
secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang
secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.
2. Kelompok
orang
yang
mencari
kepentingan
penghidupan
secara
berkelompok sampai turun temurun dan mensosialkan anggota-anggotanya
melalui pendidikan.
34
Universitas Sumatera Utara
3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang
mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang
terorganisasi.
Menurut Ratminto (2005:10) kesehatan masyarakat adalah kombinasi
antara
teori
dan
praktek
yang
bertujuan
untuk
mencegah
penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian
yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara pendekatan yang paling
efektif yaitu melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam
memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri,
sedangkan tujuan khususnya adalah :
a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan.
1.6. Definisi Konsep
Konsep
adalah
istilah
atau