Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

(1)

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas ( SIMPUS ) Dalam Meningkatkan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan

Sarjana ( S-1 )

Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Diajukan Oleh :

Hafni Rahmanita

100903019

 

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat- Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Dan tidak lupa Penulis ucapkan salawat beriring salam kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai contoh teladan umat .

Skripsi ini berjudul “Implementasi Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas ( SIMPUS ) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat”. Skripsi ini juga sekaligus sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan S1 Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, Penulis mendapat banyak bantuan berupa bimbingan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Kedua Orang Tua Penulis

yaitu ABD Rahman dan Aflah Khairani, yang telah melahirkan, membesarkan

dan mendidik Penulis, terima kasih atas segala pengorbanan dan dukungan yang telah Beliau berikan baik secara moral maupun materil yang tiada dapat ananda balas sampai kapan pun dan dengan apa pun. Dan juga seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan dan motivasi penulis.


(3)

Dalam kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.si selaku Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara USU dan juga selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren.M.SP selaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis.

5. Bapak Hatta Ridho S.Sos,M.SP selaku Dosen Penguji Penulis.

6. Bapak Drs. Kariono, M.si selaku Dosen Penguji Penulis

7. Kak Mega dan Kak Dian yang banyak membantu dalam urusan-

urusan administrasi penyelesaian Skripsi ini.

8. Saudara - saudari Abangnda Penulis Taufik Rahman, dan adik – adik

saya Fazlur Rahman, Dan Anisa Rahman yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

9. Untuk sahabat tercinta penulis “ ABHIL” yaitu Aryanti ( Titik ), Betri

( Ibet ), Isnaini ( Iis ) dan Lolla ( Nla ), terimakasih atas kebersamaanya selama ini.

10. Seluruh teman- teman di AN 010, teman- teman PKL di Desa Batu Jongjong terima kasih sudah jadi teman selama masa kuliah dan di PKL salam “ CEKI UNITED”.

11. Terimakasih juga buat teman – temanku tersayang Nurul, Nisa, Sella, Tia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 12. Dan terima kasih juga kepada seluruh pegawai Puskesmas Teladan


(4)

13. Dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seseorang yang

penulis sayangi “ Dicky Himawan S.Sos“ yang telah memberikan

dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan ini.

Akhirnya kepada Allah SWT kita berserah diri dengan harapan semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Amin..

Medan, Maret 2014

Penulis

                   


(5)

ABSTRAKSI

Nama : Hafni Rahmanita

NIIM : 100903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program SIMPUS Dalam

Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Studi Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota ) Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data untuk sampel informan baik dari aparat Puskesmas Teladan Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan maupun sampel masyarakat menggunakan wawancara secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang lengkap dan jelas . Pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian ini yakni mengenai teori implementasi program / kebijakan dan teori kualitas pelayanan.

Hasil analisiss data dari penelitian ini menunjukan bahwa penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan masih menggunakan sistem yang manual karena memiliki hambatan – hambatan dalam proses penerapannya seperti pada perangkat komputer serta pada sumber daya manusianya dan juga anggaran yang diberikan masih dirasa kurang. Pada pelayanan yang diberikan oleh aparat kesehatan berupa pemberian informasi, keramahan dan kesigapan dirasa sudah baik dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa aparat kesehatan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat secara umum sudah memainkan perannya secara baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Saran penulis dalam penelitian ini adalah harus adanya penambahan alat perangkat seperti komputer maupun anggaran yang diberikan agar lebih lagi meningkatkan pelayanan masyarakat. Keywords : Implementasi Program, SIMPUS, Kualitas Pelayanan Kesehatan.


(6)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 8

1.5 Kerangka Teori 8

1.5.1 Implementasi Kebijakan 9

1.5.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Imlementasi Kebijakan 11

1.5.2.1 Teori G. Edward III 11

1.5.2.2 Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 13

1.5.2.3 Teori Merilee S. Grindle 14

1.5.2.4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 14

1.5.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) 15

1.5.3.1 Sistem Informasi Manajemen 15

1.5.3.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas 22

1.5.3.3 Faktor faktor Penghambat Penerapan SIMPUS 26

1.5.4 Pelayanan 27

1.5.5 Kesehatan Masyarakat 30

I.6 Defenisi Konsep 32

I.7 Sistematika Penulisan 34

BAB II : METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian 36


(7)

2.4 Teknik Pengumpulan Data 37

2.5 Teknik Analisis Data 39

BAB III : DESKRIPSI LOKASI

3.1 Sejarah Puskesmas Teladan 40

3.2 Data Geografis 41

3.2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Teladan 41

3.3 Kegiatan Pokok Puskesmas 43

3.3.1 Upaya Penyelenggara Puskesmas Teladan 43

3.4 Fasilitas Fisik Puskesmas Teladan 45

3.4.1 Fasilitas alat – alat Puskesmas Teladan 46

3.4.2 Fasilitas Obat – obatan 46

3.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan 46

3.5.1 Tugas Pokok Fungsi Puskesmas 48

BAB IV : PENYAJIAN DATA

4.1 Ruang Lingkup Sistem Informasi Manajemen Puskesmas 55

4.2 Hambatan – hambatan penerapan SIMPUS Puskesmas Teladan 60

4.3 Observasi Penelitian 64

BAB V : ANALISIS DATA

Analisis Data 80

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan 87

6.2 Saran 88


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk berdasarkan jenis kelamin 42

di Puskesmas Teladan Medan

Tabel 3.2 : Komposisi Mata Pencaharian penduduk 42

di Puskesmas Teladan Medan

Tabel 3.3 : Fasilitas Gedung Puskesmas Teladan Medan 45

Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan 47

Tabel 4.1 : Daftar 10 Penyakit terbesar di Puskesmas Teladan 59

Medan Periode 2013

Tabel 4.2 : Daftar Nama – nama Informan 64

Penelitian

Tabel 4.3 : Daftar Nama – nama Informan Tambahan 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tampilan Utama SIMPUS 23

Gambar 1.2 Menu Register Harian Pasien 24

Gambar 1.3 Stok Bulanan Obat 24

Gambar 1.4 Laporan Query Data Pasien 24

Gambar 1.5 Menu Laporan Query Obat 25

Gambar 1.6 Menu Laporan Kesakitan LB1 25

Gambar 1.7 Menu Laporan PPLPO 26

Gambar 4.1 : Sarana dan Prasarana Puskesmas Teladan Medan 61

Gambar 4.2 : Pendaftaran Pasien di Loket Puskesmas 62

Gambar 4.3 : Pasien mengantri untuk diperiksa 63


(10)

ABSTRAKSI

Nama : Hafni Rahmanita

NIIM : 100903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program SIMPUS Dalam

Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Studi Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota ) Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data untuk sampel informan baik dari aparat Puskesmas Teladan Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan maupun sampel masyarakat menggunakan wawancara secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang lengkap dan jelas . Pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian ini yakni mengenai teori implementasi program / kebijakan dan teori kualitas pelayanan.

Hasil analisiss data dari penelitian ini menunjukan bahwa penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan masih menggunakan sistem yang manual karena memiliki hambatan – hambatan dalam proses penerapannya seperti pada perangkat komputer serta pada sumber daya manusianya dan juga anggaran yang diberikan masih dirasa kurang. Pada pelayanan yang diberikan oleh aparat kesehatan berupa pemberian informasi, keramahan dan kesigapan dirasa sudah baik dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa aparat kesehatan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat secara umum sudah memainkan perannya secara baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Saran penulis dalam penelitian ini adalah harus adanya penambahan alat perangkat seperti komputer maupun anggaran yang diberikan agar lebih lagi meningkatkan pelayanan masyarakat.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik sebagai pemberi layanan ( m e l a y a n i ) k e p e r l u a n o r a n g a t a u m a s y a r a k a t y a n g m e m p u n y a i kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pelayanan publik merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat atau Daerah, setiap warga Negara tidak akan pernah bisa terhindar yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah. Pada saat yang sama, birokrasi pemerintah adalah satu-satunya organisasi yang memiliki legitimasi untuk memaksakan berbagai peraturan dan kebijakan menyangkut masyarakat dan setiap warga Negara. Itulah sebabnya pelayanan yang diberikan birokrasi pemerintah menuntut tanggung jawab yang tinggi. Seperti diketahui bahwa birokrasi pemerintah mempunyai fungsi mengatur, memerintah, menyediakan fasilitas, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan tujuan supaya kepentingan- kepentingan umum pelayanan administrasi di penuhi melalui serangkaian aturan-aturan yang sama bagi semua pihak ( Ghuffan, 1991:37). Dalam melaksanakan fungsi tersebut, maka dalam sistem birokrasi telah diatur suatu struktur yang dimaksudkan untuk memberikan solusi yang paling mendukung dan mempermudah kinerja dalam mencapai sasaran organisasi dimana dalam mencapai struktur ini mencakup antara lain adanya pembagian kerja, pelimpahan wewenang, dan prinsip impersonalisasi


(12)

yang tidak membeda – bedakan dalam pemberian layanan. Salah satunya yaitu mengenai pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS ) sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat di jangkau seluruh lapisan masyarakat.

PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Dinas Kesehatan Kabupaten / kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia ( Trihono, ARRIMES Manajemen Puskesmas. Jakarta: Sagung Seto.

Akses 6 Januari 2014 pukul 07.18). 

Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP ) pada awal tahun 1970an. Pengembangan SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data Kesehatan pada tahun 1984. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembangan SIKNAS ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah klasik pula,


(13)

yaitu kurang akurat, kurang sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan ( Departemen Kesehatan RI, 2007 ).

Keputusan menteri Kesehatan ( Kepmenkes ) No. 511 Tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) di Era Otonomi Daerah menegaskan bahwa sasaran pengembangan SIKNAS pada akhir tahun 2009 adalah telah tersedia dan dimanfaatkan data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat untuk pengambilan keputusan/kebijakan bidang kesehatan di Kabupaten / Kota, Provinsi dan Departemen Kesehatan dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi. Indikatornya adalah terintegrasinya data dan informasi dari Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan. Data dan informasi yang terintegrasi di Kabupaten / Kota berasal dari Puskesmas yang diolah dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas atau SIMPUS sehingga kualitas data dan informasi di Puskesmas menjadi sangat penting kedudukannya dalam pengambilan keputusan di tingkat Kabupaten / Kota, Provinsi dan tingkat Nasional.

Salah satu penerapan e-government dalam bidang kesehatan di instansi pemerintahan adalah melalui penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS diterapkan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan proses pelayanan yang cepat, mudah dan murah serta tidak membebani masyarakat terutama masyarakat miskin. Pelaksanaan SIMPUS ini dapat berjalan dengan lancar apabila dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua sektor terkait meliputi pemerintah, swasta, dan masyarakat.


(14)

SIMPUS adalah suatu aplikasi yang ditujukan untuk administrasi dan pengelolaan sebuah Puskesmas yang mampu meningkatkan kinerja dengan memaksimalkan sistem komputer. Instansi yang berperan dalam melaksanakan SIMPUS ini adalah Puskesmas. Di sini peran Puskesmas sebagai instansi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang tingkat pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat ( Departemen Kesehatan RI, 2007 ).

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) merupakan sebuah sistem yang berfungsi menyediakan informasi kesehatan yang diharapkan memberikan gambaran hasil upaya kesehatan, masalah kesehatan potensial dan ketersediaan sumber daya di puskesmas melalui proses pengumpulan, pengolahan, penyajian dan interpretasi data. Informasi ini sangat bermanfaat bagi kegiatan manajemen kesehatan dimana inti dari manajemen adalah pengambilan


(15)

keputusan. Pengambilan keputusan yang baik didukung oleh informasi yang baik, dengan kata lain data yang terkumpul melalui SIMPUS diharapkan berperan

sebagai health intelligence. ( www.SIMPUS _ Fisika Kesehatan _

MissKesMas.htm, di alses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.00 ).

Hasil penelitian Kurniawati ( 2004 ), mendapati bahwa sistem pencatatan dan pelaporan data pasien rawat jalan Puskesmas di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang sebelum SIMPUS Online berjalan didasarkan format pelaporan Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas ( SP3 ), menggunakan sistem manual dan sederhana, hambatannya sering terjadi kesalahan dan perbedaan laporan antar pemegang program, terlalu banyak tangan, mengandalkan tulisan tangan, laporan tidak tepat waktu, laporan sering salah, kegiatan yang tumpang tindih, pelaporan harus ke Dinas Kesehatan Kota membutuhkan waktu lama. Pada SIMPUS Online seluruhnya menggunakan komputer, kinerja SIMPUS Online belum dapat menunjukkan kecepatan dan kemampuannya menangani beban kerja pengelolaan data, hal ini terjadi karena petugas pengelola data sedang mengalami transisi dan perubahan dari sistem manual ke sistem komputer karena sistem baru berjalan selama dua bulan.

Konsep SIMPUS sebenarnya telah digulirkan oleh Departemen Kesehatan RI awal tahun 1990-an yang dikenal dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP ). Kemudian untuk menyederhanakan SP2TP maka kebijakan Departemen Kesehatan mengarah kepada sebuah sistem yang berbasis peranti lunak yang dituangkan melalui keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, nomor: 590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan


(16)

Sistem Pencatatan dan Pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). Namun pengembangan dan penerapan sistem berbasis peranti lunak tersebut masih

menemui banyak hambatan, terutama output data yang tidak akurat dan seringkali

berbeda dengan kondisi riil di lapangan. Tentunya ini akan semakin menjauh dari tujuan penerapan SIMPUS seperti yang telah digariskan dalam Kepmenkes No. 837 Tahun 2007 tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online.

Puskesmas Teladan merupakan Puskesmas yang terdiri dari lima kelurahan dengan jumlah penduduk 38,803 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota berbatasan Kecamatan Maimun sebelah Utara, Kelurahan Teladan Timur sebelah Selatan, Simpang Limun sebelah Barat, Medan Perjuangan sebelah Timur. Disini kita dapat melihat sejauhmana penerapan SIMPUS ini di Puskesmas Teladan, karena semakin banyaknya masyarakat yang berobat di Puskesmas tersebut maka peran SIMPUS ini untuk meningkatkan pelayanan masyarakat juga sangat penting. Setelah diadakan wawancara kepada aparat yang bertanggung jawab pada SP2TP atau SIMPUS, maka implementasi SIMPUS tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi dalam hal ini penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan masih dilakukan secara manual, untuk kepada SIMPUS Online yang terintegrasinya data puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Medan yang menggunakan komputerisasi masih dalam proses, dan pada pertengahan tahun 2013 baru masih di terapkannya elektronik Puskesmas untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Penerapan SIMPUS atau SP2TP di Puskesmas Teladan masih mengalami hambatan – hambatannya seperti sering terjadinya perekapan data – data pasien yang berobat sehingga membutuhkan


(17)

laporan masih satu orang yang mengerjakannya. ( Aparat Puskesmas Teladan ). Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

tentang: “Implementasi SIMPUS Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Kesehatan Masyarakat” ( studi pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini adalah : “ Bagaimana Implementasi SIMPUS Dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat ” ( pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS

yang di canangkan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauhmana Penerapan Program

SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota dan hambatan – hambatan yang terjadi dalam Implementasi Program SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara ilmiah

Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan studi Administrasi Negara pada implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan palayanan kesehatan masyarakat.

2. Manfaat secara praktis

Dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga – lembaga lain yang berkepentingan pada implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5Kerangka Teori

Menurut Kerlinger ( Singarimbun. 1995 : 37 ) teori merupakan asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjuukkan perspektif yang digunakan dalam memandang feenomena sosial yang menjadi

objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu pesatnya karena

perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teori – teori sosial, untuk itu dalam melaksanakan penelitian ilmiah khususnya dalam ilmu


(19)

masalah dengan jelas dan sistematis ( Rakhmat, 2004: 6 ). Berdasarkan rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Implementasi Kebijakan

Patton dan Sawichi (dalam Tangkilisan,2003:29) : “menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi”. Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasi

dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti

to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Jones dalam Tangkilisan ( 2003:18 ), implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah


(20)

undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut ( Winarno, 2002:102 ).

Kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikan indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena kebijakan adalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dan konseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.

Suatu kebijakan ( publik ) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut sebagai kebijakan yang berhasil? Peters ( dalam Tangkilisan, 2003:22 ) mengatakan bahwa:

Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya


(21)

1.5.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Teori G. Edward III

Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan :

1. Komunikasi a. Transmisi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam mengimplementasi kebijakan/program telah mentransmisikan ( mengirimkan ) perintah - perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.

b. Kejelasan

Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas, dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia ( human resources )

Tidak cukup hanya dengan adanya jumlah implementator yang memadai, untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan ketrampilan yang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber Daya Manusia ( SDM ) sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan.


(22)

b. Informasi

Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.

c. Kewenangan atau otoritas

Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga.

d. Fasilitas

Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.

3. Disposisi

Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. ( Subarsono, 2005:90 )


(23)

4. Struktur Birokrasi

Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas birokrasi tidak flexibel.

1.5.2.2 Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn (Indiahono, 2009 :38), ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.

2. Sumber daya, sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan. 3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, hal ini menunjukan kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program.

4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.

5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu sendiri. 6. Disposisi implementor, hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias,


(24)

dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.

1.5.2.3 Teori Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakup tentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan, siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu, konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa, kepatuhan dan daya tanggap (Dwidjowijoto, 2006:175).

1.5.2.4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Mazmanian dan Sabatier ( Dwidjowijoto, 2006:169 ) menklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen serta


(25)

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

1.5.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) 1.5.3.1 Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) memiliki ruang lingkup yang tertuang pada 3 ( tiga ) kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan Manajemen.

1. Sistem

Menurut Atmosudirdjo dalam Sutabri ( 2012:17 ), suatu sistem terdiri atas objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan sebuah kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu. Sedangkan menurut Anwar ( 2003:4 ) sistem adalah komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan.

Sistem didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan informasi. Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan ke dalam organisasi penggunanya. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan maka implementasi sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya menolak sistem yang diterapkan, maka sistem itu dapat digolongkan gagal.


(26)

Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar ( 2004 ) disebutkan bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Lumbangaol ( 2008 ) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet atau terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti bahwa elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.

Menurut Azwar ( 2004 ) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu :

a. Masukan ( input ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat

dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut.

b. Proses ( process ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat

dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

c. Keluaran ( output ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang


(27)

d. Umpan balik ( feedback ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan pelaporan data dan sumber daya. Komponen proses mencakup pengorganisasian dan tata kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran mencakup penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data.

Menurut Amsyah ( 2005 ) data dan informasi diperlukan dan dihasilkan oleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebut dapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.

Umpan Balik

Gambar 1.1 Sistem Informasi Suatu Unit Kerja

2. Informasi

Menurut Nugroho ( 2008:15 ), informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan dari pengolahan data telah menjadi salah satu sumber daya penting yang harus dikelola dengan baik. Apabila sebuah perusahaan kurang memperoleh informasi, maka

Transaksi dan Kegiatan Unit

Kerja


(28)

akan sulit mengontrol sumber daya lain yang mengakibatkan terganggunya kinerja dan bisa mengalami kekalahan dalam persaingan dengan para kompetitor.

Menurut Sutabri ( 2005:35 ) kualitas suatu informasi tergantung dari 3 ( tiga ) hal yaitu:

a. Akurat ( Accurate )

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

b. Tepat Waktu ( timelines )

Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal bagi organisasi.

c. Relevan ( relevance )

Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan kata lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang membutuhkan.

Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua (2004) data yang masih merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data ( siklus informasi ).


(29)

INPUT DATA ---PROSES ---KEPUTUSAN ---TINDAKAN --- PENERIMA ---OUTPUT

Gambar 1.2 Model Siklus Informasi, Achua (2004)

Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dengan perkembangan teknologi alat pengolah data sampai kepada komputer dewasa ini, maka data dapat diolah menjadi informasi sesuai keperluan tingkat manajemen organisasi. Dengan demikian unit organisasi dapat mencapai tujuannya masing-masing sehingga secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif ( Amsyah, 2005 ).

3. Manajemen

Menurut Terry di dalam Hasibuan ( 2001:2 ) manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Menurut Sutabri ( 2005:53 ) penggunaan ilmu manajemen dalam SIM merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara pengumpulan informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan pengalaman. Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah dan asumsi secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar mereka dapat memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini diterapkan pada disain dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk memecahkan masalah, ilmu manajemen memanfaatkan volume yang besar dari


(30)

pengetahuan manusia dalam berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena itu, sistem untuk pemecahan masalah ( problem solving ) dapat dirancang agar lebih efektif dan lebih efisien bagi seluruh organisasi.

Organisasi dimasa mendatang akan didasarkan pada sistem informasi dan pengambilan keputusan ketimbang struktur hirarki wewenang / tanggung jawab yang statis. Tanda bahwa seorang manajer itu baik adalah kemampuannya menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan masalah dan implementasinya.

Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah sistem informasi untuk para manajemen ( SIM ). Sistem informasi manajemen harus dirancang berdasarkan tugas-tugas manajemen, prinsip-prinsip manajemen, cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur organisasinya. Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya dicerminkan kembali oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan dampak positif kepada para manajernya serta fungsi organisasinya ( Sutabri, 2005:54 ).

4. Sistem Informasi Manajemen ( SIM )

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) adalah sebuah sistem informasi yang selain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu organisasi, juga memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk fungsi manajemen dan proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila orang membicarakan sistem informasi manajemen, yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh suatu


(31)

organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan oleh organisasi tersebut.

Menurut Mc Leod ( 2007:11 ) sistem informasi manajemen adalah adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan menurut Sutabri ( 2005:41 ), SIM merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Menurut Laudon ( 2005 :20 ) SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan manajemen.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah SIM merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang berfungsi menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data yang menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para pengguna informasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.

Menurut Kumorotomo ( 1998:111 ) syarat - syarat tentang Sistem Informasi Manajemen yang baik dan lengkap adalah:

a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang hendak memanfaatkannya.

b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak berbelit-belit yang hanya akan memperlambat proses manajemen.


(32)

c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan permasalahan di dalam organisasi.

d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang bersangkutan. semua tingkatan manajemen.

1.5.3.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )

Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasiy ang dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh Puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) atau SP2TP merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada setiap puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan pengaksesan data-data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan

didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses

manajemen puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan ( Diagnosis ) serta pengobatan pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan ditampung kedalam

sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter untuk


(33)

penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana dibutuhkan didalam Manajemen Puskesmas. SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.

Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :

1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas ( lokakarya mini )

3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas ( Stratifikasi Puskesmas )

4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.

Adapun contoh Penampilan SIMPUS di suatu daerah sebagai berikut :


(34)

Gambar 1. 2

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Regist er Harian Pasien.

2. Input Dat a diri Pasien di loket Pendaf t aran, Diagnosa dan Obat di Poli 3. Daf t ar Pasien dapat dit ampilkan di menu Browse

Gambar 1. 3 St ok Bulanan Obat

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah St ok Bulanan Obat .


(35)

Ket erangan :

1. Menu di at as adal ah Laporan Query Dat a Pasien

2. Laporan dapat per sat uan wakt u yang dikehendaki Harian, Tgl . . s/ d . . , bulanan, dll .

3. Laporan dapat per krit eria umur (t ahun, bulan, hari), j enis kelamin, j enis pasien

at aupun kombinasi, misal : pasien askes umur > 15 Tahun.

4. Cet akan dalam bent uk f ormat MS Word, sehingga sangat f leksibel pengedit an.

Gambar 1. 5 Menu Laporan Query Obat

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Query Obat . 2. Dapat menampil kan pemakaian Obat per sat uan wakt u

3. Tampilan per obat per crit eria pasien secara kombinasi dapat dit ampilkan.

Gambar 1. 6 Menu Laporan Dat a Kesakit an LB1

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Dat a Kesakit an LB1. 2. Proses Laporan secara Ot omat is t erbagi sesuai krit eria umur.

3. Dapat dit ampilkan sekian besar penyakit (mis : 3 Besar, 5 Besar, at au 10 Besar Penyakit )


(36)

Gambar 1. 7 Menu Laporan PPLPO

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Laporan Pemakaian dan Lembar Permint aan Obat ( LPLPO )

2. Laporan Ot omat is t ampil dengan sat u kl ik t erbagi sesuai crit eria. 3. Menu cet ak dalam f ormat MS Word.

1.5.3.3 Faktor – Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS

Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :

1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang bermutu dan terkini. Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan yang ada di puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung belum dapat dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan informasi dari puskesmas pembantu dan puskesmas keliling belum dapat diintegrasikan

dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara real time

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data.

Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap kualitas data. Petugas entri data di puskesmas biasanya adalah staf yang juga bertugas dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah pasien


(37)

sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua faktor di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang dihasilkan. Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat waktu agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

2. Pemanfaatan data belum optimal. Data dan informasi yang tersedia sebenarnya masih dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas sesuai dengan

peran data dan informasi sebagai health intelligence, misalnya melihat sebaran

penyakit berdasarkan peta dan waktu, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi balita, pengenalan terhadap potensi Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi pegawai dan masih banyak aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ( SDM ). Aspek SDM merupakan aspek penting yang sangat menentukan perkembangan SIMPUS, juga terhadap kualitas data yang dihasilkan. Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan kepada keterbatasan SDM berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap teknologi komputer dan sistem informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar belakang pendidikan komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data. Keterbatasan SDM juga akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan SIMPUS. (http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tantangan-integrasi-data-dalam-simpus, akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib ).

Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kapabilitas memadai terkait dengan sistem informasi


(38)

mulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data dan analisis data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan operator komputer,

ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan IT Project

Manager. Namun perlu dipertimbangkan juga penempatan tenaga - tenaga tersebut, siapa yang ditempatkan di puskesmas dan siapa yang cukup ditempatkan di Dinas Kesehatan.

1.5.4 Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebijakan - kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah selaku pelaksana pelayanan. Pelayanan yang baik/ memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari pemerintah.

Menurut Hodges ( dalam Sutarto, 2002:123 ) secara etimologis, kata pelayanan berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya

melayani kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin ( 1993:448 ), bahwa pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak


(39)

berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan konsumen.

Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar ( 1999:4 ), bahwa pelayanan dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi ( sekelompok orang anggota organisasi ).

Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyekof ( dalam Tjiptono, 1997:59 ) kualitas jasa atau pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada 2 ( dua ) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan. Dengan memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan / instansi yang bertugas melayani masyarakat.

Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan publik.


(40)

Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini dapat dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.

Menurut Zeithalm dkk ( dalam Boediono, 2003 : 114 ) ada lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai,

perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk customer, telepon, computer dan lain-lain.

2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam

pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung.

3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang dijanjikannya.

4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat

dapat dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan. Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan bebas dari kesalahan.


(41)

5. Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal seperti ini bagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

1.5.5 Kesehatan Masyarakat

Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam pengertian ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur – unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell ( 1972: 68-69 ) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah

1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai

kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.

2. Kelompok orang yang mencari kepentingan penghidupan secara

berkelompok sampai turun temurun dan mensosialkan anggota – anggotanya melalui pendidikan.

3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang

mengikat anggota – anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

Menurut Soekidjo ( 2003: 10 ) kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit,


(42)

memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk ( masyarakat ). Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan

mempunyai pengertian yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara pendekatan yang paling efektif yaitu melalui upaya – upaya pengorganisasian masyarakat.

Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri, sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 2006: 33). Oleh karena itu, untuk menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan konsep – konsep antara lain :

1. . Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah prosedur


(43)

informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.

2. Implementasi SIMPUS adalah proses serta tahapan dari pembuatan

kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya.

Implementasi menurut George C. Edward III dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut :

a. Komunikasi, informasi yang diberikan aparat kepada pegawai.

b. Sumber Daya Manusia, SDM yang bertanggung jawab pada

SIMPUS .

c. Disposisi, bentuk komitmen antara petugas yang bertanggung

jawab dalam SIMPUS

d. Struktur Birokrasi, yang harus jelas tugas fungsi pokok dari tiap

tiap pegawai.

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi. Adapun indikator – indikator mutu pelayanan menurut Zeithalm dkk ( dalam Boediono, 2003 : 114 ) adalah :

a. Bukti Langsung ( Tangibles ), Berwujud atau kata lain dengan


(44)

pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teladan.

b. Keandalan ( Reability ), merupakan kesigapan dari aparat petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut.

c. Jaminan ( Assurance ), merupakan informasi yang jelas dan di

mengerti kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan.

d. Empati ( Emphaty ), Empati seperti daya adaptasi dan toleransi

merupakan kemampuan pegawai Puskesmas Teladan terhadap ekonomis, Kemudahan dan kenyaman kepada masyarakat.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Berisikan Bentuk Penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.


(45)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Pokok bahasan penelitian yang berisikan penyajian data yang didapat dan berkaitan dengan permasalahan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan pembahasan dan interpretasi dari data – data yang disajikan pada bab sebelumnya

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.

                   


(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Usman ( 2009: 4 ) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif bermaksud membuat penyadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Berdasarkan pengertian diatas , maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala – gejala, fakta, atau kejadian – kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel ( Suyanto: 171 ).

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa

macam yaitu:


(47)

2. Informan Utama. Merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan Tambahan. Merupakan mereka yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama dan informan tambahan yaitu sebagai berikut :

1. Informan Kunci ( key informan ) yaitu Kepala Bina YANKES Dinas

Kesehatan Kota Medan dan Kepala Puskesmas Teladan Medan.

2. Informan Utama yaitu pegawai – pegawai Bina YANKES Dinas

Kesehatan dan Pegawai Puskesmas Kota Medan yang Bertanggung jawab pada Program SIMPUS atau SP2TP.

3. Informan Tambahan yaitu masyarakat yang merasakan pelayanan

Puskesmas Teladan pada program SIMPUS.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian yang terdiri dari :

a. Pengamatan Langsung (observasi langsung) yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung pada objek penelitian yaitu pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.


(48)

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak – pihak yang terkait untuk memperoleh data yang lengkap.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer.

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu cara ini dilakukan dengan menghimpun

data maupun teori berbagai literatur dan dapat digunakn untuk menganalisa data yang diperoleh.

b. Pengumpulan dokumen atau data – data yang berkaitan dengan

menggunakan catatan – catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif. Menurut Meolong ( 2006: 247 ), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.


(49)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1 Sejarah Singkat Puskemas Teladan

Pada tanggal 2 Agustus 1976 peletakan batu pertama oleh M.Saleh Arifin yang merupakan Walikota Madya Kepala daerah TK-II Medan dan diresmikan pada tanggal 1 April 1977 oleh Marah Halim yang merupakan Gubernur Kepala daerah tingkat-I. Terletak di jalan Sisingamangaraja No. 65 Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota. Puskesmas Teladan adalah Puskesmas yang terdiri dari lima kelurahan dengan jumlah penduduk 38,803 jiwa.

VISI :

Visi Puskesmas Teladan adalah masyarakat Medan sehat sejahtera

MISI :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau,

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.


(50)

3.2 Data Geografis

3.2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Teladan

Wilayah kerja Puskesmas bisa berdasarkan kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan demografi, dan keadaan infrastruktur lainnya yang merupakan bahan perimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan sedangkan puskesmas di ibu kota kecamatan merupakan rujukan dari puskesmas kelurahan. Adapun kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Teladan adalah :

1. Kelurahan Teladan Barat : 13 lingkungan

2. Kelurahan Mesjid : 9 lingkungan

3. Kelurahan Pasar baru : 8 lingkungan

4. Kelurahan Pusat Pasar : 8 lingkungan

5. Kelurahan Pandau Hulu – 1 : 9 lingkungan

Adapun Batasan wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota jumlah kelurahan yang ada yaitu :

a. Sebelah Utara bebatasan dengan Kecamatan Maimun

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur


(51)

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota

No. Jenis Kelamin Jumlah

Jiwa %

1. Laki – laki 19,222 49,5

2. Perempuan 19,581 50,5

Jumlah 38,803 100

Sumber Data: Puskesmas Teladan Medan 2014

Tabel 3.2 : Komposi Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota

No Kelurahan MataPencaharian

Swasta Dagang PNS Buruh Pensiun ABRI

F % F % F % F % F % F %

1. Teladan barat 1423 23,3 286 7,2 36 61,0 286 61,7 195 69,4 28 66,

7

2. Mesjid 850 14,3 173 4,4 118 19,8 59 12,7 30 10,7 5 11,

9

3. Pasar baru 1205 20,2 1866 47,7 12 2,0 59 12,7 2 0,7 2 4,8

4. Pusat pasar 1204 20,2 591 14,9 59 99 40 8,6 27 9,6 5 11,

9

5. Pandau

Hulu-1

1275 21,4 1050 26,5 44 7,4 20 4,3 27 9,6 2 4,8

Jumlah 5975 100 3966 100 598 100 464 100 281 100 42 10

0 Sumber Data: Puskesmas Teladan Medan 2014


(52)

3.3 Kegiatan Pokok Puskesmas

3.3.1 Upaya Penyelenggara Puskesmas Teladan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sesuai dengan KepmenKes :nomor 128/menkes/sk/ii/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan tiap Puskesmas antara lain :

a. Upaya Promosi kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pembereantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan


(53)

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang di pilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada yaitu :

a. Usaha Kesehatan Sekolah

b. Usaha Kesahatan Olahraga

c. Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Sekolah

e. Upaya Kesehatan Keluarga

f. Upaya perawatan Kesehatan Masyarakat

g. Upaya Kesehatan Kerja

h. Upaya Kesehatan gigi dan mulut

i. Upaya Kesehatan jiwa

j. Upaya Kesehatan mata

k. Upaya Kesehatan usia lanjut

l. Upaya pembinaan pengobatan tradisional


(54)

3.4 Fasilitas Fisik Puskesmas Teladan

Tabel 3.3 : Fasilitas Gedung Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota

No. Fasilitas Jumlah

1. Ruang Poli Anak 1

2. Ruang Poli Dewasa 1

3. Ruang Poli Lansia 1

4. Ruang Poli Gigi dan Mulut 1

5. Ruang Farmasi 1

6. Ruang Obgyn 1

7. Ruang USG 1

8. Ruang Penimbangan bayi, DDTK 1

9. Gudang Obat 1

10. Ruang Rawat Inap 1

11. Ruang Rawat Fisioteraphy 1

12. Ruang pemulihan gizi buruk 1

13. Ruang Perawat 1

14. Ruang KIA dan KB 1

15. Laboratorium 1

16. Ruang Pendaftaran 1

17. Ruang Kapus 1

18. Ruang Konstultasi Kesehatan 1

19. Ruang IMS 1

20. Ruang Pemeriksaan TB paru 1

21. Ruang Data 1

22. Ruang Rujukan 1

23. Kamar mandi 4

24. Dapur 1


(55)

3.4.1 Fasilitas Alat – alat

Adapun peralatan yang dimiliki Puskesmas Teladan Medan adalah : a) Fasilitas Peralatan Medis Puskesmas Teladan

Fasilitas peralatan medis yang tersedia di Puskesmas Telada Medan Kota dapat dilihat di lampiran belakang.

b) Fasilitas Administrasi

adapun fasilitas – fasilitas adninistrasi adalah sebagai berikut : 1. Kartu berobat jalan

2. Buku – buku catatan 3. Lemari dan rak kartu 4. Meja dan kursi 5. Mesin ketik 6. Komputer

7. Stempel dan arsip

3.4.2 Fasilitas Obat – obatan

Puskesmas Teladan dalam rangka menjalankan tugas – tugas pokoknya memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan obat – obatan. Obat – obatan tersebut berasal dari Dinas Kesehatan yang kemudian diberikan ke Puskesmas untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Fasilitas obat = obatan dapat dilihat pada lampiran belakang.

3.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan

Adapun sumber daya manusia beserta golongan dan jabatannya yang terdapat di Puskesmas Teladan Medan adalah :


(56)

Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan

No Nama NIP Gol Jabatan

1. dr. Kus Puji Astuti 196802161996032001 III/d Ka. Puskesmas

2. Irsan Pane,AMG 197401212005021002 III/a Ka. Subbag TU

3. drg. Lasmida Silalahi 195412071981012001 IV/d Dr. Gigi

4. Christa Siahaan S.kep.Ners 195412241985072001 IV/b Perawat

5. Timbul Siahaan S.Ft,M.Kes 196408191987031004 IV/a Fisiotherapy

6. dr. Yunita Sary Harahap,M.Kes 197406302002122002 IV/a Dr. Umum

7. dr. Rismauli D.Saribu SpPD 196909032008032002 IV/a dr.Spesialis P.Dalam

8. Minarliana Purba 196101221982032002 III/d Perawat

9. Rosmen Sianturi 195907051981032003 III/d Analis

10. Rohmawani Saragih 196009151983032002 III/d Perawat

11. Rusmanita 195810111981032003 III/d Perawat

12. Cut Yunidar AMK 196502121986032003 III/d Perawat

13. Henny Risma Sipayung 196901091995032001 III/d Perawat

14. drg. Suwastri P. Sinaga 197706102006042005 III/d dr. Gigi

15. Sondang R Simanjuntak, SKM 197001171991032002 III/d S.KesMas

16. dr. Harry C Smjt. SpOG 197004051999101001 III/c dr. Obgyn

17. Seventy Dorthy P.S.Kep,Ners 196407111994032002 III/c S.Keperawatan

18. Reflia AM.Keb 196908101992032006 III/c Bidan

19. dr. T. Yenni Febrina 197902032007012004 III/c dr. Umum

20. drg. Meilina Sihotang 197505212008012001 III/c dr. Gigi

21. Herlina T.P Purba 196702261989032014 III/c Analis

22. Rohmian Sipayung 196801311991032003 III/c Analis

23. Sriwahyuni Amd 197107271994032002 III/c Kesling

24. Nilva Wilda 197106051991012001 III/c Bidan

25. Kasmawati 196108311981032002 III/b TU

26. Jusniar Siregar 196903111988032002 III/b TU

27. Syamsunihar 197003061994032005 III/b Apoteker

28. dr. Dewi Syafrina Nst 198211292011012013 III/b dr. Umum

29. Nenny Hidawaty S 197404011995022001 III/a Gizi

30. Elisa Fitri AM.Keb 198108032002122002 III/a Bidan

31. Lisbet Susyana M. AM.Keb 19750805200502200 III/a Bidan

32. Elvina Siregar 198708242010012013 III/a Bidan

33. Abdul Malik SKM 198102202002121002 III/a Analis

34. Dana Eka Sari AMK 198309072007012002 II/d Perawat

35. Erika Pasaribu 196303011984022001 II/d Perawat

36. Juita Manurung 198201052010012017 II/d Perawat

37. Hasna Harahap 197508081996032002 II/d Bidan

38. Siti Rafika Hasibuan AMK 197904212011012009 II/c Perawat

39. Lisbet Hutabarat AM.Keb 198206202011012006 II/c Bidan

40. Junita Sihombing, ARO 197706132010012008 II/c Refraksionis

41. Syarifah 197104082006042003 II/b As. Apotekers

42. Ruaida Syuaib AMK 198603302011012015 II/c Perawat


(57)

3.5.1 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas

Adapun rincian Tugas Pokok dan Fungsi masing- masing jabatan pada organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut :

A. Kepala Puskesmas

1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan dan supervisi. 2. Mengadakan koordinasi di tingkat kecamatan.

3. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.

5. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di

puskesmas

B. Koordinator Unit Tata Usaha

1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit Tata Usaha

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unit Tata Usaha

3. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila Kepala Puskesmas

berhalangan hadir

C. Keuangan

1. Melakukan perencanaan Keuangan

2. Merealisasikan Keuangan

3. Membuat pembukuan/penutupan kas.

4. Mengambil gaji dan dana operasional serta yang berkaitan dengan

kesejahteraan pegawai;

5. Pencatatan dan Pelaporan;

6. Membuat petikan daftar gaji


(58)

8. Mengkoordinir bendahara-bendahara di Puskesmas

9. Melakukan setoran peraturan daerah ke kas daerah

D. UMUM

1. Rigistrasi Surat Masuk dan Keluar

2. Melanjutkan disposisi Pimpinan

3. Membuat konsep surat

4. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian pengiriman semua laporan

puskesmas.

5. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian perbaikan sarana puskesmas

6. Mengarsipkan surat.

7. Melakukan kegiatan yang bersifat umum.

8. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang bersifat umum

E. Kepegawaian

1. Membuat laporan kepegawaian (Absensi, bezzeting, Daftar Urut

Kepegawaian, lap.triwulan, tahunan ,dsb.)

2. Mengetik daftar penilaian yang sudah di isi nilai oleh atasan langsung

3. Mendata dan mengarsipkan file pegawai.

4. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat

5. Mengusulkan tunjangan pegawai ( Penyesuaian Fungsional, Baju, Sepatu

dan lain-lain)

6. Merekap Absensi ( Ijin, Cuti, Sakit )


(59)

8. Membuat perencanaan untuk pengembangan kualitas SDM staf puskesmas

9. Menyusun daftar pembagian tugas untuk staf Puskesmas dengan

persetujuan kepala puskesmas

F. Data dan Informasi

1. Sebagai pusat data dan informasi Puskesmas.

2. Mengumpulkan dan mengecek laporan Puskesmas sebelum dikirim ke

Dinas Kesehatan

3. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi data (tabel, grafik,dll)

4. Mengidentifikasi masalah program dari hasil visualisasi data dan

menyerahkan hasilnya kepada koordinator perencanaan dan penilaian

5. Bersama-sama team data dan informasi menyusun semua laporan

Puskesmas (Perencanaan Tingkat Puskesmas, mini lokarya, Lap. Tahunan, Stratifikasi, dsb.)

G. Pencatatan dan pelaporan:Perencanaan dan Evaluasi

1. Mengkoordinir kegiatan team perencanaan dan penilaian

2. Menyusun jadwal evaluasi kegiatan puskesmas secara kontinyu

3. Menyusun laporan hasil evaluasi dan perencanaan untuk selanjutnya

diserahkan kepada koord. data & informasi serta koord. program terkait


(60)

H. Koordinator Unit Pelaksanaan Tugas Fungsional ( UPTF ) Upaya Kesehatan Masyarakat

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan

dan evaluasi kegiatan di unit Program Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M ), Promosi kesehatan, Kesehatan Ibu Anak/Keluaga Berencana, GIZI dan KESLING

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya

I. Koordinator Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (PbM)

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P2M

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus

penyakit menular serta menindak lanjuti terjadinya Kejdian Luar Biasa.

J. Pemegang Program Surveilans

1. Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap penderita,

kesling, perilaku masyarakat dan perubahan kondisi.

2. Analisis tentang KLB

3. Penyuluhan kesehatan secara intensif


(61)

K. Pemegang Program Imunisasi

Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak dan lain - lain pada bayi ditempat

pelayanan kesehatan ( Puskesmas, Posyandu dan pustu ).

2. Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid ( TT ) pada BUMIL & Wanita Usia

Subur ( WUS ) ditempat pelayanan kesehatan.

3. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke rumah target yang tidak datang ke

tempat pelayanan kesehatan.

4. Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) di tiap SD oleh tim

Puskesmas dan kader.

5. Pengambilan Vaksin ke Dinkes 2 kali sebulan.

6. Sterilisasi alat dan pemeliharaan Coldchain di Puskesmas atau Pustu.

7. Merencanakan persediaan dan kebutuhan vaksin secara teratur.

8. Monitoring / evaluasi Pemantauan Wilayah Setempat.

L. Pemegang Program ( P2 ) Diare

1. Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup bersih dan sehat serta

memasyarakatkan oralit.

2. Kaporitisasi sumur-sumur dan sumber air sebanyak 2 kali se tahun.

3. Surveillance yaitu mengurangi dan menghindari kontak untuk mencegah

penyebaran kasus.

4. Pecatatan dan Pelaporan.

5. Penemuan dan pengobatan penderita diare di dalam maupun di luar

gedung.


(62)

M. Pemegang Program ( P2 ) TBC

1. Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan dan follow up ke rumah pasien

2. Pencatatan dan Pelaporan kasus

3. Penemuan secara dini penderita TBC

4. Pengobatan penderita secara lengkap

5. Koordinasi dengan petugas laboratorium terhadap penderita TBC untuk

mencari Tuber kulosis ( BTA + ).

N. Pemegang Program Promosi Kesehatan

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan promosi

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi dilakukan

bersama-sama dengan koordinator program yang terkait.

3. Kegiatan dalam Gedung, Penyuluhan langsung kepada perorangan

maupun kelompok penderita di Puskesmas / Pustu, Penyuluhan tidak langsung melalui Media Poster / Pamflet

4. Kegiatan di luar Gedung ; Penyuluhan melalui media masa, pemutaran

Film, siaran keliling maupun media tradisional; Penyuluhan kelompok melalui posyandu dan sekolah.

         


(63)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) di Puskesmas Teladan Medan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Penyajian data adalah hasil yang diperoleh dari penelitian, maka untuk itu perlunya penyajian dalam suatu penelitian.

Penyajian hasil penelitian ini akan menguraikan hasil – hasil penelitian yang meliputi penyajian dalam bentuk distribusi tunggal, hasil wawancara dan Observasi di lapangan. Melalui distribusi tunggal ini akan diketahui dengan jelas data – data yang telah terkumpul melalui wawancara untuk memudahkan masyarakat atau responden untuk memberikan informasi. Penyajian hasil penelitian juga akan menguraikan hasil- hasil penelitian yang meliputi penyajian data dalam bentuk wawancara.

Adapun sistem pencatatan - pencatatan pada Puskesmas Teladan Medan, antara lain adalah :

1. Kartu Individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan sebagainya.

2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register Posyandu, dan sebagainya.

3. Laporan Kejadian Luar Biasa dan Laporan Bulanan Sentinel

4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau family folder), yang diberikan khusus


(1)

keahlian aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakangkan akademis kebidanan, jadi dalam hal mengoperasikan komputer harus adanya pelatihan khusus bagi setiap aparat kesehatan.

c. Aspek jaminan dan kenyamanan

Aspek ini dapat dilihat melalui informasi yang jelas dan di mengerti, kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap masyarakat dan kenyamanan masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan. Dari data – data di lapangan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat yang berobat mendapatkan kenyamanan dari aparat kesehatan, sehingga dapat dikatakan masyarakat betah berada di Puskesmas tersebut dan juga keramahan setiap aparat kesehatan membuat masyarakat yang berobat merasa nyaman. Informasi yang diberikan aparat kepada masyarakat sudah cukup jelas, sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat yang berobat. Seperti pada saat pasien meregistrasi atau mendaftar maka secaa langsung aparat kesehatan memberikan pelayanan ataupun informasi – informasi kepada pasien tersebut berupa keramahan yang diberikan dan kesopanan dari aparat kesehatan. Sebagai pelayanan publik, ini sudah menjadi tanggung jawab setiap aparat kesehatan.


(2)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian – uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagan ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan memeberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian.

VI.1 Kesimpulan

1. Bahwa secara umum Implementasi program SIMPUS di Puskesmas Teladan belum terlaksana dengan baik karena masih memakai sistem manual. Hanya saja dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan sudah menggunakan elektronik Puskesmas dalam gedung berupa dari data kunjungan pasien yang terintegrasi secara online di setiap poli – poli yang pelaksanaannya baru pertengahan tahun 2013 yang dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Bentuk Pelayanan berupa kesigapan dan keramahan yang diberikan aparat kesehatan dirasa sudah cukup baik,

3. Hambatan yang terjadi dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan Kota yaitu fasilitas yang ada di Puskesmas Teladan dirasa masih kurang cukup dari segi jumlahnya.

4. Diperlukan anggaran yang besar dalam penerapan SIMPUS agar pelaksanaannya di Puskesmas Teladan dapat berjalan lancar.


(3)

5. Masih minimnya tenaga aparat yang mampu dalam mengoperasionalkan komputer, karena rata – rata aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakang akademis kebidanan.

6. Masih ada kendala – kendala yang ditemui dalam proses pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Teladan seperti kurangnya Sumber Daya Manusia pelaksanaan program tersebut baik secara kualitas dan kuantitasnya dan juga kurangnya pelatihan dalam mengoperasikan perangkat komputer, sehingga dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan masih dilakukan secara manual.

VI.2 Saran

1. Upaya – upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur kesehatan di Puskesmas Teladan Medan Kota hendaknya dilaksanakan secara terus menerus, berkesinambungan dan bertahap sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan terwujud dalam pelayanan prima.

2. Perlu adanya pelatihan khusus bagi aparat kesehatan dalam penggunaan perangkat komputer sehingga dapat mempermudah pengerjaan laporan dan mempercepat pelayanan kesehatan.

3. Perlu adanya penambahan fasilitas – fasilitas seperti penambahan komputer ataupun yang lainnya serta penambahan sumber daya manusia dalam mengoperasionalkan komputer agar pelaksanaan SIMPUS dapat lebih optimal.

4. Perlu adanya penambahan anggaran dari DinKes kepada Puskesmas Teladan Medan agar pelaksanaan SIMPUS berbasis online dapat


(4)

Daftar Pustaka

Achua, 2004, Leadership, Prentice Hall, Singapore.

Amsyah, Z., 2005, Manajemen Sistem Informasi, Cetakan Kelima, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Azwar, A.,2004, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan Pertama,Yayasan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Departemen Kesehatan R.I., 2003, Sistem Kesehatan Nasional, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, (2007), Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, Cetakan Kedua, Jakarta. Departemen Kesehatan R.I , 2007, Kebijakan dan Strategi Pengembanga

Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Jones, Charles O.1996 . Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja Grafin Persada.

Kurniawati, 2004, Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat Jalan Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang

Tahun 2004, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Komaruddin, A., 1993, Ensiklopedia Manajemen, Alumni, Bandung

Kumorotomo,W., (2001). Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Laudon, Kenneth C and J.P Laudon. (1996). Information System, A Problem Solving Approach. The Dryen Press, Orlando.

Lumbangaol, J., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mc Leod Raymond, Jr, Raymond, Schell, George. (2004), System Informasi Manajemen, 8th ed, diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE.Ak. PT.

Indeks, Jakarta


(5)

Moenir, 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara

Ratminto dan Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES Sianipar, 1999, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta.

Subarsono, AG. 2005. Public policy. Surabaya: Airlangga University.

Sutarto. 2002. Dasar – dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada

Terry, G.R., 1986, Asas-Asas Manajemen, Alumni, Bandung.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI.

Tjiptono, F., 1996, Strategi Bisnis dan Manajemen, Andi, Yogyakarta

Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.

W.F.Connell.1974.The Foundation of Education.

Undang – undang

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Keputusan menteri Kesehatan nomor 128/menkes/sk/ii/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan nomor: 590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


(6)

Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS Online).

Internet :

www.SIMPUS _ Fisika Kesehatan _ MissKesMas.htm, di alses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.00

www.digital-sense.net/simpus,di akses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.30 wib http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tantangan-integrasi-data-dalam

simpus/,di akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib http://www.adobe.com/go/thidpart, tanggal 18 Agustus 2013, pukul 20.30 wib http://misskesmas.wordpress.com/2011/12/04/simpus-fisika-kesehatan/ , tanggal

18 Agustus 2013, pukul 21.00 wib

 


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

5 115 124

PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Berbasis Web Di Puskesmas Pajang Surakarta.

3 22 13

EVALUASI KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI Evaluasi Kesiapan Puskesmas Dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) Berbasis Web di Puskesmas Pajang Surakarta.

1 7 11

EVALUASI KESIAPAN PUSKESMAS DALAM PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERBASIS WEB DI Evaluasi Kesiapan Puskesmas Dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) Berbasis Web di Puskesmas Pajang Surakarta.

0 3 17

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Pelayanan Kesehatan Di UPT Puskesmas Sibela Surakarta.

0 5 14

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 11

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 1 1

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 1 38

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 5

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 2