Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Achua. 2004.Leadership. Prentice Hall : Singapore.

Amsyah, Z. 2005.Manajemen Sistem Informasi. CetakanKelima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Azwar, A. 2004. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Ikatan Dokter Indonesia.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hughes, Owen E. 1994. Public Management and Administration. London: St. Martin Press.Diterjemahkan oleh LP3ES : Jakarta.

Jones, Charles O.1996. Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja GrafinPersada. Komaruddin, A. 1993.Ensiklopedia Manajemen. Alumni Bandung

Kumorotomo,W. 2001. Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kurniawati. 2004.Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat Jalan Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004, Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Laudon, Kenneth C and J.P Laudon. 2005.Information System, A ProblemSolving Approach. Orlando: The Dryen Press.

Lumbangaol, J. 2008.Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mc Leod Raymond. 2004. System InformasiManajemen, 8th ed, diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE.Ak. Jakarta: PT.Indeks.

Meleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moenir. 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT BumiAksara. Mustopadidjaja. 1988.Analisa Kebijaksanaan Administrasi Negara dan

Pembangunan.Jakarta: Prentice Hall.

Ratminto, Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sianipar. 1999. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.

Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Subarsono. AG. 2005. Public policy. Surabaya: Airlangga University.

Sugiyono. 2009. metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sutarto. 2002. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai AlternatifPendekatan.

Jakarta: Prenada.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta:Lukman Offset YPAPI.

Terry, G.R. 2001.Asas-Asas Manajemen. Alumni Bandung.

The Liang Gie.1981. Unsur-Unsur Administrasi. Yogyakarta:Supersukses. Tjiptono, F. 1996.Strategi Bisnis dan Manajemen. Yogyakarta: Andi.


(2)

Tufte,Edward R. 1974.Data Analysis for Politics and Policy. New jersey: W.F.Connell.1974.The Foundation of Education.

Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMMPress.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: MediaPressindo.

Sumber Undang-Undang :

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang PetunjukPelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003tentang Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat.

Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun 2014TentangPusat Kesehatan Masyarakat.

Sumber Jurnal :

Muhamad Fadhillah, Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dalam Memberdayakan Sistem Informasi Manajemen Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas(SIM SP3) Guna Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat, 2010. Rini Agustina Daulay, Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014.

Sumber Internet :

www.SIMPUS_Fisika Kesehatan_MissKesMas.html, diakses pada tanggal 27Februari 2016 pukul 19.30 WIB.

diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 15.00 WIB.


(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1. Sejarah Singkat Desa Dalu Sepuluh

Menurut penuturan beberapa orang pemuka masyarakat, Desa Dalu Sepuluh merupakan satu wilayah dengan desa yang bernama Kampung Buluh. Kata kampung untuk kondisi sekarang ini sama artinya dengan desa. Kampung Buluh ini sendiri ini merupakan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Negeri Serdang. Penduduk yang mendiami Kampung Buluh ini adalah etnis Melayu.

Ketika Belanda membuat perkebunan tembakau (terkenal dengan Tembakau Deli yang mereka pasarkan ke Amsterdam dan setelah kemerdekaan Indonesia Belanda memasarkannya ke Bremen/Jerman Timur), sebagai pekerja/buruh di perkebunan tembakau ini, Belanda mendatangkan buruh (waktu itu lebih dikenal dengan istilah kuli kontrak) dari Pulau Jawa. Buruh di perkebunan tembakau ini dikontrak oleh Belanda selama tiga tahun dengan biaya transportasi ditanggung oleh Belanda. Tetapi para kuli kontrak ini sering terlibat perjudian, sehingga kehabisan uang dan tidak berani lagi pulang ke Jawa karena merasa malu jika pulang merantau tidak membawa perolehan hasil apapun.

Sarana transportasi masyarakat desa ini dahulunya lebih sering menggunakan sungai dengan menggunakan perahu. Para buruh perkebunan pada siang hari atau sore menjelang pulang ke rumah selepas bekerja sering beristirahat di bawah pohon yang bernama Dalu dan tubuhnya berjajar sebanyak sepuluh pohon di pinggiran Sungai Belumai. Dahulunya yang diperbolehkan mempunyai tanah di wilayah


(4)

Kerajaan Serdang ini hanya kaum pribumi. Maka para pensiunan perkebunan Tembakau yang berasal dari Pulau Jawa membeli tanah di bagian utara Kampung Buluh dan menetap di wilayah ini. Mereka menempati wilayah ini sudah ada sejak tahun 1908. Jumlah mereka yang tidak lebih dari 10 kepala keluarga, hingga akhirnya jumlah mereka bertambah banyak.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kampung Buluh diberi nama oleh masyarakat Kampung Dalu Sepuluh (diilhami dari jumlah pohon Dalu sebanyak sepuluh pohon). Seiring dengan perkembangan penduduk yang mendiami wilayah bagian utara Kampung Dalu Sepuluh ini maka secara demografis dibagi dua. Wilayah yang dihuni oleh etnis Melayu diberi nama Kampung Dalu Sepuluh A dan yang dihuni oleh etnis Jawa diberi nama Dalu Sepuluh B. Setelah pemerintahan Orde Baru, nama kampung diganti dengan desa. Maka jadilah Desa Dalu Sepuluh A dan Desa Dalu Sepuluh B.

3.2. Gambaran Umum Puskesmas Dalu Sepuluh


(5)

Puskesmas dalu sepuluh merupakan salah satu fasilitas kesehatan masyarakat yang berada di KecamatanTanjung Morawa. Puskesmas ini terletak di desa dalu sepuluh B jalan Sei Blumei KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.Puskesmas Dalu Sepuluh adalah Puskesmas yang terdiri dari10 desa dengan jumlah penduduk sekitar 82.449 jiwa.

Adapun visi dan misi dari Puskesmas Dalu Sepuluh adalah sebagai berikut :

VISI :

Masyarakat Deli Serdang memiliki akses pelayanan kesehatan optimal, berbudaya dan sehat.

MISI :

1. Menggerakkan pembangunan kesehatan yang berbudaya. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu, keluarga, masyarakat.

3.3. Wilayah Kerja Puskesmas Dalu Sepuluh

Puskesmas Dalu Sepuluh memiliki luas wilayah kerja mencapai 46.115 Ha. Adapun batas-batas wilayah kerja itu sebagai berikut :

Sebelah Barat : Berbatasan Dengan Kec. Percut Sei Tuan Dan Kota Medan. Sebelah Utara : Berbatasan Dengan Kec. Beringin Dan Kec. Batang Kuis. Sebelah Timur : Berbatasan Dengan Kec. Lubuk Pakam


(6)

Secara administratif Kecamatan Dalu Sepuluh terdiri dari 10 desadan terdiri dari 97 dusun/ lingkungan, seperti yang tertera di tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Nama Desa, Luas Wilayah, Dan Jumlah Dusun/ Lingkungan di KecamatanTanjung Morawa

No Desa Luas wilayah (km2) kelurahan

1 Dalu Sepuluh A 53.000 7

2 Dalu Sepuluh B 103.075 10

3 Dagang Klambir 125.000 4

4 Buntu Bedimbar 30.000 13

5 Telaga Sari 20.000 5

6 Bangun Sari 846.097 17

7 Bangun Sari Baru 65.300 12

8 Wono Sari 71.600 16

9 Perdamean 40.600 11

10 Penara 54.700 2

Jumlah 97

Sumber data: BPS KecamatanTanjung Morawa 2014

Dari 10 desa yang jadi cakupan pelayanan dari Puskesmas Dalu Sepuluh di KecamatanTanjung Morawa, terdapat sekitar 82.449 orang penduduk yang menjadi objek pelayanan dari pihak Puskesmas. Adapun jumlah penduduk ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat di tabel berikut.


(7)

Tabel 3.2. Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di WilayahPuskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa

No Jenis kelamin

Jumlah

Jiwa Persentase (%)

1 Laki-laki 41.542 51

2 Perempuan 40.907 49

Jumlah 82.449 100

Sumber data : BPS KecamatanTanjung Morawa 2014

3.4. Kegiatan Pokok Puskesmas

3.4.1. Upaya Penyelenggara Puskesmas Dalu Sepuluh

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sesuai dengan KepmenKes : Nomor 128/MenKes/ii/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni,

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan tiap Puskesmas antara lain :


(8)

1. Upaya Promosi kesehatan 2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pencegahan dan Pembereantasan Penyakit Menular 6. Upaya Pengobatan

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang di pilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada yaitu :

1. Usaha Kesehatan Sekolah 2. Usaha Kesahatan Olahraga

3. Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat 4. Upaya Kesehatan Sekolah

5. Upaya Kesehatan Keluarga

6. Upaya perawatan Kesehatan Masyarakat 7. Upaya Kesehatan Kerja

8. Upaya Kesehatan gigi dan mulut 9. Upaya Kesehatan jiwa


(9)

11. Upaya Kesehatan usia lanjut

12. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

13. Upaya laboratorium medis dan lab. Kesehatan masyarakat

3.5. Fasilitas Puskesmas Dalu Sepuluh

3.5.1. Fasilitas gedung Puskesmas Dalu Sepuluh

Fasilitas fisik yang dimiliki oleh Puskesmas Dalu Sepuluh terdiri dari 24 ruangan dan sebuah mobil kesehatan keliling. Adapun rincian dari fasilitas fisik ini seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Fasilitas Gedung Puskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa

No Fasilitas Jumlah

1 Ruang Poli Anak 1

2 Ruang Poli Dewasa 1

3 Ruang Poli Gigi Dan Mulut 1

4 Ruang Farmasi 1

5 Ruang Obygn 1

6 Gudang Obat 1

7 Ruang KIA Dan KB 1

8 Laboratorium 1

9 Ruang Pendaftaran 1

10 Ruang Kepala Puskesmas 1


(10)

12 Ruang Pemeriksaan TB Paru 1

13 Ruang Data 1

14 Kamar Mandi 2

15 Mobil Puskesmas Keliling 1

Sumber data : Puskesmas Dalu Sepuluh 2014

3.5.2. Fasilitas Alat-AlatPuskesmas Dalu Sepuluh

Adapun alat-alat yang dimiliki oleh Puskesmas Dalu Sepuluh terbagi dua, yaitu :

1. Fasilitas peralatan Medis Puskesmas Dalu Sepuluh

Fasilitas peralatan medis yang tersedia di Puskesmas Dalu Sepuluh dapat dilihat di lampiran belakang.

2. Fasilitas Administrasi

Adapun fasilitas-fasilitas adninistrasi adalah sebagai berikut : 1. Kartu berobat jalan

2. Buku-buku catatan 3. Lemari dan rak kartu 4. Meja dan kursi 5. Komputer

6. Stempel dan arsip

Untuk lebih lengkap nya seputar jumlah dan kondisi dari fasilitas-fasilitas administrasi dapat dilihat di lampiran.


(11)

3.5.3. Fasilitas Obat-obatanPuskesmasDalu Sepuluh

Puskesmas Dalu Sepuluh dalam rangka menjalankan tugas-tugaspokoknya memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung olehperlengkapan obat-obatan. Obat-obatan tersebut berasal dari Dinas Kesehatanyang kemudian diberikan ke Puskesmas untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Fasilitas obat-obatan dapat dilihat pada lampiran belakang.

3.6. Sumber Daya Manusia PuskesmasDalu Sepuluh

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun 2014TentangPusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas harus memiliki sumber daya yang memadai dalam rangka pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Adapun struktur organisasi Puskesmas adalah :

Kepala Puskesmas

Urusan Tata Usaha

Puskesmas Pembantu/ Bidan desa Unit

Kesehatan Gigi dan

Mulut

UPTF Unit Kesehatan Masyarakat

Unit Keperawatan

Unit Kefarmasian

dan laboratorium

Unit Pelaksana


(12)

Adapun sumber daya manusia beserta golongan dan jabatannya yang terdapat di Puskesmas Dalu Sepuluh adalah :

Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Dalu Sepuluh

No Nama NIP Gol Jabatan

1 Dr. Tatasi 19640505201001100 III/C Kepala Puskesmas 2 Marisa Pardosi 196206301984032015 III/C Kepala Tata Usaha 3 Drg. H.J.Ruliana 195807301989032002 IV/A Drg. Madya 4 Dr. Yusmarita S. 196510252002122001 IV/A Dr. Muda 5 Drg. Nina Andriani 196705232006042004 IV/A Dr. Muda 6 Valentina Sinaga 196401021983122002 III/D Bidan Penyelia 7 Ratna 196506221984032002 III/D Bidan Penyelia 8 Derliana Tarigan 196512311986032013 III/D Perawat Gigi Penyelia 9 Rapasah 196812311989112014 III/D Perawat Penyelia 10 Ismawati A.Md 196903111995032007 III/D Bidan Penyelia 11 Dr. Vera Yunieva 197106292007012001 III/D Dr. Muda 12 Nanan Suminar 196704151988032018 III/D Perawat Penyelia 13 Dr. Elvi Fittriawati 197410162008012019 III/D Dr. Muda 14 Ernawati Pardede 197205221992032009 III/D Bidan Penyelia 15 Sri Hariani Johan 197110071991032003 III/C Bidan Penyelia 16 Risda Hutabarat 196407301992032007 III/C Bidan Penyelia 17 Nurlaili 197110201991032009 III/C Bidan Penyelia 18 Dame Romatua 197304301998032008 III/C Perawat Penyelia


(13)

19 Henni Br.Barus 197007091993032005 III/B Bidan Pelaksana Lanjutan

20 Meriana Harianja 196803041997022010 III/B Pelaksana Gizi 21 Noni Sinta Utami 197706111997022010 III/B Bidan Pelaksana Lanjutan

22 Rusnani Tambunan 197111011993032007 III/B Pelaksana Gizi 23 Laitta 196508051988022015 III/B Pra Medis 24 Minang Handayani 196210151993032008 III/B Pelaksana Lanjutan 25 Wagini 197412011996032004 III/B PelaksanaAnalisis Pertama 26 Demak MD 198110520050220003 III/B Keperawatan 27 Dian Indah K. 197906292006052019 III/A Perawat Pelaksana 28 Lidia Budiarti 198104152006042013 III/A Pelaksana Kebidanan 29 Sukesih 197805271997032002 III/A Bidan Pelaksana 30 Sugiono 196610091994031009 III/A Perawat Pelaksana 31 Merry Lingga 198412262009320008 III/A Perawat Pelaksana 32 Ruslah 197905042009032003 II/C Perawat Pelaksana Lanjutan 33 Yeni Surya Sari 198103232009042004 II/D Perawat Pelaksana 34 Neni Susanti 197405042005022004 II/D Bidan Pelaksana 35 Susiarni 197904032005022002 II/C Perawat Pelaksana 36 Netti Herawati 197901092008012001 II/D Bidan Pelaksana 37 Meilani Manurung 197905222006042003 II/C Perawat Pelaksana 38 Rusmaida Sitepu 197009052006042015 II/C Bidan Penyelia 39 Hazium Alvianna 197605032007012023 II/C Bidan Pelaksana 40 Moryta Revy 19731119201407202 II/A Bidan Pratama


(14)

3.7. Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. 2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Dalam menyelenggarakan fungsi diatas tersebut, Puskesmas berwenang untuk:

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas. 7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.


(15)

8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Puskesmas berwenang untuk:

1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dasar Secara Komprehensif, Berkesinambungan Dan Bermutu.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Mengutamakan Upaya Promotif Dan Preventif.

3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Berorientasi Pada Individu, Keluarga, Kelompok Dan Masyarakat.

4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Mengutamakan Keamanan Dan Keselamatan Pasien, Petugas Dan Pengunjung.

5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dengan Prinsip Koordinatif Dan Kerja Sama Inter Dan Antar Profesi.

6. Melaksanakan Rekam Medis.

7. Melaksanakan Pencatatan, Pelaporan, Dan Evaluasi Terhadap Mutu Dan Akses Pelayanan Kesehatan.

8. Melaksanakan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan.

9. Mengoordinasikan Dan Melaksanakan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Di Wilayah Kerjanya.


(16)

10. Melaksanakan Penapisan Rujukan Sesuai Dengan Indikasi Medis Dan Sistem Rujukan.

3.8. Tugas Pokok dan Fungsi SDM diPuskesmas

Adapun rincian Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing jabatan pada organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas memiliki tugas pokok yaitu :

a. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan dan supervisi. b. Mengadakan koordinasi di tingkat Kecamatan.

c. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan. d. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.

e. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di Puskesmas. 2. Koordinator Unit Tata Usaha

Koordinator unit Tata Usaha terbagi 3 yaitu bagian Tata Usaha, bagian Umum, dan Kepegawaian.

a. Bagian Tata Usaha memiliki tugas pokok yaitu Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit Tata Usaha, Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unit Tata Usaha, Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila Kepala Puskesmas berhalangan hadir.

b. Bagian Umum memiliki tugas pokok yaitu Registrasi Surat Masuk dan Keluar, Melanjutkan disposisi Pimpinan,Membuat konsep surat, Mengkoordinir kegiatan petugas bagian pengiriman semua laporan


(17)

Puskesmas, Mengkoordinir kegiatan petugas bagian perbaikan sarana Puskesmas, Mengarsipkan surat, Melakukan kegiatan yang bersifat umum, Mengkoordinir pembuatan spanduk yang bersifat umum.

c. Kepegawaian memilki tugas pokok yaitu Membuat laporan kepegawaian (Absensi, Daftar Urut Kepegawaian, lap.triwulan, tahunan ,dsb.), Mengetik daftar penilaian yang sudah diisi nilai oleh atasan langsung, Mendata dan mengarsipkan file pegawai, Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat, Mengusulkan tunjangan pegawai (Penyesuaian Fungsional, Baju, Sepatu dan lain-lain), Merekap Absensi (Ijin, Cuti, Sakit), Membuat Absensi Mahasiswa/siswa yang praktek di Puskesmas.

3. Koordinator Unit Pelaksanaan Tugas Fungsional (UPTF) Upaya Kesehatan Masyarakat.

Koordinator UPTF dan upaya kesehatan masyarakat memiliki tugas pokok yaitu : a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan dan

evaluasi kegiatan di unit Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Promosi kesehatan, Kesehatan Ibu Anak/Keluaga Berencana, Gizi dan Kesling. b. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

4. Unit Perawatan

Unit perawatan terdiri dari 4 bagian yaitu Perawat Penyelia, Keperawatan Perawat Pelaksana Dan Perawat Pelaksana Lanjutan.

a. Perawat Penyelia memiliki tugas pokok yaitu Melakukan pengkajian mengumpulkan data pemeriksaan fisik, psikis, riwayat penyakit, sosial ekonomi, Menganalisa data pengkajian menyimpulkan melakuan dignoase


(18)

keperawatan sesuai standar profesi dan standar rumah sakit, Melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana dan standar profesi standar dan rumah sakit, Melakukan visit dengan tim medis sesuai dengan tugas dan kewenangan sesuai standar profesi, Melakukan penyuluhan kesehatan, keperawatan, dan pola hidup mandiri.

b. Keperawatan memiliki tugas pokok yaitu Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada unit pengobatan, Melaksanakan asuhan keperawatan, Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tensi darah, nadi, respirasi, temperatur), Melakukan penyuluhan atau KIE dan promosi kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok masyarakat, Melaksanakan pelayanan di unit layanan termasuk gawat darurat, safari kesehatan dan P3K, Melakukan pencatatan, pelaporan, pengolahan dan analisa data hasil kegiatannya serta merencanakan dan melaksanakan upaya tindak lanjut.

c. Perawat Pelaksana memiliki tugas pokok yaitu Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang, Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab, Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual klien, Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan atau diagnosis.

d. Perawat Pelaksana Lanjutan memiliki tugas pokok yaitu Melakukan koordinasi, membahas kasus, melakukan serah terima pasien, Melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan melaksanakan tugas delegasi yang di limpahkan, Melakukan mengumpulkan data pengkajian phisik, psikologis yang


(19)

komprehensif, pasien rawat jalan, rawat inap, Membuat analisa data pengkajian, menyimpulkan hasil pengkajian.

5. Unit Kesehatan Gigi dan Mulut

Unit kesehatan gigi dan mulut terdiri dari 3 bagian yaitu dokter gigi, perawat gigi penyelia, dan perawat gigi.

a. Dokter Gigi memiki tugas pokok yaitu Memberikan pelayanan dan pengobatan gigi, Membuat catatan medis dengan baik dan benar di buku rekam medis, Supervisi kegiatan perawat gigi, Melayani konsultasi dari unit lain, Memberikan rujukan ke layanan rujukan.

b. Perawat gigi penyelia memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas, Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di wilayah kerjanya, Merujuk kasus yang perlu diambil tindakan oleh seorang dokter gigi.

c. Perawat Gigi memiliki tugas pokok yaitu Menyiapkan alat/obat/bahan/sarana lain untuk pelayanan di unit layanan gigi, Membantu dokter gigi dalam pelayanan dan pengobatan pasien di unit layanan gigi dan masyarakat, Menjaga, memelihara dan bertanggung jawab atas sarana dan prasarana di unitnya, Melakukan pencatatan, pelaporan, pengolahan dan analisa data serta merencanakan dan melaksanakan upaya tindak lanjut, Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan.


(20)

6. Unit Kefarmasian dan Labortorium

Unit kefarmasian dan laboratorium terdiri dari 3 bagian yaitu bagian farmasi, bagian laboratorium dan bagian gudang obat.

a. Bagian farmasi memiliki tugas pokok yaitu Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan, Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan, Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan, Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga, Memberi konseling kepada pasien/keluarga, Melakukan pencampuran obat suntik.

b. Bagian laboratorium memiliki tugas pokok yaitu Membuat perencanaan kebutuhan alat/sarana, reagensia dan bahan habis pakai lainnya yang dibutuhkan selama 1 tahun, Membuat perencanaan pengembangan kegiatan laboratorium, Melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur, Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium. c. Bagian gudang obat memiliki tugas pokok yaitu Menerima dan mencatat

penerimaan obat dari Gudang Farmasi dan dari sumber lain (bila ada), Membuat dan mengisi kartu stok obat di gudang obat, Mencatat dan melaporkan penerimaan dan pengeluaran obat dari gudang obat, Memonitor obat di apotek, pustu dan pos puskesling, Membantu Kepala Puskesmas dalam merencanakan kebutuhan obat, Membantu pengelolaan obat di apotek dan gudang obat, Membantu kegiatan pelayanan di apotek.


(21)

7. Unit pelaksana khusus

Unit pelaksana khusus adalah unit pelaksana yang disiapkan untuk menunjang kegiatan Puskesmas. Adapun unit pelaksana khusus yang terdiri Dokter Umum, Pelaksana Gizi, koordinator unit pencegahan Penyakit Menular, dan koordinator Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

a. Dokter Muda / Umum memiliki tugas pokok yaitu Melakukan pemeriksaan dan pengobatan serta konsultasi medis pada pasien di Puskesmas, Memberikan pelayanan rujukan medis serta surat-surat yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan kesehatan, Bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kepada Kepala Puskesmas, Bersama dengan Kepala Puskesmas melaksanakan fungsi manajemen Puskesmas, Melaksanakan UKM di posyandu balita, lansia dan kelompok masyarakat, Meningkatkan upaya kesehatan dilingkungan sekolah dengan jalan penyuluhan, pembinaan kader UKS, dokter kecil, sekolah sehat.

b. Pelaksana Gizi memiliki tugas pokok yaitu Menyusun rencana kegiatan peningkatan gizi masyarakat berdasarkan data program Puskesmas, Melaksanakan kegiatan peningkatan gizi masyarakat, Mengevaluasi hasil kegiatan peningkatan gizi masyarakat, Melaporkan kegiatan program kepada Kepada Kepala Puskesmas secara Rutin.

c. Koordinator Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular(PbM)memiliki tugas pokok yaitu Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P2M, Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di


(22)

unitnya, Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasuspenyakit menular serta menindak lanjuti terjadinya Kejdian Luar Biasa. d. Koordinator Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

memiliki tugas pokok yaitu Mengkoodinir seluruh laporan Puskesmas dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan atau Dinas terkait lainnya, Membantu membina petugas Puskesmas dalam pelaksanaan SIMPUS, Membantu kepala Puskesmas dalam pengelolaan data (pengumpulan, pengolahan dan penyajian data), Membantu Kepala Puskesmas dalam menyususn Laporan Tahunan dan Profil Puskesmas, Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektoral terkait dalam pengumpulan data kesehatan dan data kpendudukan serta data lain yang terkait dengan program kesehatan, Memelihara dan mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam pengelolaan data, Membantu petugas dalam pengelolaan data di unit masing-masing.

8. Bidan

Bidan terdiri dari 3 jenis yaitu bidan penyelia, bidan pelaksana dan bidan pelaksana lanjutan.

a. Bidan Penyelia memiliki tugas pokok yaitu Melakukan persiapan pelayanan kebidanan, Melaksanakan pengkajian kepada klien/pasien, Menegakkan diagnosa kebidanan, Menyusun rencana asuhan kebidanan.

b. Bidan Pelaksana memiliki tugas pokok yaitu Melakukan persiapan pelayanan kebidanan, Menerima pasie baru dan memberikan informasi tenttag pasien dan keluarga, Berperan serta dalam pendidikan kesehatan, Memberi resep dan menerima obat dari keluarga pasien.


(23)

c. Bidan Pelaksana Lanjutan memiliki tugas pokok yaitu Melaksanakan konseling pada pasien dan keluarga, Melakukan evaluasi asuhan kebidanan, Melakukan dokumentasi pelayanan kebidanan, Melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat.


(24)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Dalu Sepuluh dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Penyajian data adalah hasil yang diperoleh dari penelitian, maka untuk itu perlunya penyajian dalam suatu penelitian.

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk mendeskripsikan jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer.

4.1. Pelaksanaan Wawancara

Pelaksanaan wawancara dilakukan diPuskesmas Dalu Sepuluh Jalan Sei Blumei Desa Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada pegawai Puskesmas yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun key informan dari penelitian ini adalah Kepala Puskesmas Dalu Sepuluh dan pegawaisub Bagian Pencatatan dan Pelaporan Terpadu


(25)

Puskesmas sebagai informan Utama. Data yang diperoleh juga didukung dengan keterangan dari masyarakatsebagai informan tambahan dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara ini ada beberapa tahap yang dilakukan oleh peniliti yaitu pertama membuat perjanjian dengan informan untuk melakukan wawancara. Pada tahapan wawancara ini membutuhkan waktu sekitar empat minggu, Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari pegawai Puskesmas dalam menjalankan tugas mereka masing-masing dan keinginan dari peneliti agar dapat melakukan observasi di lokasi penelitian agar dapat mendeskripsikan gambaran pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut. Kedua peneliti melakukan pengumpulan data sekunder berupa gambaran umum Desa Dalu Sepuluh dan Puskesmas Dalu Sepuluh, daftar pegawai, tugas pokok dan fungsi Pegawai Puskesmas, daftar obat-obat, dan daftar fasilitas yang menunjang dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan juga sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

4.2. Karakteristik Informan

Karakteristik informan dalam penelitian tentang implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Berdasarkan hasil penelitianyang dilakukan oleh peneliti dilapangan, maka jumlah


(26)

informan dalam penelitianini sebanyak 6 orang yang dianggap memahami dan mengetahui secara jelasterkait tentang judul yang diangkat dalam penelitian ini, adapun karakteristikinforman dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat di tabelberikut:

Tabel 4.1. Karakterisitik informan berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Presentase

1 Laki-Laki 2 33,3%

2 Perempuan 4 66.7%

Jumlah 6 100%

Sumber data: hasi penelitianPuskesmas Dalu Sepuluh 2016

Berdasarkan tabel diatas, maka informan dalam penelitian ini lebih didominasi oleh perempuan sebanyak 66,7%. Dalam penelitian ini, penentuan informan tidak menentukan jenis kelamin, dan informan yang dimaksud adalah orang-orang yang dianggap memahami terkait judul yang diangkat dalam penelitian ini. Pemahaman informan terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari informan dalam memberikan keterangan kepada penulis. Adapun klasifikasi informan penelitian berdasarkan pendidikan antara lain:


(27)

Tabel 4.2. karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase

1 S1 1 16,7%

2 D3 1 16.7%

3 SMA 4 66,6%

Jumlah 6 100%

Sumber data: hasil penelitianPuskesmas Dalu Sepuluh 2016

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini baik informan kunci maupun informan utama dalam penelitian ini tingkat pendidikan informan terdiri dari beragam tingkatan pendidikan diantaranya S1 sebanyak 16,7%, pendidikan D3 sebanyak 16,7%, dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 66,6%.

Selanjutnya penulis menyajikan data berdasarkan jabatan, dalam hal ini penulis menerima keterangan dari para informan sesuai dengan bidang atau jabatan mereka masing-masing. Adapun klasifikasi informan dapat dilihat di tabel dibawah ini:

Tabel 4.3. karakteristik informan berdasarkan jabatan

No Jabatan Jumlah Presentase

1 Kepala Puskesmas 1 16,7%

2 Sub bagian P2TP 1 16,7%

3 Masyarakat Desa Dalu Sepuluh 4 66,6%

Jumlah 6 100%


(28)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini berasal dari berbagai kalangan yang dianggap memahami secara jelas terkait dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini. Berdasarkan klasifikasi informan dalam penelitian ini, maka informan dengan presentase terbanyak berasal dari kalangan masyarakat sebanyak 66,7%, hal ini dikarenakan masyarakat sebagai objek yang merasakan dampak dari penggunaan SIMPUS terhadap pelayanan kesehatan yang di laksanakan di Puskesmas Dalu Sepuluh.

Dalam menentukan informan masyarakat, penulis menunjuk secara langsung masyarakat yang terlibat dalam program tersebut dan masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah dan sedang melakukan pemeriksaan atau pengobatan di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa.

4.3. Deskripsi Hasil Wawancara

Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya sendiri tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau yang lebih dikenal dengan SIMPUS adalah penyempurnaan dari program Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SIMPUS ini adalah prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk


(29)

mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. SIMPUS ini dijalankan berdasarkan Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS Online).

Di Puskesmas Dalu Sepuluh Sendiri fokus dari penerapan SIMPUS ini adalah memudahkan para pegawai dalam memasukkan data yang telah di buat kedalam komputer sehingga memudahkan dalam mencari atau mengumpulan nya agar saat dibutuhkan dapat segera di temukan karena semuanya di letakkan dalam satu basis data yang sama. Dan keuntungan lainnya adalah memudahkan Kepala Puskesmas dalam mengambil keputusan strategis yang berhubungan dengan pelayanan di Puskesmas.

Melihat dan memahami dari gejala-gejala yang ada pada saat penelitian hal ini menjadi ketetarikan penulis untuk menyajikan apa saja yang terjadi pada saat penelitian berlangsung, realita yang ada dapat menggambarkan bagaimana yang telah di informasikan oleh masyarakat maupun Pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh yang dapat menambah informasi penulis untuk mencapai tujuan penulisan penelitian. Adapun informan yang penulis wawancarai untuk mendapatkan informasi dalam implementasi SIMPUS adalah :


(30)

Tabel 4.4. nama-nama informan penelitian

No Nama Jabatan informan

1 dr. Tatasi Kepala Puskesmas Kunci

2 Meilani Manurung AMK Sub bagian P2TP Utama

3 Masyarakat Objek pelayanan Tambahan

Sumber data :hasil penelitian Puskesmas Dalu Sepuluh 2106 4.3.1.Wawancara dengan Pertanyaan Umum

Dalam wawancara awal yang peneliti lakukan bersama informan kunci dan utama. Dimulai dengan beberapa pertanyaan umum seputar penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini. Adapun pertanyaan awal peneliti kepada beberapa informan yaitu “Apakah menurut Bapak Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) atau SP2TP itu?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

“SIMPUS merupakan program aplikasi komputer yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas dalam hal data dan informasi seperti register pasien, register penyakit, laporan kunjungan, laporan penyakit, laporan obat, dan sebagainya. Program ini dirancang untuk memudahkan Puskesmas dalam pengelolaan data dan informasi dengan input seminim mungkin dan output semaksimal mungkin”.(Senin, 25 April 2016)


(31)

Jawaban sub bagian P2TP :

” SIMPUS itu sebenarnya sama halnya dengan SP2TP, karena berbentuk data pelaporan dan pencatatan kunjungan pasien maupun pemakaian obat-obatan yang ada di Puskesmas ini, dan juga laporan-laporan dari tiap tiap poli”.

(Senin, 18 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya adalah “kapan SIMPUS mulai diterapkan di Puskesmas Dalu Sepuluh?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

“Mulai dilaksanakan sekitar awal 2014 semenjak adanya BPJS, input data nya kan via online, jadi sekalian juga pencatatan dan pelaporan Puskesmasnya juga online juga”. (Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Sekitar awal 2014, tepatnya bulan februari mulai menggunakan program SIMPUS ini”.(Senin, 18 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya adalah “Apa maksud dan tujuan SP2TP atau SIMPUS ini dilaksanakan?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

1. “Mengumpulkan data dari Puskesmas dan posyandu atau Puskesmas pembantu di sekira Puskesmas, baik data orang sakit,bayi lahir, ibu hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan masyarakat, dll.


(32)

2. Menghasilkan Informasi terbaru tentang kondisi kesehatan di Puskesmas seperti jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan.

3. Membantu kelancaran administrasi dan Manajemen Puskesmas dalam penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan di Puskesmas.

4. Memudahkan pekerjaan administrasi Puskesmas dalam membuat laporan harian, bulanan dan juga tahunan.

(Senin, 25 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya yang penulis tanyakan adalah “Apakah SP2TP atau SIMPUS ini sudah dapat memberikan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Dalu sepuluh ?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

“Sejauh ini pelaksanaan SIMPUS ini masih mengalami kendala dalam pelaksanaannya di lapangan, makanya peningkatan yang diharapkan belum terlihat. Tapi seharusnya dapat memberikan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat karena dengan adanya program ini pelayanan bisa lebih efektif”.

(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Untuk masalah ini ya dapat meningkatkan lah, karna dari semua data laporan pasien itu kita dapat mengetahui penyakit yang paling sering di derita di setiap


(33)

Kecamatan, setelah itu harus bagaimana cara menanggulanginya, dengan adanya SIMPUS inilah semua kita dapat melihatnnya”.(Senin, 18 April 2016)

Pertanyaan terakhir penulis untuk wawacara dengan pertanyaan umum yaitu Apa yang menjadi tugas Ibu dalam SIMPUS atau SP2TP ini ? dan Apakah menurut Ibu fasilitas yang tersedia seperti computer ataupun jaringan internet sudah maksimal?

Jawaban sub bagian P2TP :

“Yang menjadi tugas ibu tuh yah seperti mengumpulkan laporan-laporan dari tiap-tiap poli setelah itu baru ibu membuat laporannya yang tiap-tiap bulannya wajib diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Deli Serdang. Dan menurut ibu untuk fasilitas seperti komputer itu sudah cukuplah, tetapi pada masalah jaringan internet ini masih ada kendalanya karna pada saat menginput data pasien antara poli satu dengan lainnya kadang lelet atau lamban”.(Senin, 18 April 2016)

4.3.2.Wawancara dengan Pertanyaan Khusus

Wawancara yang dimaksudkan disini adalah wawancara yang dilakukan dengan berdasarkan aspek tertentu menurut para ahli. Penyajian data yang dilakukan kali ini menggunakan teori G. Edward III, yang dimana dari tujuan penelitian penulis anggap sangat ideal jika dilakukan dengan teori Edward III. Adapun indikator yang digunakan Edward III dalam melihat bagaimana implementasi kebijakan dilaksanakan yakni,


(34)

1. Komunikasi

Dalam organisasi birokrasi, peran komunikasi sangat penting, karena dengan adanya komunikasi dapat menyampaikan informasi yang akurat, jelas serta konsisten. Oleh karena itu, pada aspek pertama ini, peneliti menanyakan kepada informan dengan pertanyaan, bagaimana komunikasi yang terjalin di (dalam pembagian tugasnya, apakah terarah dan jelas)?

Jawaban kepala Puskesmas :

” Komunikasi yang terjalin antar petugas sejauh ini masih terarah dan jelas. Karena setiap minggu terutama di hari Senin selalu ada breafing kepada setiap pegawai dan bidan bidan Puskesmas, posyandu, dan Puskesmas pembantu. Baik dari saya atau dari utusan Dinas Kesehatan jika ada program yang akan di sampaikan”.

(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Dari yang saya rasakan komunikasi di Puskesmas ini ya jelas, karena kita kan sebuah sistem, jadi satu dan yang lainnya saling terhubung. Kalau misalnya lagi ramai orang yang berobat kita bagi bagi tugas supaya cepat selesai tugasnya dan masyarakat tidak lama menunggu. Hal ini kan membutuhkan komunikasi yang jelas dan terarah”.(Senin, 18 April 2016)

Terlihat dari jawaban Kepala Puskesmas dan pegawai Puskesmas memiliki arah yang serupa yaitu bahwa komunikasi yang terjalin antar pegawai dan pimpinan juga semua elemen yang ada di ruang lingkup Puskesmas ini terjalin dengan baik. Hal


(35)

ini di perkuat lewat penyuluhan dan breafing saat hari Senin agar komunikasi ini dapat terjaga dan dapat di manfaatkan untuk menunjang peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang konsistensi mereka dalam memberikan pelayanan, seperti berdasarkan kepada apa perintah yang diberikan oleh para pegawainya. Oleh karenanya, peneliti menanyakan kepada informan dengan pertanyaan, pedoman apakah yang digunakan dalam rangka penerapan program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini?

Jawaban Kepala Puskesmas :

“pedoman dari penerapan program SIMPUS ini di antara nya Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online)”.


(36)

Jawaban sub bagian P2TP :

“pedoman dari penerapan program SIMPUS ini di antara nya Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online)”.(Senin, 18 April 2016)

Dari jawaban berikut terlihat bahwa untuk pedoman pelaksanaan dan landasan hukum dari pelaksanaan program ini sudah ada dengan jelas. Jadi para pelaksananya di daerah tinggal melaksanakan saja apa yang sudah ditetapkan oleh kementerian kesehatan pusat.

Untuk selanjutnya, peneliti menanyakan kepada informan dengan pertanyaan, apakah dalam pelaksanaannya, sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ada ?

Jawaban Kepala Puskesmas :

“Ya tentu saja, karena dengan ada nya pedoman bersama yang sudah ditetapkan, maka pelaksanaannya akan berjalan dengan efektif sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pemerintah”.(Senin, 25 April 2016)


(37)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Iya, kita sesuai kan dengan pedoman yang ada seperti himbauan dari kementerian kesehatan pusat atau daerah, breafing dari pimpinan Puskesmas dan juga sesuai dengan SOP Puskesmas ini sendiri”.(Senin, 18 April 2016)

Pedoman pedoman yang disampaikan oleh kepala Puskesmas dan pegawai Puskesmas dalam hal ini sudah ada. Dan dalam pelaksanaannya sejauh ini menurut mereka sudah berjalan dengan baik sesuai dengan pedoman yang ada. Hal ini sangat baik karena apabila sesuai dengan pedoman maka pelaksanaanya akan berjalan baik juga.

2. Sumber Daya

Untuk selanjutnya, peneliti akan lebih memfokuskan proses wawancara kepada informan ke aspek kedua yaitu sumberdaya. Peneliti ingin melihat bagaimana sumberdaya yang dimiliki oleh Puskesmas Dalu Sepuluh dalam menerapkan program SIMPUS untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dalam wawancara ini akan lebih dilihat dari segi pegawai atau stafnya, apakah sudah memadai, dan berkompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karena manusia lah faktor utama dalam penerapan sistem ini, karena manusia yang mengoperasikan sistem ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karenanya, pertanyaan awal peneliti kepada informan yaitu Bagaimana sarana dan prasarana yang menunjang penerapan sistem Informasi Manajemen Puskesmas? apakah sudah memadai?


(38)

Jawaban Kepala Puskesmas :

“kalau di Puskesmas ini, dapat dikatakan cukup memadai, hanya saja ada sebagaian sarana dan prasarana yang dikeluhkan oleh para pegawai, contohnya seperti jaringan yang menunjang program SIMPUS ini sering mengalami error connection, dan terkadang koneksi internetnya lambat sehingga dibutuhkan jaringan yang lebih baik agar program ini dapat berfungsi baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Kalau yang saya rasakan sebagai petugas ya sudah memadai. Tapi memang terkadang masih ada kendala seperti komputer nya rusak atau internetnya lambat”.

(Senin, 18 April 2016)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam segi sarana dan prasarana dalam menjalankan program ini sudah memadai. Walaupun terkadang masih terhambat oleh masalah nonteknis seperti internet lambat atau kerusakan pada unit komputernya. Hal ini perlu ditingkatkan lagi mengingat semakin hari harus ada perubahan ke arah yang lebih baik dari pelayanan Puskesmas ini.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah sistem Informasi Manajemen Pukesmas ini sudah berlangsung efektif dan efisien ? Apa yang di maksud efektif dan efisien tersebut bila melihat dari segi sarana dan prasarana pegawainya ?


(39)

“menurut saya, sudah cukup baik, dan sangat efektif bila dilihat dari segi sarana dan prasarana pegawainya dalam memberikan pelayanan, dan juga mengenai efektivitas dan efisiensi. SIMPUS ini kan yang mengendalikan manusia. jadi pada intinya saya rasa SIMPUS ini telah berjalan efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Kalau menurut ibu ya sudah efektif dan efisien. Kalau dlihat dari sarana dan prasarana nya sudah cukup memadaikan jadi otomatis dalam pelayanannya juga semakin terdrong ke arah yang lebih baik”.(Senin, 18 April 2016)

Keberhasilan dari Program SIMPUS ini memang tergantung dari kemampuan SDM dalam menjalankan program ini. Menurut kepala Puskesmas bahwa dalam perjalannya program ini sudah cukup efektif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kalau dilihat dari segi sarana dan prasarana menurut pegawai Puskesmas sudah cukup memadai sehingga otomatis pelayanannya semakin terdorong ke arah yang lebih baik.

Pertanyaan selanjutnya yang penulis ajukan adalah bagaimana transparansi pelayanannya (terbuka, mudah dan dapat diakses semua pihak) dari sebelum dan sesudah diterapkannya SIMPUS?


(40)

Jawaban Kepala Puskesmas :

“ya, tentu saja, bahkan dapat dikatakan dengan adanya sistem ini, pelayanan yang ada menjadi lebih baik, karena kami pun menjadi lebih mudah menyampaikan informasi kepada masyakarat dan masyarakat pun menjadi lebih mudah untuk mengakses informasi yang diperlukan”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Kalau sebelum diterapkannya SIMPUS ini ya pelayanannya masih belum terbuka dalam artiannya hanya petugas medis dan pegawai Puskesmas yang mengetahui rekam jejak medis dari pasien pasiennya misalnya, atau daftar obat-obat an dan penyakit yang mungkin bisa di tangani Puskesmas. Tapi setelah adanya SIMPUS ini masyarakat dapat juga melihat dari internet status BPJS nya misalnya atau medis lainnya. Tapi ya hanya luar luarnya saja, informasi yang memang bisa di bagikan ke masyarakat”.(Senin, 18 April 2016)

Menurut penuturan dari kedua informan, dengan adanya program SIMPUS ini masyarakat semakin terbantu dalam pengaksesan informasi yang masyarakat butuhkan. Sebagai contoh adalah pengaksesan BPJS kesehatan masyarakat, data yang sekiranya masyarakat butuhkan bisa langsung bertanya pada pegawai Puskesmas. Memang masih ada data yang tidak di perbolehkan di akses oleh masyarakat tapi itu adalah hal yang masih bisa di maklumi.

Pertanyaan berikutnya yang penulis ajukan adalah Berasal dari manakah sumber anggaran untuk menerapkan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini ? Jawaban Kepala Puskesmas :


(41)

“Sumber dana dalam penerapan SIMPUS ini berasal dari ABPN dan APBD Kabupaten Deli Serdang yang diteruskan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang”. (Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“Sumber dana dalam penerapan SIMPUS ini berasal dari ABPN dan APBD Kabupaten Deli Serdang”.(Senin, 18 April 2016)

Kedua narasumber mengatakan bahwa sumber dana untuk pelaksanaan program SIMPUS ini adalah dari APBN dan APBD yang disalurkan lewat Dinas Kesehatan masing-masing kabupaten/kota.

Pertanyaan terakhir untuk aspek sumber daya yakni Apakah kemampuan dari pegawai dalam menjalankan program SIMPUS ini sudah memenuhi standar pelayanan? Apakah ada pendidikan dan pelatihan untuk menunjang peningkatan kualitas pelayanan?

Jawaban sub bagian P2TP :

“kalau buat saya sih sudah cukuplah kalau untuk memenuhi standar pelayanan, tapi memang kalau dibilang sudah layak atau belum ya belum lah, masih banyak kekurangan dari saya selaku operator dari SIMPUS ini. Kalau soal pelatihan ada tapi jarang jadi ya ilmu nya pada saat pelatihan sebelumnya saja”.


(42)

3. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program/ Disposisi(Disposition) Disposisi atau sikap dari pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh ini pun dapat mempengaruhi kualitas pelayanan mereka kepada masyarakat. Oleh karenanya, dalam aspek ketiga ini, peneliti ingin melihat bagaimana sikap yang ditujukan oleh para pegawai dari Puskesmas dalu Sepuluh dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karenanya, peneliti menanyakan kepada informan dengan pertanyaan, menurut bapak/ibu dengan adanya sistem komputerisasi bagaimana kesiagapan petugas dalam menangapi keluhan dari masyarakat ? Jawaban Kepala Puskesmas :

“dengan adanya sistem ini, maka sebisa dan sesegera mungkin para pegawai dituntut untuk menganggapi segala keluhan-keluhan dari masyarakat”.(Senin, 25 April 2016) Jawaban sub bagian P2TP :

“Kalau yang selama ini terjadi ya pegawai puskemas cukup tanggap dalam menangani tanggapan dari masyarakat”. (Senin, 18 April 2016)

Dari jawaban kedua informan ini dapat dilihat bahwa petugas dan pegawai dari Puskesmas ini sudah siap dengan keluhan keluhan yang akan datang dari masyarakat. Karena memang sebagai pegawai yang bekerja di sektor pelayanan harus siap selalu dengan keluhan yang akan datang dari masyarakat. Para pegawai pun di tuntut harus memiliki solusi secepatnya agar pelayanan bisa tetap berjalan dengan lancar.


(43)

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi digunakan untuk dapat menjelaskan tentang susunan tugas dan fungsi dari para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan prosedur standar operasi dalam memberikan pelayanan, karena setiap orgasnisasi birokrasi mempunyai standar operasionalnya masing-masing, yang digunakan sebagai landasaran dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Oleh karenanya, dalam aspek keempat ini, peneliti menanyakan kepada informan dengan pertanyaan, Selain pedoman undang-undang yang disampaikan sebelumnya, apa yang menjadi SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam penerapan sistem Informasi Manajemen Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di Puskesmas Dalu Sepuluh ini ?

Jawaban kepala Puskesmas :

“Kebetulan kalau standar operasional prosedur (SOP) dari Puskesmas ini sudah tertera di dinding Puskesmas jadi masyarakat bisa langsung melihat dan membaca jam operasional Puskesmas, standar waktu pelayanan, hak dan kewajiban dari orang yang akan menggunakan jasa Puskesmas. Masyarakat dapat menanyakan atau mengklaim jika ada yang tidak sesuai prosedur”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

“SOP kami sudah tertera di dinding Puskesmas agar semua dapat melihatnya. Seperti jam operasional Puskesmas, waktu tunggu di setiap poli dan sebagainya”. (Senin, 18 April 2016)


(44)

Berdasarkan hasil jawaban dari kedua informan tersebut, terlihat bahwa standar operasional prosedur (SOP) dari pelayanan Puskesmas Dalu Sepuluh sudah ada di dinding Puskesmas sehingga semua orang yang ingin mengetahui bagaimana standar pelayanan dari Puskesmas bisa langsung mengetahui nya dengan membaca nya di dinding Puskesmas.

4.3.3.Wawacara Kepada Masyarakat

Berdasarkan Kerangka Teori dalam Bab I (satu), Penulis memilih menggunakan tinjauan kepustakaan dalam teori mengukur pelayanan yang berkualitas menurut Zeithalm dkk (dalam Boediono, 2003 : 114) di karenakan kaitannya sesuai apa yang menjadi jawaban atas tujuan penulis.

Adapun tabel yang berisikan nama-nama informan tambahan yaitu padamasyarakat yang datang di Puskesmas Dalu Sepuluh yang berobat disana adalahsebagai berikut :

Tabel 4.5. Nama-Nama Informan Tambahan

No Nama Kelamin Umur Pekerjaan

1 Ramdani Hadiyanti Perempuan 41 tahun Ibu Rumah Tangga 2 Agung Kurniawan Laki-laki 18 tahun Serabutan

3 Sumarni Perempuan 46 tahun Ibu Rumah Tangga 4 Yuli Widani Perempuan 17 tahun Pelajar

Sumber data : wawancara masyarakat 2016

Tabel ini menunjukan bahwa peneliti memilih dari informan-imformanyang ada untuk di pilih sebagai yang lebih mengetahui pelayanan yang ada di


(45)

PuskesmasDalu Sepuluh. Hal ini menunjukan bahwa Informan yangdipilih dapat menjawab dari tujuan penulis dalam menunjang data-datainformasi yang dapat dimasukan dalam Informan tambahan dalam Kualitaspelayanan di Puskesmas Dalu Sepuluh.

Adapun indikator-indikator untuk mengukur pelayanan yang berkualitas menurut Zeithalm antara lain :

1. Tanggible (berwujud)

Berwujud atau kata lain dengan bukti langsung, merupakan penampakan bentuk fisik produk pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang didapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Dalu Sepuluh. Hal ini jugadi sampaikan dari beberapa masyarakat yang berobatlangsung di Puskesmas Dalu Sepuluh. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ramdani Hadiyanti (41 tahun).

Apakah menurut Bapak/ibu fasilitas yang tersedia seperti ruang tunggu, toilet, tempat parkir sudah maksimal ?

“ya kalau menurut ibu fasilitas yang ada di Puskesmas ini sudah cukup memadai,ruang tunggu nya cukup luas, toiletnya bersih dan tempat parkirnya luas. Kalau fasilitas seperti komputer dan lain lain juga digunakan”.

(Kamis,28 April 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh ibu Sumarni (46 tahun).

“yang ibu rasakan sudah maksimal ya. Ibu juga nyaman berobat diPuskesmas ini karena fasilitasnya sudah memadai”.(Rabu, 4 Mei 2016)


(46)

2. Reliability (kehandalan)

Kehandalan merupakan prosedur pelayanan yang diberikan memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan, melalui keahlian, sosialisasi, komunikasi aparat dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini juga disampaikan dari beberapa masyarakat yang berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh seperti yang disampaikan oleh ibu Sumarni (46 tahun).

Apakah menurut bapak/ibu pegawai Puskesmas mampu dan handal dalam menggunakan alat bantu seperti komputer ?

“kalau yang ibu lihat sih cukup mampu ya dalam menggunakan alat bantu terutama komputer”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh Yuli Widianti (17 tahun)

“yang saya lihat mereka cukup handal dalam menggunakan komputer. Memang tidak semua hanya beberapa petugas saja”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Pertanyaan lainnya adalah Apakah Bapak/ibu mudah dalam mengakses informasi dari pegawai Puskesmas? Hal ini disampaikan oleh Agung Kurniawan (18 tahun).

“mudah juga mengakses informasinya, saat saya berobat di Puskesmas mereka langsung memeriksa dan menunjukan tempat tempat yang harus saya datangi dan saya bilang ke pegawai nya”. (Kamis,28 April 2016)


(47)

Hal ini juga disampaikan oleh Ramdani Hadyanti (41 tahun).

“mudah saat saya berobat gitu, kalau yang ibu rasakan pegawai cukup memberikan pelayanan yang baik lah”.(Kamis,28 April 2016)

3. Responsives (daya tanggap)

Daya tanggap merupakan kesigapan dari aparat petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut. Hal ini disampaikan dari beberapa masyarakat yang merasakan pelayanannya.

Apakah menurut Ibu Yuli Widianti (17 tahun) Pegawai Puskesmas tepat waktu hadir di tempat ?

“kurang tau juga ya, tapi kalau dari pengalaman saya berobat sih tidak pernah terlamabt, sealu datang tepat waktu. Tapi kalau pas saya tidak berobat ya mungkin saja”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Hal serupa juga disampaikan oleh Agung Kurniawan (18 tahun).

“tidak pernah sih sepertinya, karena saat saya lewat di Puskesmas selalu sudah buka. Waktu saya berobat juga sudah buka.”(Kamis,28 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya di indikator responsive yakni Apakah Ibu melihat ketidakadilan saat antrian ? bagaimana tindakan pegawai Puskesmas saat terjadi hal tersebut ?


(48)

Hal ini disampaikan Yuli Widiawati (17 tahun)

“tidak ada yang seperti itu sepertinya, saya lihat cukup adil selama ini”. (Rabu, 4 Mei 2016)

Hal senada juga di sampaikan ibu Sumarni (46 tahun)

“cukup adil selama ini sesuai nomor antrian, kecuali memang ada keadaan gawat darurat yang memang harus ditangani segera ya dia didahulukan. Tapi kalau normal sih tidak ada”.(Rabu, 4 Mei 2016)

4. Assurance (jaminan)

Jaminan merupakan informasi yang jelas dan di mengerti kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh. Hal ini disampaikan dari beberapa masyarakat yang merasakannya.

Apakah Bapak Agung Kurniawan (18 tahun) merasa mendapatkan Pelayanan yang baik dari Pegawai Puskesmas Dalu sepuluh ini?

“buat saya baik pelayanannya karena ramah pegawainya dan juga informasi yang disampaikan juga jelas”.(Kamis,28 April 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh ibu Ramdani Hadyanti (41 tahun).

“iya ibu rasa pelayanannya baik, karena ibu sering juga berobat ke Puskesmas. Jadi sudah kenal dengan pegawainya”. (Kamis,28 April 2016)


(49)

Apakah Ibu Sumarni (46 tahun) mendapatkan informasi yang jelas dari pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh?

“iya dapat informasi yang jelas. Dari saat daftar langsung diarahkan ke bagian mana yang menangani penyakit ibu. Terus di arahkan ke ruang obat kalau sdah selesai untuk beli obatnya”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh Yuli Widiawati (17 tahun)

“iya, saya dapat informasi yang jelas kalau sedang berobat”.(Rabu, 4 Mei 2016)

5. Emphaty (empati)

Empati seperti daya adaptasi dan toleransi merupakan kemampuan pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh terhadap ekonomis, Kemudahan dan kenyamanan.

Apakah Ibu Ramdani Hadyanti (41 tahun) saat berobat mendapatkan tindakan diskriminatif (membeda-bedakan) dari pegawai Puskesmas ?

“tidak sih, karena ibu ngerasa selalu sesuai dengan nomor urut masing masing kok. Jadi nggak ada sih itu”.(Kamis,28 April 2016)

Hal senada juga di sampaikan Yuli Widiawati (17 tahun)

“nggak ada, semua sesuai nomor antriannya”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Menurut Bapak Agung Kurniawan (18tahun) letak Puskesmas Dalu sepuluh mudah di jangkau untuk mendapatkan pelayanan ?


(50)

“sangat terjangkau karena letak rumah saya hanya beberapa kilometer dari Puskesmas”(Kamis,28 April 2016)

Hal senada juga di sampaikan oleh ibu Sumarni (46 tahun)

“terjangkau, dengan berjalan kaki juga bisa. Apalagi letaknya berada di pinggir jalan jadi bisa terlihat dengan mudah”.(Rabu, 4 Mei 2016)

4.4. Data sekunder

Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data yang menunjang atau terkait dengan program Sistem Informasi Manajemen Puskemas (SIMPUS) yang sedang diteliti. Dalam pengumpulan data sekunder ini, peneliti secara bertahap mengumpulkannya. Diawali dengan pengumpulan berkas akan sejarah singkatDesa Dalu Sepuluh, gambaran umum Puskesmas Dalu Sepuluh, tugas pokok dan fungsi Pegawai Puskesmas dan struktur organisasiPuskesmas.

Setelah mendapatkan beberapa data kepustakaan yang disebuatkan diatas, maka peneliti melakukan wawancara dan observasi di lokasi penelitian. Seiring dengan proses pengumpulan data tersebut, peneliti diberikan izin oleh pihak Puskesmas untuk dapat melihat dan memperoleh data dalam pelaksanaan program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Dalu Sepuluh dalam bentuk Profil Keehatan Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa, kartu Inventaris Barang (KIB) Puskesmas Dalu Sepuluh dan juga dokumen lain yang sekiranya perlu dilampirkan dalam hasil penelitian ini.


(51)

Selain berkas-berkas dan juga observasi yang telah diuraikan diatas, peneliti juga memperoleh seperangkat Undang-undang dan peraturan yang menjadi dasar hukum dalam pelaksaan program SIMPUS ini, adapun peraturan yang dimaskud antara lain: Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang PetunjukPelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003tentang Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS Online), Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun 2014TentangPusat Kesehatan Masyarakat.


(52)

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan masalah dalam penelitian ini.

5.1. Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Dalu Sepuluh

Dalam pelaksanaannya agar pelayanan di bidang kesehatan dapat lebihbaik, maka Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakansalah satu solusi yang diberikan oleh aparat birokrasi dalam upaya peningkatankualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat. Penyelengaraan pelayananmerupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, pelayanan yang diberikankepada semua masyarakat tanpa terkecuali. Bila layanan yang diterima olehmasyarakat sesuai yang diharapkan, maka kualitas layanan yang diberikan itumemuaskan dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya bila jasa/layananyang diterima oleh masyarakat rendah dari yang diharapkan, maka kualitaspelayanan akan buruk tidak sesuai tujuan yang diharakan. Dengan demikian baikatau buruknya kualitas jasa/layanan tergantung


(53)

kepada kemampuan penyediajasa dalam memenuhi harapan masyarakat secara konsisten.

Masalah yang terjadi di atas, dalam hal ini pemerintah telah melakukanupaya yang maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik dalam halmeningkatkan kesehatan masyarakat. Upaya tersebut adalah melalui ProgramSIMPUS yang merupakan suatu sistem database yang dimana data-datamasyarakat yang pernah berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh tersebut bisa dimasukkan(input), diperbarui(update), dan dibagikan(share) sehingga terbangun suatu sistem informasi manajemen secaraonline.

Adapun tujuan dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmasdi tingkat daerah sampai ke tingkat Pusat adalah suatu sistem informasi yang dapatmenampung, mengelola, menyimpan dan menentukan kembali sertamendestribusikan jenis data laporan kunjungan pasien sampai kepada 10 penyakitterbesar untuk dapat mengambil keputusan. Adapun yang menjadi 10 penyakit terbesar di Puskesmas Dalu Sepuluh yakni:


(54)

Tabel 5.1. sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Dalu Sepuluh

No Nama Penyakit Jumlah Kasus

1 ISPA bagian atas 7656

2 ISPA bagian bawah 7437

3 Penyakit pada sistem otot dan jaringan 4117

4 Diare (termasuk Kolera) 1112

5 Penyakit tekanan darah tinggi 886

6 Karies gigi 678

7 Tonsilitas 82

8 Infeksi kulit (alergi) 72

9 Infeksi kulit 44

10 Infeksi penyakit usus lain 36 Sumber data : Puskesmas Dalu Sepuluh 2014

Tabel di atas menunjukan bahwa adanya wabah penyakit yang terjadi di daerah tersebut, yang paling besar penyakit yang sering di alami oleh masyarakat adalah Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) bagian atas. Walaupun penyakit ini tidak berbahaya bagi setiap orang, maka jarang sosialisasi secara rutin yang diberikan Puskesmas, akan tetapi aparat Puskesmas Dalu Sepuluh tetap memberikan pelayanan cepat tanggap terhadap penyakit yang diderita masyarakat.

Sistem informasi Manajemen Puskesmas yang terbaru (up to date)sangatdibutuhkan pada suatu Dinas Kesehatan maupun Puskesmas, selama inipengumpulan data-data pasien dari tiap poli hanya memakai kertas


(55)

sehinggamemperlambat proses pelayanan masyarakat, dalam hal ini dirasakan tidakmemadai di era globalisasi ini, sehingga diperlukan standarisasi pengolahan data-data informasi pasien yang terpadu baik ditingkat Pusat maupun Daerah.Diadakannya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yangmengatur semua laporan-laporan pasien dalam meningkatkan pelayanankesehatan masyarakat.

Pada penelitian ini, peneliti melihat implementasi dari Sistem InformasiPuskesmas yang terletak di Puskesmas Dalu Sepuuh dapatdi analisa melalui dari setiap data dan fakta yang didapatkanberdasarkan variabel operasional penelitian, dan juga penguraian masalah-masalah yang terjadi, yaitu :

1. Sumber Daya

Berdasarkan data-data atau fakta di lapangan serta dari hasil wawancaradengan informan penelitian, dapat disimpulkan bahwa SIMPUS di PuskesmasDalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa menjadi tanggung jawab satiap aparaturkesehatan dan juga dapat terlihat dari struktur organisasinya. Setiap aparaturkesehatan yang ada di PuskesmasDalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa memilikitanggung jawabnya masing-masing.

Sumber Daya manusia yang dimiliki mendapat perhatian dalam penelitianini. Sumber Daya Manusia yang di maksud disini menyangkut ketersediaanpegawai pelaksana, dan kemampuan atau keahlian yang dimiliki pegawai dalammengoperasikan komputerisasi. Dalam hal ini pegawai yang bertanggung


(56)

jawabpada tiap-tiap bidang sudah tersedia, namun jumlah yang tersedia khususnyapada pegawai yang bertanggung jawab dalam membuat laporan-laporandirasakan masih kurang.

Kemampuan atau keahlian yang dimiliki aparatur kesehatan yang adadirasakan masih belum memenuhi sesuai kebutuhan dalam mengoperasikankomputer karena rata-rata aparatur kesehatan yang ada disini berlatarbelakangkan akademis kesehatan. Adapun pegawai yang memiliki kemampuanatau keahlian dalam menggunakan komputer hanya beberapa saja, tetapi dalamhal ini adanya pelatihan baru mau berjalan pada setahun belakangan ini.

Seteah sumber daya manusia, Sumber daya selanjutnya adalah informasi. Informasi ialah sekumpulan data atau fakta yang terdapat didalam organisasi, karena informasi pun memberikan arti bagi penerimanya yaitu memberikan keterangan dan pengetahuan. Seperti halnya didalam penerapan SIMPUS ini membuat informasi yang dihasilkan olehPuskesmas Dalu Sepuluh tersebut menjadi lebih mudah didapatkan dan juga transparan, sehingga hal ini juga membuat masyarakat menjadi mudah untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

Sumberdaya selanjutnya adalah berdasarkan pada wewenang. Kewenangan yang terjalin di Puskesmas Dalu Sepuluh ialah kewenangan yang sifatnya formal, kewenangan berarti legitimasi bagi para pelaksana atau para pegawai dalam melaksanakan sistem SIMPUS tersebut dalam memberikan pelayanan, karena bila


(57)

legitimasi tersebut tidak ada, maka dipastikan dapat terjadinya kegagalan terhadap penerapan sistem SIMPUS tersebut.

Pada hasil yang didapatkan peneliti dilapangan bahwa kewenangan yang ada di Puskesmas Dalu Sepuluh berjalan dengan baik dan efektif, karena kewenangan yang ada di Puskesmas tersebut terarah, dalam artian Kepala Puskesmas yang memiliki kewenangan tertinggi, baru diikuti oleh sub bagian bidang masing-masing dan kemudian ke seluruh pegawainya. Hal ini didukung oleh data yang peneliti dapatkan dilapangan bahwa jelasnya tugas dan fungsi dari masing-masing para pegawai tersebut menandakan terarah dan terstrukturnya sistem kerja mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Diihat dari segi fasilitas yang dimiliki seperti unitkomputer dan jaringan network sangat penting dalam implementasi SIMPUS.Jumlah unit komputer yang ada di tiap-tiap poli dirasa kurang cukup sehinggamasih adanya poli-poli yang belum menggunakan komputer, pada jaringannetwork masih menjadi kendala dikarenakan jaringan yang tersedia di PusekesmasDalu Sepuluh sering lambat.

2. Komunikasi

Sebelum sebuah kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harusmenyadari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan perintah untukmelaksanakannya telah dikeluarkan, sehingga aparat kesehatan bekerja denganmemiliki wewenang masing-masing.


(58)

Komunikasi dalam penerapan sistem SIMPUS bila dilihat berdasarkan variabel transmisi bahwa proses penyaluran komunikasi yang terjalin sudah cukup baik dan berjalan dengan lancar, karena didalam organisasi tersebut para pelaksana saling memberikan informasi, dan masukkan kepada program SIMPUS dalam memberikan pelayanan kepada masyakarat. Dengan diterapkannya sistem ini, maka semakin mudah proses komunikasi yang terjalin antara Puskesmas Dalu Sepuluh denganDinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, karena proses penyaluran komunikasinya sudah dengan elektronik, yang memungkinkan untuk lebih meminimalisir terjadinya suatu kesalahan atau miskomunikasi didalam proses komunikasinya.

Dari hasil wawancara yang dilakukandengan informan, pegawai pelaksana SIMPUS yang ada di Puskesmas Dalu Sepuluhmulai dari seksi pembuat laporan sampai operator registrai pasien cukup mengertiakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan tersebut aparat kesehatanselalu mengacu kepada peraturan-peraturan yang berlaku, mulai dari peraturan-peraturan-peraturan-peraturan petunjuk pelaksanaan sampai kepada petunjuk teknisnya. Sosialisasi danpembangunan sarana prasaranan pendukung SIMPUS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan sudah dikatakan baik, walaupun pelaksanaannya belum maksimal danmasih dalam proses.

Adapun peran komunikasi sangat penting untuk mensinergikan setiapaktivitas. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat,jelas, konsisten, menyeluruh. Kemudian agar implementasi menjadi efektif, makamereka yang tanggung jawabnya adalah untuk mengimplementasikan sebuahprogram mesti tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan. Komunikasi dalamimplementasi SIMPUS


(59)

meliputi komunikasi internal pelaksana dan komunikasieksternal dalam hal ini sosialisasi kepada masyarakat dan hubungan dengan Dinas Kesehatan atau instansi lain.

Komunikasi antar pelaksana implementasi SIMPUS dapat dilihat daribagaimana koordinasi dan juga kerjasama antar pelaksana. Dan secara komunikasiantar pelaksana dapat dikatakan sudah cukup baik dan berjalan dengan lancar.Dimana antar pihak saling memberikan informasi, masukan, dan juga seringterlibat dalam pembahasan permasalahan yang menyangkut pada SP2TP atauSIMPUS.

Sedangkan komunikasi eksternal yaitu koordinasi dan sosialisasi denganmasyarakat. Komunikasi eksternal yang dibangun antar para pelaksana denganmasyarakat sudah ada dan berjalan dengan baik. Seperti halnya sosialisasi dalambentuk penyuluhan bagi masyarakat.

3. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program (Disposition)

Dari hasil data-data dilapangan dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan dari implementasi SIMPUS di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa kurang terlaksana dengan baik, dikarenakan penerapan SIMPUS yang berbasis online masih dalam proses penerapan, sehingga penerapan SIMPUS online yang terintegrasi dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan ini masih dilakukan secara manual, dimana proses pelaporannya harus diberikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang setiap awal bulan.


(60)

Selain itu masih minimnya anggaran yang di berikan Dinas Kesehatan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk diterapkannya SIMPUS online ini. Memang ada anggaran yang di berikan kepada pihak Puskesmas agar program ini berjalan dengan lancar, tapi pada kenyataan nya anggaran tersebut masih dirasa kurang untuk menjalan kan program ini dengan lebih baik, tapi sudah cukup untuk menunjang pelayanan kepada masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu diharapkan program ini dapat memberikan dampak signifikan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Selanjutnya berbicara dengan implementasi program SIMPUS, kecakapan saja tidak cukup tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan dan menjalankan sistem tersebut, karena kunci dari keberhasilan program atau implementasi ini adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan atau dukungan yang telah ditetapkan. Di Puskesmas Dalu Sepuluh, sikap dan komitmen dari para pegawainya dapat dikatakan baik, seperti sikap keramahan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, tanggung jawab mereka kepada masyarakat, serta kesigapan para pegawai dalam memperbaiki bilamana terjadi suatu kesalahan.

Apabila masyarakat mengalami kesulitan dan memberikan keluhan kepada pegawai Puskesmas, maka pegawai Puskesmas dengan cepat dan tanggap membantu masyarakat menyelesaikan masalahnya. Hal ini pun sesuai dengan apa yang diutarakan oleh para masyarakat yang merasa bahwa rasa pertanggungjawaban para pegawai cukup baik bila terjadi kesalahan, tidak berbelit-belit, dalam artian para


(61)

pegawai langsung sigap dan sesegera mungkin untuk langsung memperbaiki kesalahan yang terjadi. Tidak heran melihat sikap pelayanan yang berikan oleh para pegawai Pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh tersebut sudah membuat masyarakat merasa puas atas kinerja mereka dalam memberikan pelayanan, yang berarti dengan adanya sistem ini pun membuat terjadinya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, karena dengan adanya sistem ini pun membuat para pegawai menjadi lebih mudah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan juga membuat para pegawai menjadi lebih kompeten dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

4. Struktur birokrasi

Berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementas publik. Struktur birokrasi digunakan untuk dapat menjelaskan tentang susunan tugas dan fungsi dari para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan prosedur standar operasi. Dalam Puskesmas Dalu Sepuluh pun, terdapat struktur organisasi yang menjelaskan tentang susunan tugas dan fungsi dari para pegawainya, mulai dari tugas dan fungsi Kepala Puskesmas sampai kepada tugas dan fungsi dari masing-masing Pegawainya.

Seperti data yang peneliti dapatkan di lapangan bahwa tugas dari Kepala Puskesmas Dalu Sepuluh yaitu bertanggung jawab penuh terhadap seluruh pelaksanaan kerja di Puskesmas Dalu Sepuluh, dan yang menjadi tugas dari Subbagian Tata Usaha adalah memberikan pelayanan administratif kepada semua


(62)

satuan organisasi Puskesmas, dan lain sebagainya sampai kepada semua tugas dan fungsi para Pegawai Puskesmas.

Dengan adanya struktur organisasi ini pun, semakin membuat terarahnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, karena dari begitu banyaknya jumlah pelayanan kesehatan yang ada, membuat masyarakat tidak sulit untuk mendapatkan pelayanan, karena pelayanan yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan masyarakat telah diatur juga dalam struktur organisasi yang ada, serta ditambah lagi dengan diterapkannya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini, semakin membuat cepatnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Dalam kaitannya struktur organisasi di Puskesmas Dalu Sepuluhberkaitan juga dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), kegunaan SOP ini didalam Puskesmas Dalu Sepuluh ialah sebagai prosedur kerja untuk menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai bidang, karena dengan menggunakan SOP, para pegawai ini pun dapat lebih mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat juga untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pegawai dengan pegawai lainnya, sehingga dapat menghasilkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan SIMPUS tersebut. Standar Operasional Prosedur (SOP) di Puskesmas Dalu Sepuluh adalah berkaitan dengan lama pelayanan d tiap poli, jam buka Puskesmas dan sebagainya yang menunjang terlaksananya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan baik.


(63)

Sedangkan penyebaran tanggungjawab yang ada di Puskesmas Dalu Sepuluh pun dapat dikatakan baik, karena sesuai dengan struktur organisasi. Pada umumnya penyebaran tanggungjawab telah di koordinasikan dengan baik. Penyebaran tanggungjawab yang ada di Puskesmas Dalu Sepuluh seperti Kepala Puskesmas menyerahkan tanggungjawab kepada sub bagian masing-masing, dan pegawai Puskesmas. Penyebaran tanggungjawab ini pun saling terkoordinasi, seperti bila terjadi kesalahan di jenjang atas maka akan berdampak ke jenjang bawahnya, begitu juga sebaliknya.

Pada berikutnya, peneliti juga melihat sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan jika di lihat dari segi kualitas pelayanan kesehatan yang di berikan aparat kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa. Melalui hal ini indikator yang dapat di analisis melalui aspek Berwujud, Kehandalan dan Daya Tanggap, Aspek jaminan dan Empati.

a. Aspek Berwujud

Aspek ini dapat di lihat melalui penampakan bentuk fisik pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas dalu Sepuluh. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan oleh masyarakat yang berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berobat disana melihat adanya fasilitas-fasilitas yang tersedia dan keberadaan peralatan pendukung pelayanan seperti


(64)

komputer, ruang tunggu, toilet, maupun tempat parkir dirasa sudah cukup dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Adapun bentuk informasi-informasi dalam pelayanan kepada masyarakat sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga memberikan dampak positif dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu fasilitas sarana dan prasaranan yang dimiliki Puskesmas Dalu Sepuluh sudah dibilang mencukupi dalam proses pelayanan kepada masyarakat.

b. Aspek Kehandalan dan Daya Tanggap

Aspek ini dapat dilihat kemampuan aparatur kesehatan melalui keahlian, sosialisai, dan kesigapan aparat kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa. Aspek ini salah satu yang paling diharapkan masyarakat, petugas yang ramah akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi pengguna layanan untuk memberikan penilaian yang baik atas pelayanan yang disajikan.

Dari data-data di lapangan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat yang berobat merasakan kesigapan aparat kesehatan dalam menangani pasien-pasien yang berobat. Dlihat dari keahlian aparat kesehatan masyarakat yang berobat merasakan kesesuaian aparat kesehatan dalam menggunakan peralatan-peralatan yang ada akan tetapi masih minimnya alat sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Dalu Sepuluh seperti komputer dan lainnya dan juga masih minimnya Sumber Daya Manusia dalam


(1)

14.Terima kasih juga kepada Citra Fadhillah yang selalu membantu dan menemani penulis dalam melaksanakan perkuliahan dan penelitian selama ini.

15.Dan terima kasih kepada alumni MTsN 1 Model Medan dan MAN 1 Medan yang membantu dalam pelaksanaan penulisan Skripsi.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Semoga Allah memberikan Rahmat dan Keridhoan-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 01 Juni 2016 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1.5.Kerangka Teori ... 7

1.5.1. Kebijakan Publik ... 8

1.5.2. Implementasi Kebijakan ... 11

1.5.3. Faktor-Faktor yang mempngaruhi Implementasi Kebijakan ... 15

1.5.3.1. Teori G. Edward III ... 16

1.5.3.2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn ... 19

1.5.3.3. Teori Merilee S. Grindle ... 20

1.5.3.4. Teori Daniele A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier ... 20

1.5.4. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) ... 21

1.5.4.1. Sistem Informasi Manajemen ... 21

1.5.4.2. Sistem Informasi Manakemen Puskesmas ... 27

1.5.4.3. Faktor-Faktor Hambatan SIMPUS ... 29

1.5.5. Pelayanan ... 31

1.5.6. Kesehatan Masyarakat ... 34

1.6.Definisi Konsep ... 35

1.7.Sistematika Penulisan ... 37

BAB II METODE PENELITIAN 2.1.Bentuk Penelitian ... 39

2.2.Lokasi Penelitian ... 40

2.3.Informan Penelitian ... 40

2.4.Teknik Pengumpulan Data ... 41

2.5.Teknik Analisa Data ... 42

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1.Sejarah Singkat Desa Dalu Sepuluh ... 44


(3)

3.5.1. Fasilitas Gedung Puskesmas Dalu Sepuluh ... 50

3.5.2. Fasilitas Alat-Alat Puskesmas Dalu Sepuluh ... 51

3.5.3. Fasilitas Obat-Obat PuskesmasDalu Sepuluh ... 52

3.6.Sumber Daya Manusia Puskesmas Dalu Sepuluh ... 52

3.7.Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas ... 55

3.8.Tugas Pokok dan Fungsi SDM Puskesmas ... 57

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1.Pelaksanaan Wawancara ... 65

4.2.Karakteristik Informan ... 66

4.3.Dekripsi Hasil Wawancara ... 71

4.3.1.Wawancara dengan Pertanyaan Umum ... 71

4.3.2. Wawancara dengan Pertanyaan Khusus ... 74

1. Wawancara Berdasarkan Aspek Komunikasi ... 75

2. Wawancara Berdasarkan Aspek Sumber Daya ... 78

3. Wawancara Berdasarkan Aspek Disposisi ... 83

4. Wawancara Berdasarkan Aspek Struktur Organisasi ... 84

4.3.3. Wawancara kepada Masyarakat ... 85

4.4.Data Sekunder ... 91

BAB V ANALISIS DATA 5.1.Penerapan SIMPUS dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan kesehatan di Puskesmas Dalu Sepuluh ... 93

1. Sumber daya ... 96

2. Komunikasi ... 98

3. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program (Disposition) ... 100

4. Struktur Birokrasi ... 102

5.2.Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan SIMPUS ... 106

BAB VI PENUTUP 6.1.Kesimpulan ... 109

6.2.Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nama Desa, Luas Wilayah, Dan Jumlah Dusun/ Lingkungan

di Kecamatan Tanjung Morawa ... 47

Tabel 3.2 Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa ... 48

Tabel 3.3 Fasilitas Gedung Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa... 50

Tabel 3.4 Sumber daya Puskesmas Dalu Sepuluh ... 53

Tabel 4.1 karakterisitik informan berdasarkan jenis kelamin ... 67

Tabel 4.2 karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan ... 68

Tabel 4.3 karakteristik informan berdasarkan jabatan ... 68

Tabel 4.4 nama-nama informan penelitian... 71

Tabel 4.5 nama-nama informan Tambahan ... 86


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 2. Surat Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 3. Surat Undangan Seminar Proposal Penelitian Skripsi Lampiran 4. Jadwal Seminar Proposal Penelitian Skripsi

Lampiran 5. Daftar Hadir Seminar Proposal Penelitian Skripsi Lampiran 6. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian Skripsi Lampiran 7. Surat Rekomendasi/Izin Penelitian dari FISIP USU Lampiran 8. Surat Rekomendasi/Izin Penelitian dari Puskesmas Dalu

SepuluhKecamatan Tanjung Morawa Lampiran 9. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi Lampiran 10. Pedoman Wawancara

Lampiran 11. Daftar Obat-Obat Yang Terdapat Di Puskesmas Dalu Sepuluh Lampiran 12. Daftar Alat-Alat Yang Terdapat Di Puskesmas Dalu Sepuluh Lampiran 13. Standar Operasional Prosedur (SOP) Puskesmas Dalu Sepuluh


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

43 308 101

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 11

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 1 1

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 1 38

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 5

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

0 0 2

Analisis Pelaksanaan Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2016

0 0 16

Analisis Pelaksanaan Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2016

0 0 2

Analisis Pelaksanaan Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2016

0 0 9

Analisis Pelaksanaan Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2016

0 0 28