Analisis Prestasi Pengusaha UKM Muslim : Studi Komparatif Berdasarkan Domisili Perkotaan Vs Pedesaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan dan pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dibanyak negara di dunia. Salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan PDB yang tinggi di Negara-negara Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan sebutan
Newly Industrializing Countries (NIC’s) seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja UKM mereka yang sangat efisien, produktif dan memiliki tingkat daya saing global yang tinggi (Tambunan, 2002:19). UKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor. Di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan UKM juga sangat penting. Di beberapa Negara kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan UKM sekarang diakui sangat penting untuk menaikkan output agregat dan kesempatan kerja (Tambunan, 2002:19).
Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, UKM memiliki peranan baru yang lebih penting lagi yaitu sebagai salah satu faktor utama pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non migas dan sebagai industri pendukung yang membuat komponen-komponen dan sparepats untuk Usaha Besar (UB) lewat keterkaitan produksi misalnya dalam bentuk subcontracting. Bukti di NIC’s menunjukkan bahwa bukan hanya Usaha Besar (UB) saja tetapi
(2)
UKM juga bisa berperan penting dalam pertumbuhan ekspor dan bisa bersaing dipasar domestik terhadap barang-barang impor maupun dipasar global. Di Indonesia, UKM sangat diharapkan dapat menjadi salah satu pemain penting dalam penciptaan pasar baru bagi Indonesia bukan hanya didalam negeri tetapi lebih penting lagi diluar negeri, jadi sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan dan jasa atau neraca pembayaran (balance of payment).
Pentingnya UKM khususnya Usaha Kecil (UK) di negara-negara berkembang sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran terutama dari golongan masyarakat berpendidikan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan serta masalah urbanisasi dengan segala efek negatifnya. Artinya, keberadaan atau perkembangan UKM diharapkan dapat memberi suatu kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan krisis moneter telah mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami suatu resesi ekonomi yang besar. Krisis ini sangat berpengaruh negatif terhadap hampir semua lapisan atau golongan masyarakat dan hampir semua kegiatan-kegiatan ekonomi didalam negeri, tidak terkecuali kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam skala kecil dan menengah. Di Indonesia, dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak di
(3)
semua sektor ekonomi dan kontribusinya yang besar terhadap penciptaan kesempatan kerja dan sumber pendapatan, khususnya di daerah pedesaan dan bagi rumah tangga berpendapatan rendah, tidak dapat diingkari betapa pentingnya UKM.
Kawasan perkotaan di Indonesia, seperti juga perkotaan di dunia ketiga, banyak dijumpai berkembangnya industri kecil sebagai akibat tidak mampunya pemerintah mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Beberapa kegiatan industri kecil bahkan masuk dalam sektor informal. Namun keberadaan mereka belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada umumnya pemerintah daerah sebagai pengelola kota masih banyak memikirkan sektor formal yang lebih mudah dikontrol. Padahal sektor industri kecil dan menengah memiliki kontribusi yang nyata bagi pengatasan masalah pengangguran dan masalah perekonomian kawasan perkotaan. ILO melaporkan bahwa 60% buruh di kota-kota negara berkembang diserap oleh sektor informal dan kegiatan pada UKM. Dilaporkan juga bahwa peran sektor UKM sangat penting karena mampu menciptakan pasar-pasar, mengembangkan perdagangan, mengelola sumber alam, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, membangun masyarakat dan menghidupi keluarga mereka tanpa kontrol dan fasilitas dari pihak pemerintah daerah yang memadai (ILO, 1991 dan Reddy et.al., 2002).
Perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari bebagai macam masalah yang tingkat intensitas dan sifatnya berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antarwilayah/lokasi, antarsentra, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam
(4)
kegiatan/sektor yang sama. Namun demikian, ada beberapa masalah umum yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan modal kerja dan/atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik namun dengan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi modern, SDM dengan kualitas yang baik (terutama manajemen dan teknisi produksi), dan informasi khususnya mengenai pasar, dan kesulitan dalam pemasaran (termasuk distribusi).
Sejalan dengan kenyataan seperti diatas, pemerintahan Indonesia juga terus memberikan perhatian yang serius terhadap eksistensi UKM. Perhatian ini diberikan dalam berbagai bentuk fasilitas seperti penyederhanaan pengurusan perizinan, kenyamanan dan kepastian hukum, pendidikan dan pelatihan, informasi pemasaran dan sebagainya. Bahkan lebih jauh dari itu, pemerintah sangat konsen membantu dan memfasilitasi pengusaha UKM dari aspek permodalan dan pembiayaan. Misalnya, Kementrian Koperasi dan UKM pada 23 Februari 2015 mengatakan menurunkan suku bunga Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir Kredit Usaha Kecil Menegah (LPDB KUKM) dan berlaku mulai Maret 2015. Penurunan ini salah satunya bertujuan mencapai target penyaluran dana pembiayaan bagi pengusaha UKM sebesar Rp. 2,65 triliun (Bisnis.Com). Kebijakan pemerintah ini akan membantu seluruh pengusaha UKM di Indonesia termasuk pengusaha-pengusaha UKM di Sumatera Utara.
Kebijakan pengembangan UKM secara nasional harus diikuti dengan adanya keselarasan kebijakan pengembangan UKM diberbagai daerah sehingga memberikan kontribusi positif yang paling maksimum. Tugas dan beban ini
(5)
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan semua pihak yang terkait. Semua pihak harus bekerjasama dan saling membantu sehingga sasaran dan tujuan pengembangan UKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi tercapai dengan efektif. Dalam hal pendanaan dan pembiayaan misalnya, kerjasama dan kemitraan antar bank dan lembaga keuangan lainnya dengan para pengusaha UKM harus terbina dan berjalan dinamis, saling menguntungkan dan lain-lain seperti mana maksud penetapan PP No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.
Berkaitan dengan kemitraan dan kerjasama ini, pengusaha-pengusaha UKM Sumatera Utara diangap relatif beruntung karena di Sumatera Utara telah eksis berbagai Bank dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan. Eksistensinya pula relatif luas, merata dan beragam sebab banyak Bank konvensional dan banyak bank syariah/unit usaha syariah. Eksistensi perbankan konvensional dan perbankan syariah serta Unit Usaha Syariah yang sedemikian banyak di Sumatera Utara merupakan lembaga-lembaga terdepan dalam menyalurkan berbagai jenis dana, kredit dan pembiayaan kepada pengusaha UKM antara lain: Kredit Usaha Tani, Kredit KUD, Kredit Kopersi untuk Anggota, Kredit Kelayakan Usaha dan sebagainya.
Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan lalu lintas perekonomian yang begitu banyak jelas memiliki potensi yang besar bagi pengembangan UKM. Pemerintah Kota Medan telah memasukkan UKM sebagai salah satu prioritas dalam program kerja pembangunan ekonominya. Capaian kinerja pembinaan UKM di Kota Medan pada tahun 2010 yang lalu mencapai
(6)
95,10% dengan jumlah UKM sebanyak 222.000 usaha. Kota Medan memiliki pertumbuhan perdagangan dan industri yang cukup tinggi di Sumatera Utara, terbukti dengan perkembangan baik di sektor jasa, perdagangan dan industri setiap tahunnya. Pemerintah Kota Medan telah memasukkan UKM sebagai salah satu prioritas dalam program kerja pembangunan ekonominya.
Di tingkat daerah, khususnya Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat bahwa secara umum pertumbuhan perekonomian Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari kontribusi UKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan UKM yang ada di Kabupaten Deli Serdang cukup pesat pada unit usaha baik yang bergerak di sektor industri maupun yang bergerak di sektor perdagangan.
Tabel 1.1
Pertumbuhan UKM Kabupaten Deli Serdang (tahun 2007-2009) Jenis
Usaha Variabel Satuan 2007 2008 2009
Usaha Kecil
Jumlah
Usaha Unit 13.244 13.527 13.751
Tenaga
Kerja Orang 57.391 158.627 159.023
Modal Rp. Juta 637.235.425 646.492.588 654.206.890
Volume
Usaha Rp. Juta 895.345.350 975.727.675 1.056.110.000
Aset Rp. Juta 723.455.200 737.155.178 750,855.16
Usaha Menengah
Jumlah
Usaha Unit 673 684 691
Tenaga
Kerja Orang 97.501 98.033 98.473
Modal Rp. Juta 543.250.125 545.413.864 547.216.946
Volume
Usaha Rp. Juta 367.508.415 400.971.897 428.858.127
Aset Rp. Juta 473.127.510 509.392.737 539.613.750
Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang
Dari data tersebut di atas terlihat sebuah gambaran potensial menyangkut prospek pengembangan UKM sebagai salah satu motor penggerak perekonomian
(7)
lokal. Hal ini dapat dilihat dari trend peningkatan angka tenaga kerja yang terserap, akumulasi modal yang meningkat serta pertumbuhan volume dan aset usaha setiap tahunnya. Pengembangan ekonomi lokal adalah merupakan suatu konsep pengembangan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya kelembagaan lokal yang ada pada suatu masyarakat, oleh masyarakat itu sendiri melalui pemerintah lokal maupun kelembagaan berbasis masyarakat yang ada. Pengembangan ekonomi lokal dilakukan oleh para stakeholder (pemerintah lokal, swasta dan masyarakat lokal) dan menitik beratkan pada peningkatan daya saing, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta penciptaan lapangan kerja yang dirancang dan dilaksanakan secara spesifik untuk setiap komoditas atau wilayah, serta peran aktif atau insiatif dari para stakeholder.
Berkembangnya UKM di berbagai daerah baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan seperti di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi dan prestasi yang berbeda-beda. Prestasi (keberhasilan) dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi. Menurut Mulyadi (2001) “Prestasi adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Prestasi atau keberhasilan suatu usaha menurut pendapat Yusuf (2002) dapat diukur melalui 2 cara, yaitu: (1) Cara kualitatif, yakni diukur dari faktor sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah asset perusahaan yang paling penting karena keberhasilan usaha sangat ditentukan oleh kualitas kerja karyawan yang
(8)
dipengaruhi dengan motivasi. (2) Cara kuantitatif, dapat diukur melalui beberapa faktor, yaitu: (a) Pertumbuhan Penjualan, pertumbuhan penjualan diukur dengan seberapa besar rata-rata penjualan tahun sekarang dibandingkan dengan tahun lalu. (b) Pertumbuhan Laba, dengan laba yang diperoleh, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai kegiatan, meningkatkan jumlah aktiva dan modal serta dapat mengembangkan memperluas bidang usahanya. Pertumbuhan laba diukur berdasarkan laba rata-rata yang diperoleh tahun yang lalu dibandingkan dengan laba rata–rata tahun sekarang. (c) Pertumbuhan Tenaga Kerja, menurut Subiakto (2004) salah satu indicator keberhasilan dilihat dari pertumbuhan tenaga kerja dari sebuah usaha kecil.
1.2 Perumusan Masalah
Dari kondisi dan kenyataan seperti diuraikan pada bagian latar belakang penelitian ini, maka perumusan masalah dibatasi pada 3 persoalan utama, yakni: 1. Bagaimanakah perbandingan profil pengusaha UKM Muslim dan
perusahaannya yang berdomisili di wilayah Perkotaan dengan yang berdomisili di wilayah Pedesaan?
2. Bagaimankah perbandingan prestasi dan pencapaian masing-masing golongan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan Pedesaan (Aspek: tenaga kerja, omset, zakat, pengembangan usaha)?
3. Hambatan utama apa yang dihadapi masing-masing dua golongan pengusaha tersebut?
(9)
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang bersifat eksploratif serta menggunakan data-data primer ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbandingan profil pengusaha UKM Muslim dan perusahaannya yang berdomisili di wilayah Perkotaan dengan yang berdomisili di wilayah Pedesaan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbandingan prestasi dan pencapaian masing-masing golongan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan Pedesaan dari aspek tenaga kerja, omset, zakat, pengembangan usaha dll. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan apa saja yang dihadapi oleh
dua golongan pengusaha tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diyakini bermanfaat luas terutama bagi:
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan bahan
pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan UKM khususnya di Perkotaan dan Pedesaan.
2. Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya, yakni sebagai alat dan
bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan peningkatan dan perluasan layanan bagi masyarakat khususnya para pengusaha UKM.
3. Pengusaha UKM, yakni sebagai data dan informasi kearah intropeksi dan
(10)
4. Dunia Akademik, yakni sebagai data, informasi, bahan acuan, bahan
perbandingan dan lain-lain terutama bagi mahasiswa, dosen dan civitas akademik lainnya.
5. Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam
(1)
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan semua pihak yang terkait. Semua pihak
harus bekerjasama dan saling membantu sehingga sasaran dan tujuan
pengembangan UKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi tercapai dengan
efektif. Dalam hal pendanaan dan pembiayaan misalnya, kerjasama dan kemitraan
antar bank dan lembaga keuangan lainnya dengan para pengusaha UKM harus
terbina dan berjalan dinamis, saling menguntungkan dan lain-lain seperti mana
maksud penetapan PP No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.
Berkaitan dengan kemitraan dan kerjasama ini, pengusaha-pengusaha UKM
Sumatera Utara diangap relatif beruntung karena di Sumatera Utara telah eksis
berbagai Bank dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan. Eksistensinya
pula relatif luas, merata dan beragam sebab banyak Bank konvensional dan
banyak bank syariah/unit usaha syariah. Eksistensi perbankan konvensional dan
perbankan syariah serta Unit Usaha Syariah yang sedemikian banyak di Sumatera
Utara merupakan lembaga-lembaga terdepan dalam menyalurkan berbagai jenis
dana, kredit dan pembiayaan kepada pengusaha UKM antara lain: Kredit Usaha
Tani, Kredit KUD, Kredit Kopersi untuk Anggota, Kredit Kelayakan Usaha dan
sebagainya.
Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan lalu lintas
perekonomian yang begitu banyak jelas memiliki potensi yang besar bagi
pengembangan UKM. Pemerintah Kota Medan telah memasukkan UKM sebagai
salah satu prioritas dalam program kerja pembangunan ekonominya. Capaian
(2)
95,10% dengan jumlah UKM sebanyak 222.000 usaha. Kota Medan memiliki
pertumbuhan perdagangan dan industri yang cukup tinggi di Sumatera Utara,
terbukti dengan perkembangan baik di sektor jasa, perdagangan dan industri
setiap tahunnya. Pemerintah Kota Medan telah memasukkan UKM sebagai salah
satu prioritas dalam program kerja pembangunan ekonominya.
Di tingkat daerah, khususnya Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat bahwa
secara umum pertumbuhan perekonomian Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas
dari kontribusi UKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan UKM yang
ada di Kabupaten Deli Serdang cukup pesat pada unit usaha baik yang bergerak di
sektor industri maupun yang bergerak di sektor perdagangan.
Tabel 1.1
Pertumbuhan UKM Kabupaten Deli Serdang (tahun 2007-2009) Jenis
Usaha Variabel Satuan 2007 2008 2009
Usaha Kecil
Jumlah
Usaha Unit 13.244 13.527 13.751
Tenaga
Kerja Orang 57.391 158.627 159.023 Modal Rp. Juta 637.235.425 646.492.588 654.206.890 Volume
Usaha Rp. Juta 895.345.350 975.727.675 1.056.110.000 Aset Rp. Juta 723.455.200 737.155.178 750,855.16
Usaha Menengah
Jumlah
Usaha Unit 673 684 691
Tenaga
Kerja Orang 97.501 98.033 98.473
Modal Rp. Juta 543.250.125 545.413.864 547.216.946 Volume
Usaha Rp. Juta 367.508.415 400.971.897 428.858.127 Aset Rp. Juta 473.127.510 509.392.737 539.613.750 Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang
Dari data tersebut di atas terlihat sebuah gambaran potensial menyangkut
(3)
lokal. Hal ini dapat dilihat dari trend peningkatan angka tenaga kerja yang
terserap, akumulasi modal yang meningkat serta pertumbuhan volume dan aset
usaha setiap tahunnya. Pengembangan ekonomi lokal adalah merupakan suatu
konsep pengembangan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber
daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya kelembagaan lokal yang ada
pada suatu masyarakat, oleh masyarakat itu sendiri melalui pemerintah lokal
maupun kelembagaan berbasis masyarakat yang ada. Pengembangan ekonomi
lokal dilakukan oleh para stakeholder (pemerintah lokal, swasta dan masyarakat
lokal) dan menitik beratkan pada peningkatan daya saing, pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, serta penciptaan lapangan kerja yang dirancang dan
dilaksanakan secara spesifik untuk setiap komoditas atau wilayah, serta peran
aktif atau insiatif dari para stakeholder.
Berkembangnya UKM di berbagai daerah baik di wilayah perkotaan
maupun di wilayah pedesaan seperti di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang
memiliki potensi dan prestasi yang berbeda-beda. Prestasi (keberhasilan) dapat
diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Mulyadi (2001) “Prestasi adalah penentuan secara periodic
efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran
standar dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Prestasi atau keberhasilan suatu usaha menurut pendapat Yusuf (2002) dapat
diukur melalui 2 cara, yaitu: (1) Cara kualitatif, yakni diukur dari faktor sumber
daya manusia. Sumber daya manusia adalah asset perusahaan yang paling penting
(4)
dipengaruhi dengan motivasi. (2) Cara kuantitatif, dapat diukur melalui beberapa
faktor, yaitu: (a) Pertumbuhan Penjualan, pertumbuhan penjualan diukur dengan
seberapa besar rata-rata penjualan tahun sekarang dibandingkan dengan tahun
lalu. (b) Pertumbuhan Laba, dengan laba yang diperoleh, perusahaan akan dapat
mengembangkan berbagai kegiatan, meningkatkan jumlah aktiva dan modal serta
dapat mengembangkan memperluas bidang usahanya. Pertumbuhan laba diukur
berdasarkan laba rata-rata yang diperoleh tahun yang lalu dibandingkan dengan
laba rata–rata tahun sekarang. (c) Pertumbuhan Tenaga Kerja, menurut Subiakto
(2004) salah satu indicator keberhasilan dilihat dari pertumbuhan tenaga kerja dari
sebuah usaha kecil.
1.2 Perumusan Masalah
Dari kondisi dan kenyataan seperti diuraikan pada bagian latar belakang
penelitian ini, maka perumusan masalah dibatasi pada 3 persoalan utama, yakni:
1. Bagaimanakah perbandingan profil pengusaha UKM Muslim dan
perusahaannya yang berdomisili di wilayah Perkotaan dengan yang
berdomisili di wilayah Pedesaan?
2. Bagaimankah perbandingan prestasi dan pencapaian masing-masing
golongan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan Pedesaan (Aspek:
tenaga kerja, omset, zakat, pengembangan usaha)?
3. Hambatan utama apa yang dihadapi masing-masing dua golongan
(5)
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang bersifat eksploratif serta menggunakan data-data primer ini
bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbandingan profil pengusaha UKM
Muslim dan perusahaannya yang berdomisili di wilayah Perkotaan dengan
yang berdomisili di wilayah Pedesaan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbandingan prestasi dan pencapaian
masing-masing golongan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan
Pedesaan dari aspek tenaga kerja, omset, zakat, pengembangan usaha dll.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan apa saja yang dihadapi oleh
dua golongan pengusaha tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diyakini bermanfaat luas terutama bagi:
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan bahan
pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan UKM khususnya di Perkotaan dan
Pedesaan.
2. Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya, yakni sebagai alat dan
bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan peningkatan dan
perluasan layanan bagi masyarakat khususnya para pengusaha UKM.
3. Pengusaha UKM, yakni sebagai data dan informasi kearah intropeksi dan
(6)
4. Dunia Akademik, yakni sebagai data, informasi, bahan acuan, bahan
perbandingan dan lain-lain terutama bagi mahasiswa, dosen dan civitas
akademik lainnya.
5. Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam