Analisis Prestasi Pengusaha UKM Muslim : Studi Komparatif Berdasarkan Domisili Perkotaan Vs Pedesaan

(1)

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Quessioner Penelitian

D No…

K L / P

Quessioner Penelitian Hanya 10 Menit

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. Prof. T .M Hanafiah No. 2 Padang Bulan Medan 20155

ANALISIS PRESTASI PENGUSAHA UKM MUSLIM : STUDI KOMPARATIF BERDASARKAN DOMISILI PERKOTAAN VS

PEDESAAN

Oleh:

Ema Amalia Ramadhani NIM: 120501003


(2)

Medan,………. Kepada Yth

Bapak /Ibu Pengusaha UKM Muslim Perkotaan dan Pedesaan

Dengan hormat saya maklumkan bahwa saya Ema Amalia Ramadhani adalah mahasiswa FEB USU Medan yang sedang melakukan penelitian tentang “Analisis Prestasi Pengusaha UKM Muslim : Studi Komparatif Berdasarkan

Domisili Perkotaan Vs Pedesaan”.Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan

akademik saja dan tidak merugikan responden.

Oleh sebab itu, saya memohon, kiranya Bapak/Ibu dapat membantu menjawab quessioner yang berguna untuk keperluan penulisan skripsi ini .

Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT membalas jasa Bapak/Ibu.

Ema Amalia Ramadhani

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang benar atau yang sesuai dengan

Bapak/Ibu dengan menyilang atau melingkari angka 1, 2 , 3 , 4 , 5 dst.

Profil Pengusaha

1 Berapa tahun umur Bapak/Ibu ? 1. <30 tahun

2. 30-40 tahun 3. 41-50 tahun 4. >50 tahun

2 Pendidikan Terakhir? 1. Tamat SD/Sederajat 2. Tamat SMP/Sederajat 3. Tamat SMA/Sederajat 4. Tamat D3/Sederajat 5. Tamat S1

6. Tamat Pascasarjana

3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu

sebagai Pengusaha? 1. <3 tahun 2. 3–5 tahun 3. 6–8 tahun 4. 9–11 tahun 5. 12–14 tahun 6. >14 tahun

4 Apa suku Bapak/Ibu?

1. Batak (Toba, Mandailing dll) 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh 6. Lain-lain (sebutkan)... 5 Apakah Bapak/Ibu merasa sudah

puas dengan prestasi perusahaan ini?

1. Belum

2. Puas

3. Sangat Puas

6 Apakah Bapak/Ibu Pernah Sekolah Agama?

1. Ya , ... Tahun 2. Tidak pernah


(3)

Profil Perusahaan

7 Kategori Perusahaan Bapak/Ibu ? 1. Milik Perorangan

2. Milik keluarga (kongsi)

3. CV

4. PT

5. Lain-lain (sebutkan)...

8 Jumlah pekerja tetap 1. <5 orang 2. 5–10 orang 3. 11–15 orang 4. 16–20 orang 5. >20 orang 9 Bidang usaha Bapak/Ibu?

1.Pertanian, perkebunan,

peternakan

2.Produksi makanan dan

minuman

3.Olahan kayu/rotan/bambu/ bata 4.Pertukangan besi, tembaga, 5.Usaha dagang/restoran

6.Jasa transport, pendidikan, hotel

7.Lain-lain (sebutkan)………..

10 Sudah berapa lama perusahaan Bapak/Ibu didirikan?

1. < 4 tahun 2. 4–6 tahun 3. 7–9 tahun 4. 10–12 tahun 5. >12 tahun

11 Omset/Penjualan pertahun 1. Rp <100 juta 2. Rp 150–200 juta 3. Rp 201–250 juta 4. Rp 251–300 juta 5. Rp 301-350 juta 6. Rp >350 juta

12 Luas daerah pemasaran ? 1. Kecamatan 2. Kabupaten/kota 3. Propinsi

4. Nasional 5. Luar negara

Prestasi

13. Berapa persen kira-kira peningkatan omzet/penjualan Bapak/Ibu tahun lalu?……%

14. Berapa orang tenaga kerja bertambah 2 tahun terakhir ini? ………. orang 15. Apakah tahun lalu zakat perniagaan Bapak/Ibu naik?

1. Ya, naik ... % 2. Tidak

16. Apakah Bapak/Ibu ada membuka cabang usaha baru dalam 3 tahun terakhir? 1. Ya, ada

2. Tidak ada

17. Bagaimana kondisi usaha Bapak/Ibu tahun ini? 1. Biasa/normal saja

2. Nampaknya terjadi kenaikan kira-kira ……% 3. Terjadi penurunan kira-kira ……%


(4)

LAMPIRAN 2 Analisis Frekuensi Tabel

Profil Pengusaha Perkotaan 1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pria 25 50.0 50.0 50.0

Wanita 25 50.0 50.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Umur

Umur Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<30 6 12.0 12.0 12.0

30-40 9 18.0 18.0 30.0

41-50 23 46.0 46.0 76.0

>50 12 24.0 24.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tamat SD/Sederajat 3 6.0 6.0 6.0

Tamat SMP/Sederajat 4 8.0 8.0 14.0

Tamat SMA/Sederajat 29 58.0 58.0 72.0

Tamat D3/Sederajat 2 4.0 4.0 76.0

Tamat S1 10 20.0 20.0 96.0

Tamat Pascasarjana 2 4.0 4.0 100.0


(5)

4. Lama Jadi Pengusaha

Lama Jadi Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

< 3 tahun 6 12.0 12.0 12.0

3-5 tahun 7 14.0 14.0 26.0

6-8 tahun 11 22.0 22.0 48.0

9-11 tahun 9 18.0 18.0 66.0

12-14 tahun 2 4.0 4.0 70.0

>14 tahun 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

5. Suku

Suku Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Batak (Toba, Mandailing, dll) 11 22.0 22.0 22.0

Jawa 29 58.0 58.0 80.0

Melayu 4 8.0 8.0 88.0

Minang 4 8.0 8.0 96.0

Aceh 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

6. Tingkat Kepuasan Prestasi

Tingkat Kepuasan Prestasi Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Belum 35 70.0 70.0 70.0

Puas 14 28.0 28.0 98.0

Sangat puas 1 2.0 2.0 100.0


(6)

7. Pernah/tidak pernah Sekolah Agama

Pernah/tidak pernah Sekolah Agama Pengusaha Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pernah Sekolah Agama 19 38.0 38.0 38.0

Tidak Pernah 31 62.0 62.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Profil Pengusaha Pedesaan 1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Pengusaha Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pria 27 54.0 54.0 54.0

Wanita 23 46.0 46.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Umur

Umur Pengusaha Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

< 30 Tahun 13 26.0 26.0 26.0

30 - 40 Tahun 13 26.0 26.0 52.0

41 - 50 Tahun 18 36.0 36.0 88.0

> 50 Tahun 6 12.0 12.0 100.0


(7)

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Pengusaha Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tamat SD/Sederajat 6 12.0 12.0 12.0

Tamat SMP/Sederajat 9 18.0 18.0 30.0

Tamat SMA/Sederajat 26 52.0 52.0 82.0

Tamat D3/Sederajat 2 4.0 4.0 86.0

Tamat S1 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

4. Lama Jadi Pengusaha

Lama sebagai Pengusaha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

< 3 Tahun 13 26.0 26.0 26.0

3 - 5 Tahun 8 16.0 16.0 42.0

6 - 8 Tahun 9 18.0 18.0 60.0

9 - 11 Tahun 5 10.0 10.0 70.0

12 - 14 Tahun 4 8.0 8.0 78.0

> 14 Tahun 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

5. Suku

Suku Pengusaha Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Batak (Toba,Mandailing,dll) 15 30.0 30.0 30.0

Jawa 23 46.0 46.0 76.0

Melayu 2 4.0 4.0 80.0

Minang 6 12.0 12.0 92.0

Aceh 2 4.0 4.0 96.0

Dan lain - lain 2 4.0 4.0 100.0


(8)

6. Tingkat Kepuasan Prestasi

Tingkat Kepuasan Prestasi Pengusaha Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Belum 25 50.0 50.0 50.0

Puas 23 46.0 46.0 96.0

Sangat Puas 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

7. Pernah/tidak pernah Sekolah Agama

Pernah/tidak pernah Sekolah Agama Pengusaha Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pernah Sekolah Agama

36 72.0 72.0 72.0

Tidak Pernah 14 28.0 28.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Profil Perusahaan Perkotaan 1. Bidang Usaha

Bidang Usaha Perusahaan Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pertanian, perkebunan, peternakan

1 2.0 2.0 2.0

Produksi makanan dan minuman

11 22.0 22.0 24.0

Olahan

kayu/rotan/bambu/bata

3 6.0 6.0 30.0

pertukangan besi, tembaga 1 2.0 2.0 32.0

Usaha dagang/restoran 18 36.0 36.0 68.0

Jasa transport, pendidikan, hotel

1 2.0 2.0 70.0

Dan lain-lain 15 30.0 30.0 100.0


(9)

2. Daerah Pemasaran

Daerah Pemasaran Perusahaan Perkotaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kecamatan 4 8.0 8.0 8.0

Kabupaten/kota 37 74.0 74.0 82.0

Provinsi 8 16.0 16.0 98.0

Nasional 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Profil Perusahaan Pedesaan

1. Bidang Usaha

Bidang Usaha Perusahaan Pedesaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pertanian, perkebunan, peternakan

2 4.0 4.0 4.0

Produksi makanan dan minuman

13 26.0 26.0 30.0

Olahan

kayu/rotan/bambu/bata

3 6.0 6.0 36.0

Pertukangan besi, tembaga 1 2.0 2.0 38.0

Usaha dagang/restoran 17 34.0 34.0 72.0

Jasa transport, pendidikan, hotel

2 4.0 4.0 76.0

Dan lain - lain 12 24.0 24.0 100.0


(10)

2. Daerah Pemasaran Luas Pemasaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kecamatan 34 68.0 68.0 68.0

Kabupaten/Kota 12 24.0 24.0 92.0

Provinsi 3 6.0 6.0 98.0

Nasional 1 2.0 2.0 100.0


(11)

LAMPIRAN 3 Hasil Crosstabulation

1. Kategori Perusahaan Perkotaan * Jumlah Pekerja Perkotaan Crosstabulation

Count

Jumlah Pekerja Perkotaan Total < 5

orang

5 - 10 orang

11 - 15 orang

Kategori Perusahaan Perkotaan

Milik Perorangan 29 8 0 37

Milik Keluarga (kongsi)

4 4 2 10

CV 1 0 1 2

PT 0 0 1 1

Total 34 12 4 50

2. Kategori Perusahaan Pedesaan * Jumlah Pekerja Crosstabulation Count

Jumlah Pekerja Pedesaan Total < 5

Orang

5 - 10 Orang

11 - 15 Orang

Kategori Perusahaan Pedesaan

Milik Perorangan 38 5 1 44

Milik Keluarga (kongsi)

4 0 1 5

CV PT 1 0 0 0 0 0 1 0


(12)

3. Lama Perusahaan Perkotaan * Omset/Penjualan Perkotaan Crosstabulation

Count

Omset/Penjualan Perkotaan Total Rp <

100 juta

Rp 151 - 200 juta

Rp 201 - 250 juta

Rp 251 - 300 juta

Rp 301 - 350 juta Rp >350 juta Lama Perusahaan Perkotaan < 4 tahun

0 3 2 0 2 2 9

4 - 6 tahun

1 4 2 1 2 3 13

7 - 9 tahun

0 1 2 1 1 4 9

10 - 12 tahun

0 3 0 1 1 0 5

> 12 tahun

1 2 5 0 1 5 14

Total 2 13 11 3 7 14 50

4. Lama Perusahaan Pedesaan * Omset/Penjualan Pedesaan Crosstabulation

Count

Omset/Penjualan Pedesaan Total Rp <

100 juta

Rp 151 - 200 juta

Rp 251 - 300 juta

Rp 301 - 350 juta

Rp > 350 juta

Lama Perusahaan Pedesaan

< 4 tahun 11 2 0 0 0 13

4 - 6 tahun

7 3 0 1 3 14

7 - 9 tahun

6 2 0 0 0 8

10 - 15 tahun

1 0 0 0 1 2

> 12 tahun

7 1 1 0 4 13


(13)

5. Peningkatan Omzet Perkotaan * Peningkatan Omzet Pedesaan Crosstabulation

Count

Peningkatan Omzet Pedesaan Tot

al Tidak terjadi peningkat an peningkat an 1-15 % peningkat an 16-30 % peningkat an 31-45 % peningkat an 46-60 % peningkat an 81-100 % Peningkat an Omzet Perkotaa n peningkat an 1-15 %

1 6 6 0 1 3 17

peningkat an 16-30 %

1 4 2 2 2 0 11

peningkat an 46-60 %

2 1 0 0 0 0 3

stabil 2 5 10 2 0 0 19

penuruna n 1-15 %

0 0 2 0 0 0 2

penuruna n 16-30 %

0 1 1 0 0 0 2

Total 6 16 18 4 3 3 50

6. Penambahan Tenaga Kerja Perkotaan * Penambahan Tenaga Kerja Pedesaan Crosstabulation

Count

Penambahan Tenaga Kerja Pedesaan Total Tidak terjadi penambahan tambah 1-8 orang

Penambahan Tenaga Kerja Perkotaan

tambah 1-8 orang 7 6 13

tidak ada 14 20 34

kurang 1-8 orang 1 1 2

kurang 9-16 orang 0 1 1


(14)

7. Peningkatan Omzet Perkotaan * Peningkatan Zakat Perkotaan Crosstabulation Count

Peningkatan Zakat Total 1-5 % 6-10 % 11-15 % tidak

naik

Peningkatan Omzet

peningkatan 1-15 %

2 1 1 13 17

peningkatan 16-30 %

2 2 1 6 11

peningkatan 46-60 %

1 2 0 0 3

stabil 0 0 0 15 15

penurunan 1-15 % 0 0 0 2 2

penurunan 16-30 % 0 0 0 2 2

Total 5 5 2 38 50

8. Peningkatan Omzet Pedesaan * Peningkatan Zakat Pedesaan Crosstabulation Count

Peningkatan Zakat Total

1-5 % 6-10 % 16-20 % 21-25 % 26-30 % 36-40 % 41-50 % Tidak ada Peningkatan Omzet Tidak terjadi peningkatan

1 0 0 0 0 1 0 4 6

peningkatan 1-15 %

4 3 0 0 0 0 0 9 16

peningkatan 16-30 %

1 2 1 1 1 0 0 12 18

peningkatan 31-45 %

0 0 0 0 1 2 0 1 4

peningkatan 46-60 %

0 0 0 0 0 0 1 2 3

peningkatan 81-100 %

0 1 0 0 0 0 1 1 3


(15)

9. Lama Perusahaan Berdiri Perkotaan * Penambahan Cabang Usaha Perkotaan Crosstabulation

Count

Penambahan Cabang Usaha

Total

ya tidak

Lama Perusahaan Berdiri

< 4 tahun 2 7 9

4 - 6 tahun 2 11 13

7 - 9 tahun 2 7 9

10 - 12 tahun 0 5 5

> 12 tahun 1 13 14

Total 7 43 50

10. Lama Perusahaan Berdiri Pedesaan * Penambahan Cabang Usaha Pedesaan Crosstabulation

Count

Penambahan Cabang Usaha Total

ya tidak

Lama Perusahaan Berdiri

< 4 Tahun 0 13 13

4 - 6 Tahun 1 13 14

7 - 9 Tahun 3 5 8

10 - 15 Tahun 1 1 2

> 12 Tahun 2 11 13


(16)

11. Kondisi Usaha Perkotaan * Kondisi Uaha Pedesaan Crosstabulation Count

Kondisi Uaha Tot

al peningka tan 1-15 % peningka tan 16-30% peningka tan 31-45 % peningka tan 46-60 % Biasa saja/nor mal penuru nan 1-15 % penuru nan 16-30 % Kond isi Usah a peningka tan 1-15 %

0 0 1 0 2 1 0 4

peningka tan 16-30%

1 0 0 0 4 0 1 6

stabil 6 2 1 1 11 2 4 27

penurun an 1-15 %

3 2 1 0 5 0 0 11

penurun an 16-30 %

0 1 0 0 0 0 0 1

penurun an 46-60 %

0 0 0 0 1 0 0 1

Total 10 5 3 1 23 3 5 50

12. Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Peningkatan Omzet Kota &

Peningkatan Omset

50 -.233 .104

Pair 2

Penambahan Tenaga Kerja Kota & Penambahan Pekerja

50 .136 .346

Pair 3 Kenaikan Zakat Kota & Zakat Perniagaan

50 -.134 .353

Pair 4

Buka Cabang Kota & Penambahan Cabang Usaha

50 -.163 .259

Pair 5 Kondisi Usaha Kota & Kondisi Uaha


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Clotefi, (1999). Http:www.etakei.gr/html/eng/prosegisis.html. 23 Oktober 1999.

Irsan Azhari Saleh, (1986). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan,

Jakarta LP3ES.

Irsyad lubis, (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lain , Medan: USU Press.

Kasmir, (2003). Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Khanka S.S. (1990). Entrepreneurship in Small Scale Industries, Bombay.

Nagpur. Delhi : Himalaya Publishing House.

MEDEC, (1992). Asas Keusahawanan, Shah Alami Institut Teknologi MARA.

Moha Asri Abdullah, (1997). Industri Kecil di Malaysia Pembangunan dan Masa

Depan, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mohd. Fauzie Hj Yaacob, (1981). Peniaga dan Perniagaan Melayu Satu Kajian

di Kota Baharu Kelantan, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. Jaka Sriyana, (2010). Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

: Studi Kasus Kabupaten Bantul, Skripsi Fakultas Ekonomi, UII:Yogyakarta.

Mountjoy, A.B. (1978). The Third World. Problems and Perspectives. Hong

Kong: Macc Milland Press.

Muhammad Syafii Antonio. (2001). Perbankan Syariah Dari Teori ke Praktek.

Jakarta: Gema Insani Press.

Mayasari, (2014). Enterpreneur Terhadap Kinerja UKM di Kota Medan, Jurnal


(18)

Rahmah Ismail, (1995).Industri Kecil Malaysia Isu Pembiayaan, Teknologi dan

Pemasaran, Bangi : University Kebangsaan Malaysia.

Sholehah Abdul Hamid , (1997). Pembangunan Ekonomi ASEAN, Simok.

Universiti Utara Malaysia.

Yep Putih , (1985). Keusahawanan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan pustaka.

Lutviati Triamita, (2012). Analisis Konsentrasi Regional Tenaga Kerja Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2004 2010, Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya:Malang.

Dyah Ratih Sulistyastuti, (2004). Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001, Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 9 No.2 Hal 143-164.

T.H Tulus, (2009). UMKM di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia.

Tambunan, Tulus T.H, (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia,

Jakarta: Salemba Empat.

Kharisma Perdana Putra, (2011). Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Terhadap Prestasi Usaha Kecil Menengah (UKM) di Sumatera Barat, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.

Menurut Sudijono Anas (2009: 273 dan 287) penelitian komparasi pada intinya

adalah penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan

tentang benda, orang, prosedur kerja, ide, kritik, terhadap orang atau kelompok,

terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Dapat juga digunakan untuk

membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang, grup atau

negara terhadap kasus, peristiwa, atau ide. Penelitian ini mengkaji hal-hal yang

menyangkut dengan perbandingan prestasi pengusaha UKM Muslim di perkotaan

dan pedesaan. Penelitian ini pula bersifat eksploratif sehingga tidak bermaksud

untuk menguji hipotesis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perkotaan dan Pedesaan yang ada di Sumatera

Utara. Disini peneliti mengambil Kota Medan dan Pedesaan Kabupaten Deli

Serdang sebagai lokasi penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Tempo waktu penelitian direncanakan 4 bulan. Selama 2 bulan pertama

digunakan untuk menyusun proposal penelitian dan proses seminar, dan 2 bulan

berikutnya digunakan untuk melakukan penelitian lapangan sampai kepada

penulisan akhir skripsi.


(20)

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek atau totalitas subjek penelitian yang

dapat berupa; orang, benda, atau suatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh dan

atau dapat memberikan informasi/data penelitian (Ismiyanto). Dalam penelitian

ini, populasinya adalah seluruh pengusaha UKM Muslim di Kota Medan dan

Pedesaan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah pengusaha UKM Muslim di Kota

Medan dan Pedesaan Kabupaten Deli Serdang tidak diketahui secara pasti karena

tidak ada data dan lembaga yang mencatatnya. Data pengusaha UKM yang

diterbitkan oleh BPS Kota Medan misalnya, tidak mengklasifikasikan mereka

berdasarkan agama. Demikian juga dengan BPS Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai keterbatasan yang dihadapi

peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian diambil sebanyak 50 orang

pengusaha UKM Muslim untuk tiap daerah sehingga jumlah sampel keseluruhan

100 orang(Tabel 3.1) dengan cara campuran antara “eksidental” (Accidental

Sampling) dengan snowball sampling. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mendapatkan responden penelitian.

Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka

100 ini, sebab jumlah populasinya juga tidak diketahui. Angka ini merupakan

“judgement” peneliti saja dengan berbagai alasan. Antara lain:

1. Menurut Roscoe dan Sugiyono (2004) ukuran sampel yang layak dalam

penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang. Dengan demikian jumlah


(21)

2. Sampel sebanyak 100 orang diyakini sangat representif untuk mewakili

keseluruhan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan Pedesaan. Dengan jumlah

sampel sebanyak 100 ini diyakini akan diperoleh data dan informasi yang tepat

dan objektif dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang masalah

atau fenomena yang diteliti.

3. Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan

menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti keterbatasan dana, waktu dan

sebagainya.

Distribusi pengambilan sampel dari Perkotaan dan Pedesaanadalah

sebagaimana disimulasikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Simulasi Pengambilan Sampel di Perkotaan dan Pedesaan

No Lokasi Penelitian Jumlah

Sampel

1.

Perkotaan (Kota Medan)

Kec. Medan Helvetia 10

Kec. Medan Sunggal 10

Kec. Medan Petisah 10

Kec. Medan Baru 10

Kec. Medan Selayang 10

2.

Pedesaan (Kabupaten

Deli Serdang)

Desa Mekar Sari 10

Desa Suka Makmur 10

Desa Hamparan Perak 10

Desa Tanjung Anom 10

Desa Bandar Khalipah

Kebon 10

Jumlah 100

Sumber : Diolah oleh penulis

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifat dan kategori penelitian ini yakni eksploratif, maka data

yang digunakan pada dasarnya adalah data primer. Data primer ini diperoleh


(22)

yang berdomisili di Perkotaan dan Pedesaan yang ada di Sumatera Utara.

Keseluruhan responden diminta mengisi angket yang bersifat campuran antara

angket langsung dan angket tidak langsung. Bentuk-bentuk pertanyaan yang

diajukan pula merupakan kombinasi pertanyaan pilihan berganda (multiple

choice), pertanyaan dua pilihan (forced choice) dan beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan

hati-hati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu, diketengahkan juga

pertanyaan yang bersifat counter cheking terhadap jawaban responden sehingga

kebenaran informasi yang diperoleh lebih akurat.

Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang diperoleh

dari 100 responden akan dipadukan dengan data-data sekunder yang diperoleh

dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi resmi

seperti buku-buku, majalah, artikel, laporan dan lain-lain.

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini lebih bersifat eksploratif sehingga tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis. Data-data penelitian yang dihimpun, diproses menggunakan

perangkat SPSS dan hasilnya diketengahkan dalam berbagai bentuk antara lain

dalam bentuk persentase, bentuk bivariate (tabel kontingensi) agar hubugan antara

variable dapat diketahui. Untuk melihat hubungan yang lebih kompleks pula

digunakan tabel berbentuk trivariat. Selain itu, digunakan juga teknik analisis

korelasi terhadap variable tertentu. Analisis dengan menggunakan gambar dan

grafik juga akan digunakan sedemikian rupa terhadap item dan variable yang


(23)

permasalahan kedua yakni prestasi dan pencapaian golongan penguaha akan

dianalisis dengan tabel perbandingan prestasi dan memberikan peringkat untuk

setiap item sehingga pada akhirnya diketahui golongan pengusaha terbaik

berdasarkan indikator yang dibuat. Dengan demikian data dan informasi yang

diperoleh memberi makna yang luas dan manfaat yang maksimal. Penelitian ini

menggunakan bentuk-bentuk analisis sebagai berikut:

3.5.1Tabel Distribusi Frekuensi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data mentah yang

masih acak dan tidak beraturan. Maka dari itu data perlu disusun agar data dapat

dideskripsikan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan menilai data

yang telah dikumpulkan dengan cara membuat distribusi frekuensi. Distribusi

frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu atau dalam

sebuah daftar (Sanusi, 2013 :116). Distribusi frekuesni dibuat dengan

mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian menyusunnya

dalam kelas-kelas tertentu.

3.5.2 Tabulasi Silang / Cross Tabulation

Tabel silang merupakan metode untuk mentabulasi beberapa variabel yang

berbeda kedalam suatu matriks. Analisis tabulasi silang meliputi dua jalur tabulasi

frekuensi. Untuk memudahkan data untuk dibaca, biasanya variabel terikat

(variabel dependen) disusun pada garis row dan variabel bebas (variabel


(24)

3.5.3 Gambar / Grafik

Grafik adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk

lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Dalam penyajiannya,

semua data yang berbentuk angka disajikan melalui visualisasi lukisan garis,

gambar atau lambang tertentu.

3.5.4 Tabel Komparasi

Tabel komparasi dibuat untuk menunjukkan perbedaan atau perbandingan.

Penelitian komparasi dijelaskan tampaknya ada nilai kemanfaatannya hanya apa

bila dibanding menunjukkan variabel dinamis (Arikunto, 2010:6). Pada penelitian

ini, tabel komparasi menggambarkan perbandingan prestasi pengusaha UKM

muslim terhadap indikator-indikator yang digunakan antara pengusaha UKM


(25)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Perkotaan

Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi. Adapun kriteria kawasan perkotaan meliputi : memiliki jumlah

penduduk sekurang–kurangnya 10.000 jiwa, kepadatan penduduk sekurang–

kurangnya 50 jiwa per hektar, lebih dari 75% mata pencaharian penduduknya di

sektor perkotaan bukan pertanian, dan memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan

distribusi pelayanan barang dan jasa dalam bentuk sarana dan prasarana

pergantian modal transportasi.

Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan

memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah

Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak pada 30 30’ – 30 43’

Lintang Utara dan 980 35’ – 980 44’ Bujur Timur. Kota Medan berbatasan

langsung dengan Selat Malaka di sebelah Utara, serta berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat, dan Timur. Sebagai kota

terbesar di Pulau Sumatera dan di Selat Malaka, penduduk Kota Medan banyak

yang berprofesi dibidang perdagangan. Disamping itu sebagai daerah pinggiran

jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai

gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan domestik maupun luar negeri


(26)

kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik yaitu daerah Belawan dan pusat

Kota Medan saat ini.

Mayoritas penduduk Kota Medan adalah beragama Islam. Hal ini dapat

dilihat dari persentase jumlah penduduk yang beragama Islam yaitu sebesar

68,83% (BPS Kota Medan, 2013). Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan jumlah agama lainnya. Dengan persentase yang tinggi ini memungkinkan

bahwa mayoritas UKM yang tersebar di Kota Medan adalah UKM Muslim

sehingga memudahkan untuk membantu penelitian.

4.1.2 Pedesaan

Pedesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan jasa sosial,

dan kegiatan ekonomi. Adapun ciri-ciri kawasan pedesaan yaitu : kepadatan

penduduk rendah, kegiatan di pedesaan didominasi oleh kegiatan pertanian dan

peternakan, dan hubungan sosial masyarakat masih sangat akrab satu dengan yang

lain.

Kabupaten Deli Sedang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara dengan Ibu kota yang berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang

memiliki luas sebesar 2.808,91 km2. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang

terletak pada 20 57’ – 30 16’ Lintang Utara dan 980 33’ – 990 27’ Bujur

Timur.Kabupaten Deli Serdang berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat

dan Selat Malaka di sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Karo dan


(27)

dan Kabupaten Karo di sebelah Barat, serta berbatasan langsung dengan

Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah timur.

Mayoritas penduduk Kabupaten Deli Serdangberagama Islam. Hal ini

dapat dilihat dari persentase jumlah penduduk yang beragama Islam lebih tinggi

dibandingkan dengan agama lainnya yaitu sebesar 78,22%. Kabupaten Deli

Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA)

khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan (BPS Kabupaten Deli Serdang,

2013)

4.2 Perbandingan Profil dan Deskripsi Responden 4.2.1 Profil Pengusaha Perkotaan Vs Pedesaan

Pada penelitian ini untuk perkotaan mengambil lokasi penelitian di Kota

Medan dan untuk pedesaan di Kabupaten Deli Serdang. Jumlah pengusaha UKM

Muslim di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang tidak diketahui secara pasti.

Berdasarkan data terakhir BPS Kota Medan tahun 2013 penduduk Kota Medan

mencapai 2.135.516 jiwa yang terdiri dari 1.053.393 jiwa laki-laki, dan 1.082.123

jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk mencapai 8.055 jiwa/km2 (BPS Kota

Medan, 2013). Jumlah penduduk ini sebagian beragama Islam.

Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang tidak sebanyak

jumlah penduduk di Kota Medan. Berdasarkan data terakhir pada BPS Kabupaten

Deli Serdang tahun 2013, penduduk Kabupaten Deli Serdang berjumlah 1.886.388

jiwa yang terdiri dari 949.270 jiwa laki-laki, dan 937.118 jiwa perempuan dengan

kepadatan penduduk 759 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Deli Serdang, 2013). Sama


(28)

juga beragama Islam. Pada penelitian ini, responden yang diambil masing-masing

sebanyak 50 orang dari setiap Perkotaan dan Pedesaan. Pada penelitian ini, 100

orang profil pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat

melalui data-data yang disajikan berikut ini:

1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Perkotaan Pedesaan

Total

Laki laki Perempuan Laki – laki Perempuan

Frekuensi 25 25 27 23 100

Persentase% 25% 25% 27% 23% 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa jumlah responden UKM

Muslim yang berada di Perkotaan baik laki-laki maupun perempuan sama-sama

berjumlah 25 orang atau 25% dari total responden. Disini terlihat tidak adanya

perbedaan antara laki-laki dengan perempuan, mereka memiliki peluang yang

sama dalam membuka usaha yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Sedangkan responden UKM Muslim yang berada di Pedesaan, laki-laki

berjumlah 27 orang atau 27% dan perempuan berjumlah 23 orang atau 23% dari

total responden. Memang lebih banyak ditemui pengusaha UKM Muslim laki-laki

daripada perempuan karena laki-laki dinilai memiliki tanggung jawab dan


(29)

usaha. Namun perbedaan jumlah tersebut tidak memberikan pengaruh yang besar

terhadap jalannya usaha dan perekonomian.

2. Data Responden Berdasarkan Umur

Dalam penelitian ini umur responden terbagi menjadi 4 kategori yaitu < 30

tahun, 30-40 tahun, 41-50 tahun, >50 tahun. Data pengusaha UKM Muslim

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Umur

Umur Perkotaan Pedesaan Total

% Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

< 30

tahun 6 6% 13 13% 19%

30 - 40

tahun 9 9% 13 13% 22%

41 - 50

tahun 23 23% 18 18% 41%

> 50

tahun 12 12% 6 6% 18%

Total 50 50% 50 50% 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa responden di Perkotaan

yang berumur kurang dari 30 tahun hanya berjumlah 6 orang, Responden dengan

umur berkisar 30-40 tahun berjumlah 9 orang, responden dengan kisaran umur

41-50 tahun berjumlah 23 orang, dan responden dengan umur diatas dari 41-50 tahun

berjumlah 12 orang. Jumlah responden ini berbeda dengan jumlah responden yang

ada di Pedesaan, banyaknya responden yang berumur kurang dari 30 tahun


(30)

13 orang, responden dengan tingkatan umur sekitar 41-50 tahun berjumlah 18

orang dan responden yang berumur diatas 50 tahun hanya berjumlah 6 orang saja,

sehingga diperoleh 100 responden dari masing-masing kategori di setiap daerah.

Data pada tabel 4.2 menunjukkan terdapat kesamaan diantara responden

dari kedua daerah tersebut, persentase jumlah responden tertinggi berada pada

responden dengan umur 41-50 tahun. Di Perkotaan sebanyak 23 orang atau 23%

dan di Pedesaan sebanyak 18 orang atau 18% dari total responden. Ini

menunjukkan bahwa umur 41-50 diyakini telah memiliki pengalaman yang cukup

dan keberanian yang kuat untuk menjadi pengusaha UKM.

3. Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Tiap-tiap responden yang berada di Perkotaan dan Pedesaan pada

penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda yang

mempengaruhi kemajuan usaha mereka. Data responden berdasarkan tingkat

pendidikan yang pernah ditempuh pengusaha dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Perkotaan Pedesaan Total%

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tamat

SD/Sederajat 3 3% 6 6% 9%

Tamat

SMP/Sederajat 4 4% 9 9% 13%

Tamat

SMA/Sederajat 29 29% 26 26% 55%

Tamat

D3/Sederajat 2 2% 2 2% 4%

Tamat S1 10 10% 7 7% 17%

Tamat

Pascasarjana 2 2% 0 0 2%

Total 50 50% 50 50% 100%


(31)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, responden dengan tingkat pendidikan tamat

SMA/Sederajat jumlahnya lebih besar dibanding responden dengan tingkat

pendidikan lainnya dengan jumlah 29 orang atau 29% dari total responden di

Perkotaan dan 26 orang atau 26% dari total responden di Pedesaan. Kemudian

responden dengan jumlah terendah terdapat pada tingkat pendidikan tamat

Pascasarjana yaitu hanya berjumlah 2 orang atau 2% dari total responden di

Perkotaan, sedangkan di Pedesaan sama sekali tidak terdapat responden yang

tamat dengan tingkat pendidikan Pascasarjana.

Hal ini menunjukkan kebanyakan dari responden menjadi pengusaha

karena tidak melanjutkankan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus

SMA, ini sangat di sayangkan karena pengusaha yang tamat SMA/Sederajat

usahanya akan lambat berkembang akibat dari keterbatasan ilmu untuk

memajukan usahanya yang sesuai dengan pasar. Data responden berdasarkan

tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini :

Gambar 4.1

Tingkat Pendidikan Pengusaha UKM di Perkotaan 6%

8%

58% 4%

20% 4%

Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat


(32)

Gambar 4.2

Tingkat Pendidikan Pengusaha UKM di Pedesaan

4. Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha

Data responden berdasarkan lamanya para pengusaha UKM Muslim mulai

memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha beserta dengan tingkat kepuasan

terhadap usahanya dapat dilihat dalam tabel 4.4 dibawah ini, dimana diketahui

bahwa responden yang telah menjadi pengusaha lebih dari 14 tahun adalah

responden terbanyak dengan jumlah 15 orang untuk Perkotaan dimana 4 orang

menyatakan puas terhadap usahanya, yang belum puas sebanyak 11 orang dan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat puas dengan usahanya.

Berbeda dengan Pedesaan, responden terbanyak terdapat pada responden yang

telah menjadi pengusaha lebih kurang dari 3 tahun dengan jumlah 13 orang

dimana 3 orang menyatakan puas dan 10 orang menyatakan belum puas terhadap

usahanya.

12%

18%

52%

4% 14%

0%

Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat


(33)

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha dan Kepuasan Responden Terhadap Usahanya

Domisili Lama Berusaha

Kepuasan

Total Belum

Puas Puas

Sangat Puas

Perkotaan

<3 tahun 6 0 0 6

3-5 tahun 6 1 0 7

6-8 tahun 5 5 1 11

9-11 tahun 5 4 0 9

12-14 tahun 2 0 0 2

>14 tahun 11 4 0 15

Sub Total 35 14 1 50

Pedesaan

<3 tahun 10 3 0 13

3-5 tahun 4 4 0 8

6-8 tahun 3 5 1 9

9-11 tahun 3 2 0 5

12-14 tahun 2 2 0 4

>14 tahun 3 7 1 11

Sub Total 25 23 2 50

Total 60 37 3 100

Sumber : diolah dari data primer

Dari semua responden baik di Perkotaan maupun di Pedesaan hanya 3

orang yang menyatakan sangat puas terhadap usahanya dimana 2 orang

diantaranya telah menjadi pengusaha selama 6-8 tahun dan 1 orang telah menjadi

pengusaha selama lebih dari 14 tahun. Dapat disimpulkan bahwa baik baru

ataupun lamanya responden menjadi seorang pengusaha belum tentu semua

merasa puas dan sangat puas dengan usahanya. Ini adalah wajar karena manusia

memiliki sifat yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapainya.

Tetapi hal ini baik karena pengusaha tersebut cenderung akan terus berusaha

melakukan perubahan-perubahan, dan mendorong dirinya agar lebih termotivasi

atau memiliki inovasi untuk memajukan usahanya menjadi lebih baik dan dapat


(34)

5. Data Responden Berdasarkan Suku

Penduduk Perkotaan dan Pedesaan terdiri dari berbagai suku antara lain

suku Batak (Toba,Mandailing,dll), Jawa, Melayu, Minang, Aceh, dan berbagai

suku lainnya. Pada penelitian ini, pengusaha UKM Muslim di Perkotaan yang

menjadi responden berdasarkan suku datanya dapat dilihat pada gambar 4.3

berikut:

Gambar 4.3

Data Responden Berdasarkan Suku di Perkotaan

Dari gambar 4.3 di atas, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim di

Perkotaan dari suku Jawa merupakan responden terbanyak dengan jumlah

persentase 58%. Kemudian disusul oleh pengusaha bersuku Batak sebanyak 22%.

Lalu pengusaha bersuku Melayu danMinang yang sama–sama berjumlah 8%. Dan

pengusaha dari suku Aceh merupakan responden terendah yang hanya berjumlah

4% dari total responden. Selanjutnya, pengusaha UKM Muslim di Pedesaan yang

Frekuensi Persen 0

10 20 30 40 50 60

Batak (Toba, Mandailing, dll)Jawa

Melayu

Minang

Aceh

11 29

4

4

2 22

58

8

8

4


(35)

menjadi responden berdasarkan suku datanya dapat dilihat pada gambar 4.4

berikut:

Gambar 4.4

Data Responden Berdasarkan Suku di Pedesaan

Dari gambar 4.4 di atas, diketahui bahwa responden terbanyak di Pedesaan

juga sama seperti responden di Perkotaan yaitu berasal dari suku Jawa dengan

jumlah persentase 46%. Kemudian disusul oleh pengusaha bersuku Batak

sebanyak 30%, lalu pengusaha bersuku Minang berjumlah 12%, dan pengusaha

dari suku Aceh merupakan responden terendah yang hanya berjumlah 4% dari

total responden. Adapun suku lain yang terdapat di Pedesaan juga hanya

berjumlah 4%, dimana pengusaha tersebut berasal dari suku Sunda dan Madura.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah responden

bersuku Jawa mendominasi dari keseluruhan jumlah responden yang ada di

Perkotaan dan Pedesaan. Hal ini disebabkan karena karakteristik kepribadian

orang-orang suku Jawa adalah orang yang selalu berusaha, bekerja keras, pantang

30%

46% 4%

12%

4%4%


(36)

menyerah dan tidak mudah putus asa. Meskipun begitu, baik di Perkotaan maupun

di Pedesaan tidak ada diskriminasi berusaha berdasarkan suku dan etnis. Hal ini

dibuktikan dari banyaknya pengusaha yang berasal dari berbagai suku yang

berbeda-beda.

6. Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama

Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dilihat dari

pernah/tidak pernah sekolah agama dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama Domisili Pernah Sekolah

Agama

Tidak Pernah

Sekolah Agama Total Total%

Perkotaan 19 36 55 55%

Pedesaan 31 14 45 45%

Total 50 50 100 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dilihat adanya perbedaan antara responden

berdasarkan pernah/tidak pernah sekolah agama. Di Perkotaan dapat dilihat

jumlah tertinggi terdapat pada pengusaha yang tidak pernah sekolah agama yaitu

sebanyak 36 orang atau 36% dari total responden. Hal tersebut menunjukkan

adanya kemungkinan besar para pengusaha tidak memiliki pengetahuan dalam

menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan di Pedesaan,

jumlah tertingi terdapat pada pengusaha yang pernah sekolah agama yaitu

sebanyak 31 orang atau 31% dari total responden. Sehingga para pengusaha

memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dalam menjalankan usaha sesuai dengan


(37)

4.2.2 Profil Perusahaan Perkotaan Vs Pedesaan

Profil usaha yang dijalankan pengusaha UKM Muslim di Perkotaan

dengan pengusaha UKM Muslim di Pedesaan yang menjadi responden pada

penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan

Data responden berdasarkan kategori kepemilikan perusahaan beserta

dengan jumlah pekerja tetap yang dimiliki responden Perkotaan dapat dilihat pada

tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Perusahaan di Perkotaan

Kategori Perusahaan

Jumlah Pekerja

Total <5 orang 5-10 orang 11-15 orang

Milik Perorangan 29 8 0 37

Total% 58% 16% 0% 74%

Milik Keluarga 4 4 2 10

Total% 8% 8% 4% 20%

CV 1 0 1 2

Total% 2% 0% 2% 4%

PT 0 0 1 1

Total% 0% 0% 2% 2%

Total 34 12 4 50

Total % 68% 24% 8% 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, di Perkotaan dapat diketahui bahwa kategori

perusahaan milik perorangan mendominasi responden sebanyak 37 orang atau

74% dari total responden dengan perusahaan yang memiliki jumlah pekerja

kurang dari 5 orang sebanyak 29 perusahaan dan jumlah pekerja 5-10 orang

sebanyak 8 perusahaan. Disusul oleh kategori perusahaan milik keluarga atau

kongsi sebanyak 10 orang atau 20% dari total responden dengan perusahaan yang


(38)

pekerja 5-10 orang juga sebanyak 4 perusahaan, dan jumlah pekerja 11-15 orang

sebanyak 2 perusahaan. Selanjutnya kategori perusahaan CV hanya 2 orang atau

4% dari total responden dengan perusahaan yang memiliki jumlah pekerja kurang

dari 5 orang hanya 1 perusahaan dan jumlah pekerja 11-15 orang juga hanya 1

perusahaan. Kemudian responden terkecil adalah responden perusahaan dalam

kategori PT yaitu hanya 1 orang atau 2% dari total responden yang perusahaan

nya memiliki jumlah pekerja 11-15 orang.

Berbeda dengan tabel 4.7 dibawah ini, di Pedesaan mencakup perusahaan

milik perorangan dengan responden sebanyak 44 orang atau 88% dari total

responden dengan perusahaan yang memiliki jumlah pekerja kurang dari 5 orang

sebanyak 38 perusahaan, jumlah pekerja 5-10 orang sebanyak 5 perusahaan dan

jumlah pekerja 11-15 orang hanya 1 perusahaan. Kemudian kategori perusahaan

milik keluarga atau kongsi hanya berjumlah 5 orang atau 10% dari total responden

dengan perusahaan yang memiliki jumlah pekerja kurang dari 5 orang berjumlah

4 perusahaan dan jumlah pekerja 11-15 orang hanya 1 perusahaan saja. Dan

selanjutnya kategori perusahaan CV hanya 1 orang atau 2% dari total responden

dengan perusahaan yang memiliki jumlah pekerja kurang dari 5 orang hanya 1


(39)

Tabel 4.7

Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Perusahaan di Pedesaan

Kategori Perusahaan

Jumlah Pekerja

Total <5 orang 5-10 orang 11-15 orang

Milik Perorangan 38 5 1 44

Total% 76% 10% 2% 88%

Milik Keluarga 4 0 1 5

Total% 8% 0% 2% 10%

CV 1 0 0 1

Total% 2% 0% 0% 2%

Total 43 5 2 50

Total % 86% 10% 4% 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kategori

perusahaan milik perorangan mendominasi perusahaan pengusaha UKM Muslim

baik yang ada di Perkotaan maupun di Pedesaan. Disamping itu para pengusaha di

Perkotaan dan di Pedesan sama-sama belum mampu menyerap tenaga kerja yang

banyak. Hal ini mungkin karena pengusaha yang memiliki perusahaan milik

perorangan lebih banyak memilih untuk memanfaatkan anggota keluarga sebagai

pekerja, sehingga berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja pada masyarakat

menjadi tidak maksimal.

2. Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha

Data responden berdasarkan bidang usaha yang di Perkotaan dapat dilihat


(40)

Gambar 4.5

Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha Perkotaan

Berdasarkan gambar 4.5 di atas, bidang usaha di Perkotan yang memiliki

jumlah persentase terbanyak adalah bidang usaha dagang/restoran yaitu sebanyak

18 perusahaan, lalu pada bidang usaha produksi makanan dan minuman sebanyak

11 perusahaan, selanjutnya pada bidang usaha olahan kayu/rotan/bambu/bata

berjumlah 3 perusahaan, dan kemudian pada bidang usaha pertanian, perkebunan,

peternakan, pada bidang usaha pertukangan besi, tembaga, dan bidang usaha jasa

transport, pendidikan, hotel masing-masing hanya berjumlah 1 perusahaan pada

setiap bidangnya. Selain dari berbagai bidang usaha yang disebutkan diatas, ada

juga bidang usaha lainnya yang terdapat di Perkotaan dengan jumlah persentase

yang cukup banyak yaitu sebesar 15 perusahaan dimana bidang usaha lain

tersebut meliputi usaha perbengkelan, jasa pertamanan, cuci mobil dan sepeda

motor serta produksi pakaian, keset, dan alas kaki. Selanjutnya, data responden

0 5

10 15

20 Pertanian, perkebunan, peternakan

Produksi makanan dan minuman Olahan kayu/rotan/bambu/bata Pertukangan besi, tembaga Usaha dagang/restoran Jasa transport, pendidikan, hotel Dan lain-lain

1

11 3 1

18 1

15


(41)

berdasarkan bidang usaha yang ada di Pedesaan dapat dilihat pada gambar 4.6

berikut:

Gambar 4.6

Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha Pedesaan

Berdasarkan gambar 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa sama seperti di

Perkotaan bidang usaha yang memiliki jumlah persentase tertinggi di Pedesaan

juga bidang usaha dagang/restoran yaitu berjumlah 17 perusahaan, lalu disusul

pada bidang usaha produksi makanan dan minuman sebanyak 13 perusahaan,

selanjutnya pada bidang usaha lainnya sebanyak 12 perusahaan yang meliputi

usaha percetakan, jasa rias pengantin, jasa jahit pakaian, usaha perbengkelan, jasa

klinik, usaha kilang padi dan usaha cuci mobil dan sepeda motor. Kemudian pada

bidang usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan pada bidang usaha jasa

transport, pendidikan, hotel masing-masing hanya berjumlah 2 perusahaan pada

setiap bidangnya. Dan jumlah persentase terendah terdapat pada bidang usaha

pertukangan besi, tembaga yaitu hanya 1 perusahaan saja.

Pertanian, perkebunan, peternakan Produksi makanan dan minuman Olahan kayu/rotan/bambu/bata Pertukangan besi, tembaga Usaha dagang/restoran Jasa transport, pendidikan, hotel Dan lain-lain

0 5

10 15

20 2

13 3

1

17 2

12


(42)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa para pengusaha Perkotaan dan

Pedesaan sama-sama lebih banyak memilih menjalankan usaha dagang/restoran

karena usaha ini lebih dapat bersaing daripada bidang usaha lainnya, sehingga

pengusaha beranggapan bahwa usahanya akan mudah bertahan dan diterima oleh

masyarakat. Selain itu pada bidang usaha dagang tidak memerlukan keahlian

khusus bagi pengusaha ataupun pekerjanya. Namun diantara kedua domisili ini,

bidang usaha yang terdapat di Perkotaan lebih beragam dibandingkan dengan

bidang usaha yang ada di Pedesaan. Hal ini dikarenakan para pengusaha di

Perkotaan lebih memiliki inovasi dan kreatifitas yang tinggi dalam membuat

ide-ide untuk membuka berbagai macam usaha baru.

3. Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan

Data responden berdasarkan lama berdirinya perusahaan beserta dengan

omset perusahaan yang dijelaskan pada tabel 4.8 dibawah ini dapat dilihat bahwa

responden terbanyak di Perkotaan terdapat pada perusahaan dengan omset

201-250 juta dan >350 juta dengan lama perusahaan selama >12 tahun yang

masing-masing berjumlah 5 responden. Sedangkan di Pedesaan, responden terbanyak

terdapat pada perusahaan dengan omset <100 juta dengan lama perusahaan selama

<4 tahun yaitu sebanyak 11 responden.

Dapat disimpulkan bahwa usaha yang dijalankan responden di Perkotaan

sudah sesuai antara lama berdirinya perusahaan dengan omset yang didapat

perusahaan. Perusahaan yang sudah berdiri >12 tahun memiliki omset yang tinggi,

karena perusahaan tersebut sudah mengalami proses jatuh bangun sehingga telah


(43)

Tabel 4.8

Data Responden Berdasarkan Domisili Lama Perusahaan dan Omset

Omset Lama

Perusahaan

Domisili

Total Perkotaan Pedesaan

<100 juta

<4 tahun 0 11 11

4-6 tahun 1 7 8

7-9 tahun 0 6 6

10-12 tahun 1 1 2

>12 tahun 1 7 8

Sub Total 2 23 25

151-200 juta

<4 tahun 3 2 5

4-6 tahun 4 3 7

7-9 tahun 1 2 3

10-12 tahun 3 0 3

>12 tahun 2 1 3

Sub Total 13 8 21

201-250 juta

<4 tahun 2 0 2

4-6 tahun 2 0 2

7-9 tahun 2 0 2

10-12 tahun 0 0 0

>12 tahun 5 0 5

Sub Total 11 0 11

251-300 juta

<4 tahun 0 0 0

4-6 tahun 1 0 1

7-9 tahun 1 0 1

10-12 tahun 1 0 1

>12 tahun 0 1 1

Sub Total 3 1 4

301-350 juta

<4 tahun 2 0 2

4-6 tahun 2 1 3

7-9 tahun 1 0 1

10-12 tahun 1 0 1

>12 tahun 1 0 1

Sub Total 7 1 8

>350 juta

<4 tahun 2 0 2

4-6 tahun 3 3 6

7-9 tahun 4 0 4

10-12 tahun 0 1 1

>12 tahun 5 4 9

Sub Total 14 8 22

Total 50 50 100


(44)

4. Data Responden Berdasarkan Pemasaran

Data responden berdasarkan luas daerah pemasaran usaha yang telah

dicapai oleh pengusaha sejak berdirinya usaha hingga saat ini dapat dilihat pada

tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9

Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran

Derah Pemasaran Perkotaan Pedesaan

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Kecamatan 4 4% 34 34%

Kabupaten/kota 37 37% 12 12%

Provinsi 8 8% 3 3%

Nasional 1 1% 1 1%

Total 50 50% 50 50%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, terdapat perbedaan luas daerah pemasaran

antara pengusaha di Perkotaan dengan di Pedesaan. Di Perkotaan luas daerah

pemasaran tertinggi terdapat pada daerah kabupaten/kota dengan jumlah

persentase sebanyak 37% dari total responden. Sedangkan di Pedesaan luas

daerah pemasaran tertinggi terdapat pada daerah kecamatan dengan jumlah

sebanyak 34% dari total responden. Disamping itu, terdapat juga persamaan pada

daerah pemasaran nasional yang memiliki jumlah persentase terendah hanya 1%

dari total responden baik di Perkotaan maupun di Pedesaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pengusaha baik di

Perkotaan maupun di Pedesaan masih belum mampu mengelola usahanya dengan

baik sehingga jangkauan pemasarannya hanya berkisar pada daerah kecamatan

dan daerah kabupaten/kota saja. Namun bila dibandingkan diantara kedua domisili

ini, luas daerah pemasaran pengusaha di Pedesaan masih tertinggal daripada luas


(45)

di Pedesaan masih kekurangan modal usaha serta kurang memiliki wawasan dan

kemampuan dalam memasarkan usahanya.

4.3 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah prestasi dari

pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan pengusaha UKM Muslim di Pedesaan,

dengan melakukan studi komparatif dan membandingkan prestasi usaha

berdasarkan empat aspek yaitu aspek omzet yang diperoleh berdasarkan

persentase peningkatan omzet dari tahun lalu, aspek tenaga kerja yang diperoleh

berdasarkan pertambahan tenaga kerja dari dua tahun terakhir, aspek zakat yang

diperoleh berdasarkan persentase peningkatan zakat dari tahun lalu, dan aspek

pengembangan usaha yang diperoleh berdasarkan bagaimana kondisi dari usaha di

tahun ini dan ada atau tidaknya para pengusaha membuka cabang usahanya dalam

tiga tahun terakhir.

4.3.1 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Peningkatan Omzet

Analisis tingkat perbandingan prestasi berdasarkan peningkatan omzet

diketahui dengan banyaknya pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden

yang usahanya mengalami peningkatan omzet dari tahun lalu. Tabel perbandingan

persentase peningktan omzet antara pengusaha Perkotaan dengan pengusaha


(46)

Tabel 4.10

Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Peningkatan Omzet Peningkatan Omzet Perkotaan Pedesaan Total%

0% 19 6 33%

1-15% 17 16 29%

16-30% 11 18 4%

31-45% 0 4 6%

46-60% 3 3 3%

81-100% 0 3 25%

Total 50 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dari hasil analisis terdapat banyak

perbedaan antara jumlah peningkatan persentase omzet di Perkotaan dengan

peningkatan omzet di Pedesaan. Di Perkotaan, pengusaha yang mengalami

peningkatan omzet tertinggi terdapat pada peningkatan sebesar 46-60% yaitu

sebanyak 3 perusahaan. Sedangkan di Pedesaan, pengusaha yang mengalami

peningkatan omzet tertinggi terdapat pada peningkatan sebesar 81-100% yaitu

sebanyak 3 perusahaan juga. Kemudian pengusaha yang mengalami peningkatan

omzet terendah baik di Perkotaan maupun Pedesaan terdapat pada peningkatan

sebesar 1-15% yaitu sebanyak 17 perusahaan di Perkotaan dan 16 perusahaan di

Pedesaan. Sedangkan pengusaha yang tidak mengalami peningkatan omzet lebih

banyak terdapat di Perkotaan dengan jumlah persentase sebanyak 19 perusahaan.

Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah persentase di Pedesaan yang


(47)

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa omzet perusahaan yang satu

dengan omzet perusahaan lainnya tidak sama. Kenaikan omzet dapat terjadi

karena berbagai upaya, bahkan ada beberapa perusahaan yang tidak mengalami

peningkatan omzet sedikit pun. Ini merupakan risiko finansial yang terjadi diluar

kendali bagi semua perusahaan akibat rendahnya hasil penjualan. Secara

keseluruhan bila dilihat dari persentasenya pengusaha UKM Muslim di Pedesaan

lebih berprestasi dibandingkan dengan pengusaha UMK Muslim di Perkotaan.

4.3.2 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Penambahan Tenaga Kerja

Analisis tingkat perbandingan prestasi berdasarkan penambahan tenaga

kerja diketahui dengan banyaknya pengusaha UKM Muslim yang menjadi

responden yang usahanya mengalami penambahan tenaga kerja dalam 2 tahun

terakhir ini. Tabel perbandingan persentase penambahan tenaga kerja antara

pengusaha Perkotaan dengan pengusaha Pedesaan bila di crosstabkan dapat dilihat

pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11

Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Penambahan Tenaga Kerja Penambahan

Tenaga Kerja Perkotaan Pedesaan Total%

Tidak terjadi

penambahan 37 22 59%

Tambah 1-8

orang 13 28 41%

Total 50 50 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, di Perkotaan terdapat 37 perusahaan yang

tidak menambah tenaga kerja pada perusahaan, dan sebanyak 13 perusahaan

menambah 1-8 orang tenaga kerja dalam 2 tahun terakhir. Sedangkan di Pedesaan


(48)

perusahaan, dan lebih banyak perusahaan yang menambah 1-8 orang tenaga kerja

yaitu sebanyak 28 perusahaan dalam 2 tahun terakhir ini.

Bila membandingkan prestasi berdasarkan penambahan jumlah tenaga

kerja, maka pengusaha UKM Muslim di Pedesaan lebih berprestasi daripada

pengusaha UKM Muslim di Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

perusahaan yang tidak menambah tenaga kerja di Perkotaan lebih banyak

dibandingkan dengan di Pedesaan, yang dikarenakan pengusaha menganggap

bahwa tenaga kerja yang berasal dari keluarga sudah cukup membantu dan

menghemat biaya perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan yang menambah

tenaga kerja, beranggapan bahwa semakin banyak pihak yang bisa di ajak bekerja

sama maka struktur organisasi perusahaan akan tersusun dengan jelas berdasarkan

pembagian kerja pada masing-masing pekerja.

4.3.3 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Zakat Perniagaan

Analisis tingkat perbandingan prestasi berdasarkan peningkatan zakat

diketahui dengan banyaknya pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden

yang usahanya mengalami peningkatan zakat dari tahun lalu. Tabel perbandingan

persentase peningkatan zakat antara pengusaha Perkotaan dengan pengusaha


(49)

Tabel 4.12

Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Zakat Perniagaan Domisili Peningkatan

Omzet Peningkatan Zakat Total 1-15% 6-10% 11-15% 16-20% 21-25% 26-30% 31-40% 41-50% Tidak Naik Perkotaan

1-15% 2 1 1 0 0 0 0 0 13 17

16-30% 2 2 1 0 0 0 0 0 6 11

31-45% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

46-60% 1 2 0 0 0 0 0 0 0 3

81-100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak Naik 0 0 0 0 0 0 0 0 19 19

Sub Total 5 5 2 0 0 0 0 0 38 50

Pedesaan

1-15% 4 3 0 0 0 0 0 0 9 16

16-30% 1 2 0 1 1 1 0 0 12 18

31-45% 0 0 0 0 0 1 2 0 1 4

46-60% 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3

81-100% 0 1 0 0 0 0 0 1 1 3

Tidak Naik 1 0 0 0 0 0 1 0 4 6

Sub Total 6 6 0 1 1 2 3 2 29 50

Total% 11% 11% 25 1% 1% 2% 3% 25 67% 100%


(50)

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui jumlah peningkatan zakat

perniagaan di Perkotaan terdapat 5 perusahaan yang masing-masing mengalami

peningkatan zakat dengan kenaikan sebesar 1-5% dan 6-10% dari tahun lalu.

Kemudian 2 perusahaan mengalami peningkatan zakat dengan kenaikan sebesar

16-20%, dan sebanyak 38 perusahaan tidak mengalami peningkatan zakat dari

tahun lalu. Sedangkan di Pedesaan, terdapat masing-masing 6 perusahaan yang

mengalami peningkatan zakat sebesar 1-5% dan 6-10%, 3 perusahaan sama-sama

mengalami peningkatan sebesar 31-40%, kemudian masing-masing 2 perusahaan

mengalami peningkatan sebesar 26-30% dan 41-50%, masing-masing 1

perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar 16-20% dan 21-25%, dan

sebanyak 29 perusahaan tidak mengalami peningkatan zakat dari tahun lalu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak satupun perusahaan yang berada

di Perkotaan mengalami peningkatan zakat dengan kenaikan sebesar 21-25%,

26-30%, 31-40%, dan 41-50% sementara di Pedesaan mengalami kenaikan pada

persentase tersebut. Selain itu perusahaan di Perkotaan lebih banyak yang tidak

mengalami peningkatan zakat daripada perusahaan di Pedesaan. Ini berarti

pengusaha UKM Muslim di Pedesaan lebih berprestasi dibanding dengan

pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dengan minimum kenaikan sebesar 1-15%

sampai 41-50%.

4.3.4 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Penambahan Cabang Usaha

Analisis tingkat perbandingan prestasi berdasarkan penambahan cabang

usaha diketahui dengan banyaknya pengusaha UKM Muslim yang menjadi


(51)

terakhir ini. Tabel perbandingan persentase penambahan cabang usaha antara

pengusaha Perkotaan dengan pengusaha Pedesaan bila di crosstabkan dapat dilihat

pada tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13

Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Penambahan Cabang Usaha Lama Perusahaan Berdiri Penambahan Cabang Usaha Total

Ada Tidak Ada

Perkotaan

< 4 tahun 2 7 9

4 – 6 tahun 2 11 13

7 – 9 tahun 2 7 9

10 – 12 tahun 0 5 5

> 12 tahun 1 13 14

7 43 50

Pedesaan

< 4 tahun 0 13 13

4 – 6 tahun 1 13 14

7 – 9 tahun 3 5 8

10 – 12 tahun 1 1 2

> 12 tahun 2 11 13

7 43 50

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, diketahui bahwa baik perusahaan yang ada

di Perkotaan maupun di Pedesaan sama-sama mengalami penambahan cabang

usaha baru sebanyak 7 perusahaan dan sama-sama tidak mengalami penambahan

cabang usaha baru sebanyak 43 perusahaan pada masing-masing daerah tersebut.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa para pengusaha di Perkotaan dan di

Pedesaan sama-sama belum mampu mengelola perusahaannya dengan baik. Hal

ini mungkin disebabkan karena keterbatasan modal sehingga para pengusaha tidak

dapat melakukan penambahan cabang pada usahanya. Disamping itu, penambahan

cabang usaha juga merupakan aspek peningkatan prestasi suatu perusahaan.

Apabila suatu perusahaan dapat membuka cabang usahanya lebih banyak lagi,


(52)

4.3.5 Pencapaian Kondisi Usaha

Selain pencapaian prestasi berdasarkan aspek omzet, tenaga kerja, zakat

dan pengembangan usaha. Dalam penelitian ini juga dilihat bagaimana kondisi

pencapaian usaha antara pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dengan UKM

Muslim di Pedesaan berdasarkan persentase peningkatan kondisi usaha,

penurunan kondisi usaha dan perusahaan yang kondisi usahanya biasa/normal

saja. Selanjutnya perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14

Perbandingan Prestasi Berdasarkan Kondisi Usaha Domisili Kondisi Usaha Total Terjadi Peningkatan Normal Terjadi Penurunan 1-15% 16-30% 31-45% 46-60% 1-15% 16-30% 46-60%

Perkotaan 4 6 0 0 27 11 1 1 50

Pedesaan 10 5 3 1 23 3 5 0 50

Total% 14% 11% 3% 1% 50% 14% 6% 1% 100% Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, diketahui bahwa terdapat sebanyak 10

perusahaan di Perkotaan yang mengalami peningkatan kondisi usaha dimana 4

perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1-15% dan 6 perusahaan mengalami

peningkatan sebesar 16-30%. Selain mengalami peningkatan, sebanyak 13

perusahaan mengalami penurunan kondisi usaha. Jumlah ini lebih banyak

dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi usahanya,

dimana sebanyak 11 perusahaan mengalami penurunan sebesar 1-15%, dan

masing-masing 1 perusahaan mengalami penurunan sebesar 16-30% dan 46-60%.

Sedangkan di Pedesaan, sebanyak 19 perusahaan mengalami peningkatan kondisi


(53)

perusahaan mengalami peningkatan sebesar 16-30%, sebanyak 3 perusahaan

mengalami peningkatan sebesar 31-45%, dan hanya 1 perusahaan yang

mengalami peningkatan sebesar 46-60%. Di samping itu, perusahaan yang

mengalami kondisi usaha normal/biasa saja sebanyak 27 perusahaan terdapat di

Perkotaan dan 23 perusahaan di Pedesaan.

Dari data di atas, maka dapat disimpulakan bahwa pengusaha UKM

Muslim di Pedesaan lebih berprestasi dibandingkan dengan di Perkotaan karena

jumlah perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi usaha lebih banyak


(54)

Tabel 4.15

Komparasi Prestasi Pengusaha UKM Muslim Perkotaan Vs Pedesaan

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

Peningkatan Omzet Perkotaan -

Peningkatan Omzet Pedesaan .160 2.713 .384 -.611 .931 .417 49 .679

Pair 2

Penambahan Tenaga Kerja Perkotaan - Penambahan Tenaga

Kerja Pedesaan

1.000 1.050 .148 .702 1.298 6.736 49 .000

Pair 3

Peningkatan Zakat Perniagaan Perkotaan – Peningkatan Zakat

Perniagaan Pedesaan

-3.960 3.902 .552 -5.069 -2.851

-7.177 49 .000

Pair 4

Penambahan Cabang Usaha Perkotaan - Penambahan Cabang

Usaha Pedesaan

.000 .535 .076 -.152 .152 .000 49 1.000

Pair 5

Kondisi Usaha Perkotaan -

Kondisi Usaha Pedesaan .640 2.863 .405 -.174 1.454 1.581 49 .120


(55)

Berdasarkan analisis tabel komparasi 4.15 (paired sampel T-Test) didapat

hasil analisa menggunakan SPSS versi 21 mengenai prestasi pengusaha UKM

Muslim antara Perkotaan Vs Pedesaan berdasarkan Aspek peningkatan omzet,

peningkatan zakat perniagaan, pertambahan jumlah tenaga kerja, peningkatan

kondisi usaha tahun ini dan penambahan jumlah cabang yang dibuka dalam 3

tahun terakhir.

Dari hasil analisis spss dapat dibuktikan dengan melihat apabila nilai Sig

(2 tailed) < 0,05 maka ada kesesuaian antara frekuensi yang diharapkan dengan frekuensi yang diperoleh / diobservasi. Dan sebaliknya jika nilai sig (2 tailed)

>0,05 maka tidak ada kesesuaian antara frekuensi yang di harapkan dengan frekuensi yang diperoleh dari hasil observasi.

Nilai Sig (2 Tailed) antara omset Perkotaan dengan Pedesaan 0,679 atau

(0,679 > 0,05), Nilai Sig (2 Tailed) antara pertambahan tenaga kerja Perkotaan

dengan Pedesaan 0,000 atau (0,000 < 0,05), Nilai Sig (2 Tailed) antara zakat

perniagaan Perkotaan dengan Pedesaan 0,000 atau (0,000 < 0,05), Nilai Sig (2

Tailed) antara cabang usaha Perkotaan dengan Pedesaan 1,000 atau (1,000 > 0,05). Hasil aspek pertambahan tenaga kerja dan peningkatan zakat perniagaan

dengan nilai hasil observasi < 0,05 berarti ada kesesuaian antara frekuensi yang

diharapkan dengan frekuensi hasil observasi yakni frekuensi yang diharapkan dari

setiap aspek menyatakan dan membuktikan bahwa Pedesaan berprestasi maka

begitu pula dengan hasil observasi menyatakan bahwa Pedesaan lebih berprestasi

dibanding Perkotaan. Sedangkan hasil aspek peningkatan omzet dan aspek


(56)

kesesuaian antara frekuensi yang diharapkan dengan frekuensi hasil observasi

yakni frekuensi yang diharapkan dari setiap aspek menyatakan dan membuktikan

bahwa Perkotaan berprestasi maka begitu pula dengan hasil observasi menyatakan


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya pengolahan data menggunakan program SPSS 21 terhadap variabel-variabel penelitian di atas, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Rata-rata pengusaha UKM Muslim di Perkotaan adalah pengusaha yang

berumur 41-50 tahun dengan tingkat pendidikan tamat SMA/sederajat yaitu 29

orang dan sebagaian besar pengusaha tidak pernah sekolah agama yaitu 36% dari

total responden. Dan rata-rata pengusaha UKM Muslim di Pedesaan adalah

pengusaha yang berumur 41-50 tahun dengan tingkat pendidikan tamat

SMA/sederajat yaitu 26 orang dan sebagaian besar pengusaha pernah sekolah

agama yaitu 31% dari total responden. Pengusaha UKM Muslim di Perkotaan dan

di Pedesaan didominasi oleh suku jawa dengan persentase sebesar 58% di

Perkotaan dan 46% di Pedesaan dari total responden.

2. Rata-rata Perusahaan yang berada di Perkotaan merupakan perusahaan milik

perorangan yaitu 37% yang dominan 36% bidang usahanya bergerak di bidang

usaha dagang dan restoran dengan luas daerah pemasaran adalah wilayah

kabupaten/kota dengan jumlah 37 perusahaan. Dan rata-rata perusahaan yang

berada di Pedesaan merupakan perusahaan milik perorangan sebanyak 44% yang

34% dominan usahanya bergerak di bidang usaha dagang dan restoran dengan

luas daerah pemasaran adalah wilayah kecamatan dengan jumlah 34 perusahaan.

Dengan rata-rata perusahaan telah menjalankan usahanya >12 tahun baik di


(58)

3. Bila dibandingkan antara aspek penelitian dengan masing-masing domisili,

pengusaha yang tidak mengalami peningkatan omzet lebih banyak terjadi di

Perkotaan yaitu sebesar 19% sedangkan di Pedesaan hanya 6% saja. Peningkatan

zakat perniagaan yang dialami pengusaha paling rendah sebesar 1-15% yang juga

dipengaruh daripada peningkatan omzet, kemudian dari aspek penambahan tenaga

kerja sebanyak 13 pengusaha di Perkotaan dan 28 pengusaha di Pedesaan yang

mengalami jumlah peningkatan tenaga kerja, lalu masing-masing sebanyak 7%

dari total responden berhasil membuka cabang usaha baru dengan kondisi usaha

normal sebanyak 27 pengusaha terdapat di Perkotaan dan 23 pengusaha di

Pedesaan dengan rata-rata mencapai peningkatan kondisi usaha tertinggi sebesar

46-60%.

4. Pengusaha UKM Muslim Kabupaten Deli Serdang lebih berprestasi dibanding

dengan pengusaha UKM Muslim Kabupaten Asahan dengan nilai observasi tabel

komparasi paired simple- T Test dari keseluruhan aspek 0,00 < 0,05 yang berarti

bahwa frekuensi yang diharapkan dalam penelitian sama atau sesuai dengan hasil

observasi.

5. Terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi pengusaha UKM Muslim di

Perkotaan dan di Pedesaan dalam hal pencapaian prestasi yaitu hambatan dalam

masalah kesulitan pemasaran dimana para pengusaha kekurangan informasi

karena banyak pengusaha yang berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif

terisolasi dari pusat-pusat informasi, selanjutnya dalam masalah keterbatasan


(59)

masalah keterbatasan teknologi yang menyebabkan rendahnya efisiensi didalam

proses produksi dan juga rendahnya kualitas produk yang dihasilkan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perbandingan prestasi

antara pengusaha UKM Muslim Perkotaan dengan Pengusaha UKM Muslim

Pedesaan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlunya dilakukan pengorganisasian dan pelaksanaan rencana oleh pengusaha

UKM Muslim di Perkotaan, yaitu dengan lebih memperhatikan tempat-tempat

pemasaran dan mengumpulkan informasi pasar misalnya masalah kualitas produk

dan jangakauan luas pemasaran lebih banyak lagi sehingga bauran pemasaran

lebih luas dan dapat meningkatkan omzet atau memperbaiki kondisi usaha

tahun-tahun berikutnya.

2. Perlunya keaktifan MUI dan Departemen agama dalam mensosialisasikan

tentang pentingnya menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam. Agar

usaha pengusaha UKM Muslim baik di Perkotaan maupun Pedesaan dapat

terlepas dari riba yang menimbulkan dosa dan juga agar usaha yang di jalankan

diberkahi Allah SWT.

3. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh Pengusaha UKM

Muslim Perkotaan dan Pedesaan, para pengusaha perlu melakukan perbaikan yang

cukup di semua aspek-aspek yang terkait dengan pemasaran seperti jangkauan

luas pemasaran dan kegiatan promosi. Para pengusaha juga harus mengumpulkan

informasi mengenai perkembangan teknologi baru sehingga memudahkan proses


(60)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.1.1 Definisi UKM

Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha

Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS),

Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan

UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara

satu dengan yang lainnya.

1. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK),

termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan

paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah). Sementara itu, Usaha

Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

s/d Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan

bangunan.

2. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas

tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga

kerja 5 s/d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang


(61)

3. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994, Usaha Kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan

usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per

tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) atau aset/aktiva

setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah) (di luar tanah dan

bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badan usaha (Fa, CV, PT, dan

koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak,

nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

4. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah

entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp

50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000

(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2)

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000. Sementara itu, yang

disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria

sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

5. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Usaha Kecil

Menengah (UKM) adalah usaha perorangan atau badan usaha yang mempunyai


(62)

tidak termasuk tanah dan tempat bangunan dengan jumlah tenaga kerja antara

1-99 orang.

2.1.2 Kriteria UKM Menurut Lembaga dan Negara Asing

Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing

didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut: (1) jumlah tenaga kerja, (2)

pendapatan dan (3) jumlah aset. Berikut ini adalah kriteria-kriteria UKM di

negara-negara atau lembaga asing:

1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu:

a. Medium Enterprise, dengan kriteria:

1. Jumlah karyawan maksimal 300 orang

2. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

3. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

b. Small Enterprise, dengan kriteria:

1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta

3. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

c. Micro Enterprise, dengan kriteria:

1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu

3. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

2. Singapura, menyatakan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30%

pemegang saham lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) di


(1)

8. Seluruh responden atas waktu yang diberikan untuk mengisi kuesioner.

9. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis hingga akhir penyelesaian

skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga segala kebaikan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

mendapat imbalam yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu wa ta’alla. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan

kritik, saran dan masukan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, April 2016 Penulis

Ema Amalia Ramadhani NIM : 120501003


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 11

2.1.1 Definisi UKM ... 11

2.1.2 Kriteria UKM Menurut Lembaga dan Negara Asing ... 13

2.1.3 Komparasi Karakteristik Dasar UKM ... 15

2.1.4 Permasalahan Dalam UKM ... 17

2.2 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Sumatera Utara ... 20

2.3 Pola Permintaan Terhadap Produk-Produk UKM di Pedesaan ... 22

2.4 Fungsi dan Peranan Bank Bagi UKM ... 25

2.5 Kerangka Konseptual ... 27

2.6 Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30


(3)

3.5.1Tabel Distribusi Frekuensi ... 34

3.5.2 Tabulasi Silang/Cross Tabulation ... 34

3.5.3 Gambar/Grafik ... 35

3.5.4 Tabel Komparasi ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Umum ... 36

4.1.1 Perkotaan ... 36

4.1.2 Pedesaan ... 37

4.2 Perbandingan Profil dan Deskripsi Responden ... 38

4.2.1 Profil Pengusaha Perkotaan Vs Pedesaan ... 38

4.2.2 Profil Perusahaan Perkotaan Vs Pedesaan ... 48

4.3 Deskripsi Penelitian ... 56

4.3.1 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Peningkatan Omzet ... 56

4.3.2 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Penambahan Tenaga Kerja ... 58

4.3.3 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Zakat Perniagaan ... 59

4.3.4 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Penambahan Cabang Usaha ... 61

4.3.5 Pencapaian Kondisi Usaha ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan UKM Kabupaten Deli Serdang (2007-2009)... 6

2.1 Banyaknya Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 ... 22

3.1 Simulasi Pengambilan Sampel di Perkotaan dan Pedesaan ... 32

4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4.2 Data Responden Berdasarkan Umur ... 40

4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

4.4 Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha dan Kepuasan Responden Terhadap Usahanya ... 44

4.5 Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama ... 47

4.6 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Perusahaan di Perkotaan... 48

4.7 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Perusahaan di Pedesaan ... 50

4.8 Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan dan Omset ... 54

4.9 Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran ... 55

4.10 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Peningkatan Omzet ... 57

4.11 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Penambahan Tenaga Kerja 58 4.12 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Zakat Perniagaan ... 60

4.13 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Persentase Penambahan Cabang Usaha 62 4.14 Perbandingan Prestasi Berdasarkan Kondisi Usaha ... 63


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.1 Tingkat Pendidikan Pengusaha UKM diPerkotaan... 42

4.2 Tingkat Pendidikan Pengusaha UKM diPedesaan ... 43

4.3 Data Responden Berdasarkan Suku di Perkotaan ... 45

4.4 Data Responden Berdasarkan Suku di Pedesaan ... 46

4.5 Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha di Perkotaan ... 51


(6)

DAFTAR SINGKATAN

1. UKM : Usaha Kecil dan Menengah

2. NIC’s : Newly Industrializing Countries

3. UB : Usaha Besar

4. UK : Usaha Kecil

5. SDM : Sumber Daya Manusia

6. LPDB KUKM : Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir Kredit Usaha Kecil Menengah

7. KUD : Kredit Usaha Daerah

8. BPS : Badan Pusat Statistik

9. UMI : Usaha Mikro

10.UM : Usaha Menengah

11.Fa : Firma

12.CV : Perseroan Komanditer

13.PT : Perseroan Terbatas

14.SI : Small Industry

15.MI : Medium Industry

16.OEM : Original Equipment Manufacturing

17.BUMN : Badan Usaha Milik Negara

18.PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

19.NSB : Negara Sedang Berkembang

20.L/C : Letter of Credit

21.UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah