PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP
INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI
MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
RORO RISALATUL MUAKHIROH
NIM :11110 170
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2014
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website:-mail: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, skripsi saudara: Nama : Roro Risalatul Muakhiroh NIM : 111 10 170 Jurusan : TARBIYAH Program Studi: Pendidikan Agama Islam Judul :
“PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP
INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014” telah kami setujui untuk dimunaqasyahkan.
Salatiga, 20 Februari 2015 Pembimbing Dr. H. M. Zulfa, M.Ag.
NIP. 19520430 197703 1001
SKRIPSI
PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014DISUSUN OLEH
RORO RISALATUL MUAKHIROH
NIM : 111 10 170
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 Februari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. : Sekretaris Penguji : Dr. M. Zulfa M, M.Ag. : Penguji I : Drs. SumarnoWidjadipa, M.Pd. : Penguji II : Dr. BudiyonoSaputro, M.Pd. :
Salatiga20 Februari 2015 Ketua STAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
NIP. 19670112 199203 1005
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Roro Risalatul Muakhiroh NIM : 11110 170 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : S1-Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20Februari 2014 Yang Menyatakan,
Roro Risalatul Muakhiroh 111 10 170
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa
yang dipimpinnya
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya...
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada
BapakkuM. Asrori Achmad dan IbukuRichaniyah sebagai peneduh jiwaku, yang selalu mencurahkan segala kasih sayangnya ketika aku masih dalam kandungan hingga terlahir ke dunia, sehingga dapat melihatku tumbuh menjadi perempuan yang membahagiakan. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendo’akanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,.
Bapak KH. Mahfud Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang selalu membimbing serta memberikan nasehatnya ketika kami belajar untuk hidup mandiri.
Gus M.Hanif, M.Hum dan Ning Rosyidah, Lc yang tak kenal lelah memberikan petuahnya kepada kami.
Untuk kakakku ziyadatul Barokah dan adikku Qodliyatul Amri Agutina terima kasih atas dukungan dan motivasi.
Semua santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro, yang telah memberikan warna kehidupan serta telah mengukir cerita di pondok ini. Dari sinilah penulis belajar mandiri, berorganisasi, hidup bermasyarakat, dan menjadi seorang pemimpin.
Sahabat kecilku di TBB Edi Mancoro dan TPQ Az Zahra, yang selalu membuatku tertawa lepas karena kepolosan kalian.
Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi saya, terima kasih atas bimbingan bapak selama ini.
Untuk guru-guruku, ustadz, serta semua dosen terima kasih atas bimbingan dan arahan selama ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga di dunia dan bernilai di akhirat.
Teman-teman PAI C angkatan 2010 , kebersamaan kita ketika masih menjadi mahasiswa baru hingga sekarang telah terlukis dalam bingkai kebersamaan.
My best man, dalam hari-hari penulis. Seseorang yang telah menemani selama perjalananku untuk belajar menjadi seorang wanita sholihah, terimakasih atas dukungan dan kesabarannya. Because, you still with me…..
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu,
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima kasih…
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, Selaku ketua jurusan tarbiyah.
3. Bapak Rasimin, S.Pd.I. M.Pd. selaku ketua program studi PAI.
4. Bapak Dr. H. M. Zulfa M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi.
5. Bapak ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga 6.
Bapak dan ibu, saudara-saudara, serta teman-teman yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga.
Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Salatiga, 20 Februari 2015 Penulis
ABSTRAK
Muakhiroh, Roro Risalatul. 2014. 11110170. Pengaruh kewibawaan pengasuh
terhadap interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kabupaten Semarang tahun 2014 . Skripsi Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. M. Zulfa M.Ag. Kata kunci: Kewibawaan Pengasuh, Interaksi Sosial Santri
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dikenal sejak lama oleh masyarakat. Sebuah pesantren biasanya identik dengan para santri yang selalu mengenakan peci, bersarung dan membawa kitab ketika akan mengaji, kemudian terpandangnya sosok pengasuh baik dari segi keilmuan maupun kewibawaan dalam memimpin pondok pesantren yang dipimpin.
Rumusan masalah dalam penelitian ini : 1) Bagaimana kewibawaan pengasuh di Pondok Pesantren Edi Mancoro Ds. Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014, 2) Bagaimana interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Ds. Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014, 3) Adakah pengaruh kewibawaan pengasuh terhadap interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Ds. Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesanren Edi Mancoro penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup dan rating scale untuk mengumpulkan data X dan Y. Yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh santri yaitu 51 santri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik chi kuadrat.
Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kewibawaan pengasuh dengan interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Ds. Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014. Hal ini terbukti karena r hitung lebih besar dari pada r tabel, r hitung yaitu 0,421 yang mana dengan N 51 diperoleh nilai r tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,279 dan r tabel pada taraf signifikan 1% sebesar 0,361 sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
… ........................................................................... i
LEMBAR BERLOGO..... ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
ABSTRAK ............................................................................................... xDAFTAR ISI............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................xviBAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 5 E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
F.
Definisi Operasional ................................................................... 6 G.
Metode Penelitian ....................................................................... 9 1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian ................................ 9 2. Lokasidan Waktu Penelitian……………………………… 9 3. Populasi dan Sampel……………………………………... 10 4. Metode Pengumpulan Data………………………………. 11 5. Analisis Data……………………………………………... 13 H. Sistematika Penulisan…………………………………………. 14
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kewibawaan Pengasuh ............................................................... 16 1. Pengertian Kewibawaan ......................................................... 16 2. Perbedaan antara Kewibawaan Orang Tua dan Kewibawaan Guru atau Pendidik-Pendidik Lainnya terhadap Anak-anak Didiknya
................................................................................................. 19 3. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan ................................. 22 4.
Faktor-Faktor Kewibawaan .................................................... 23 5. Sumber Kewibawaan ............................................................. 25 B. Interaksi Sosial Santri ................................................................. 26 1.
Pengertian Interaksi Sosial ..................................................... 26 2. Faktor yang mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial….. 28 3. Interaksi Sosial Santri ............................................................ 32 a.
Interaksi Sosial Santri dengan Pengasuh………………. .. 32 b.
Interaksi Sosial Santri dengan Ustadz………………….. 35 c. Interaksi Sosial Sesama Santri………………………….. 36 d.
Interaksi Sosial Santri dengan Lingkungan…………….. 37
BAB III : HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi dan subjek penelitian ........................... 40 1. Letak Geografis Ponpes Edi Mancoro ................................... 40 2. Profil Ponpes Edi Mancoro ................................................ 41 3. Visi, Misi, Tujuan, dan Garis Perjuangan Ponpes Edi Mancoro……………….. ....................................................... 43 4. Sejarah Ponpes Edi Mancoro ................................................. 45 5. Sarana dan Fasilitas Pesantren ............................................... 48 6. Keadaan Ustadz dan Santri .................................................... 49 7. Pelaksanaan Pendidikan di Pesantren .................................... 53 B. Data tentang Kewibawaan Pengasuh dan Interaksi Sosial Santri 1. Daftar Nama Responden …………………………………… 58 2. Data Hasil Penyebaran Angket Kewibawaan Pengasuh ........ 60 3. Data Rating Scale Interaksi Sosial ......................................... 63 BAB IV :ANALISA DATA A. Analisis Pertama ......................................................................... 67 B. Analisis Kedua ............................................................................ 73 C. Analisis Ketiga............................................................................ 78 BAB V :PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 85 B. Saran ........................................................................................ 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Nama Ustadz dan Ustadzah………………………. 50
Tabel 2 : Daftar Nama Santri……………………………………… 51
Tabel 3 : Kurikulum ……………………………………………….. 54 Tabel 4 : Daftar Nama
Responden…………………………………. 58 Tabel 5 : Daftar Hasil Angket Kewibawaan
Pengasuh …………… 60 Tabel 6 : Hasil Jawaban Rating Scale
…………………………….. 63 Tabel 7 :Pengelompokkan Kewibawaan Pengasuh
………………. 68 Tabel 8 :Pengelompokkan Responden Kewibawaan Pengasuh …….. 68 Tabel 9 : Persentase Kewibawaan Pengasuh
………………………. 71 Tabel 10 : Jawaban Responden tentang Kewibawaan Pengasuh
……. 71 Tabel 11 : Data Skor Dan Nominasi Interaksi Sosial Santri ……….. 74 Tabel 12 : Frekuensi Persentase Interaksi Sosial Santri
……………. 77 Tabel 13 : Interaksi Sosial Santri
…………………………………… 78 Tabel 14 : Tabel persiapan
…………………………………………. 79 Tabel 15 : Tabel frekuensi yang diperoleh
…………………………. 82 Tabel 16 : Tabel frekuensi yang diharapkan ……………………….. 83 Tabel 17 : Tabel kerja untuk menghitung chi kuadrat
………………… 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar Kegiatan Pondok Pesantren Edi Mancoro
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Daftar Pustaka 2. Riwayat hidup penulis 3. Nota pembimbing skripsi 4. Surat permohonan izin melakukan penelitian 5. Surat keterangan melakukan penelitian 6. Angket 7.
Rating Scale 8.
Lembar konsultasi 9. Foto kegiatan pondok pesantren 10.
Surat keterangan lulus ujian komprehensif 11. SKK
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar adalah proses panjang yang terjadi sepanjang hayat. Belajar juga
merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi lingkunaaagan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003 dalam Sriyanti dkk, 2012:14). Pendidikan atau usaha mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan investasi bagi kemajuan suatu bangsa. Indonesia telah melakukan berbagai upaya guna mewujudkannya, usaha tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal baik oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat.
Kualitas dari mutu pendidikan sendiri ditentukan oleh banyak variabel, diantaranya adalah kualitas guru, alat bantu, fasilitas, biaya dan sebagainya.
Beberapa variabel itu biasanya tergabung dalam sumber-sumber pendidikan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal, pondok pesantren dengan segala atributnya memiliki kekhasan tersendiri. Baik kurikulumnya, peraturannya, sarana-prasarana, serta tenaga pendidik dan kependidikannya. Pengasuh pondok pesantren sebagai pegiat pendidikan nonformal tentu memiliki sifat kewibawaan tersendiri yang berbeda dengan pendidik pendidikan formal. Pengasuh pondok pesantren merupakan sosok yang begitu kompleks dengan segala peran dan tugasnya. kewibawaan seorang pengasuh akan berpengaruh terhadap pembelajaran santri selama mondok, perilaku santri selama mondok, interaksi santri kepada masyarakat dan pandangan masyarakat terhadap pondok dan santrinya. Pengasuh atau disebut juga dengan kiai, dapat dikatakan sebagai tokoh non-formal yang ucapan-ucapan dan seluruh perilakunya akan dicontoh oleh komunitas di sekitarnya (para santri dan masyarakat), dan juga berfungsi sebagai sosok model dan suri teladan yang baik (uswatun hasanah) tidak saja bagi santri-santrinya yang ada di pondok pesantren, tetapi juga menjadi teladan dan panutan bagi seluruh komunitas masyarakat di sekitar pesantren (Sa’id, 1999:134).
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dikenal sejak lama oleh masyarakat. Sebuah pesantren biasanya identik dengan para santri yang selalu mengenakan peci, bersarung dan membawa kitab ketika akan mengaji, kemudian terpandangnya sosok pengasuh baik dari segi keilmuan maupun kewibawaan dalam memimpin pondok pesantren yang dipimpin.
Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah salah satu pondok pesantren yang telah berdiri pada tanggal 25 Desember 1989 dan terletak di wilayah kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Letaknya yang berdekatan dengan pusat pemerintahan kota madya Salatiga. Desa Gedangan ini termasuk wilayah yang cukup potensial secara ekonomis. Menjadikan mahasiswa STAIN mendominasi sebagai santri EM, sebutan untuk Pondok Pesantren Edi Mancoro.
Kebanyakan pula dari para santri yang belajar merupakan santri anyar, yaitu yang sebelumnya belum pernah mondok.
Dengan demikian Pesantren berarti lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman perilaku sehari- hari. Di Pondok Pesantren, belajar mengajar berlangsung antara santri dan pengasuh. Santri sebagai seorang yang belajar dan pengasuh sebagai seorang yang mengajar. Berdasarkan tingkat keilmuan yang dimiliki dan kualitas pribadi yang tertanam dalam diri pengasuh, maka pengasuh harus menjadi pemimpin yang berwibawa di lingkungan Pondok Pesantren pada umumnya. Seorang pemimpin yang berwibawa, seperti pengasuh memiliki pribadi yang luar biasa, sehingga santrinya percaya, hormat, dan patuh. Salah satu pemimpin yang berwibawa ialah kesadaran pengikutnya untuk mentaati setiap perintahnya. Pengasuh dipandang sebagai pemimpin yang berwibawa sehingga ketaatan santri merupakan ciri khas sikap santri terhadap pengasuhnya. Ketaatan santri kepada pengasuh adalah mengharapkan berkah dari pengasuh misalnya, santri akan selalu memandang pengasuh atau gurunya dalam pengajian sebagai seorang yang mutlak harus dihormati dan dimuliakan, malahan dianggap memiliki kekuatan ghaib yang bisa membawa keberuntungan atau celaka (Nurcholish, 1997:23). Kekuatan ghaib pada diri pengasuh yang bisa membawa keberuntungan biasa disebut berkah yang artinya kemurahan atau kebagusan dari Allah SWT.
Pengasuh atau lebih sering dikenal dengan istilah kyai merupakan sosok yang paling penting (key person) dan menentukan dalam pengembangan dan manajemen pondok pesantren. Sehingga seorang pengasuh dituntut mampu atau pandai dalam menerapkan strategi kewibawaannya demi kemajuan pesantren atau lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Strategi tindakan pengasuh pesantren hendaknya berkaitan dengan kurikulum pesantren, pendekatan belajar mengajar, struktur dan proses perencanaan, pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan evaluasi, dan pendayagunaan berbagai layanan baik secara individual maupun institusional. Kewibawaan pengasuh yang diharapkan bagi dunia pesantren saat ini adalah kewibawaannya mampu memegang prinsip nilai lokal, cakap berinteraksi terhadap masyarakat, dan interaksi menghadapi nilai-nilai global .
Untuk mengetahui seberapa jauh kewibawaan pengasuh dan bagaimana interaksi sosial santri, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Kewibawaan Pengasuh Terhadap Interaksi Sosial Santri Di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014 ” B. RUMUSAN MASALAH 1.
Bagaimanakah kewibawaan pengasuh di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014? 2. Bagaimanakah interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014? 3. Adakah pengaruh kewibawaan pengasuh terhadap interaksi sosial santri di
Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014? C.
TUJUAN PENELITIAN
Konsekuensi logis dari permasalahan pokok maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kewibawaan pengasuh di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh kewibawaan pengasuh terhadap interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab.
Semarang Tahun 2014.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris” (Suryabrata, 2003:21 ). Dari pengertian hipotesis diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh kewibawaan pengasuh terhadap interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang tahun 2014.
E. MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yang penulis paparkan, diantaranya adalah :
1. Secara Teoritik
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi keberlangsungan pendidikan keagamaan di masyarakat khususnya bagi pendidikan akhlak serta memperkaya hasanah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan Islam.
2. Secara Praktik
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat umum mengenai pengaruh kewibawaan pengasuh dengan interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang Tahun 2014. Hasil penelitian ini di harapkan juga dapat memberikan contoh-contoh atau teladan dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat dan khususnya para penuntut ilmu tentang bagaimana tata aturan dan etika dalam menuntut ilmu dengan baik dan benar serta, sikap dalam berinteraksi sosial.
F. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini perlu ada penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian.
1. Kewibawaan Pengasuh a.
Kewibawaan berasal dari kata wibawa yang berarti kekuasaan memberi perintah (yang harus ditaati) (Poerwadarminta, 2006:1366). Sedangkan yang dimaksud dengan kewibawaan adalah suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan tersebut (Tirtarahardja, 2005:54).
b.
Pengasuh Pengasuh adalah orang yang mengasuh atau di dalam pesantren disebut dengan kiai. Kiai, maksudnya adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memilki atau menjadi pimpinan pondok pesantren serta mengajar dan mendidik para santrinya (Sugeng, 2012:23).
Dengan demikian yang dimaksudkan dengan kewibawaan pengasuh dalam penelitian ini adalah pembawaan sikap dan tingkah laku pengasuh yang mengandung suatu kepemimpinan serta penuh daya tarik untuk menguasai, mempengaruhi dan memberikan teladan yang baik terhadap santrinya sehingga pengasuh tersebut mampu membawa santrinya untuk memahami, menghayati serta melaksanakan ajaran agama Islam.
Untuk mengukur kewibawaan pengasuh dalam penelitian ini, maka ditentukan indikator sebagai berikut: a.
Dapat menjadi teladan b. Memiliki jiwa kepemimpinan c. Berpenampilan baik (Tafsir, 1994:82) d. Memiliki kepribadian yang baik dan professional e. Memiliki sikap empati (Tafsir, 1994:82) 2. Interaksi Sosial Santri
Interaksi yaitu saling berhubungan atau melakukan aksi (Sugeng, 2012:23). Kaitannya dengan penelitian ini adalah interaksi santri dengan pengasuh, interaksi santri dengan ustadz, interaksi santri dengan sesama santri dan interaksi santri dengan masyarakat.
Sosial mempunyai arti segala sesuatu kepentingan umum (Poerwodarminta, 2006: 1141)
Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, beribadat dengan sungguh-sungguh dan orang yang sholih-sholihah (Sugeng, 2012:23). Dalam penelitian ini maksudnya santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang tahun 2014.
Jadi, interaksi sosial adalah hubungan sosial santri dengan pengasuh, santri dengan ustadz, santri sesama santri, santri dengan lingkungan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang tahun 2014.
Untuk mengukur interaksi sosial santri dalam penelitian ini, maka ditentukan indikator sebagai berikut: a.
Menghargai pendapat orang lain b.
Tolong- menolong dengan sesama di lingkungan pesantren c. Sopan santun dalam bergaul terhadap orang lain d.
Menjaga kerukunan antar sesama e. Melaksanakan setiap kegiatan sosial di pesantren (Surakhmad, 1980: 200) G.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990: 20). Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metodologi yang akan penulis jabarkan seperti di bawah ini:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan ini melakukan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional, untuk mengetahui hubungan tiap variabel penelitian menggunakan analisis statistik prosentase dan teknik analisisnya menggunakan rumus statistik Chi Kuadrat untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang tahun 2014. Alasan lainnya adalah ketertarikan peneliti terhadap kegiatan dan aktifitas santri yang berkaitan tentang kewibawaan pengasuh dan interaksi sosial santri di Pondok Pesantren.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanaan selama 5 bulan mulai bulan April 2014 sampai penelitian selesai.
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 1998:109). Berdasarkan pendapat diatas, populasi adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab.
Semarang tahun 2014, dalam wilayah penelitian yang nantinya akan menjadi subjek penelitian. Adapun jumlah seluruh santri adalah 51 orang, dengan rincian santri putra 14 orang dan santri putri 37 orang.
b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Penulis akan melakukan penelitian di lapangan, dalam menentukan sampel sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15%, atau 20-25%. Berdasakan petunjuk tersebut, dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 51 orang.
Karena populasi santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang tahun 2014 berjumlah kurang dari 100, maka populasi diambil semua yang disebut dengan total sampling (Arikunto, 1998: 117).
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini baik mengenai kewibawaan pengasuh maupun mengenai interaksi sosial santri, maka penulis menggunakan metode-metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Kuesioner (Angket)
Angket sering juga disebut kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang (Koentjaraningrat, 1994: 173).
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kewibawaan pengasuh.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang- barang tertulis (Arikunto, 1993 :149). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang keadaan pesantren dan santri dalam penelitian ini.
c. Metode Observasi
Merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1982: 136).
Pada metode observasi ini penulis menggunakan metode observasi tidak langsung dengan menggunakan rating scale. Rating
scale adalah pencatatan gejala-gejala menurut tingkatannya (Hadi,
1992: 152). Rating scale penulis gunakan untuk mengetahui interaksi sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro tahun 2014. Dalam penelitian ini diambil 51 santri putri dan salah satu responden yang dipercaya untuk menilai santri-santri tersebut. Dari hasil ini peneliti bisa mengetahui sikap santri dalam berinteraksi sosial.
d. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1998: 135). Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kewibawaan pengasuh di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kab. Semarang tahun 2014. Angket dirancang dalam 15 item pertanyaan ditujukan kepada santri yang setiap pertanyaan terdiri dari 3 pilihan, yaitu a, b, dan c dengan bobot penilaian a nilai 3, b nilai 2 dan c nilai 1. Angket yang telah dijawab oleh santri kemudian akan dilakukan pengkategorian kewibawaan pengasuh.
Sedangkan untuk menjaring data interaksi sosial instrumen yang digunakan yaitu berupa rating scale. Daftar rating scale tersebut terdiri dari 5 item pertanyaan, setiap item pertanyaan terdiri dari 3 pilihan yaitu a, b, dan c dengan bobot penilaian a nilai 3, b nilai 2, dan c nilai
1. Daftar rating scale yang telah dijawab oleh responden yang di percaya di Pondok Pesantren Edi Mancoro kemudian akan dilakukan pengkategorian interaksi sosial santri.
5. Analisis Data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan analisa data kuantitatif, yaitu dengan menganalisa data tersebut sehingga mengandung makna atau dapat diambil suatu kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan.
Dalam menganalisa data pokok penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis persentase dengan rumus:
x 100%
Keterangan: : Persentase : Frekuensi : Banyaknya subjek seluruhnya
Setelah data tersebut diperoleh, kemudian diolah kembali dengan menggunakan analisa statistik Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: FO = frekuensi yang diperoleh Fh = frekuensi yang diharapkan (Hadi, 2004: 255) H.
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: Bab I, pendahuluan yang membahas tentang latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II, penulis menjabarkan kajian pustaka tentang pengertian kewibawaan, perbedaan antara kewibawaan orang tua dan kewibawaan guru atau pendidik-pendidik lainnya terhadap anak-anak didiknya, fungsi kewibawaan dalam pendidikan, faktor-faktor kewibawaan pada pendidikan, sumber kewibawaan, pengertian interaksi sosial, faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, interaksi sosial santri dengan pengasuh, interaksi sosial santri dengan ustadz, interaksi sosial sesama santri, dan interaksi sosial santri dengan lingkungannya.
Bab III, hasil penelitian yang membahas tentang gambaran umum pengaruh kewibawaan pengasuh terhadap interaksi sosial santri, serta penyajian data gambaran umumnya.
Bab IV, analisis data tentang pengaruh kewibawaan pengasuh terhadap interaksi sosial santri. Selanjutnya adalah pengujian hipotesis sekaligus pembahasan.
Bab V, penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KEWIBAWAAN PENGASUH 1. Pengertian Kewibawaan Kewibawaan berasal dari kata wibawa, sedangkan wibawa sendiri
berasal dari kata belanda dari arti kata
“gezag” asal kata “zeggen” yang
artinya “berkata”. Barang siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain berarti mempunyai “kewibawaan” atau gezag (Russen, 1982: 64).
Kewibawaan atau gezag adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dan penuh kesadaran untuk menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu. Jadi, wibawa adalah suatu gejala yang terdapat dalam hubungan antara manusia di mana semua pihak terlibat pada perbuatan-perbuatan bersama dan di mana pada suatu pihak tampak ada kelebihan-kelebihan yang menyebabkan pihak lain merasa segan terhadapnya dan harus menghormatinya untuk selanjutnya tunduk pada apa yang dikehendakinya.
Sedangkan di dalam bukunya, Tirtarahardja (2000: 54) menyatakan bahwa kewibawaan merupakan sesuatu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan.
Menurut Sikun, (1987: 131) menyatakan bahwa sorang guru tidak akan berwibawa, bila ia sendiri tidak melaksanakan perbuatan yang ia nasihatkan atau ajarkan kepada murid-murid.
Gezag atau kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang tua. Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) itu adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabut karena terikat dengan kewajiban. Hak dan kewajiban yang ada pada orang tua itu keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan (Purwanto, 1995: 49).
Wibawa dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menguasai orang lain. Wibawa bisa muncul dari dua hal yaitu kharisma dan perfoma. Kharisma adalah keistimewaan yang bersifat pribadi yang berbentuk daya pikat dan pesona yang dimiliki seseorang untuk membuat orang lain tertarik dan terpengaruh. Sedangkan perfoma yaitu kebiasaan yang lahir dari standar dan plan kerja yang dimiliki guru dan biasanya terwujud dalam bentuk sikap tegas, cerdas, sopan, konsisten, jujur, dan selalu memiliki solusi saat menghadapi masalah (Munir, 2010: 9-12).
Menurut M. J. Langeveld dalam bukunya Tirtarahardja (2000: 55) menyatakan bahwa ada tiga sendi kewibawaan yang harus dibina, yaitu: a.
Kepercayaan Pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga harus percaya bahwa peserta didik dapat dididik.
b.
Kasih sayang Kasih sayang mengandung dua makna yakni penyerahan diri kepada yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Dengan adanya sifat penyerahan diri maka pada pendidik timbul kesediaan untuk berkorban yang dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja.
Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta didik tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.
c.
Kemampuan Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan.
Mengambil manfaat dari pengalaman kerja dan lain-lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pentranformasian
(pengoperan) kewibawaan: 1)
Untuk dapat mengikuti kewibawaan maka peserta didik harus mengerti tentang kewibawaan. Hal ini dapat diperoleh dengan perantaraan pergaulan dengan pendidik. 2)
Pendidik harus menyadari bahwa ia hanyalah sekadar penghantar kewibawaan (gezag dragger) dan dirinya bukan kewibawaan itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan ialah menuruti kewibawaan yang dibawakan oleh pendidik dan bukannya menuruti pendidiknya. Oleh karena itu, pendidik secara berangsur- angsur harus melepaskan diri dari ikatannya dengan peserta didik.
Dikatakan mendidik ialah membimbing unuk melepaskan. Menurut Sikun, (1987: 131) menyatakan bahwa sorang guru tidak akan berwibawa, bila ia sendiri tidak melaksanakan perbuatan yang ia nasihatkan atau ajarkan kepada murid-murid.
2. Perbedaan antara Kewibawaan Orang Tua dan Kewibawaan Guru atau Pendidik-Pendidik Lainnya terhadap Anak-anak Didiknya a.
Orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama dan yang sudah semestinya. Merekalah pendidik asli, yang menerima tugas dari kodrat, dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, sudah semestinya mereka mempunyai kewibawaan terhadap anak-anaknya (Purwanto, 1995: 49). Adapun kewibawaan orang tua memiliki dua sifat, antara lain:
1) Kewibawaan pendidikan
Ini berarti bahwa kewibawaan itu orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak-anaknya agar mereka dapat hidup terus dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa. Perbawa pendidikan itu berakhir jika anak itu sudah menjadi dewasa. Adapun nasihat-nasihat yang diminta atau diterimanya dari orang tua meskipun orang yang meminta atau menerima nasihat itu sudah dewasa, itu baik juga dan banyak juga yang dituruti. Tetapi, hal itu hendaknya timbul dari hati yang tulus ikhlas, tidak karena suatu keharusan. 2)
Kewibawaan keluarga
Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga. Tiap-tiap keluarga merupakan “masyarakat kecil”, yang sudah tentu dalam masyarakat itu harus ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan. Tiap-tiap anggota keluarga harus patuh kepada peraturan- peraturan yang berlaku dalam keluarga itu. Dengan demikian, orang tua sebagai kepala keluarga dan dalam hubungan kekeluargaannya mempunyai perbawa terhadap anggota-anggota keluarga. Kewibawaan keluarga itu bertujuan untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga itu.
b.
Kewibawaan guru atau pendidik-pendidik lainnya. Guru atau pendidik- pendidik lain (yang bukan orang tua) menerima jabatannya sebagai pendidik bukan dari kodrat (dari Tuhan), melainkan dari pemerintah. Ia ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh negara atau masyarakat. Maka dari itu, kewibawaan yang ada padanya pun berlainan dengan kewibawaan orang tua.
Guru yang baik tidak hanya dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid, melainkan senantiasa membentuk pribadi anak (Gordon, 1984: 83).
Sedangkan dalam bukunya, Purwanto (1995: 50) menyatakan bahwa kewibawaan guru atau pendidik lainnya, yang karena jabatan memiliki dua sifat, antara lain: 1)
Kewibawaan pendidikan Sama halnya kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru atau pendidik karena jabatan atau berkenaan dengan jabatannya sebagai pendidik, telah diserahi sebagian dari tugas orang tua untuk mendidik anak-anak. Selain itu, guru atau pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah yang mengangkat mereka. Kewibawaan pendidikan yang ada pada guru terbatas oleh banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya, dan setiap tahun berganti murid. 2)
Kewibawaan memerintah Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru atau pendidik karena jabatan juga mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah diberi kekuasaan (gezag) oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas; di sanalah anak-anak telah diserahkan kepadanya. Bagi kepala sekolah kewibawaan ini lebih luas, meliputi pimpinan sekolahnya.
3. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Di dalam bukunya, Purwanto (1995: 51). menyatakan bahwa satu- satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan adalah pengaruh yang menuju ke kedewasaan si anak: untuk menolong si anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.