UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ASERTIF MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 1 Tretep) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ASERTIF
MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL
MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA
(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas
VIIB SMP Negeri 1 Tretep)
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :
Novita Dian Ratnasari
NIM: 101114068


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan skripsi ini untuk:
Tuhan YME

Keluarga tercinta
Prodi BK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SMP Negeri 1 Tretep, Temanggung

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Melalui Bimbingan
Pribadi-Sosial Menggunakan Metode Sosiodrama (Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling pada Kelas VIIB SMPN 1 Tretep, Temanggung
Tahun Ajaran 2013/2014)

Novita Dian Ratnasari
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
asertif dan melihat seberapa banyak peningkatan kemampuan komunikasi asertif
serta validitas peningkatan kemampuan komunikasi asertif siswa melalui layanan
bimbingan pribadi-sosial menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas VIIB
SMPN 1 Tretep, Temanggung tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang dilaksanakan selama 2
siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Subyek pada penelitian
ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Tretep, Temanggung Tahun Ajaran
2013/2014 dengan jumlah 20 siswa. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner
komunikasi asertif siswa yang didukung oleh hasil observasi selama kegiatan
bimbingan berlangsung, wawancara, dan dokumentasi. Nilai reliabilitas instrumen
0.820. Data dianalisis dengan menggunakan pengkategorisasian lima jenjang
ordinal. Uji beda dilakukan dengan menggunakan non parametrik test dengan
metode uji dua sampel berpasangan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan kemampuan komunikasi asertif siswa melalui kegiatan layanan
bimbingan pribadi-sosial menggunakan metode sosiodrama. Peningkatan
komunikasi asertif tampak dalam data berikut: (1) Pada tahap pra penelitian
terdapat 2 siswa (6%) yang kemampuan komunikasi asertifnya rendah, 11 siswa

(55%) komunikasi asertifnya sedang dan 7 siswa (35%) kemampuan komunikasi
asertifnya tinggi. (2) Kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 5 siswa
(25%)yang kemampuan komunikasi asertifnya sedang, 13 siswa (65%)
kemampuan komunikasi asertifnya tinggi dan 2 siswa (10%) memiliki
kemampuan komunikasi asertif sangat tinggi. (3) Pada perbaikan siklus 2 menjadi
13 siswa (65%) memiliki kemampuan komunikasi asertif tinggi dan 7 siswa
(35%) memiliki kemampuan komunikasi asertif sangat tinggi. Berdasarkan hasil
uji beda, didapat bahwa Ho ditolak sehingga kesimpulannya adalah ada
peningkatan kemampuan komunikasi asertif melalui layanan bimbingan pribadisosial dengan menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas VIIB SMP
Negeri 1 Tretep, Temanggung Tahun Ajaran 2013/2014.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ABSTRACT
The Enhancement of Assertive Communicative Skill of Students Through
Social-Private Guidance Using Socio-drama Method ( The Research Toward
The Action of Guidance And Counseling of Class VIIB Students at SMPN 1
Tretep, Temanggung, School Year 2013/2014)
Novita Dian Ratnasari
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2014
This research is aims at increasing assertive communication skill students
and seeing how much of an increase in assertive communication skills as well as
the validity of the increase in assertive communication skills through socialprivate guidance using sociodrama method counseling of class VIIB students at
SMPN 1 Tretep, Temanggung, school year 2013/2014. The type of this research is
the research toward the action of guidance and counseling (PTBK) conducted for
two cycles. Each cycle was conducted in one meeting. The subject of this reseach
is class VIIB students at SMPN 1 Tretep,Temanggung, school year 2013/2014.
The number of the students who became the subject was 20. The research result
data was achieved from students’ assertive communicative questionnaire which
was supported by the result of ibservation during the guidance, interview and
documentation. The instrument reliability value was 0,820. The data was analized

using ordinal five-level categorization. The test of differentiation was conducted
using non-parametric test with the method of testing Wilcoxon two passed –
samples. The result of the research showed that there is enhancement of assertive
communication skill of students through social-private guidance using sociodrama method. The enhancement of assertive communicative skill appeared in
the data follow: (1) At the stage of pre-research, there were two students (6%)
who had low assertive communicative skill, 11 students (55%) who had medium
assertive communicative skill and 7 students (35%) who had high assertive
communicative skill. (2) Then, at the first cycle, it became 5 students (25%) had
medium assertive communicative skill, 13 students (65%) had high assertive
communicative skill and 2 students (35%) had very high assertive communicative
skill.(3) At the second cycle, it became 13 students (65%%) had high assertive
communicative skill and 7 students (35%) had very high assertive communicative
skill. Based on the tesult of testing differentiation, it showed that Ho was rejected
so that the conclusion is there was enhancement of assertive communicative skill
of students through social-private guidance using sociodrama method of class
VIIB students at SMPN 1 Tretep, Temanggung, school year 2013/2014.

viii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala ramhat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar saarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
Penulis mendapat pengalaman banyak selama proses penyelesaian skripsi
ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan.
Semua pengalaman itu menjadi pelajaran yang amat sangat penting dalam
perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa semua pengalaman yang
dialami saat mengerjakan skripsi ini merupakan bagian dari perjalanan
pengembangan diri penulis dan tentunya atas kuasa Tuhan YME.
Skripsi ini diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian,

dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.si., selaku dosen pembimbing yang telah
mendampingi,

memotivasi,

dan

mengarahkan

dengan

penuh

kesabaran dan kerja keras dalam memberikan masukan-masukan
yang bermanfaat kepada penulis selama mengerjakan skripsi.


ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan
pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi
ini.
4. St. Priyatmoko atas

segala bantuan administrasinya selama

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Isa Briawan, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Tretep yang
telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Wasino, S.Pd selaku koordinator BK yang telah membantu
memberikan

masukan

kepada

penulis

sehingga

skripsi

ini

terselesaikan.
7. Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Tretep yang telah meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner dan menjadi subjek dalam penelitian ini.
8. Orang Tua yang tercinta yang selalu memberikan dukungan baik
lewat doa maupun secara materi.
9. Mbak Yani sekeluarga, bapak Rio, Kak Ina sekeluarga, kak Icak
sekeluarga, Kak Yo sekeluarga, Kak Rin sekeluarga, Kak Siska
sekeluarga, dan Kak Rian yang telah memberikan Do’a dan
dukungan kepada peneliti.
10. Sahabat terbaikku, kakak terbaikku, dan kekasih hatiku Yulius Petro
Genok yang telah memberikan dukungan dalam proses mengerjakan
skripsi ini.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ......................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .........

vi

ABSTRAK.......................................................................................

vii

...............................................................................

viii

ABSTRACT

KATA PENGANTAR .....................................................................

ix

DAFTAR ISI ...................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ...........................................................................

xvi

DAFTAR GRAFIK .........................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................

1

B. Rumusan Masalah................................................................

6

C. Tujuan Penelitian .................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...............................................................

7

E. Definisi Operasional ............................................................

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Asertif ........................................................................................

9

1. Pengertian Komunikasi Asertif ...........................................

9

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Komponen Komunikasi Asertif ...........................................

10

3. Unsur Komunikasi Asertif ...................................................

13

4. Manfaat Komunikasi Asertif ...............................................

15

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Asertif ....

16

B. Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Menggunakan Metode
Sosiodrama ................................................................................

18

1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ..................................

18

2. Pengertian Sosiodrama ........................................................

19

C. Masa Remaja .............................................................................

23

D. Hipotesis Tindakan ....................................................................

23

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..........................................................................

24

B. Subyek dan Obyek Penelitian ....................................................

25

C. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................

26

D. Setting Penelitian .......................................................................

26

1. Partisipan Dalam Penelitian.................................................

26

2. Topik Bimbingan .................................................................

27

3. Pengorganisasian Kelas .......................................................

28

E. Prosedur Penelitian ....................................................................

28

F. Tahapan Penelitian ...................................................................

31

1. Identifikasi Masalah ............................................................

31

2. Siklus I .................................................................................

32

3. Siklus II ...............................................................................

35

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

36

1. Angket .................................................................................

36

2. Observasi .............................................................................

36

3. Wawancara .........................................................................

37

4. Studi Dokumen ....................................................................

37

H. Instrumen Penelitian ..................................................................

37

1. Jenis Instrumen ....................................................................

38

2. Validitas dan Reabilitas Instrumen ......................................

41

I. Teknik Analisis Data ................................................................

47

1. Analisis Data skala Asertif ..................................................

47

2. Analisis Data Wawancara, Pengamatan, Studi Dokumen ...

49

J. Kriteria Keberhasilan .................................................................

50

1. Secara Kuantitatif ................................................................

50

2. Secara Kualitatif ..................................................................

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................

53

1. Pra Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ...........

53

2. Siklus I ..................................................................................

60

3. Siklus II ................................................................................

70

4. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ....................................

77

5. Hasil Uji Hipotesis ..............................................................

78

B. Pembahasan ...............................................................................

80

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................

84

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................

85

B. Saran ..........................................................................................

86

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

88

LAMPIRAN ....................................................................................

91

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Norma Blue Print Penyusunan Kuesioner Kemampuan
Komunikasi Asertif Sebelum Uji Coba............................

38

Tabel 2: Kriteria Panduan Pengamatan ...........................................

40

Tabel 3 : Kriteria Panduan Wawancara Terstruktur Siswa .............

41

Tabel 4: Kisi-Kisi Instrumen Asertif setelah Uji Coba ...................

44

Tabel 5: Daftar Indeks Korelasi Reabilitas......................................

46

Tabel 6: Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Komunikasi
Asertivitas Siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Tretep .........

48

Tabel7: Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Komunikasi
Asertivitas Siswa kelas VIIB SMP Negeri 1 Tretep .........

49

Tabel 8: Kriteria Keberhasilan ........................................................

51

Tabel 9: Prosentase Skala Kemampuan Komunikasi Asertif ..........

55

Tabel 10:Ketercapaian Kriteria Keberhasilan .................................

78

Tabel 11: Hasil Uji Non Parametrik Tes .........................................

78

Tabel 12: Peningkatan Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa....

85

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GRAFIK

Grafik1: Skor Item Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Kelas VIIB
Pra Tindakan ......................................................................

56

Grafik 2: Tingkat Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Kelas VIIB
Berdasarkan Kategorisasi pada Pra Tindakan ...................

57

Grafik3 : Skor Item Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Kelas VIIB
Berdasarkan Kategorisasi pada Pra Penelitian dan Siklus 1

65

Grafik 4: Skor Masing-Masing Item Kemampuan Komunikasi Asertif
Siswa Kelas VIIB Pada Pra Tindakan dan Siklus 1...........

66

Grafik 5: Tingkat Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Kelas VIIB
Berdasarkan Kategorisasi pada Pra Penelitian dengan Siklus 1 67
Grafik6: Tingkat Kemampuan Komunikasi Asertif Masing-Masing
Siswa Kelas VIIB pada Pra Penelitian dengan Siklus 1 ....

67

Grafik7: Skor Item Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Kelas VIIB
Berdasarkan Kategorisasi pada Siklus II ...........................

73

Grafik8: Skor Masing-Masing Item Kemampuan Komunikasi Asertif
Siswa Kelas VIIB pada Siklus II .......................................

xvii

74

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Grafik 9: Tingkat Kemampuan Komunikasi Asertif Siswa Kelas VIIB
Berdasarkan Kategorisasi pada Siklus II ...........................

74

Grafik10:Tingkat Kemampuan Komunikasi Asertif Masing-Masing Siswa
Kelas VIIB Berdasarkan Kategorisasi pada Siklus II ........

xviii

75

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus ..........................................................................

91

Lampiran 2: Satuan Layanan Bimbingan..........................................

94

Lampiran 3 : Kisi-Kisi Penelitian .....................................................

118

Lampiran 4: Instrumen Penelitian .....................................................

124

Lampiran 5: Rekapitulasi Data Penelitian ........................................

131

Lampiran 6: Tabulasi Data Penelitian ...............................................

135

Lampiran 7: Hasil Uji SPSS 15.........................................................

140

Lampiran 8: Presensi Siswa ..............................................................

145

Lampiran 9: Foto-Foto Penelitian .....................................................

149

Lampiran 10:Surat Izin Penelitian ...................................................

153

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk
sosial. Dalam kehidupan sosial, individu tidak lepas dalam pergaulan dengan
individu lainnya, karena sebagai makhluk sosial individu harus berinteraksi
dengan individu lainnya. Begitu pula masa remaja. Bagi seorang remaja
sudah mulai terjadi usaha pencarian jati diri dalam bentuk keinginan untuk
berada didalam kelompok dengan cara bergaul dengan orang lain
disekitarnya.
Remaja adalah saat

manusia berumur belasan tahun. Pada masa

remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula
disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anakanak menuju dewasa atau masa dimana seorang anak memiliki keinginan
untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam
menentukan apa yang ingin dilakukannya. Agar kebebasan yang mereka
miliki tidak terabaikan oleh pihak lain maka perlulah dikembangkan
keterampilan berperilaku asertif. Perilaku asertif itu sendiri didefinisikan
sebagai suatu pengungkapan ekspresi secara langsung dan jujur yang

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

memungkinkan kita untuk mempertahankan hak-hak pribadi kita tanpa
melakukan tindakan.
Komunikasi asertif sangat penting bagi remaja awal, apabila seorang
remaja awal tidak memiliki keterampilan untuk berperilaku asertif atau
bahkan tidak dapat berperilaku asertif, disadari ataupun tidak, remaja awal ini
akan kehilangan hak-hak pribadi sebagai individu dan cenderung tidak dapat
menjadi individu yang bebas dan akan selalu berada dibawah kekuasaan
orang lain. Selain itu, apabila seorang remaja tidak asertif maka remaja
tersebut akan merasa rendah diri dan tidak berani mengemukakan pikiran dan
perasaannya kepada orang lain karena merasa apa yang disampaikannya
selalu tidak dipedulikan orang lain.
Alasan seorang remaja awal tidak dapat berkomunikasi asertif adalah
karena mereka belum menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk
berperilaku asertif. Remaja awal dipilih, karena pada masa ini terdapat
keraguan akan identitas diri sebagai seorang remaja awal karena pada masa
ini individu telah merasa dewasa namun masih ada orang-orang
disekelilingnya yang menyebutnya “anak remaja”.
Komunikasi asertif berbeda dengan perilaku agresif, karena dalam
berperilaku asertif, kita dituntut untuk tetap menghargai orang lain dan tanpa
melakukan kekerasan secara fisik maupun verbal. Sedangkan Komunikasi
agresif cenderung untuk menyakiti orang lain apabila kehendaknya tidak
dituruti. Remaja awal belum dapat mengkomunikasikan perasaan yang dirasa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

kepada orang lain secara jujur, mereka menganggap mereka tidak memiliki
hak untuk melakukan hal tersebut.
Dampak lain dari kurangnya kemampuan komunikasi asertif pada
remaja adalah potensi untuk menjadi korban dari tindak kriminalitas terutama
kekerasan seksual. Menurut Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun
2006, sebanyak 3,07% perempuan dan 3,02% anak di Indonesia pernah
mengalami kekerasan. Adapun data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
tahun 2006 menyebutkan, terjadi 788 kasus kekerasan terhadap anak dan
setiap bulannya 15 remaja putri menjadi korban pemerkosaan. Pihak
kepolisian memperkirakan masih banyak lagi kasus pelecehan seksual yang
belum terungkap atau belum dilaporkan kepada pihak kepolisian. Menurut
Tjhin Wiguna (Kompas, 2014 ), perkosaan atau pelecehan seksual tidak
hanya menimbulkan trauma mendalam, tetapi juga berakibat pada gangguan
fisik dan kognitif pada korban. Ia berharap bahwa korban atau keluarganya
tidak menutupi kasus kekerasan seksual dengan alasan malu. Korban atau
keluarganya harus segera melapor supaya pelaku ditindak dan menimbulkan
efek jera.
Ditaksir masih banyak kasus yang belum terungkap dan dilaporkan
kepada pihak kepolisian untuk ditindak lanjuti. Salah satu faktor
penyebabnya

adalah

kurangnya

kemampuan

korban

(di

kalangan

remaja/anak) untuk menggunakan haknya. Dalam kasus ini asertifitas sangat
berperan penting, dengan adanya sikap saling terbuka maka kasus pelecehan
atau kasus-kasus lainnya dapat segera mendapat penanganan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

Peneliti tertarik meneliti kemampuan komunikasi asertif lebih jauh
karena peneliti melihat banyaknya remaja yang enggan berkomunikasi
asertif. Mereka merasa suara dan keinginan mereka akan terabaikan oleh
figur orang tua, guru, bahkan teman sebaya. Selain itu, alasan pentingnya
penelitian ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman peneliti ketika
melakukan kegiatan observasi dan wawancara guru BK di SMPN 1 Tretep,
peneliti melihat masih banyak siswa SMPN 1 Tretep yang merasa tidak bisa
menyelesaikan

masalahnya

dengan

teman

karena

tidak

berani

mengungkapkan perasaannya. Mereka memilih tetap diam walaupun
sebenarnya tidak nyaman menjalani hubungan yang tidak baik. Bahkan ada
siswa kelas VII yang hanya diam ketika dimarahi dan diganggu oleh teman
sekelasnya. Para siswa SMPN 1 Tretep perlu dibimbing agar memiliki
kemampuan komunikasi asertif. Pada penelitian ini difokuskan pada kelas
VII karena berdasarkan pengamatan peneliti ketika berada disekolah. Peneliti
melihat masih banyak siswa-siswi kelas VII yang kurang mampu untuk
berperilaku asertif. Bahkan kedua kasus yang peneliti sampaikan sebelumnya
merupakan siswa kelas VII.
Kegiatan belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP), tidak hanya
berfokus pada pelajaran bidang studi saja akan tetapi juga tentang pada
bidang bimbingan dan konseling yang berfungsi untuk membantu para siswa
memenuhi tugas perkembangannya. Di dalam proses bimbingan dan
konseling maka, guru pembimbing atau konselor harus memiliki metode
yang tepat untuk mengatasi siswa yang memiliki masalah apalagi siswa yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

mempunyai sikap agresif. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
harus menguasai teknik-teknik dan teori-teori bimbingan dan konseling
dengan baik dan benar .
Teknik atau metode bimbingan dan konseling adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara menangani berbagai kasus atau masalah sesuai
dengan teknik atau metode yang benar. Pengertian lain ialah sebagai teknik
bimbingan dan konseling yang dikuasai oleh guru pembimbing untuk
membantu atau melaksanakan bimbingan dan konseling kepada siswa yang
mangalami masalah, agar permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan
baik, sehingga siswa yang bermasalah dapat memahami dirinya dengan baik.
Dalam memberikan bimbingan terhadap siswa/ remaja para guru BK
mempunyai berbagai metode dalam memberikan layanan bimbingan pada
siswa salah satunya adalah dengan menggunakan teknik sosiodrama.
Sosiodrama merupakan salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok
yaitu role playing atau teknik bermain peran dengan cara mendramatisasikan
bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Sosiodrama merupakan
dramatisasai dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan
dengan orang lain, tingkat konflik- konflik yang dialami dalam pergaulan
sosial (Winkel,2004 :470).
Belum terlalu banyak bimbingan klasikal maupun bimbingan yang
menggunakan metode sosiodrama apalagi dalam meningkatkan kemampuan
asertif mereka. Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “peningkatkan kemampuan asertif melalui bimbingan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

pribadi-sosial dengan metode sosiodrama pada siswa kelas VIIB SMP N 1
Tretep, Temanggung tahun ajaran 2013/2014”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka perumusan masalah
penelitian ini sebagai berikut:
1.

Apakah kemampuan komunikasi asertif dapat ditingkatkan melalui
bimbingan pribadi sosial menggunakan metode sosiodrama pada siswa
kelas VIIB SMP N 1 Tretep, Temanggung Tahun Ajaran 2013/2014?”

2.

Seberapa besar peningkatan kemampuan komunikasi asertif pada setiap
siklus ?

3.

Apakah peningkatan kemampuan komunikasi asetif siswa dapat diuji
taraf signifikansinya?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. meningkatkan kemampuan komunikasi asertif melalui

bimbingan

pribadi-sosial menggunakan metode sosiodrama pada siswa kelas VIIB
SMP N 1 Tretep, Temanggung Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Mendiskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi asertif pada setiap
siklus.
3. Mendiskripsikan signifikansi peningkatan kemampuan komunikasi asetif
siswa.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini diharapkan dapat memberi
manfaat:
1.

Teoritis
Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang pendidikan
khususnya Bimbingan dan Konseling. Sehingga pendidikan, terutama
layanan bimbingan pribadi sosial akan semakin berkembang dengan
menggunakan metode sosiodrama dan memunculkan inspirasi dalam
penggunaan metode bimbingan yang lainnya.

2.

Praktis
a.

Bagi Siswa
Meningkatkan keasertifan siswa dalam kehidupan bermasyarakat.
Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti layanan
bimbingan sosial personal.

b.

Bagi Guru Pembimbing
Hasil Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi agar
dalam melakukan layanan bimbingan secara kreatif dengan
menggunakan beberapa metode seperti metode sosiodrama yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pemberian layanan.

c.

Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber referensi
serta memberikan inspirasi untuk penelitian selanjutnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

E. Definisi Operational
1.

Komunikasi Asertif : ekspresi yang langsung (verbal dan non-verbal),
jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan atau hak-hak
individu (siswa kelas VII SMPN 1 Tretep) tanpa kecemasan yang tidak
beralasan.

2.

Sosiodrama : suatu teknik dalam bimbingan yang juga dapat dikatakan
sebagai alat yang digunakan dalam memberikan layanan kepada siswa
(kelas VIIB SMPN 1 Tretep) berkaitan dengan pemecahan masalahmasalah yang berkaitan dengan fenomena sosial dengan cara mengajak
mereka memerankan peran-peran tertentu yang berkaitan dengan
hubungan antar manusia.

3.

Bimbingan : proses pemberian bantuan kepada Siswa (kelas VIIB SMPN
1 Tretep) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya Siswa
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri
dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keluarga serta
masyarakat.

4.

Masa Remaja : peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa atau
masa seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai
macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang
ingin dilakukannya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Bab ini berisi uraian tentang Komunikasi asertif, sosiodrama, remaja dan
bimbingan pribadi sosial
A. Komunikasi Asertif
1.

Pengertian Komunikasi Asertif
Adams & Lenz (1995 :28) menyatakan bahwa asertif berarti
mengerti apa yang dilakukan dan di inginkan, menjelaskannya pada orang
lain, bekerja dengan cara kita sendiri untuk memenuhi kebutuhan kita
sendiri sambil tetap menunjukkan rasa hormat kepada orang lain. Orang
asertif

merupakan

orang

yang

berani

berinisiatif

tanpa

merugikan/menyakiti orang lain. Alberti dan Emmons (2002: 41)
mengatakan bahwa perilaku yang asertif mempromosikan kesetaraan
dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak
menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa
kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengenkspresikan perasaan
dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa
menyangkal hak-hak orang lain. Orang yang memiliki kemampuan
komunikasi asertif merupakan pribadi yang dapat mengakui dan
membedakan adanya hak pribadi maupun hak orang lain.
Asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya
dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak kita tanpa kecemasan
yang berlebihan (Cawood D, 1997: 13). Sedangkan menurut Jay (2007:

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

95), asertivitas merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa
yang di inginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti
diri sendiri serta mendapatkan apa yang kita inginkan.
Asertif

merupakan

kemampuan

seseorang

untuk

dapat

menyampaikan atau merasa bebas untuk mengemukakan perasaan dan
pendapatnya,

serta

dapat

berkomunikasi

dengan

semua

orang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asertivitas adalah
kemampuan seseorang menyangkut ekspresi atau pengungkapan pikiran,
perasaan dan keinginan yang tepat, jujur, terbuka, mempunyai sikap yang
tegas, positif dan mampu bersikap netral serta dapat mengutarakan akan
sesuatu secara objektif tanpa menyinggung perasaan orang lain.
2.

Komponen Komunikasi Asertif
Alberti dan Emmons (2002) juga menyebutkan komponenkomponen komunikasi asertif. Komponen-komponen tersebut adalah:
a.

Kontak Mata (Eye Contact)
Saat berbicara individu yang asertif menunjukkan kontak mata
dengan menatap langsung dengan lawan bicaranya, sehingga akan
membantu dalam mengkomunikasikan ketulusan, menunjukkan
perhatian dan penghormatan kepada orang lain serta meningkatkan
kelangsungan pesan yang disampaikan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

b.

Sikap Tubuh (Body Posture)
Sikap tubuh yang ditunjukkan oleh individu yang asertif adalah sikap
tubuh yang aktif dan tegak. Sikap berdiri yang membungkuk dan
pasif, menandakan kurangnya keasertifan seseorang.

c.

Jarak atau Kontak Fisik (Distance atau Physical Contact)
Individu yang asertif mempunyai kemampuan dalam menjaga jarak
ketika berinteraksi dengan orang lain. Kedekatan di antara orangorang yang terlibat pembicaraan akan memiliki dampak yang cukup
besar dalam komunikasi. Akan tetapi apabila terlalu dekat mungkin
dapat menyinggung perasaan orang lain.

d.

Isyarat (Gesture)
Isyarat yang ditunjukkan oleh individu yang asertif dapat menambah
ketegasan,

keterbukaan,

kehangatan,

rasa

percaya

diri

dan

spontanitas dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh
anggukan kepala dapat mencerminkan bentuk persetujuan atau
penerimaan.
e.

Ekspresi Wajah (Facial Expression)
Dalam berbicara dengan orang lain, individu yang asertif mampu
mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan atau hal apa yang akan
disampaikan. Sebagai contoh, orang asertif akan tersenyum ketika
dia merasa bahagia/ senang.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

f.

Nada, Modulasi, Volume Suara
Saat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal, individu
yang asertif menggunakan intonasi suara yang tepat. Orang asertif
mampu menyesuaikan intonasi bicaranya sesuai dengan situasi dan
kondisi pada saat itu. Sebagai contoh, ketika berbicara ditempat yang
ramai ia akan berbicara dengan intones yang tinggi agar didengar
oleh lawan bicaranya.

g.

Penetapan Waktu (Timing)
Individu yang asertif mampu menyatakan sesuatu kepada orang lain
secara tepat sesuai dengan waktu dan tempat.

h.

Mendengarkan (Listening)
Individu yang asertif mempunyai kemampuan untuk mendengarkan
dengan seksama ketika lawan bicaranya sedang berbicara, sehingga
mampu menahan diri untuk tidak mengekspresikan diri sesaat.

i.

Isi (Content)
Individu yang asertif mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan
dengan memilih kalimat yang tepat dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Sebagai contoh, orang asertif akan menyatakan
permintaan maaf pada awal pembicaraan ketika ia tidak sependapat
dengan lawan bicaranya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

3.

Unsur Komunikasi Asertif
Alberti dan Emmons (2002) menyebutkan unsur komunikasi
asertif. Unsur-unsur tersebut adalah:
a.

Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia
Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia berarti
menempatkan kedua belah pihak secara setara, memulihkan
keseimbangan kekuatan dengan cara memberikan kekuatan pribadi
terhadap “si underdog” serta menjadikannya mungkin bagi setiap
orang untuk menang dan tak ada seorangpun yang merugi. Orang
asertif menjunjung tinggi persamaam derajat manusia dalam segala
bentuk interaksinya. Orang asertif menunjukkan dukungan, dan
mengusahakan setiap pihak diuntungkan dalam berbagai interaksi
sosial.

b.

Bertindak menurut kepentingan anda sendiri
Bertindak menurut kepentingan anda sendiri mengacu pada
kesanggupan untuk membuat keputusan anda sendiri tentang karier,
hubungan, gaya hidup, dan jadwal untuk berinisiatif mengawali
pembicaraan dan mengorganisir kegiatan, untuk mempercayai
penilaian anda sendiri, untuk menetapkan tujuan dan berusaha untuk
meraih itu semua, untuk meminta bantuan dari orang lain, untuk
berpartisipasi dalam pergaulan. Orang yang asertif mampu
mengambil keputusannya dan percaya pada apa yang dikemukakan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

c.

Membela diri sendiri
Membela diri anda sendiri mencakup perilaku seperti berkata tidak,
menentukan batas-batas bagi waktu dan energy, menaggapi kritik,
hinaan atau amarah, mengekspresikan atau membela sebuah
pendapat. Orang yang asertif mampu menanggapi hinaan dan amarah
orang lain terhadapnya dengan tenang tanpa menyakiti perasaan
orang lain.

d.

Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman
Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman berarti
kesanggupan

untuk

kurang

setuju,

menunjukkan

amarah,

memperlihatkan kasih sayang atau persahabatan, mengakui rasa takut
atau cemas, mengekspresikan persetujuan dan dukungan. Orang
asertif mampu bersikap spontan tentang apa yang ia rasakan dan
pikirkan tanpa adanya rasa cemas yang menyakitkan.
e.

Menerapkan hak-hak pribadi
Menerapkan hak-hak pribadi berhubungan dengan kesanggupan
sebagai warga negara, sebagai konsumen, sebagai anggota dari
sebuah organisasi atau sekolah atau kelompok kerja. Orang yang
asertif akan mampu mengekspresikan gagasan, kritik secara adil dan
mampu menanggapi pelanggaran terhadap dirinya maupun orang
lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

f.

Tidak mengabaikan hak-hak orang lain
Tidak

menyangkali

hak-hak

orang

lain

adalah

mampu

mengekspresikan hak-hak pribadi tanpa kritik yang tidak adil
terhadap orang lain, tanpa perilaku yang menyakitkan terhadap orang
lai, tanpa menjuluki, tanpa intimidasi, tanpa manipulasi serta tanpa
mengendalikan orang lain. Orang yang asertif mampu memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan diri apa
adanya.
4.

Manfaat Komunikasi Asertif
Manfaat berkomunikasi asertif antara lain:
a.

Asertivitas membuat orang semakin mengenal dirinya sendiri
dengan baik. Oleh karena itu orang yang berperilaku asertif akan
bertindak lebih kongkret pada apa yang dirasakan dan dengan
demikian orang yang asertif memiliki lebih banyak kesempatan
untuk

mengembangkan

diri

dengan

cara-cara

baru

dan

menggairahkan (Adams & Lenz 1995: 29-30)
b.

Orang yang asertif akan hidup dalam kekinian. Orang yang asertif
akan dapat memenuhi kebutuhannya sekarang (Adams & Lenz
1995: 30)

c.

Bertambahnya harga diri, sebab mampu mengungkapkan perasaan
dan ide-ide dengan jujur kepada orang lain (Adams & Lenz 1995:
30). Hal senada juga dikatakan oleh Jay (2005:96) bahwa orang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

yang asertif akan memperoleh penghargaan dari orang lain atas ideide yang dikemukakan.
d.

Membuat orang lain juga semakin terbuka untuk mengungkapkan
kebutuhan dan keinginannya. Orang yang asertif bersedia untuk
terbuka dengan orang lain sehingga membuka jalan bagi orang lain
juga untuk terbuka (Adams & Lenz 1995: 33). Hal ini juga
dikatakan oleh Jay (2005:96) bahwa orang lain akan mampu
mengekspresikan pandangan, harapan dan perasaan mereka
terhadap orang yang asertif.

e.

Dapat mencegah terjadinya keretakan hubungan. Orang yang asertif
akan mampu untuk mengugkapkan kebutuhannya dan mampu
memahami kebutuhan orang lain (Adams & Lenz 1995: 33). Hal ini
juga dikatakan oleh Jay (2005:96) bahwa Orang yang asertif juga
sangat menghargai orang lain yang membuat dirinya juga dihargai
oleh orang lain sehinga membuat hubungan menjadi semakin baik.

5.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Asertif
Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas adalah sebagai berikut :
a.

Pola asuh orang tua
Kualitas perilaku asertif individu sangat dipengaruhi oleh interaksi
individu tersebut dengan orang tua maupun anggota keluarga
lainnya. Hal tersebut akan menentukan pola respon individu dalam
merespon masalah. Anak yang di didik dengan polah asuh
demokratis akan mempuyai kepercayaan diri yang besar, dapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

mengkomunikasikan segala keinginannya secara wajar, dan tidak
memaksakan kehendak (Santosa, 1999). Hal ini dibenarkan juga
oleh hasil penelitian tentang asertivitas yang dilakukan oleh setiono
dan Pramadi (dalam Nafisah, 2010) yang memeliti tentang pelatihan
asertif dan peningkatan perilaku asertif pada siswa-siwi SMP.
Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa individu yang
mengalami peningkatan skor asertivitas yang pesat adalah individu
yang dididik dengan polah asuh yang demokratis.
b. Konsep Diri
Konsep diri dan perilaku asertif mempunyai hubungan yang sangat
erat. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat akan mampu
berperilaku asertif. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep
diri yang lemah, maka perilaku asertifnya juga rendah (Santosa,
1999). Hal ini juga dibenarkan oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ulfa (2013) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara konsep diri dengan asertivitas. Tingginya konsep diri akan
mempengaruhi asertivitas.
c. Penyesuaian Sosial
Individu yang asertif ditandai dengan adanya penyesuain sosial
yang dapat mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang
lain. Seseorang yang memiliki penyesuaian sosial yang baik mampu
untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat dan menghargai orang
lain sehingga mampu menjalin relasi yang baik (Gunarsa, 2007).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Hal ini juga dibenarkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ulfa
(2013) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penyesuaian sosial dengan asertivitas. Tingginnya penyesuain sosial
akan mempengaruhi asertivitas.
B. Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Menggunakan Metode Sosiodrama
1.

Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial
Menurut Winkel (1997: 118) bimbingan pribadi sosial
merupakan sarana untuk membantu individu dalam memecahkan
masalah-masalah pribadi sosialnya. Bimbingan pribadi-sosial membantu
siswa agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, sehat
jasmani dan rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya secara bertanggung jawab.
Bimbingan

pribadi-sosial

pribadi

diarahkan

untuk

memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu
dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan
yang dialami oleh individu. Adapun masalah yang terhimpun dalam
persoalan pribadi-sosial meliputi masalah hubungan interaksi dengan
orang lain (orang tua, saudara, teman, guru dan masyarakat di
lingkungan individu) Winkel (1997: 118).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Topik yang digunakan dalam layanan bimbingan untuk
meningkatkan kemampuan asertif siswa adalah aspek pribadi-sosial.
Topik tersebut berisikan mengenai cara mengkomunikasikan perasaan,
emosi, pendapat secara tepat tanpa menyinggung atau menghina orang
lain.
2.

Pengertian Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,
permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti
masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter,
dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta
mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya Depdiknas
2012 ( dalam Abdullah, 2013). Sociodrama is a learning method that
creates deep understanding of the social systems that shape us
individually and collectively (Brown, 2005). Artinya, sosiodrama adalah
metode belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai
sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
Sejalan

dengan

definisi

Brown

mengenai

sosiodrama,

Trefingger (dalam Waluyo: 2001) mendefinisikan “Sociodrama” is a
dramatic enactment of real life situations or conflicts that often go
unresolved”. Sosiodrama adalah diberlakukannya dramatis situasi
kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan. Sosiodrama a

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

group problem solving enactment that focuses on a problems involving
human relation dalam sosiodrama ini masalah hubungan antar manusia
merupakan yang ditonjolkan.
Menurut Winkel (2004) sosiodrama merupakan dramatisasi
dari berbagai persoalan yang sering dialami dalam pergaulan sosial.
Metode

sosiodrama

merupakan

metode

mengajar

dengan

cara

mempertunjukkan kepada siswa masalah hubungan sosial tersebut
didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru.
Dari penjelasan tentang sosiodrama di atas dapat disimpulkan
bahwa sosiodrama adalah kegiatan bermain peran yang didalamnya
mengulas mengenai masalah yang biasa terjadi dalam hubungan sosial.
Dalam kegiatan sosiodrama, beberapa siswa memerankan tokoh yang
terdapat dalam skenario dan yang lainnya mengamati dan menganalisis
interaksi antara pemeran.
Bimbingan memiliki peran dalam merencanakan, menstruktur,
memfasilitsi dan memonitor jalannya sosiodrama. Selain itu, peran
penting lainnya adalah membimbing untuk menindaklanjuti pembahasan
isi dari sosiodrama.
Pada masa sekarang ini istilah metode selalu dihubungkan
dengan masalah pendidikan yang bertujuan merubah tingkah laku siswa,
serta dapat memotivasi siswa supaya dapat berbuat dengan tujuan
pendidikan. Metode sosiodrama dalam aplikasinya melibatkan beberapa
siswa untuk memainkan peranannya terhadap suatu tokoh, dan didalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

memainkan

peranan

siswa

tidak

perlu

menghafal

naskah,

mempersiapkan diri, dan sebagainya. Pemain hanya berpegangan pada
judul dan garis besar skenarionya. Mereka dibawa ke dalam perristiwa
seperti yang perah terjadi dan mereka belajar untuk memahami dan
menghayati setiap kisah agar dapat mengaplikasikan kemudian.
Abdullah (2013: 108)

mengungkapkan keunggulan metode

sosiodrama adalah sebagai berikut:
a.

Menumbuhkan rasa empati dan memperkaya siswa dalam berbagai
pengalaman situasi sosialisasi yang bersifat problematik.

b.

Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua siswa mengenai
cara menghafal dan memecahkan sesuatu masalah.

c.

Dengan bermain peran siswa memperoleh kesempatan untuk
belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu
problema sosial.

d.

Memupuk keberanian siswa untuk tampil didepan umum tanpa
kehilangan keseimbangan pribadi.

e.

Merupakan suatu hiburan bagi siswa dengan melakukan/melihat
permainan peranan.
Sosiodrama

dalam

arti

luas

mempertunjukkan

atau

mempertontonkan keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami
orang, sifat dan tingkah laku orang. Metode sosiodrama berarti cara
menyajikan

bahan

pelajaran

dengan

mempertunjukkan

atau

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam
hubungan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas penulis berusaha memanfaatkan
layanan bimbingan pribadi sosial sebagai upaya meningkatkan
kemampuan asertif siswa. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan
tentang

kemampuan

asertif

akan

ditingkatkan

menggunakaan

bimbingan dan konseling layanan bimbingan pribadi sosial dengan
kegiatan sosiodrama. Melalui kegiatan sosiodrama siswa dapat
memahami karakter seseorang, cara berkomunikasi yang baik dengan
orang lain, serta mengungkapkan perasaan secara baik dan benar.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Deni A dan
Nurhenti (2011), metode sosiodrama digunakan dalam peningkatan
perilaku saling menghargai pada kelompok A2 TK Mentari Nusa PG
Nganjuk. Hasil dari penelitian tindakan tersebut mencapai ketuntasan
pada siklus 1 sebanyak 65,26%, pada siklus 2 mencapai 71,16% dan
siklus 3 mencapai 86,21%. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
metode sosiodrama dapat meningkatkan perilaku saling menghormati.
Deni dan Nurhenti (2011) menjelaskan bahwa penggunaan metode
sosiodrama dalam penelitian memerlukan persiapan yang cukup
matang terlebih ketepatan dalam memilih judul yang sesuai dengan
tema dan melibatkan anak dalam memerankan tokoh didalam drama
sehingga siswa tidak merasa bosan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

C. Masa Remaja
Menurut Hurlock (1991) masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Rentang usia ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia
12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18
tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum
Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah
mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya
(Hurlock, 1991). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk dibangku
sekolah menengah.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa latin adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Arti yang lebih luas dari adolescence mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991).
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis
tindakan penelitian ini dapat dirumu