DOCRPIJM_d49271aef4_BAB IVBAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.pdf
Analisis Sosial, Ekonomi, dan
Lingkungan Kota Balikpapan
4-1
4.1
ANALISIS SOSIAL KOTA BALIKPAPAN
4.1.1
Pengarusutamaan Gender di Kota Balikpapan
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah sebuah strategi nasional dituangkan dalam
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pengarusutamaan
Gender
(PUG). Instruksi Presiden ini telah menjadi landasan dalam pencapaian kesetaraan dan
keadilan gender. Sayangnya implementasi atas Instruksi Presiden tersebut belum
menunjukan perkembangan yang menggembirakan.
Pelaksanaan Strategi Pengarusutamaan Gender (PUG) di daerah merupakan bentuk
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008. Karenanya, setiap
daerah baik provinsi maupun kabupaten dan kota wajib menyusun kebijakan dan
program pembangunan berspektif gender.
Sesuai dengan Permendagri, maka seluruh pemerintah daerah berkewajiban menyusun
kebijakan dan kegiatan pembangunan berspektif gender yang dituangkan dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah, Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
Rencana Kerja SKPD.
Pengarusutamaan
Gender
(PUG)
merupakan
sinergi
yang
dibangun
untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
Nasional.
Gender merupakan konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akibat dan dapat berubah oleh keadaan sosial serta budaya
masyarakat. Focal Point PUG yakni aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan pengarusutamaan gender di unit kerjanya masing-masing.
Sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah
meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan
perlindungan anak dengan menurunnya kesenjangan serta pencapaian pembangunan
antara laki-laki dan perempuan.
Penurunan kesenjangan dan pencapaian pembangunan diukur dari gender development
indeks (GDI) dan gender empowerement measurement (GEM) serta menurunnya tindak
kekerasan terhadap perempuan. Untuk mendukung program tersebut diwujudkanlah
pemerintahan
dan
pembangunan
yang
diarahkan
pada
prespektif
gender
dengan memberikan kesempatan yang sama pada laki-laki dan perempuan dalam
pembangunan pemerintahan, termasuk memberikan perlindungan kepada perempuan
dan anak.
4-2
4.1.2
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan
Bidang Cipta Karya di Kota Balikpapan
Perlindungan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program
dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan
sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air
limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang
terdiri dari atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi,
cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri
rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah
permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti
diare, thypus, kolera dan lain-lain.
Terkait dengan perkembangan penduduk di Kota Balikpapan khususnya penduduk
pendatang (migran), maka hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan
permukiman dan perumahan. Secara umum pengembangan permukiman baik di
perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah mewujudkan kondisi perkotaan
dan perdesaan yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta
berkelanjutan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspekaspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan
kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi
desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.
Ketersediaan perumahan dan permukiman serta keterjangkauan dari sarana prasarana
perumahan dan permukiman tersebut dalam pelayanan kepada masyarakat merupakan
permasalahan yang banyak dijumpai pada berbagai wilayah. Keterbatasan pendanaan
pemerintah pada banyak kasus menjadikan pelayanan perumahan dan permukiman
dibebankan kepada masyarakat.
Dampak sosial yang harus menjadi pertimbangan dalam pengembangan permukiman dan
perumahan adalah, kesiapan dari masyarakat akan kebijakan pengembangan perumahan
dan permukiman seperti rusunawa. Kesiapan masyarakat dalam beradaptasi dengan
kebijakan penyediaan perumahan dan permukiman dirasa masih belum sepenuhnya
dapat berjalan.
Dalam bidang Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan
4-3
lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan
berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan
selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan
yang produktif dan berkelanjutan.
Kebijakan Sub Bidang Penataan Bangunan gedung dan lingkungan adalah mewujudkan
pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah
Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Bangunan-bangunan di wilayah Kota Balikpapan secara umum saat ini diarahkan kepada
penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan
jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan.
Tujuan dari penyusunan rencana pembangunan Sub Bidang Drainase adalah untuk
memberikan suatu manual yang dapat memberikan arahan khususnya bagi Dinas PU &
Kimpraswil Kabupaten/Kota, dan bagi pihak lain
yang berkepentingan dalam
pengelolaan/penataan system drainase. Sehingga pada akhirnya dapat diwujudkan suatu
sistem drainase yang terintegrasi dan dengan kualitas pelayanan yang memadai.
Sistem drainase tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan sektor
infrastruktur lainnya seperti pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata
bangunan serta jalan kota. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perencanaan sistem
drainase harus mendukung skenario pengembangan dan
pembangunan wilayah, serta terpadu rencana pengembangan prasarana lainnya.
2. Perencanaan sistem drainase harus mempertimbangkan pengembangan infrastruktur
air limbah, karena faktanya menunjukkan bahwa saluran air limbah kebanyakan
masih bercampur dengan sistem pembuangan air hujan.
3. Perencanaan sistem drainase harus dikoordinasikan dengan rencana pengembangan
perumahan, terutama dalam kaitannya dengan perencanaan sistem jaringan dan
kapasitas prasarana.
4. Perencanaan drainase yang menjadi satu kesatuan dengan jaringan jalan harus
disinkronkan dengan sistem jaringan drainase yang sudah direncanakan oleh istitusi
atau lembaga pengelola jaringan drainase.
Secara pasti dapat dikatakan bahwa penyelesaian masalah drainase (banjir) di suatu
kawasan selain memfokuskan pada penyelesaian masalah kawan internal, juga tidak
terlepas dari penyelesaian masalah kawasan eksternal, terutama menyangkut aspekaspek yang terkait secara langsung dengan permasalahan drainase di Kawasan studi.
4-4
Sub Bidang Air Minum Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya bersama Dinas PDAM Kota
Balikpapan mengembangkan program pembangunan penyediaan air bersih baik untuk
skala Kota Balikpapan, wilayah-wilayah Kelurahan terutama untuk Kelurahan yang
penduduknya miskin dan berada di kawasan yang sangat rawan air bersih. Program ini
dibarengi dengan penguatan sistem kelembagaan dan peningkatan kerjasama dengan
pihak swasta dalam berinvestasi guna mewujudkan MDG’s.
Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam kehidupan
umat manusia (makhluk hidup dimuka bumi). Sebagian besar air dimanfaatkan dalam
berbagai bidang kehidupan seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri,
pariwisata dan sebagainya. Fungsi-fungsi strategis tersebut telah menempatkan air
sebagai sarana yang vital dalam kehidupan manusia. Namun demikian, kondisi saat ini
menunjukkan bahwa kualitas air di alam sudah jauh menurun. Air sudah tercemar
sedemikian oleh berbagai macam kontamin seperti logam berat, garam, pestisida,
herbisida, bakteri, virus, dan bahan-bahan beracun. Sumber airpun sudah banyak yang
rusak sehingga jumlah cadangan air yang layakpun semakin berkurang. Salah satu
kontaminan yang banyak dijumpai adalah tingginya kadar besi di dalam air baku.
Sub Bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat
dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah. Dampak sosial yang menjadi
pertimbangan dalam pengembangan persampahan adalah masyarakat disekitar lokasi
pengembangan TPA Manggar umum sampah adalah masalah tanggung jawab bersama
yang harus dipikirkan dan perlu diselesaikan. Pertimbangan mendasar adalah sebagai
antisipasi pencemaran lingkungan akibat kurang kesadaran masyarakat akan lingkungan.
4.2
ANALISIS EKONOMI KOTA BALIKPAPAN
4.2.1
Kemiskinan di Kota Balikpapan
Wilayah-wilayah di Balikpapan yang termasuk kategori kurang mampu yaitu terdapat di
sekitar wilayah Klandasan,Kampung Baru, Pandansari, Sepinggan Lama,dan masih banyak lagi.
Tetapi masalah kemiskinan ini harus dapat ditanggulangi secara perlahan. Beberapa faktor
penyebab kemiskinan diantaranya adalah 1) Tidak adanya lapangan pekerjaan. 2) Rendahnya
pendidikan. 3) Percaya pada mitos bahwa banyak anak banyak rezeki. 4) Sikap malas yang
melekat di diri manusia sehingga tidak ingin adanya perubahan untuk maju. Tetapi permasalahan
itu dapat diatasi dengan cara 1) Pemerintah harus menyediakan lebih banyak lapangan
pekerjaan. 2) Masyarakat juga harus ikut andil dalam mensejahterakan bangsa ini. 3)
4-5
Bantuan pendidikan dan kursus gratis dari pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu agar
dapat melanjutkan sekolahnya tanpa harus bingung soal biaya.
4.2.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap
Ekonomi Lokal Masyarakat Kota Balikpapan
Pada dasarnya kegiatan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya pasti
mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak
negatif.
Adapun dampak positif dan negatif yang sering kita temui dalam pembangunan
infrastruktur bidang cipta karya adalah:
a. Dampak Positif
1.
Merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian
Manfaat langsung ini sudah langsung terasa ketika pertama kali infrastruktur bidang
cipta karya dibangun.
2.
Pertumbuhan PDRB (Produk Domestic Regional Bruto) daerah
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya akan memicu peningkatan jumlah
penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan
barang
dan
jasa.
Selanjutnya
akan
merangsang
meningkatnya
kegiatan
perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan,
jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Kota Balikpapan.
3.
Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Sesuai fakta yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk dengan dibangunnya
infrastruktur bidang cipta karya, maka akan diimbangi dengan penyediaan
infrastruktur lainnya khususnya di Kota Balikpapan dalam rangka memfasilitasi
kebutuhan penduduk.
b. Dampak Negatif
1.
Dampak majunya suatu daerah akan berpengaruh pada Budaya lokal.
4.3
ANALISIS LINGKUNGAN KOTA BALIKPAPAN
4.3.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU No. 32/2009) yang menggantikan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 23/1997) ada pengertian
tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan Kajian
4-6
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh,
dan
partisipatif
untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Sedangkan Amdal adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
KLHS melekat pada proses penyusunan dokumen perencanaan baik di pusat dan daerah,
yaitu pada RTRW dan rencana rincinya, RPJP, RPJM dan rencana rincinya, dan
kebijakan/rencana/program lainnya yang dinilai memiliki potensi dampak negative.
KLHS dan AMDAL merupakan instumen yang disyaratkan untuk menyusun RPPLH, dimana
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup,
serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. RPPLH
disusun oleh pemerintah di tingkat nasional, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota.
4.3.2
AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH
Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub
proyek, dirumuskan dalam bentuk:
1. Analisis mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan
– AMDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan – RKL dan Rencana
Pemantauan Lingkungan – RPL)
2. Upaya pengelolaan lingkungan-UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL ; atau
3. Standar Operasi Baku – SOP
4. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud
AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau
UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial,
kelembagaan dan keuangan sub proyek
Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk
dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan
dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak
tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan kontruksi sedemikian rupa,
harus dilengkapi dengan AMDAL
4-7
Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya tidak dapat dipergunakan
mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat
alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional
atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPI2JM juga tidak membiayai
pembelian, produksi atau penggunaan.
1. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau
2. Asbes.
Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes
3. Bahan/ material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan,
menyimpan atau mengangkut bahan/ material beracun, korosif atau eksplosif atau
bahan/ material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di
Indonesia
4. Pestisida, herbisida, dan insektisida.
RPI2JM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan
pestisida, herbisida atau insektisida
5. Pembangunan bendungan.
RPI2JM bidang infrastruktur PU/ Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau
rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja
bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun
6. Kekayaan budaya.
RPI2JM bidang infrastruktur PU/ Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat
merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya
maupun lokasi yang dianggap sakral atau nilai spiritual
7. Penebangan kayu.
RPI2JM bidang infrastruktur PU/ Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait
dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.
4.4
ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA
KOTA BALIKPAPAN
Dalam mengidentifikasi analisis sosial, ekonomi dan lingkungan, dapat dimasukkan
beberapa hal yang berhubungan dengan isu pembangunan berkelanjutan di Kota
Balikpapan.
4-8
Tabel 4.1 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta
Karya di Kota Balikpapan
NO
PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BIDANG CIPTA KARYA
PENJELASAN SINGKAT
(1)
(2)
(3)
5.1 Sosial
1.
Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
5.2 Ekonomi
1.
Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
2.
Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur
permukiman
5.3 Lingkungan
1.
Kecukupan air baku untuk air minum
2.
Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak
berfungsi maksimal
3.
Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan
4.
Dampak perubahan iklim terhadap kawasan permukiman
dan upaya mitigasi dan adaptasi yang telah dilakukan
Keterangan Pengisian :
(1) Nomor
(2), Pengelompokan isu pembangunan berkelanjutan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
(3), Penjelasan singkat terkait isu pembangunan berkelanjutan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
4-9
Lingkungan Kota Balikpapan
4-1
4.1
ANALISIS SOSIAL KOTA BALIKPAPAN
4.1.1
Pengarusutamaan Gender di Kota Balikpapan
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah sebuah strategi nasional dituangkan dalam
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pengarusutamaan
Gender
(PUG). Instruksi Presiden ini telah menjadi landasan dalam pencapaian kesetaraan dan
keadilan gender. Sayangnya implementasi atas Instruksi Presiden tersebut belum
menunjukan perkembangan yang menggembirakan.
Pelaksanaan Strategi Pengarusutamaan Gender (PUG) di daerah merupakan bentuk
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008. Karenanya, setiap
daerah baik provinsi maupun kabupaten dan kota wajib menyusun kebijakan dan
program pembangunan berspektif gender.
Sesuai dengan Permendagri, maka seluruh pemerintah daerah berkewajiban menyusun
kebijakan dan kegiatan pembangunan berspektif gender yang dituangkan dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah, Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
Rencana Kerja SKPD.
Pengarusutamaan
Gender
(PUG)
merupakan
sinergi
yang
dibangun
untuk
mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
Nasional.
Gender merupakan konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang terjadi akibat dan dapat berubah oleh keadaan sosial serta budaya
masyarakat. Focal Point PUG yakni aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan pengarusutamaan gender di unit kerjanya masing-masing.
Sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak adalah
meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan
perlindungan anak dengan menurunnya kesenjangan serta pencapaian pembangunan
antara laki-laki dan perempuan.
Penurunan kesenjangan dan pencapaian pembangunan diukur dari gender development
indeks (GDI) dan gender empowerement measurement (GEM) serta menurunnya tindak
kekerasan terhadap perempuan. Untuk mendukung program tersebut diwujudkanlah
pemerintahan
dan
pembangunan
yang
diarahkan
pada
prespektif
gender
dengan memberikan kesempatan yang sama pada laki-laki dan perempuan dalam
pembangunan pemerintahan, termasuk memberikan perlindungan kepada perempuan
dan anak.
4-2
4.1.2
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan
Bidang Cipta Karya di Kota Balikpapan
Perlindungan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program
dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan
sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air
limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang
terdiri dari atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi,
cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri
rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah
permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air
permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti
diare, thypus, kolera dan lain-lain.
Terkait dengan perkembangan penduduk di Kota Balikpapan khususnya penduduk
pendatang (migran), maka hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan
permukiman dan perumahan. Secara umum pengembangan permukiman baik di
perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah mewujudkan kondisi perkotaan
dan perdesaan yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta
berkelanjutan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspekaspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan
kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi
desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.
Ketersediaan perumahan dan permukiman serta keterjangkauan dari sarana prasarana
perumahan dan permukiman tersebut dalam pelayanan kepada masyarakat merupakan
permasalahan yang banyak dijumpai pada berbagai wilayah. Keterbatasan pendanaan
pemerintah pada banyak kasus menjadikan pelayanan perumahan dan permukiman
dibebankan kepada masyarakat.
Dampak sosial yang harus menjadi pertimbangan dalam pengembangan permukiman dan
perumahan adalah, kesiapan dari masyarakat akan kebijakan pengembangan perumahan
dan permukiman seperti rusunawa. Kesiapan masyarakat dalam beradaptasi dengan
kebijakan penyediaan perumahan dan permukiman dirasa masih belum sepenuhnya
dapat berjalan.
Dalam bidang Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan
4-3
lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan
berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan
selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan
yang produktif dan berkelanjutan.
Kebijakan Sub Bidang Penataan Bangunan gedung dan lingkungan adalah mewujudkan
pembangunan prasarana sarana dan prasarana berkualitas. Kebijakan terkait PBL adalah
Meningkatkan penataan kawasan konsisten sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Bangunan-bangunan di wilayah Kota Balikpapan secara umum saat ini diarahkan kepada
penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan
jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan.
Tujuan dari penyusunan rencana pembangunan Sub Bidang Drainase adalah untuk
memberikan suatu manual yang dapat memberikan arahan khususnya bagi Dinas PU &
Kimpraswil Kabupaten/Kota, dan bagi pihak lain
yang berkepentingan dalam
pengelolaan/penataan system drainase. Sehingga pada akhirnya dapat diwujudkan suatu
sistem drainase yang terintegrasi dan dengan kualitas pelayanan yang memadai.
Sistem drainase tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan sektor
infrastruktur lainnya seperti pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata
bangunan serta jalan kota. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perencanaan sistem
drainase harus mendukung skenario pengembangan dan
pembangunan wilayah, serta terpadu rencana pengembangan prasarana lainnya.
2. Perencanaan sistem drainase harus mempertimbangkan pengembangan infrastruktur
air limbah, karena faktanya menunjukkan bahwa saluran air limbah kebanyakan
masih bercampur dengan sistem pembuangan air hujan.
3. Perencanaan sistem drainase harus dikoordinasikan dengan rencana pengembangan
perumahan, terutama dalam kaitannya dengan perencanaan sistem jaringan dan
kapasitas prasarana.
4. Perencanaan drainase yang menjadi satu kesatuan dengan jaringan jalan harus
disinkronkan dengan sistem jaringan drainase yang sudah direncanakan oleh istitusi
atau lembaga pengelola jaringan drainase.
Secara pasti dapat dikatakan bahwa penyelesaian masalah drainase (banjir) di suatu
kawasan selain memfokuskan pada penyelesaian masalah kawan internal, juga tidak
terlepas dari penyelesaian masalah kawasan eksternal, terutama menyangkut aspekaspek yang terkait secara langsung dengan permasalahan drainase di Kawasan studi.
4-4
Sub Bidang Air Minum Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya bersama Dinas PDAM Kota
Balikpapan mengembangkan program pembangunan penyediaan air bersih baik untuk
skala Kota Balikpapan, wilayah-wilayah Kelurahan terutama untuk Kelurahan yang
penduduknya miskin dan berada di kawasan yang sangat rawan air bersih. Program ini
dibarengi dengan penguatan sistem kelembagaan dan peningkatan kerjasama dengan
pihak swasta dalam berinvestasi guna mewujudkan MDG’s.
Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam kehidupan
umat manusia (makhluk hidup dimuka bumi). Sebagian besar air dimanfaatkan dalam
berbagai bidang kehidupan seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri,
pariwisata dan sebagainya. Fungsi-fungsi strategis tersebut telah menempatkan air
sebagai sarana yang vital dalam kehidupan manusia. Namun demikian, kondisi saat ini
menunjukkan bahwa kualitas air di alam sudah jauh menurun. Air sudah tercemar
sedemikian oleh berbagai macam kontamin seperti logam berat, garam, pestisida,
herbisida, bakteri, virus, dan bahan-bahan beracun. Sumber airpun sudah banyak yang
rusak sehingga jumlah cadangan air yang layakpun semakin berkurang. Salah satu
kontaminan yang banyak dijumpai adalah tingginya kadar besi di dalam air baku.
Sub Bidang Persampahan pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat
dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah. Dampak sosial yang menjadi
pertimbangan dalam pengembangan persampahan adalah masyarakat disekitar lokasi
pengembangan TPA Manggar umum sampah adalah masalah tanggung jawab bersama
yang harus dipikirkan dan perlu diselesaikan. Pertimbangan mendasar adalah sebagai
antisipasi pencemaran lingkungan akibat kurang kesadaran masyarakat akan lingkungan.
4.2
ANALISIS EKONOMI KOTA BALIKPAPAN
4.2.1
Kemiskinan di Kota Balikpapan
Wilayah-wilayah di Balikpapan yang termasuk kategori kurang mampu yaitu terdapat di
sekitar wilayah Klandasan,Kampung Baru, Pandansari, Sepinggan Lama,dan masih banyak lagi.
Tetapi masalah kemiskinan ini harus dapat ditanggulangi secara perlahan. Beberapa faktor
penyebab kemiskinan diantaranya adalah 1) Tidak adanya lapangan pekerjaan. 2) Rendahnya
pendidikan. 3) Percaya pada mitos bahwa banyak anak banyak rezeki. 4) Sikap malas yang
melekat di diri manusia sehingga tidak ingin adanya perubahan untuk maju. Tetapi permasalahan
itu dapat diatasi dengan cara 1) Pemerintah harus menyediakan lebih banyak lapangan
pekerjaan. 2) Masyarakat juga harus ikut andil dalam mensejahterakan bangsa ini. 3)
4-5
Bantuan pendidikan dan kursus gratis dari pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu agar
dapat melanjutkan sekolahnya tanpa harus bingung soal biaya.
4.2.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap
Ekonomi Lokal Masyarakat Kota Balikpapan
Pada dasarnya kegiatan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya pasti
mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak
negatif.
Adapun dampak positif dan negatif yang sering kita temui dalam pembangunan
infrastruktur bidang cipta karya adalah:
a. Dampak Positif
1.
Merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian
Manfaat langsung ini sudah langsung terasa ketika pertama kali infrastruktur bidang
cipta karya dibangun.
2.
Pertumbuhan PDRB (Produk Domestic Regional Bruto) daerah
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya akan memicu peningkatan jumlah
penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan
barang
dan
jasa.
Selanjutnya
akan
merangsang
meningkatnya
kegiatan
perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan,
jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Kota Balikpapan.
3.
Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Sesuai fakta yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk dengan dibangunnya
infrastruktur bidang cipta karya, maka akan diimbangi dengan penyediaan
infrastruktur lainnya khususnya di Kota Balikpapan dalam rangka memfasilitasi
kebutuhan penduduk.
b. Dampak Negatif
1.
Dampak majunya suatu daerah akan berpengaruh pada Budaya lokal.
4.3
ANALISIS LINGKUNGAN KOTA BALIKPAPAN
4.3.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU No. 32/2009) yang menggantikan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 23/1997) ada pengertian
tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan Kajian
4-6
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh,
dan
partisipatif
untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Sedangkan Amdal adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
KLHS melekat pada proses penyusunan dokumen perencanaan baik di pusat dan daerah,
yaitu pada RTRW dan rencana rincinya, RPJP, RPJM dan rencana rincinya, dan
kebijakan/rencana/program lainnya yang dinilai memiliki potensi dampak negative.
KLHS dan AMDAL merupakan instumen yang disyaratkan untuk menyusun RPPLH, dimana
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup,
serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. RPPLH
disusun oleh pemerintah di tingkat nasional, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota.
4.3.2
AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH
Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub
proyek, dirumuskan dalam bentuk:
1. Analisis mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan
– AMDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan – RKL dan Rencana
Pemantauan Lingkungan – RPL)
2. Upaya pengelolaan lingkungan-UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL ; atau
3. Standar Operasi Baku – SOP
4. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud
AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau
UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial,
kelembagaan dan keuangan sub proyek
Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk
dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan
dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak
tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan kontruksi sedemikian rupa,
harus dilengkapi dengan AMDAL
4-7
Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/ Cipta Karya tidak dapat dipergunakan
mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat
alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional
atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPI2JM juga tidak membiayai
pembelian, produksi atau penggunaan.
1. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau
2. Asbes.
Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes
3. Bahan/ material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan berbahaya).
Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan,
menyimpan atau mengangkut bahan/ material beracun, korosif atau eksplosif atau
bahan/ material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di
Indonesia
4. Pestisida, herbisida, dan insektisida.
RPI2JM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan
pestisida, herbisida atau insektisida
5. Pembangunan bendungan.
RPI2JM bidang infrastruktur PU/ Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau
rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja
bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun
6. Kekayaan budaya.
RPI2JM bidang infrastruktur PU/ Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat
merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya
maupun lokasi yang dianggap sakral atau nilai spiritual
7. Penebangan kayu.
RPI2JM bidang infrastruktur PU/ Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait
dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.
4.4
ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA
KOTA BALIKPAPAN
Dalam mengidentifikasi analisis sosial, ekonomi dan lingkungan, dapat dimasukkan
beberapa hal yang berhubungan dengan isu pembangunan berkelanjutan di Kota
Balikpapan.
4-8
Tabel 4.1 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta
Karya di Kota Balikpapan
NO
PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BIDANG CIPTA KARYA
PENJELASAN SINGKAT
(1)
(2)
(3)
5.1 Sosial
1.
Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
5.2 Ekonomi
1.
Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
2.
Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur
permukiman
5.3 Lingkungan
1.
Kecukupan air baku untuk air minum
2.
Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak
berfungsi maksimal
3.
Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan
4.
Dampak perubahan iklim terhadap kawasan permukiman
dan upaya mitigasi dan adaptasi yang telah dilakukan
Keterangan Pengisian :
(1) Nomor
(2), Pengelompokan isu pembangunan berkelanjutan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
(3), Penjelasan singkat terkait isu pembangunan berkelanjutan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
4-9