Hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja : studi pada siswa-siswi SMU BOPKRI I Yogyakarta - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI PRIBADI DAN

PERSAHABATAN PADA REMAJA

(Studi pada SISWA-SISWI SMU BOPKRI I YOGYAKARTA)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Program Studi Psikologi

  

Oleh

Rosalia Shella Rani Christanti

NIM: 069114054

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

Tetaplah lakukan apa saja bagianmu

Dan tetap setia di jalan-Nya,,

Karena Tuhan memiliki rencana yang indah

Pada waktunya nanti,,

  

Dan ingatlah segala sesuatu yang terjadi dalam

Hidupmu bukanlah suatu kebetulan.

  Anonim_

  

PERSEMBAHAN

  Untuk mereka yang selalu ada di dalam hatiku, Ibu dan ayahku tercinta, yang selalu sabar menghadapi polah tingkahku, yang selalu mendoakan aku agar menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain,

  Bude santi, yang sudah merawat aku dari kecil hingga dewasa sampai sekarang ini, Adik-adikku (tata dan Rafael) yang senantiasa mendukungku dan membantuku hingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini,

  Seseorang yang akan selalu dihatiku, Rinto, terimakasih atas semua kesabaran, dukungan, bantuan dan doanya untukku, Serta untuk komunitasku yang sangat kukasihi, Gen-b Dancer Crew atas dukungan dan pengertiannya selama ini.

  

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI PRIBADI DAN

PERSAHABATAN PADA REMAJA

Studi pada SISWA-SISWI SMU BOPKRI I YOGYAKARTA

  

Rosalia Shella Rani Christanti

ABSTRAK

  Jenis penelitian ini korelasional dan bertujuan untuk mengatahui hubungan antara

penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja. Penyesuaian diri pribadi perlu dimiliki

oleh remaja karena pada masa remaja individu diharapkan memiliki pemahaman akan dirinya.

Selain itu, penyesuaian diri pribadi juga diperlukan untuk mencapai hubungan yang matang dalam

persahabatan remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara penyesuaian diri pribadi dan tingkat persahabatan remaja. Subjek dalam penelitian ini

adalah 107 remaja berusia 15-18 tahun yang terdaftar sebagai siswa-siswi SMU BOPKRI I,

Yogyakarta. Alat pengumpul data adalah skala penyesuaian diri pribadi dan skala persahabatan.

Reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,937 untuk Skala Penyesuaian diri

Pribadi, sedangkan untuk Skala Persahabatan adalah 0,935. Data penelitian dianalisis dengan

teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data

yang ada normal dan mempunyai korelasi linear. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,332

dengan p = 0,000 atau p < 0,05, yang berarti hipotesis yang menyatakan ada korelasi positif antara

penyesuaian diri pribadi dan persahabatan diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja, terutama pada siswa-

siswi SMU BOPKRI I Yogyakarta.

  Kata kunci : penyesuaian diri pribadi, persahabatan

  

THE CORRELATION BETWEEN INDIVIDUAL SELF-ADAPTATIONS

AND FRIENDSHIP AMONG ADOLESCENT

Study of Students BOPKRI I Senior High School

  

Rosalia Shella Rani Christanti

ABSTRACT

  This research was a correlation study which aimed to find out the correlation between the

individual self-adaptation and friendship among adolescent is important to be possessed by the

adolescents, because in the adolescence time, the individual is hoped to possess their own

understanding about themselves. Besides, the individual self-adaptation is needed also to reach

the good quality of adolescents’ relationship. The hypothesis proposed in this research was, that

there is a positive correlation between individual self-adaptation anda friendship among

adolescent.The subject of the research were the second year students of BOPKRI I Senior High

School in Yogyakarta. There were 107 students and the age ranges are about 15-18 years old. The

instrument that has been used to measure the correlation was individual self-adaptation scale and

friendship scale. The reliability coefficient for individual self-adaptation scale was 0,937.

Reliability coefficient for friendship scale was 0,943. The data were analyzed using product

moment correlation from Pearson. The result of analysis was a normal curve with linear

correlation. The coefficient correlation was 0,332 with p = 0,000 or p < 0,05. The result mean that

the hypothesis which says that there is positive correlation between individual self-adaptation and

friendship was accepted. Based on the result of the research, a conclusion could be drawn that

there is a positive correlation between individual self-adaptation and friendship among

adolescent, especially for students BOPKRI I Senior High School.

  Keywords : Individual self-adaptations, friendship

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Yesus Kristus karena berkat kuasa dan kasih-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Proses pembuatan skripsi ini tentunya tidak lepas dari beberapa pribadi yang dengan tangan terbuka memberikan bantuannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:

  1. Ibu Christina Siwi Handayani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

  2. Ibu Titik Kristiyani, S. Psi., M. Psi. selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan waktunya, dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama proses penulisan skripsi ini.

  3. Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M. Si. selaku dosen penguji I atas kritik dan saran serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  4. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M. A. Selaku dosen penguji II atas kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

  5. Bapak wahyudi, selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menempuh studi.

  6. Ibu Tyas dan Bapak Edi selaku Guru Bimbingan Konseling SMU POBKRI I Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

  8. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, Mas Doni, yang telah memberikan kemudahan membantu kelancaran studi selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  9. Kedua orang tuaku, adikku tata dan enda untuk segala perhatiannya, dukungan, doa, fasilitas, kesabaran dan harapannya yang tak henti- hentinya diberikan kepada penulis.

  10. Untuk kekasihku Rinto yang senantiasa memberikan support, bantuan, perhatian, doa dan kesabarannya.

  11. Untuk Gen-B Dancer Crew yang selalu memberikan “Semangat!” kepada peneliti, perhatiannya dalam mengatur jadwal latihan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

  12. Buat sahabatku,sekar, yang selama proses penulisan skripsi ini banyak merenung bersama, sharing bersama, pergi ke perpustakaan bersama dan membantu peneliti dalam mengambil data.

  13. Buat sahabat terbaikku, winda, peni, ance, lisa, sinta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kebersamaan yang telah ada selama penulis menempuh studi tidak akan terlupakan.

  14. Buat kakak iren makasih buat bantuannya untuk mengedit-edit, dan mami makasih buat abstraknya.

  15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis untuk menyelesaikan studi S.I di Fakultas Universitas Sanata Dharma.

  Penulis Rosalia Shella Rani Christanti

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........... .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN................................................. .................... iii MOTTO................................................................................ ...................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN................................................. ................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....................................... .............. vi ABSTRAK...................................................................................... ............ vii ABSTRACT................................................................................ ................ viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH................ ix KATA PENGANTAR...................................................... .......................... x DAFTAR ISI................................................................ ............................... xiii DAFTAR TABEL........................................................... ............................ xvii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN........................................................ ...................

  1

  B. Rumusan Masalah .................................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian...................................................... ............................ 6 D. Manfaat Penelitian............................................ ....................................

  7 BAB II LANDASAN TEORI..................................... ................................ 8 A. Remaja....................................................................... ...........................

  8 1. Pengertian Remaja ...........................................................................

  8 2. Tugas Perkembangan Remaja......................... ................................

  9 B. Persahabatan.............................................................. ............................ 11 1. Pengertian Persahabatan ................................................................

  11

  2. Karakteristik Persahabatan ............................................................. 12

  3. Fungsi Persahabatan ....................................................................... 15 4. Aspek-aspek Persahabatan....................................... ......................

  17 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persahabatan ..........................

  18 C. Penyesuaian Diri Pribadi.......... .............................................................

  19 1. Pengertian Penyesuaian Diri Pribadi ..............................................

  19

  D. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Pribadi dan Persahabatan ... ........

  27 E. Hipotesis..................................................... ........................................... 32

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 33 A. Jenis Penelitian....................................... .............................................. 33 B. Identifikasi Variabel Penelitian...................... ....................................... 33 C. Definisi Operasional.............................. ............................................... 33 D. Subjek penelitian....................................... ............................................ 36 E. Metode Pengumpulan Data..................... .............................................. 36 F. Uji Kelayakan Alat ukur......................... .............................................. 39

  1. Validitas .......................................................................................... 40 2. Reliabilitas....................................... ................................................

  40 3. Seleksi Item............................................ .........................................

  41 G. Persiapan Uji Coba Alat Penelitian........ ...............................................

  42 H. Teknik Analisis Data........................ .....................................................

  47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.... ........................ 48

  2. Persiapan Penelitian........................... .............................................

  49 B. Pelaksanaan Penelitian............................................. ............................. 49 C. Deskripsi Subjek Penelitian........................... .......................................

  51 D. Hasil Penelitian................................................ ..................................... 53 1. Uji Asumsi................................................. .....................................

  53 a. Uji Normalitas.............................................. ..............................

  53 b. Uji Linearitas..................................... .........................................

  54 2. Uji Hipotesis................................ ...................................................

  54 E. Pembahasan........................................................................... ................

  55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................. .....................

  60 A. Kesimpulan................................ ...........................................................

  60 B. Saran.......................................................... ............................................

  60 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

  61 LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................... . .

  65

  DARTAR TABEL Tabel. 1. Blue Print Skala Penyesuaian Diri Pribadi ..................................

  37 Tabel. 2. Tabel Penyebaran Item Penyesuaian Diri Pribadi ........................

  37 Tabel. 3. Blue Print Skala Persahabatan.......... ...........................................

  38 Tabel. 4. Tabel Penyebaran Item Persahabatan................. .........................

  39 Tabel. 5. Skor Jawaban Pernyataan Favorabel dan Unfavorabel pada Skala Penyesuaian Diri Pribadi dan Persahabatan............ ....................................

  39 Tabel. 6. Item Penyesuaian Diri Pribadi yang Sahih dan Gugur.. ..............

  44 Tabel. 7. Item Penyesuaian Diri yang Digunakan dalam Penelitian.. ......... 45 Tabel. 8. Item Persahabatan yang Sahih dan Gugur.... ...............................

  46 Tabel. 9.Item Persahabatan yang Digunakan dalam Penelitian.. ................

  47 Tabel. 10. Deskripsi Data Subjek Penelitian......... ......................................

  51 Tabel. 11. Mean Teoritik, Mean Empiris, dan Standar Deviasi. .................

  51 Tabel. 12. Norma Kategori Skor.... .............................................................

  52 Tabel. 13. Kriteria Kategori Penyesuaian Diri Pribadi....... .......................

  53 Tabel. 14. Kriteria Kategori Persahabatan............ ......................................

  53

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A Skala Uji Coba Penelitian ................................. ..................... 65 Lampiran B Data Hasil Uji Coba.................................... ............................

  76 Lampiran C Hasil Uji Coba Reliabilitas dan Kesahihan Butir Item ...........

  87 Lampiran D Skala Penelitan .......................................................................

  97 Lampiran E Data Penelitian .................................. ..................................... 106 Lampiran F Uji Normalitas, Uji Linearitas dan Uji Hipotesis..... ............... 117

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, setiap orang perlu berinteraksi dengan orang lain,

  tak terkecuali remaja. Masa remaja disebut sebagai masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Seseorang yang sudah menginjak masa remaja sudah tidak dianggap sebagai anak-anak namun juga belum dewasa (Hurlock, 1990). Masa remaja ini juga ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, sosial, moral dan kepribadian. Perubahan sosial pada remaja terlihat dengan mulai tertariknya remaja pada aktivitas yang melibatkan orang-orang di luar keluarga, terutama teman sebaya (peer group). Hal ini senada dengan Rice & Dolgin (2002) yang mengatakan bahwa remaja lebih berorientasi pada teman sebaya daripada dengan orang tua. Hal tersebut ditegaskan oleh Ali & Asrori (2009), bahwa kebutuhan sosial pada masa remaja adalah berhubungan dan bergaul dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Kebutuhan sosial tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja.

  Tugas perkembangan merupakan petunjuk-petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu

  (Mappiare, 1982). Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1994), salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan baru dan hubungan yang lebih dapat dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk yaitu kelompok, klik, atau persahabatan individual. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi bahan pembahasan adalah bentuk relasi teman sebaya yaitu persahabatan.

  Persahabatan adalah suatu bentuk kedekatan hubungan yang meliputi kesenangan, penerimaan, kepercayaan, penghargaan, bantuan yang saling menguntungkan, saling mempercayai, pengertian, dan spontanitas (Santrock, 2002). Selain itu, Dariyo (2004) mendefinisikan persahabatan sebagai hubungan emosional antara dua individu atau lebih, baik sejenis maupun berbeda jenis kelamin yang didasarkan saling pengertian, menghargai, mempercayai antara satu dan yang lainnya. Hal yang membuat mereka mengadakan hubungan yang akrab adalah unsur komitmen, yaitu tekad untuk mempertahankan hubungan tersebut. Kebutuhan untuk berbagi menyebabkan remaja memilih seorang sahabat atau lebih dan hampir selalu yang berjenis kelamin sama. Remaja akan menghabiskan waktunya dengan mengobrol bersama dengan sahabat di telepon, selalu hadir dan bersama dengan sahabat di sekolah, di klub, dan di berbagai aktivitas lainnya.

  Biasanya hubungan persahabatan dapat terjalin diantara para remaja yang memiliki status sosio-ekonomi yang mirip, ras yang sama dan latar belakang keluarga yang sama; dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan tingkat sekolah yang sama; usia dan minat yang sama (Rice, 2002).

  Penelitian yang dilakukan oleh Ciairano, dkk. (2007;539) diperoleh hasil bahwa remaja dengan kualitas persahabatan yang tinggi dan stabil memiliki menunjukkan bahwa remaja dengan kualitas persahabatan yang tinggi melaporkan

  

well-being yang tinggi (Berndt dan Kefee 2005), kesepian yang rendah (Ladd &

  Coleman, 1996), dan kemampuan yang hebat mengatasi stress (Hartup & Steven, 1997).

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Gerald,dkk (2007), menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kualitas persahabatan yang lebih tinggi, lebih baik dan lebih berhasil dalam melakukan penyesuaian diri. Fungsi yang paling penting dari persahabatan yaitu memberikan dan menawarkan suatu keamanan dasar di luar keluarga. Persahabatan dapat menyediakan atau memberikan perlindungan terhadap berbagai macam masalah sosio-emosi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, maka persahabatan merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan diri remaja.

  Antara teman dan sahabat memiliki perbedaan, meskipun keduanya merupakan orang lain yang berhubungan dengan seorang individu. Sahabat lebih memiliki kedekatan atau kelekatan secara emosional (emotional attachment) dengan individu yang dipercayai. Hubungan yang terjadi pada sahabat lebih akrab, bukan hanya dari sisi luarnya saja namun keakraban tersebut merupakan cerminan dari sifat yang tulus dan dari hati yang paling dalam (Dariyo, 2004).

  Oleh karena itu, Gottman dan Parker (dalam Dariyo, 2004) menyebutkan ada 6 macam fungsi dari persahabatan yaitu sebagai teman, sebagai seseorang yang merangsang hal yang positif (positive stimulation), memberikan dukungan secara pembanding sosial (social comparison), memberikan suasana keakraban (intimacy/affection).

  Santrock (dalam Dariyo, 2004) menyimpulkan bahwa persahabatan bukan merupakan sesuatu yang statis tetapi merupakan proses yang dinamis. Sebagai proses maka secara prinsip, persahabatan dapat dibentuk dan dikembangkan oleh siapa saja. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan persahabatan ialah faktor kepribadian individu. Kepribadian diartikan sebagai karakteristik sifat yang menentukan perilaku seseorang dalam menjalin relasi dengan orang lain. Kepribadian yang memiliki sifat-sifat positif, seperti keaktifan dan inisiatif untuk bergaul, suka menolong, kebaikan hati, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta senang memberi dukungan sosial, cenderung mampu membantu dalam menumbuhkan persahabatan daripada sifat mudah curiga, memusuhi dan perilaku antisosial yang akan cenderung menjauhkan persahabatan. Karakteristik positif tersebut berkembang karena individu mampu menerima dirinya sendiri, mengenal serta memahami dirinya. Penerimaan terhadap diri seseorang merupakan hasil dari penyesuaian diri individu. Sedangkan individu yang berperilaku memusuhi, antisosial memiliki penyesuaian diri pribadi yang buruk.

  Kasus yang dialami oleh “H” (16 tahun) gadis remaja kelas 2 SMA, ia merasa tidak ada sahabat yang mau berteman dengannya. Padahal teman sekolahnya sudah berupaya mendekati “H”, namun “H” tidak berupaya untuk kurang ekspresif. Penampilannya di sekolah cenderung tidak modis. Apabila ia merasa kurang puas oleh perlakuan temannya di sekolah, sesampainya di rumah ia menunjukkan muka cemberut dan memaki temannya dengan kata-kata kasar di secarik kertas (Sawitri, 2008).

  Kasus yang serupa dialami oleh “K” (25 tahun) seorang mahasiswa di Surabaya. Hingga menjadi seorang mahasiswa, “K” tidak memiliki teman. Sifat “K” yang pemalu, pendiam, suka menyendiri, tidak suka bertemu dengan orang, susah bergaul menyebabkan teman-teman di sekolahnya engggan mendekatinya dan berteman dengannya. Bahkan, beberapa orang yang satu kampus dengan “K”, menganggap ia adalah orang yang aneh (Moedjiarto, 2009).

  Dari kedua kasus di atas, keberhasilan penyesuaian diri pribadi seseorang merupakan hal yang penting guna menjalin relasi dengan orang lain terutama dalam persahabatan. Seseorang yang memiliki rasa rendah diri dalam pergaulan, pasif dalam berinteraksi dengan orang lain, dan kurang percaya diri untuk bergaul dengan orang lain, cenderung menjauhkan seseorang untuk berinteraksi dan menjalin relasi dengan orang lain termasuk persahabatan.

  Mu’tadin (2002) menyebutkan bahwa penyesuaian diri sendiri ada dua jenis, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian diri pribadi merupakan penyesuaian yang berkaitan dengan dirinya sendiri, sedangkan penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh individu berkaitan dengan hubungannya dengan masyarakat. Dengan demikian, remaja efisien, memuaskan dan sehat. Akibatnya, individu dapat mengatasi konflik mental, frustasi, kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengembangkan perilaku simptomatik dan gangguan psikosomatik yang mengganggu tujuan-tujuan moral, sosial, agama dan pekerjaan, sehingga mampu manciptakan dan mengisi hubungan antarpribadi dan kebahagiaan timbal balik yang mengandung realisasi dan perkembangan kepribadian terus-menerus (Ali & Asrori, 2009).

  Meskipun beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara persahabatan dan penyesuaian diri, namun pada kenyataannya masih ada masalah yang dialami oleh remaja mengenai penyesuaian diri yang kurang bagus sehingga dikucilkan teman sebayanya dan menimbulkan perasaan kesepian serta keinginan untuk mati. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada hubungan antara penyesuaian diri pribadi remaja dengan persahabatan pada remaja.

B. Rumusan Masalah

  Masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan antara penyesuaian diri pribadi dan tingkat kualitas persahabatan pada remaja? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri

D. Manfaat penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan kontribusi wacana di bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial, khususnya yang berkaitan dengan penyesuaian diri pribadi dan persahabatan pada remaja.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini berguna bagi individu sebagai referensi dalam memahami dirinya terutama berkaitan dengan penyesuaian diri pribadi dan persahabatannya dengan orang lain.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja

  1. Pengertian Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa asli yaitu adolescence yang artinya

  ‘tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Hurlock (1990)

  

adolescence memiliki arti yang luas yaitu mencakup kematangan mental,

  emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget (dalam Ali & Asrori, 2009) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau setidaknya sejajar.

  Bigot dkk (dalam Mappiare, 1982) menyebutkan bahwa masa pubertas berada dalam usia lima belas sampai delapan belas tahun dan masa remaja berada dalam usia delapan belas tahun sampai dengan dua puluh satu tahun. Namun, terdapat petunjuk bahwa usia antara lima belas tahun sampai dengan dua puluh satu tahun disebut pula sebagai masa pubertas.

  Hurlock (1990) menyatakan bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan pola-pola perilaku yang nampak khas sepanjang masa remaja, maka masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa kematangan diri dan berintegrasi dengan masyarakat yang berlangsung kira-kira dari usia tiga belas tahun hingga dua puluh satu tahun.

  2. Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu. Apabila individu berhasil, akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, apabila individu gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat kematangan fisik, sedangkan yang lainnya tumbuh dan berkembang karena nilai- nilai dan aspirasi individu (Havighurt dalam Ali & Asrori, 2009).

  Tugas perkembangan pada masa remaja berfokus pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan, berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1990) adalah sebagai berikut : a. Mampu menerima keadaan fisiknya

  b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

  c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. f. Mengembangkan konsep dan keterampilam intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

  h. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan i. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

  Menurut Hurlock (1990), salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit yaitu berhubungan dengan perubahan sosial, dimana remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok teman sebaya, pengelompokan sosial yang baru dan nilai-nilai dalam seleksi persahabatan. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu, Havighurst (dalam Ali & Asrori, 2009) salah satu tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

  Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja fokus pada upaya kematangan diri individu dan menjalin relasi dengan orang lain. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan akan menimbulkan fase bahagia, sedangkan individu yang gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia.

B. Persahabatan

  1. Pengertian Persahabatan Persahabatan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal.

  Persahabatan merupakan suatu hubungan yang erat dan mendalam antara individu sebagai pribadi yang unik, dimana di dalamnya terdapat adanya berbagi rasa, memberi dukungan, saling mempercayai dan terbuka untuk berkomunikasi (Suardiman, 1984).

  Liliweri (1997) mengemukakan bahwa persahabatan adalah hubungan yang lebih dari sekedar teman biasa. Hal ini ditandai oleh adanya keakraban, kepercayaan, kejujuran, keseimbangan, dan kesejajaran kedudukan. Dalam persahabatan, pelaku-pelakunya terlibat dalam proses pertukaran informasi dan cerita-cerita yang bersifat pribadi.

  Persahabatan merupakan hubungan emosional antara dua individu atau lebih, baik sejenis maupun berbeda jenis kelamin yang didasarkan atas adanya rasa pengertian, menghargai dan mempercayai satu sama lain. Hal yang membuat mereka mengadakan hubungan yang akrab adalah unsur komitmen, yaitu tekad untuk mempertahankan hubungan tersebut (Dariyo, 2004).

  Inti persahabatan adalah keinginan untuk membagi pengalaman hidup dengan orang lain. Harus juga disebutkan bahwa persahabatan sama sekali tidak mengandung unsur seksual, maksudnya tidak terdapat perasaan saling mencintai seperti layaknya seorang kekasih (Inrig, 2000). Oleh karena itu, apabila mereka melakukan tukar informasi, sharing atau berbagi pengalaman, ataupun melakukan kerjasama (Dariyo, 2004).

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persahabatan merupakan bentuk hubungan interpersonal, dimana ada hubungan emosional yang ditandai oleh adanya kepercayaan, kejujuran, keakraban, dan komitmen. Persahabatan tidak mengandung unsur seksual melainkan mengadakan tukar informasi, sharing maupun bekerjasama.

  2. Karakteristik Persahabatan Antara sahabat dan teman memiliki perbedaan meskipun keduanya sama- sama merupakan hubungan satu individu dengan individu lain. Seorang sahabat lebih memiliki kedekatan emosional (emotional attachment) dengan individu yang dipercayai dibandingkan dengan seorang teman (Ali & Asrori, 2004). Hubungan interpersonal disebut sebagai persahabatan jika memiliki unsur-unsur :

  a. Kepercayaan Kepercayaan didefinisikan sebagai kemampuan menyimpan rahasia orang lain. Dalam persahabatan, harapan terhadap partner adalah mampu menyimpan dan tidak menceritakan kepada orang banyak mengenai apa yang telah didengarnya (Santrock, 2003).

  b. Kejujuran Kejujuran di antara sahabat meliputi adanya rasa untuk berbagi atau sharing keadaan dan apa yang terjadi diantara mereka tanpa kekhawatiran (Ahmadi, 1991).

  c. Keakraban Keakraban dalam persahabatan secara sempit diartikan sebagai pengungkapan diri atau membagi pemikiran-pemikiran pribadi. Pengetahuan yang mendalam dan pribadi tentang teman juga digunakan sebagai ukuran keakraban. Sahabat akan membagi masalah dengan mereka, memahami mereka dan mendengarkan mereka pada saat mereka berbicara tentang pemikiran dan perasaan mereka sendiri (Santrock, 2003).

  d. Komitmen Komitmen dalam persahabatan dapat diartikan sebagai suatu tekad untuk mempertahankan dan memelihara hubungan persahabatan tersebut (Dariyo, 2004).

  Menurut Ahmadi (1991), ada perbedaan yang penting secara kualitatif antara persahabatan dengan hubungan teman biasa, yaitu: a. Persahabatan dan hubungan teman biasa memerlukan sifat sukarela. Hanya saja, persahabatan sifatnya pasti sukarela sedangkan keinginan untuk berteman tidak selalu bersifat sukarela.

  b. Hubungan teman biasa tidak memiliki cita rasa keunikan dan individualitas yang merupakan ciri persahabatan. Kita berteman dengan tetangga kita namun tidak semuanya menjadi sahabat kita. tingkat keintiman, sedangkan hubungan teman biasa tidak melibatkan keintiman.

  d. Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Pertemanan merupakan pendahuluan atau titik awal persahabatan.

  Sahabat adalah orang yang mempunyai kedudukan tertentu dalam hubungan interpersonal. Seseorang akan menempatkan orang lain menjadi sahabat karena mengenal orang tersebut dengan baik. Sahabat percaya dan menaruh harapan kepada individu sebagai orang yang mempunyai perhatian terhadap dirinya (Parrot, 2001).

  Adapun karakteristik seorang sahabat menurut Wood (1997) adalah :

  a. Membela kita ketika sedang dalam keadaan sedih atau susah

  b. Membagikan berita gembira kepada kita

  c. Memberikan dukungan emosional

  d. Mempercayai satu sama lain

  e. Bersedia membantu saat dibutuhkan

  f. Berusaha membuat kita gembira ketika sedang bersama-sama Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sahabat adalah seorang yang lebih dari sekedar teman biasa, memiliki kedekatan emosional, ada kepercayaan satu sama lain, mau berbagi, mendukung kita dalam suka maupun duka, serta berbagi minat bersama. Namun, bagi orang-orang yang melibatkan dirinya dalam hubungan persahabatan, ada satu karakteristik yang selalu mereka punyai

  3. Fungsi Persahabatan Gottman dan Parker (dalam Santrock, 2002) menyebutkan 6 fungsi dari persahabatan, yaitu sebagai berikut : a. Kebersamaan

  Persahabatan memberikan individu teman akrab, seseorang yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan bersama-sama dalam aktivitas.

  b. Stimulasi kompetensi Pada dasarnya, persahabatan akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam situasi sosial. Hal ini berarti bahwa melalui persahabatan seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting dan memacu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik.

  c. Dukungan fisik Dengan kehadiran fisik seseorang ataupun beberapa sahabat, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah. Kehadiran secara fisik menunjukkan kerelaan untuk menyediakan waktu, tenaga ataupun pertolongan yang dapat membangkitkan semangat hidup.

  d. Dukungan ego Adakalanya seseorang merasa stres, down atau tidak bersemangat ketika menghadapi suatu permasalahan yang cukup berat. Oleh karena itu, lain (sahabat). Dengan demikian, seseorang memiliki kekuatan moral dan semangat hidup untukmengatasi masalah-masalahnya dengan baik.

  e. Perbandingan sosial Persahabatan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi kapasitas, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang. Dalam konteks interaksi sosial persahabatan, seseorang ingin diterima, dihargai, diakui dan dipercayai sebagai seorang yang kompeten. Akan tetapi dalam persahabatan tersebut, masing-masing individu tidak akan mencela kelemahan satu sama lain. Justru dengan demikian, individu akan membandingkan dirinya dengan orang lain.

  f. Intimasi / afeksi Tanda persahabatan yang sejati adalah adanya ketulusan, kehangatan dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak memiliki keinginan untuk mengkhianati sahabatnya karena mereka memiliki rasa percaya, menghargai, dan menghormati keberadaan sahabat. Baik ketika bersama-sama ataupun sendirian, mereka merasakan kedekatan, kepercayaan dan penerimaan dalam kelompok. Meskipun ada beberapa perbedaan-perbedaan pemikiran, sikap atau perilaku, justru menjadi dasar untuk merasa merasa membutuhkan dukungan emosional dan dukungan sosial supaya tetap terjalin keakraban, kehangatan dan keintiman.

  Selanjutnya, Argyle (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan prinsip membagi pengalaman agar dua pihak merasa sama-sama puas dan sukses; (2) menunjukkan dukungan emosional; (3) sukarela membantu jika diperlukan pihak lain; (4) berusaha membuat pihak lain merasa senang; dan (5) membantu sesama bila ia berhalangan untuk suatu urusan.

  4. Aspek-aspek Kualitas Persahabatan Menurut Davis (dalam Santrock, 2002), kualitas persahabatan pada remaja mengandung aspek-aspek sebagai berikut : a. Kenikmatan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan sahabat.

  b. Penerimaan, yaitu menerima sahabat seperti apa adanya tanpa mencoba mengubahnya.

  c. Kepercayaan, yaitu menganggap seorang sahabat akan bertindak untuk kepentingan kita yang paling baik.

  d. Mau menolong, yaitu menolong dan mendukung sahabat.

  e. Menceritakan rahasia, yaitu mau berbagi pengalaman dan hal-hal rahasia dengan sahabat.

  f. Mengerti, yaitu merasa bahwa seorang sahabat sangat memahami kita dan memahami apa yang kita suka.

  g. Spontanitas, yaitu merasa bebas untuk menjadi diri sendiri di depan seorang sahabat.

  5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persahabatan Perasaan bersahabat merupakan ciri khas dan sifat interaksi remaja dalam suatu kelompok pada masa remaja awal. Bagi remaja yang bersekolah, dalam memilih sahabat tidak harus ditentukan oleh tingkat kelas maupun teman sekelas. Beberapa unsur lain yang menjadi standar pemilihan adalah pola tingkah laku, minat atau kesenangan, ciri-ciri fisik dan kepribadian, dan nilai-nilai yang dianut (Mappiare, 1982). Dariyo (2004) menegaskan bahwa faktor yang sangat menentukan pembentukan persahabatan ialah faktor kepribadian individu.

  Kepribadian yang memiliki sifat-sifat positif seperti keaktifan dan inisiatif untuk bergaul, suka menolong, menghargai diri sendiri maupun orang lain, serta senang memberikan dukungan sosial cenderung mampu menumbuhkan persahabatan daripada sifat-sifat negatif seperti mudah curiga, memusuhi dan perilaku antisosial yang cenderung akan menjauhkan persahabatan. Sifat positif individu berkembang karena individu tersebut mampu menerima dirinya sendiri dengan baik.

  Penerimaan diri individu merupakan hasil penyesuaian diri pribadi yang baik. penyesuaian diri pribadi seseorang. Selain itu, Rice (2002) mengemukakan bahwa persahabatan dapat terjalin diantara remaja karena ada kesamaan status sosial ekonomi, ras dan latar belakang keluarga; dari lingkungan rumah, sekolah; usia dan minat serta nilai yang sama.

C. Penyesuaian Diri

  1. Pengertian Penyesuaian Diri Schneiders (Gunarsa, 1989) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri dan dapat diterima oleh lingkungannya. Lebih jauh Schneiders memberi pengertian bahwa penyesuaian diri itu selalu melibatkan proses mental dan respon tingkah laku. Penyesuaian diri merupakan usaha-usaha individu untuk mengatasi kebutuhan dari dalam diri, ketegangan, frustasi, dan konflik serta untuk menciptakan keharmonisan atas tuntutan-tuntutan dalam dunia sekitar.

  Menurut Vembriarto (1993), penyesuaian diri merupakan suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan-tuntutan tersebut digolongkan menjadi tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial, misalnya: kebutuhan makan, minum, penghargaan sosial dan persahabatan. Tuntutan eksternal adalah tuntutan yang berasal dari luar diri individu, baik bersifat fisik maupun sosial, misalnya: keadaan iklim, lingkungan alam, individu lain dan masyarakat.

  Menurut Kartono (2002), penyesuaian diri merupakan usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya, dapat mempertahankan eksistensinya, serta memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan

  Menurut Davidoff (Dalam Abied, 2009) penyesuaian diri itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.

  Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk menyelaraskan kebutuhan dalam diri sendiri maupun dengan tuntutan-tuntutan sosial di luar dirinya. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan hubungan yang lebih baik dan harmonis antara diri dan lingkungan yang dihadapinya.

  2. Karakteristik Penyesuaian Diri Sesuai dengan kekhasan perkembangan pada fase remaja, maka penyesuaian diri di kalangan remaja pun memiliki karakteristik yang khas.

  Karakteristik penyesuaian diri remaja antara lain: penyesuaian diri terhadap peran dan identitas, pendidikan, kehidupan seks, norma sosial, penggunaan waktu luang, penggunaan uang serta terhadap kecemasan, konflik dan frustasi (Ali & Asrori, 2004).

  Menurut Schneiders (dalam Rice, 2002), ada dua kemampuan yang dituntut dalam menyesuaikan diri, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh individu norma yang berlaku pada masyarakat setempat. Selain itu, penyesuaian diri berkaitan dengan sejauh mana individu yang bersangkutan memenuhi kriteria tertentu. Schneiders (1964) menyatakan bahwa individu dengan penyesuaian diri normal memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Tidak ditemukan emosi yang berlebihan

  Individu yang memiliki penyesuaian diri normal menunjukkan kontrol dan ketenangan emosi yang memungkinkannya dalam menghadapi permasalahan secara inteligen dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Hal ini bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, namun lebih menekankan pada kemampuan mengontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.

  b. Mekanisme pertahanan diri yang minimal.

  Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri menunjukkan pendekatan langsung terhadap permasalahan dan mengindikasikan respon yang normal daripada melakukan upaya penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang tidak disertai tindakan nyata untuk merubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai. c. Frustasi personal yang minimal Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri mempunyai frustasi personal yang minimal. Frustasi menimbulkan kesulitan untuk melakukan respon secara normal terhadap permasalahan atau situasi. Jika individu mengalami frustasi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan menjadi sulit baginya untuk mengorganisasikan kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku untuk menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

  d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri mempunyai

  Kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasikan pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk pemecahan masalah dalam kondisi sulit sekalipun. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.

  e. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri mampu untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu. Penyesuaian yang normal merupakan proses belajar yang berkesinambungan yang dapat dilihat dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. Di dalam proses belajar, individu dapat menggunakan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaian.

  f. Sikap realistis dan objektif Individu yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri memiliki sikap realistis dan objektif. Sikap tersebut bersumber dari belajar, pengalaman, pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah atau keterbatasan individu sebagaimana kenyataan yang sebenarnya.