Perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

  

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

PADA SISWA - SISWI KELAS VII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

  

Skrips i

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

NAMA :

NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.

011114039

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

PADA SISWA - SISWI KELAS VII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

NAMA :

NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.

011114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Doa Yabes (1 Tawarikh 4:9)

  

”K iranya Engkau memberkat i aku berlimpah-limpah dan memperluas

daerahku, dan kiranya t angan-M u menyertai aku dan melindungiku

daripada malapet aka sehingga kesakit an t idak menimpa aku”.

  Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  1. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, materi, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  2. Someone, atas segala pengorbanan, semangat dan motivasi, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah diberikan.

  3. Sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya sehingga

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.

  Nomor Mahasiswa : 011114039 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB

SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 April 2008 Yang menyatakan

  

ABSTRAK

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008

Ni Luh Putu Kemala Dewi N.

  

Bimbingan dan Konseling

2008

  Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa- siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran 2007/2008?. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 42 orang. Angket penelitian ini merupakan modifikiasi kuesioner penyesuaian diri yang disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006). Modifikasi kuesioner yang dilakukan peneliti yaitu penambahan empat item pertanyaan pada bagian aspek lingkungan sekolah secara umum. Angket ini terdiri atas lima aspek yaitu peraturan akademik, peraturan administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah secara umum.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa putra dengan penyesuaian diri baik berjumlah 11 orang (26,19%) dan penyesuaian diri kurang baik berjumlah 13 orang (30,95%). Sedangkan siswi putri penyesuaian diri baik berjumlah 13 orang (30,95%) dan penyesuaian diri kurang baik berjumlah 5 orang (11,90%). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah siswa dan siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 2 (X empiris = 2,8326, taraf signifikan 5 % dengan db = 1).

  ABSTRACT THE DISTINCTION OF THE SELF-ADJUSMENT ON SCHOOL’S REGULATION AMONG THE SEVENTH GRADE STUDENTS OF BOPKRI II JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2007/2008 Ni Luh Putu Kema la Dewi N. Guidance and Counseling 2008

  This research used descriptive research type that aimed to get the description of the distinction level of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The problem in this study was whether is a distinction level of self-adjusment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008?. The subjects of this research were 42 students of the seventh grade of BOPKRI

  II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The questio n of this study was the modification of self-adjustment questionnaire which was assembled by Agnes Dwi Eryani (2006). The modification of questionnaire which was undertaken by the researcher was the addition of four items of questi on the part of environmental aspect of school in general. This questionnaire consisted of five aspects academic regulation, administrative regulation, maintenance and student’s self- treatment regulation, school activity regulation and school environment regulation in general.

  The result of this research that the male students with the good self-adjustment were 11 persons (26,19 %) and the not-good-enough self-adjustment were 13 persons (30,95%). While the female students with the good self-adjustment were 13 persons (30,95%) and the not- good-enough self-adjustment were 5 persons (11,90%). The result of showed that there was no distinction of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008 (empirical of X² = 2,8326, significant level of 5 % with db = 1)

KATA PENGANTAR

  Penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kebaikan, bimbingan dan penyertaan-Nya selama penulisan skripsi ini. Didalam penyertaan dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan selaku sebagai dosen tamu.

  2. Drs. Puji Purnomo,M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Drs. J. Sumedi, sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan banyak masukkan- masukkan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bekal dan bantuan pada penulis dalam menjalani tugas studi.

  5. Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP Kanisius Sumber Muntilan yang telah membantu penulis untuk memberikan ijin mengadakan uji coba.

  6. Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, yang telah

  7. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan doa, semangat dan materi.

  8. Lek Nano dan Lek Nani yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan selama uji coba penelitian berlangsung.

  9. Someone, yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, kesabaran.

  10. Sahabat penulis Rani, Pri, Arny, Indira, Bety, Lia, Mas Bayu, Astri, Barnas, Bertus, Nur, dan semua teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis, terima kasih atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  11. Kepada berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan sumbangan saran kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tetapi penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia bimbingan di sekolah dan bagi para pembaca.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... v ABSTRAK....................................................................................................... vi ABSTRACT.................................................................................................... vii KATA PENGANTAR................................................................................... . viii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiii BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah....................................................................

  2 B. Perumusan Masalah............................................................................

  3 C. Tujuan Masalah..................................................................................

  3 D. Manfaat Penelitian..............................................................................

  3 E. Batasan Istilah.....................................................................................

  4 BAB II. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................

  5 A. Penyesuaian Diri.................................................................................

  5 1. Pengertian Penyesuaian Diri...................................................

  5 2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri.......................................................

  5 B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi proses Penyesauian Diri............

  10 C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik.................................................

  12 D. Penyesuaian Diri di Sekolah...............................................................

  13 E. Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan Perempuan.............................

  15 1. Penyesuaian Diri Pada Anak Laki- laki...................................

  15 2. Penyesuaian Diri Pada Anak Perempuan...............................

  16 F. Tata Tertib Sekolah............................................................................ .

  17

  3. Bidang-bidang Tata tertib......................................................

  18 4. Penyesuaian Diri terhadap Tata Tertib..................................

  20

  5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan Siswi Perempuan Terhadap Tata Tertib Sekolah..................

  22 G. Hipotesis............................................................................................

  24 BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................

  25 A. Jenis Penelitian..................................................................................

  25 B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................

  25 C. Alat Pengumpul Data........................................................................

  26 D. Alat Pengumpulan Data....................................................................

  28 E. Teknis Analisis Data.........................................................................

  29 1. Reliabilitas............................................................................

  29 2. Validitas................................................................................

  31 F. Uji Hipotesis.....................................................................................

  34 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................

  35 A. Hasil Penelitian..................................................................................

  36 1. Penyesuaian Diri Siswa Keseluruhan dan Jenis Kelamin.....

  35 2. Bidang Penyesauian Diri dan Jenis Kelamin........................

  35 3. Chi Kuadrat...........................................................................

  40 B. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................

  41 BAB V. PENUTUP......................................................................................

  44 A. Kesimpulan.......................................................................................

  44 B. Saran.................................................................................................

  44 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

  46 LAMPIRAN.................................................................................................

  48

  DAFTAR TABEL

  Halaman 1. Rincian aspek dan nomer- nomer item untuk uji coba penelitian..........

  26 2. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes..........

  31 3. Rincian aspek dan nomer- nomer item untuk penelitian.......................

  32 4. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin.........................

  36 5. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin per aspek........

  38

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman 1. Angket penyesuaian diri siswa SMP terhadap tata tertib sekolah............

  49 2. Hasil perhitungan reliabilitas dan validitas angket penyesuaian diri.......

  54 3. Hasil perhitungan chi-kuadrat secara keseluruhan...................................

  57 4. Data mentah uji coba angket penyesuaian diri siswa...............................

  58

  5. Data hasil pengolahan kedalam bentuk diskrit uji coba angket penyesuaian diri siswa...................................................

  60 6. Data mentah per aspek angket penyesuaian diri siswa...........................

  62 7. Tabel data uji coba validitas angket angket penyesuaian diri siswa.......

  64 8. Data mentah penelitian angket penyesuaian diri siswa...........................

  67 9. Data mentah penelitian per aspek angket penyesuaian diri siswa..........

  69

  10. Data hasil pengolahan penelitian kedalam bentuk diskrit Angket penyesuaian diri siswa.................................................................

  74 11. Surat ijin permohonan penelitian.............................................................

  76

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan antara masa kanak-kanak

  kemasa dewasa. Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira- kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Djiwandono, 2002: 93-94).

  Mahmud (1990: 42) mengatakan bahwa masa remaja, disebut juga masa adolesensi berlangsung kira-kira antara umur dua belas tahun sampai dengan delapan belas tahun, usia sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Remaja awal mengalami masa transisi dari setelah tamat sekolah dasar ke sekolah menengah pertama. Ketika siswa melakukan transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas (di sekolah dasar, mereka adalah murid- murid yang paling tua, paling besar, dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan atau kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16). Pada saat itu remaja harus menyesuaiakan diri lagi di sekolahnya yang baru, guru, teman sebaya.

  Disini peneliti ingin meneliti penyesuaian diri terhadap tata tertib di sekolah. Tata tertib memuat beberapa aturan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Seperti siswa harus meminta ijin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar apabila siswa hendak mau keluar dari kelas, siswa dilarang buang sampah sembarangan, siswa harus memakai kaos kaki putih dan sepatu hitam, dan lain- lain. Apabila siswa tidak dapat mematuhi tata tertib di sekolah maka siswa akan mendapatkan sanksi dari sekolah, mulai dari sangsi ringan hingga berat.

  Siswa yang dapat menyesuaikan diri di sekolah maka akan diterima oleh teman-temannya di lingkungan sekolah. Sedangkan siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri maka akan cenderung bersifat pasif terhadap perubahan yang terjadi sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya. Bagi siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan maka akan mengalami hambatan sehingga membutuhk an bimbingan dari konselor sekolah. Siswa ada yang penyesuian dirinya cepat dan lambat. Bagi siswa yang penyesuaian dirinya cepat maka tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan dalam hal belajar maupun perkembangan kepribadiannya. Sedangkan bagi siswa yang lambat penyesuian dirinya akan merasa canggung dan akan mengalami hambatan dalam perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya.

  Salah satu faktor penyebab siswa kurang dapat menyesuaikan diri dengan berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Sedangkan anak perempuan identik dengan lebih pasif, menghindari situasi berbahaya, gampang menyerah, feminism, dan lain- lain.

  Dari permasalahan tersebut sehingga peneliti ingin mengetahui penyesuain diri siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap tata tertib sekolah.

B. Perumusan Masalah

  Apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran 2007/2008? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 D.

   Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru pembimbing SMP dan pengelola studi Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan pelayanan bimbingan, khususnya mengenai penyesuaian diri di sekolah.

E. Batasan Istilah

  Ada istilah- istilah yang perlu dipertegas : 1) Penyesuaian diri siswa adalah kemampuan untuk dapat berperilaku dan bersikap yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku di sekolah pada lima aspek peraturan, yang berhubungan dengan pengalaman siswa dalam mengikuti kegiatan di sekolah, yaitu: a) Peraturan akademik adalah yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, seperti kegiatan belajar- mengajar, waktu belajar, dan pelaksanaan ujian; b) Peraturan administratif adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan mengenai sangsi-sangsi; c) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa adalah menyangkut pemeliharaan dan merawat tubuh dan kerapian dalam berpakian selama di lingkungan sekolah; d) Peraturan kegiatan sekolah adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, upacara bendera, peringatan hari raya besar nasional dan keagamaan; e) Peraturan lingkungan sekolah secara umum adalah yang berhubungan siswa dengan perangkat sekolah dan sesama siswa dalam menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah.

  2) Jenis kelamin adalah laki- laki dan perempuan. 3) Tata tertib atau peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari- hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Sebagai mahluk sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala

  permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

  Menurut ahli psikologi istilah adjustment adalah penyesuaian pada berbagai macam kondisi atau hubungan-hubungan inter-personal dalam lingkungan sosial masyarakat. Dalam penyesuaian sosial manusia melakukan reaksi terhadap tuntutan-tuntutan dan tekanan-tekanan lingkungan sosial yang mengenai dirinya. Tuntutan-tuntutan ini dapat dari luar dan dari dalam diri manusia, kepada siapa manusia atau individu harus beraksi. Penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan dan kondisi- kondisi luar, itulah tuntutan-tuntutan dari luar. Sedangkan tuntutan- tuntutan dari dalam misalnya menghadapi lapar, haus, dan lain- lain. Jika mereka tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dari dalam tersebut,maka ia merasa tidak enak dan tidak nyaman (Fudyartanta, 2002:296).

  Penyesuaian diri menurut Hurlock (1997) adalah perilaku yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan kelompok. Hal ini mencerminkan kemauan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap, dan nilainya sesuai secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima pandangan dan nilai- nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka dan mempelajari pola perilaku yang diterima kelompok.

  Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa kemampuan penyesuian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah meninjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan akan sangat menentukan. Pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya pada masa remaja sebagian berasal dari keinginan remaja untuk dapat diterima oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya.

  Penerimaan dari teman-teman sebaya atau kelompoknya membuat remaja merasa nyaman. Remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti geng atau kelompok besar. Nilai ini didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok.

  Remaja, segara mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain. Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yaitu sindroma penerimaan yang disenangi remaja dan dapat menambah gengsi dari kelompok besar yang diidentifikasinya. Demikian pula, tidak ada satu sifat atau pola perilaku pengelompokan sifat-sindroma aliensi- yang membuat orang lain tidak menyukai dan menolaknya (Hurlock, 1994:216).

  Setiap remaja ingin menjadi populer. Ada dua macam tipe anak-anak yang populer dimata teman-teman sebayanya: anak-anak yang diabaikan dan anak-anak yang ditolak (Santrock, 2002:347). Anak-anak yang diabaikan (neglected children) menerima sedikit perhatian dari teman- teman sebaya mereka, tetapi tidak berarti mereka tidak disukai oleh teman- teman sebaya mereka. Anak-anak yang ditolak (rejected children) adalah anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif dibandingkan anak-anak yang diabaikan. Anak-anak yang ditolak seringkali mengalami masalah penyesuian diri yang lebih serius dikemudian hari dalam hidupnya dibandingkan anak-anak yang diabaikan.

  Dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat penting bagi remaja karena disana akan menentukan apakah dia diterima oleh teman-teman sebayanya atau tidak. Remaja yang sulit menyesuaikan dirinya didalam kelompoknya atau teman sebayanya maka akan bersifat pasif terhadap perubahan yang terjadi sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya. Sedangkan bagi remaja yang cepat menyesuaikan diri tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadiannya.

2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri

  Ali (2005: 176) mengatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri baik jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antar individu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik. Sedangkan menurut Warga (1983:24) mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang penyesuaian diri baik adalah a.) Memperlakukan orang lain sebagai individu.

  b.) Bekerja dengan kemampuan penuh.

  c.) Produktif dalam masyarakat.

  d.) Mampu menikmati banyak hal.

  e.) Mampu memecahkan masalah internal dan eksternal.

  f.) Mengenal, menerima dan memahami orang lain.

  Selain itu Hurlock (1999) menyebutkan ciri-ciri orang yang berpenyesuaian baik adalah a.) Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab yang sesuai dengan usia.

  b.) Berpartisipasi dengan gembira dalam kegiatan yang sesuai untuk tiap c.) Bersedia menerima tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mereka yang hidup.

  d.) Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian.

  e.) Senang memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan.

  f.) Mengambil keputusan dengan senang, tanpa konflik dan tanpa banyak meminta nasehat.

  g.) Tetap pada pilihannya sampai diyakinkan bahwa pilihan itu salah.

  h.) Lebih banyak memperoleh kepuasan dari prestasi yang nyata ketimbang dari prestasi yang imajiner. i.) Dapat menggunakan pikiran sebagai ala t untuk merencanakan cetak biru tindakan, bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari suatu tindakan. j.) Belajar dari kegagalan dan tidak mencari-cari alasan untuk menjelaskan kegagalan. k.) Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau menerapkannya pada bidang yang tidak berkaitan. l.) Mengetahui bagaimana bekerja bila saatnya bekerja dan bermain bila saatnya bermain. m.) Dapat mengatakan “Tidak” dalam situasi yang membahayakan kepentingan sendiri. n.) Dapat mengatakan “Ya” dalam situasi yang pada akhirnya menguntungkan. p.) Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan takaran yang sesuai. q.) Dapat menahan sakit dan frustasi emosional bila perlu. r.) Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan. s.) Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting. t.) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung berakhir.

  Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa yang dapat menyesuaikan diri adalah siswa yang dapat menempatkan dirinya pada lingkungan sekitarnya seperti pergaulan dengan teman sebayanya, bagaimana siswa dapat berinteraksi dengan keadaan sekitarnya, dan lain- lain.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

  Scneiders (Ali, 2005:181) mengatakan bahwa setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja yaitu

  1. Kondisi fisik Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat.

  Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesauian diri. Sebaliknya kondisi fisik yang tidak sehat dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kurang

  2. Kepribadian Penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejenis lainnya. Oleh sebab itu, semakin kaku dan tidak adanya kemauan serta kemampuan untuk merespon lingkungan, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar.

  3. Proses belajar Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyelesaian diri individu karena pada umumya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi penyelesaian diri diperoleh dan menyerap kedalam diri individu melalui proses belajar.

  4. Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri.

  Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Di lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Unsur- unsur didalam keluarga seperti interaksi orangtua dengan anak, interaksi antaranggota keluarga, peran sosial didalam keluarga, dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya. Sedangkan di lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi yang memungkinkan berkembangnya atau

  Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai- nilai, sikap, dan moral siswa. Dan di lingkungan masyarakat juga dapat menjadi berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai- nilai, sikap, aturan- aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian diri.

  5. Agama serta budaya Agama berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama memberikan sumbangan nilai- nilai, keyakinan, praktek-praktek yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu.

C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik:

  Heuken (1992:49) mengatakan bahwa mengajak kita untuk menyadari beberapa petunjuk penyesuaian diri sebagai berikut:

  1. Seseorang memenuhi kebutuhan penyesuaian diri yang baik dengan mempelajari perbuatannya sendiri.

  2. Rintangan dalam mencapai kebutuhan penyesuaian diri adalah sesuatu hal yang wajar.

  3. Orang akan merasa gelisah dan tegang jika mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan penyesuain diri.

  4. Rintangan dalam penyesuaian diri yang muncul perlu dihadapi dengan tenang agar tidak timbul kesulitan lebih besar pada rintangan yang baru.

  5. Setiap cara memecahkan masalah penyesuaian diri entah benar dan entah tidak yang cenderung diulang akan menjadi suatu kebiasaan.

D. Penyesuaian Diri di Sekolah

  Setiap awal tahun ajaran baru, siswa baru dihadapkan pada MOS (Masa Orientasi Siswa). Dimana siswa diperkenalkan pada lingkungan baru sekolahnya. Siswa diberi kesempatan untuk beradaptasi pada lingkungan barunya meliputi kadaan lingkungan sekolah, tata tertib sekolah, dan pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah serta relasi dengan guru dan teman sebaya.

  Prayitno (2004) mengatakan bahwa penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah berarti meliputi siswa di lingkungan sekolah seperti sikap terhadap sekolah, tata tertib, fasilitas sekolah, interaksi dengan teman sebaya. Kegiatan akademik meliputi belajar perorangan, belajar kelompok. Pelaksanaan belajar di kelas meliputi terhadap guru, terhadap mata pelajaran dan persiapan ulangan.

  Penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yaitu mengenal seluk beluk gedung sekolah, menggunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua kegaitan belajar siswa serta memelihara keindahan, keamanan, dan ketenangan lingkungan sekolah sehingga siswa dapat belajar dengan baik. berlaku. Seperti mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran sekolah tepat pada waktunya, siswa harus memakai atribut sekolah sesuai dengan peraturan sekolah.

  Siswa menggunakan fasilitas sekolah seperti siswa menggunakan ruang laboratorium sekolah, menggunakan lapangan basket, menggunakan lapangan sepakbola, dan lain- lain untuk kegiatan siswa dan bagaimana siswa menjaga kebersihan fasilitas sekolah. Di sekolah, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya dan guru.

  Penyesuaian diri siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah yaitu siswa perlu menyesuaikan dan mengikuti kegaitan pendidikan di sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun kegaitan ekstrakulikuler. Kegiatan kurikuler mencakup penguasaan mata pelajaran yang menuntut pemahaman dan pengetahuan siswa. Kegiatan ekstrakulikuler mencakup keterampilan- keterampilan dan pelatihan diluar jam belajar formal seperti kegiatan pramuka olah raga, dan kesenian. Nasution (1983:79) mengatakan bahwa pada kegiatan akademik, meliputi bagaimana siswa mengikuti pelajaran di dalam kelas, mendengarkan guru saat mengajar, mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh tanggung jawabnya, berlaku jujur dalam ulangan, membaca ulang pelajaran di sekolah ketika telah usai pulang dari sekolah, siswa tidak diperbolehkan bercakap-cakap dalam kelas atau berjalan mondar- mandir karena mengganggu jalan pelajaran, dan lain- lain.

  Penyesuaian diri terhadap guru adalah siswa berusaha menerima serta memahami cara guru mengajar, cara guru memperlakukan siswa selama di dan memahami apa yang diberikan oleh guru. Penyesuaian diri dengan teman sebaya berarti siswa mampu bergaul dengan teman di sekolah dengan tidak memandang asal, suku, agama, budaya, tingkat sosial dan mampu mengembangkan sikap tenggang rasa, setia kawan, dan bisa memahami orang lain.

E. Karakteristik Siswa Laki-laki dan Perempuan 1. Karakteristik Anak Laki-laki

  Pada umumnya jenis kelamin laki- laki berbeda dengan jenis kelamin perempuan. Perbedaan ini dapat kita lihat dari fisik, harapan- harapan orangtua, serta kebiasaan-kebiasaan yang harus menunjukkan bahwa dia adalah seorang pria.

  Hurlock (1999:159) mengatakan bahwa pria mempunyai tubuh yang lebih besar, otot yang lebih kua t, dan kekuatan otot yang lebih besar.

  Sehingga pria mampu melakukan hal- hal yang menuntut tenaga yang lebih besar.

  Harapan- harapan orangtua kepada anak laki- laki adalah supaya anaknya kelak menjadi figur ayah yang mampu mengayomi seluruh keluarganya dan menjadi seorang manusia yang berkualitas (Winarti, 2005:24). Sedangkan Atkinson (1996:129) berpendapat bahwa dimasyarakat anak laki- laki selalu identik dengan berperan aktif, berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Dalam Winarti (2005:24) menyatakan lagi bahwa kebiasaan- cepat menyerah dalam mengerjakan sesuatu, dalam bekerja lebih menggunakan otak daripada perasaan, tegas dalam mengambil setiap keputusan serta menjadi pribadi yang mandiri. Ini berarti pria lebih mampu mengendalikan emosi dari wanita.

  Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak laki- laki dituntut untuk bersikap tegar, maskulin, bertanggung jawab, pemberani. Sehingga anak laki- laki akan cenderung dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan lingkungan daripada anak perempuan.

2. Karakteristik Anak Perempuan

  Peran anak perempuan terhadap anak laki- laki sangat berbeda didalam kehidupan sehari- hari. Perbedaan tersebut meliputi bidang penampilan, fisik, emosional, dan tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan.

  Hurlock (1999:158) menyatakan bahwa pakaian yang melambangkan keterbatasan seperti ketidak mampuan untuk berjalan jauh karena tumit yang tinggi atau melakukan pekerjaan yang mudah robek dianggap sesuai bagi wanita.

  Di masyarakat pada umumnya anak perempuan mempunyai tubuh yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga. Anak perempuan menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki- laki.

  Tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan seperti anak perempuan tidak boleh agresif, feminim, menghindari sesuatu yang dikemudian hari dan anak tersebut dituntut untuk cepat menyesuaikan diri dilingkungan sekolahnya. Maka anak tersebut akan mengalami hambatan.

  Karena peran anak perempuan yang menuntut mereka untuk lebih feminim, pasif, dan mempunyai kedudukan dibawah pria.

F. Tata Tertib Sekolah 1. Pengertian Tata Tertib Sekolah

  Setiap sekolah mempunyai tata tertib yang beda-beda satu dengan lainnya. Subroto (1984:65) mengatakan bahwa tata tertib atau peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari- hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarannya. Sangsi yang diberikan mulai dari sangsi ringan hingga berat. Sangsi tersebut diberikan apabila siswa telah melanggar tata tertib yang sudah berlaku di sekolahnya.

2. Tata Tertib Bagi Siswa

  Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1 Mei 1974, No.14/U/1974 (dalam Subroto, 1984:65), tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut : a.) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan Intra Sekolah: 1.) Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.

  2.) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai.

  3.) Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada saat jam

  5.) Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah. 6.) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.

  7.) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler seperti : kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan lain- lain.

  b.) Larangan- larangan yang harus diperhatikan : 1.) Meninggalkan sekolah/ jam pelajaran tanpa ijin kepala sekolah/ guru yang bersangkutan.

  2.) Merokok di sekolah. 3.) Berpakaian tidak senonoh/ bersolek yang berlebihan. 4.) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran.

  c.) Sangsi bagi murid dapat berupa: 1.) Peringatan lisan secara langsung.

  2.) Peringatan tertulis dengan tembusan pada orangtua. 3.) Diberhentikan sementara. 4.) Dikeluarkan dari sekolah 3.

   Bidang-bidang Tata Tertib

  Peraturan-peraturan yang terdapat pada lingkungan sekolah dibagi menjadi 2 bagian yaitu peraturan akademik dan peraturan non-akademik (Bernadus, 2001). Yaitu:

  a. Peraturan Akademik Adalah yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan b. Peraturan Non-Akademik Menurut Ali (2005: 170) mengatakan bahwa sekolah perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non- akademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lain- lain Dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1.) Peraturan administratif.

  Adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan mengenai sangsi-sangsi bagi siswa. 2.) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa.

  Adalah yang menyangkut tentang perihal pemeliharaan dan merawat tubuh dan perihal tentang kerapian dalam berpakaian selama di lingkungan sekolah seperti aturan tidak boleh berambut panjang dan memakai anting-anting untuk siswa putra, dan lain- lain. 3.) Peraturan kegiatan sekolah.

  Adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, upacara bendera, peringatan hari raya besar nasional/keagamaan. 4.) Peraturan lingkungan sekolah secara umum.

  Adalah yang berhuungan siswa dengan perangkat sekolah dan dengan sesame siswa dalam menjaga kebersihan dan kerapian

4. Penyesuaian Diri Terhadap Tata Tertib

  Ketika siswa kelas 1 baru memasuki sekolah menengah pertama. Siswa harus menyesuaikan diri terhadap sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri siswa salah satunya adalah penyesuaian diri terhadap tata tertib atau peraturan sekolah. Karena ketika siswa melakukan transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas (di sekolah dasar, mereka adalah murid- murid yang paling tua, paling besar, dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, menjadi murid-murid yang paling muda, paling kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16).

  Sekolah terikat dengan beberapa peranan dan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Tetapi biasanya peranan yang diharapkan guru, murid, dan staf administrasi sekolah tertulis dalam peraturan sekolah. Sedangkan dalam keluarga tidak ada peraturan yang tertulis, namun harapan orangtua terhadapnya adalah supaya anaknya sukses (Bahar, 1989).

  Prayitno (2004:16) mengatakan bahwa penyesuian diri terhadap tata tertib sekolah artinya siswa mampu memahami dan berusaha untuk mentaati peraturan-peraturan sekolah yang berlaku. Peraturan-peraturan tersebut seperti mengikuti jadwal pelajaran sekolah, aturan ijin masuk dan keluar selama pelajaran sekolah, membuat surat ijin tidak masuk sekolah, ketentuan seragam sekolah, dan pembayaran.. pertama memerlukan penyesuaian diri di sekolahnya yang baru. Diamna penyesuian tersebut meliputi penyesuaian diri terhadap tata tertib atau peraturan sekolah.

  Tata tertib atau peraturan sekolah dari sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya berbeda-beda. Apabila siswa tidak mematuhi tata tertib tersebut, maka siswa akan dikenai sangsi yang berlaku di sekolah tersebut. Untuk itu siswa harus menyesuaikan dirinya di sekolahnya yang baru.

5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki-laki dan Siswi Perempuan Terhadap Tata Tertib Sekolah

  Setiap sekolah memiliki tata tertib sekolah dimana semua siswa wajib mematuhinya. Tata tertib sekolah mengandung tugas dan kewajiban, larangan- larangan, dan sangsi bagi siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Siswa kelas satu membutuhkan penyesuaian diri di lingkungan sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri tersebut meliputi tata tertib, pergaulan dengan teman sebaya, lingkungan sekolah seperti gedung sekolah, ruangan kelas, dan guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut.

  Atkinson (1996:129) mengatakan bahwa dimasyarakat anak laki- laki selalu diidentikkan dengan peran aktif, berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Harapan- harapan orangtua terhadap anak laki- laki adalah supaya kelak anaknya menjadi figure ayah dan dapat mengayomi seluruh keluarganya. Hurlock peran seks. Belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah bagi laki- laki daripada bagi perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak, laki- laki telah disadarkan akan perilaku seksual yang patut dan didorong, didesak atau bahkan dipermalukan sebagai upaya penyesuaian diri dengan standart-standart yang diakui. Kedua, dari tahun ke tahun laki- laki mengetahui bahwa peran laki- laki memberi martabat yang lebih terhormat daripada peran perempuan. Sedangkan anak perempuan identik dengan lemah lembut, tidak boleh agresif, feminim, me miliki perasaan lebih sensitif daripada laki- laki, dan sebagainya.

  Dari beberapa pendapat diatas tersebut maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu ruang gerak dan lingkup siswa laki- laki lebih banyak daripada siswi perempuan. Siswa laki- laki identik dengan pemberani, maskulin, mandiri, dan sedangkan siswi perempuan identik dengan lemah lembut, feminim, tidak boleh agresif dan lain- lain. Oleh karenanya, siswi perempuan tidak banyak memiliki kesempatan untuk berkembang.

  Karakteristik tersebut dapat berpengaruhi pada penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa laki- laki dengan perempuan. Pada siswa laki- laki disebutkan di atas memiliki sifat pemberani, maskulin, dan lain- lain. Dari sifat tersebut dapat mendorong siswa laki- laki untuk lebih mudah bergaul dengan guru-guru maupun teman-teman sebayanya sehingga mereka menjadi lebih cepat menyesuaikan dirinya di lingkungan sekolah. Mereka tidak segan bertanya kepada guru-guru maupun teman- teman mereka apabila mereka ingin menanyakan sesuatu hal. Oleh karena

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat kepercayan diri siswa kelas VII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbngan klasikal.

1 1 99

Deskripsi penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

1 0 93

Deskripsi tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya pada usulan topik bimbingan klasikal.

0 0 97

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Gunung Kidul Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 136

Tingkat kesulitan penyesuaian diri para siswi terhadap tata tertib akademik di asrama puteri Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2004/2005 - USD Repository

0 0 75

Masalah-masalah yang secara intens dialami oleh siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria Banjarmasin tahun ajaran 2007/2008 dan suatu usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 154

Deskripsi tingkat konsep diri remaja kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 107

Tingkat disiplin diri siswi kelas II SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dalam tata tertib sekolah tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 57

Sikap-sikap guru pembimbing yang diharapkan para siswa kelas VII dan VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 113

Tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah - USD Repository

0 0 96