DOCRPIJM 1480468686bab7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  Upaya dilakukan untuk menuntaskan pemukiman kumuh adalah melalui pencapaian target melalui pengembangan air minum kepada masyarakat yang harus tercapai 100 persen, pengembangan cakupan layanan sanitasi pengolahan limbah 100 persen, pengelolaan sampah 100 persen, pembangunan sarana drainase 100 persen dan penataan kawasan kumuh 0 persen.

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi eksisting

  A)

ISU STRATEGIS

  Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kota Banjarmasin meliputi berbagai wilayah dan kawasan antara lain : 1)

  Mempertimbangkan keseimbangan perkembangan antar Sub Wilayah kota, maka pembangunan perumahan di Kota Banjarmasin ditetapkan dengan pola 1:3:6

  3) Kawasan dengan kepadatan tinggi merupakan kawasan yang harus dibatasi perkembangannya. Kawasan dengan kepadatan sedang dan rendah perlu dikendalikan secara hati-hati mengingat kondisi lahan kota yang berada dalam ekosisitem rawa dan dipengaruhi pasang surut sungai/laut.

  4) Dalam pemenuhan tingkat pelayanan infrastruktur dan adanya permasalahan yang disebabkan kondisi fisik kawasan, perlu pengendalian rencana program pada kawasan yang sedang dikembangkan yaitu :

   KASIBA/LISIBA: HKSN, Sei Andai  Koridor Utama Kota: Hasan Basri – S. Parman, Sutoyo S. – P. Samudra, A.Yani-Pramuka, Dan Lingkar Dalam Utara-Gatot Subroto

   Urban Renewal/Revitalisasi: Basirih-Teluk Tiram, Kelayan-Pekapuran, Kuin, Sei Jingah- Surgi Mufti

   Tepian sungai dan RTH: Rawasari  Urban Renewal/Revitalisasi: Pelambuan, Belitung, Veteran Kawasan tersebut teridentifikasi sebagai kawasan strategis yang sudah berjalan dikarenakan kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki pengaruh penting terhadap Provinsi khususnya dalam faktor permukiman yang menunjang bidang perekonomian masyarakat Kota Banjarmasin.

  5) Kawasan yang memiliki potensi sebagai kawasan strategis sehingga perlu didorong pertumbuhannya yaitu :

   Lambung Mangkurat Kawasan Lambung Mangkurat merupakan kawasan sentral Kota Banjarmasin yang merupakan kawasan perkantoran, sehingga perlu

  Berdasarkan RTH Kota Banjarmasin Kawasan ini merupakan wilayah yang direncanakan sebagai taman kota skala besar, mengingat lahan ini cukup besar dan berada pada wilayah Tengah Kota Banjarmasin.

  Tabel 3.1 Kawasan Strategis Kota Banjarmasin Tahun 2008 -2011

  No Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan

Strategis Strategis Tahun Strategis Tahun Strategis Tahun

Tahun 2008 2009 2010 2011

  1 Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Alalak/HKSN Alalak/HKSN Alalak/HKSN Alalak/HKSN

  2 Kawasan Sungai Kawasan Sungai Kawasan Sungai Bantaran Sungai Andai Andai Andai Martapura, Barito,

  3 Koridor Jalan Kawasan Hasan Kawasan Hasan Antasan Bondan Hasan Basri Basri - S.Parman Basri - S.Parman - dan Pangeran

  Pasar Lama

  4 Koridor Jalan A. Kawasan Lingkar Kawasan Lingkar Kawasan Yani Dalam Utara, Dalam Utara, Pengambangan

  • – Pramuka Pengambangan, A. Pengambangan,

  5 Koridor Jalan Kawasan Terminal

  Yani dan Pramuka

  A. Yani dan Gatot Subroto-

  B

  • – KM.6 Sultan Adam Pramuka

  6 Koridor Jalan Kawasan Bisnis Kawasan Bisnis Kawasan Bisnis

  7 Kawasan Basirih dan Teluk Tiram Kawasan Basirih, Mantuil dan Teluk Tiram

  Kawasan Rawasari dan Pelambuan

  Taman Tepian Sungai Martapura

  Taman Tepian Sungai Martapura

  14 Taman Tepian Sungai Martapura

  13 Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran

  Duta Mall dan sekitarnya

  Plaza, Sentra Antasari, kawasan

  Kawasan Antasari, Ujung Murung dan Pasar Baru kawasan Mitra

  Kawasan Antasari, Ujung Murung dan Pasar Baru

  Murung dan Pasar Baru

  12 Kawasan Antasari, Ujung

  Kawasan Rawasari dan Pelambuan Kawasan zafri zam-zam

  Pelambuan Kawasan Rawasari dan Pelambuan

  Kawasan Basirih, Mantuil dan Teluk Tiram

  11 Kawasan Rawasari dan

  Kawasan Sungai Jinggah

  Kawasan Sungai Jinggah dan Surgi Mufti

  Surgi Mufti Kawasan Sungai Jinggah dan Surgi Mufti

  10 Kawasan Sungai Jinggah dan

  Belitung

  Kawasan Kuin dan Belitung Kawasan Kuin dan

  9 Kawasan Kuin dan Belitung Kawasan Kuin dan Belitung

  Kawasan Kelayan dan Pekapuran Kawasan Kelayan dan Pekapuran

  8 Kawasan Kelayan dan Pekapuran Kawasan Kelayan dan Pekapuran

  Kawasan Basirih, Mantuil

  15 Koridor Jalan Kawasan Jalan Kawasan Jalan Kawasan Mesjid Sumber :Perubahan Kawasan Strategis RPIJM Kota Banjarmasin, 2008-2011. 6)

  Struktur pusat kota belum mengakomodir potensi Kota Banjarmasin sebagai Kota Sungai, pembangunan jaringan transportasi dan permukiman lebih berorientasi ke jalan darat. Hal tersebut bertentangan dengan sejarah terbentuknya kota Banjarmasin yang berorientasi ke sungai. 7)

  Terpusatnya kegiatan sosial ekonomi budaya di satu titik pusat kota berdampak terhadap konsentrasi penduduk, perumahan kumuh, masalah infrastruktur, utilitas, ruang terbuka hijau dan kemacetan lalu lintas di pusat kota. 8)

  Bercampurnya penggunaan lahan kegiatan yang bertentangan seperti industri dan perumahan sebagai dampak belum tertatanya pola ruang. 9)

  Terbatasnya pelayanan inftartuktur dan utilitas kota, khususnya pelayanan air bersih, limbah, sampah, dan drainase. 10)

  Berkurangnya RTH karena pembangunan perumahan, perlu dipertimbangkan ketetapan UU Penataan Ruang yang mewajibkan kota memiliki RTH minimal 20% dari Ruang Kota. 11)

  Pembangunan perumahan baru yang dilaksanakan developer belum mengikuti prinsip perancangan kota sungai, diindikasikan tidak dibangunnya green belt sebagai sepadan sungai oleh developer.

  B)

KONDISI EKSISTING 1.

  Kondisi Dan Karakteristik Perumahan Penduduk Jika dilihat dari pola dan karakteristik perumahan penduduk di Kota Banjarmasin,

  Table 3.2 Karakteristk perumahan di kota Banjarmasin

  Tipologi Karakteristik Lokasi Keterangan Perumahan Umum Perumahan di Bangunan kayu, Banjarmasin Tepi S.

  tepi sungai dan nonpermanen, Utara, Selatan Martapura, S. lanting tidak terlalu luas, dan Tengah Kuin, S. Alalak sejajar dan S.Kelayan, dan memakan badan lain-lain sungai,

  Perumahan Bangunan beton, Banjarmasin Sepanjang Jl A. Campuran (Ruko, permanen, tidak Tengah dan Yani, Jl. Hasan Rukan dan luas Timur Basry, Jl. Veteran,

  • – bertingkat, Rudang) di pinggir jalan, Jl. Hasanuddin, Jl.

  pola kluster- Kol Soegiono, dll kluster kecil, Perumahan Bangunan variatif, Banjarmasin Di daerah Kayu Terencana permanen, di Utara dan Timur Tangi, Jl A. Yani pinggiran kota, Km 5-6, Jl. Gatot masyarakat Subroto variatif, pola teratur dengan lahan yang sangat tingginya volume lalu lintas yang ditimbulkan (trip generation/attraction), aktivitas permukiman di sepanjang sungai menimbulkan dampak pada penurunan kualitas air sungai, dan sebagainya. Perbedaan bangunan fisik perumahan ini juga dapat dijadikan indikator kesejahteraan penduduk Kota Banjarmasin.

2. Tipologi Permukiman

  Berdasarkan hasil kajian, masing-masing tipologi memiliki permasalahan dan memerlukan treatment yang berbeda satu dan yang lainnya. Adapun, tipologi permasalahan perumahan di Kota Banjarmasin meliputi: A.

  Perumahan Kawasan Sungai Di Daerah Terbangun 1.

  Sungai Kelayan Masalah pokok pada daerah ini adalah kurang tertatanya perumahan dan bangunan di sepanjang sungai, sehingga menyebabkan berbagai permasalahan:

  a) Menurunnya kualitas lingkungan (environmental quality) yang ditunjukkan dengan kepadatan lingkungan yang tinggi; kekumuhan, kesemrawutan dan keadaan tata bangunan yang tumbuh secara disharmonis; penampilan fasade dan komposisi bangunan yang kurang serasi dengan lingkungan sekitar; bencana banjir, kebakaran dan lain sebagainya;

  b) Sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, baik cair maupun padat (MCK dan sampah), menyebabkan kondisi fisik dan mutu air sungai kotor dan rusak. c) Menurunnya vitalitas dan stabilitas ekonomi kawasan, menyebabkan pertumbuhan dan produktivitas kawasan tidak terkendali serta dis-ekonomi kawasan (Diseconomic of a neighbourhood);

  d) Kondisi prasarana dan sarana yang ada belum berfungsi secara optimal:

   Penurunan kondisi dan pelayanan prasarana (jalan/jembatan, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan)  Penurunan kondisi dan pelayanan sarana (pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi formal dan informal, fasilitas budaya dan sosial, sarana transportasi)

  e) Memudarnya nilai-nilai tradisi sosial dan budaya setempat, serta lemahnya kesadaran publik dalam pemanfaatan ruang.

2. Sungai Pekapuran

  Karakter masalah pada daerah ini sama dengan masalah di sungai Kelayan yakni penyempitan badan sungai akibat penggunaan perumahan yang terlalu menjorok ke sungai, sehingga menimbulkan degradasi kualitas lingkungan (enviromental quality) dan kualitas hunian di kawasan ini.

  B.

  Kawasan Perumahan Berubah Menjadi Kawasan Jasa 1)

  Jalan S. Parman Kawasan Jalan S. Parman terletak di Kelurahan Antasan Besar dan Pasar Lama. Menurut Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) Wilayah Banjarmasin Tengah rencana peruntukannya adalah Kawasan Perumahan dan bangunan-bangunan toserba, ruko, warung/kios, hotel, serta rumah tinggal yang halamannya berubah menjadi warung makan atau tempat usaha. 2)

  Jalan Pahlawan Kawasan ini terletak di Kelurahan Seberang Mesjid. Menurut RTRW wilayah Banjarmasin Tengah, rencana peruntukannya adalah Kawasan Permukiman dengan ROW. 15 meter. Namun seiring dengat pesatnya perkembangan kota, kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan jasa yang terlihat dengan bermunculannya bangunan-bangunan berupa usaha kerajinan meubel, ruko, minimarket, dan warung/kios.

  C.

  Perumahan Di Kawasan Berkembang Permasalahan perumahan di kawasan berkembang ini terjadi pada Kawasan Kayutangi dan Kawasan Gatot Subroto. Pelaksanaan pembangunan pada kedua kawasan ini sudah sesuai,tetapi pada Kawasan Kayutangi masih terdapat beberapa lahan/kapling yang belum dibangun. Sedangkan pada kawasan Gatot Subroto beberapa lahan untuk fasilitas umum/sosial masih belum dipergunakan warga.

  D.

  Kawasan Industri Masalah ini terjadi pada Kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya kawasan ini seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan ini tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri belum Kelurahan dari 5 Kecamatan) yang ada di Kota Banjarmasin. Luasan permukiman kumuh di Kota Banjarmasin meliputi kawasan seluas 549,7 Ha atau 5,58% dari luas Kota Banjarmasin yang seluas 9.846 Hektar. Hasil penilaian kekumuhan dihitung berdasarkan akumulasi dari bobot yang telah dilakukan dengan sistem yang telah ditentukan. Tahapan penilaian melalui proses dua kali, yakni Penilaian Tahap Pertama untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman yang memenuhi kriteria kumuh. Penilaian Tahap Kedua untuk menentukan prioritas tindakan penanganan, yang terkait dengan status atau letak lokasi kawasan permukiman kumuh. Mengingat lokasi kawasan ini merupakan hinterland kawasan yang menjadi bagian kota metropolitan. Secara garis besar, kawasan kumuh prioritas di Kota Banjarmasin berdasarkan Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin 2014 sebagai berikut: 1.

  Kawasan Kumuh Rawasari – Pelambuan, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Teluk Dalam dan Pelambuan.

  2. Kawasan Kumuh Pasar Lama – Seberang Masjid, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Pasar Lama, Seberang Masjid, Melayu dan Kelurahan Gadang.

  3. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Martapura, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Sungai Baru, Pekapuran Laut, Pekauman, Teluk Tiram.

  4. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Barito di Kawasan Alalak, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Alalak Utara, Alalak Tengah,

  7. Kawasan Kumuh Telaga Biru – Basirih, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Telaga Biru dan Basirih.

  8. Kawasan Kumuh Belasung, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Kertak Baru Hilir, Kertak Baru Hulu, Mawar, dan Kelurahan Telawang.

  9. Kawasan Kumuh Sungai Jingah – Surgi Mufti, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Banua Hanyar, Sungai Jingah, dan Surgi Mufti.

  10. Kawasan Pemurus, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Pemurus Luar, Pemurus Baru dan Pemurus Dalam.

  Hasil identifikasi kawasan kumuh kota Banjarmasin tahun 2014 N Kecamatan Jumlah Kelurahan Lokasi kumuh (RT) Luas Lokasi o kawasan kawasa kumu Kumu Kumuh Kumu kumuh h sedan h n h kumuh ringan g berat (Ha)

1 Banjarmasi

  12 Seberang n Tengah kelurahan mesjid Kampong melayu Gadang Kertak baru ulu Sungai baru Teluk dalam Kelayan luar Pekapuran laut Pasar lama mawar Kertak baru ilir

  Teluk tiram basirih jumlah

  

45RT

  30RT

  5RT 56,83

  3 Banjarmasi

  10 Antasan kecil n utara kelurahan timur Surgi mufti pangeran Alalak selatan Kuin utara Alalak tengah Sungai jingah Alalak utara Sungai andai Sungai miai jumlah

  

43RT

  39RT

  8RT 137,21

  4 Banjarmasi

  9 Sungai bilu n Timur Keluraha n Banua anyar

  Karang mekar Kebun bunga Kuripan Pekapuran raya Pemurus luar Pengambanga n Sungai lulut jumlah

  

27RT

  55RT

  19RT 95,25

  5 Banjarmasi

  12 Basirih selatan n Selatan kelurahan Pamurus baru pekauman Kelayan timur Kelayan barat mantuil Tanjung pagar Dalam RPIJM sektor pengembangan permukiman akan difokuskan pada kawasan prioritas. Dasar penetapan kawasan prioritas pengembangan permukiman di Kota Banjarmasin meliputi : 1.

  Rencana Penetapan Kawasan Strategis Nasional; 2. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan; 3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin; 4. Rencana Program Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D)

  Kota Banjarmasin; 5. Rencana Kawasan Prioritas Kota Banjarmasin; 6.

  Rencana dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program pengembangan dan pembangunan permukiman;

7. Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin.

  Berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai hasil kebijakan dan kesepakatan yang tertuang dalam dokumen laporan rencana berkaitan dengan penggunaan ruang di Kota Banjarmasin, yang menjadi dasar dalam penentuan lokasi/kawasan prioritas untuk Penyusunan RPKPP Tahun 2010, terpillih sebagai Kawasan Prioritas, yaitu : 1.

  Kawasan Pelambuan dan Rawasari 2. Kawasan Basirih 3. Kawasan Sungai Andai

  Kawasan prioritas, yaitu Kawasan Pelambuan Rawasari, Kawasan Basirih, Kawasan Sungai Andai merupakan bagian dari wilayah Kota Banjarmasin yang

  Tujuan pengembangan kawasan sesuai dengan fungsinya adalah: a. Mengintegrasikan kebijakan-kebijakan pengaturan kota; b. Meningkatkan pelayanan kawasan; c. Meningkatkan aksesibilitas antar dalam kawasan; d.

  Meningkatkan produktifitas, efisiensi kawasan budidaya; e. Meningkatkan kelestarian sempadan sungai; f. Merevitalisasi fungsi kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan; g.

  Meningkatkan kelembagaan dan peran serta masyarakat.

  Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan dimaksudkan untuk menciptakan keteraturan ruang. Setiap pusat-pusat pelayanan merupakan lokasi terkonsentrasinya fasilitas-fasilitas pelayanan yang berperan sebagai faktor pengikat setiap lingkungan permukiman. Pusat-pusat lingkungan ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan penduduk dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonomi. Sedangkan penampatan lokasi beserta daerah pelayanannya yang jelas akan mengarah pada efisiensi dan efektifitas pola pelayanan yang akhirnya mengarah pada efisiensi dan pemanfaatan lahan.

  Struktur pelayanan kegiatan kawasan direncanakan sebagai berikut: 1. Pengembangan pusat pelayanan skala regional atau fungsi primer (F1) a.

  Pelabuhan Trisakti; b. Kawasan Perdagangan dan Jasa; c. Industri dan Pegudangan 2. Pengembangan pusat aktivitas skala kawasan sekunder (F2)

  Rencana pola pemanfaatan ruang pada kawasan perencanaan pada dasarnya disesuaikan dengan karakter internal dan eksternalnya. Karakter eksternal kota dikaitkan dengan fungsi peran yang diemban sehingga diharapkan dapat berjalan seoptimal mungkin. Sedangkan karakter internal kawasan adalah kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan kehidupan dalam kawasan.

  Pola dan kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih, berdasarkan fungsi kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Kawasan Permukiman Daerah permukiman umumnya menyebar hampir di seluruh bagian kawasan perencaaan. Kecenderungan memusat, sedangkan pola memanjang (linier) berada pada sepanjang jaringan jalan dan aliran sungai yang ada. Wilayah permukiman masih banyak yang bercampur dengan fungsi kegiatan lainnya, terutama di pusat kawasan, yang melayani fungsi kegiatan perdagangan dan jasa serta perkotaan. Berdasarkan jenis perumahaan yaitu rumah kapling luas rumah kapling sedang dan rumah kapling kecil, di kawasan ditetapkan dengan komposisi 1 : 3 : 6. Penetapan komposisi ini berdasarkan pada tujuan pengembangan kawasan perumahan dengan konsep hunian berimbang.

  2. Kawasan perdagangan dan jasa Kawasan perdagangan umumnya terkonsentrasi sepanjang jaringan jalan kolektor primer da sekunder serta jalan-jalan lingkungan, hal ini ditandai dengan adanya kawasan pertokoan dan ruko. Beberapa bangunan pendidikan ini (pendidikan dasar dan menengah) umumnya menyebar di sekitar permukiman sesuai dengan fungsinya untuk melayani lingkungan.

  b.

  Fasilitas kesehatan yang ada meliputi fasilitas rumah sakit (RSU Suaka Insan di Jalan Zafri Zamzam dengan skala pelayanan regional, kota dan BWK), puskesmas (Puskesmas Teluk Dalam), posyandu dan apotik/toko obat.

  4. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Trisakti yang berada di pinggir Sungai Barito dan termasuk ke dalam Kawasan Pelambuan.

  5. Di dalam Kawasan Basirih dalam kebijakan RTRW Kota Banjarmasin, sebagian lahannya dialokasikan sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan yang berada di sisi Jalan Lingkar Selatan.

  6. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Meliputi: Taman Lingkungan, Lapangan/Sarana Olah Raga dan sarana rekreasi, Jalur Hijau, Kawasan konservasi yang meliputi kawasan sempadan sungai dan pekarangan.

  Berdasarkan jenis kegiatan fungsional kawasan, rencana pola pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih sebagai berikut :

1. Perdagangan dan Jasa a.

  Diarahkan disepanjang Jl. Kolektor Primer dan Jalan Lingkar Selatan.

  b.

  Perlu adanya pengaturan yang jelas mengenai bangunan yang digunakan untuk sarang burung wallet, bangunan yang mempunyai sarang burung wallet c.

  Pengembangan perumahan dengan konsep lingkungan hunian berimbang (1:3:6) 3. Fasilitas Umum dan Sosial a.

  Fasilitas Umum dan Sosial di arahkan di lokasi Pusat Lingkungan.

  b.

  Pembangunan dan pengembangan sarana permukiman yang ada dalam kawasan yang berfungsi sebagai pelayanan kawasan.

  4. Kawasan Pelabuhan Trisakti di arahkan di lokasi yang ada sekarang khusus untuk pelabuhan samudera.

  5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) a.

  Pertamanan: Pola Pengembangan perlu mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria:  Karakteristik tanaman: perakaran tidak mengganggu pondasi, dahan tidaknmudah patah, tidak bergetah, struktur daun setengah rapat sampai rapat.

   Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara seimbang  Kecepatan tumbuh sedang  Berupa habitat tanaman local dan tanaman budidaya  Jenis tanaman tahunan atau musiman  Jarak tanaman setangah rapat, 90% dan luas arael harus dihijaukan b. Kawasan Lindung dan Konservasi

  Pola pengembangan meliputi kawasan rentan genangan pada kawasan sempadan Sungai, terutama Barito dan sungai-sungai lainnya yang melintasi

  • rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu fondasi;

  Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai

  • ominasi jenis tanaman tahunan;

  Kecepatan tumbuhannya bervariasi;

  • Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat; 90% - 100% dan
  • luas areal harus dihijaukan.

   Kawasan Sempadan Sungai: Pola pengembangannya tetap mempertimbangkan keberadaan kondisi yang telah ada. Penataan/penetapan lokasinya secara tepat perlu mempertimbangkan ketentuan: tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian lingkungan, mencegah pengrusakan tanah, serta mencegah penggunaan tanah yang berlebihan.

   Pekarangan: Pola pengembangan menyatu dengan kapling-kapling perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang direncanakan serta unsur kawasan hijau kawasan, criteria vegetasi untuk pekarangan: Jenis Tanaman tahunan atau musiman;

  Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; Jatak tanam bervariasi, persentase hijau disesuaikan dengan

  • intensitas kepadatan bangunan.

   Ruang Terbuka Air (RTA) Ruang Terbuka Air dibangun untuk mendukung pemecahan masalah

2. Perakaran kuat, terutama pada daerah-daerah yang lereng/labil; 3.

  Berumur panjang; 4. Mudah dalam perawatan; 5. Mudah diperbanyak; 6. Bermanfaat baik dari segi estetikanya maupun produksinya; 7. Pertumbuhan relatif cepat (terutama untuk penghijauan/RTH).

  Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perencanaan Aspek-Aspek Kebijakan Arah Pengembangan

  Perumahan Kawasan permukiman umumnya  Diarahkan ke dan menyebar hampir di seluruh pinggiran kawasan Permukiman bagian kawasan pola pusat kawasan pengembangan kepadatan tinggi mengikuti struktur memusat pada pusat kawasan, BWK-Sub BWK dan Kepadatan sedang pada  Mengikuti ketentuan pusat Sub-Kawasan bangunan yang ditetapkan pada zonasi.

   Pengembangan perumahan dengan konsep lingkungan hunian berimbang (1:3:6)  Penataan kawasan

   Bangunan yang memiliki sarang burung walet diwajibkan mengkuti ketentuan ketinggian bangunan yang ditetapkan Fasilitas

   Fasilitas Umum & Sosial  Fasilitas Umum & Umum dan umumnya menyebar di Sosial diarahakan di Sosial sekitar permukiman lokasi optimal yang sesuai dengan skala mendukung fungsi pelayanan dan fungsinya pelayanannya dan

   Pengembangan sarana mudah dijangkau penunjang untuk masyarakat pelauyanan dalam  Pembangunan sarana kawasan dan pengembangan sarana pendukung untuk pelayanan kawasan

  Ruang RTH meliputi pertamanan,  Pertamanan Pola Terbuka lapangan/sarana olahraga dan Pengembangan Hijau (RTH) sarana rekreasi, jalur hijau, perlu kawasan konservasi kawasan, mempertimbangkan perakaran tidak mengganggu pondasi, dahan tidak mudah patah tidak bergetah

   Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara seimbang

   Kecepatan tumbuh sedang  Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya

   Jarak tanaman setengah rapat, 90% dan luas areal harus dihijaukan

   Lapangan kawasan perumahan dan pusat-pusat kegiatan olahraga

   Jalur hijau Pola Pengembangan perlu mempertimbangkan lokasi, jaringan yang diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau  awasan Konservasi,

  Pola Pengembangannya berada pada kawasan rentan genangan dan perlu memepertimbangkan lokasi, jaringan yang diamankan

   Pemakaman tetap mempertimbangkan penggunaan lahan yang subur  Pekarangan. Pola Pengembangan: menyatu dengan kapling-kapling perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang direncanakan serta unsur kawasan hijau

  Sumber: Laporan Review RPKPP Kota Banjarmasin, 2010 Gambaran kondisi eksisting masing-masing kawasan prioritas yang menjadi fokus RPIJM dalam pengembangan permukiman adalah sebagai berikut: 1.

  Kawasan Pelambuan dan Rawasari Kawasan Rawasari yang terletak di Kelurahan Teluk Dalam merupakan kawasan padat penduduk yang cenderung berkembang menjadi kumuh dan tidak sesuai lagi dengan standard lingkungan permukiman yang sehat. Penguasaan lahan di daerah aliran sungai oleh sekelompok penduduk secara tidak legal juga cukup tinggi. Lahan berkembang cepat menjadi hunian sementara yang kumuh dan seringkali bukan pada peruntukan perumahan dalam Rencana Umum Tata Ruang. Kawasan Pelambuan dimana keberadaan pabrik/industri ini menjadi daya tarik bagi penduduk yang membutuhkan pekerjaan sehingga penduduk memilih bekerja dan bermukim di sekitar kawasan-kawasan industri. Seperti diketahui tanah- tanah yang ditempati oleh penduduk (kelas pekerja) ini merupakan lahan perusahaan atau lahan bukan miliknya. Pada kawasan prioritas pada jalan lingkungan dan jalan gang dengan kondisi jalan yang kurang baik dan perkerasan yang beranekaragam sehingga dalam perencanaan perlu diseragamkan dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat untuk perawatannya yaitu perkerasan cor beton. Kondisi Eksisting infrastruktur permukiman di Kawasan Rawasari Pelambuan dapat diuraikan sebagai berikut:  Pada Jalan Gang Rahayu di RT 28 perkerasan Jalan menggunakan batako, kondisi jalan kurang baik.  Pada jalan Gang Rahayu 2 di RT 74 perkerasan jalan menggunakan batako dan sebagian menggunakan beton cor, kondisi jalan yang menggunakan batako keadaannya rusak sedangkan pada jalan yang menggunakan beton cor kondisi jalannya baik.

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 29 perkerasan jalan menggunakan batako dan sebagian menggunakan beton cor, kondisi untuk bagian luar dalam keadaan kurang baik sedangkan pada jalan dalam gang Rahayu 3 kondisi jalannya baik.

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 30 perkerasan jalan menggunakan batako kondisi untuk bagian luar dalam keadaan kurang baik sedangkan

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 26 perkerasan jalan menggunakan batako kondisi dalam keadaan cukup baik.

2. Kawasan Basirih

  Kondisi perkembangan permukiman pada kawasan Basirih, yaitu: a.

  Umumnya jalan lingkungan disetiap gang dibuat dari cor beton, batako dan beberapa masih menggunakan pasir putih dimana dana berasal dari warga sendiri. Pengembangan jalan dilakukan oleh developer. Lebar jalan antara 2-4 meter dan panjang antara 50-500 m, maksudnya 2 dan 50 m adalah lebar dan panjang jalan terkecil rata-rata dari seluruh gang dan komplek yang ada diwilayah ini. Sedangkan 4 dan 500 m adalah lebar dan panjang jalan terbesar rata-rata diseluruh gang dan komplek diwilayah ini; b.

  Sebagian jalan menggunakan penutup jalan aspal dan sudah mengalami kerusakan; c.

  Gang-gang yang ada tidak dibuat oleh pengembang seperti developer, tapi perumahan yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dan Jembatan terbuat dari kayu; d. Menurut penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh yang dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan.

3. Kawasan Sungai Andai

  Kondisi perkembangan permukiman pada kawasan Sungai Andai, yaitu: a.

  Kawasan Sungai Andai masih banyak terdapat lahan kosong yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun; b.

  Banyak munculnya perumahan-perumahan di Sungai Andai c. Terdapat permukiman di pinggiran Sungai Andai.

  d.

  Menurut Studi Kawasan Kumuh 2010, Kawasan Sungai Andai merupakan kawasan dengan kumuh ringan.

  e.

  Terdapat pasar kompleks yang didirikan dengan mengambil badan sungai dan pasar tradisional ini terlihat kumuh; f.

  Beberapa jalan lingkungan menggunakan penutup jalan aspal dan paving blok, namun pada beberapa titik sudah mengalami kerusakan, sedangkan beberapa jalan lingkungan yang lain masih terdapat jalan yang menggunakan jalan tanah (tanah merah); g.

  Jalan yang di dekat sungai masih menggunakan jalan titian dari papan kayu.

  C)

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan prioritas adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari

  Permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Pelambuan Rawasari b.

  Pertumbuhan berbagai aktivitas, bangunan dan kawasan tidak tertata dengan baik, belum terencana secara komprehensif dan representatif, sehingga relatif kusam, kumuh dan tidak terawat; c. Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan infrastruktur khususnya jalan lingkungan dan utilitas umum yang memadai terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah; d.

  Adanya keterbatasan lahan untuk permukiman; e. Adanya permukiman tepian sungai yang tidak tertata sehingga mengakibatkan polusi air sungai; f.

  Berkembangnya fungsi-fungsi di sekitar kawasan yang tidak terarah dan tidak terkendali dengan baik cenderung menumbuhkan kesemrawutan; g.

  Pada malam hari,kawasan ini rawan terhadap tindakan kriminalitas; h. Kepadatan lalu lintas cukup tinggi pada saat peak-hour dan keberadaan industri menengah/kecil

  • – bau yang ditimbulkan pabrik karet – menimbulkan pencemaran udara dan suara; i.

  Penataan, penyediaan, kelengkapan dan persebaran street furniture yang belum optimal; j.

  Pada kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya kawasan ini seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan ini tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri belum berkembang secara optimal dalam artian kawasan yang telah disediakan belum sepenuhnya dimanfatkan oleh investor karena kurangnya B.

  Kehadiran RUSUNAWA diprediksi akan memberikan dampak, yaitu: Meningkatkan jumlah penduduk, sehingga secara signifikan akan

  • meningkatkan jumlah kebutuhan infrastruktur, termasuk kemungkinan terjadinya peningkatan volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan serta pejalan kaki disekitar RUSUNAWA. Apabila pada beberapa titik muncul atau terdapat kemacetan lalulintas, kondisi jalan menjadi penting untuk difikirkan. Lebar jalan yang terlalu sempit dan pertemuan antara jalan yang menghubungkan dua pusat kegiatan dengan jalan-jalan lingkungan mempunyai potensi untuk berkembang secara fisik dengan berbagai aktifitas sehingga sebelum berkembang secara tidak terkendali dan dapat menyebabkan kemacetan, jalan sempit dan titik persimpangan seperti itu perlu diperhatikan dan ditata;
  • bangunan baru di kawasan tersebut. Salah satu iklim mikro yang harus diperhatikan adalah arah dan kecepatan angin yang melalui kawasan. Sirkulasi udara yang baik dapat membawa heat-gains atau pertambahan panas dan kelembaban pada diri manusia sehingga dapat secara efektif meningkatkan kenyamanan manusia dalam suatu ruang. Udara akan bersirkulasi bila ada in-let dan outlet tertentu bagi udara. Oleh karena itu sirkulasi udara adalah hal yang paling penting untuk diciptakan dalam suatu kawasan di sebuah negara beriklim tropis lembab seperti Kota Banjarmasin. Sirkulasi udara dapat diciptakan dengan cara memperhatikan sirkulasi eksisting dan selanjutnya memperkuat dan

  Perubahan iklim mikro di sekitar kawasan, sebagai akibat hadirnya lain. Oleh karena itu dalam penataan bangunan dan infrastruktur (PSD) pembangunan harus diatur dengan baik agar dampak pembangunan tidak menyebabkan kawasan lain mengalami limpahan air permukaan yang seharusnya diperankan oleh Kawasan Studi;

  Bertambahnya limbah yang dihasilkan oleh pertambahan jumlah

  • penduduk dan pembangunan lingkungan. Sampah bisa diatur pengelolaannya dengan sistem tempat pembuangan sementara (TPS) di titik-titik tertentu pada Kawasan Studi dan selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan akhir di luar kawasan. Limbah cair dan padat yang umumnya berasal dari kotoran manusia bisa ditangani dengan sistem setempat dengan catatan sistem penyediaan air bersih dilakukan oleh PDAM dan bukan dari sumur artesis dari masing-masing persil. Biasanya peningkatan jumlah limbah akan diikuti dengan peningkatan jumlah pemulung disekitar kawasan, sehingga dengan demikian jumlah rumah kumuh akan bertambah pula. Hal ini memerlukan pemecahan yang cukup serius. Belum adanya kebijakan yang terperinci untuk pengembangan dan perencanaan kawasan studi akan menyebabkan terjadi perkembangan yang tidak terarah dan kurang terkoordinasi; meningkatkan volume air kotor serta mengurangi daya serap tanah
  • terhadap air hujan (sebab luas permukaan tanah yang ditutup oleh bangunan akan menjadi semakin besar), sehingga akan meningkatkan volume air hujan dalam sistim drainasi yang ada.

  C.

  Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam menangani lingkungan permukiman kumuh kelihatannya masih senang tinggal dirumah kumuhnya dari pada dirumah sewa bertingkat atau rumah susun; Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh

  • survai sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan penduduk yang akan tergusur. Pembangunan rumah susun bukan sekedar masalah teknis tetapi menyangkut sosial ekonomi dan budaya penduduk;
  • Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi, pencegahan kebakaran, tempat pembuangan sampah sementara dan tempat bermain anak- anak;
  • meremajakan lingkungan kumuh dan memungkinkan penduduknya ketempat yang lebih baik;

  Penggusuran sering diartikan buruk, akan tetapi pemerintah berusaha

  • Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh harus dipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu sendiri maupun program lainnya yang sedang dilaksanakan;
  • mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup dengan rasa kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru;

  Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung

  Belum kuatnya dana pembangunan permukiman;

  • Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang
  • manusiawi tanpa kekerasan;
pemerintah dan kepentingan masyarakat yang lingkungan permukimannya akan diremajakan.

2. Kawasan Basirih

  Analisis permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Basirih yaitu untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba, disamping melalui pentahapan program yang dikembangkan oleh badan pengelola dan sejalan dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan Pemerintah di dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang bersifat strategis sebagai kegiatan stimulan dan pendampingan, yang untuk selanjutnya diharapkan dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan yang positif dari dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah.

  Prinsip-prinsip pembangunan kawasan permukiman yang berkelanjutan, baik secara internal di dalam kawasan maupun secara eksternal kesalingterkaitannya dengan skala kawasan yang lebih luas, diterapkan secara efektif di dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba, termasuk Lisiba berdiri sendiri. Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dengan manajemen kawasan yang efektif diharapkan juga mampu berfungsi sebagai instrumen untuk mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak teratur dan cenderung kumuh.

  Keragaman fungsi secara relatif terbatas dari Kasiba dan Lisiba, disamping dapat

  Sedangkan hambatan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan Basirih adalah: a.

  Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

  b.

  Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam menangani lingkungan permukiman kumuh, yaitu: Peremajaan lingkungan kumuh merupakan proyek besar. Jadi harga

  • yang dipertimbangkan dengan matang mengenai manfaat proyek karena menyangkut sekian banyak manusia yang akan tergusur atau dimukimkan kembali;
  • lingkungan yang mengikuti standar teknis bangunan. Penghuni permukiman kumuh kelihatannya masih senang tinggal dirumah kumuhnya dari pada dirumah sewa bertingkat atau rumah susun;

  Masih ada dualisme antara penataan lingkungan dengan peremajaan

  • survei sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan penduduk yang akan tergusur. Pembangunan rumah susun bukan sekedar masalah teknis tetapi menyangkut sosial ekonomi dan budaya penduduk;

  Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh

  • kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi,

  Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan

  • harus dipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu sendiri maupun program lainnya yang sedang dilaksanakan;

  Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh

  • mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup dengan rasa kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru;

  Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung

  Belum kuatnya dana pembangunan permukiman;

  • Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang
  • manusiawi tanpa kekerasan;
  • tidak mengerti peraturan perundang- undangan yang berlaku. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengubah pola hidup masyarakat;

  Sulitnya penegakan hukum karena penghuni lingkungan kumuh hampir

  • berpandangan objektif dan luas. Pengelola harus melihat kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat yang lingkungan permukimannya akan diremajakan.

  Pengelolaan program peremajaan lingkungan kumuh harus

3. Kawasan Sungai Andai

  Analisis permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Sungai Andai yaitu: a.

  Untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba, disamping melalui pentahapan program yang dikembangkan oleh badan pengelola dan sejalan dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan c.

  Dengan kondisi Sungai Andai sebagai kawasan KASIBA/LISIBA, maka perlu adanya penyusunan master plan pengembangan kawasan cepat tumbuh Sungai Andai, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam pengembangan Sungai Andai kedepannya.

  d.

  Perencanaan PSD Sungai Andai perlu di review karena kondisi perkembangan kawasan Sungai Andai yang cepat.

  Sedangkan hambatan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan Sungai Andai adalah : a.

  Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penyediaan prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; b.

  Kerjasama Pemerintah Kota Banjarmasin dan para pengembang untuk menjadikan kawasan Sungai Andai menjadi kawasan yang tertata, teratur dengan prasarana dan sarana infrastruktur yang baik dan dapat memberikan income bagi Kota Banjarmasin.

7.1.2 Sasaran program

  Sasaran program pada sektor pengembangan permukiman menselaraskan dengan RAD 100-0- 100 dengan target tercapainya SPM pada thun 2019, sasaran berkurangnya luasan permukiman kumuh dengan indikator persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh melalui penataan bangunan dan lingkungan serta peningkatan kualitas permukiman. Dengan tertangani kawasan kumuh perkotaan serta terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan dikawasan perkotaan

  Dengan tujuan meningkatkan kualitas permukiman dikawasan kumuh dan penataan bangungan serta lingkungan di perkotaan.

  Tabel 7.x Target sasaran renstra Dinas Cipta Karya dan Perumahan No Uraian Total Sasaran Program Sasaran Luas Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket Program Kawasan 2016 2017 2018 2019 2020

  1 Perbaikan 549,70 159,98 262,16 476,28 549,70 549,70 Lingkungan Permukiman Kumuh

  2 Pembangunan 549,70 159,98 262,16 476,28 549,70 549,70 Integrasi Kawasan Tradisional di Piere Tendean

  3 Penataan 549,70 159,98 262,16 476,28 549,70 549,70 Bangunan dan Lingkungan Perkotaan

  4 Program 549,70 159,98 262,16 476,28 549,70 549,70 KOTAKU, NUSP2, P2KKP dan penanganan kumuh

7.1.3 Usulan kebutuhan program

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA NO. RINCIAN KEGIATAN DETAIL LOKASI

  PROVINSI : KALIMANTAN SELATAN KOTA : BANJARMASIN Rp. MURNI PHLN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 12,252,669 - - - 644,042 - - - - I Infrastruktur Berbasis Masyarakat Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman 1 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Utara Kawasan Kuin Utara 1 Kelurahan 2017 4,112,722 181,720 2 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Utara Kawasan Alalak Tengah 1 Kelurahan 2017 2,711,655 181,907

  3 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Utara Kawasan Alalak Utara 1 Kelurahan 2017 1,311,923 181,471 4 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Selatan Kawasan Mantuil 1 Kelurahan 2017 1,585,240 49,472 5 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin Kecamatan Banjarmasin Selatan Kawasan Tanjung Pagar PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 1 Kelurahan 2017 2,531,129 49,472 5,430,399 - - - - - - - -

  I Infrastruktur Berbasis Masyarakat Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman 1 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh 6,41 Hektar Kws. Kelurahan Pasar Lama 1 Kelurahan 2018 3,719,827 2 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh 7,36 Hektar Kws. Kelayan Tengah PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN 1 Kelurahan 2018 1,710,572 52,810,370 - - - 3,219,260 - - - -

  I Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh 1 Pemugaran sarana dan prasarana rumah sederhana di kawasan kumuh (pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat) Kota Banjarmasin 1 Ha 2019 100,000 II Infrastruktur Berbasis Masyarakat Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman 1 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kws. Telaga Biru, Kec. Banjarmasin 1 Kelurahan 2019 2,500,000 120,000

  2 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Pemurus Baru 1 Kelurahan 2019 2,500,000 3 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kota Banjarmasin 1 Kelurahan 2019 3,500,000 4 Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kws. Pangeran Kec. Banjarmasin Utara 1 Kelurahan 2019 1,500,000 120,000 5 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Sungai Lulut 1 Kelurahan 2019 2,500,000 6 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Teluk Dalam 1 Kelurahan 2019 2,500,000 7 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kel. Kelayan Barat dan Kelayan Timur 2 Kelurahan 2019 2,500,000 8 Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Kws. Rawasari 1 Kelurahan 2019 3,000,000 100,000