BAB VI - DOCRPIJM 1504060482BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

  Laporan Akhir

BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup

  

empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan

air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah,

persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari

pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal

perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah

analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan

kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan

kegiatan yang dibutuhkan.

6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman

didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan

yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di

kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan

perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari

pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan

untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan,

kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Arahan Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang

  VI - 1 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap

perubahan iklim.

  

Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.

  

Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam

MP3EI dan MP3KI.

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi

Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

   Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  

Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah,

tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.  Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan

permukiman.

  

Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

  Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum

secara nasional. Namun di Kabupaten Grobogan terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik.

Penjabaran isu-isu strategis Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Grobogan No. Isu Strategis Keterangan

  1. Perbedaan peluang antar pelaku pembangunan yang ditunjukkan oleh ketimpangan pada pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, perumahan dan ruang untuk kesempatan berusaha;

  2. Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu kelompok dalam pembangunan perumahan dan permukiman;

  3. Alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang cenderung mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lain dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan

  4. Terjadi masalah lingkungan yang serius di daerah yang mengalami tingkat urbanisasi dan industrialisasi tinggi, serta eksploitasi sumber daya alam

  VI - 2 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir

  5. Komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang terfokus pada pengejaran target melalui proyek pembangunan baru, berorientasi ke pasar terbuka dan terhadap kelompok masyarakat yang mampu dan menguntungkan

  6. Urbanisasi di daerah tumbuh cepat sebagai tantangan bagi pemerintah untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata;

  7. Perkembangan tak terkendali daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh dengan mengabaikan sektor lainnya seperti sektor pertanian, hal ini berakibat pada semakin tingginya alih fungsi lahan sawah.

  Ironisnya alih fungsi terjadi pada sawah lestari, dengan lokasi yang relatif datar/landai cocok untuk pengembangan permukiman atau industri/perdagangan; dan

  8. Isu Kesenjangan Pelayanan Permasalahan: rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau. Isu ini terjadi karena terbatasnya masyarakat peluang memperoleh pelayanan dan kesempatan berperan, khususny bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, serta adanya konflik kepentingan akibat implementasi kebijakan yang relatif masih belum sepenuhnya dapat memberikan perhatian dan keberpihakan kepada kepentingan masyarakat.

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/kabupaten

dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan

perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan

walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,

pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman. Adapun peraturan daerah Propinsi Jawa

Tengah dan Perda Kabupaten Grobogan yang menajdi paying pelaksanaan pengembangan permukiman

dirinci pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur terkait Pengembangan Permukiman No. PERDA/Peraturan Gubernur Perihal Tahun Keterangan

  1. Peraturan Daerah Propinsi Tetang Garis Sempadan 2004 Jawa Tengah No. 11 Tahun 2004

  2. Peraturan Daerah Propinsi Tentang Rencana Tata 2010 Jawa Tengah No. 6 Tahun Ruang Wilayah Propinsi 2010 Jawa Tengah Tahun 2009 - 2029

  3. Peraturan Daerah Kabupaten tentang Rencana 2011 Grobogan Nomor 6 Tahun Pembangunan Jangka 2011 Menengah Daerah tahun 2011-2016

  4. Peraturan Daerah Kabupaten Tentang Perlindungan dan 2011 GroboganNomor 4 tahun Pengelolaan Lingkungan 2011 Hidup;

  VI - 3 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir

No. PERDA/Peraturan Gubernur Perihal Tahun Keterangan

  5. Peraturan Daerah Kabupaten Tentang Rencana Tata 2012 Grobogan Tengah No. 7 Ruang Wilayah Kabupaten Tahun 2012 Grobogan Tahun 2011 - 2031

  Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan

akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya,

dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana

dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan

sosial budaya di perkotaan.

  Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar

disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak

lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah. Di

lain pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan memerlukan berbagai persyaratan yang tidak setiap

pihak dapat memperolehnya dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah.

  Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk

mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan

sejahtera serta berkelanjutan.

  Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah

yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan

air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak

terbuat dari tanah.

  Permukiman perdesaan (sebagian besar rumah petani) di Kabupaten Grobogan dari hasil

pengamatan di lapangan terlihat cukup padat dengan kondisi lingkungan yang minim prasarana drainase

dan sanitasi, serta tata letak yang tidak teratur. Masalah lain yang cukup mempengaruhi lingkungan

permukiman perdesaan (petani) ini adalah adanya pola hidup masyarakat tani yang kurang memahami

pentingnya kebersihan dan kesehatan. Kekumuhan di sini lebih disebabkan karena tidak tertanganinya

pembuangan limbah dan sampah yang kurang baik, yang akhirnya secara tidak langsung dampaknya

adalah penurunan kualitas kesehatan dan kualitas lingkungan perumahan.

  Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan diperoleh data jumlah rumah

yang dikategorikan sebagai rumah sehat di Kabupaten Grobogan adalah sebanyak 64,2%. Secara rinci

prosentase rumah sehat di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari data Dinas

Kesehatan seperti tercantum dalam Statistik Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan Tahun 2010,

bahwa: Sebagian besar (64,2%) dari 220.798 sampling merupakan rumah sehat, dengan kriteria

  (1) fisik bangunan, ketersediaan jamban, penghawaan, dst.

  Prosentase terbesar (dari jumlah sampling) untuk rumah sehat adalah di Kecamatan (2)

  Penawangan (78,46%), kemudian diikuti oleh Kecamatan Pulokulon (69,66%) dan Kecamatan Godong (68,88%).

Gambar 6.1 Kualitas lingkungan permukiman yang menurun

  VI - 4 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  1 Kedungjati 737 7.815 3.449 12.001

  13 GROBOGAN GROBOGAN 18.058 13.998 77,5 8.859 63,3

  14 PURWODADI PURWODADI I 20.504 16.971 82,8 15.244 89,8 PURWODADI II 12.492 9.988 80 2.799

  28

  15 BRATI BRATI 11.362 10.905 96 6.481 59,4

  16 KLAMBU KLAMBU 8.285 2.095 25,3 1.123 53,6

  17 GODONG GODONG I 9.695 4.465 46,1 3.163 70,8 GODONG II 10.119 3.542 35 2.349 66,3

  18 GUBUG GUBUG I 13.451 5.406 40,2 3.999

  74 GUBUG II 6.466 5.037 77,9 3.194 63,4

  19 TEGOWANU TEGOWANU 15.290 4.645 30,4 3.029 65,2 JUMLAH (KAB/KOTA) 368.992 220.798 59,8 141.708 64,2

  Sumber : Profil Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan Kab. Grobogan, 2011 Jenis tempat tinggal di Kabupaten grobogan bersifat permanen maupun non permanen tersebar di setiap kecamatan.

Tabel 6.4 Jumlah dan Jenis Konstruksi Rumah di Kabupaten Grobogan Tahun 2011 No Kecamatan Jenis Rumah Jumlah Permanen Semi Permanen Non Permanen

  2 Karangrayung 860 11.152 12.318

  39

  24.33

  3 Penawangan 1.413 3.278 13.392 18.083

  4 Toroh 2.48 15.631 15.321 33.432

  5 Geyer 1.193 1.593 15.779 18.565

  6 Pulokulon 782 1.338 26.004 28.124

  7 Kradenan 1.032 4.385 15.55 20.967

  8 Gabus 2.425 1.863 16.595 20.883

  9 Ngaringan 1.282 12.157 13.442 26.881

  10 Wirosari 4.412 17.03 760 22.202

  11 Tawangharjo 790 2.718 9.454 12.962

  12 Grobogan 1.921 3.06 13.747 18.728

  12 TAWANGHARJO TAWANGHARJO 13.828 5.853 42,3 4.429 75,7

  11 WIROSARI WIROSARI I 11.806 3.994 33,8 2.822 70,7 WIROSARI II 10.322 3.716 36 1.449

  VI - 5

  8

Tabel 6.3 Prosentase Rumah Sehat di Kabupaten Grobogan Tahun 2011

  NO KECAMATAN PUSKESMAS RUMAH JUMLAH YANG ADA JUMLAH YANG DIPERIKSA %

  DIPERIKSA JUMLAH YANG SEHAT %

  RUMAH SEHAT

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  1 KEDUNGJATI KEDUNGJATI 11.356 5.484 48,3 3.375 61,5

  10 NGARINGAN NGARINGAN 25.789 11.346 44 5.531 48,7

  2 TANGGUNGHARJO TANGGUNGHARJO 11.952 7.440 62,2 4.130 55,5

  3 KARANGRAYUNG KARANGRAYUNG I 13.003 6.922 53,2 5.298 76,5 KARANGRAYUNG II 11.981 9.114 76,1 5.556

  61

  4 PENAWANGAN PENAWANGAN I 8.077 3.692 45,7 1.705 46,2 PENAWANGAN II 8.491 6.500 76,6 6.292 96,8

  5 TOROH TOROH I 23.090 10.066 43,6 8.223 81,7 TOROH II 10.478 10.369 99 4.765

  46

  6 GEYER I GEYER I 10.359 8.400 81,1 4.971 59,2 GEYER II 4.667 2.166 46,4 887

  41

  7 PULOKULON PULOKULON I 12.981 11.067 85,3 8.110 73,3 PULOKULON II 15.089 11.379 75,4 7.525 66,1

  8 KRADENAN KRADENAN I 8.085 4.934 61 2.424 49,1 KRADENAN II 11.673 10.758 92,2 7.455 69,3

  9 GABUS GABUS I 9.587 7.028 73,3 4.892 69,6 ` GABUS II 10.656 3.518 33 1.629 46,3

  13 Purwodadi 6.035 7.223 19.652 32.910

  Laporan Akhir Jenis Rumah No Kecamatan

  Jumlah Semi Non Permanen Permanen Permanen

  14 Brati 948 2.943 9.473 13.364

  15 Klambu 1.467 1.098 5.924 8.489

  16 Godong 2.738 5.623 15.876 24.237

  17 Gubug 3.275 4.422 14.487 22.184

  18 Tegowanu 692 1.292 10.74 12.724

  19 Tanggungharjo 537 1.513 9.117 11.167

  Jumlah 35.019 106.134 241.080 382.233 Sumber: Kecamatan dalam Angka, 2012

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahawa kondisi rumah di Kabupaten grobogan didominasi jenis

rumah tidak permanen. Rumah ini tersebar diseluruh wilayah Kabupaten baik dikawasan perkotaan

maupun pedesaan. Oleh karena itulah diperlukan pengembangan pemukiman beserta sarana dan

prasaranya baik oleh pemerintah, swasta dan masyarakat untuk pemukiman perkotaan dan pedesaan.

  Pengembangan pemukiman di Kabupaten Grobogan dilaksanakan pada wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan kawasan prioritas saat ini yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut : a. Pemukiman Perkotaan : Pada Penyediaan PSD kawasan pemukiman RSH PNS/TNI/Polri

  • Penataan serta peremajaan Kawasan Kota -

b. Pemukiman Pedesaan : Pada Penyediaan PSD Kawasan Pemukiman Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).

  • Pada Penyediaan PSD Kawasan Agropolitan.
  • Pada Penyediaan PSD Kawasan Rawan Bencana -

6.1.3 Program Pengembangan Pemukiman Perkotaan

  Program pengembangan pemukiman perkotaan diarahkan pada pengembangan Kawasan

Pemukiman RSH PNS/TNI/Polri/Pekerja berpenghasilan rendah serta penataan dan peremajaan

lingkungan kota.

A. Pengembangan Kawasan Pemukiman RSH PNS/TNI/POLRI/Pekerja berpenghasilan rendah

  Pengembangan Kawasan Pemukiman RSH PNS/TNI/Polri dan pekerja berpenghasilan rendah

dikota Purwodadi diarahkan pada kawasan RSH yang memenuhi memenuhi kriteria minimal sebagai

berikut :

Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

  • Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah - Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
  • Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan
  • rendah. Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum.
  • Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong
  • perkembangan wilayah.

  Di Kabupaten Grobogan khususnya di kota Purwodadi sebagai daerah pusat pemerintahan

terdapat beberapa perumahan yang diperuntukkan untuk PNS/TNI/Polri dan pekerja berpenghasilan

rendah. Perumahan ini tersebar di beberapa Kelurahan yang ada di Kota Purwodadi.

  

Tabel 6. 5 Pemukiman RSS/RSH PNS/TNI/Polri Di Kecamatan Purwodadi

Lokasi No Nama Pengembang Nama Perumahan Luas Kawasan Perumahan

  VI - 6 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir

  1 Pemda Kab. Grobogan RSS SAMBAK INDAH Kel. Danyang ± 3 ha

  2 Pemda Kab. Grobogan PERUMDA Kel. Purwodadi ± 3 ha

  3 Pemda Kab. Grobogan Perum. ASBRI Desa Ngraji ± 2 ha Perum. Griya Praja

  4 Pemda Kab. Grobogan Kel. Kuripan ± 2 ha Indah

   Sumber : RP4D Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, 2013 Selain di kota Purwodadi masih ada beberapa perumahan sederhana baik untuk PNS/TNI/Polri

dan pekerja berpenghasilan rendah yang tersebar di beberapa kecamatan lain diantaranya di

kecamatan Grobogan, Godong dan Gubug.

  Kondisi eksisting perumahan RSS/RSH diatas khususnya yang ada dikota Purwodadi secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut.

1. RSS/RSH Sambak Indah di Kelurahan Danyang

  a. Gambaran Umum RSS/RSH Sambak Indah berlokasi di Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi.

  Perumahan ini di bangun untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Grobogan.

  Luas wilayah RSS/RSH Sambak Indah sekitar 3 Ha, dengan 90 % wilayah sudah terbangun. Jumlah penghuni saat ini sekitar 1500 jiwa terdiri dari 2 RW dan 10 RT.

b. Prasarana dan Sarana Dasar RSH

  

Tabel 6. 6 Kondisi Prasarana Dan Sarana Dasar Kawasan Perumahan RSS Sambak Indah

Tingkat

  

No Satuan Satuan Jumlah Kondisi Pelayanan Keterangan

% KK

  MASYARAKAT

  1. Jalan Lingkungan m 1600 Sedang

  75 Per. Aspal/paving

  2. Saluran air hujan m 3200 Sedang

  75 Pas. Bt. Kali

  3. Prasarana air minum Jiwa

  4. Prasarana air limbah

  1 Unit 300 Sedang 100 Jamban keluarga

  a. On site

  Unit

  b. Off site

  5. Prasarana dan sarana Unit 300 baik 100 Tong sampah persampahan SWASTA

  1. Jalan Lingkungan m

  2. Saluran air hujan m

  3. Prasarana air minum Jiwa 1600 baik 100 PDAM

  2

  4. Prasarana air limbah Unit

  a. On site

  Unit

  b. Off site

  5. Prasarana dan sarana Unit persampahan

  PERUMNAS

  1. Jalan Lingkungan m

  2. Saluran air hujan m

  3. Prasarana air minum Jiwa

  3

  4. Prasarana air limbah

  a. On site Unit

  b. Off site Unit

  5. Prasarana dan sarana Unit persampahan

  PEMERINTAH

  1. Jalan Poros m 600 Sedang

  90 Jl. Aspal

  4

  2. Saluran air hujan m 1200 Sedang

  50 Pas. Batu

  3. Prasarana air minum Jiwa

  4. Prasarana air limbah

  VI - 7 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir Tingkat

  

No Satuan Satuan Jumlah Kondisi Pelayanan Keterangan

% KK a. On site Unit

  b. Off site Unit

  5. Prasarana dan sarana Becak Sampah

  Unit

  2 Baik

  60 persampahan DCTRK

  Sumber : Hasil Survay Lapangan, 2013

2. RSS/RSH Griya Praja Indah di Kelurahan Kuripan

  a. Gambaran umum RSS/RSH Griya Praja Indah berlokasi di Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi.

  Perumahan ini di bangun untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Grobogan.

  Luas wilayah RSS/RSH Griya Praja Indah sekitar 2 Ha, dengan 70 % wilayah sudah terbangun. Jumlah penghuni saat ini sekitar 600 jiwa terdiri dari 1 RW dan 4 RT.

b. Prasarana dan sarana dasar RSH

Tabel 6.7 Kondisi Prasarana Dan Sarana Dasar

  Kawasan Perumahan KORPRI Griya Praja Indah Tingkat

  

No Satuan Satuan Jumlah Kondisi Pelayanan Keterangan

% KK

  MASYARAKAT

  1. Jalan Lingkungan m 600 baik

  75 Per. Aspal/paving

  2. Saluran air hujan m 1200 Sedang

  75 Pas. Bt. Kali

  3. Prasarana air minum Jiwa

  4. Prasarana air limbah

  1 Unit 100 Sedang 100 Jamban keluarga

  a. On site

  Unit

  b. Off site

  5. Prasarana dan sarana Unit 100 baik 100 Tong sampah persampahan SWASTA

  1. Jalan Lingkungan m

  2. Saluran air hujan m

  3. Prasarana air minum Jiwa 600 baik 100 PDAM

  2

  4. Prasarana air limbah

  a. On site Unit

  Unit

  b. Off site

  5. Prasarana dan sarana Unit persampahan

  PERUMNAS

  1. Jalan Lingkungan m

  2. Saluran air hujan m

  3. Prasarana air minum Jiwa

  3

  4. Prasarana air limbah

  a. On site Unit

  b. Off site Unit

  5. Prasarana dan sarana Unit persampahan

  PEMERINTAH

  1. Jalan Poros m

  90 Sedang

  50 Jl. Aspal

  2. Saluran air hujan m 180 Sedang

  40 Pas. Batu

  4

  3. Prasarana air minum Jiwa

  4. Prasarana air limbah

  a. On site Unit 150 100 Jamban Keluarga

  VI - 8 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir Tingkat

  

No Satuan Satuan Jumlah Kondisi Pelayanan Keterangan

% KK

b. Off site Unit

  5. Prasarana dan sarana Becak Sampah

  Unit 1 sedang

  50 persampahan DCTRK

  Sumber : Hasil survay lapangan, 2013 Dilihat dari aspek pendanaan sebagian besar permukiman disediakan secara mandiri oleh

masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain serta kredit pemilikan rumah

dari perbankan. Untuk pembangunan prasarana - sarana dasar pemukiman sebagian dilakukan

swadaya masyarakat dan sebagian dana lagi berasal dari alokasi dana APBD II Kabupaten Grobogan.

B. Penataan dan Peremajaan Kawasan

  Penataan dan peremajaan Kawasan Pemukiman di Kabupaten Grobogan diarahkan pada kawasan yang memenuhi memenuhi kriteria minimal sebagai berikut : Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan

  • permukiman perkotaan. Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap
  • infrastruktur perkotaan Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan
  • perkotaan. Penanganan pemukiman kumuh yang tidak efektif.
  • Kawasan-kawasan ini biasanya terletak di pusat kota Kabupaten dan Kota kecamatan..

  

Kawasan -kawasan yang teridentifikasi tidak teratur biasanya terletak dikawasan pusat perdagangan

seperti pasar dan pemukiman di dekatnya.

6.1.4 Program Pembangunan Permukiman Pedesaan

A. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

  Berdasarkan hasil study Penyusunan RPJM DPP KTP2D yang telah dilakukan Bappeda

Kabupaten Grobogan baru enam Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) yang di lakukan

study pengembangan ketiga KTP2D tersebut adalah Jeketro, Boloh dan Karangasem, Kapung,

Nambuhan, dan Putatsari.

  Berdasar hasil study RTR dan RPJM ketiga KTP2D yang telah dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. KTP2D Desa Jeketro

  Lokasi/Nama Kawasan : Desa Jeketro Kecamatan : Gubug Desa Pusat : Desa Jeketro (DPP) Desa Hinterland : 1). Desa Ngroto (Hinterland) 2). Desa Ginggangtani (Hinterland) 3). Desa Saban (Hinterland) 4). Desa Glapan (Hinterland) 5). Desa Mlilir (Hinterland) 6). Desa Tungu (Hinterland) Adapun potensi yang ada dan perlu dikembangkan di wilayah KTP2D Desa Jeketro adalah:

  VI - 9 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir Potensi pertanian yang cukup besar, berupa lahan pertanian.

   Terdapat fasilitas perekonomian (pasar desa) yang bisa dijadikan pusat perdagangan lokal

   Desa Pusat Pertumbuhan dan desa hinterlandnya.

  Ditinjau dari aspek lokasi secara lokal, kedudukan Desa Jeketro sebagai Desa Pusat 

  Pertumbuhan (DPP) sangat strategis, karena dilalui jalur utama yang menghubungkan dengan desa-desa hinterlandnya dan dengan kota Kecamatan Gubug. Tingkat motivasi penduduk di KTP2D Desa Jeketro untuk maju dan berkembang cukup

   tinggi.

a. Kondisi Prasarana dan sarana 1). Kebutuhan Air bersih

  Kebutuhan air bersih/air minum panduduk di wilayah Kawasan KTP2D Desa Jeketro Kecamatan Gubug dipenuhi dengan pembuatan sumur gali dengan memanfaatkan air tanah setempat. Secara kuantitatif kebutuhan air bersih ini belum mencukupi, lebih-lebih pada musim kemarau.

  2). Sampah Sampah yang ada di wilayah KTP2D Desa Jeketro Kecamatan Gubug berasal dari rumah tangga, pasar dan sampah lingkungan. Sampah rumah tangga dan sampah lingkungan ditangani secara tradisional yaitu dibuang dilubang galian tanah kemudian dibakar. Hal ini dilakukan mengingat masih tersediannya lahan yang cukup memadahi di halaman/pekarangan rumah warga masyarakat. Namun demikian perlu adanya penyuluhan berkelanjutan mengenai kesehatan lingkungan, termasuk masalah persampahan agar cara-cara pembuangan sampah oleh masyarakat setempat masih memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. Sedangkan sampah dari pasar sudah ada yang mengelola dari petugas desa.

  3). Jaringan Drainase Untuk saat ini kondisi jaringan drainase di wilayah KTP2D Desa Jeketro Kecamatan Gubug berupa saluran primer (sungai), sebagian saluran sekunder dengan kondisi saluran masih non permanent. Untuk saluran tersier yang merupakan sarana air buangan, baik air hujan maupun buangan rumah tangga sebagian sudah tersedia di wilayah KTP2D Desa Jeketro yang berada pada sisi jalan baik jalan utama maupun jalan lingkungan (sekitar perumahan) dengan konstruksi permanen (beton) ataupun non permanen (tanah).

  4). Prasarana dan Sarana Transportasi Prasarana transportasi yang ada di wilayah KTP2D Desa Jeketro Kecamatan Gubug berupa jaringan jalan yaitu jalan utama yang menghubungan desa-desa yang ada di wilayah

  KTP2D dari arah Utara ke Selatan, serta jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah/lingkungan yang ada di KTP2D Desa Jeketro. Berdasarkan jenisnya, terdiri dari jalan aspal, jalan tanah dan jalan batu (makadam), sedangkan berdasarkan statusnya merupakan jalan lokal. Kondisi jalan yang baik akan mempengaruhi aksesibilitas ke pusat-pusat pelayanan lokal dan regional, demikian juga hubungan internal dan internal, sehingga memacu pertumbuhan kecamatan Gubug, khususnya wilayah KTP2D Desa.

2. KTP2D Desa Boloh

  Lokasi/Nama Kawasan : Kecamatan Toroh Kecamatan : Toroh Desa Pusat : Desa Boloh (DPP) Desa Hinterland :

  Desa Genengsari (Hinterland) 1).

  VI - 10 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir Desa Plosoharjo (Hinterland) 2). Desa Tambirejo (Hinterland) 3). Desa Kenteng (Hinterland) 4). Desa Tunggak (Hinterland) 5).

  Adapun potensi yang ada dan perlu dikembangkan di wilayah KTP2D Desa Boloh adalah: Potensi pertanian yang cukup besar  Terdapat fasilitas perekonomian berupa pasar desa bank dan koperasi.

   Ditinjau dari aspek lokasi secara lokal, kedudukan desa Boloh sebagai DPP sangat strategis,

   karena dilalaui jalur utama yang menghubungkan dengan desa-desa hinterlandnya dan dengan kota kecamatan Toroh.

a. Kondisi Prasarana dan Sarana 1). Sarana transportasi

  Wilayah KTP2D Desa Boloh (KTP2D IV) Kecamatan Toroh dilewati oleh jalur transportasi yang menghubungkan Ibukota Kecamatan Toroh dengan desa -desa yang ada di wilayah KTP2D IV. Jalur transportasi tersebut merupakan jalur utama di kawasan tersebut yang membelah wilayah tersebut dari Timur ke Barat.

  Kondisi jalan di wilayah KTP2D terdiri dari :

   Jalan aspal, Disepanjang jalan utama, kondisinya berupa jalan aspal dengan lebar 4 m. Selain itu sebagian jalan lingkungan kondisinya sudah beraspal clan juga jalan - jalan yang menghubungkan wilayah KTP2D IV dengan wilayah lain sudah beraspal,

seperti Jalan menuju Desa Ngraji dan Desa Kandangan Kecamatan Purwodadi.

   Jalan berbatu atau makadam, Biasanya jalan-jalan lingkungan masih berupa jalan berbatu atau makadam.

   J a l a n T a n a h , J a l a n l i n g k u n g a n y a n g m a s i h b e r u p a j a l a n t a n a h jumlahnya tinggal sedikit, biasanya berada di kawasan permukiman yang berada di sekitar wilayah hutan.

  Sarana perhubungan yang digunakan sebagai angkutan umum penumpang maupun barang di wilayah KTP2D IV berupa angkutan desa seperti dokar, sepeda motor, mobil, Truck dan angkutan umum. 2). Jaringan Air Minum/Air bersih

  Kebutuhan air minum dan air bersih untuk penduduk wilayah KTP2D IV dilayani oleh sumber air buatan yaitu dari waduk sanggeh, kenteng dan krukul, serta dari sumur gali yang diusahakan oleh masyarakat se n d ir i d a n s um be r m a ta a i r . U nt uk w i l aya h K TP 2 D I V u n tu k memenuhi kebutuhan air bersih belum dilayani oleh PDAM, Memang sudah ada sedikit jaringan pipa PDAM yang masuk wilayah ini namun aimya belum bisa mengalir sampai di wilayah ini. Sedangkan untuk waduk gambrengan/krukul juga sudah dibuat jaringan air bersih, dan baru untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi dusun P ucang Utara dan Pucang Selatan Desa Tambirejo, serta dusun Pengkol, Desa Depok.

   3). Jaringan Sampah Sampah merupakan suatu masalah tersendiri dalam suatu wilayah, tetapi untuk wilayah KTP2D IV masalah sampah belum menjadi masalah yang begitu serius karena masih ada lahan -lahan untuk pembuangan, sehingga tidak menuntut penanganan khusus. Sistim pembuangan sampah di lingkungan KTP2D IV untuk rumah tangga umumnya tidak memiliki tempat khusus, biasanya sampah yang ada dibuang di

halaman dengan menggali lubang di halaman rumah, dan juga langsung di bakar.

  VI - 11 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir 4). Jaringan Drainase

  Jaringan drainase di wilayah KTP2D IV terdapat disepanjang jalan utama dan sebagian di jalan lingkungan yang merupakan jalan utama di kawasan pe rm ukim an dan pa da um um nya ko ndis inya m asih berupa tanah. Selain itu jaringan drainase yang ada terdiri dari drainase pembuang yang menampung air kotor rumah tangga melalui drainase lingkungan dan air hujan serta air bekas irigasi. Jaringan drainase di wilayah KTP2D IV masih belum tertata dengan baik, dan s e b a g i a n b e s a r k o n d i s i n y a m a s i h t a n a h . S e d a n g k a n u n t u k pembuangan air hujan dan air limbah rumah tangga melalui sungai kecil-kecil yang banyak terdapat di wilayah KTP2D

  IV.

3. KTP2D Desa Karangasem

  Lokasi/Nama Kawasan : Kecamatan Wirosari Kecamatan : Wirosari Desa Pusat : Desa Karangasem (DPP) Desa Hinterland :

  . 1). Desa Dokoro (Hinterland) 2). Desa Tegalrejo (Hinterland) 3). Desa Sumberagung (Hinterland)

Adapun potensi yang ada dan perlu dikembangkan di wilayah KTP2D Desa Karangasem adalah:

sebagai daerah agro industri.

   Sebagai daerah pusat industri genteng yang cukup banyak menyerap tenaga. 

a. Kondisi Umum Air Bersih 1).

  Pemenuhan air bersih penduduk Wilayah KTP2D Karangasem saat ini. dicukupi dengan air dari mata air clan sumur gali yang diusahakan oleh masyarakat sendiri, dan sebagian lagi penduduk memanfaatkan, sumber air dari PDAM Kabupaten Grobogan yang mata airnya jugs berasal dari daerah ini. Melihat permasalahan di lapangan nampak bahwa minat masyarakat terhadap sambungan air bersih perpipaan sangat kecil. Selain itu terdapat kendala teknis yang dihadapi PDAM Kabupaten Grobogan, program air bersih diorientasikan pada stimulan program pengadaan dan peningkatan pemanfaatan sumur gali, baik yang dimanfaatkan secara komunal ataupun individual.

   2). Drainase Drainase mikro yang ada di lingkungan permukiman sejauh ini masih aiamidengan pengaliran air hujan memanfaatkan lahan-lahan kosong. Sebadian besar wilayah permukiman tidak dijumpai adanya saluran air hujan yang mem adai atau yang didesain secara

,

baik karena kebanyakan hasil swadaya masyarakat serta dialirkan ketempat-tempat terbuka (kebun) dan sawah atau saluran irigasi/sungai. Pada musim penghujan, genangan akan terjadii pada jalan-jalan baik jalan protokol maupun jalan lingkungan.

   3). Sanitasi Di bidang sanitasi, sebagian besar penduduk belum memanfaatkan sarana yang memadai. Berdasarkan orientasi lapangan, pengelolaan airlimbah di Wilayah KTP2D

  Karangasem masih menggunakan sistem off-site. Hal ini terbukti dengan adanya pembuangan limbah di tiap desa yang langsung disalurkan ke sungai.

  VI - 12 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir 4). Persampahan

  Pada tahun 2003, jumlah penduduk kawasan K TP2D Karangasem tercatat sebesar 28.660 Jiwa. D ari jumlah penduduk tersebut menghasilkan timbunan sampah yang terbesar merupakan sampah domestik yang berasal dari permukiman, dan sebagian besar dihasilkan oleh pasar, industri kecil, pertokoan, dan warung di Dusun Sarip Desa Karangasem.

  Sampai sejauh ini belum diperoleh data akurat mengenai besarnya. sampah yang diproduksi. Data yang diperoleh sifatnya hanya kualitatif dari informasi masyarakat. Hal ini disebabkan belum dikelolanya sampah di Wilayah KTP2D Karangasem akibat terbatasnya sumber daya (peralatan, tenaga dan dana), tanggung jawab, dan kurangnya persiapan masyarakat.

  K a r n a b e l u m t e r l a y a n i n y a p e m b u a n g a n s a m p a h d i W i l a y a h permukiman DPP Karangasem dan sekitarnya, maka penanganan sampah dilakukan sendiri masyarakat dengan cara dibakar, ditimbun, dibuang ke sungai, dan dibuang di tempat terbuka lain jika lahan di sekitarnya memungkinkan. Sedangkan untuk pembuangan sampah kotoran hewan dimanfaatkan untuk pupuk pertanian. 5). Pemukiman

  Berdasarkan data kependudukan dan kondisi wilayah eksisting masingmasing desa, dapat disimpulkan bahwa karakteristik wilayah permukiman desa-desa di wilayah KTP2D Karangasem telah terjadi pergeseran dari sifat pedesaan menjadi sifat kekotaan. Sejalan dengan hal itu, untuk jangka menengah program perumahan dan permukiman di wilayah KTP2D diarahkan dengan model pendekatan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) sebagaimana upaya pendekatan yang digunakan dalam menangani masalah permukiman

C. Kawasan Agropolitan

  Berdasarkan hasil study Kawasan Agropolitan Kabupaten Grobogan yang telah dilakukan

Bappeda Kabupaten Grobogan, Kawasan Agropolitan Kabupaten Grobogan tersebar di beberapa

kecamatan antara lain kecamatan Pulokulon, Wirosari, Penawangan, Purwodadi, dan Toroh . Indikasi

program yang telah disusun dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

  Tabel 6. 8 Rencana Program Jangka Menengah Kawasan Agropolitan Kabupaten Grobogan No Program / Kegiatan Lokasi

  I. PRASARANA DAN SARANA PENDUKUNG SARANA

A. Perencanaan:

  1 Pembangunan pintu gerbang kawasan Kota Kecamatan Wirosari dan Kota Tani Penawangan

  2 Pembangunan land mark kawasan Kota Tani Depok

  3 Pembangunan Balai Pertemuan dan Pusat Informasi Kota Tani Kunden Agropolitan

  4 Pembangunan Pos Kesehatan Hewan Kota Tani Kunden dan Laboratorium

  5 Pembangunan Balai Penelitian Komoditas UAP Kota Tani Penawangan

  6 Pembangunan rest area Jalur Penawangan - Purwodadi

  7 Pengoptimalan terminal barang Kota Kecamatan Wirosari

  8 Peningkatan/ pengembangan pasar pengumpul Seluruh Kota Tani

  9 Penataan kios-kios penjual melon/ semangka Jalur Penawangan - Purwodadi

B. Pelaksanaan Fisik

  VI - 13 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir No Program / Kegiatan Lokasi

  1 Pembangunan pintu gerbang kawasan Kota Kecamatan Wirosari dan Kota Tani Penawangan

  2 Pembangunan land mark kawasan Kota Tani Depok

  3 Pembangunan Balai Pertemuan dan Pusat Informasi Kota Tani Kunden Agropolitan

  4 Pembangunan Pos Kesehatan Hewan Kota Tani Kunden dan Laboratorium

  5 Pembangunan Balai Penelitian Komoditas UAP Kota Tani Penawangan

  6 Pembangunan rest area Jalur Penawangan - Purwodadi

  7 Pengoptimalan terminal barang Kota Kecamatan Wirosari

  8 Peningkatan/ pengembangan pasar pengumpul Seluruh Kota Tani

  9 Penataan kios-kios penjual melon/ semangka Jalur Penawangan - Purwodadi

II. PRASARANA

A. Perencanaan:

  1 Peningkatan jalan antar KSP Kawasan agropolitan

  2 Peningkatan jalan antara KSP dan KT Kawasan agropolitan

  3 Peningkatan jalan antar KT Kawasan agropolitan

B. Pelaksanaan Fisik

  1 Peningkatan jalan antar KSP Kawasan agropolitan

  2 Peningkatan jalan antara KSP dan KT Kawasan agropolitan

  3 Peningkatan jalan antar KT Kawasan agropolitan Sumber : RPJM Kawasan Agropolitan Kabupaten Grobogan, 2008

  Kawasan Rawan Bencana Alam D.

  Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana

alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan banjir. Penetapan kawasan rawan

bencana alam berfungsi untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh

alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kawasan Rawan bencana Alam terdiri dari

:

a. Kawasan Rawan Bencana Banjir

  Pada umumnya banjir merupakan suatu kondisi tergenangnya suatu area karena melimpahnya air sungai akibat tidak tertampungnya air oleh badan sungai karena suatu sebab atau air yang masuk sungai melebihi kapasitas tampung normal badan sungai atau pada kondisi tertentu

akibat adanya kerusakan pada tanggul sungai sehingga air melimpas keluar dari badan sungai

  Daerah rawan banjir terdapat di 6 (enam) wilayah kecamatan. Berdasarkan hasil survey, banjir yang terjadi di daerah-daerah di Kabupaten Grobogan disebabkan antara lain : 1) Curah hujan yang tinggi saat musim hujan, 2) Meluapnya sungai/tanggul kurang tinggi, 3) Saluran drainase yang tidak berfungsi dengan sedimentasi maupun kegiatan penyempitan saluran, 4) Tanggul sungai/saluran mudah jebol/rusak, 5) Penggudulan hutan,

6) Disamping itu jebis tanah yang tidak mudah meresap air juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir.

b. Kawasan Rawan Tanah Longsor

  Berdasarkan hasil survey instansional dan pengamatan di lapangan, daerah rawan longsor terdapat di 6 Kecamatan yang meliputi 7 desa sbb

  VI - 14 Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

  Laporan Akhir

Tabel 6.9 Kawasan Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Grobogan No Kecamatan Desa Keterangan

  1 Purwodadi Nambuhan

  2 Kradenan Kradenan

  3 Wirosari Dapurno Kunden

  4 Tanggungharjo Padang

  5 Pulokulon Randurejo

  6 Tawangharjo Jono Sumber: Bappeda Kab. Grobogan, 2010