KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD - Test Repository
KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB
RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID
ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ATIK ZAKIYAH
NIM: 111 11 116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 1437 H/2017 M
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan,
belajar dengan penuh keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat
dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain karena hidup hanya sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada, kepada Dialah tempat meminta dan memohon
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb, maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada:
Allah SWT dan Rasullah SAW, sebagai sedikit bukti pengabdian hamba kepada agama-Mu yakni al Din al Islam.
Mamak dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, nasehat, dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adek-adekku (dek Rani, dek Nova, dek Aziz, dek Ririn, dek Azzam) yang telah dan selalu memberi semangat, motivasi sampai penulis menyusun skripsi ini.
Syaikh Murobbi Rukhina Romo Kyai As‟ad Haris Nasution Fatkurrohman,
Ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi dan Ibunda Nyai Chusnul Chalimah beserta seluruh ahlul bait beliau yang senantiasa dengan tulus ikhlas mendidik kerohanianku dan motivasi spiritual hingga sekarang.
Teman-temanku pondok pesantren putri Al-Manar (Mbk khoir, Mbk Umi, Mbk Nur, Mbk Rif‟a, Mbk Dita, Mbk Latifah, Mbk Wiwik, Mbk Ummah, Mbk Navisah ) yang tidak pernah henti-hentinya mendukung aku sampai skripsi ini terselesaikan.
Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih
Ridho-Nya dan seluruh pembaca yang budiman yang bersedia membaca skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi penulis.
Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah ku dari SD, MTS, hingga MA yang telah memberiku lahan ilmu dan wawasan.
Teruntuk calon imamku, terima kasih telah mendukung dan menunggu sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
ميحّرلا نحمّرلا الله مسب
َرئاصب َرّصبو ،َينِّقتملِل ِةداعّسلا َجهنم َلّهسو ،َينِبلاّطلل َقيرّطلا َحضوأ يِذّلا ِلله ُدملحا
ِناسحلإا َراونأو ِنايملإا َرارسأ مهَحنمو ،ِنيِّدلا في ِماكحلأاو ِمكلحا ِرئاسب َينِقّدصلدا ّنأ ُدهشأو ،ُينبلدا ُّقلحا ُكللدا ُول َكيرش لّ هَدحو ُالله ّلّإ ولإ لآ ْنأ ُدهشأو ،ِينقيلاو
ِفي ُوْهِّقَفُ ي اًرْ يَخ ِوِب ُالله ِدِرُي ْنَم ُلئاقلا ،ُينملّا ُدعولا ُقداّصلا وُلوسرو هُدبع اًدممح ناَدّيس
.ِنيّدلا ِموي َإإ ٍناسح ملذ ،َينِعباّتلاو وِباح أو وِل َلعو ِويلع ُالله ّل ،ِنْيِّدلا
Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.
Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Rovi‟in M.Ag. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.
ABSTRAK
Atik Zakiyah. 2016.Konsep Menuntut Ilmu Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Karya Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad. Skripsi. JurusanPendidikan
Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.
Kata kunci: Konsep Menuntut Ilmu Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah
Risalatul Mu’awanah, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahuibagaimanapendidikan menuntut ilmub menurut Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul
Mu’awanah? (2) Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab
Risalatul Mu’awanah? (3) Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab
Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research ). Sumber data primer adalah kitab Risalatul Mu’awanah, sumber
sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab- kitabdanbuku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis, content analysis dan .
reflektif thinking
Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa konsep menuntut ilmu yang ada dalam kitab
Risalatul Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk merubah para pelajar yang saat ini masih menuntut ilmu menjadi pribadi yang mempunyai ilmu yang baik dan manfaat. Model menuntut ilmu dalam kitab
Risalatul Mu’awanah bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh
dengan Al- Qur‟an dan Hadis. Di setiap babnya terdapat uraian-uraian tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seseorang yang cinta bersikap menuju jalan akhirat, yang dari setiap uraiannya disertakan dasar- dasar (dalil-dalilnya). Dengan demikian, bagi siapa saja yang mempelajarinya pasti akan menjadi lebih yakin, mantap dan termotivasi untuk melaksanakannya.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LOGO IAIN .................................................................................................... ii NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN .................................................. v MOTTO .......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ................................................................ 1 B. RumusanMasalah ........................................................................ 5 C. TujuanPenelitian ......................................................................... 5 D. KegunaanPenelitian..................................................................... 5 E. PenegasanIstilah .......................................................................... 6 F. MetodePenelitian......................................................................... 8 G. SistematikaPenulisan................................................................... 9 BAB II BIOGRAFI SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD A. RiwayatHidupSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad ................ 11 B. Pemerintah Masa Kehidupan Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad
..................................................................................................... 18 C. Madzhab Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ....................... 19 D.
Guru-Guru Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad .................... 20
E.
Karya-karyaSayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ................... 24 F. Bidang Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah ................................. 30 G.
Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ...................... 32
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-
HADDAD TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad Tentang Konsep Menuntut Ilmu di Dalam Kitab Risalatul Mua’wanah ............... 48 1. Ilmu Terhadap Allah SWT ....................................................... 49 2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ...................................................... 51 3. Ilmu Terhadap Lingkungan ...................................................... 55 B. PengertianKonsep Dalam Menuntut Ilmu ................................... 59 C. Bentuk-Bentuk Konsep Menuntut Ilmu ...................................... 60 D. Pengertian Menuntut Ilmu........................................................... 62 E. Etika Atau Cara Menuntut Ilmu ................................................. 63 F. Manfaat Menuntut Ilmu ............................................................. 67 G. Tujuan Menuntut Ilmu ............................................................... 68BAB IV ANALISIS RELEVANSI KONSEP MENUNTUT ILMU KITAB
RISALATUL MU’AWANAH DALAM KONTEKS KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah .............. 70 B. Metode yang Digunakan Dalam Menuntut Ilmu ........................ 73 C. Konsep Menuntut Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah Dalam Kontek Kehidupan Sehari-Hari................................................................ 76 1. Ilmu Terhadap Allah SWT ....................................................... 77 2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ...................................................... 79 3. Ilmu Terhadap Lingkungan ...................................................... 83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 88 B. Saran ............................................................................................ 90 C. Implikasi Penelitian ..................................................................... 91 D. Kata Penutup ............................................................................... 93DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbekal dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib,
sunnah dan haram.Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara menjahui keharamaan. Karena begitu besar peran ilmu, maka diwajibkan menurut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Ilmu yang wajib dituntut oleh setiap muslim, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang ketentuan yang diwajibkan oleh Allah SWT. dan keharaman yang diharamkan-Nya. (Al- Haddad, 2007:83).
Terlebih pada pertumbuhan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Baik buruknya lingkungan sedikit banyak akan diikuti oleh mereka.
Padahal semua orang telah menyaksikan bagaimana perilaku orang-orang yang berada di sekelilingnya sangat memprihatinkan. Kemerosotan ilmu pada anak-anak saat ini dapat dilihat dengan banyaknya tawuran, mabuk, membolos, berani dan durhaka kepada orang tua, bahkan sampai membunuh.
(Jawa Pos, 2014: 1). Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk membentengi anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk, maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk.
Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi, kanak-kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini, melanjudkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap bangsa, negara, juga agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313).
Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang menuntut ilmu. Supaya mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki ilmu yang baik dan berguna, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.
Menuntut ilmu merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al- Qur‟an sebagai referensi paling penting tentang ilmu bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Ilmu merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Ilmu merupakan alat kontrol psihis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa ilmu, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).
Dengan bekal menuntut ilmu, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berilmu dapat memperoleh irsyad, taufik, dan
hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagian hidup
oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).
Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan ilmu secara mendalam adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang menuntut ilmu, baik ilmudhahir (lahir) maupun bathin (batin).
Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja.
Rasulullah SAW bersabda:
) قهيبلا هاور ( .
ٍمِلْسُم ِّلُ َلَع ٌ َ ْيِرَ ِمْلِعْلا ُ َلَ Artinya : “Menuntutilmuituwajibatassemua orang Islam ”. (HR.
BaihaqidariAnas).
Sayyid Abdullah Al-Haddadberkata: "Kami telah melaksanakan segala sunnah Nabi SAW, dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”.
Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, Syyaid AbdullahAl-Haddadpada akhir umurnya memanjangkan rambutnya hingga bahu, karena rambut Rasulullah SAW adalah demikian.
Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik ilmu, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif dalam karya tulis. (Musthofa, 1994: 163). Karya-karya dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab
Risalatul Mu’awanah. Kitab ini tergolong sangat praktis, di dalamnya
terdapat berbagai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang disertai dengan dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa (pelajar).
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali konsep menuntut ilmu yang terdapat dalam kitab
Risalatul Mu’awanah,yang memuat
ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tentang tata cara dan langkah-langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB
RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI
AL-HADDAD. Penulis akan berusaha mengulas konsep menuntut ilmu yang ada dalam kitab
Risalatul Mu’awanah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan
referensi dalam pembimbingan akhlak para pelajar dan juga masyarakat umum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddaddalam kitab
2. Mengetahui bagaimanakah Konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab
Penelitianini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan dalam menuntut ilmu.
Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:
3. Mengetahui relevansi Konsep Menuntut Ilmu dalam kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Risalatul Mu’awanah.
Risalatul M u’awanah.
Risalatul mu’awanah? 2.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab
Tujuan Penelitian
Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari? C.
3. Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab Risalatul
Risalatul Mu’awanah?
Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab
D. KegunaanPenelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
E. PenegasanIstilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Konsep Menuntut Ilmu
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memehami hal- hal lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2007:588). Selain pengertian tersebut ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah pokok pertama yang mendasari keseluruhan pemikiran. (Ensiklopedi indonesia, 1991:1856). Dengan demikian sebuah konsep akan membingkai atau menyusun sebuah penjelasan tentang suatu hal atau perkara yang di teliti.
Menuntut adalah meminta dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi).(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:589).
Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan karena ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar. (Al- Jaza‟iri, tt: 223).
Dengan demikian menuntut ilmu adalah sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang supaya mencapai ilmu yang baik dan benar, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Risalatul Mu’awanah
Ini adalah kitab yang ditulis oleh Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad pada abad ke-12 Hijriyah. Ketika ia masih berumur 26 tahun.
Arti kitab ini mempunyaipengertian ringkasan pertolongan bagi orang- orang mukmin yang cinta bersikap menuju jalan akhirat. Sebagaimana judulnya, kitab ini membahas penjelasan berbagai
mau’idloh (nasehat)
tentang tata cara dan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh setiap orang mukmin yang mengharapkan kebahagian di dunia dan akhirat.
Kitab ini terdiri 38 bab pembahasan, dimulai dari pengenalan terhadap pengarang (
ta’rif al-muallif), kemudian khutbah kitab dilanjutkan dengan
bab satu, dua, tiga sampai 38. Pada bagian akhir ditulis beberapa wasiat
al-rohaniah (wasiat yang bersifat kerohaniahan) dari Allah SWT. yang
diturunkan melalui beberapa hadis qudsi dengan periwayatan yang shahih, yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW,dan fahrasat (daftar isi).
F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif
Literer . Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
angka secara langsung.Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab
Risalatul Mu’awanah dan relevansinya dengan kehidupan kontemporer.
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dokumentasi dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku- buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber: a.
Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab
Risalatul Mu’awanah.
b.
Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan kitab Risalatul
Mu’awanah, buku-buku dan media elektronik seperti internet, yang mendukung objek penelitian.
3. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua metode yaitu: a.
Metode Content Analysis Metode Content Analysis (analisis isi)menurutWeber sebagaimana yang dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulsan kitab
Risalatul Mu’awanah dan kaiatanya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.
b.
Metode Reflektif Thinking Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67). Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab
Risalatul Mu’awanah dan nilai- nilai pendidikan akhlak kontemporer.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut: Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Penelitian, Metode Penelitian, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.
Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Syaiid Abdullah bin Alwi Al- Haddad dalam kitab
Risalatul Al mua’wanah menguraikan tentang: Biografi
Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanankarirnya. Selain itu dalam bab ini juga membahas perkembangan intelektualdan karya-karyanya serta pemikiran-pemikirannya dalam kitab Risa
latul Almu’awanah.
Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad tentang konsep menuntut ilmu.
Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasi.
Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, implikasi penelitian, dan kata penutup.
BAB II BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL- HADDAD A. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad 1. Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dilahirkan pada malam
senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli tahun 1634 M. di Subair (sebuah perkampungan di pinggiran kota Tarim, Hadlramaut, Yaman).
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah Keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad Al-Arifin (ma‟rifat) dengan Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai seorang wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40).
Nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersambung kepada kekasih Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali bin Abi Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari Rasulullah SAW.
Urutan nasabSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang hingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW dapat dilihat pada bagan sebagai berikut: Sayyiduna Muhammad SAW
Sayyidatuna Khatijah Al- Kubro RA
Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA
Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin
Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib
Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy Ubaidillah
Alwi Ba‟lawi Shohib Saml Alwi Muhammad
Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath
Abdurrahman Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam Ahmad Al-Faqih Abdullah
Ahmad Muhammad Abu Bakar Ahmad Al-Haddad
Muhammad Alwi Abdullah Ahmad
Sayyid Alwi Muhammad Al-Haddad Syarifah Salma binti Idrus
Al-Imam Al- „Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, Al-
Hadlromiy, Asy- Syafi‟i, Al-Asy‟ari. Demikianlah runtunan nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al- Haddad yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husain RA..
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tinggal disebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut) berkata
: ”Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-Haddad mendirikan Al- Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada
pentadbiran (pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan
tempat yang strategis untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati.
Sayyid Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al-Hawi pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099 H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan senin, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam Jum‟at selepas salat isya‟. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan kepada para ulama‟, dan orang-orang shaleh, serta tempat perlindungan bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona selamat, aman, dan tenteram.
2. Ketekunan Ibadah Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad
Pada tahun 1079 H, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Makkah, ramai penduduk Makkah yang menyambut kedatangannya, dan di sana ia tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal. Sayyid Abdullah Al-Haddad menceritakan keberadaannya dirumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Sayyid Abdullah berkata:“Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama: adalah lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua: lautan batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan Allah SWT telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”.
Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum‟at, ramai penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya.Ketika Sayyid Abdullah Al- Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma‟il, ia didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do‟a kepadanya agar permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT (tanpa memberitahu apakah hajatnya itu), maka Sayyid Abdullah Al-
Haddad mendo‟akan untuknya. Ketika Syarif Barakaat pergi, Sayyid Abdullah Al-Haddad bertanya: Siapakah dia itu? ia diberitahu kalau dia adalah salah seorang yang besar di Makkah. Lalu Sayyid Abdullah berkata: “Dia meminta untuk menjadi raja di Makkah, dan Allah SWT telah mengabulkan permintaanya”. Syarif Barakaat di lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H.
Pada hari Jum‟at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan masuknya waktu salat fajar, Sayyid Abdullah Al-Haddad telah di pelawa untuk menjadi imam pada shalat subuh di Masjidil Haram di Makkah. Ia membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan.
Sayyid Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:
- ِّ ُْلحا ِلاَخ ْنِم َااَوْرلأا َللاَخ الد
ىَرَكلا انل ّذلي َلّ ْنأ َانَل ّذلَي
Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu dengan ruh”.
Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad menghampiri kota Madinah, ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang bersinar. Ia mengungkapkan dalam syairnya:
ِبرنعلا فرعب يرزي ىذش انمشم * ا هعو برو ً ب ي ان غلب امل ِرباقلدا ّل يرخ نم انسلا الّو ناج ّل نم ُراونلأا ْتقرشأو
- نم با نيدلدا اني او انل و رجفلا عم ر اس ِةداعّسلبا انيلع ٍااب
Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar.Cahaya menyinari segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik-baik manusia.Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”.
Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan RasulullahSAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al- Muzammil:1-2). (http//www.Al-Quran-digital.com).
Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:
Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu sahur mereka meminta ampun (kepada Allah).” (Q.S. Adz- Dzariyat: 17). (http//www.Al-Quran-digital.com).
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan segala sunah Nabi SAW, dan tiada satu sunah pun yang kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya sehingga sampai pada bahunya, Karena rambut Rasulullah SAW adalah demikian.
3. Peristiwa Wafat Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad
Sayyid Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya dalam kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak ikut salat asar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, ia salat isa‟ berjama‟ah dan tarawih. Keesokan harinya ia tidak bisa menghadiri salat jum'at. Sejak hari itu, penyakitnya semakin parah. Ia sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7 Dzul- qo‟dah 1132 H / 10 September 1712
M, ia kembali menghadap Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya, Hasan. Ia wafat dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia dimakamkan. (Al-Badawi, 1994: 171-172).
Putranya yang bernama Hasan yang merawatnya ketika sakit. Sayyid Hasan menceritakan bahwa: Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al- Haddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu:
اَُهُ ،ِنَْحمَّرلا َإِإ ِناَتَ بيِبَح ،ِناَزيِمْلا ِفي ِناَتَليِقَث ،ِناَسِّللا َلَع ِناَتَفيِفَخ ِناَتَمِلَ .
ِميِ َعْلا َِّاا َناَحْبُس ،ِهِدْمَِ َو َِّاا َناَحْبُس
Artinya: Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh Yang maha Pengasih yaitu: .
,
ِميِ َعْلا َِّاا َناَحْبُس
ِهِدْمَِ َو َِّاا َناَحْبُسSayyid Abdullah Al-Haddad meninggal dunia pada 1/3 malam yang pertama, tak seorang pun yang mengetahui berita kewafatannya kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat memilukan ramai pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang untuk menghadiri pemakamannya.
Sayyid Hasan (putranya) dan Sayyid Umar bin Hamid adalah orang yang menangani pemandiannya. Shalat jenazah diimamkan oleh Sayyid Alwi (putranya), dan di hadiri oleh lebih kurang dua puluh ribu (20.000) orang. Sayyid Abdullah Al-Haddad dimakamkan bersamaan dengan terbenamnya matahari, oleh karena terlalu ramai manusia yang mengahdiri jenazahnya. (Al-Badawi, 1994: 173).
B. Pemerintahan Masa Kehidupan Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad (1044-1132 H/ 1634-1720 M)
Sayyid Abdullah Al-Haddad lahir pada masa Dinasti Turki Usmani, yang dipimpin oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Yaman yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Turki Usmani. Sayyid Abdullah Al-Haddad melewati tujuh periode kepemimpinan kerajaan, mereka adalah:
1. Sultan Murad IV (1623-1640 M).
2. Sultan Ibrahim (1640-1648 M).
3. Sultan Muhammad IV (1648-1678 M).
4. Sultan Sulaiman II (1678-1691 M).
5. Sultan Ahmad II (1691-1695 M).
6. Sultan Musthofa II (1695-1703 M).
7. Sultan Ahmad III (1703-1730 M).
Pergantian pemimpin yang cepat dalam beberapa periode ini, menunjukkan bahwa pada masa itu Islam sedang dalam periode kemunduran, keperkasaan pasukan Islam waktu itu sedang mengalami masa stagnan. Pada masanya, Inggris sudah terbiasa berdagang di Yaman, sedang Portugis telah menguasai pulau Socotra, 350 km lepas pantai. Ekspansi Islam pun sudah berhenti. Selain itu, kawasan Hadramaut mengalami periode kehancuran.
Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad berusia 25 tahun, Hadramaut ditaklukkan oleh kelompok Qasimi Zaydiyah dari Yaman Utara. Kaum Hadrami mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1715 Hijriyyah, saat Sayyid Abdullah berusia 81 tahun.
C. Madzhab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal sebagai salah satu mursyid tarekat (toriqoh ba‟lawi), ia adalah penganut aqidah Sunni Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Sayyid Abdullah sangat memahami kitab- kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sampai-sampai yang dahulu adalah gurunya, kemudian menjadi muridnya. Salah satunya yaitu Sheikh
Bajubair, dimana Sayyid Abdullah Al-Haddad dulunya telah berguru kepada Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan ia telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari Sheikh Bajubair.
Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama berada di sana, lalu kemudian ia kembali ke Hadlramaut. Setelah berada di Hadlramaut ia belajar kitab
Ihya ‘Ulumuddin Karya Imam Al-Ghozali kepada Sayyid Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu Sayyid Abdullah yang diberikan oleh Allah SWT. kepadanya.
D. Guru-guru Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari ayahandanya Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad dan ibundanya Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa kecilnya, ia menyibukkan diri untuk menghafal Al-
Qur‟an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului rekan-rekannya.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum sholihin (orang-orang yang saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka. Telah dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Sayyid Abdullah melebihi 140 guru, ia telah mengambil ilmu dan berkah dari para guru-gurunya itu. Di antara guru-guru dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah sebagai berikut:
1. Al-Quthb Anfas Sayyid Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin „Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaf (wafat: 1072 H),
2. Al-„Allamah Sayyid Abdurrahman bin Syekh Maula „Aidid Ba'Alawy (wafat: 1068 H),
3. Al-„Allamah Sayyid Sahl bin Ahmad BaHasan Al-Hudaily Ba'Alawy,
4. Al-„Allamah Sayyid „Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin „Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman Asseqaf,
5. Al-Mukarromah Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah (1002 –1071 H).
6. Syaikh Sayyid Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaf,
7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
8. Sayyid Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
9. Sayyidi Syaikh Sayyid Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh Al- ‟Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al- Idrus (1035-1112 H),
10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al- Asqo,
11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi (wafat 1071 H).
12. Al-„Arifbillah Syaikh Muhammad bin „Alawi as-Saqqaf al-Makki Dari guru-gurunya itulah Sayyid Abdullah Al-Haddad menerima banyak ilmu hingga menekuni tasawwuf, dan dari guru-gurunya tersebut dengan kajiannya yang mendalam di berbagai ilmu keislaman menjadikannya benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai seluk-beluk syari`at dan hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam bidang tasawwuf, sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia. Hingga diakhiri memperoleh tingkat Al-Qutub Al-Ghauts (Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan).
Sanad keilmuan Sayyid Abdullah Al-Haddad dengan guru-gurunya di atas, bersambung sampai Rasulullah SAW, dan Rasul sendiri menerimanya dari Allah SWT. Di sini penulis akan menerakan salah satu mata rantai keilmuan Sayyid Abdullah yang hingga sampai kepada Allah SWT. Penulis akan menerakan urutan keilmuannya, yang melalui Al-Quthb Anfas Sayyid Umar bin Abdurrahman Al- „Athos. Mata rantai keilmuannya adalah sebagai berikut:
Allah ‘Azza wa Jalla
Sayyiduna Muhammad SAW Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA
Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin
Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir
Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy
Ubaidillah Alwi Shohib Saml Alwi Muhammad
Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath Muhammad al Faqih al Muqaddam Ali
Alwi al Ghoyur Ali Syeikh Abdurrahman As-Seggaf Muhammad Maulah Dawilah
Abdullah Abdurrahman Salim Ubaidullah
Aqil Abdurrahman Al-Quthb Anfas Sayyid Umar Al- „Athos
Al-Imam Al- „Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, Al-
Hadlromiy Asy- Syafi‟i Al-Asy‟ari Sayyid Abdullah Al- Haddad adalah seorang da‟i yang menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan sangat mengesankan dan sebagai seorang penulis yang produktif, yang karya-karyanya tetap dipelajari orang sampai saat ini.
Banyak dari para penuntut ilmu yang datang untuk berguru kepadanya. Keaktifannya dalam berdakwah menjadikannya digelari Quthbid Dakwah wal Irsyad ( Wali Tertinggi yang memimpin dakwah).
Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang Sayyid Abdullah Al- Haddad miliki pada saat usia yang sangat dini, ia dinobatkan oleh Allah SWT dan guru- gurunya sebagai da‟i, yang menjadikan namanya harum di seluruh penjuru wilayah Hadlramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadlramaut tetapi juga datang dari luar Hadlramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarrukan (mencari berkah), memohon do‟a darinya. (http://darulmurtadza.com/imam- abdullah-bin-alwi-al-haddad/).