BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Medis - Komala Rinanti BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori Medis I. A. Masa Kehamilan

  1. Definisi kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahinya janin.

  Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2009, h: 89).

  Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari Manuaba (2010; h. 45)

  Berdasarkan reverensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan yaitu dimulai dari hasil konsepsi sampai dengan lahirnya janin dengan umur kehamilan 280 minggu atau 40 minggu.

  2. Perubahan fisiologi pada kehamilan

  Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon

  10 somatomamotropin. Estrogen, dan progesterone yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh wanita di bawah ini (Manuaba, 2012, h : 85).

  a. Uterus Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2012, h : 92).

  b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks) (Manuaba, 2012, h :92).

  c. Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan villi korealis yang mengeluarkan hormone korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik hipofisis anterior (Manuaba, 2012, h : 92). d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

  Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogrn, progetron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2012, h : 92).

  e. Sirkulasi darah ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

  1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan petumbuhan janin dalam rahim

  2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro plasentar 3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat (Manuaba, 2012, h : 93).

  a) Plasenta dan Air Ketuban Plasenta terbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dab berat plasenta

  500 g. Tali pusat yang menghubungkan plasenta panjangannya 25 sampai 60 cm. Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah 2,5 cm dan terpanjang 200 cm. plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis dan desidua kapsularis telah menjadi satu. Sebelum plasenta terbentuk sempurna dan sanggup untuk memelihara janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum. Saat nidasi vili korialis mengeluarkan hormon karionik gonadotropin sehingga korpus luteum dapat bertahan (Manuaba, 2012, h : 94).

  b) Plasenta Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O2 asam amino, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2 (Manuaba, 2012, h : 96).

  c) Likuar Amnii Jumlah likuar amnii (air ketuban) sekita 1000 ml sampai 1500 ml pada kehamilan aterm (Manuaba, 2012, h

  : 98).

3. Tahapan-tahapan Kehamilan

  Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu), untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan menurut (Manuaba, 2010, h: 107-109) :

  a. Tanda Dugaan kehamilan 1) Amenorea (terlambat datang bulan) 2) Mual dan muntah (emesis) 3) Ngidam 4) Sinkope atau pingsan 5) Payudara tegang 6) Sering miksi

  7) Kontipasi atau obtipasi 8) Pigmentasi kulit 9) Epulis 10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

  b. Tanda tidak pasti hamil Tanda tidak pasti hamil dapat ditentukan oleh: 1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan 2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda

  Chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

  3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  c. Tanda pasti kehamilan Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan oleh: 1) Gerakan janin dalam rahim 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin 3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat karditokografi, atau Doppler (Manuaba, 2010, h: 107-109).

4. Jadwal kunjungan ulang menurut (sarwono prawiraharjo 98:2010).

  a. Kunjungan I 16 minggu dilakukan untuk: 1) Penapisan dan pengobatan anemia, 2) Perencanaan persalinan, 3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. b. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk: 1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya, 2) Penapisan preeclampsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP 3) Mengulang perencanaan persalinan.

  c. Kunjungan III 36 minggu sampai lahir 1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III 2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi, 3) Memantapkan rencana persalinan, 4) Mengenali tanda-tanda persalnan.

5. Beberapa Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan menurut

  (Varney, 2007, h:537-543) ;

  a. Nausea

  b. Salvisi berlebihan

  c. Keletihan

  d. Nyeri punggung bagian atas

  e. Leukorea

  f. Peningkatan frekuensi berkemih

  g. Nyeri ulu hati

  h. Kontipasi kram tungkai i. Nyeri punggung bagian bawahkesemutan dan baal pada jari j. Konsep Dasar Antenatal Trimester III

6. Definisi Kehamilan Trimester Tiga

  Trimester III adalah periode kehamilan 3 bulan terakhir atau seperti kepada masa kehamilan. Trimester III merupakan periode kehamilan dari bulan ke-7 sampai 10 bulan (29-40 minggu)

  a. Perubahan Psikologis ibu Pada Trimester III menurut (Hutahean Serri, 2012; h. 145).

  1) Ambivalen Pada awalnya, ada rencana kehamilan, kemudian terjadi hal yang mengejutkan bahwa konsepsi telah terahadi. Ambivalen ini berhubungan dengan pemilihan waktu yang salah, kekhawatiran tentang modifikasi kebutuhan hubungan yang ada atau rencana karier; ketakutan tentang peran baru; dan ketakutan tentang kehamilan, persalinapn, dan kelaharian.

  2) Penerimaan (acceptance) Penerimaan kehamilan dipengaruhi oleh banyak faktor.

  Rendahnya penerima cenderung dihubungkan dengan tidak direncanakannya kehamilan dan bukti ketakutan serta konflik.

  Pada trimester III menggabungkan perasaan bangga dan takut mengenai kelahiran anak. Pada periode ini, khususnya hak istimewa kehamilan lebih berarti. Selama trimester akhir, ketidaknyamanan fisik kembali meningkat dan istirahat yang adekuat menjadi keharusan. Wanita membuat persiapan akhir untuk janin dan mungkin menggunakan waktu yang lama untuk mempertimbangkan nama anaknya.

  3) Introversion Introvert atau memikirkan dirinya sendiri daripada orang lain merupakan peristiwa yang biasa dalam kehamilan. Ibu mungkin menjadi kurang tertarik dengan aktifitas terdahulunya dan lebih berkonsentrasi dengan kebutuhan untuk istirahat dan waktu untuk sendiri. 4) Perasaan buaian (mood swings)

  Selama kehamilan, ibu memiliki karateristik ingin dimanja dengan suka cita. Pasangan harus mengetahui bahwa ini merupakan karateristik perilaku kehamilan. Dengan mengetahui hal itu, tentunya menjadi mudah baginya untuk bersikap lebih efektif, disamping itu akan menjadi sumber strees selama kehamilan. 5) Perubahan gambaran tubuh(change in body image)

  Kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh ibu dalam waktu yang singkat. Ibu menyadari bahwa mereka memerlukan lebih banyak ruang sebagai kemajuan kehamilan.

B. Masa Persalinan

1. Definisi persalinan

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serciks dan janin turun kedalam jalan kahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42mg), lahir spontan dengan presetasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (sujiyatini dan asri, 2010, h:1).

  Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehailan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009, h: 1000).

  Menurut beberapa reverensi diatas maka dapat saya simpulkan bahwa persalinan adalah pengeluaran janin yang cukup bulan yang ditandai dengan adanya kenceng-kenceng sampai dengan lahirnya janin dan plasenta melalui jalan lahir ibu, tanpa adanya komplikasi apapun.

2. Tahapan Persalinan

  Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk multgravida sekitar 8 jam Manuaba (2012, h. 173).

  a. Kala I atau pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Kala II dibagi dalam 2 fase : fase laten (serviks 1 - 3 cm

  • – dibawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif (serviks 4
  • – 10 cm/lengkap), membutuhkan waktu 6 jam.

  b. Kala II/kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan satu jam pada multi. c. Kala III/kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  d. Kala IV/kala pengawasan : kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (sujiati dan asri 2010, h::20)

  3. Tujuan asuhan persalinan

  Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan: a. Semua persalinan harus di hadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih b. Rumah Bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam.

  c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih (Prawirohardjo, 2009, h: 101).

  4. Lima Benang Merah

  Lima aspek dasar/lima benang merah yang pentung dan saling terkait dalam persalinan yang bersih dan aman adalah: Membuat keputusan klinik, Asuhan saying ibu dan bayi, Pencegahan infeksi, Pencatatan/Rekam medis, Rujukan (sujiati dan asri 6:2010).

  

5. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL Menurut

(Sarwono, 2009, h : 341).

  Melihat tanda gejala kala II a. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

  1) bu mempunyai keinginan untuk meneran. 2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.

  3) Perineum menonjol. 4) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

  Menyiapkan Pertolongan Persalinan

  b. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  c. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

  d. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabundan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  e. Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  f. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus sat/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

  Memastikan Pembuka Lengkap dengan Janin Baik

  a. Membersihkan vulva dan perineum, menyekatnya dengan hati- hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulu t vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dengan wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).

  b. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  c. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

  d. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi barakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100

  • – 180 kali/menit). 1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. 2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

  

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

Pimpinan Meneran

  a. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

  1) Menunggu hingga ibu mempunyai kainginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kasehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan. 2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaiman mereka dapat mendukung dan memberi semangat kapada ibu saat ibu mulai meneran.

  b. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

  c. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: 1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan meneran.

  2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).

  4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

  5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan member semangat pada ibu.

  6) Menganjurkan asupan cairan per oral. 7) Menilai DJJ setiap lima menit. 8) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primpara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merajuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

  9) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam waktu 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. 10) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

  a. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5

  • – 6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  b. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  c. Membuka pertus set. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  Menolong Kelahiran Bayi Lahirnya kepala

  a. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5

  • – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar dengan perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

  b. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus di lakukuan).

  c. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi: 1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  2) Jika tali pusat memlilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  d. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  Lahir bahu

  a. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kea rah atas dank e arah luar untuk melahirkan bahu posterior. b. Setelah dua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah kea rah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  c. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang dua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki bayi.

  Penanganan Bayi Baru Lahir

  a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik) kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalau pendek, meletakan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

  b. Segera membungkus kepala dan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/IM.

  c. Menjepit tali pusat menggunakan klem ke arah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

  d. Memegang tali pusat dengan 1 tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.

  f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  Oksitosin

  a. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  b. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.

  c. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di gluteus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

  Penegangan Tali Pusat Terkendali a. Memindahkan klem pada tali pusat.

  b. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk meletakan palpasi kontraksi dan mentabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan lain.

  c. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  d. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

  Mengeluarkan Plasenta

  a. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian ke arah atas mengikuti kurve jalan lahir sambil meluruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  2) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :\Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

  3) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan tekhnik aseptik jika perlu. 4) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. 5) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. 6) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit 7) sejak kelahiran bayi.

  b. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga slaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut c. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinveksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau vorsep disinveksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

  Pemijatan Uterus

  C. Segera setelah plsenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

  Menilai perdarahan

  a. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta didalam kantong plastic atau tempat khusus.

  Jika tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

  b. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan prosedur pasca persalinan a.

  

Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

  b. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. c. Menempatak klem tali pusat dininfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikat tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

  d. Mengikat satu lagi sampul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

  e. Melepaskan klem bedah dan meletakannya kedalam larutan klorin 0,5 %.

  D. Menyelimuti kembali bayi yang menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk dan kainnya bersih atau kering.

  E. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

  F. Melanjutkan pemantauan uterus dan perdarahan pervaginam :

  a. Dua sampai tiga kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan c. Setiap 20-30 menit pada jam ke dua pasca persalinan.

  d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

  e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesia local dan menggunakan tekhnik yang sesuai.

  f. Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  g. Mengvalusai kehilangan darah. G. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam ke dua pasca persalinan.

  a. Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.

  b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

   Kebersihan dan keamanan

  ii. Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas semua peralatan setelah dekontaminasi. iii. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai. iv. Memebersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.

  Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. v. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

  ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan. vi. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan mebilas dengan air bersih. vii. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

  0,5%, membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. viii. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  Dokumentasi

  xxxviii.Melengkapi Partograf (halaman depan dan belakang) 6. Persalinan Lama menurut (Sarwono Prawihardjo, 2010, h : 184).

  a. Fase laten lebih dari 8 jam

  b. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir

  c. Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif

  

7. Sebab-sebab persalinan lama dapat dibagi menjadi 3 golongan

berikut ini :

  a. Kelainan tenaga (kelainan His). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan mengalami hambatan atau kemacetan b. Kelainan janin. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.

  c. Kelainan jalan lahir. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Sarwono, 2010, h: 563).

  Fase laten memanjang

  Jika fase laten > 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, nilai ulang serviks.

  a. Jika tidak ada perubabahan pada pendataran dan pembukaan serviks, dan tidak ada gawat janin kemungkinan belum in partu b. Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin dan diberikan antibiotika kombinasi sampai persalinan Ampisilin 2g IV setiap 6 jam dan Gentacimin 5 mg/kgBB setiap 48 jam) Kurniati Mirzani (2009, h; VI 2).

H. Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

  Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2010, h: 356).

  Masa nifas (puerperium) ,dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula.

  Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2009, h: 122).

  Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu- minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi, 2012, h: 11).

  Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

  Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; h. 2).

  Menurut beberapa reverensi diatas maka kesimpulannya adalah masa nifas yaitu dimulai dari setelah lahirmya plasenta sampai dengan kira-kira 6 minggu.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

  Tujuan masa nifas menurut (Prawirohardjo, 2008, hal 122) adalah sebagai berikut: a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

  b. Melaksanakan skrining yang komerehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

  c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, dan keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

  d. Memberikan pelayanan keluarga berencana

  3. Tahapan Masa Nifas

  Menurut (Anggraini Yeti, 2010, h : 3). Masa nifas terbagi menjadi tiga periode, yaitu: a. Puerperium dini (immediate puerperium): waktu 0-24 jam post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

  b. Puerperium intermedial (early puerperium): waktu 1-7 hari post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

  c. Remote Puerperium (later puerperium): waktu 1-6 minggu postpartum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

  4. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

  a. Involusi Uterus

  1. Pengertian Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

  2. Proses involusi uteri Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.

  Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa perinatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya Autolysis.

  Proses Involusi uterus adalah sebagai berikut:

  a) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri hsehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

  b) Atrofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

  c) Efek Oksitoksin (Kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implementasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

  Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur.

  Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitoksin biasanya diberikan secara intravena atau intramuscular segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitoksin karena isapan bayi pada payudara.

  3. Bagian Bekas Implantasi Plasenta a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara

  b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis disampling pembuluh tertutup karena kontraksi otot rahim.

  c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada mingggu ke-2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.

  d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lokia e) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumhuhan andometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endmotrium.

  f) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum.

  4. Perubahan-perubahan Normal Pada Uterus selama Post Partum. Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara: a) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

  b) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat.pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat sympisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.

  Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (post partum haemorrhag) (Ambarwati dan Wulandari, 2010, h: 73).

  b. Lochea Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia yang bebrbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 pengeluaran lochea berdasarkan waktu dan warnanya

  Lokia Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (Kruenta) 1-3 hari Merah Kehitaman Terdiri dari darah segar,

jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan sisa mekonium

  

Sanginolenta 4-7 hari Merah kecoklatan Sisa darah bercampur

dan berlendir lender

  

Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi plasenta

  Alba >14 hari berlangsung 2-6 postpartum

  Putih Mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati

  

Lochia purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk

Lochiastasis Lochia tidak lancer

keluarnya

  Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochea serosa atau alba yang berlanjut bisa menandakan adanya endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut lochea statis (Anggraini Yeti, 2010, h : 36).

  c. Cerviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

  Warna serviks sendiri merah kehitam-hiatam karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali keadaan sebelum hamil.

  Bentuknya seperti corong karena disebakan oleh corpus uteri yang mengadakan kontraksi dedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan antara corpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuh rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 post partum servik menutup (Wulandari dan Ambarwati, 2008, h : 79).

  d. Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. Segera setalah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

  Post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

  Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium latihan harian (Anggraini Yeti, 2010, h : 40).

  e. Perineum Jalan lahir penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering sering melahirkan), walaupun tetap lebih kendur dibanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah). Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

  

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi

yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan (Anggraini

  Yeti, 2010, h : 40).

  f. Rahim Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tidak teraba , 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis- garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat membantu mengencangkan kembali otot perut (Anggraini yeti, h: 37).

  g. Sistem Pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makananya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.

  Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada kehamilan trimester 1, gejala ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjad pada masa nifas. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus.penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bias juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB ada luka jahitan perineum.

  h. Sistem Perkemihan

  1) Miksi / BAK Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.

  Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapt disebabkan karena spingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih (Marmi, 2012, h : 149). 2) Defeksi / BAB Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.

  Apabila mengalami kesulitan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per oral atau per rectal atau lakukan klisma bilamana perlu (Marmi, 2012, h : 149).

  3) Perubahan Sistem Muskuloskeletal / Diastasis Rectus Abdominkus

  a) Dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang astheis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut digaris tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan (Margareth dan Sukarni, 2013, h : 330). b) Kulit Abdomen Kulit abdomen yang melebar selama kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan striae. Melalui latihan postnatal, otot-otot dan dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu (Margareth dan Sukarni, 2013, h : 330).

  c) Striae Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan memebentuk garis lurus yang samar. Ibu post partum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulusrektus abdominishal dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal

  d) Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pevis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur- angsur kembali seperti sediakala. Tdak jarang ligament rotundum mengendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendor

  e) Simpisis Pubis