Baitullah.doc 34KB Jun 13 2011 06:28:04 AM

Baitullah
Oleh Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.

BANGUNAN tempat ibadah pertama yang didirikan di atas permukaan bumi adalah
Baitullah atau Rumah Allah yang terdapat di kota Makkah. Hal itu diinformasikan
oleh Al-Qur’an dalam Surat Ali Imran ayat 96:
Åöäøó Ãóæøóáó ÈóíúÊò æõÖöÚó áöáäøóÇÓö áóáøóÐöí ÈöÈóßøóÉó ãõÈóÇÑóßðÇ
æóåõÏðì áöáúÚóÇáóãöíäó
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia.” (Q.S. Ali Imran 3:96)
Bakkah adalah nama lain dari kota Makkah. Ada juga yang berpendapat,
Bakkah adalah nama lokasi tempat didirikannya Baitullah, sedangkan Makkah nama
kota suci secara keseluruhan. Menurut asy-Syaukani dalam Fath al-Qadir (I:362),
tempat itu dinamai Bakkah karena berdesak-desaknya manusia waktu melaksanakan
thawaf. Orang Arab mengatakan, bakka al-qaum, jika suatu kaum berdesakan. Ada
juga yang berpendapat, Bakkah dari kata bakka yang berarti mematahkan leher.
Dinamai demikian, karena siapapun penguasa yang mencoba menghancurkan
bangunan suci ini akan dipatahkan lehernya (dibinasakan) oleh Allah SWT
sebagaimana dulu pernah dialami oleh Raja Abrahah dan pasukan gajahnya.
Sedangkan Makkah, berasal dari kata makka, artinya menghisap sumsum, dinamai

demikian, karena beratnya kesukaran yang dialami oleh penduduk kota itu sehingga
kesukaran itu seperti menghisap sumsum mereka. Ada juga yang berpendapat

1

Makkah berasal dari kata makka dengan arti membinasakan, dinamai demikian,
karena kota itu membinasakan siapa saja yang berbuat zalim di sana. Dari dua nama
itu yang paling populer dan digunakan secara resmi sampai hari ini adalah Makkah,
lengkapnya Makkah al-Mukarramah.
Di samping Bakkah dan Makkah, kota suci ini juga dikenal dengan nama
Ummul Qura (sekarang diabadikan menjadi nama sebuah Universitas di kota suci
itu). Ummul Qura artinya induk negeri-negeri, dinamai demikian boleh jadi karena di
kota ini terdapat Ka’bah yang menjadi kiblat kaum muslimin dari seluruh penjuru
negeri. Dan Ka’bah itu sendiri juga dikenal dengan nama al-Baitu al-‘Atiq, rumah
kuno karena memang merupakan rumah Allah yang paling tua di atas permukaan
bumi. Ka’bah terdapat di tengah-tengah masjid yang populer disebut dengan alMasjid al-Haram.
Rumah Allah yang penuh berkah dan hidayah ini didirikan oleh Nabi Ibrahim
dengan bantuan puteranya Ismai’il ‘alaihima as-salam. Hal itu dinyatakan oleh Allah
dalam Surat Al-Baqarah ayat 127:
æóÅöÐú íóÑúÝóÚõ ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÇáúÞóæóÇÚöÏó ãöäó ÇáúÈóíúÊö

æóÅöÓúãóÇÚöíáõ ÑóÈøóäóÇ ÊóÞóÈøóáú ãöäøóÇ Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáÓøóãöíÚõ
ÇáúÚóáöíãõ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui". (Q.S. Al-Baqarah 2:127)

2

Tempat Nabi Ibrahim berdiri membangun Baitullah itu dikenal dengan nama
Maqam Ibrahim yang diabadikan oleh Al-Qur’an dalam Surat Ali Imran ayat 97:
Ýöíåö ÁóÇíóÇÊñ ÈóíøöäóÇÊñ ãóÞóÇãõ ÅöÈúÑóÇåöíãó æóãóäú ÏóÎóáóåõ
ßóÇäó ÁóÇãöäðÇ æóáöáøóåö Úóáóì ÇáäøóÇÓö ÍöÌøõ ÇáúÈóíúÊö ãóäö
ÇÓúÊóØóÇÚó Åöáóíúåö ÓóÈöíáðÇ æóãóäú ßóÝóÑó ÝóÅöäøó Çááøóåó Ûóäöíøñ
Úóäö ÇáúÚóÇáóãöíäó
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta

alam.” (Q.S. Ali Imran 3:97)
Maqam Ibrahim artinya tempat Ibrahim berdiri (bukan kuburan Ibrahim
seperti dipahami secara salah oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia, boleh jadi
karena makam dalam bahasa Indonesia berarti kuburan). Maqam Ibrahim itu adalah
salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang terdapat di
tempat suci tersebut, di samping shafa dan marwa, sumur zamzam, hajar aswad.
Tanda-tanda itu cukuplah menjadi bukti kemuliaan dan keberkahan Baitullah ini.
Ayat ini turun menjawab orang-orang Yahudi yang mengklaim bahwa Baitul
Maqdis lebih utama dan lebih agung dari pada Ka’bah, karena tempat itu merupakan
tempat hijrahnya para Nabi, dan terdapat di tanah suci (al-ardhu al-muqaddasah).
Klaim ini dibantah oleh Allah dengan menyatakan bahwa Ka’bah lah yang paling
utama dan paling tua dan sekaligus paling mulia. Sebagai bukti kemuliaan dan

3

keutamaannya di sana terdapat beberapa tanda-tanda yang nyata, sebagaimana yang
sudah disebutkan tadi, yang salah satunya adalah Maqam Ibrahim.
Bentuk lain dari kemuliaan tempat suci ini adalah jaminan keamanan yang
diberikan oleh Allah SWT kepada barang siapa yang masuk ke tempat suci itu. Di
tempat itu tidak dibolehkan terjadi pertumpahan darah apalagi peperangan. Bahkan

berburu binatang serta menebang dan mematahkan pohon-pohon kayu pun dilarang.
Dalam ayat lain Allah SWT menyebutkan tentang jaminan keamanan itu.
Ãóæóáóãú íóÑóæúÇ ÃóäøóÇ ÌóÚóáúäóÇ ÍóÑóãðÇ ÁóÇãöäðÇ æóíõÊóÎóØøóÝõ
ÇáäøóÇÓõ ãöäú Íóæúáöåöãú ÃóÝóÈöÇáúÈóÇØöáö íõÄúãöäõæäó æóÈöäöÚúãóÉö
Çááøóåö íóßúÝõÑõæäó
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah
menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya
rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih
percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?” (Q.S. Al-‘Ankabut
29:67)
ÝóáúíóÚúÈõÏõæÇ ÑóÈøó åóÐóÇ ÇáúÈóíúÊö*ÇáøóÐöí ÃóØúÚóãóåõãú
ãöäú ÌõæÚò æóÁóÇãóäóåõãú ãöäú ÎóæúÝò
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka`bah).
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.” (Q.S. Quraisy 106:3-4)
Karena kemuliaan Baitullah inilah, ibadah haji yang menjadi rukun Islam
kelima dalam ayat ini disebut dengan hijjul bait yang secara harfiah berarti

4


berkunjung kerumah Allah. Di rumah Allah inilah dilaksanakan thawaf dan sa’i yang
merupakan dua rukun dari sekian rukun-rukun haji.
Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah SAW; “Wahai Rasulullah,
masjid mana yang pertama kali didirikan?” Nabi menjawab: “Al-Masjid al-Haram”.
Abu Dzar bertanya lagi;” Kemudian masjid mana?” Nabi menjawab” Al-Masjid AlAqsha”. Abu Dzar bertanya lagi: “Berapa jarak pembangunan antara keduanya?”
Nabi menjawab: “40 tahun”. Abu Dzar bertanya lagi: “Kemudian masjid mana?”
Nabi menjawab: “Di mana pun kamu berada tatkala waktu shalat datang, shalatlah di
sana, karena semuanya adalah masjid”. (H.R. Ahmad)
Kembali kepada maqam Ibrahim. Menurut penuturan Jabir RA, dalam suatu
kesempatan, setelah Rasulullah SAW selesai thawaf, Umar bin Khaththab bertanya
kepada Rasulullah SAW: “Apakah ini maqam bapak kita?” (maksudnya Nabi
Ibrahim AS-pen). Rasulullah SAW membenarkannya. Kemudian Umar bertanya lagi:
“Apakah tidak kita jadikan maqam itu sebagai tempat shalat?” Lalu Allah SWT
menurunkan ayat ini menyetujui usulan Umar.
æóÅöÐú

ÌóÚóáúäóÇ

ÇáúÈóíúÊó


ãóËóÇÈóÉð

áöáäøóÇÓö

æóÃóãúäðÇ

æóÇÊøóÎöÐõæÇ ãöäú ãóÞóÇãö ÅöÈúÑóÇåöíãó ãõÕóáøðì æóÚóåöÏúäóÇ Åöáóì
ÅöÈúÑóÇåöíãó æóÅöÓúãóÇÚöíáó Ãóäú ØóåøöÑóÇ ÈóíúÊöíó áöáØøóÇÆöÝöíäó
æóÇáúÚóÇßöÝöíäó æóÇáÑøõßøóÚö ÇáÓøõÌõæÏö
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat
berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:

5

"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i`tikaf, yang ruku`
dan yang sujud".(Q.S. Al-Baqarah 2:125)
Semenjak turun ayat di atas, disunahkan bagi orang yang selesai thawaf
melaksanakan shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Waktu membangun
Ka’bah, Nabi Ibrahim berdiri di atas sebuah batu, puteranya Isma’il membantu

mengambilkan batu-batu bata untuk disusun menjadi bangunan, setelah dinding
Ka’bah agak tinggi, Ibrahim mengangkat Ismail untuk menyusun batu-batu bata
tersebut, begitulah Ibrahim dan Isma’il bekerjasama membangun Ka’bah. Batu
tempat berdiri itu dipindah-pindahkan dari satu sisi ke sisi lain, sehingga setelah
selesai pembangunan Ka’bah batu itu diletakkan di dekat Ka’bah pada salah satu
sisinya. Karena jama’ah haji semakin lama semakin banyak, dan orang-orang yang
thawaf semakin padat dan berdesakan, posisi batu itu dipindahkan lebih jauh dari
Ka’bah seperti yang terlihat sekarang ini. Pemindahan tersebut dilakukan dengan
pertimbangan keselamatan jamaah haji waktu thawaf, supaya tidak terjepit antara
dinding Ka’bah dan Maqam Ibrahim.
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 125 di atas Allah SWT juga memerintahkan
kepada Nabi Ibrahim dan Isma’il untuk membersihkan Baitullah untuk orang-orang
yang thawaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud. Membersihkan itu bisa dalam arti yang
sebenarnya, yaitu membersihkannya dari segala macam benda yang dihukum najis,
seperti kotoran dan sebagainya. Bisa juga dalam arti kiasan atau majazi, yaitu
membersihkanya

dari

segala


macam

perbuatan

yang

mengandung

unsur

kemusyrikan, seperti penyembahan berhala, dan juga dari segala perbuatan yang
dilarang, seperti bertengkar, berbuat fasiq dan sebagainya.

6

Waktu Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, di semua sisi di sekitar
Ka’bah terdapat ratusan berhala-berhala dalam bermacam ukuran dan bermacam
nama yang disembah atau dijadikan perantara oleh kaum musyrikin Makkah dan
sekitarnya untuk menyembah Allah. Berhala-berhala itu baru dapat dihancurkan

setelah Fathu Makkah, tahun ke delapan hijriyah. Semenjak itu Baitullah betul-betul
dibersihkan dari segala berhala-berhala dan bentuk kemusyrikan lainnya.
Perintah membersihkan Ka’bah itu sekalipun ditujukan kepada Nabi Ibrahim
dan Isma’il, tetapi tetap juga berlaku untuk umat yang datang sesudahnya, apalagi
bagi umat Islam sekarang ini, di mana Ka’bah telah dijadikan oleh Allah sebagai
qiblat shalat kaum muslimin se dunia. Dapat dipahami kenapa pemerintah Arab
Saudi, dalam hal ini terlihat dari sikap syurthah ( polisi penjaga keamanan) Masjidil
Haram begitu ketat dan keras mengawasi jama’ah haji yang punya indikasi
melakukan perbuatan yang menjurus kepada kemusyrikan, seperti mengusap-usap
dan mencium dinding Ka’bah, memotong dan membawa pulang tutup Ka’bah untuk
dijadikan benda keramat. Jama’ah haji akan melihat, memasuki bulan Zulhijjah,
setelah upacara pembersihan Ka’bah, tutup Ka’bah digulung ke atas sehingga tidak
terjangkau oleh tangan kaum Muslimin. Hal itu di latarabelakangi, karena dulu
pernah tutup Ka’bah itu digunting dan dibawa pulang oleh sebagian jama’ah haji
yang tidak sadar telah melakukan perbuatan yang mengantarkannya kepada
kemusyrikan.
Sumber: SM-02-2005

7


8