Muadzin Den Djundi.doc 26KB Jun 13 2011 06:28:16 AM

Muadzin Den Djundi
SUARANYA DIRINDUKAN ORANG
Bagi tokoh-tokoh nasional yang namanya sangat populer di mata masyarakat, seperti mantan Presiden RI Gus Dur
atau KH Abdurrahman Wahid, kandidat capres Prof. Dr. HM Amien Rais, pakar politik Dr Mashuri Mash’ab dan
tokoh-tokoh lainnya yang pernah indekost di kampung Kauman, karena menjadi mahasiswa UGM yang masih
menempati Sitihinggil Kraton tentu tidak asing lagi mendengar suara adzan yang dikumandangkan oleh Den
Djundi, muadzin mashur Masjid Agung Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat.
Gusdur indekost di rumah pak Djuned, sedang Amien Rais yang ikut ayahnya, alumnus Muallimin telah tinggal
lama bersama ayahnya Suhud di rumah Haji Ma’ruf Kauman., setiap harinya pergi masjid Agung setelah mendengar
adzan yang dikumandangkan Den Djundi.
Cengkok lagu dan iramanya sangat khas, terutama ketika mengundangkan adzan Awal atau menjalankan Shalat
Jum’at. Pada zamannya model adzan dari Den Djundi seakan sudah menjadi ‘trade mark’ untuk dirujuk bagi
muadzin lainnya. Bahkan pada setiap menjelang shalat lima waktu, kumadang adzan yang dibawakan oleh Den
Djundi coraknya berbeda satu dengan lainnya.
Bahkan saking terkesannya, ketika Amien Rais naik becak melewati Jalan Nyi Ahmad Dahlan tatkala bersua Den
Djundi di depan rumahnya, Amin Rais turun dari becak hanya sekedar untuk menyapa Den Djundi dengan kalimat
yang singkat sebagaimana dikisahkannya: “Assalaikum. Adzan Awwal….gimana kabarnya Den Djundi!”, sapa
Amien Rais.
Den Djundi sebagaimana masyarakat menyapa dengan akrab, nama sebenarnya Raden Haji Mohammad Djundi,
pewaris amanah dari ayahnya Kiai Pengulu Kamaluddiningrat. Den Djundi mengemban jabatan sebagai muadzin
tetap di Masjid Agung karena memang ditunjuk oleh pihak Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan Takmir Masjid.

Selain itu, dia memiliki kedudukan sebagai Hakim pada Pengadilan Agama Yogyakarta..
Dari ayahnya yang mengemban jabatan penting dari Kraton , pada mulanya ayahnya kesulitan untuk mencari
muadzin Masjid Agung yang memenuhi syarat tertentu. Kemudian berfikir untuk mengkader Den Djundi dengan
mendatangkan seorang guru ngaji yang buta dari Wonokromo, yang bernama kiai Alimudin. Dan terus-menerus
mencari model sendiri. Seusai menamatkan sekolah kader di Madrasah Mualimin Muhammadiyah, Den Djundi
kemudian menjalani proses gurah dan pelatihan yang keras. Oleh gurunya Den Djundi disebut-sebut sangat cocok
untuk membawakan irama adzan model Makkah, suaranya besar dan kuat, terkadang panjang sangat merdu.
Raden Haji Mohammad Djundi yang dilahirkan tahun 1920 kemudian menjabat sebagai Wakil Ketua Pengadilan
Agama Yogyakarta dan memperistri cucu Kiai Haji Ahmad Dahlan, yang bernama Hajah Siti Djamhanah dan
dikaruniai 13 anak .
Sedang jabatan Pengulu jatuh pada kakaknya, Pengulu Kia Haji Wardan Diponingrat.
Setelah malang melintang hingga hari tuanya sebagai muadzin di masjid Agung, ada beberapa penerus dan
penggantinya yang mampu menyerupai model irama adzan dari Den Djundi. Di antaranya bernama Syaefudin Amin
dan Ngaliman, alumnus Madrasah Muallimin yang tinggal lama di Kauman berasal dari Ciamis. Aliman kemudian
menjadi menantu Den Djundi.
“Tidak ada lagi putra saya mewarisi bakat ayahnya,” kata Den Djundi. Tetapi itu tidak menjadi masalah, karena
salah seorang anaknya berbakat di bidang lain sebagai pendekar Tapak Suci dan menjabat sebagai Ketua Komda
Tapak Suci Yogyakarta dan Wakil Kepala Sekolah SMA Muh I, yang bernama Drs. H. Mohammad Djam’an
A(Alumnus Madrasah Muallimin Yogyakarta). Menantunya yang memperistri Siti Aminah, Dr, Masykur Wiratmo
adalah salah seorang Dosen UGM dan Pimpinan Muhammadiyah Majelis Pengembangan Kader dan Sumber Daya

Insani (MPKSDI).
Setelah akhir-akhir ini tidak lagi bertindak sebagai muadzin , Den Djundi masih diberikan kepercayaan untuk
bertindak sebagai Imam tetap Masjid Agung dan Masjid Taqwa. Dan masih dipercaya pihak Kraton dalam berbagai
hajatan nDalem. Sedang istrinya Nyi Hajah Siti Djamhanah sebagai Imam tetap di Mushala Wanita. Suami istri
Raden Haji Mohammad Djundi dan Nyi Hajah Siti Djamhanah yang sudah memasuki masa udzur ini, tetap
berpenampilan sehat segar bugar. Tidak kurang suatu apa. Allah Maha Besar.(am)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 16 2004