Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan YLKI Salatiga terhadap Keluhan Atau Sengketa Konsumen di Kota Salatiga T1 312005016 BAB I

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan pada khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Disamping itu globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan tekhnologi telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa untuk melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan menjadi bervariasi, baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri.

Setiap orang, pada suatu waktu baik dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk atau jasa tertentu. Kondisi dan fenomena tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang. Konsumen dapat menjadi obyek aktivitas bisnis dari pelaku usaha melalui kiat iklan , promosi cara penjualan serta penerapan perjanjian-perjanjian standart yang merugikan konsumen. Hal ini disebabkan karena kurangnya pendidikan konsumen, dan rendahnya kesadaran akan hak-hak dan kewajibannya.1 Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “aman”. Selain itu, dalam era globalisasi, pembangunan perekonomian nasional harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan

1


(2)

beraneka barang dan/atau jasa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak. Oleh karena itu secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal juga.

Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) pada hakikatnya memberikan kesetaraan kedudukan antara konsumen dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kesetaraan yang berkeadilan guna mengimbangi kegiatan pelaku usaha yang menjalankan prinsip ekonomi dengan orientasi untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal yang seminimal mungkin. Kondisi tersebut pada satu sisi mempunyai manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Namun di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.

Adanya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan adanya Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) diharapkan dapat membantu Konsumen dalam menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha yang tidak dapat memenuhi hak-hak konsumen, dalam hal ini secara khusus adalah peran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat di kota Salatiga yaitu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga ( selanjutnya disebutYLKIS).


(3)

Selama ini jika masyarakat kota Salatiga merasa dirugikan, mereka mengadukan permasalahannya kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga (YLKIS). YLKIS selama ini belum pernah membawa permasalahan terkait sengketa konsumen ke pengadilan. Sebab mereka merupakan lembaga yang tugas dan fungsinya membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen.

Hal inilah yang menjadi alasan dari penulis untuk meneliti perihal di atas. Selain itu alasan praktis penelitian ini adalah karena YLKIS berada di Kota Salatiga merupakan kota dimana penulis tinggal sehingga lebih mudah untuk mencari data- data yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini. Oleh karena penulis memilih judul

PENANGANAN YLKI SALATIGA TERHADAP KELUHAN DAN SENGKETA KONSUMEN di KOTA SALATIGA

Sebelumnya telah ada yang menulis skripsi mengenai perlindungan konsumen yang judulnya mempunyai kemiripan dengan penulis, dan perbandingannya sebagai berikut :

Tabel 1

FAKTOR PEMBEDA AGUNG BUDI ARIYANTO PENULIS JUDUL Tugas dan Wewenang Lembaga

Pembelaan dan Perlindungan Konsumen (LPPK) Jawa Tengan Dalam Mengupayakan Perlindungan Konsumen Pelayanan Publik Kota

Penanganan YLKI Salatiga Terhadap Keluhan atau Sengketa Konsumen di kota Salatiga


(4)

Semarang

Rumusan Masalah a.Bagaimana bentuk penyelesaian yang ditempuh oleh Lembaga Pembelaan dan Perlindungan Konsumen (LPPK) Jawa Tengah dalam menyelesaikan aduan dari konsumen pelayanan publik b.Apa hambatan yang dialami Lembaga Pembelaan dan Perlindungan Konsumen (LPPK)

a.Bagaimanakah bentuk penyelesaian keluhan dan sengketa konsumen oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga (YLKIS) kota Salatiga, bilamana terjadi pelanggaran perlindungan konsumen yang berakibat pada kerugian yang dialami oleh konsumen

b. Apa hambatan yang dialami oleh YLKIS dalam menyalesaikan sengketa dan keluhan konsumen

Tujuan Penalitian a.Mengetahui karakteristik kasus pelanggaran perlindungan konsumen pelayanan publik yang ditangani oleh Lembaga Pembelaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng dan penyelesaiannya melalui non litigasi

b.Untuk mengetahui peran LPPK jateng dalam mengupayakan perlindungan

a. Mengetahui bagaimana cara penyelesaian

keluhan/sengketa konsumen oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKIS) di kota Salatiga, dan bagaimana bentuk penjembatan


(5)

konsumen khususnya konsumen pelayanan publik

c.Untuk mengetahui penyelesaian dan hambatan yang timbul dalam upaya perlindunaggan konsumen oleh LPPK jateng dan cara mengatasinya

konsumen dengan pelaku usaha di kota Salatiga.

b.Mengetahui hambatan yang dialami oleh YLKIS dalam menyelesaikan sengketa atau keluhan Konsumen.

Metode Penelitian a.Metode penelitian yang digunakan yaitu explorative dengan jenis pendekatan yuridis sosiologis

b.Tehnik pengumpulan data di dapat dengan cara wawancara dengan konsumen yang berperkara di BPSK

c.Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini adalah LPPK Jateng , PDAM, PLN, Dinas Kependudukan

Yang menjadi unit analisa adalah peran LPPK Jateng dalam melakukan perlindungan Konsumen pelayanan publik.

a.Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yang bersifat eksploratif yaitu penulisan yang dilakukan untuk memperoleh keterangan penjelasan dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Jenis pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian yuridis sosiologis, yaitu yang diteliti pada awalnya data sekunder kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan.


(6)

b. Jenis Data

Data sekunder yaitu data yang mampu memberikan informasi yang mendukung penulisan ilmiah. Data ini diperoleh dengan teknik studi pustaka yaitu teknik mencari data dari sumber-sumber pustaka diantaranya dari buku, peraturan perundang-undangan dan literatur lainnya yang dianggap mendukung dalam penelitian ini.

Data Primer

Penulis menggunakan data primer untuk melengkapi data sekunder. data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara secara langsung dengan YLKI Unit amatan dalam penelitian hukum ini adalah Yayasan


(7)

Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Undang Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen,

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah

(DISPERINDAGKOP dan UMKM), Serta peraturan perlindungan konsumen lainnya Konsumen, Pelaku usaha Salatiga.

B. Latar Belakang Masalah

Kota Salatiga merupakan suatu kota yang memiliki nilai tawar dalam pembangunan ekonomi, dalam hal perdagangan produk barang dan jasa, letaknya yang strategis menjadikan kota Salatiga sebagai jalur perdagangan di Pulau Jawa, khususnya provinsi Jawa Tengah. Banyaknya permasalahan yang dialami oleh konsumen, pengusaha dan pemerintah yang sering kali mengabaikan hak-hak konsumen, baik dari pemberian layanan maupun dalam penjualan produk. Permasalahan dalam hal kualitas produk yang rendah, pelayanan jasa yang tidak sesuai, penetapan harga/tarif yang tidak jelas, klausula baku yang merugikan konsumen, dan yang ditemui adanya penipuan ukuran,


(8)

berat, penggantian tanggal kadaluarsa, pemalsuan dan peniruan, serta beredarnya produk-produk luar negeri yang illegal di pasaran. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan konsumen.2 Kepastian hukum itu meliputi segala upaya untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhan serta mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.3

Di Indonesia wujud nyata dari kepastian hukum perlindungan konsumen dapat dirasakan dengan di undangkannya undang-undang nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dukungan iklim politik yang lebih demokratis, ditambah dengan aspek kepentingan sosial ikut berpengaruh dalam pembentukan UUPK. Dengan adanya payung hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk membatasi dan mematikan usaha dari pelaku usaha, tetapi dengan adanya UUPK diharapkan dapat mendorong iklim usaha yang sehat dan lahirnya para pelaku usaha yang tangguh dalam menghadapi persaingan dalam hal pelayanan dan penyediaan produk barang dan/atau jasa yang berkualitas. UUPK sebagai pembatas dan pengukur atas pelanggaran hak-hak dari konsumen, diharapkan mampu memberi solusi bagi penyelesaian permasalahan yang terjadi.

2

W.Friesman, “Law in Achanging Society” , Steven&Sons Limited London, tahun 1959, hlm.7. Dalam buku Susanti Adi Nugroho,. “Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya” Prenada Media Goup, Jakarta 2008 hlm.4.

3

Az,Nasution, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen” , Jurnal teropong,Mei, 2003, Masyarakat pemantau Peradilan Indonesia, hlm.6-7,


(9)

Secara umum dikenal ada 4 hak dasar Konsumen4 : 1. Hak mendapat keamanan

2. Hak mendapat Informasi 3. Hak memilih

4. Hak untuk didengar

Dari keempat hak tersebut didalam UUPK dijabarkan dijabarkan sebagaiamna tertuang dalam pasal 4 UUPK yang mengatur mengenai hak konsumen. disamping hak dalam pasal 4 UUPK juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7 UUPK yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.5

Dalam hal ini terjadinya permasalahan perlindungan konsumen,UUPK membagi penyelesaian sengketa konsumen menjadi 2 bagian :

1. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan

a. Penyelesaian sengketa secara damai, oleh para pihak sendiri, konsumen, dan pelaku usaha/produsen.

b. Penyelesaian sengketa melalui Badan penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dengan menggunakan mekanisme alternative dispute resolution atau penyelesaiaan sengketa alternatif yaitu konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi.

2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

Dari dasar tersebut, maka konsumen yang dirugikan merasa terlindungi, dan mempunyai pilihan untuk mengadukan permasalahan dengan mengajukan

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, 2000,halaman 16-27

Celiana Tri Siwi Kristayati, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008 halaman 30


(10)

gugatan ke pengadilan negeri atau dapat mengadukan kepada BPSK.6 Sebelas tahun setelah diundangkan UUPK, pemerintah Salatiga belum memiliki suatu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Mengingat begitu pesat dan besarnya perdagangan di kota Salatiga, maka dirasakan perlunya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), hal ini dimaksudkan untuk menjembatani masalah yang terjadi antara konsumen dan produsen. Lembaga ini juga memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa dan memberikan denda kepada penjual atau produsen yang merugikan masyarakat akan tetapi karena tidak adnya lembaga ini maka konsumen lebih sering mengadukan permasalahannya kepada YLKIS.

YLKI Salatiga sebagai satu-satunya Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) berdiri atas dasar Akta Notaris No. 24 tertanggal 12 Agustus 2003. Berdasarkan dari pra penelitian yang telah penulis lakukan dengan wawancara terhadap pengurus YLKI Kota Salatiga diperoleh dan data bahwa YLKI kota salatiga menerima berbagai pengaduan dari masyarakat kota Salatiga yang merasa dirugikan antara lain7 :

• Mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh Balai Pengawasan Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik (BP Konsuil) baru yang mengharuskan instalasi minimal 6 titik lampu

• Seringnya dilakukan pemadaman listrik oleh PLN

• Kenaikan tarif air oleh PDAM

• Banyaknya peredaran makanan dan minuman kadaluarsa di pasaran

• Beredarnya daging gelonggongan di Pasar Salatiga

6

Susanti Adi Nugroho, “Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya” hlm.18.


(11)

Melihat dari permasalahan tersebut, konsumen yang merasa dirugikan di kota Salatiga mengalami banyak kendala dalam meminta kepastian hukum. Selama ini apabila terjadi permasalahan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, masyarakat lebih sering mengadu ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga (YLKIS). Salah satu hambatan dari penyelesaiakan sengketa atau keluhan konsumen di kota Salatiga dengan adalah belum terbentuknya BPSK, sehingga permasalahan yang dialami konsumen tidak dapat terselesaikan secara tuntas oleh YLKIS. Namun YLKIS tidak dapat berbuat banyak dalam hal terjadinya sengketa/ permasalahan perlindungan konsumen, karena YLKIS hanya sebagai lembaga yang membantu konsumen dalam meperjuangkan haknya, serta memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya. Dalam upaya penyelesaian permasalahan konsumen tersebut diatas, sering kali YLKIS harus berhadapan dengan tidak adanya peraturan atau tidak diawasinya pelaksanaan suatu peraturan sehingga pelaku usaha dapat bersikap masa bodoh8.

Sikap masa bodoh pelaku usaha sehingga menyebabkan pelanggaran terhadap hak- hak konsumen didukung juga oleh faktor utama yang merupakan kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya yang masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan konsumen, oleh karena itu pengaturan terhadap perlindungan konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran dari pelaku usaha yang pada dasarnya mereka berprinsip untuk mendapatkan


(12)

keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal yang seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial untuk merugikan kepentingan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian latar belakang masalah, maka dalam bagian ini penulis menguraikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk penyelesaian keluhan dan sengketa konsumen oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga (YLKIS) kota Salatiga, bilamana terjadi pelanggaran perlindungan konsumen yang berakibat pada kerugian yang dialami oleh konsumen?

2. Apa hambatan yang dialami oleh YLKIS dalam menyelesaikan sengketa dan keluhan konsumen?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana cara penyelesaian keluhan dan sengketa konsumen oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKIS) di kota Salatiga, dan bagaimana bentuk penjembatan permasalahan sengketa konsumen dengan pelaku usaha di kota Salatiga .

2. Mengetahui hambatan yang dialami oleh YLKIS dalam menyelesaikan sengketa atau keluhan Konsumen.


(13)

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yang bersifat eksploratif yaitu penulisan yang dilakukan untuk memperoleh keterangan penjelasan dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Jenis pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian yuridis sosiologis, yaitu yang diteliti pada awalnya data sekunder kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan.9

2. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang mampu memberikan informasi yang mendukung penulisan ilmiah. Data ini diperoleh dengan teknik studi pustaka yaitu teknik mencari data dari sumber-sumber pustaka diantaranya dari buku, peraturan perundang-undangan dan literature lainnya yang dianggap mendukung dalam penelitian ini.

b. Data Primer

Penulis menggunakan data primer untuk melengkapi data sekunder. data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara secara langsung dengan YLKI Salatiga

3. Unit Amatan Analisa

a. Unit amatan dalam penelitian hukum ini adalah :

• Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

• Undang Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen


(14)

• Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (DISPERINDAGKOP dan UMKM) Serta peraturan perlindungan konsumen lainnya

• Konsumen

• Pelaku usaha

b. Unit analisa yang digunakan dalam penulisan ini adalah pelaksanaan penyelesaian sengketa/keluhan konsumen di kota salatiga oleh YLKIS.


(1)

Secara umum dikenal ada 4 hak dasar Konsumen4 : 1. Hak mendapat keamanan

2. Hak mendapat Informasi 3. Hak memilih

4. Hak untuk didengar

Dari keempat hak tersebut didalam UUPK dijabarkan dijabarkan sebagaiamna tertuang dalam pasal 4 UUPK yang mengatur mengenai hak konsumen. disamping hak dalam pasal 4 UUPK juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7 UUPK yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.5

Dalam hal ini terjadinya permasalahan perlindungan konsumen,UUPK membagi penyelesaian sengketa konsumen menjadi 2 bagian :

1. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan

a. Penyelesaian sengketa secara damai, oleh para pihak sendiri, konsumen, dan pelaku usaha/produsen.

b. Penyelesaian sengketa melalui Badan penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dengan menggunakan mekanisme alternative dispute resolution atau penyelesaiaan sengketa alternatif yaitu konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi.

2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

Dari dasar tersebut, maka konsumen yang dirugikan merasa terlindungi, dan mempunyai pilihan untuk mengadukan permasalahan dengan mengajukan

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, 2000,halaman 16-27

Celiana Tri Siwi Kristayati, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008 halaman 30


(2)

gugatan ke pengadilan negeri atau dapat mengadukan kepada BPSK.6 Sebelas tahun setelah diundangkan UUPK, pemerintah Salatiga belum memiliki suatu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Mengingat begitu pesat dan besarnya perdagangan di kota Salatiga, maka dirasakan perlunya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), hal ini dimaksudkan untuk menjembatani masalah yang terjadi antara konsumen dan produsen. Lembaga ini juga memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa dan memberikan denda kepada penjual atau produsen yang merugikan masyarakat akan tetapi karena tidak adnya lembaga ini maka konsumen lebih sering mengadukan permasalahannya kepada YLKIS.

YLKI Salatiga sebagai satu-satunya Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) berdiri atas dasar Akta Notaris No. 24 tertanggal 12 Agustus 2003. Berdasarkan dari pra penelitian yang telah penulis lakukan dengan wawancara terhadap pengurus YLKI Kota Salatiga diperoleh dan data bahwa YLKI kota salatiga menerima berbagai pengaduan dari masyarakat kota Salatiga yang merasa dirugikan antara lain7 :

• Mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh Balai Pengawasan Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik (BP Konsuil) baru yang mengharuskan instalasi minimal 6 titik lampu

• Seringnya dilakukan pemadaman listrik oleh PLN • Kenaikan tarif air oleh PDAM

• Banyaknya peredaran makanan dan minuman kadaluarsa di pasaran • Beredarnya daging gelonggongan di Pasar Salatiga

6

Susanti Adi Nugroho, “Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya” hlm.18.


(3)

Melihat dari permasalahan tersebut, konsumen yang merasa dirugikan di kota Salatiga mengalami banyak kendala dalam meminta kepastian hukum. Selama ini apabila terjadi permasalahan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, masyarakat lebih sering mengadu ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga (YLKIS). Salah satu hambatan dari penyelesaiakan sengketa atau keluhan konsumen di kota Salatiga dengan adalah belum terbentuknya BPSK, sehingga permasalahan yang dialami konsumen tidak dapat terselesaikan secara tuntas oleh YLKIS. Namun YLKIS tidak dapat berbuat banyak dalam hal terjadinya sengketa/ permasalahan perlindungan konsumen, karena YLKIS hanya sebagai lembaga yang membantu konsumen dalam meperjuangkan haknya, serta memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya. Dalam upaya penyelesaian permasalahan konsumen tersebut diatas, sering kali YLKIS harus berhadapan dengan tidak adanya peraturan atau tidak diawasinya pelaksanaan suatu peraturan sehingga pelaku usaha dapat bersikap masa bodoh8.

Sikap masa bodoh pelaku usaha sehingga menyebabkan pelanggaran terhadap hak- hak konsumen didukung juga oleh faktor utama yang merupakan kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya yang masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan konsumen, oleh karena itu pengaturan terhadap perlindungan konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran dari pelaku usaha yang pada dasarnya mereka berprinsip untuk mendapatkan


(4)

keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal yang seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial untuk merugikan kepentingan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian latar belakang masalah, maka dalam bagian ini penulis menguraikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk penyelesaian keluhan dan sengketa konsumen oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Salatiga (YLKIS) kota Salatiga, bilamana terjadi pelanggaran perlindungan konsumen yang berakibat pada kerugian yang dialami oleh konsumen?

2. Apa hambatan yang dialami oleh YLKIS dalam menyelesaikan sengketa dan keluhan konsumen?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana cara penyelesaian keluhan dan sengketa konsumen oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKIS) di kota Salatiga, dan bagaimana bentuk penjembatan permasalahan sengketa konsumen dengan pelaku usaha di kota Salatiga .

2. Mengetahui hambatan yang dialami oleh YLKIS dalam menyelesaikan sengketa atau keluhan Konsumen.


(5)

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yang bersifat eksploratif yaitu penulisan yang dilakukan untuk memperoleh keterangan penjelasan dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Jenis pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian yuridis sosiologis, yaitu yang diteliti pada awalnya data sekunder kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan.9

2. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang mampu memberikan informasi yang mendukung penulisan ilmiah. Data ini diperoleh dengan teknik studi pustaka yaitu teknik mencari data dari sumber-sumber pustaka diantaranya dari buku, peraturan perundang-undangan dan literature lainnya yang dianggap mendukung dalam penelitian ini.

b. Data Primer

Penulis menggunakan data primer untuk melengkapi data sekunder. data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara secara langsung dengan YLKI Salatiga

3. Unit Amatan Analisa

a. Unit amatan dalam penelitian hukum ini adalah : • Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

• Undang Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen


(6)

• Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (DISPERINDAGKOP dan UMKM) Serta peraturan perlindungan konsumen lainnya

• Konsumen • Pelaku usaha

b. Unit analisa yang digunakan dalam penulisan ini adalah pelaksanaan penyelesaian sengketa/keluhan konsumen di kota salatiga oleh YLKIS.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Forum Jurnalis Salatiga dengan Pemerintah Kota Salatiga T1 362009602 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Parkir Liar di Kota Salatiga T1 312010601 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan YLKI Salatiga terhadap Keluhan Atau Sengketa Konsumen di Kota Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan YLKI Salatiga terhadap Keluhan Atau Sengketa Konsumen di Kota Salatiga T1 312005016 BAB II

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanganan YLKI Salatiga terhadap Keluhan Atau Sengketa Konsumen di Kota Salatiga T1 312005016 BAB IV

0 0 2

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Kepuasan Konsumen Alfamart Tegalrejo Salatiga T1 BAB I

0 0 4

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga terhadap Keberadaan Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga T1 BAB I

0 0 19

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Konsumen Pengguna Jasa Karaoke Keluarga Kota Salatiga T1 BAB I

0 0 18

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB I

0 0 6

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pergaulan Multikultural di Kota Salatiga: Studi Peran Forum Persaudaraan antar Etnis Salatiga dalam Pengelolaan Pergaulan Multikultural di Kota Salatiga T1 BAB I

0 1 6