Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Authoritatif dengan Empati pada Siswa Kelas X SMK N 3 Salatiga Tahun 2012/2013 T1 132008018 BAB IV
39 BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
SMK Negeri 3 Salatiga merupakan salah satu SMK Negeri yang terletak di jalan Ja`far Shodiq Kalibening, kota Salatiga. Sekolah ini didirikan pada tanggal 21 mei 2007. SMK N 3 Salatiga dikepalai oleh Drs. Kamarudin Dalam penelitian ini yang menjadi populasi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMK Negeri 3 Salatiga yang berjumlah 249 orang siswa. Kelas X terbagi atas kelas Teknik Mekatronika berjumlah 105 orang siswa, kelas Teknik Otomotif berjumlah 73 orang siswa, kelas Teknik Mesin berjumlah 33 orang siswa dan kelas APTH (Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) berjumlah 38 siswa.
4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Perijinan
Sebelum melaksanakan penelitian penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Dekan FKIP UKSW untuk dibawa kepada Kepala SMK Negeri 3 Salatiga, surat ijin tersebut dikeluarkan pada senin tanggal 27 februari 2012 dan penulis pada hari selasa tanggal 28 februari 2012 mengantarkan surat ijin tersebut kepada Kepala SMK Negeri 3 Salatiga. Kepala SMK Negeri 3 Salatiga memberi jawaban secara lisan mengijinkan.
(2)
40 4.2.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 28 februari 201sampai dengan 1 maret 2012 dengan sampel 142 orang siswa. Prosedur pengumpulan data sesuai dengan jadwal prosedur pengumpulan data di kelas X SMK Negeri 3 Salatiga yaitu penulis masuk kelas sesuai jadwal yang telah ditentukan, sebelum memberikan instrument.
Diawali penulis memperkenalkan diri kepada siswa dari identitas diri, yaitu dengan menyebutkan nama penulis, saat ini penulis merupakan mahasiswa UKSW FKIP Program Studi BK, umur 21 tahun, di Salatiga bertempat tinggal di Perum Salatiga Permai. Kemudian penulis menjelaskan berada di SMK Negeri K Salatiga yaitu untuk meminta kerjasama dalam penyelesaian tugas akhir kuliah penulisan skripsi dengan meminta data dari siswa melalui instrument yang nanti akan dibagikan penulis.
Setelah memperkenalkan diri penulis kemudian menjelaskan tujuan dari pemberian instumen yaitu meminta data mengenai pola asuh orangtua dengan memberikan jawaban berupa contreng pada jawaban Ya atau Tidak, beikutnya instrumen empati dengan memberikan jawaban berupa contreng terhadap pernyataan-pernyataan pada instrument empati yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju) sesuai dengan keadaan diri siswa. Setelah itu penulis membagikan instrument empati kepada setiap siswa.
Sebelum dikerjakan oleh siswa, penulis memandu siswa untuk mengisi terlebih dahulu data diri yaitu nama lengkap, kelas dan no urut serta penulis mengingatkan untuk membaca petunjuk pengisian instrumen empati. Setelah
(3)
41
siswa membaca petunjuk pengisian dan menulis data diri maka siswa dipersilakan untuk mengerjakan. Siswa dalam mengerjakan instrument, penulis menunggui untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam pengisian instrumen, kesalahan persepsi siswa terhadap butir-butir pertanyaan, sehingga siswa dapat bertanya. Pada saat proses pengisian ada beberapa siswa yang bertanya tentang item pernyataan yang sekiranya membutuhkan penjelasan dari penulis, secara garis besar siswa yang bertanya dan setelah dijelaskan mereka paham dan dapat melajutkan pengisisan instrumen kembali.
Setelah selesai instrument dikerjakan siswa maka penulis mengingatkan kembali untuk mengecek apakah semua pernyataan instrumen sudah terjawab dan tidak ada yang terlewati, jika ada satu atau beberapa pernyatan yang tidak di isi maka penulis masih memberikan kesempatan untuk mengerjakan, setelah semua telah selesai maka instrumen dikumpulkan sesuai no urut pada setiap kelasnya dan kemudian penulis mengecek satu persatu apakah sudah urut sesuai dengan nomor urut atau tidak. Penulis mengecek jawaban yang terkumpul semua lengkap dan kembali 142 lembar.
4.3 Analisis Deskriptif
4.3.1 Variabel Pola Asuh Orangtua
Berdasarkan hasil analisa mengenai tipe pola asuh authoritatif pada siswa di SMK N 3 Salatiga diperoleh hasil dapat dilihat pada tabel 4.1.
(4)
42
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh
Pola Asuh
Orangtua Frequency Percent
Authoritatif 99 69.7
Total 99 69.7
Dari hasil data diatas menunjukkan bahwa 99 siswa (69,7%) memiliki tipe pola asuh orangtua authoritatif . Jadi dari 142 siswa SMK N 3 Salatiga sebagian besar orangtua menerapkan pola asuh orangtua authoritatif.
Selanjutnya tipe pola asuh authoritatif di ordinalkan, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain 1 untuk kategori sangat rendah, 2 untuk kategori rendah, 3 untuk kategori sedang, 4 untuk kategori tinggi, dan 5 untuk kategori sangat tinggi. Seperti pada tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Authoritatif
Kategori authoritatif Frequency Percent
sangat rendah 12 12.1
Rendah Sedang
36
0
36.4
0.0
Tinggi Sangat tinggi
51
0
51.5
0.0
Total 99 100.0
Dari hasil data diatas dari 5 kategori tipe pola asuh authoritatif, diperoleh hasil yaitu pada tipe pola asuh authoritatif kategori sangat rendah terdapat 12 siswa (12,1%), pada tipe pola asuh authoritatif kategori rendah terdapat 36 siswa (36,4%), pada tipe pola asuh authoritatif kategori sedang terdapat 0 siswa (0.0%) yang artinya tidak terdapat siswa pada kategori tersebut, pada tipe pola asuh
(5)
43
authoritatif kategori tinggi terdapat 0 siswa (0.0%) yang artinya tidak terdapat siswa pada kategori tersebut,pada tipe pola asuh authoritatif kategori tinggi terdapat 51 siswa (51,5%). Jadi pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga pada tipe pola asuh authoritatif tergolong pada kategori tinggi.
4.3.2 Variabel Empati
Berdasarkan hasil analisa mengenai tingkat empati siswa, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kategori Empati
Dari tabel diatas menunjukkan 31 siswa (21,8%) memiliki tingkat empati sangat rendah. 18 siswa (12,7%) memiliki tingkat empati rendah. 42 siswa (29,6%) memiliki tingkat empati sedang. 20 siswa (14,1%) memiliki tingkat empati tinggi. 31 siswa (21,8%) memiliki tingkat empati sangat tinggi. Jadi dari 142 siswa SMK N 3 Salatiga sebagian besar memiliki empati pada kategori sedang.
4.4 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dipaparkan deskripsi hasil pengukuran variabel yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
Kategori empati Frequency Percent
Sangat rendah 31 21.8
Rendah 18 12.7
Sedang 42 29.6
Tinggi 20 14.1
Sangat tinggi 31 21.8
(6)
44
umum keadaan responden terkait dengan variabel yang diteliti. Deskripsi hasil pengukuran berupa nilai-nilai mean, standar deviasi, nilai minimal dan nilai maksimal. Berdasar perhitungan statistik deskriptif, diperoleh nilai mean, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Percentile Group of empati 99 1 4 2.36 1.035
Percentile Group of Eauthoritatif
99 1 3 2.13 .955
Valid N (listwise) 99
4.5 Analisis Data
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan teknik uji Kendall’s
tau_b dengan bantuan program SPSS for Window release 17.0 untuk mengetahui hubungan tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Salatiga seperti pada tabel 4.5 :
(7)
45
Tabel 4.5 Statistik Hubungan Pola asuh Orangtua dengan Empati Correlations
Percentile Group of empati
Percentile Group of authoritatif
Kendall's tau_b Percentile Group of empati Correlation Coefficient 1.000 .481**
Sig. (2-tailed) . .001
N 99 99
Percentile Group of authoritatif
Correlation Coefficient .481** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 99 99
*. Corelation is significant at thr 0.05 level (2-tailed)
Dari hasil uji Kendall’s tau_b, pada tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati.
4.6 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ”ada hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga”. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil dari uji Kendall’s tau_b, hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati diperoleh taraf signifikansi 0,01 (<0,05). Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
4.7 Pembahasan
Dari penelusuran data yang terkumpul diketahui bahwa tidak ada satupun responden yang memiliki orangtua dengan pola asuh tertentu secara mutlak.
(8)
46
Artinya data yang terlampir tidak satupun responden yang memilih jawaban Otoriter seluruhnya, otoritatif seluruhnya atau juga permisif seluruhnya. Ini menandakan tidak adanya pola asuh murni yang diterapkan oleh orangtua kepada anak. Dengan demikian, yang terjadi adalah kecenderungan orangtua untuk menetapkan pola asuh tertentu, sehingga jika pilihan paling banyak otoriter berarti orangtua cenderung otoriter, jika alternatif pilihan paling banyak otoritatif maka cenderung otoritatif fan jika pilihan paling banyak jawaban permisif berarti orangtua cenderung permisif. Dengan demikian pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif akan ada pada kebanyakan orangtua, dan yang membedakan adalah tingkatan atau intensitasnya.
Dari hasil uji Kendall’s tau_b, pada tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati.
Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011), tentang hubungan pola asuh orangtua authoritaitf dengan empati pada anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang. Hasil penelitian ini berarti semakin authoritatif pola asuh orangtua semakin rendah empatinya. Adanya pengaruh yang lebih besar dari faktor lain selain pola asuh authoritatif terhadap empati misalnya kebutuhan, jenis kelamin, sosialisasi, derajat kematangan psikis (Eisenberg, 2002).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Hudiyah (2010), tentang hubungan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak,diketemukan koefisien korelasi (r) sebesar 0,510 dengan p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat
(9)
47
hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak. Anak yang diasuh dengan tipe pola asuh authoritatif mempunyai karakteristik empati terhadap sesama yang tinggi (Baumrind dalam Yusuf, 2002). Jadi semakin tinggi pola asuh authoritatif semakin tinggi empatinya.
Analisa peneliti mengenai terdapat hasil terdapat hubungan yaitu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena pola asuh orangtua salah satu penentu dalam pembentukan empati. Di samping pola asuh orangtua menurut Eisenberg (2002) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi empati yaitu salah satunya, pola asuh orangtua. Memungkinkan faktor tersebut mempunyai hubungan dengan empati anak.
Hai ini sesuai dengan yang dikatakan Eisenberg (2002) seperti yang telah dipaparkan pada Bab II. Pada dasarnya setiap anak sudah memiliki kepekaan (empati) pada dirinya, tergantung bagaimana cara si anak maupun orangtua mengasahnya. Saat menjelang usia satu tahun bentuk empati itu semakin nyata (Eisenberg, 2002). Jadi yang mungkin mendasari tidak ada hubungan antara pola asuh dengan empati adalah kemauan dan kemampuan si anak untuk mengasahnya.
(1)
42
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Pola Asuh
Orangtua Frequency Percent
Authoritatif 99 69.7
Total 99 69.7
Dari hasil data diatas menunjukkan bahwa 99 siswa (69,7%) memiliki tipe pola asuh orangtua authoritatif . Jadi dari 142 siswa SMK N 3 Salatiga sebagian besar orangtua menerapkan pola asuh orangtua authoritatif.
Selanjutnya tipe pola asuh authoritatif di ordinalkan, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain 1 untuk kategori sangat rendah, 2 untuk kategori rendah, 3 untuk kategori sedang, 4 untuk kategori tinggi, dan 5 untuk kategori sangat tinggi. Seperti pada tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Authoritatif Kategori authoritatif Frequency Percent
sangat rendah 12 12.1
Rendah Sedang
36 0
36.4 0.0 Tinggi
Sangat tinggi
51 0
51.5 0.0
Total 99 100.0
Dari hasil data diatas dari 5 kategori tipe pola asuh authoritatif, diperoleh hasil yaitu pada tipe pola asuh authoritatif kategori sangat rendah terdapat 12 siswa (12,1%), pada tipe pola asuh authoritatif kategori rendah terdapat 36 siswa (36,4%), pada tipe pola asuh authoritatif kategori sedang terdapat 0 siswa (0.0%) yang artinya tidak terdapat siswa pada kategori tersebut, pada tipe pola asuh
(2)
43
authoritatif kategori tinggi terdapat 0 siswa (0.0%) yang artinya tidak terdapat siswa pada kategori tersebut,pada tipe pola asuh authoritatif kategori tinggi terdapat 51 siswa (51,5%). Jadi pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga pada tipe pola asuh authoritatif tergolong pada kategori tinggi.
4.3.2 Variabel Empati
Berdasarkan hasil analisa mengenai tingkat empati siswa, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kategori Empati
Dari tabel diatas menunjukkan 31 siswa (21,8%) memiliki tingkat empati sangat rendah. 18 siswa (12,7%) memiliki tingkat empati rendah. 42 siswa (29,6%) memiliki tingkat empati sedang. 20 siswa (14,1%) memiliki tingkat empati tinggi. 31 siswa (21,8%) memiliki tingkat empati sangat tinggi. Jadi dari 142 siswa SMK N 3 Salatiga sebagian besar memiliki empati pada kategori sedang.
4.4 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dipaparkan deskripsi hasil pengukuran variabel yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
Kategori empati Frequency Percent
Sangat rendah 31 21.8
Rendah 18 12.7
Sedang 42 29.6
Tinggi 20 14.1
Sangat tinggi 31 21.8
(3)
44
umum keadaan responden terkait dengan variabel yang diteliti. Deskripsi hasil pengukuran berupa nilai-nilai mean, standar deviasi, nilai minimal dan nilai maksimal. Berdasar perhitungan statistik deskriptif, diperoleh nilai mean, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Percentile Group of empati 99 1 4 2.36 1.035
Percentile Group of Eauthoritatif
99 1 3 2.13 .955
Valid N (listwise) 99
4.5 Analisis Data
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan teknik uji Kendall’s tau_b dengan bantuan program SPSS for Window release 17.0 untuk mengetahui hubungan tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK Negeri 3 Salatiga seperti pada tabel 4.5 :
(4)
45
Tabel 4.5 Statistik Hubungan Pola asuh Orangtua dengan Empati Correlations
Percentile Group of empati
Percentile Group of authoritatif Kendall's tau_b Percentile Group of empati Correlation Coefficient 1.000 .481**
Sig. (2-tailed) . .001
N 99 99
Percentile Group of authoritatif
Correlation Coefficient .481** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 99 99
*. Corelation is significant at thr 0.05 level (2-tailed)
Dari hasil uji Kendall’s tau_b, pada tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati.
4.6 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ”ada hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga”. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil dari uji Kendall’s tau_b, hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati diperoleh taraf signifikansi 0,01 (<0,05). Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
diterima.
4.7 Pembahasan
Dari penelusuran data yang terkumpul diketahui bahwa tidak ada satupun responden yang memiliki orangtua dengan pola asuh tertentu secara mutlak.
(5)
46
Artinya data yang terlampir tidak satupun responden yang memilih jawaban Otoriter seluruhnya, otoritatif seluruhnya atau juga permisif seluruhnya. Ini menandakan tidak adanya pola asuh murni yang diterapkan oleh orangtua kepada anak. Dengan demikian, yang terjadi adalah kecenderungan orangtua untuk menetapkan pola asuh tertentu, sehingga jika pilihan paling banyak otoriter berarti orangtua cenderung otoriter, jika alternatif pilihan paling banyak otoritatif maka cenderung otoritatif fan jika pilihan paling banyak jawaban permisif berarti orangtua cenderung permisif. Dengan demikian pola asuh otoriter, otoritatif dan permisif akan ada pada kebanyakan orangtua, dan yang membedakan adalah tingkatan atau intensitasnya.
Dari hasil uji Kendall’s tau_b, pada tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati.
Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011), tentang hubungan pola asuh orangtua authoritaitf dengan empati pada anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang. Hasil penelitian ini berarti semakin authoritatif pola asuh orangtua semakin rendah empatinya. Adanya pengaruh yang lebih besar dari faktor lain selain pola asuh authoritatif terhadap empati misalnya kebutuhan, jenis kelamin, sosialisasi, derajat kematangan psikis (Eisenberg, 2002).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Hudiyah (2010), tentang hubungan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak,diketemukan koefisien korelasi (r) sebesar 0,510 dengan p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat
(6)
47
hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak. Anak yang diasuh dengan tipe pola asuh authoritatif mempunyai karakteristik empati terhadap sesama yang tinggi (Baumrind dalam Yusuf, 2002). Jadi semakin tinggi pola asuh authoritatif semakin tinggi empatinya.
Analisa peneliti mengenai terdapat hasil terdapat hubungan yaitu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena pola asuh orangtua salah satu penentu dalam pembentukan empati. Di samping pola asuh orangtua menurut Eisenberg (2002) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi empati yaitu salah satunya, pola asuh orangtua. Memungkinkan faktor tersebut mempunyai hubungan dengan empati anak.
Hai ini sesuai dengan yang dikatakan Eisenberg (2002) seperti yang telah dipaparkan pada Bab II. Pada dasarnya setiap anak sudah memiliki kepekaan (empati) pada dirinya, tergantung bagaimana cara si anak maupun orangtua mengasahnya. Saat menjelang usia satu tahun bentuk empati itu semakin nyata (Eisenberg, 2002). Jadi yang mungkin mendasari tidak ada hubungan antara pola asuh dengan empati adalah kemauan dan kemampuan si anak untuk mengasahnya.