ANIES KORNEAWATI F3408091

(1)

commit to user

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh:

ANIES KORNEAWATI F3408091

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ujian bagi orang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah munculnya masalah tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi (David J. Schwartz).

Penulis Persembahkan kepada: · Orang tua dan seluruh keluarga,


(5)

commit to user KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr, wb.

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya Tugas Akhir dengan judul PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada program Diploma III Progran Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Tri Hananto, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Sri Suranta, S.E., M.Si., Ak., BKP selaku Ketua Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Ahmad Ridwan Nasution, S.E selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan dengan sabar.

5. Bapak Muhammad Sukri Subki selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten yang telah menerima penulis dengan ramah di KPP Pratama Klaten.


(6)

commit to user

6. Dwi Harmono, S.E, M.H selaku Pj. Kasubbag Umum dan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi III.

7. Bapak Supriyanto selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi. 8. Bapak Hartomo selaku Kepala Seksi Penagihan.

9. Mas Heru, Mbak Puji, Mas Warto, Pak Bardi, Mas Agung, Mas Winahyu, Bu Rosna, Mbak Lia, Mbak Evy, Pak Agus, Pak Didit, Mas Agus terimakasih sudah menerima dan mendidik saya dengan baik.

10. Orang Tua, adik – adik, dan seluruh keluarga saya yang menjadi semangat dalam segala hal.

11. Seluruh teman Pajak A dan Pajak B, terutama Chika, Karla, Harles, Nisa, Litta, Linda, Riu, dan juga Rizky terimakasih atas bantuan, dukungan dan do’anya dalam menyelesaikan laporan ini.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai tambahan pengetahuan.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat untuk semua pihak.

Wa’alaikumsalam wr, wb.

Surakarta, Maret 2011


(7)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 1

B. Latar Belakang ... 11

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Analisis Data ... 14

BAB II . ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka ... 15


(8)

commit to user BAB III. TEMUAN

A. Kelebihan ... 39 B. Kelemahan ... 39 BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 40 B. Rekomendasi ... 41 DAFTAR PUSTAKA


(9)

commit to user DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Klaten ...3

2.1 Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Pekotaan ... 32

2.2 Tabel Penerimaan dan Tunggakan PBB di Kabupaten Klaten ... 35


(10)

commit to user DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman


(11)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Ijin Magang. 2. Surat Konfirmasi Perijinan Magang. 3. Surat Keterangan Selesai Magang.

4. Memo Penerimaan Laporan Magang Mahasiswa.

5. Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Pekotaan. 6. Penerimaan dan Tunggakan PBB di Kabupaten Klaten.

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan


(12)

commit to user

ii ABSTRACT

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN

Anies Korneawati F3408091

“Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” is one of the big tax source. In Klaten City there are many object that were broken because of disaster and also many farm attact by insect. As a consequence it make arrears “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”.

The order of this research were to know how development object of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”, implementation of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” collect and how to minimize arrears of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)”.

Implementation of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” collect in Pratama Tax Office of Klaten appropriate with “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” Number 12 Year 1994. The collecting of “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” based on SPPT, Tax Assesment Letter and Tax Collection Letter before Coercive Warrant issued. Tax arrears happen not only because of disaster were broke tax object but also because of hand over of SPPT and tax paid not maximum enough.

Based on this research, the researcher give some suggestion to minimize “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” arrears needed cooperation from everyone, start from hand over of SPPT. Taxpayer who did land or building mutation wish give information to Pratama Tax Office in order can find new taxpayer when hand over of SPPT. Taxpayer who live in city would better pay “Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)” in ATM or Bank which recomended.


(13)

commit to user

iii

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KLATEN

Anies Korneawati F3408091

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sumber pajak yang besar. Di Kabupaten Klaten banyak objek Pajak yang mengalami kerusakan akibat bencana alam dan juga objek pajak sawah banyak di serang hama wereng. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya tunggakan pajak Bumi dan Bangunan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan objek Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten, bagaimanakah pelaksanaan penagihan pajak bumi dan bangunan, kemudian cara untuk meminimalisasi tunggakan pajak bumi dan bangunan.

Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten sesuai dengan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan Nomor 12 Tahun 1994. Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan SPPT, SKP, dan STP. Apabila akan ditindaklanjuti dengan tindakan penagihan dengan Surat Paksa terlebih dahulu harus diterbitkan STP. Tunggakan pajak yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh bencana alam yang merusak objek pajak tetapi juga karena proses penyampaian SPPT dan pembayaran pajak yang kurang maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran untuk meminimalisasi tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari proses penyampaian SPPT sampai dengan pembayaran pajak. Wajib Pajak yang yang melakukan proses mutasi tanah agar melapor ke Kantor Pelayanan Pajak agar tidak mengalami kesulitan saat menyampaikan SPPT karena tidak ditemukannya subjek pajak yang baru. Wajib Pajak yang berada di kota lebih baik membayar melaui ATM atau langsung ke Bank yang ditunjuk.


(14)

commit to user

iii BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. KEP.315/ KMK.01/ 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II.

Kantor Pelayanan Pajak Klaten merupakan bagian dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Karena mulai bulan November 2007 wilayah Propinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I dan Jawa Tengah II.

Kantor Pelayanan Pajak Klaten berdiri pada November 1989 dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Pajak pada tanggal 13 Januari 1994. Pada tahun 1989 Kantor Pelayanan Pajak Klaten masih berbentuk kantor dinas luar tingkat I Klaten dibawah inspeksi pajak Surakarta dan pada tahun 1998 dengan pertimbangan pokok semakin banyaknya jumlah wajib pajak dan semakin besarnya pemasukan uang pajak. Maka kantor dinas luar tingkat I Klaten ditingkatkan menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Klaten dan pada tahun 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(15)

commit to user

iv

Klaten di pecah lagi, menjadi Kantor Pelayanan Pajak Klaten dan Kantor Pelayanan Pajak Sukoharjo.

Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 141/ PJ/ 2007 tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan saat Mulai Beroperassinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak II, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Istimewa Yogyakarta, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten memiliki tugas, fungsi dan struktur organisasi sebagai berikut:

a. Tugas

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 161/ KMK.1/ 2005 dan 162/ KMK.1/ 2005 tanggal 7 Juni 2005 disebutkan bahwa Kantor Pelayanan dalam bidang Pajak Bumi dan Bangunan serta Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.

b. Fungsi

Dalam menjalankan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak

menyelanggarakan fungsi:

1) Percepatan pelayanan kepada wajib pajak.

2) Intensifikasi, ekstensifikasi, penagihan dan pengawasan administrasi PPh.


(16)

commit to user

v

3) Intensifikasi, ekstensifikasi, penagihan dan pengawasan PPN dan PTLL.

4) Intensifikasi, ekstensifikasi dan penagihan PBB dan BPHTB. 5) Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak.

6) Pengamatan potensi pajak dan penyuluhan pajak kepada masyarakat.

Adapun wilayah kerja KPP Pratama Klaten meliputi wilayah Kabupaten Klaten yang terdiri dari 26 kecamatan. Tabel wilayah kerja KPP Pratama Klaten sebagai berikut:

Tabel 1.1

Wilayah Kerja KPP Pratama Klaten

No Wilayah Jumlah

Penduduk Jumlah KK Non Miskin Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah WP

OP Badan Bendahara

wan

1. Kab.

Klaten

1.129.169 262.292 65.593 80.104 3.271 2.277

Sumber: KPP Pratama Klaten

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten

Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten mengacu pada visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi Institusi pemerintah yang menyyelenggarakan sistem administrasi perrpajakan yang modern, efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesioanalisme yang tinggi”. Visi disini menunjukkan gambaran yang


(17)

commit to user

vi

jelas dan tegas mengenai sosok Organisasi Direktorat Jenderal Pajak yang dicita-citakan dan ingin dicapai di masa mendatang.

Adapun misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten yang juga mengacu dari misi Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menghimpun Penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih yang melakukan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Struktur Organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten didukung oleh 82 pegawai. Adapun organisasi unit Eselon IV di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten adalah:

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3) Seksi Pelayanan

4) Seksi Penagihan 5) Seksi Pemeriksaan 6) Seksi Ekstensifikasi

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I–III 8) Pejabat Fungsional yang terdiri atas:


(18)

commit to user

vii ·Pejabat Fungsional Penilai PBB

Keseluruhan jumlah pegawai per Maret 2011 adalah dengan rincian sebagai berikut:

1. Seorang Kepala Kantor (Eselon III) 2. Delapan sebagai Kepala Seksi (Eselon IV) 3. Tujuh belas sebagai Account Representative 4. Sebelas sebagai Pemeriksa Pajak

5. Dua sebagai Juru Sita Pajak 6. Tiga puluh tiga sebagai Pelaksana

Adapun Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten dapat dilihat pada gambar 1.1

4. DESKRIPSI JABATAN/ URAIAN JABATAN

Sistem dan Prosedur kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten meliputi:

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Kepala Kantor memiliki tugas dan mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan operasional di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Pajak Tidak Langsung lainnya untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan.


(19)

commit to user

viii Gambar 1.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Klaten Kepala Kantor Muhammad Sukri Subki

Kelompok Jabatan Fungsional (11 pejabat fungsional pemeriksa, 2 pejabat fungsional penilai PBB)

Kepala Sub Bagian Umum SL Hanum 5 Pelaksana 2 Bendaharaw an Kasi Pelayanan Yanny Sumaryani Kasi PDI Supriyanto Kasi Penagihan Hartomo Kasi Ekstensifikasi M. Ali Masyhar Kasi Waskon I Dwi Meisandra Kasi Waskon II Agus Setyawan Kasi Waskon III Dwi Harmono 13 Pelaksana 3 Operator Console

2 Juru Sita 5 Pelaksana 6 AR 5 AR 6 AR

1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 1 Pelaksana 8 Pelaksana


(20)

commit to user

ix b. Kepala Sub Bagian Umum

Melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak antara lain:

1) Mengkoordinasi pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan-laporan.

2) Membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam urusan keuangan.

3) Mengkoordinasi pelaksanaan rumah tangga, yang bertugas membantu Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam urusan rumah tangga perlengkapan.

4) Membimbing pegawai untuk meningkatkan efisiensi,

produktivitas, dan profesionalisme di Sub Bagian Umum. c. Kepala Seksi Penagihan

Bertugas mengkoordinir tugas-tugas koordinasi pelaksanaan dan bertanggung jawab terhadap kelancaran dan tugas untuk dilaporkan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan segala urusan yang ada pada seksi penagihan di bantu oleh:

1) Pelaksana administrasi piutang pajak

Yang bertugas membantu urusan penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan pajak, dan penundaan angsuran.


(21)

commit to user

x 2) Juru sita Pajak

Bertugas membantu penyiapan surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, usul, lelang dan dukungan penagihan lainnya serta melakukan penagihan pajak atas wajib pajak.

d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi PDI mempunyai tugas, yaitu melaksanakan

pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing serta penyiapan laporan kinerja. Uraian tugas dari seksi PDI antara lain:

1) Menyusun Estimasi Penerimaan Pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

2) Melaksanakan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

3) Melaksanakan kegiatan teknis operasional computer, pemeliharaan basis data, back up data, transfer data dan

recovery data, perangkat lunak, perangkat keras, dan jaringan

computer di lingkungan KPP e. Kepala Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan


(22)

commit to user

xi lainnya.

f. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdiri dari 3 (tiga) waskon, yaitu waskon I, waskon II, dan waskon III. Seksi pengawasan dan konsultasi masing-masing mempunyai tugas Melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

g. Kepala Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. h. Fungsional

Mempunyai tugas melakukan urusan penyuluhan serta pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan bagi wajib pajak yang belum mengetahui tentang pajak dan kegunaannya, yang dibantu oleh:


(23)

commit to user

xii

Bertugas melakukan pemeriksaan atas kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.

2) Fungsi Penilai

3) Bertugas melakukan penilaian atas objek pajak untuk menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

B. Latar Belakang

Pemerintah saat ini terus melaksanakan pembangunan di berbagai bidang. Seiring dengan pembangunan dan perkembangan, Negara Indonesia mengalami banyak bencana yang merusak alam. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan perkembangan Negara Indonesia sangat diperlukan demi tercapainya negara yang makmur. Melaksanakan pembangunan dan juga memulihkan kondisi-kondisi alam yang rusak terkena bencana dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Pemerintah harus memanfaatkan sumber-sumber penerimaan negara dengan efektif dan efisien agar pembangunan terus berkesinambungan. Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak. Pajak merupakan penerimaan negara yang mempunyai potensi yang sangat besar, maka dari itu perlu terus ditingkatkan terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang masih belum stabil.

Salah satu objek pajak yang memiliki potensi besar adalah bumi dan bangunan tetapi karena bencana yang menimpa negara Indonesia mempengaruhi penerimaan objek pajak bumi dan bangunan. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 yaitu


(24)

commit to user

xiii

Rp29.765.121.745,- sedangkan tahun 2010 sebesar Rp32.925.495.184,-. Masyarakat yang mengalami bencana juga diharapkan kerjasamanya dalam menyampaikan perubahan kondisi objek pajak bumi dan bangunan yang rusak akibat bencana alam, agar aparat pajak dapat segera mengambil tindakan dengan memberikan keringanan, dengan begitu akan mengurangi terjadinya tunggakan pajak.

Peranan pajak dalam pembiayaan negara sangat dipengaruhi keseriusan aparat pajak dan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Selain bencana yang merusak objek pajak bumi dan bangunan sehingga menghambat keoptimalan pembangunan negara dan penerimaan pajak, kesadaran dari Wajib Pajak juga mempengaruhi kelancaran tercapainya ketertiban perpajakan. Pada tahun 2010, di Kabupaten Klaten terjadi bencana erupsi gunung merapi. Pada tahun awal tahun 2011 ini banyak objek pajak sawah yang diserang hama wereng, sehingga para petani mengalami gagal panen.

Tabel 1.2

Objek Pajak yang mengalami kerusakan karena erupsi Merapi

No Nama Desa Jumlah OP

1 Bawukan 1.737

2 Panggang 891

3 Talun 1.014

4 Kendalsari 1.392

5 Keputran 1.172

6 Kemalang 926

7 Dompol 750

8 Tangkil 1.625

9 Bumiharjo 848

10 Tlogowatu 1.115


(25)

commit to user

xiv

12 Balerante 1.056

13 Tegalmulyo 995

Jumlah 15.263

Sumber: KPP Pratama Klaten

Banyak terjadi tunggakan pajak yang harus ditagih sebagai akibat dari ketidakpatuhan Wajib Pajak. Untuk mengetahui pelaksanaan penagihan dari tunggakan pajak bumi dan bangunan yang terjadi, maka penulis mengambil judul “PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN”.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perkembangan objek Pajak Bumi dan Bangunan di

Kabupaten Klaten?

2. Bagaimanakah pelaksanaan penagihan tunggakan Pajak Bumi dan

Bangunan di Kabupaten Klaten?

3. Bagaimanakah cara untuk meminimalisasi tunggakan Pajak Bumi

dan Bangunan di Kabupaten Klaten?

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan objek pajak bumi dan

bangunan di Kabupaten Klaten terutama sektor pedesaan yang mengalami wabah wereng pada objek pajak sawah.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penagihan tunggakan Pajak Bumi


(26)

commit to user

xv

3. Untuk mengetahui bagaimana cara meminimalisasi tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan di Kaabupaten Klaten sehingga tercapai keberhasilan pemungutan pajak.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bagi penulis, untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh penulis dari perkuliahan dan magang ke dalam dunia nyata melalui karya ilmiah. 3. Bagi pihak lain, sebagai informasi dan masukan kepada masyarakat untuk

menyadarkan masyarakat tentang pentingnya melunasi pajak tepat pada waktunya.

F. Teknik Analisis Data 1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten. Hal yang ingin dikaji yaitu mengenai penagihan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Klaten.

2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah (Sutopo, 2002):


(27)

commit to user

xvi

1) Data Kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.

2) Data Kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan.

b. Sumber Data berasal dari:

1) Data Primer (Moleong, 2002) yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti mengenai data-data yang berhubungan langsung dengan peneliti, target dan piutang pajak yang ada di KPP Pratama Klaten.

2) Data Sekunder (Suharsimi, 1998) yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari bukubuku, literature, makalah, Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, serta Surat Keputusan tentang Penagihan Pajak.

c. Sumber data diambil dari:

1) Informasi yaitu orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang dikaji dan bersedia memberikan informasi.

2) Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif.

d. Metode Analisis Data 1) Metode Kepustakaan

Penulis mempelajari dan mengumpulkan data berupa pengertian peranan dan kinerja dari berbagai literatur serta buku-buku dan diktat yang berkaitan dengan penelitian ini.


(28)

commit to user

xvii

2) Metode Wawancara

Metode yang dilakukan dengan melakukan wawancara atau korespondensi pada masyarakat ataupun pada objek penelitian. 3) Metode Dokumentasi

Penulis mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten berupa Pelaksanaan Penagihan dan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten.


(29)

commit to user

xviii BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo: 2008 “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Smeets dalam Suandy: 2002 “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pajak memiliki unsur- unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara, artinya yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Berdasarkan Undang- undang, bahwa pajak dipungut berdasarkan

atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan


(30)

commit to user

xix

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

b. Fungsi Pajak

Pajak memiliki dua fungsi, yaitu(Mardiasmo, 2008): 1) Fungsi budgetair (penerimaan)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

c. Syarat Pemungutan Pajak

1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,


(31)

commit to user

xx

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2) Pemungutan pajak harus derdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang- undang perpajakan yang baru.

d. Teori- Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori- teori tersebut antara lain:


(32)

commit to user

xxi 1) Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak- hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2) Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing- masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3) Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.

4) Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5) Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.


(33)

commit to user

xxii

Selanjutnya negara kan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

e. Pengelompokan Pajak

Pengelompokkan pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungutan maupun sifatnya (Suandy: 2002). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Pembagian pajak berdasarkan golongan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain.

2) Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Pajak Pusat/ Pajak Negara adalah pajak yang wewenang

pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang

pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

b) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya ddilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.


(34)

commit to user

xxiii

3) Pembagian Pajak berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan wajib pajak.

b) Pajak Obyektif adalah pajak yang awalnya memperhatikan obyek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru mencari subyeknya baik orang pribadi maupun badan.

f. Tata Cara Pemungutan Pajak 1) Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel:

a) Stelsel nyata (riil stelsel) adalah pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis sedangkan kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

b) Stelsel Aggapan adalah pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat


(35)

commit to user

xxiv

ditetapkan besarnya pajak yang terhutang untuk tahun pajak yang berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c) Stelsel Campuran adalah kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

2) Asas Pemungutan Pajak

Menurut Smeets dalam bukunya Prastowo (2009). Asas pemungutan pajak yang penting adalah sebagai berikut:

a) Asas Equality merupakan pemungutan pajak yang dilakukan negara sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak.

b) Asas Certainty merupakan pemungutan pajak yang

berdasarkan undang-undang. Dengan begitu, pihak yang melanggar dapat dikenai sanksi hukum.


(36)

commit to user

xxv

c) Asas Convinience of payment merupakan pemungutan pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak (saat yang baik), misalnya pada saat Wajib Pajak baru menerima penghasilannya atau saat Wajib Pajak menerima hadiah.

d) Asas Eficiency merupakan pemungutan pajak yang biaya pemungutannya diusahakan sehemat mungkin. Jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

3) Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak di bagi atas 3 macam yaitu (Waluyo, 2007):

a) Official Assesment System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak terutang) oleh Wajib Pajak.

b) Self Assesment System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang

c) With Holding System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib


(37)

commit to user

xxvi

Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

g. Tarif Pajak

Ada empat macam tarif pajak yaitu (Mardiasmo, 2003):

1) Tarif sebanding/ proporsional yaitu berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2) Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) trhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3) Tarif progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

4) Tarif degresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2. Pajak Bumi dan Bangunan

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Bumi merupakan permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.


(38)

commit to user

xxvii

Bangunan adalah konstruksi tenik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) merupakan surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak yang terhutang kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) berdasarkan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) wajib pajak.

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti.

b. Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 1) Bumi dan atau bangunan.

2) Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terhutang.


(39)

commit to user

xxviii

Dalam menentukan klasifikasi bumi/ tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Letak b. Peruntukkan c. Pemanfaatan

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Bahan yang digunakan b. Rekayasa

c. Letak

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

c. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran/ pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.

d. Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak


(40)

commit to user

xxix

atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Gubernur/ Bupati/ Walikota (Pemerintah Daerah) setempat. Dasar penghitungan pajak adalah NJKP yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP. Besarnya persentase NJKP ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (PP), dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

NJKP = AV (Assesment Value) x NJOP = 20% x NJOP

PBB = Tarif Pajak x NJKP

= 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)

3. Penagihan Pajak

a. Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksankan penyanderaan, menjual barang yang telah disita (Ilyas, 2001).

Penjualan barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk aset-aset tertentu seperti surat-surat berharga, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.

Penagihan pajak dibagi menjadi penagihan pajak aktif dan penagihan pajak pasif. Penagihan pajak pasif dilakukan dengan


(41)

commit to user

xxx

menerbitkan Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak. Penagihan pajak aktif merupakan penagihan dengan surat paksa yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000.

b. Pelaksanaan Penagihan Pajak

Tahap pelaksanaan penagihan pajak: 1) Surat Teguran Pajak

Surat Teguran Pajak diterbitkan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan kepada penanggung pajak apabila tidak melunasi utang pajaknya.

2) Surat Paksa

Surat paksa merupakan surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan setelah lewat 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Surat paksa diterbitkan apabila:

a) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis,

b) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, atau


(42)

commit to user

xxxi

c) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

c. Penyitaan

Penyitaan merupakan tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan, Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan.

Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk indonesia, dikenal oleh jurusita pajak, dan dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak dan saksi-saksi.

d. Pengumuman Lelang

Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanakan penyitaan, maka pejabat berwenang mengumumkan lelang


(43)

commit to user

xxxii

e. Penjualan/ Pelelangan Barang Sitaan

Lelang merupakan setiap penjualan dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.

Setelah lewat 14 (emapt belas) hari sejak pengumuman lelang ternyata penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang.

f. Pencegahan dan Penyanderaan

Pencegahan merupakan larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan atas permintaan pejabat atau atasan pejabat yang bersangkutan. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan. Pencegahan terhadap penaggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.


(44)

commit to user

xxxiii

Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

g. Keberatan dan Pengurangan PBB

1) Dasar Hukum Keberatan PBB:

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-25/ 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bnagunan.

2) Keberatan diajukan apabila:

(a) Dalam hal Wajib Pajak merasa SPPT/ SKP tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya mengenai luas obyek bumi dan bangunan, klasifikasi obyek bumi dan bangunan, besarnya penetapan/ pengenaan PBB.

(b) Terdapat perbedaan penafsiran Undang-Undang antara Wajib Pajak dengan fiskus, misalnya penatapan subyek pajak sebagai Wajib Pajak, Obyek pajak yang seharusnya tidak dikenakan PBB, penerapan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP),


(45)

commit to user

xxxiv

penentuan saat pajak terhutang, tanggal jatuh tempo, atau penetapan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Perkembangan Objek Pajak Buni di Kabupaten Klaten

Wilayah kerja KPP Pratama Klaten meliputi desa dan kecamatan di Kabupaten Klaten yang terdiri dari 26 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 401 desa dan SPPT PBB Tahun 2011 sebanyak 543.473 Objek Pajak dengan jumlah pokok ketetapan sebesar Rp18.561.023.085,-.

Banyak bencana yang menimpa Kabupaten Klaten, seperti gempa, letusan gunung berapi dan juga hama wereng yang menyebabkan objek pajak bumi dan bangunan mengalani kerusakan. Tahun ini hama wereng yang banyak menyerang objek pajak sawah di Kabupaten Klaten. Jenis hama yang menyerang tanaman padi petani adalah hama wereng batang coklat. Hama wereng di Kabupaten Klaten menyerang lahan seluas 1980 hektar sehingga menyebabkan petani gagal panen.

Tabel 2.1

Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan Kabupaten Klaten

Keterangan 2009 2010 2011

Jumlah Objek Pajak 543.473 543.473 543.473

Jumlah SPPT 519.620 530.079 532.227

Luas Bumi 570.142.019 578.179.650 578.762.174


(46)

commit to user

xxxv Lanjutan

Luas Bangunan 13.790.111 14.204.452 14.451.149

NJOP Bangunan 3.948.707.895 4.544.702.529 4.726.112.198

Ketetapan PBB 16.670.013.374 17.711.446.992 18.561.023.085

Sumber : KPP Pratama Klaten

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perkembangan objek PBB dari tahun 2008 sampai tahun 2010. SPPT PBB pada tahun 2011 yaitu sebanyak 532.227 meningkat sebanyak 2.148 dari tahun sebelumya. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan juga mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi meningkat sebesar 1,47% sedangkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan meningkat sebesar 3,99%. Peningkatan tersebut terjadi karena bertambahnya luas bumi dan luas bangunan objek PBB.

Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan negara dan disetor sepenuhnya ke rekening kas negara. Sebesar 10% (sepuluh persen) dari hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut merupakan bagian dari penerimaan untuk Pemerintah Pusat. Sedangkan 90% (sembilan puluh persen) merupakan bagian penerimaan untuk Daerah yang dibagi dengan rincian sebagai berikut: a) 16,2 (enam belas koma dua persen) untuk Daerah Propinsi yang


(47)

commit to user

xxxvi

b) 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk Derah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.

c) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah.

2. Pelaksanaan penagihan tunggakan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pajak Pratama Klaten.

Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB Tahun 2011 Kabupaten Klaten telah diserahkan secara kolektif melalui Dinas Pendapatan Pengelola Keuangnan dan Asset Daerah Kabupaten Klaten pada bulan April. Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 6 (enam) bulan setelah diterimanya SPPT yaitu tanggal 30 September. Pada saat penyampaian SPPT, KPP Pratama Klaten mengadakan kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi atau masukan secara langsung dari para Camat ataupun Kepala Desa tentang permasalahan yang dihadapi agar bisa dicari solusi masalah tersebut bersama-sama. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB, kopian SPPT PBB segera dikirimkan ke Kantor Pelayanan Pajak dan untuk Ketetapan diatas Rp1.000.000,- disebalik tanda terima ditulis nomor telepon Wajib Pajak.

Untuk korban bencana yang objek pajaknya mengalami kerusakan atau bagi petani yang mengalami gagal panen karena bencana ataupun hama bisa mengajukan pengurangan atau pembebasan dengan


(48)

commit to user

xxxvii

melaporkan keadaan objek pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Prosedur penagihan Pajak Bumi dan Bangunan sama dengan pelaksanaan pajak lainnya. Setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Juru sita memberikan himbauan berupa penerbitan Surat Teguran kepada Wajib Pajak. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak (UU PBB Nomor 12 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994).

Tabel 2.2

Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten

Keterangan 2009 2010

Pedesaan 5.865.949.366 5.222.141.380

Perkotaan 5.511.940.993 5.457.694.428

Perkebunan 268.222.190

Perhutanan 42.123.868 43.596.768

Migas 18.076.885.328 22.202.062.608

Non Migas -

PBB (APBN) 29.765.121.745 32.925.495.184

Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950

Sumber: KPP Pratama Klaten

Tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp186.035.495,- atau 16,74% dari tahun 2009. Perincian tunggakan pada tahun 2009 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(49)

commit to user

xxxviii Tabel 2.3

Rincian Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten

Keterangan 2009 2010

Pedesaan

Pokok ketetapan 5.865.949.366 5.222.141.380

Tunggakan 843.409.798 613.032.382

Perkotaan

Pokok ketetapan 5.522.940.993 5.457.694.428

Tunggakan 267.822.647 312.164.568

Perkebunan

Pokok ketetapan 268.222.190 0

Tunggakan 0 0

Perhutanan

Pokok ketetapan 42.123.686 43.596.768

Tunggakan 0 0

Pertambangan

Pokok ketetapan 18.076.885.328 22.202.062.608

Tunggakan 0

PBB

Pokok Ketetapan 29.765.121.745 32.925.495.184

Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950

Sumber : KPP Pratama Klaten

Pada dasarnya nilai tunggakan PBB dari tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penurunan, tetapi untuk tunggakan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan meningkat. Hal ini disebabkan karena bebarapa faktor yang terjadi pada sistem pemungutan pajak yang kurang efektif. Mulai dari penyampaian SPPT, yaitu sulit ditemukannya subjek pajak dikarenakan berada diluar kota atau terjadinya mutasi tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kemudian pada saat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pada petugas pemungut atau BKK yang tidak/ belum disetorkan sampai tanggal jatuh tempo, sehingga terjadi tunggakan pajak.


(50)

commit to user

xxxix

3. Cara untuk meminimalisasi tunggakan pajak di Kantor Pajak Pratama Klaten.

Dalam proses pemungutan pajak, banyak kendala yang terjadi sehingga menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. STTS (Surat Tanda Terima Setoran) diserahkan dari Kantor Pelayanan Pajak ke kecamatan-kecamatan, kemudian dari kecamatan ke desa-desa, baru dari desa diserahkan kepada Wajib Pajak. Dalam proses penyerahan SPPT, masalah yang sering terjadi yaitu tidak disampaikannya SPPT kepada Wajib Pajak atau penyerahan SPPT jauh dari waktu diterimanya SPPT ke desa. Hal itu terjadi karena terlalu banyaknya SPPT dan juga perubahan atau mutasi tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) sehingga petugas pemungut tidak bisa menemukan Subjek Pajak yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut atau subjek pajak berdomisili diluar kota sehingga petugas tidak bisa menyampaikan SPPT.

Dalam proses pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga terdapat kendala yang menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. Wajib Pajak mendapatkan STTS dari petugas pemungut kemudian menyerahkan uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan kepada petugas pemungut tersebut. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan juga bisa dibayarkan lewat BKK. Apabila petugas pemungut tidak menyetorkan uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sampai tanggal jatuh tempo, maka akan terjadi tunggakan pajak meskipun Wajib Pajak sebenarnya telah membayar pajak.


(51)

commit to user

xl

Untuk meminimalisasi terjadinya tunggakan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, bisa dilakukan pencocokan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ke tempat-tempat pembayaran. Dalam penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah agar petugas segera menyampaikan SPPT dengan meneliti dahulu dan apabila terdapat kesalahan/ kekeliruan segera melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan disertai alasan dan data pendukung agar segera diproses pembetulan SPPT dan bisa diserahkan kepada wajib pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga menghimbau kepada petugas pemungut apabila SPPT tidak disampaikan kepada wajib pajak karena sebab-sebab tertentu, maka SPPT tersebut harus segera dikembalikan kepada KPP Pratama.

Wajib Pajak yang objek pajaknya mengalami kerusakan akibat bencana alam atau sawah yang mengalami gagal panen dihimbau agar menyampaikan keadaan objek pajaknya sehingga Kantor Pelayanan Pajak Pratama bisa memberikan pengurangan atau bebas pajak.

Untuk pembayaran yang lebih efektif, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan bisa dilakukan lewat ATM Bank terdekat yang ditunjuk.


(52)

commit to user

xli BAB III TEMUAN

A. Kelebihan

Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan terdapat beberapa kelebihan yang ditemukan antara lain:

1. Setiap melakukan penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak Pratama memberikan penyuluhan kepada para Camat dan Kepala Desa dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atau masukan secara langsung.

2. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB, kopian SPPT PBB untuk ketetapan diatas Rp1000.000,- disebalik tanda terima ditulis nomor telepon Wajib Pajak.

B. Kelemahan

Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan juga terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan, antara lain:

1. Jangka waktu terutang Pajak Bumi dan Bangunan yang lama membuat petugas pemungut yang bertugas memungut Pajak Bumi dan Bangunan menyalahgunakan uang pajak tersebut.

2. Penyampaian SPPT masih kurang tercapai maksimal meskipun sudah dilaksanakan penyuluhan sebelum diserahkannya SPPT karena kurangnya kesadaran petugas pemungut ataupun wajib pajak sendiri.


(53)

commit to user

xlii BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada Kabupaten Klaten terdapat 26 Kecamaten dan 401 Desa dan SPPT Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten tahun 2011 sebanyak 543.473 Objek Pajak. Karena bencana yang terjadi di Kabupaten Klaten, seperti gempa dan juga erupsi, menimbulkan tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan karena objek pajak mengalami kerusakan. Untuk tahun 2011 di Kabupaten Klaten banyak petani mengalami gagal panen karena serangan hama wereng pada objek sawah sehingga mengakibatkan petani mengalami kerugian. Untuk Objek pajak yang rusak karena bencana ataupun sawah yang terserang hama wereng diberikan pengurangan atau bisa dibebaskan dari pajak. Jika Wajib Pajak segera melaporkan keadaan Objek Pajak yang mengalami kerusakan tersebut.

2. Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten sesuai dengan pasal 12 UU PBB. Dasar penagihan pajak berupa SPPT, SKP, dan STP. Atas SPPT atau SKP tersebut apabila akan ditindaklanjuti dengan tindakan penagihan


(1)

commit to user

xxxvii

melaporkan keadaan objek pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Prosedur penagihan Pajak Bumi dan Bangunan sama dengan pelaksanaan pajak lainnya. Setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Juru sita memberikan himbauan berupa penerbitan Surat Teguran kepada Wajib Pajak. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak (UU PBB Nomor 12 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994).

Tabel 2.2

Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten

Keterangan 2009 2010

Pedesaan 5.865.949.366 5.222.141.380

Perkotaan 5.511.940.993 5.457.694.428

Perkebunan 268.222.190

Perhutanan 42.123.868 43.596.768

Migas 18.076.885.328 22.202.062.608

Non Migas -

PBB (APBN) 29.765.121.745 32.925.495.184

Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950

Sumber: KPP Pratama Klaten

Tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp186.035.495,- atau 16,74% dari tahun 2009. Perincian tunggakan pada tahun 2009 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(2)

commit to user

xxxviii Tabel 2.3

Rincian Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten

Keterangan 2009 2010

Pedesaan

Pokok ketetapan 5.865.949.366 5.222.141.380

Tunggakan 843.409.798 613.032.382

Perkotaan

Pokok ketetapan 5.522.940.993 5.457.694.428

Tunggakan 267.822.647 312.164.568

Perkebunan

Pokok ketetapan 268.222.190 0

Tunggakan 0 0

Perhutanan

Pokok ketetapan 42.123.686 43.596.768

Tunggakan 0 0

Pertambangan

Pokok ketetapan 18.076.885.328 22.202.062.608

Tunggakan 0

PBB

Pokok Ketetapan 29.765.121.745 32.925.495.184

Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950

Sumber : KPP Pratama Klaten

Pada dasarnya nilai tunggakan PBB dari tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penurunan, tetapi untuk tunggakan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan meningkat. Hal ini disebabkan karena bebarapa faktor yang terjadi pada sistem pemungutan pajak yang kurang efektif. Mulai dari penyampaian SPPT, yaitu sulit ditemukannya subjek pajak dikarenakan berada diluar kota atau terjadinya mutasi tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kemudian pada saat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pada petugas pemungut atau BKK yang tidak/ belum disetorkan sampai tanggal jatuh tempo, sehingga terjadi tunggakan pajak.


(3)

commit to user

xxxix

3. Cara untuk meminimalisasi tunggakan pajak di Kantor Pajak Pratama Klaten.

Dalam proses pemungutan pajak, banyak kendala yang terjadi sehingga menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. STTS (Surat Tanda Terima Setoran) diserahkan dari Kantor Pelayanan Pajak ke kecamatan-kecamatan, kemudian dari kecamatan ke desa-desa, baru dari desa diserahkan kepada Wajib Pajak. Dalam proses penyerahan SPPT, masalah yang sering terjadi yaitu tidak disampaikannya SPPT kepada Wajib Pajak atau penyerahan SPPT jauh dari waktu diterimanya SPPT ke desa. Hal itu terjadi karena terlalu banyaknya SPPT dan juga perubahan atau mutasi tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) sehingga petugas pemungut tidak bisa menemukan Subjek Pajak yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut atau subjek pajak berdomisili diluar kota sehingga petugas tidak bisa menyampaikan SPPT.

Dalam proses pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga terdapat kendala yang menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. Wajib Pajak mendapatkan STTS dari petugas pemungut kemudian menyerahkan uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan kepada petugas pemungut tersebut. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan juga bisa dibayarkan lewat BKK. Apabila petugas pemungut tidak menyetorkan uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sampai tanggal jatuh tempo, maka akan terjadi tunggakan pajak meskipun Wajib Pajak sebenarnya telah membayar pajak.


(4)

commit to user

xl

Untuk meminimalisasi terjadinya tunggakan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, bisa dilakukan pencocokan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ke tempat-tempat pembayaran. Dalam penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah agar petugas segera menyampaikan SPPT dengan meneliti dahulu dan apabila terdapat kesalahan/ kekeliruan segera melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan disertai alasan dan data pendukung agar segera diproses pembetulan SPPT dan bisa diserahkan kepada wajib pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga menghimbau kepada petugas pemungut apabila SPPT tidak disampaikan kepada wajib pajak karena sebab-sebab tertentu, maka SPPT tersebut harus segera dikembalikan kepada KPP Pratama.

Wajib Pajak yang objek pajaknya mengalami kerusakan akibat bencana alam atau sawah yang mengalami gagal panen dihimbau agar menyampaikan keadaan objek pajaknya sehingga Kantor Pelayanan Pajak Pratama bisa memberikan pengurangan atau bebas pajak.

Untuk pembayaran yang lebih efektif, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan bisa dilakukan lewat ATM Bank terdekat yang ditunjuk.


(5)

commit to user

xli

BAB III TEMUAN

A. Kelebihan

Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan terdapat beberapa kelebihan yang ditemukan antara lain:

1. Setiap melakukan penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak

Pratama memberikan penyuluhan kepada para Camat dan Kepala Desa dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atau masukan secara langsung.

2. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB, kopian

SPPT PBB untuk ketetapan diatas Rp1000.000,- disebalik tanda terima ditulis nomor telepon Wajib Pajak.

B. Kelemahan

Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan juga terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan, antara lain:

1. Jangka waktu terutang Pajak Bumi dan Bangunan yang lama membuat

petugas pemungut yang bertugas memungut Pajak Bumi dan Bangunan menyalahgunakan uang pajak tersebut.

2. Penyampaian SPPT masih kurang tercapai maksimal meskipun sudah

dilaksanakan penyuluhan sebelum diserahkannya SPPT karena kurangnya kesadaran petugas pemungut ataupun wajib pajak sendiri.


(6)

commit to user

xlii

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada Kabupaten Klaten terdapat 26 Kecamaten dan 401 Desa dan SPPT Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten tahun 2011 sebanyak 543.473 Objek Pajak. Karena bencana yang terjadi di Kabupaten Klaten, seperti gempa dan juga erupsi, menimbulkan tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan karena objek pajak mengalami kerusakan. Untuk tahun 2011 di Kabupaten Klaten banyak petani mengalami gagal panen karena serangan hama wereng pada objek sawah sehingga mengakibatkan petani mengalami kerugian. Untuk Objek pajak yang rusak karena bencana ataupun sawah yang terserang hama wereng diberikan pengurangan atau bisa dibebaskan dari pajak. Jika Wajib Pajak segera melaporkan keadaan Objek Pajak yang mengalami kerusakan tersebut.

2. Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Klaten sesuai dengan pasal 12 UU PBB. Dasar penagihan pajak berupa SPPT, SKP, dan STP. Atas SPPT atau SKP tersebut apabila akan ditindaklanjuti dengan tindakan penagihan