FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN KASUI KABUPATEN WAY KANAN

(1)

FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN

DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA

SUKA MAJU KECAMATAN KASUI

KABUPATEN WAY KANAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. )

dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh: SUHERNA Npm: 1311010261

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H/ 2017 M.


(2)

FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN

DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA

SUKA MAJU KECAMATAN KASUI

KABUPATEN WAY KANAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. )

dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh : SUHERNA NPM 1311010261

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Pembimbing 1 : Drs. Septuri, M.Ag.

Pembimbing II : Dr. Safari Daud, M. Sos. I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017


(3)

ABSTRAK

FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA SUKA MAJU

KECAMATAN KASUI KABUPATEN WAY KANAN Oleh

SUHERNA

Pembinaan akhlaq merupakan tumpuan pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dalam misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan telah menjalankan fungsinya dalam pembinaan akhlaq santri, namun peran tersebut belum sepenuhnya terlaksana secara optimal, hal tersebut diindikasikan dengan masih ada santri yang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai ajaran Islam. Kondisi inilah yang menarik bagi penulis untuk dibahas sehingga penulis mengajukan rumusan masalah “Faktor Apa Yang Menyebabkan Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Belum Berhasil dalam Membina Akhlaq Santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan”?.

Tujuan penelitian adalah faktor apa saja yang menyebabkan pondok pesantren belum berhasil dalam membina akhlaq santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan analisa kualitatif deskriptif.Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan yang sering melakukan perbuatan yang mencerminkan akhlaq yang buruk dan tidak sesuai dengan ajaran agama Islam berjumlah 40 orang.

Adapun hasil dari penelitian tentang fungsi Pondok Pesantren dalam pembinaan akhlaq santri yaitu bahwa peran yang telah dilakukan oleh ustadz dan ustadzah dalam membina akhlaq santri yaitu dengan menjalankan peran nya sebagai lembaga Pondok Pesantren yaitu dengan mengadakan kajian-kajian intensif keislaman tentang aqidah, akhlaq, ibadah muamalah dan mengadakan bimbingan baca tulis Al-Qur‟an, memberikan suri tauladan atau contoh perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, menanamkan kebiasaan untuk berbuat baik, melalui teguran, pemberian hukuman dan pemberian hadiah untuk memotivasi santri berbuat baik. Dan adapun faktor penghambat dalam pembinaan akhlaq santri adalah teman bergaul, keadaan lingkungan pondok, semakin maju nya teknologi, kurang nya sistem penjagaan, kurangnya motivasi dalam diri santri, sehingga kurang aktifnya santri ketika mengikuti pembinaan akhlaq.


(4)

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat:Jl. Letkol Hendro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Telp. (0721)703289

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN KASUI KABUPATEN WAY KANAN.

Nama Mahasiswa : SUHERNA NPM : 1311010261

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam MENYETUJUI

Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung

Pembimbing 1 Pembimbing 11

Drs. Septuri, M.Ag Dr. Safari Daud, M. Sos, I NIP. 1964092019940312002 NIP. 197508012002121003

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Dr.Imam Syafe’i,M.Ag NIP. 196502191998031002


(5)

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat:Jl. Letkol Hendro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Telp. 0721 703260

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : “FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN KASUI KABUPATEN WAY KANAN”, yang ditulis oleh:

SUHERNA, NPM:131101026I, Jurusan: Pendidikan Agama Islam, telah di ujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Tarbiyah pada Hari/Tanggal : Rabu/05 April 2017 pukul 15:00-17:00 WIB.

TIM/DEWAN PENGUJI :

Ketua : Drs. H. Amiruddin, M. Pd (...) Sekertaris : Agus Susanti , M.Pd.I (... ...) Pembahas Utama : Drs. Haris Budiman, M. Pd (... ) Pendamping I : Drs. H. Septuri, M.Ag (...) Pendamping II : Dr. Safari Daud, M. Sos.I (………....)

Dekan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd NIP. 195608101987031001


(6)

MOTTO                               

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).1

1 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah


(7)

PERSEMBAHAN

Atas izin Allah SWT akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada ku untuk membahagiakan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi serta memberikan aku kesempatan untuk menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa dan negaraku tercinta Indonesia.

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Orang tuaku bapak ku Sardi dan ibu ku Sarwiti yang telah memberikan semangat, dukungan dan tak pernah lelah mendo‟akan dan membimbingku, memberikan bekal berupa moral dan material untuk keberhasilan dan kebahagiaanku.

2. Adik-adikku Junaidi dan Supandi dan mamasku Supratmono yang senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi untukku, sehingga menambah semangatku untuk belajar.

3. Kakek ku Hi. Syamsuri dan nenek ku Hj. Sainah dan ende ku Iwit terima kasih atas bantuan, dukungan dan nasehat untuk menggapai cita-citaku.

4. Adik-adik dan kakak-kakak sepupuku yang kubanggakan dan seluruh keluarga besarku yang tak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih juga atas motivasi, bantuan, dukungan dan nasehat untuk menggapai cita-citaku.

5. Kepada sahabat-sahabat baikku Listiani, Dwi Oktaria, Titin Aditya, dan teman-teman seperjuangan PAI F 2013 terimakasih kalian telah menjadi


(8)

sahabat terbaikku selama perjalananku menuntut ilmu di IAIN Raden Intan Lampung.

6. Serta sahabat-sahabat seperjuangan KKN ku kelompok 23. 7. Almamaterku IAIN Raden Intan Lampung yang ku banggakan.


(9)

RIWAYAT HIDUP

Suherna di lahirkan di Desa Lebak Peniangan Kampung Tahmirenik Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan pada tanggal 05 Oktober 1995, dari pasangan ayahanda Sardi dan ibunda Sarwiti, putri sulung dari 4 bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar di SD N 02 Lebak Peniangan selesai pada tahun 2007, kemudian melanjutkan ke MTS Nurul Iman di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan selesai pada tahun 2010, setelah itu melanjutkan Sekolah Madrasah Aliyah swasta di Raudlatul Muta‟allimin Desa Jaya Tinggi Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan selesai pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis alhamdulilah diterima di IAIN Raden Intan Lampung dengan mengambil Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) sampai dengan sekarang.


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN KASUI KABUPATEN WAY KANAN”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih kita, Nabi akhir zaman dan manusia panutan, Nabi Muhammad SAW bin Abdullah, keluarga-Nya, kepada para sahabat-Nya, dan orang-orang yang setia membela sunnahnya.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak telepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku rektor IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.


(11)

3. Bapak Dr. Imam Syafe‟I, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

4. Bapak Drs. H. Septuri, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu dan banyak membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak Dr. Safari Daud, M. Sos. I, sebagai Pembimbing II, yang telah banyak

meluangkan waktu dan sabar dalam membimbing penulis demi terselesaikannya penyususnan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen yang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.

7. Kepala Perpustakaan IAIN Raden Intan Lampung serta seluruh staf yang telah meminjamkan buku guna keperluan penyusunan skripsi dan keperluan ujian. 8. Staff karyawan/karyawati yang telah membantu mempermudah proses

penyusunan penulisan skripsi.

9. Pimpinan dan seluruh Pengurus Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan yang telah memberikan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman serta pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(12)

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan rekan-rekan semua akan diterima oleh Allah SWT dan akan mendapatkan balasan yang sesuai dari Allah SWT, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Semoga penyusunan skripsi ini memberikan sumbangsih yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin ya Rabbal‟alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandar Lampung, Maret 2017 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

PERSETUJUAN ...iii

PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

RIWAYAT HIDUP ... …viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Judul ...1

B. Alasan Memilih Judul ...4

C. Latar Belakang Masalah ...5

D. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ...25

E. Rumusan Masalah ...26

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...27

BAB II LANDASAN TEORI A. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren ...29

2. Tujuan Pesantren ...30

3. Fungsi Pondok Pesantren ...31

4. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren ...32

5. Tipologi Pondok Pesantren ...34

6. Karakteristik Pondok Pesantren ...36

7. Dinamika Pondok Pesantren...37

8. Pesantren Salafiah ...39

B. Pembinaan Akhlaq 1. Pengertian Akhlaq ...42

2. Proses Pembinaan Akhlaq ...44

3. Pembagian Akhlaq...45

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akhlaq ...48

5. Metode Dalam Pembinaan Akhlaq ...53


(14)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...70

B. Sumber Data ...71

C. Populasi dan Sampel ...72

D. Tekhnik Pengumpul Data ...74

E. Analisa Data ...79

BAB IV PENYAJIAN DATA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kasui Way Kanan ...82

1. Sejarah Berdirinya ...82

2. Visi Misi dan Tujuan ...84

3. Susunan Organisasi ...86

5. Keadaan Guru ...88

6. Keadaan Santri...90

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ...90

8. Program Kerja ...92

B. Peran Pondok Pesantren Salafi Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan dalam Pembinaan Akhlaq Santri ...94

C. Faktor apa yang menyebabkan Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan belum berhasil dalam Pembinaan Akhlaq Santri ...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...119

B. Saran-saran...120

C. Penutup ...121

DAFTAR PUSTAKA ...122 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Akhlaq Madzmumah Santri Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan. ……..21 Tabel 2 : Nama Santri yang Melakukan Akhlaq Madzmumah………22 Tabel 3 : Jumlah Anggota Populasi………..74 Tabel 4 : Pengurus Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju

Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan………86 Tabel 5 : Keadaan Guru Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju

Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan………88 Tabel 6 : Keadaan Santri Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju

Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan………90 Tabel 7 : Keadaan Sarana dan Pra Sarana Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman

Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan………90 Tabel 8 : Keadaan Fisik Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju

Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan………91 Tabel 9 : Keadaan Akhlaq Madzmumah Santri Pondok Pesantren Salafiah Nurul

Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan…….112 Tabel 10 : Keadaan Akhlaq Madzmumah Santri Pada Saat Pra Survey…………..113


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Penjelasan Judul

Judul skripsi ini adalah “Fungsi Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman dalam Pembinaan Akhlaq Santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan”. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fungsi

Fungsi adalah “faedah, manfaat/guna, kegunaan, kapasitas, kedudukan, peran jabatan tugas atau bagian dari peran yang dimainkan oleh orang atau bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.2 Sedangkan menurut Thomas F.O.Dea, “fungsi adalah pendayagunaan sesuatu untuk maksud-maksud tertentu”.3

Berdasarkan pengertian diatas dapat diperjelas bahwa fungsi adalah bagian dari upaya yang harus dilakukan oleh Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan dalam pembinaan akhlaq santri.

2Al-Barry MDJ dan Sofyan Hadi, AT, Kamus Ilmiah Kontemporer, (Bandung: Pustaka Setia,

1999), hlm. 106. 3


(17)

2. Pondok Pesantren

Kata pondok adalah berasal dari bahasa arab “Funduk” yaitu hotel (tempat menginap) atau asrama.4

Sedangkan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-dan akhiran -an, berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay, mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu” seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam”. Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup sehari-hari.5

Pendapat lain menyatakan bahwa pesantren adalah “lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Di lembaga inilah diajarkan dan dididikkan ilmu-ilmu dan nilai-nilai agama kepada santri. Pada tahap awal pendidikan di pesantren tertuju semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama lewat kitab-kitab klasik atau kitab kuning.6.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diperjelas bahwa pondok pesantren adalah “suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta di akui oleh masyarakat dengan sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada

4 Zamakhsyari Dhofer, Tradisi Pesantren, (Jakarta: Mizan, Cetakan ke-II, 2002), hlm. 18.

5 Haidar Putra Daulay, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 61.

6


(18)

dibawah kedaulatan (bimbingan) dari seorang kyai atau guru dengan ciri khas yang bersifat kharimatik”.7

3. Akhlaq

Akhlaq adalah “ suatu keadaan yang melekat pada jiwa seseorang, yang darinya akan lahir perbuatan-perbuatan secara spontan tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian . jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang terpuji menurut pandangan akal dan syariat Islam, ia adalah akhlaq yang baik. Namun, jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang buruk dan tercela, ia adalah akhlaq yang buruk. Akhlaq sesungguhnya berasal dari kondisi mental yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, ia telah menjadi kebiasaan, sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut, seseorang tidak perlu lagi memikirkannya.8

Membicarakan tentang akhlaq tidak terlepas dari kehendak dan adat (kebiasaan), yang merupakan faktor penentu dari akhlaq. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pembinaan akhlaq adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan tindakan, perilaku, budi pekerti yang baik, mulia dan terpuji yang merupakan hasil pendidikan dari mata pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

4. Santri

7 Abdul Hamid, Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren, (Jakarta: Rajawali Press, cet.

Ke VI, 2003), hlm. 329. 8


(19)

Santri adalah “sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan Ilmu Agama Islam disuatu tempat yang dinamakan Pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai”.9

5. Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan.

Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman adalah suatu pondok pesantren yang berada di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan dimana mayoritas penduduknya beragama Islam yang dalam hal ini menjadi obyek penelitian.

Berdasarkan uraian diatas diperjelas bahwa yang dimaksud dengan skripsi ini suatu penelitian untuk mengungkap dan membahas secara lebih mendalam mengenai fungsi Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman dalam pembinaan akhlaq santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan.

B. Alasan Memilih Judul

Penulis memilih judul skripsi ini dengan mengemukakan alasan pemilihan judul sebagai berikut:

1. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlaq mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,

9 Makhfudli Ferry Efendi, Pesantren dari Masa ke Masa, (Jakarta: Salemba Medika, 2009),


(20)

menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.

2. Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan telah menjalankan fungsinya dalam pembinaan akhlaq kepada para santri, namun masih ada santri yang melakukan perbuatan yang mencerminkan akhlaq yang kurang baik seperti saling memfitnah, mengadu domba, riya, egois, boros, dzalim, bakhil dan mengumpat. Kondisi ini yang melatarbelakangi ketertarikan penulis untuk mengkaji secara mendalam berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman belum berhasil optimal dalam pembinaan akhlaq kepada santri.

C. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sangat mementingkan akhlaq daripada masalah-masalah lain. Hal itu dapat kita lihat pada zaman jahiliyyah yang biasa disebut dengan zaman kebodohan dimana kondisi akhlaq pada saat itu yang sangat menyimpang, sehingga mereka melakukan hal-hal yang tidak baik seperti minum khamar dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi setelah mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam mengalami kesulitan.

Pendidikan adalah transmisi pengetahuan atau proses membangun manusia menjadi berpendidikan. Manusia yang berpendidikan adalah mereka


(21)

yang mampu memahami fenomena secara akurat, berfikir jernih, dan bertindak secara efektif sesuai dengan tujuan dan aspirasi yang ditetapkan oleh dirinya.10

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan.

Maka dari itu, pendidikan adalah merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang perjalanan manusia pendidikan merupakan tolak ukur untuk mencapai nilai-nilai kehidupan. Ketika melihat dari salah satu aspek tujuan pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, tentang membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur melalui proses pembentukan kepribadian, kemandirian dan norma-norma tentang baik dan buruk.11

Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, karena tanpa adanya pendidikan maka sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah yaitu:

10 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 35.

11 Tim Penyusun, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


(22)















 

“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al- Mujadalah : 11).12

Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan pendidikan.

Akhlaq merupakan cermin dari keadaan jiwa dan perilaku manusia, karena memang tidak ada seorang pun manusia yang dapat terlepas dari akhlaq. Manusia akan dinilai berakhlaq mulia apabila jiwa dan tindakannya menunjukkan kepada hal-hal yang baik, kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia mempunyai tempat yang penting, baik sebagai individu maupun segi masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, sejahtera, rusaknya suatu bangsa dan masyarakat tergantung bagaimana akhlaqnya. Apabila akhlaqnya baik akan

12 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah


(23)

sejahtera lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaqnya buruk rusaklah lahir dan batinnya.13

Menurut ajaran Islam, pendidikan akhlak mulia adalah faktor paling penting dalam membina suatu umat dan bangsa sekalipun. Suksesnya pembangunan suatu bangsa,tidak semata ditentukan oleh investasi materill. Betapa pun berlimpah ruahnya investasi, jika manusia pelaksananya tidak memiliki akhlak niscaya segalanya akan berantakan. Oleh karena itu, program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha ialah pembinaan akhlaq mulia. Ia harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan tingkat masyarakat mulai mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan yang paling bawah.

Akhlaq dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan tingkah laku perbuatannya. Selama bangsa itu masih memegang norma-norma akhlak kesusilaan dengan teguh dan baik, maka selama itu pula bangsa tersebut jaya dan bahagia. Di Indonesia. Jauh sebelum masa kemerdekaan, pesantren telah menjadi sistem pendidikan Nusantara.14

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam yang berada di luar sistem persekolahan (pendidikan di luar sekolah). Ia tidak terikat oleh sistem kurikulum, perjenjangan, kelas-kelas atau jadwal pembelajaran terencana secara ketat. Pesantren merupakan suatu sistem pendidikan diluar sekolah yang berkembang di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, dalam banyak

13 Rahmat Djatmika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 11.

14


(24)

hal lembaga pendidikan ini bersifat merakyat. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang unik dimana pesantren merupakan lembaga yang menyediakan asrama atau pondok (pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama sekaligus tempat belajar para santri dibawah bimbingan kyai.15

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leader-ship seorang atau beberapa orang kiyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.16

Menurut Abdul Rahim, pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua yang melekat dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam, ia adalah lembaga pendidikan yang dapat dikategorikan sebagai lembaga unik dan punya karakteristik tersendiri yang khas, sehingga saat ini menunjukan kemampuannya yang cemerlang melewati berbagai episode zaman dengan bermacam-macam permasalahan yang dihadapinya. Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, pesantren tradisional telah banyak memberikan andil dan kontribusi yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan terhadap masyarakat serta dapat menghasilkan komunitas intelektual yang setaraf dengan sekolah elit.17

Fungsi pesantren yaitu sebagai transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama.18

15 Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm.

298-299. 16

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Instuisi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 2.

17 Abdul Rahim, Peran Strategi Pesantren dalam Pembangunan Spritual, (Jakarta: Media

Pustaka, 2001), hlm. 28. 18


(25)

Pada dasarnya fungsi utama pesantren adalah sebagai lembaga pondok pesantren yang bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah SWT, di dalam hidup dan kehidupannya serta menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat. Dengan kata lain tujuan pesantren adalah mencetak ulama (ahli agama).19

Guna mencapai tujuan ini pesantren mengajarkan banyak materi, diantaranya materi akhlaq. Pesantren umumnya memandang akhlaq dan kehidupan yang bersahaja itu amat perlu, bahkan melihatnya sebagai implementasi dari tingkat keimanan seseorang. Karenanya, materi ini dijumpai dihampir setiap pesantren.20

Pesantren salafiah (tradisional) yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pembelajarannya dengan kitab-kitab klasik. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu sorogan dan weton. Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih kitabnya. Sedangkan sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari

19 Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 2001), hlm. 35-39.

20 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai


(26)

seseorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk diajarkkan kitab-kitab tertentu.

Selanjutnya di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan ini bukan hanya memberikan pengetahuan umum disekolah formal (Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah) akan tetapi memberikan pengetahuan agama yang lebih mendalam kepada para santri yaitu dengan mengadakan lembaga pendidikan Non Formal (Madrasah Diniyah) sebagai pelajaran tambahan.

Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan yang mungkin lebih disebut sebagai pendidikan non formal, yang menjadi lembaga pendidikan pendukung dan menjadi pendidikan alternative. Biasanya jam pelajaran mengambil waktu sore hari, mulai bakda ashar hingga maghrib. Atau, memulai bakda isya‟ hingga sekitar jam sembilan malam. Lembaga pendidikan Islam ini lebih mengedepankan pada isi atau substansi pendidikan.21

Madrasah Diniyah adalah suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu – ilmu agama (diniyah). Madrasah ini dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang belajar di sekolah umum. Pendidikan diniyah adalah model atau sistem pembelajaran yang tumbuh

21 Syafarudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm.


(27)

dan berkembang berbasis nilai, karakter, dan budaya. Diantara keutamaannya adalah transformasi ilmu pengetahuan yang bersifat substansif dan egalitarian. Sistem pendidikan di pondok pesantren terbukti telah melahirkan format keilmuan yang multi dimensi yaitu ilmu pengetahuan agama, membangun kesadaran sosial dan karakter manusia sebagai hamba Allah.

Madrasah ini terbagi Kepada tiga jenjang pendidikan : 1. Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)

Madrasah Diniyah Awaliyah setingkat SD/MI untuk siswa – siswa Sekolah Dasar (4 tahun). Lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah pada umumnya merupakan pendidikan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik/santri yang berusia dini untuk dapat mengembangkan kehidupannya sebagai muslim yang beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang berkepribadian, sehat jasmani dan rohaninya dalam menata kehidupan masa depan.22

2. Madrasah Diniyah Wustho untuk siswa – siswa sekolah lanjutan tingkat pertama

Yaitu satuan pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarkan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah dengan masa belajar 3 tahun.

22


(28)

Ciri – ciri Madrasah Diniyah adalah :

a. Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal.

b. Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.

c. Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat.

d. Madrasah Diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam- macam.

Kurikulum Madrasah Diniyah berdasarkan Undang-undang pendidikan dan peraturan pemerintah no 73 Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari system pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madarsah Diniyah bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama.23

Madrasah Diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni : Diniyah Awaliyah, Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah Diniyah Awaliyah berlangsung 4 tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan).

Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyah dilengkapi dengan “memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota

23


(29)

masyarakat dan warga Negara”. Dalam program pengajaran ada beberapa bidang studi yang diajarkan kepada para santri oleh para guru/ustadz di Madrasah Diniyah seperti: al-Qur‟an hadits, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan islam, bahasa arab, praktek ibadah dan lain sebagainya yang dirasa sangat penting dipelajari oleh para santri untuk bekal dalam kehidupan nya dan untuk bekal di masyarakat.

Adapun fungsi dan tujuan madrasah diniyah adalah: 1. Fungsi Madrasah Diniyah

a. Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar pendidikan agama Islam yang meliputi : Al Qur‟an Hadist, Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

b. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama Islam. c. Membina hubungan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat. d. Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman agama Islam.

Dengan demikian, madrasah Diniyah disamping berfungsi sebagai tempat mendidik dan memperdalam ilmu agama Islam juga berfungsi sebagai sarana untuk membina akhlak al karimah ( akhlak mulia) bagi anak yang kurang akan pendidikan agama Islam di sekolah – sekolah umum.

Adapun tujuan madrasah diniyah adalah: 2. Tujuan Madrasah Diniyah

a. Tujuan umum


(30)

2) Memiliki pengetahuan pengalaman, pengetahuan, ketrampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan kepribadiannya. b. Tujuan khusus

1) Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam.

2) Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.

3) Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik. 4) Dapat membaca kitab berbahasa Arab

5) Cinta terhadap agama Islam dan keinginan untuk melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya.

6) Berkeinginan untuk menyebarluaskan agama Islam.24

Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi‟at, watak kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu ketakutan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.25

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran, maka sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut

24 Syafarudin, Op. Cit., hlm. 126.


(31)

ketentuan akal dan norma agama, ia dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika ia menimbulkan tindakan tercela, maka ia dinamakan akhlak yang buruk.

Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa akhlaq merupakan sistem perilaku yang baik atau tidak baik dengan memberikan aturan apa yang seharusnya dilakukan, menunjukan jalan untuk melakukan perbuatan dan memberikan pernyataan tujuan di dalam perbuatannya atau dengan kata lain, akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa seorang manusia dan telah menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul berbagai perbuatan dengan spontan dan mudah dilakukan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran.

Secara garis besar akhlak terbagi menjadi dua yaitu:

1.Akhlaq baik atau terpuji (akhlaq mahmudah) disebut juga dengan akhlak karimah (akhlak mulia). Macam-macam akhlak mahmudah yakni perbuatan baik terhadap tuhan (al-khaliq) seperti al-hubb, asy syukur, berdo‟a, at -taubah, tawakkal, dan taqwa, adapun akhlaq akhlaq terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya seperti akhlaq terhadap orang tua, akhlaq terhadap diri sendiri, akhlaq terhadap keluarga, akhlaq terhadap tetangga, akhlaq terhadap masyarakat dan akhlaq terhadap lingkungan.

2.Akhlaq yang tercela (akhlaqul madzmumah) semua bentuk perbuatan yang bertentangan dengan akhlak terpuji, disebut akhlak tercela. Akhlaq tercela juga menimbulkan orang lain merasa tidak suka terhadap perbuatan tersebut. Akhlaq tercela dapat merusak keimanan seseorang, dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Akhlak tercela adalah akhlak yang bertentangan dengan perintah Allah, dengan demikian pelakunya mendapat dosa karena mengabaikan perintah Allah. Adapun perbuatan buruk terhadap tuhan (al-khaliq) seperti takabbur, musyrik, murtad, munafiq, riya‟ dan boros atau berfoya-foya dan akhlaq buruk terhadap sesama manusia dan makhluq yang lainnya seperti marah, mengadu domba, iri hati, kikir, mengumpat, berbuat aniaya dan lain-lain.26

26


(32)

Pembinaan akhlaq harus diberikan secara kontinu agar mereka dapat meneladani akhlaq karimah yaitu akhlaq mulia yang dicontohkan oleh Rasulallah SAW serta mampu menjauhi sifat-sifat yang buruk yang harus dihindarkan oleh anak, dan guru harus mampu membimbing akhlaq anak agar mereka dapat istiqomah dalam mempergunakan akhlaq yang baik. Pembinaan akhlaqul karimah pada santri pada dasarnya menuntut seseorang agar memberi petunjuk agar peserta didik dapat berbuat baik dan meninggalkan yang tidak baik, maka sangat penting diadakannya pembinaan akhlaq, karena seseorang yang memiliki pengetahuan dalam hal ilmu akhlaq biasanya lebih baik perilakunya dari pada orang yang tidak mempunyai pengetahuan ilmu akhlaq tersebut.

Pada fase perkembangan anak didik menuju kearah kedewasaannya, anak sering mengalami kegoncangan dan keraguan yang penuh dengan ketidak seimbangan, emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Dalam keadaan yang demikian anak didik perlu ditanamkan kepercayaan kepada Allah, sifat-sifat Allah, arti dan manfaat agama, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sifat-sifat yang terpuji seperti sabar, pemaaf dan menempati janji. Dalam hal akhlaqul karimah maka umat islam wajib meneladani Rasulallah SAW sebagaimana firman Allah SWT yaitu :







 


(33)

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.” (QS : Al-Qalam : 4)27

Santri adalah “orang-orang yang belajar mendalami ilmu-ilmu agama Islam di pesantren”. Santri ini merupakan salah satu unsur pokok dari pesantren, yang biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu ada santri mukim dan ada santri kalong.

1. Santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren.

2. Santri kalong yaitu santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren. Mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.28

Indikator seorang santri yang memiliki akhlaq yang baik dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:

1. Taat mengabdi kepada Allah SWT. 2. Tidak akan menyekutukan Allah SWT.

3. Berusaha untuk mengatur tingkah lakunya sebaik mungkin. 4. Gemar bersih dan kebersihan.

5. Gemar melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari- hari.

6. Gemar menolong sesama teman. 7. Senantiasa menghindari penyakit hati.

8. Mematuhi semua peraturan yang ada di pondok pesantren.

9. Akan berusaha untuk berbuat yang baik-baik dan berpengaruh positif terhadap orang lain.29

Sedangkan Indikator akhlaq tercela antara lain: 1. Niat buruk, seperti syirik, dengki, putus asa dan lain-lain.

27

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit. hlm. 960.

28 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), hlm.

47-49.

29Humaidi Tata Pangsara, Pengantar Akhlaq, (Surabaya: Bina Ilmu, 2009), edisi revisi


(34)

2. Motivasi buruk seperti egoistis, ingin dipuji, riya dan lain-lain.

3. Perilaku buruk sangka, iri, berjudi, minum-minuman keras, mencuri dan lain-lain.

4. Ucapan buruk seperti hasut, fitnah, ghibah, mengumpat, berolok-olok dan lain-lain.30

Pola pelaksanaan pendidikan, tidak lagi terlalu tergantung pada seorang kyai yang mempunyai otoritas sebagai figur sakral. Tetapi lebih jauh daripada itu kyai berfungsi sebagai koordinator, sementara itu pelaksanaan pendidikan dan pembinaan akhlaq dilaksanakan oleh para guru (ustadz/ustadzah) dengan menggunakan serangkaian metode-metode mengajar yang sesuai.

Peran yang dapat dilakukan oleh pondok pesantren dalam pembinaan akhlaq santri yaitu:

1. Mengadakan kajian-kajian intensif keislaman tentang aqidah, akhlaq, ibadah muamalah.

2. Mengadakan bimbingan baca tulis Al-Qur‟an.

3. Memberikan contoh perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menanamkan kebiasaan berbuat baikdan menegur yang berakhlak buruk. 5. Mengadakan kegiatan keagamaan dan membimbing tata cara beribadah. 6. Memberikan contoh suri tauladan yang baik.

7. Menanamkan kebiasaan saling menghormati kepada sesama santri.31

Berdasarkan hasil interview pada saat pra survey terhadap ketua Pondok Pesantren, dewan asatidz dan asatidzah, dan kepada para mudabbirin dan mudabbirot Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman diperoleh keterangan sebagai berikut:

30 Jusnimar Umar, Pendidikan Umum dan Akhlaq, (Departemen Agama Fakultas Tarbiyah

IAIN Raden Intan Lampung, 2004), hlm. 77.

31 M. Dawan Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 2004), cetakan ke-VI,


(35)

“Kami menyadari bahwa sebagai Pondok Pesantren memiliki kewajiban untuk memberikan pembinaan kepada para santri yang ada di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman, hal ini dikarenakan usia mereka sangat rawan dan rentan untuk melakukan berbagai pelanggaran yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, oleh karenanya santri harus di arahkan, dibimbing dan harus diberikan pengetahuan agama yang memadai agar dapat menjadi benteng di dalam diri pribadi mereka dalam menghadapi problematika kehidupan di masyarakat”.32

Berdasarkan hasil observasi pada saat pra survei, diperoleh data tentang jumlah keseluruhan santri yang ada di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan yaitu berjumlah 185 santri, di antaranya 105 santri putera dan 80 santri puteri. Berdasarkan hasil observasi pada saat pra survey, diperoleh data keadaan akhlaq madzmumah (akhlaq buruk) yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman sebagaimana tabel dibawah ini:

TABEL 1

Keadaan Akhlaq Madzmumah Santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecmatan Kasui Kabupaten Way Kanan

No Keadaan Akhlak Madzmumah

Asrama Satu Asrama Dua

LK PR JLH LK PR JLH

1 Bakhil 3 4 7 2 2 4

2 Ghibah - 2 2 - 2 2

3 Zhalim 2 2 4 2 2 4

32Muhammad Suba‟I, Ketua Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju


(36)

4 Ananiyah 2 1 3 1 1 2

5 Namimah - 1 1 1 1 2

6 Riya‟ 2 2 4 1 2 3

7 Tabdzir 2 2 4 1 3 4

8 memfitnah - 1 1 2 - 2

Jumlah kasus 11 15 26 10 13 23 Sumber : Dokumentasi dari para pengurus asrama Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Tahun 2016.

TABEL 2

Daftar Nama Santri Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan Yang Mencerminkan

Akhlaq Yang Buruk

No Nama Asrama Keterangan Akhlaq yang

buruk yang dilakukan 1 Ahmad Asrama satu

putera

laki-laki Bakhil 2 Asmar Asrama satu

putera

Laki-laki Bakhil 3 Suryadi Asrama satu

putera

Laki-laki Bakhil 4 Supandi Asrama satu

putera

Laki laki Riya‟ dan tabdzir 5 Muhamad Nur Asrama satu

putera

Laki-laki tabdzir 6 Kemon Asrama satu

putera

Laki-laki Riya‟ 7 Mansur Aprianto Asrama satu

putera

Laki-laki Dzalim 8 Riyan Asrama satu

putera

Laki-laki Ananiyah 9 Aldi Arifin Asrama dua

putera

Laki-laki Ananiyah 10 Andri Aprianto Asrama dua

putera

Laki-laki Dzalim dan memfitnah 11 Fakhruddin Asrama dua Laki-laki Bakhil dan


(37)

putera memfitnah 12 Halimin Hadi Asrama dua

putera

Laki-laki Bakhil 13 Edi Asrama dua

putera

Laki-laki Dzalim dan tabdzir 14 Suryanto Asrama dua

putera

Laki-laki Dzalim 15 Abdul Rahman Asrama dua

putera

Laki-laki Ananiyah dan riya

16 Randy Asrama dua putera

Laki-laki Namimah 17 Nur Aini Asrama satu

puteri

Perempuan Bakhil 18 Khoiriyah Asrama satu

puteri

Perempuan Bakhil 19 Dewi Asrama satu

puteri

Perempuan Bakhil 20 Wahyu Asrama satu

puteri

Perempuan Bakhil 21 Nasroh Asrama satu

puteri

Perempuan Ghibah 22 Vera Asrama satu

puteri

Perempuan Ghibah dan ananiyah 23 Rima Asrama satu

puteri

Perempuan Dzalim 24 Siti Nurindah Asrama satu

puteri

Perempuan Dzalim 25 Narti Asrama satu

puteri

Perempuan Namimah dan tabdzir 26 Sayyidah Asrama satu

puteri

Perempuan Riya‟ 27 Rukoyah Asrama satu

puteri

Perempuan Riya‟ dan memfitnah 28 Komariah Asrama satu

puteri

Perempuan Tabdzir 29 Linda yani Asrama dua

puteri

Perempuan Bakhil 30 Suprihatin Asrama dua

puteri

Perempuan Bakhil 31 Sutiyah Asrama dua

puteri

Perempuan Ghibah dan dzalim


(38)

32 Rani Asrama dua puteri

Perempuan Ghibah 33 Meli Sahara Asrama dua

puteri

Perempuan Dzalim 34 Suhayati Asrama dua

puteri

Perempuan Ananiyah 35 Evita Asrama dua

puteri

Perempuan Namimah 36 Fina Mumtahana Asrama dua

puteri

Perempuan Riya‟ 37 Eka Tata Marisa Asrama dua

puteri

Perempuan Riya‟ 38 Masitoh Asrama dua

puteri

Perempuan Tabdzir 39 Umi Barokah Asrama dua

puteri

Perempuan Tabdzir 40 Nita Asrama dua

puteri

Perempuan Tabdzir

Sumber: dokumentasi dari para pengurus Pondok Pesantren Salafiah Nuru Iman Tahun 2016.

Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami bahwa masih banyak santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman yang melakukan perbuatan yang mencerminkan akhlaq yang buruk seperti bakhil (pelit), ghibah (mengumpat), dzalim, ananiyah (egoisme), namimah (mengadu domba), riya‟ (pamer), tabdzir (boros), memfitnah dan lain-lain terjadi sebanyak 21 kasus pelanggaran yang dilakukan oleh santri putera dan 28 kasus pelanggaran yang dilakukan oleh santri puteri di antaranya 11 santri putera yang melakukan kasus pelanggaran di asrama satu, 15 santri puteri yang melakukan kasus pelanggaran di asrama satu, 10 santri putera yang melakukan kasus pelanggaran di asrama dua putera dan 13 santri puteri yang melakukan kasus pelanggaran di asrama dua puteri.


(39)

Dari jumlah tersebut terdapat 40 orang santri yang paling banyak melakukan perbuatan yang mencerminkan akhlaq yang buruk yang ada di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan.

Uraian tersebut memperjelas bahwa peran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman dalam pembinaan akhlaq santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan belum berhasil optimal. Untuk itulah penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “ Fungsi Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman dalam Pembinaan Akhlaq Santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan”.

D. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan peneliti pada latar belakang masalah yang mengkaji tentang fungsi Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman dalam pembinaan akhlaq santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan, dari hasil observasi dan wawancara, sehingga dapat ditelusuri beberapa masalah sebagai berikut:

a. Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman telah menjalankan perannya dalam pembinaan akhlaq santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kasui Way Kanan, namun masih banyak santri yang melakukan


(40)

perbuatan yang mencerminkan akhlaq yang buruk, tidak sesuai dengan yang diharapkan hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab.

b. Masih banyak santri Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kasui Way Kanan yang melakukan perbuatan yang mencerminkan akhlaq yang buruk seperti bakhil (pelit), ghibah (mengumpat), dzalim, ananiyah (egoisme), namimah (mengadu domba), riya‟ (pamer), tabdzir (boros), memfitnah dan lain-lain.

2. Batasan Masalah

a. Keadaan akhlaq santri di Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kasui Way Kanan.

b. Fungsi Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Desa Suka Maju Kasui Way Kanan dalam pembinaan akhlaq santri.

c. Faktor yang menyebabkan Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman belum berhasil dalam pembinaan akhlaq santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan.

E. Rumusan Masalah

Masalah adalah “adanya kesenjangan antara dassolen (yang seharusnya) dan dassien (kenyataan yang terjadi), ada perbedaan yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan yang ada di lapangan”.33

33


(41)

Masalah adalah “suatu kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya, masalah harus dapat dirasakan sebagai suatu rintangan yang mesti dilalui (dengan jalan mengatasinya), apabila kita akan berjalan terus”. Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa masalah adalah adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan. Oleh sebab itu masalah perlu dipecahkan dan dicarikan jalan keluar untuk mengatasinya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah “Faktor Apa yang Menyebabkan Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman belum Berhasil dalam Membina Akhlaq Santri di Desa Suka Maju Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan”?.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman belum berhasil dalam membina akhlaq santri.

b. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman dalam membina akhlaq santri.

c. Untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan dan pembinaan akhlak di Pondok Pesantren salafiah Nurul Iman.

d. Untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa pondok pesantren salafiah Nurul Iman mampu memberikan pembinaan akhlaq sebaik-baiknya kepada para santri.


(42)

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak khususnya Pondok Pesantren Salafiah Nurul Iman Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan agar lebih konsen dan serius dalam menjalankan fungsinya dalam melakukan pembinaan akhlaq kepada santri agar memiliki akhlaq yang baik.

b. Sebagai salah satu pembuktian kepada masyarakat dan kepada para orang tua santri khususnya, bahwa pondok pesantren salafiah Nurul Iman ke depan nya bisa lebih baik lagi dalam memberikan pendidikan kepada putera-puteri bangsa ini.

c. Sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.


(43)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pondok adalah berasal dari bahasa Arab “funduk” yang tempat menginap atau asrama.34

Sedangkan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-dan sakhiran an, berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Dauly, mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu “seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam”.35

Menurut M. Arifin pesantren adalah “lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leader ship seorang atau beberapa orang kyai dengan ciriciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal”.36

Sedangkan menurut Sudjoko Prasodjo pesantren adalah “lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal dimana seorang kyai mengajar ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut”.37

Ada juga yang mengartikan pesantren adalah “suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman keseharian”.

34

Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, (Jakartta: Mizan, Cetakan ke-II, 2002), hlm. 18.

35 Haidar Putra Dauly, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 61.

36 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi

(Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 2. 37


(44)

Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal dipondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.38

Berdasarkan uraian diatas dapat diperjelas bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan system asrama (kompleks) dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui system pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari seorang kiyai dengan ciri khas yang bersifat kharismatik.39

2. Tujuan Pesantren

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlaq mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula muda atau abdi masyarakat tetapi Rasul yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagai mana kepribadian Nabi Muhammad SAW (mengikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama Islam dan kejayaan

38 Wahyo Utomo, Perguruan Tinggi Pesantren : Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2000), hlm 70.

39 Abdul Hamid, Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren, (Jakarta: Rajawali Press, Cet.


(45)

umat di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.

Tujuan umum pesantren adalah membina warga Negara agar ber kepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan Negara.40

3. Fungsi Pondok Pesantren

Fungsi pesantren yaitu sebagai transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama.41

Pada dasarnya fungsi utama pesantren adalah sebagai lembaga pondok pesantren yang bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah SWT, di dalam hidup dan kehidupannya serta menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat. Dengan kata lain tujuan pesantren adalah mencetak ulama (ahli agama).42

Dari beberapa uraian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa fungsi pondok pesantren adalah:

40 Mujamil Qomar, Op. Cit., hlm. 2-6.

41 Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), hlm. 90.

42 Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmu


(46)

a. Sebagai transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam.

b. Sebagai pemeliharaan tradisi Islam dan reproduksi ulama.

c. Untuk mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah SWT.

d. Untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim. e. Untuk mencetak ulama (ahli agama).

4. Sejarah Pondok Pesantren

Pada mulanya, pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam, yaitu lembaga yang dipergunakan untuk penyebaran agama dan tempat mempelajari ilmu agama Islam. Selanjutnya lembaga ini selain sebagai pusat penyebaran dan belajar agama juga mengusahakan tenaga-tenaga bagi pengembangan agama. Agama Islam bukan saja mengatur amalan-amalan peribadatan hubungan manusia dengan tuhannya tetapi juga mengatur perilaku seseorang dan mengatur perilaku hubungan manusia dengan sesama. Pesantren merupakan lembaga pendidikan penyiaran agama Islam-konon tertua di Indonesia.

Banyak sekali asal usul berdirinya sebuah pondok pesantren. Pada umumnya lembaga ini berdiri karena masyarakat mengakui keunggulan sesosok kyai dalam ketinggian ilmu dan kepribadian yang arif. Kemudian mereka


(47)

mendatanginya dan belajar bersama untuk memperoleh ilmu tersebut. Masyarakat ada yang berasal dari lingkungan sekitar atau luar daerah, sehingga mereka membangun bangunan didekat rumah kyai sebagai tempat tinggal.43

Berdirinya suatu pesantren mempunyai latar belakang yang berbeda, yang pada intinya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat yang haus akan ilmu. Pada umum nya diawali karena adanya pengakuan dari suatu masyarakat tentang sosok kyai yang memiliki kedalaman ilmu dan keluhuran budi, kemudian masyarakat belajar kepadanya baik dari sekitar daerahnya, bahkan luar daerah. Oleh karena itu, mereka membangun tempat tinggal disekitar tempat tinggal kyai.

Sedangkan menurut Hasbullah, pesantren di Indonesia memang tumbuh dan berkembang sangat pesat pada abad 19 di jawa terdapat tidak kurang 1.853 pesantren, dengan jumlah santri tidak kurang dari 16.500 santri. Jumlah tersebut belum termasuk pesantren-pesantren yang berkembang diluar jawa seperti di Sumatera, Kalimantan dan lain-lain. Sedangkan dari segi materi, perkembangannya terlihat pada tahun 1920-an di pondok-pondok pesantren Jawa Timur, antara lain seperti: Pesantren Tebuireng di Jombang, pesantren Singosari di Malang yang mengajarkan ilmu-ilmu pendidikan umum seperti matematika, bahasa Indonesa, bahasa Belanda, berhitung, ilmu bumi dan sejarah.44

Pesatnya perkembangan pesantren pada masa ini antara lain, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a.Para ulama dan kyai mempunyai kedudukan yang kokoh dilingkungan kerajaan dan keratin, yakni sebagai penasehat raja atau sultan, oleh karena itu pembinaan Pondok Pesantren mendapat perhatian besar dari para raja dan sultan;

43 Ahmad Mushodik, Pesantren Dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam, (Jakarta: Rajawali

Grafindo, 2000), hlm. 71.

44 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grafindo Persada, 2006), hlm.


(48)

b.Kebutuhan umat Islam akan sarana pendidikan yang mempunyai cirri khas keislaman semakin meningkat, sementara sekolah-sekolah Belanda waktu itu hanya diperuntukkan untuk golongan tertentu.

c.Hubungan Transformasi antara Indonesia dan Mekkah semakin lancer sehingga memudahkan pemuda-pemuda Islam Indonesia menuntut ilmu di Mekkah.45

Dengan demikian perkembangan pondok pesantren dalam perkembangannya mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan mempunyai peran yang sangat besar dalam segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga kualitas sumber daya manusia yang berkualitas harus selalu dijadikan out put dari pendidikan pesantren.46

5. Tipologi Pondok Pesantren

Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk hingga substansinya telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.

Menurut Khozin mengatakan bahwasanya ada beberapa pembagian pondok pesantren dan tipologinya yaitu:

a. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannya sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu dengan menggunkan metode sorogan dan weton.

45 Dawam Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 2001), Edisi Revisi Ke

Empat hlm. 130. 46


(49)

b. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan.

c. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santrinya terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan di pesantren kilat.

d. Pesantren Terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan, sebagai mana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja, dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santrinya mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja.47

Sedangkan menurut Mastuhu, ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu:

a.Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh Fiddin) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama‟ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rambang, Jawa Tengah dan lain-lain.

b.Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.

c.Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjang nya, bahkan ada yang sampai perguruan tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas keagamaan melainkan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang adalah contohnya.

d.Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama di pesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga

47 Khozin, Macam-macam Tipologi Pesantren di Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(50)

bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.48

6. Karakteristik Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem pendidikannya, terlihat dari proses belajar mengajarnya yang cenderung sederhana dan tradisional, sekalipun juga terdapat pesantren yang bersifat memadukannya dengan sistem pendidikan modern. Yang mencolok dari perbedaan itu adalah perangkat-perangkat pendidikannya baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Keseluruhan perangkat pendidikan itu merupakan unsur-unsur dominan dalam keberadaan pondok pesantren. Bahkan unsur-unsur dominan itu merupakan ciri-ciri (karakteristik) khusus pondok pesantren.

Adapun ciri umum dimiliki oleh pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial yang secara informal itu terlibat dalam pengembangan masyarakat pada umumnya. Adapun unsur yang melekat atas pondok pesantren itu ada lima yaitu meliputi: pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan Kyai.49

7. Dinamika Pondok Pesantren

Pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan terua saat ini. Pendidikan ini

48 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 19.

49


(51)

semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian (“nggon ngaji”). Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar ( santri), yang kemudian disebut pesantren.

Dalam perspektif sejarah, lembaga pendidikan yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, sejak sekitar abad ke-18 seiring dengan perjalanan waktu, pesantren sedikit demi sedikit maju, tumbuh dan berkembang sejalan dengan proses pembangunan serta dinamika masyarakatnya.

Dinamika lembaga pendidikan Islam yang relative tua di Indonesia ini tampak dalam beberapa hal, seperti:

a. Peningkatan secara kuantitas terhadap jumlah pesantren. Tercatat di Departemen Agama, bahwa pada tahun 1977 ada 4195 pesantren dengan jumlah santri 677.384 orang. Jumlah tersebut menjadi 5661 pesantren dengan 938.397 santri pada tahun 1981, kemudian meningkat menjadi 15.900 pesantren dengan jumlah santri 5,9 juta orang pada tahun 1985. b. Kemampuan pesantren untuk selalu hidup ditengah-tengah masyarakat yang

sedang mengalami berbagai perubahan. Pesantren mampu memobilisasi sumber daya baik tenaga maupun dana, serta mampu berperan sebagai benteng terhadap berbagai budaya yang berdampak negatif. Kenyataan ini juga menunjukkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai kekuatan untuk survive. Pesantren juga mampu mendinamisir dirinya ditengah-tengah perubahan masyarakatnya. Secara sosiologis, ini menunjukkan bahwa pesantren masih memiliki fungsi nyata yang dibutuhkan masyarakat.50

50


(52)

Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan, bahwa beberapa pesantren ada yang tetap berjalan meneruskan segala tradisi yang diwarisinya secara turun temurun, tanpa perubahan dan inprovisasi yang berarti kecuali sekedar bertahan. Namun ada juga pesantren yang mencoba mencari jalan sendiri, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu yang singkat. Pesantren semacam ini adalah pesantren yang menyusun kurikulumnya, berdasarkan pemikiran akan kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya.

8. Pesantren Salafiah a. Pengertian Salafiah

Kata salaf atau salafiyah itu sendiri diambil dari bahasa Arab salafiyyun

untuk sebutan sekelompok umat Islam yang ingin kembali kepada ajaran Al-Qur‟an dan As-sunnah sebagaimana praktik kehidupan generasi pertama Islam. Kata salaf juga dipakai untuk antonim kata salaf versus khalaf. Ungkapan ini dipakai untuk membedakan antara ulama salaf (tradisional) dan ulama khalaf

(modern). pesantren salaf bermakna sebuah pesantren yang murni mengajarkan ilmu agama baik dengan sistem tradisional maupun sistem klasikal (jenjang kelas) yang umum disebut dengan madrasah diniyah atau menganut kedua sistem itu. Pesantren salaf dengan santri yang cukup banyak biasanya menganut kedua sistem sorogan/wetonan dan klasikal sekaligus.51

51


(53)

Penggunaan kata salaf untuk pesantren yang hanya terjadi di Indonesia. Tetapi pesantren salaf cenderung digunakan untuk menyebut pesantren yang tidak menggunakan kurikulum modern, baik yang berasal dari pemerintah atau hasil inovasi ulama sekarang. Pesantren salafiyah pada umumnya dikenal dengan pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal semacam madrasah ataupun sekolah. Kalaulah menyelenggarakan pendidikan keagamaan dengan sistem berkelas kurikulumnya berbeda dari kurikulum model sekolah ataupun madrasah pada umumnya.

Jadi pesantren salafiah merupakan pesantren yang melakukan pengajaran terhadap santri-santrinya untuk belajar agama Islam secara khusus tanpa mengikutsertakan pendidikan umum didalamnya. Kegiatan yang dilakukan biasanya mempelajari ajaran Islam dengan belajar menggunakan kitab-kitab kuning atau kitab kuno (klasik), yang menggunakan metode tradisional.

Pesantren salafiah telah memperoleh penyetaraan melalui SKB 2 Menteri (Menag dan Mendiknas) No: 1/U/KB/2000 dan No. MA/86/2000, tertanggal 30 Maret 2000 yang memberi kesempatan kepada pesantren salafiyah untuk ikut menyelenggarakan pola wajib belajar pendidikan dasar Sembilan Tahun sebagai upaya mempercepat pelaksanaan program wajib belajar dengan persyaratan tambahan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dalam


(54)

kurikulumnya. Dengan demikian SKB ini memiliki implikasi yang sangat besar untuk mempertahankan eksistensi pendidikan pesantren.52

Penyelenggaraan program wajib belajar Pendidikan Dasar pada pondok pesantren salafiah sebagai kebijakan Ditjen Bagais Depag merupakan salah satu contoh kasus, dimana banyak pesantren salafiah belum mendapatkan informasi, lebih-lebih melaksanakannya. Padahal, secara sosio-ekonomis mereka sangat berperan untuk mensukseskan program tersebut. Atas penyelenggaraan program ini pula, Depag RI hendaknya menunjukkan tanggung jawabnya dengan menyiapkan guru atau melatih guru pesantren yang ada dalam meningkatkan profesionalisme mereka.

Untuk menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan Tahun ini, Pondok Pesantren Salafiyah melaporkan atau mendaftarkan kepada kantor Departemen Agama, dengan tembusan kepada Kepala Dinas Pendidikan pada Pemerintahan Daerah di Kabupaten atau Kota setempat, tentang kesiapan dan kesanggupan pondok pesantren menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar ini.53

b. Ciri Khas Pesantren Salafiah

Beberapa ciri khas dari pesantren salaf adalah:

52 Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo, Op. Cit., hlm. 7.

53 Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Direktorat

Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Pedoman Pondok Pesantren, (Jakarta: 2002), hlm. 9-10.


(55)

1. Adanya penekanan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning yang sering disebut dengan kitab gundul.

2. Masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, dan wetonan, bandongan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) santri.

3. Pesantren salaf memperkenalkan sistem jenjang kelas--disebut juga dengan sistem klasikal, namun materi pelajaran tetap berfokus pada kitab-kitab kuning alias kitab klasik.

4. Secara umum hubungan emosional kyai-santri di pesantren salaf jauh lebih dekat dibanding pesantren modern. Hal ini karena kiyai menjadi figur sentral: sebagai educator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama.

5. materi pelajaran umum seperti matematika atau ilmu sosial tidak atau sangat sedikit diajarkan di pondok salaf.

6. biaya pendidikan di pesantren salaf relatif murah. Dan jauh lebih murah dibanding pesantren modern. Tidak ada sistem daftar ulang. Dan tidak ada sistem seleksi. Semua santri yang ingin masuk ke pesantren salaf umumnya langsung diterima. Kesembilan, akhlak yang santun. Pesantren salaf menekankan pada perilaku yang sopan dan santun terutama dalam berinteraksi dengan guru, orang tua dan masyarakat dan antara sesama santri.54

54


(56)

B. Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Akhlaq

Dalam konteks bahasa, akhlaq berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata “khuluq” yang diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama”.55

Meskipun kata akhlak berasal dari bahasa Arab, tetapi kata akhlaq tidak terdapat dalam Al-Qur‟an. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlaq dalam al-qur‟an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam al-Qur‟an surat al-Qalam ayat 4 yaitu:







 

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.56

Dalam konteks terminologi, akhlaq menurut Ahmad Amin adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlaq. Contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu adalah akhlaq dermawan.57 Sedangkan dalam Ensiklopedi Pendidikan, akhlaq diartikan sebagai “budi pekerti, watak kesusilaan

55 Rosihon Anwar, Akhlaq Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 11.

56 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah

Al-Qur‟an, 2005, hlm. 318. 57


(57)

(kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia”.58

Akhlaq dalam Islam tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walau etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang dalam perspektif Islami. Hal ini disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlaq Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika dan moral.

Akhlaq menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini mengatakan, “bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya buruk”.59

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlaq ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut akhlaq yang mulia atau perbuatan buruk disebut akhlaq yang tercela.

2. Proses Pembinaan Akhlaq

Proses pembinaan akhlaq santri harus dilakukan secara terus menerus agar benar-benar efektif dalam pembinaan akhlaq yang baik. Pembinaan akhlaq

58 Soegarda Porbawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), hlm. 9.


(58)

santri dalam lingkuungan pondok pesantren adalah sifat konkrit atau bentuk tindakan atau prilaku ustadz/ustadzah.

Selain melalui usaha dan latihan diperlukan juga adanya pembiasaan-pembiasaan merupakan sarana pembinaan akhlaq anak dilingkungan pesantren, dimana dengan pembinaan ini anak dapat terkesan dan menjadikan sifat-sifat yang baik itu menjadi kebiasaan jika anak telah terbiasa maka ia dapat bertahan sampai ia dewasa nanti. Pembiasaan ini sangat penting dalam pembinaan akhlaq anak karena “ latihan dan pembiasaan untuk melahirkan perbuatan atau ucapan hingga menjadi perbuatan atau ucapan yang tetap pada diri seseorang sangat penting “.

3. Pembagian Akhlaq

Secara etimologi, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khuluq, yang berarti perbuatan, adat kebiasaan, perangai, tabiat, budi pekerti, watak, tabiat, dan ada sangkut pautnya dengan kata khaliq (pencipta) dan makhluk (yang di cipta). Sehingga Endang Syaifuddin Ansshary, menyatakan secara garis besar akhlaq terdiri dari:

a. Akhlaq manusia terhadap khalik

b. Akhlaq manusia terhadap makhluk, baik manusia maupun bukan.60

60 Endang Syaifuddin Ansshary, Wawasan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),


(59)

Asmaran, AS, dalam bukunya Pengantar Studi Akhlaq, membagi akhlaq menjadi akhlaq terpuji dan akhlaq yang tercela.61

a. Akhlaq yang terpuji (akhlaq Mahmudah)

Akhlaq mahmudah atau yang biasa disebut dengan akhlaq yang terpuji dibagi dua, yaitu yang bersifat lahir dan bersifat bathin. Adapun yang termasuk dalam kategori akhlaq yang bersifat lahir adalah:

1. Taubat

Taubat yaitu meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak biak, salah atau dosa dengan penyesalan.

2. Maaf

Yaitu menghapuskan kesalahan atau membatalkan melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat jahat atas dirinya. Dengan pemberian maaf berarti berbuat kebaikan kepada orang lain.

3. Syukur

Syukur yaitu merasa senang dan berterimakasih terhadap nikmat Allah SWT. Hal ini tercermin dalam aktivitas dan moral orang yang memperoleh nikmat itu dalam beribadah kepada Allah, Imannya bertambah teguh dan lidahnya semakin banyak berdzikir kepada Allah.

Sedangkan akhlaq yang terpuji yang bersifat bathin adalah: 1. Tawakkal

61 Asmaran, AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), cet. Ke-VI,


(60)

Tawakkal yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menunggu atau menghadapi hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

2. Sabar

Sabar ialah tahan menderita sesuatu: yang tidak disenangi dengan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah SWT. Sabar ini terbagi kepada: a. Sabar dalam beribadah

b. Sabar ditimpa malapetaka c. Sabar terhadap kehidupan dunia d. Sabar terhadap maksiat

e. Sabar dalam menghadapi ujian f. Sabar dalam perjuangan. 3. Merasa cukup (qonaah)

Qonaah yaitu rela dengan pemberian yang telah dianugerahkan Allah SWT, kepada dirinya, karena merasa bahwa memang itulah yang sudah menjadi pembagiannya.62

b. Akhlaq yang tercela

Demikian pula halnya dengan akhlaq yang tercela terbagi kepada dua, yaitu akhlaq yang tercela bersifat lahir dan akhlaq yang tercela yang bersifat bathin. Akhlaq yang tercela yang bersifat lahir yaitu:

62


(61)

1. Maksiat lisan, yaitu:

a. Berkata yang tidak memberikan manfaat, untuk dirinya atau orang lain. b. Berlebih-lebihan dalam percakapan yang semestinya tidak perlu

dibicarakan.

c. Berbicara hal yang bathil.

d. Berdebat dan berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati orang lain.

e. Berkata kotor, berkata dusta, berkhianat, mencaci maki atau mengucapkan kata laknat baik kepada manusia, binatang maupun benda-benda lainnya. f. Membicarakan orang lain atau sering disebut juga dengan ghibah.

g. Berkata yang menimbulkan fitnah untuk orang lain.

2. Maksiat Telinga

Maksiat telinga adalah mendengar pembicaraan suatu golongan yang mereka tidak suka kalau pembicaraannya didengar orang lain atau mendengar perkataan-perkataan yang tidak baik.

3. Maksiat Mata

Maksiat mata yaitu melihat yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. 4. Maksiat Tangan

Maksiat tangan ialah menggunakan hal-hal untuk hal-hal yang haram, atau sesuatu yang dilarang oleh agama Islam, seperti mencuri, merampok, merampas, mengurangi timbangan dan sebagainya.63

Sedangkan akhlaq yang tercela yang bersifat bathin adalah : Namimah, Ananiyah, riya‟, boros, bakhil, sombong, dengki dan Pemarah.64 Dari

63 Ibid., hlm. 90.

64


(62)

macam akhlaq yang telah dikemukakan, maka akhlaq yang terpuji adalah yang sesuai dengan akal dan syari‟at Islam. Sedangkan akhlaq yang buruk adalah yang bertentangan dengan syari‟at Islam.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlaq

Perkembangan jiwa seorang anak tidak lepas dari pembawaan dan tiga lingkungan hidup yang berlembaga yaitu ingkungan sebagaimana kita ketahui bahwa akhlaq manusia itu dapat dirubah, berarti akhlaq kita dapat berubah dan dipengaruhi oleh sesuatu. Karena itu ada usaha-usaha untuk mendidik dan membentuk akhlaq seseorang yang artinya berusaha untuk memperbaiki kehidupan yang Nampak kurang baik sehingga menjadi lebih baik.

Sayful Bahri Djamarah mengatakan bahwa perkembangan dan kematangan jiwa seorang anak didik dipengaruhi oleh faktor bawaan (intern) dan lingkungan (ekstern). Lingkungan pesantren dapat dijadikan tempat untuk kematangan jiwa anak didik. Dengan demikian baik tidaknya sikap seseorang anak didik ditentukan oleh dua faktor tersebut.65

Dengan demikian untuk mempengaruhi supaya anak mempunyai akhlaq muslim, supaya usaha yang diberikan dapat membentuk akhlaq anak sesuai dengan norma-norma Islam serta kepercayaan dari seluruh aspek jiwanya menunjukkan pengabdiannya kepada Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya. Di

65 Sayful Bahri Djamarah, Ustadz dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka


(63)

dalam usaha-usaha ini untuk mencapai suatu akhlaq muslim, maka manusia tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya dari pribadi itu sendiri.

Menurut M. Alisuf Sabri bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlaq itu adalah: Hereditas, Pengalaman dan kulture atau kebudayaan.66

Sedangkan Agus Sujanto menyatakan bahwa “akhlaq tiap-tiap orang tumbuh atas dua kekuatan yaitu kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir berujud benih, bibit, atau sering juga disebut kemampuan dasar”.67

Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka yang mempengaruhi akhlaq seseorang itu ada dua yaitu: faktor dari dalam atau bawaan (internal) dan faktor dari luar (eksternal).

1. Faktor dari dalam atau bawaan (internal)

Adalah sesuatu yang ada dalam diri, jiwa manusia itu sendiri seperti watak, ciri khas ataupun tingkah laku dan sebagainya.

2. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan akhlaq santri yaitu terbagi menjadi tiga yaitu :

a. Lingkungan Pesantren

Lingkungan dimana anak didik dibesarkan adalah sangat mempengaruhi perkembangan akhlaq seseorang. Karena lingkungan adalah tempat ia bergaul, tempat mencari informasi, tempat mencari pengetahuan,

66 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Bulan Bintang,

2002), cet. Kelima, hlm. 74. 67


(1)

(2)

Ketua Pondok Pesantren dan dewan ustadz Pondok Pesantren


(3)

(4)

Kegiatan santri sorogan kitab kuning


(5)

(6)