TINJAUAN YURIDIS TENTANG STATUS HAK ATAS TANAH PADA AKAD IJARAH MUNTAHIYAH BIT-TAMMLIK DITINJAU BERDASARKAN UU NO 5/1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH.
TINJAUAN YURIDIS TENTANG STATUS HAK ATAS TANAH PADA AKAD
IJARAH MUNTAHIYAH BIT-TAMMLIK DITINJAU BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOKPOKOK AGRARIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (KHES)
Rivania Eda Anandiza Rizal
110110110338
ABSTRAK
Pembiayaan kepemilikan rumah melalui akad Ijarah Muntahiyah BitTammlik merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan rumah
tinggal secara bertahap melalui akad sewa-menyewa yang diakhiri dengan opsi
perpindahan kepemilikan. Pada saat akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik
berlangsung, kepemilikan dari tanah dan bangunan yang menjadi obyek sewa
berada pada Bank Syariah secara prinsip. Namun, hal ini bertentangan jika
ditinjau dari Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria sehingga untuk mengatasinya terjadi suatu perbedaan tata cara
penggunaan akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik antara praktik dengan
pengaturan yang ada di Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji tentang ketepatan penggunaan akad Ijarah Muntahiyah
Bit-Tammlik dalam pembiayaan kepemilikan rumah serta terkait penggunaan
status hak atas tanah pada akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian secara deskriptif analitis. Tahap penelitian dilakukan
melalui studi kepustakaan, wawancara, dan studi dokumen. Selanjutnya seluruh
data dianalisis dengan metode yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pembiayaan kepemilikan
rumah melalui akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik pada Bank Syariah di
Indonesia tidak shariah compliance jika ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah. Terkait status kepemilikannya, dikarenakan Bank Syariah tidak dapat
memiliki status hak atas tanah berupa hak milik menurut Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria maka Bank
Syariah harus memberikan kuasa melalui akad Wakalah kepada para pihak
(nasabah dan developer) untuk mewakili kepentingan Bank Syariah selaku
pemilik obyek sewa secara prinsip. Akan tetapi, Bank Syariah hanya melakukan
akad Wakalah kepada Nasabah saja sedangkan tidak kepada Developer.
Kata kunci : Bank Syariah, Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik, Status Hak Atas
Tanah
iv
LEGAL REVIEW OF STATUS OF LAND RIGHTS IN AKAD IJARAH
MUNTAHIYAH BIT-TAMMLIK (IMBT) VIEWED BY LAW NUMBER 5 OF 1960
CONCERNING THE BASIC PRINCIPLES OF AGRARIAN AND COMPILATION
OF ECONOMIC SHARIA LAW
Rivania Eda Anandiza Rizal
110110110338
ABSTRACT
Financing of house ownership through Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik
constitutes one of many ways to fulfill the needs of the house gradually through
rental agreement with transfer of ownership’s option in the end of agreement.
When Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik occur, the ownership of land and building
as the rental object remain as the Islamic Bank’s own in principle. However, it is
opposed if considered from Law Number 5 of 1960 concerning The Basic
Principles of Agrarian, so to solve this thing there’s a difference way between the
practice of Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik with the regulation from Compilation of
Economic Sharia Law. The purposes of this research are to analyze about the
accuracy of the use of Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik and the use of status of
land rights in Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik.
This thesis using methods of juridical normative approach to the
specifications research in descriptive analytical .Research phase done through
the study of literature , interview , and study documents .Furthermore all data
analyzed by juridical qualitative method
Based on this research, known that the financing of house ownership
through Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik in Indonesian Islamic Bank not sharia
compliance viewed by Compilation of Economic Sharia Law. Related with the
status of ownership, it because Islamic Bank in Indonesia can’t have the property
rights based on Law Number 5 of 1960 concerning The Basic Principles of
Agrarian so the Bank have to give the permission to both sides (costumer and
developer) to represent the interest of the Bank as the owner of the rental object
in principle. However, the Bank only give the permission to the costumer while
the developer not.
Keywords : Islamic Bank, Status of land rights, Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik
v
IJARAH MUNTAHIYAH BIT-TAMMLIK DITINJAU BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOKPOKOK AGRARIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (KHES)
Rivania Eda Anandiza Rizal
110110110338
ABSTRAK
Pembiayaan kepemilikan rumah melalui akad Ijarah Muntahiyah BitTammlik merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan rumah
tinggal secara bertahap melalui akad sewa-menyewa yang diakhiri dengan opsi
perpindahan kepemilikan. Pada saat akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik
berlangsung, kepemilikan dari tanah dan bangunan yang menjadi obyek sewa
berada pada Bank Syariah secara prinsip. Namun, hal ini bertentangan jika
ditinjau dari Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria sehingga untuk mengatasinya terjadi suatu perbedaan tata cara
penggunaan akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik antara praktik dengan
pengaturan yang ada di Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji tentang ketepatan penggunaan akad Ijarah Muntahiyah
Bit-Tammlik dalam pembiayaan kepemilikan rumah serta terkait penggunaan
status hak atas tanah pada akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian secara deskriptif analitis. Tahap penelitian dilakukan
melalui studi kepustakaan, wawancara, dan studi dokumen. Selanjutnya seluruh
data dianalisis dengan metode yuridis kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pembiayaan kepemilikan
rumah melalui akad Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik pada Bank Syariah di
Indonesia tidak shariah compliance jika ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah. Terkait status kepemilikannya, dikarenakan Bank Syariah tidak dapat
memiliki status hak atas tanah berupa hak milik menurut Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria maka Bank
Syariah harus memberikan kuasa melalui akad Wakalah kepada para pihak
(nasabah dan developer) untuk mewakili kepentingan Bank Syariah selaku
pemilik obyek sewa secara prinsip. Akan tetapi, Bank Syariah hanya melakukan
akad Wakalah kepada Nasabah saja sedangkan tidak kepada Developer.
Kata kunci : Bank Syariah, Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik, Status Hak Atas
Tanah
iv
LEGAL REVIEW OF STATUS OF LAND RIGHTS IN AKAD IJARAH
MUNTAHIYAH BIT-TAMMLIK (IMBT) VIEWED BY LAW NUMBER 5 OF 1960
CONCERNING THE BASIC PRINCIPLES OF AGRARIAN AND COMPILATION
OF ECONOMIC SHARIA LAW
Rivania Eda Anandiza Rizal
110110110338
ABSTRACT
Financing of house ownership through Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik
constitutes one of many ways to fulfill the needs of the house gradually through
rental agreement with transfer of ownership’s option in the end of agreement.
When Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik occur, the ownership of land and building
as the rental object remain as the Islamic Bank’s own in principle. However, it is
opposed if considered from Law Number 5 of 1960 concerning The Basic
Principles of Agrarian, so to solve this thing there’s a difference way between the
practice of Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik with the regulation from Compilation of
Economic Sharia Law. The purposes of this research are to analyze about the
accuracy of the use of Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik and the use of status of
land rights in Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik.
This thesis using methods of juridical normative approach to the
specifications research in descriptive analytical .Research phase done through
the study of literature , interview , and study documents .Furthermore all data
analyzed by juridical qualitative method
Based on this research, known that the financing of house ownership
through Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik in Indonesian Islamic Bank not sharia
compliance viewed by Compilation of Economic Sharia Law. Related with the
status of ownership, it because Islamic Bank in Indonesia can’t have the property
rights based on Law Number 5 of 1960 concerning The Basic Principles of
Agrarian so the Bank have to give the permission to both sides (costumer and
developer) to represent the interest of the Bank as the owner of the rental object
in principle. However, the Bank only give the permission to the costumer while
the developer not.
Keywords : Islamic Bank, Status of land rights, Ijarah Muntahiyah Bit-Tammlik
v