Efektivitas Minyak Kelapa (Oleum Cocos) Sebagai Laksansia Pada Mencit.
ABSTRAK
EFEKTIFITAS
MINYAK KELAPA (Oleum cocos) SEBAGAI LAKSANSIA
PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER
Charles Likamto, 2003, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr. Mkes
Pembimbing II : Rosnaeni, Dr~ Apt.
Terjadinya perubahan pola dalam memilih dan mengkonsumsi makanan
di Indonesi~ masuknya makanan jenis junk food di Indonesia. Makanan tersebut
menyebabkan gangguan pencemaan yaitu sembelit karena kurangnya serat di
dalam makanan tersebut. Carn mengatasinya adalah dengan menggunakan obat
pencahar atau laksansia sintetik. Penggunaan yang berlebihan mempunyai
berbagai efek samping. Minyak kelapa secara turun temurun telah digunakan
sebagai obat pencahar di masyarakat, oleh sebab itu perlu dikaji efektivitas
minyak kelap~ sehingga penggunaannya dapat dijadikan altematif obat pencahar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas minyak kelapa
sebagai laksansia.
Metode yang digunakan adalah pengamatan pola defekasi mencit, yang
dikelompokkan menjadi 5 perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif yang
diberikan aquadest, kelompok kontrol positif diberikan oleum ricini, kelompok uji
dosis 0,1 mI, 0,3 ml, 0,5 ml minyak kelapa. Pemberian dilakukan peroral.
Karakterisitk feses mencit (ftekwensi defekasi, berat, dan konsistensi) diamati
setiap 30 menit selama 6 jam. Analisis data untuk membandingkan frekuensi
defekasi dan berat feses menggunakan ANA VA dilanjutkan dengan uji beda ratarata Tukey HSD. Sedangkan konsistensi feses menggunakan Chi-kuadrat
(Friedman test).
Hasil penelitian minyak kelapa meningkatkan ftekuensi defekasi dan berat
fe~es sedangkan konsistensi feses berubah menjadi lebih lunak bahkan ada yang
calr.
Kesimpulan penelitian ini minyak kelapa efektif sebagai laksansia yang
meningkatkan frekuensi dan berat feses, serta konsistensi feses menjadi lebih
lunak.
Saran dari penelitian ini, agar dapat dijadikan dasar untuk penelitian
selanjutny~ perlu dilakukan uji klinis dan toksisitas sehingga penggunaan minyak
kelapa sebagai fitofarmaka dapat semakin berkembang.
IV
ABSTRACT
EFFECTIVENESS
OF PALM OIL (OLEUM COCOS) AS A LAXA TIVE IN
SWISS WEBSTER MICE
Charles Likamto, 2004, Tutor I: Lusiana Darsono, dr. Mkes
Tutor II : Rosnaeni, dra, Apt.
The change of pattern in choosing and consumpting food in Indonesia. The
enter of junk food in Indonesia. In which this food caused ascimilation
interference constipation because less of fiber on this food. The ways to solve this
problem is consume a synthetic laxative. Palm oil generation to generation has
been used as a laxative in social life, because of that its need more observation
the effectiveness of palm oil, so the used is constant and faced with an alternative
to laxative
The aims of this observation is to know effectiveness of palm oil as
laxative.
The method which can be used is monitoring the pattern of mice
defecation, in group of 5 character, there are a group of nebative control which is
given aquadest, a group of positive control is given by Oleum Ricini, a group of
dose test, 0.1 ml, 0.3 ml, 0.5 ml Palm Oil. Giving by the oral. Characteristic of
mice faeces (frequency defecation, weight, and consistency) are seen each time 30
minutes as long as 6 hours. Analysis data to comparing frequency defecation and
weight of faeces using ANOVA continue by average different test Tukey HSD.
While consistency faeces using Chi Quadrate (Friedman test).
The result of observation, Palm Oil increase frequency defecation and
weight of faeces, While thefaeces consistency change into softer even fluid.
The conclusion of observation, Palm oil effectives as a laxan which
increase the frequency defecation and weight of faeces, while the faeces
consistency change into softer evenfluid.
Suggestion from this observation, in order to become foundation for the
next observation, need to do clinical test and toxicity so the use of Palm iolos a
fitofarmaka can more and more develop.
v
DAFT AR ISI
DAFTAR
HALAMAN
ISI
IV
ABSTRAK
A BSTRA CT
PRAKATA
...
...
...
...
.................................
....................................................................................................................
DAFT AR ISI
DA FTA R DIAGRA M ......
[) AFTA R TAB EL
DAFTA R LAM PIRAN..
BABI
...
...
...
...
PENDAHUL UAN..
...
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
...
1.3 Maksud dan Tuj uan
1.4 Kegunaan penel itian.
1.5 Kerangka pemikiran
1.6 Metode Penel itian
1.7 Lokasi dan Waktll
...
...
...
BAB II TI NJA UAN PUST AKA
...
2.1 Anatomi dan fisiologi usus besar
2.1.1 Anatomi usus besar secara makroskopis dan mikroskopis
2. 1.2 Fisiologi usus besar
2.1.2.1 Absorbsi air dan elektrolit pada usus besar
2.1.2.2 Sekresi pada usus besar
2.1.2.3 Mekanisme defekasi
2.2 Konstipasi
2.3 Obat - obat pencahar atau laksansia
2.3.1 Penggolongan laksansia
2.3.1.1 Laksansia kontak
2.3.1.2 Laksansia osmotis
2.3.1.3 Zat - zat pembesar volume
2.3.1.4 Zat - zat pelicin dan emollientia
2.3.2 Kontra indikasi laksansia
2.4 Cocos nuci fera
2.4. I Taksonom i
2.4.2 Deskripsi
...
2.4.3 Kandungan dan efek farmakologis
2.4.4 Minyak kelapa (Oleum Cocos)
2.4.5 Minyak kelapa sebagai laksansia
viii
VIII
x
xi
xi i
...
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3. I Bahan dan alat
3.1.1 Bahan penelitian
3.1 .2 AIat. ...
V
VI
... I
1
..2
2
..2
2
...3
3
4
4
4
5
6
7
7
9
10
11
II
12
12
13
13
13
..14
...14
15
16
17
18
..18
18
..18
3.1.3 Hewan percobaan
3.1.4 Penyiapan minyak kelapa
3.2 Metode pene Iitian
3.2.1 Desain penel itian
3.2.2 Variabel penel itian
3.2.3 Metode penarikan sam pel
3.2.4 Prosedur kerja...
...
3.2.5 Metode anal isis
18
19
19
.19
...19
20
.20
..21
BA B IV HAS IL DAN PEMBAHASAN
..23
BA B V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
[) AFTAR PU STAKA
[ .AMPIRAN
RIWAY AT H[0 UP
33
...33
33
..34
35
45
IX
DAFT AR DIAGRAM
Diagram 4.1 Perbandingan frekwensi defekasi dari masing-masing kelompok
Diagram 4.2 Berat feses rata-rata masing-masing kelompok perlakuan
Diagram 4.3 Konsistensi feses masing-masing kelompok perlakuan
x
25
27
31
DAFTAR TABEL
Tabcl 4.1 Hasil pengamatan untuk frekuensi defekasi dengan bahan uji Oleum cocos...23
Tabel 4.2 Hasil uji statistik ANA VA untuk frekuensi defekasi dari masing-masing
kelam pok
.25
Hasil
uji
beda
rata-rata
frekuensi
defekasi
Tukey
HSD
26
Tabcl 4.3
27
Tabcl 4.4 Hasil pengamatan untuk berat feses (mg)
Tabel 4.5 Hasil uji statistik ANA VA untuk berat feses (mg) dari masing-masing
ke 10mpok
..29
30
Tabel 4.6 Hasil uji beda rata-rata berat feses (mg) Tukey HSD
31
Tabel4.7 Hasi I pengamatan konsistensi feses
XI
DAFT AR LAMPI RAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
3.1
3.2
3.3
4.1
Perhitungan dosis bahan uji
...35
Perhitungan dosis kontrol positif
.. .. . . . .. . . .. .. .. . .. . . .. . .. . . . .. .36
Foto buah kelapa
..37
Hasil pengamatan frekuensi defekasi, berat feses dan konsistensi
feses dengan bahan uji Oleum Cocos 1 DM, 3 DM, 5 DM, selama
pengamatan
6 jam..
. . . . .. . . . .. .. . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. .. . .. . .. 38
Lampiran 4.2 Descriptives Berat feses rata-rata dan
frekuensi defekasi ratarata
..39
Lampiran 4.3 Multiple Comparisons, Berat feses rata-rata menurut Tukey
HSD
.40
Lampiran 4.4 Multiple Comparisons, Frekuensi defekasi rata-rata menu rut Tukey
HSD
.41
Lampiran 4.5 ANA VA berat feses rata-rata dan frekuensi defekasi rata-rata
dengan bahan uji Oleum Cocos
42
Lampiran 4.6 Berat feses rata-rata dan frekuensi defekasi rata-rata menurut Tukey
HSDa.
.. . .. .. .. . .. .. . . . . . . . .. .. . . . . .. . . .. .. . . . . .. . . .. .. . . . . . . . . . . . .. . .. . .
Lampiran 4.7 Friedman Test
...
Xli
43
...44
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang kaya akan sumber
bahan obat alamo Sebagian rakyat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan
secara turon temurun telah menggunakan bahan alami ini sebagai obat tradisional.
Penggunaan obat tradisional ini dapat digunakan sebagai obat altematif, terutama
untuk masyarakat yang jauh dari sarana kesehatan formal selain bahan bakunya
mudah di dapat, harganya relatif murah dan efek sampingnya minimal.
Salah satu tumbuhan obat yang sampai sekarang masih digunakan adalah
kelapa (Cocos nucifera, Linn) yang banyak tumbuh didaerah tropis, terutama di
pinggir pantai. Bagian buah kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional, mulai dari daging bauh kelapa, akar dan kuncup buah sampai ke
tempurung kelapa. Salah satu hasil pengolahan dari buah kelapa, adalah minyak
kelapa. Penggunaan minyak kelapa sebagai obat tradisional antara lain sebagai
obat luka bakar, rambut rontok, obat keseleo, obat sariawan dan obat urns-urus.
(Depkes RI 1980, Seno Sastrolamidjojo 1997, Soedarmilah Soeparto 1999)
Salah satu manfaat dari minyak kelapa digunakan sebagai obat urns-urns
atau
pencahar
(laksan)
untuk
mengatasi
gangguan
pencemaan
yang
mengakibatkan sulit buang air besar atau konstipasi.
Konstipasi dapat disebabkan beberapa sebab, antara lain pola memilih dan
mengkonsumsi makanan.
Makanan jenis junk food semakin merajalela sangat
diminati oleh masyarakat Indonesia. Junk food atau makanan cepat saji ini dalam
penyaJIannya banyak mengandung lemak, menggunakan jelanta serta kurang
serat.
2
Seperti disebutkan diatas kelapa mempunyai berbagai macam fungsi,
antara lain minyaknya yang dapat digunakan sebagai laksansia. Penelitian ini
merupakan pendahuluan dengan maksud menilai ada atau tidaknya efek laksansia
dari minyak kelapa yang diharapkan dapat dijadikan sebagai obat altematif.
Untuk memantapkan penggunaan minyak kelapa sebagai laksan, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian efektivitas minyak kelapa sebagai pencahar
atau laksansia.
1.2 Identifikasi masalah
Apakah minyak kelapa mempunyai efek laksansia ?
1.3 Maksud dan tujuan
Mengetahui efek laksansia atau pencahar dari minyak kelapa.
1.4 Kegunaan penelitian
Akademis :
Untuk memperluas pengetahuan tentang efek farmakologis, khususnya
minyak kelapa sebagai laksansia.
Praktis :
Perluasan penggunaan minyak kelapa sebagai altematif terapi laksansia.
1.5 Kerangka pemikiran
Minyak kelapa sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat
Indonesia. Minyak kelapa mengandung asarn lemak tak jenuh (Oleum Cocos)
yang terdiri dari Oleat dan Linoleat.
3
Oleat dan linoleat ini memudahkan defekasi dengan jalan melunakkan
tinja tanpa merangsang peristaltik usus. Minyak ini sendiri tidak dicema di dalam
usus dan hanya sedikit yang diabsorpsi.(Farmakologi dan terapi, 1995)
1.6 Metode penilitian
Penelitian tentang hal ini menggunakan hewan coba mencit jantan dewasa,
galur Swiss Webster dengan berat badan 25 gram yang dibagi menjadi 5
kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. kelompok
pertama sebagai kontrol negatif dimana mencit diberikan aquadest ini dengan
dosis yang sudah ditentukan. Kelompok kedua merupakan kontrol positif dimana
mencit diberikan Oleum ricini dengan dosis yang telah ditentukan. Ketiga
kelompok yang lainnya diberikan minyak kelapa yang telah dibuat dengan dosis
yang berbeda-beda. Sebelum melakukan percobaan mencit yang akan digunakan
dipuasakan dahulu selama 1 jam. Kemudian setelah itu dipantau selama 6 jam,
dimana setengah jam sekali diperhatikan frekuensi, berat dan konsistensi dari
feses setiap mencit.
1.7 Lokasi dan waktu
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha, sejak April sampai November 2003.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Minyak kelapa (oleum cocos) efektif sebagai laksansia terhadap hewan
percobaan,
yang
meningkatkan
frekuensi
defekasi,
bemt
feses,
dan
melunakkanlmencairkan feses. Efektifitas minyak kelapa mulai terlihat dari dosis
yang pertama (0,1 ml).
5.2 Saran
Perlu dilakukan lagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai khasiat
minyak kelapa yang lain, uji klinis terhadap manusia, uji toksisitas, sehingga
penggunaan minyak kelapa sebagai sediaan fitofarmaka yang rasional dan aman
dapat semakin dikembangkan.
33
DAFT AR PUST AKA
Azalia Arif, Udin Sjamsudin. 1995. Obat lokal Oalam : Ganiswara S.G., editor:
Farmakologi da~ Tempi. 41hed. Jakarta: FKUI. Halaman 511 - 514.
Guyton, A.C., J.E. Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Halaman 1010 -101 L 1033,1049, 1055.
Lesson, C.R., T.S. Leeson, A.A. Papaw.
EGC. Halaman 369.
Jakarta:
1989. Buku Ajar Histologi.
EGC.
Jakarta
Midian Sirait. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian
klinik. Jakarta: Pengembangan dan pemanfaatan Gbat Bahan Alam. Halaman
77 - 78.
Rony Palungkun. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Dian Rakyat.
Halaman 135 - 137.
Sehefler, W.C. 1979. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran,
yang hertautan. Bandung : ITB. Halaman 126 - 131, 220.
Seno Sastroamidjojo,
135 - 137.
1997. Ohat as/i Indonesia. Jakarta:
Snell, R.S. 1997. Anatomi
EGC.Halaman 245 - 254.
klinik
untuk
mahasiswa
Soedarmilah Soeparto. 1999. Jamu Jawa Asli. Jakarta:
Halaman 115.
dan ilmu
Dian Rakyat. Halaman
kedokteran.
Jakarta
Pustaka Sinar Harapan.
Soedijanto. Sianipar. 1985. Kelapa. Jakarta: CV. Yasaguna. Halaman 153 - 154.
Syaifuddin RAe, 2001. Fungsi Tuhuh
Halaman 136 - 137, 149 - 150.
Manusia.
Jakarta
: Widya
medika.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 1991. Ohat-ahat Penting, Khasiat, Penggunaan,
dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Sehiedam. Halaman 221- 228.
34
EFEKTIFITAS
MINYAK KELAPA (Oleum cocos) SEBAGAI LAKSANSIA
PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER
Charles Likamto, 2003, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr. Mkes
Pembimbing II : Rosnaeni, Dr~ Apt.
Terjadinya perubahan pola dalam memilih dan mengkonsumsi makanan
di Indonesi~ masuknya makanan jenis junk food di Indonesia. Makanan tersebut
menyebabkan gangguan pencemaan yaitu sembelit karena kurangnya serat di
dalam makanan tersebut. Carn mengatasinya adalah dengan menggunakan obat
pencahar atau laksansia sintetik. Penggunaan yang berlebihan mempunyai
berbagai efek samping. Minyak kelapa secara turun temurun telah digunakan
sebagai obat pencahar di masyarakat, oleh sebab itu perlu dikaji efektivitas
minyak kelap~ sehingga penggunaannya dapat dijadikan altematif obat pencahar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas minyak kelapa
sebagai laksansia.
Metode yang digunakan adalah pengamatan pola defekasi mencit, yang
dikelompokkan menjadi 5 perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif yang
diberikan aquadest, kelompok kontrol positif diberikan oleum ricini, kelompok uji
dosis 0,1 mI, 0,3 ml, 0,5 ml minyak kelapa. Pemberian dilakukan peroral.
Karakterisitk feses mencit (ftekwensi defekasi, berat, dan konsistensi) diamati
setiap 30 menit selama 6 jam. Analisis data untuk membandingkan frekuensi
defekasi dan berat feses menggunakan ANA VA dilanjutkan dengan uji beda ratarata Tukey HSD. Sedangkan konsistensi feses menggunakan Chi-kuadrat
(Friedman test).
Hasil penelitian minyak kelapa meningkatkan ftekuensi defekasi dan berat
fe~es sedangkan konsistensi feses berubah menjadi lebih lunak bahkan ada yang
calr.
Kesimpulan penelitian ini minyak kelapa efektif sebagai laksansia yang
meningkatkan frekuensi dan berat feses, serta konsistensi feses menjadi lebih
lunak.
Saran dari penelitian ini, agar dapat dijadikan dasar untuk penelitian
selanjutny~ perlu dilakukan uji klinis dan toksisitas sehingga penggunaan minyak
kelapa sebagai fitofarmaka dapat semakin berkembang.
IV
ABSTRACT
EFFECTIVENESS
OF PALM OIL (OLEUM COCOS) AS A LAXA TIVE IN
SWISS WEBSTER MICE
Charles Likamto, 2004, Tutor I: Lusiana Darsono, dr. Mkes
Tutor II : Rosnaeni, dra, Apt.
The change of pattern in choosing and consumpting food in Indonesia. The
enter of junk food in Indonesia. In which this food caused ascimilation
interference constipation because less of fiber on this food. The ways to solve this
problem is consume a synthetic laxative. Palm oil generation to generation has
been used as a laxative in social life, because of that its need more observation
the effectiveness of palm oil, so the used is constant and faced with an alternative
to laxative
The aims of this observation is to know effectiveness of palm oil as
laxative.
The method which can be used is monitoring the pattern of mice
defecation, in group of 5 character, there are a group of nebative control which is
given aquadest, a group of positive control is given by Oleum Ricini, a group of
dose test, 0.1 ml, 0.3 ml, 0.5 ml Palm Oil. Giving by the oral. Characteristic of
mice faeces (frequency defecation, weight, and consistency) are seen each time 30
minutes as long as 6 hours. Analysis data to comparing frequency defecation and
weight of faeces using ANOVA continue by average different test Tukey HSD.
While consistency faeces using Chi Quadrate (Friedman test).
The result of observation, Palm Oil increase frequency defecation and
weight of faeces, While thefaeces consistency change into softer even fluid.
The conclusion of observation, Palm oil effectives as a laxan which
increase the frequency defecation and weight of faeces, while the faeces
consistency change into softer evenfluid.
Suggestion from this observation, in order to become foundation for the
next observation, need to do clinical test and toxicity so the use of Palm iolos a
fitofarmaka can more and more develop.
v
DAFT AR ISI
DAFTAR
HALAMAN
ISI
IV
ABSTRAK
A BSTRA CT
PRAKATA
...
...
...
...
.................................
....................................................................................................................
DAFT AR ISI
DA FTA R DIAGRA M ......
[) AFTA R TAB EL
DAFTA R LAM PIRAN..
BABI
...
...
...
...
PENDAHUL UAN..
...
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
...
1.3 Maksud dan Tuj uan
1.4 Kegunaan penel itian.
1.5 Kerangka pemikiran
1.6 Metode Penel itian
1.7 Lokasi dan Waktll
...
...
...
BAB II TI NJA UAN PUST AKA
...
2.1 Anatomi dan fisiologi usus besar
2.1.1 Anatomi usus besar secara makroskopis dan mikroskopis
2. 1.2 Fisiologi usus besar
2.1.2.1 Absorbsi air dan elektrolit pada usus besar
2.1.2.2 Sekresi pada usus besar
2.1.2.3 Mekanisme defekasi
2.2 Konstipasi
2.3 Obat - obat pencahar atau laksansia
2.3.1 Penggolongan laksansia
2.3.1.1 Laksansia kontak
2.3.1.2 Laksansia osmotis
2.3.1.3 Zat - zat pembesar volume
2.3.1.4 Zat - zat pelicin dan emollientia
2.3.2 Kontra indikasi laksansia
2.4 Cocos nuci fera
2.4. I Taksonom i
2.4.2 Deskripsi
...
2.4.3 Kandungan dan efek farmakologis
2.4.4 Minyak kelapa (Oleum Cocos)
2.4.5 Minyak kelapa sebagai laksansia
viii
VIII
x
xi
xi i
...
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3. I Bahan dan alat
3.1.1 Bahan penelitian
3.1 .2 AIat. ...
V
VI
... I
1
..2
2
..2
2
...3
3
4
4
4
5
6
7
7
9
10
11
II
12
12
13
13
13
..14
...14
15
16
17
18
..18
18
..18
3.1.3 Hewan percobaan
3.1.4 Penyiapan minyak kelapa
3.2 Metode pene Iitian
3.2.1 Desain penel itian
3.2.2 Variabel penel itian
3.2.3 Metode penarikan sam pel
3.2.4 Prosedur kerja...
...
3.2.5 Metode anal isis
18
19
19
.19
...19
20
.20
..21
BA B IV HAS IL DAN PEMBAHASAN
..23
BA B V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
[) AFTAR PU STAKA
[ .AMPIRAN
RIWAY AT H[0 UP
33
...33
33
..34
35
45
IX
DAFT AR DIAGRAM
Diagram 4.1 Perbandingan frekwensi defekasi dari masing-masing kelompok
Diagram 4.2 Berat feses rata-rata masing-masing kelompok perlakuan
Diagram 4.3 Konsistensi feses masing-masing kelompok perlakuan
x
25
27
31
DAFTAR TABEL
Tabcl 4.1 Hasil pengamatan untuk frekuensi defekasi dengan bahan uji Oleum cocos...23
Tabel 4.2 Hasil uji statistik ANA VA untuk frekuensi defekasi dari masing-masing
kelam pok
.25
Hasil
uji
beda
rata-rata
frekuensi
defekasi
Tukey
HSD
26
Tabcl 4.3
27
Tabcl 4.4 Hasil pengamatan untuk berat feses (mg)
Tabel 4.5 Hasil uji statistik ANA VA untuk berat feses (mg) dari masing-masing
ke 10mpok
..29
30
Tabel 4.6 Hasil uji beda rata-rata berat feses (mg) Tukey HSD
31
Tabel4.7 Hasi I pengamatan konsistensi feses
XI
DAFT AR LAMPI RAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
3.1
3.2
3.3
4.1
Perhitungan dosis bahan uji
...35
Perhitungan dosis kontrol positif
.. .. . . . .. . . .. .. .. . .. . . .. . .. . . . .. .36
Foto buah kelapa
..37
Hasil pengamatan frekuensi defekasi, berat feses dan konsistensi
feses dengan bahan uji Oleum Cocos 1 DM, 3 DM, 5 DM, selama
pengamatan
6 jam..
. . . . .. . . . .. .. . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. .. . .. . .. 38
Lampiran 4.2 Descriptives Berat feses rata-rata dan
frekuensi defekasi ratarata
..39
Lampiran 4.3 Multiple Comparisons, Berat feses rata-rata menurut Tukey
HSD
.40
Lampiran 4.4 Multiple Comparisons, Frekuensi defekasi rata-rata menu rut Tukey
HSD
.41
Lampiran 4.5 ANA VA berat feses rata-rata dan frekuensi defekasi rata-rata
dengan bahan uji Oleum Cocos
42
Lampiran 4.6 Berat feses rata-rata dan frekuensi defekasi rata-rata menurut Tukey
HSDa.
.. . .. .. .. . .. .. . . . . . . . .. .. . . . . .. . . .. .. . . . . .. . . .. .. . . . . . . . . . . . .. . .. . .
Lampiran 4.7 Friedman Test
...
Xli
43
...44
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang kaya akan sumber
bahan obat alamo Sebagian rakyat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan
secara turon temurun telah menggunakan bahan alami ini sebagai obat tradisional.
Penggunaan obat tradisional ini dapat digunakan sebagai obat altematif, terutama
untuk masyarakat yang jauh dari sarana kesehatan formal selain bahan bakunya
mudah di dapat, harganya relatif murah dan efek sampingnya minimal.
Salah satu tumbuhan obat yang sampai sekarang masih digunakan adalah
kelapa (Cocos nucifera, Linn) yang banyak tumbuh didaerah tropis, terutama di
pinggir pantai. Bagian buah kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional, mulai dari daging bauh kelapa, akar dan kuncup buah sampai ke
tempurung kelapa. Salah satu hasil pengolahan dari buah kelapa, adalah minyak
kelapa. Penggunaan minyak kelapa sebagai obat tradisional antara lain sebagai
obat luka bakar, rambut rontok, obat keseleo, obat sariawan dan obat urns-urus.
(Depkes RI 1980, Seno Sastrolamidjojo 1997, Soedarmilah Soeparto 1999)
Salah satu manfaat dari minyak kelapa digunakan sebagai obat urns-urns
atau
pencahar
(laksan)
untuk
mengatasi
gangguan
pencemaan
yang
mengakibatkan sulit buang air besar atau konstipasi.
Konstipasi dapat disebabkan beberapa sebab, antara lain pola memilih dan
mengkonsumsi makanan.
Makanan jenis junk food semakin merajalela sangat
diminati oleh masyarakat Indonesia. Junk food atau makanan cepat saji ini dalam
penyaJIannya banyak mengandung lemak, menggunakan jelanta serta kurang
serat.
2
Seperti disebutkan diatas kelapa mempunyai berbagai macam fungsi,
antara lain minyaknya yang dapat digunakan sebagai laksansia. Penelitian ini
merupakan pendahuluan dengan maksud menilai ada atau tidaknya efek laksansia
dari minyak kelapa yang diharapkan dapat dijadikan sebagai obat altematif.
Untuk memantapkan penggunaan minyak kelapa sebagai laksan, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian efektivitas minyak kelapa sebagai pencahar
atau laksansia.
1.2 Identifikasi masalah
Apakah minyak kelapa mempunyai efek laksansia ?
1.3 Maksud dan tujuan
Mengetahui efek laksansia atau pencahar dari minyak kelapa.
1.4 Kegunaan penelitian
Akademis :
Untuk memperluas pengetahuan tentang efek farmakologis, khususnya
minyak kelapa sebagai laksansia.
Praktis :
Perluasan penggunaan minyak kelapa sebagai altematif terapi laksansia.
1.5 Kerangka pemikiran
Minyak kelapa sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat
Indonesia. Minyak kelapa mengandung asarn lemak tak jenuh (Oleum Cocos)
yang terdiri dari Oleat dan Linoleat.
3
Oleat dan linoleat ini memudahkan defekasi dengan jalan melunakkan
tinja tanpa merangsang peristaltik usus. Minyak ini sendiri tidak dicema di dalam
usus dan hanya sedikit yang diabsorpsi.(Farmakologi dan terapi, 1995)
1.6 Metode penilitian
Penelitian tentang hal ini menggunakan hewan coba mencit jantan dewasa,
galur Swiss Webster dengan berat badan 25 gram yang dibagi menjadi 5
kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. kelompok
pertama sebagai kontrol negatif dimana mencit diberikan aquadest ini dengan
dosis yang sudah ditentukan. Kelompok kedua merupakan kontrol positif dimana
mencit diberikan Oleum ricini dengan dosis yang telah ditentukan. Ketiga
kelompok yang lainnya diberikan minyak kelapa yang telah dibuat dengan dosis
yang berbeda-beda. Sebelum melakukan percobaan mencit yang akan digunakan
dipuasakan dahulu selama 1 jam. Kemudian setelah itu dipantau selama 6 jam,
dimana setengah jam sekali diperhatikan frekuensi, berat dan konsistensi dari
feses setiap mencit.
1.7 Lokasi dan waktu
Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha, sejak April sampai November 2003.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Minyak kelapa (oleum cocos) efektif sebagai laksansia terhadap hewan
percobaan,
yang
meningkatkan
frekuensi
defekasi,
bemt
feses,
dan
melunakkanlmencairkan feses. Efektifitas minyak kelapa mulai terlihat dari dosis
yang pertama (0,1 ml).
5.2 Saran
Perlu dilakukan lagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai khasiat
minyak kelapa yang lain, uji klinis terhadap manusia, uji toksisitas, sehingga
penggunaan minyak kelapa sebagai sediaan fitofarmaka yang rasional dan aman
dapat semakin dikembangkan.
33
DAFT AR PUST AKA
Azalia Arif, Udin Sjamsudin. 1995. Obat lokal Oalam : Ganiswara S.G., editor:
Farmakologi da~ Tempi. 41hed. Jakarta: FKUI. Halaman 511 - 514.
Guyton, A.C., J.E. Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Halaman 1010 -101 L 1033,1049, 1055.
Lesson, C.R., T.S. Leeson, A.A. Papaw.
EGC. Halaman 369.
Jakarta:
1989. Buku Ajar Histologi.
EGC.
Jakarta
Midian Sirait. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian
klinik. Jakarta: Pengembangan dan pemanfaatan Gbat Bahan Alam. Halaman
77 - 78.
Rony Palungkun. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Dian Rakyat.
Halaman 135 - 137.
Sehefler, W.C. 1979. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran,
yang hertautan. Bandung : ITB. Halaman 126 - 131, 220.
Seno Sastroamidjojo,
135 - 137.
1997. Ohat as/i Indonesia. Jakarta:
Snell, R.S. 1997. Anatomi
EGC.Halaman 245 - 254.
klinik
untuk
mahasiswa
Soedarmilah Soeparto. 1999. Jamu Jawa Asli. Jakarta:
Halaman 115.
dan ilmu
Dian Rakyat. Halaman
kedokteran.
Jakarta
Pustaka Sinar Harapan.
Soedijanto. Sianipar. 1985. Kelapa. Jakarta: CV. Yasaguna. Halaman 153 - 154.
Syaifuddin RAe, 2001. Fungsi Tuhuh
Halaman 136 - 137, 149 - 150.
Manusia.
Jakarta
: Widya
medika.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 1991. Ohat-ahat Penting, Khasiat, Penggunaan,
dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Sehiedam. Halaman 221- 228.
34