Pengaruh Minyak Kelapa Murni Terhadap Peningkatan Stamina Pada Mencit (Mus Musculus)

(1)

iv

PENGARUH MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

PENINGKATAN STAMINA PADA MENCIT

(Mus musculus)

SKRIPSI

OLEH:

DWI PERTIWI

NIM 131524086

PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

v

2015

PENGARUH MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

PENINGKATAN STAMINA PADA MENCIT

(Mus musculus)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DWI PERTIWI

NIM 131524086

PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

vi

2015

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

PENINGKATAN STAMINA MENCIT (Mus musculus)

as OLEH: DWI PERTIWI NIM 131524086

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 3 September 2015

Pembimbing I,

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP 195006071979031001

Panitia Penguji,

Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP 195006071979031001

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt. NIP 197803142005011002

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. NIP 198005202005012006 Pembimbing II,

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197806032005012004

Medan, September 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Pengaruh Minyak Kelapa Murni Terhadap Peningkatan Stamina pada Mencit (Mus musculus)”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt. selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt dan Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, M.Si., Apt. selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Suprayitno dan Ibunda tercinta Hj. Nurmala Matondang S.pd. serta ucapan terima kasih penulis kepada Kakak dan Adik tercinta Maulidya Sari,


(5)

v

SP. dan Tri Nur Putri serta teman-teman yang selalu mendoakan, memberi saran, menyayangi dan memotivasi penulis. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda dan pahala serta keberkahan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, September 2015 Penulis,


(6)

vi

PENGARUH MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP PENINGKATAN STAMINA MENCIT (Mus musculus)

ABSTRAK

Minyak kelapa murni adalah minyak lemak yang tersusun oleh asam lemak yang didominasi oleh asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceride=MCT) berbeda dengan minyak kelapa sawit yang didominasi oleh lemak rantai panjang (Long Chain Triglyceride=LCT). Minyak kelapa murni cepat dicerna serta cepat diabsorpsi dan masuk ke dalam hati sehingga dapat meningkatkan metabolisme dan stamina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek peningkatan stamina dari minyak kelapa murni yang dibandingkan dengan minyak kelapa sawit dengan berbagai dosis yang diberikan secara akut.

Dalam penelitian ini menggunakan minyak kelapa murni merek AZMI® dan minyak kelapa sawit merek SUNCO®. Data peningkatan stamina didapatkan dari kapasitas ketahanan berenang hewan uji berjumlah 40 ekor mencit yang dibagi menjadi 8 kelompok. Sebelum penelitian, dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu dan uji motorik untuk menyeragamkan kemampuan berenang. Pemberian perlakuan terdiri dari kontrol negatif (akuades 1% bb), minyak kelapa murni (dosis 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,4 ml/20 g bb), minyak kelapa sawit dengan dosis yang sama dengan minyak kelapa murni dan kontrol positif (kafein 13 mg/kg bb).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin baik stamina yang dihasilkan. Rata-rata waktu berenang mencit pada pemberian minyak kelapa murni dosis 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,4 ml/20 g bb adalah 339 detik; 372,4 detik; 551,8 detik. Rata-rata waktu berenang mencit pada pemberian minyak kelapa sawit dosis 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb, 0,4 ml/20 g bb adalah 194,8 detik; 216,4 detik, 254 detik. Akuades (kontrol negatif) 182,4 detik dan kafein 13 mg/kg bb (kontrol positif) 591 detik. Data yang diperoleh di analisa secara statistik menggunakan metode ANOVA satu arah. Maka dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa murni dapat meningkatkan stamina lebih baik dibandingkan dengan minyak kelapa sawit.

Kata Kunci: minyak kelapa murni, minyak kelapa sawit, peningkatan stamina, uji ketahanan berenang.


(7)

vii

THE EFFECT OF VIRGIN COCONUT OIL TO INCREASE STAMINA IN MICE (Mus musculus)

ABSTRACT

Virgin coconut oil is an oil which composed of fatty acid and dominated by medium chain triglyceride (MCT) different from palm oil which dominated by long chain triglyceride (LCT). Virgin coconut oil is rapidly digested and quickly absorbed then go into liver so that it can increase metabolism and stamina. The purpose of this research is to know stamina enhancement effect from virgin coconut oil which compared palm oil with various dose and be given in acute.

In this research is use AZMI® for virgin coconut oil trading name and SUNCO® for palm oil trading name. Stamina enhancement data be found from swimming endurance capacity from 40 mice animal testing and be divided into 8 groups. Before this research, acclimatization has been done during one week and motoric test to homogenize swimming ability. Giving treatment consist of negative control (aquadest 1% bw), virgin coconut oil (dosage of 0.1 ml/20 g bw, 0.2 ml/20 g bw, 0.4 ml/20 g bw), palm oil with the same dose given as virgin coconut oil and positive control (caffein 13 mg/kg bw).

Research result shows that higher dose associated with better stamina. Average swimming time of mice on giving virgin coconut oil dose of 0.1 ml/20 g bw, 0.2 ml/20 g bw, 0.4 ml/20 g bw are 339 seconds, 372.4 seconds, 551.8 seconds. Average swimming time of mice on giving palm oil dose of 0.1 ml/20 g bw, 0.2 ml/20 g bw, 0.4 ml/20 g bw are 194.8 seconds, 216.4 seconds, 254 seconds. Aquadest (negative control) is 182.4 seconds and caffein 13 mg/kg bw (positive control) is 591 seconds. Data obtained analyzed statistically use one way ANOVA method. So can be concluded that virgin coconut oil can increase the stamina better than palm oil.

Keywords: virgin coconut oil, palm oil, increased stamina, endurance swimming test.


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Kerangka Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Stamina ... 5

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stamina ... 5

2.2.1 Genetik ... 5

2.2.2 Usia ... 6


(9)

ix

2.2.4 Aktivitas Fisik ... 7

2.2.5 Asupan Zat Gizi ... 7

2.2.6 Status Gizi ... 7

2.3 Bahan-bahan yang Dapat Meningkatkan Stamina ... 8

2.3.1 Kafein ... 8

2.3.2 Karnitin ... 9

2.3.3 Gingseng ... 10

2.3.4 Temu Giring ... 11

2.3.5 Pronojiwo ... 11

2.3.6 Kreatin ... 12

2.3.7 Beta-Hidroksi-Beta-Metil Butirat ... 12

2.3.8 Trigliserida Rantai Menengah ... 12

2.4 Lemak ... 14

2.4.1 Minyak Kelapa Murni ... 17

2.4.2 Minyak Kelapa Sawit ... 18

2.5 Efek Peningkatan Stamina dari Berbagai Bahan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Alat dan Bahan ... 22

3.4 Prosedur Penelitian ... 23

2.4.1 Pembuatan Larutan Kafein ... 23

2.4.2 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji ... 23


(10)

x

3.6 Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Uji Aklimatisasi ... 27

4.2 Uji Motorik Sebelum Perlakuan ... 28

4.3 Pengaruh Dosis Perlakuan Terhadap Peningkatan Stamina ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.4 Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kelapa Murni dan

Minyak Kelapa Sawit ... 15

2.5 Efek Peningkatan Stamina dari Berbagai Bahan ... 21

4.1 Berat Badan Hewan Uji Selama Aklimatisasi ... 27

4.2 Uji Motorik Hewan Uji Sebelum Penelitian ... 28


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ... 5 2.4 Perbedaan Metabolisme MCT dan LCT ... 16 4.1 (a) Pengaruh Konsentrasi Terhadap Peningkatan Stamina

(diagram) ... 30 4.1 (b) Pengaruh Konsentrasi Terhadap Peningkatan Stamina


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan ... 36

2. Perhitungan dosis untuk pemberian oral ... 37

3. Data berat badan selama masa adaptasi dan uji motorik ... 40

4. Data ketahanan berenang hewan uji ... 43

5. Rekomendasi persetujuan etik penelitian ... 45

6. Gambar ... 46

7. Data orientasi ... 50


(14)

vi

PENGARUH MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP PENINGKATAN STAMINA MENCIT (Mus musculus)

ABSTRAK

Minyak kelapa murni adalah minyak lemak yang tersusun oleh asam lemak yang didominasi oleh asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglyceride=MCT) berbeda dengan minyak kelapa sawit yang didominasi oleh lemak rantai panjang (Long Chain Triglyceride=LCT). Minyak kelapa murni cepat dicerna serta cepat diabsorpsi dan masuk ke dalam hati sehingga dapat meningkatkan metabolisme dan stamina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek peningkatan stamina dari minyak kelapa murni yang dibandingkan dengan minyak kelapa sawit dengan berbagai dosis yang diberikan secara akut.

Dalam penelitian ini menggunakan minyak kelapa murni merek AZMI® dan minyak kelapa sawit merek SUNCO®. Data peningkatan stamina didapatkan dari kapasitas ketahanan berenang hewan uji berjumlah 40 ekor mencit yang dibagi menjadi 8 kelompok. Sebelum penelitian, dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu dan uji motorik untuk menyeragamkan kemampuan berenang. Pemberian perlakuan terdiri dari kontrol negatif (akuades 1% bb), minyak kelapa murni (dosis 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,4 ml/20 g bb), minyak kelapa sawit dengan dosis yang sama dengan minyak kelapa murni dan kontrol positif (kafein 13 mg/kg bb).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin baik stamina yang dihasilkan. Rata-rata waktu berenang mencit pada pemberian minyak kelapa murni dosis 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,4 ml/20 g bb adalah 339 detik; 372,4 detik; 551,8 detik. Rata-rata waktu berenang mencit pada pemberian minyak kelapa sawit dosis 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb, 0,4 ml/20 g bb adalah 194,8 detik; 216,4 detik, 254 detik. Akuades (kontrol negatif) 182,4 detik dan kafein 13 mg/kg bb (kontrol positif) 591 detik. Data yang diperoleh di analisa secara statistik menggunakan metode ANOVA satu arah. Maka dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa murni dapat meningkatkan stamina lebih baik dibandingkan dengan minyak kelapa sawit.

Kata Kunci: minyak kelapa murni, minyak kelapa sawit, peningkatan stamina, uji ketahanan berenang.


(15)

vii

THE EFFECT OF VIRGIN COCONUT OIL TO INCREASE STAMINA IN MICE (Mus musculus)

ABSTRACT

Virgin coconut oil is an oil which composed of fatty acid and dominated by medium chain triglyceride (MCT) different from palm oil which dominated by long chain triglyceride (LCT). Virgin coconut oil is rapidly digested and quickly absorbed then go into liver so that it can increase metabolism and stamina. The purpose of this research is to know stamina enhancement effect from virgin coconut oil which compared palm oil with various dose and be given in acute.

In this research is use AZMI® for virgin coconut oil trading name and SUNCO® for palm oil trading name. Stamina enhancement data be found from swimming endurance capacity from 40 mice animal testing and be divided into 8 groups. Before this research, acclimatization has been done during one week and motoric test to homogenize swimming ability. Giving treatment consist of negative control (aquadest 1% bw), virgin coconut oil (dosage of 0.1 ml/20 g bw, 0.2 ml/20 g bw, 0.4 ml/20 g bw), palm oil with the same dose given as virgin coconut oil and positive control (caffein 13 mg/kg bw).

Research result shows that higher dose associated with better stamina. Average swimming time of mice on giving virgin coconut oil dose of 0.1 ml/20 g bw, 0.2 ml/20 g bw, 0.4 ml/20 g bw are 339 seconds, 372.4 seconds, 551.8 seconds. Average swimming time of mice on giving palm oil dose of 0.1 ml/20 g bw, 0.2 ml/20 g bw, 0.4 ml/20 g bw are 194.8 seconds, 216.4 seconds, 254 seconds. Aquadest (negative control) is 182.4 seconds and caffein 13 mg/kg bw (positive control) is 591 seconds. Data obtained analyzed statistically use one way ANOVA method. So can be concluded that virgin coconut oil can increase the stamina better than palm oil.

Keywords: virgin coconut oil, palm oil, increased stamina, endurance swimming test.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Stamina merupakan salah satu komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Stamina memiliki manfaat untuk menjaga atau bertahan terhadap kelelahan serta meningkatkan kinerja seseorang dalam melaksanakan berbagai macam aktifitas. Ada beberapa komponen yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang dapat meningkatkan stamina, antara lain alkaloid yang terdapat pada tumbuhan cabe jawa dan lada hitam. Flavonoid yang terdapat pada temu giring dan pegagan. Ginsenosida yang terdapat pada ginseng, kafein yang terdapat pada biji cola. Karnitin, kreatin, beta – hidroksi- beta – metilbutirat (HMB) pada daging hewan serta trigliserida rantai menengah (Medium Chain Triglycerides=MCT) yang terdapat pada minyak inti sawit (Palm Kernel Oil=PKO) dan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil=VCO) (Hapsari, 2011; Sumarny dan Shandiutami, 2013; Fushiki, et al., 1994; Nurhayati, 2013; Hermayanti, 2013; Watson, 2003).

VCO merupakan minyak lemak yang tersusun atas asam lemak yang didominasi oleh asam lemak rantai sedang sehingga VCO termasuk ke dalam MCT, di rongga mulut dan di lambung akan diuraikan menjadi asam lemak bebas rantai pendek dan sedang, diasilgliserida (DAG) dan monoasilgliserida (MAG). Hasil penguraian ini cepat diserap dan melalui vena porta segera sampai ke hati sehingga menyediakan energi dalam waktu singkat dan merangsang metabolisme untuk mempertahankan stamina, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang (Long Chain Triglycerides=LCT) seperti minyak kelapa sawit,


(17)

2

mengalami proses yang lebih rumit. LCT tidak diuraikan di dalam lambung, tetapi akan diproses sesudah sampai pada usus halus sehingga minyak kelapa sawit dapat memicu arteriosklerosis dan berisiko menimbulkan penyakit jantung koroner (Silalahi, 2012; Marten, et al., 2006).

Peningkatan kapasitas daya tahan berenang mencit yang diberikan diet MCT pada pemberian kronik (pemberian terus-menerus) selama 6 minggu memberikan peningkatan daya tahan (stamina) paling baik yaitu pada pemberian dosis 80 g/kg bb memberikan ketahanan berenang selama 36,16 menit. Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian mengenai MCT yang terdapat di dalam minyak alami seperti minyak kelapa murni yang akan diberikan pada hewan uji mencit secara pemberian akut (sekali pemberian) (Fushiki, et al., 1994).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian adalah

a. Apakah minyak kelapa murni (MCT) dan minyak kelapa sawit (LCT) dapat meningkatkan stamina mencit pada pemberian akut.

b. Bagaimanakah perbandingan stamina yang dihasilkan oleh minyak kelapa murni (MCT) dengan minyak kelapa sawit (LCT).


(18)

3

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Minyak kelapa murni (MCT) dan minyak kelapa sawit (LCT) secara akut dapat meningkatkan stamina.

b. Minyak kelapa murni memiliki kemampuan meningkatkan stamina lebih baik dibandingkan dengan minyak kelapa sawit.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

a. Efek peningkatan stamina oleh minyak kelapa murni dibandingkan dengan minyak kelapa sawit yang diberikan secara akut.

b. Perbandingan stamina yang dihasilkan pada pemberian minyak kelapa murni dengan minyak kelapa sawit.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang khasiat minyak kelapa murni sehingga dapat digunakan sebagai minuman fungsional.


(19)

4

1.6Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian

Aklimatisasi selama 1 minggu

Uji motorik berenang sebelum perlakuan

Minyak Kelapa Murni (0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,4 ml/20g bb)

Minyak Kelapa sawit (0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,4 ml/20g bb)

Akuades (1% bb)kontrol

negatif

Larutan kafein (13 mg/kg bb)kontrol positif

Kapasitas

berenang mencit setelah diberikan perlakuan

(dimulai fase struggling sampai fase floating)


(20)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stamina

Stamina adalah kemampuan daya tahan yang lama pada organisme untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu. Adapun definisi lain stamina adalah kekuatan dan energi fisik seseorang yang memungkinkan dapat bertahan dalam kerja atau dalam kesehatan tubuh; daya tahan; ketabahan dan ketahanan mental; keuletan (Ariadi, 2012; Dept. Pendidikan Nasional, 2005). Aktivitas stamina dilakukan dalam intensitas yang tinggi (kecepatan tinggi, frekuensi tinggi, dan menggunakan kekuatan). Paru-paru, jantung, pusat saraf, dan otot bekerja berat dalam hal meningkatkan stamina (Ariadi, 2012).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stamina

Beberapa faktor yang mempengaruhi stamina antara lain keturunan atau genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, asupan zat gizi, dan status gizi.

2.2.1 Genetik

Keturunan dan genetik merupakan sifat-sifat spesifik yang ada di dalam tubuh seseorang sejak lahir. Sifat-sifat ini terutama berpengaruh pada komposisi serabut otot dan komposisi tubuh. Faktor keturunan terhadap tipe serat otot, denyut jantung yang mempengaruhi stamina dapat diubah dengan latihan kebugaran. Sebuah penelitian menyatakan bahwa 70% VO2max ditentukan oleh

faktor genetik. VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi

selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan (Hapsari, 2011; Ariadi, 2012).


(21)

6

2.2.2 Usia

Semakin bertambahnya usia semakin rendah kekuatan stamina. Hal ini ditandai adanya penurunan otot kaki dan punggung sekitar 25% pada usia 20 – 30 tahun dan 25 – 55% penurunan otot lengan pada usia 30 – 80 tahun. Penurunan ini disebabkan penurunan massa otot pada usia lanjut. Pada usia lanjut massa lemak bebas menurun hingga 15% pada usia 50 tahun. Perubahan komposisi berhubungan dengan rendahnya aktivitas fisik, asupan makanan, dan perubahan hormonal khususnya pada wanita. Pada anakanak stamina akan bertambah 5 -10% seiring dengan peningkatan tinggi badan dan kekuatan otot sebelum masa pubertas pada usia 6 – 12 tahun. Puncak nilai VO2max dicapai kurang lebih pada

usia 18-20 tahun. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun. Penurunan rata-rata VO2max per tahun adalah 0,46 ml/menit/kg untuk

pria (1,2%) dan 0,54 ml/menit/kg untuk wanita (1,7%) (Hapsari, 2011; Ariadi, 2012).

2.2.3 Jenis Kelamin

Sebelum pubertas tidak ada perbedaan kekuatan stamina antara laki-laki dan perempuan. Setelah usia pubertas kekuatan stamina pada wanita lebih rendah 15 – 25% dari pria. Perbedaan tersebut disebabkan adanya hubungan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh (kegemukan dapat mengurangi VO2max),

jumlah hemoglobin (oksigen berikatan dengan sel darah merah maka kadar oksigen dalam darah ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia), kapasitas paru-paru dan lain-lain. Kekuatan stamina setelah pubertas lebih tinggi pada pria karena terjadinya peningkatan sekresi hormon testosteron yang berhubungan dengan bertambahnya massa otot. Mulai usia 10 tahun, VO2max laki-laki menjadi


(22)

7

lebih tinggi 12% dari perempuan. Pada usia 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada usia 16 tahun VO2max laki-laki 37% lebih tinggi dibanding perempuan

(Hapsari, 2011; Ariadi, 2012).

2.2.4 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang diproduksi oleh kontraksi otot. Latihan aktivitas fisik yang intensif dapat meningkatkan stamina dan VO2max. Latihan fisik yang efektif meliputi durasi, frekuensi, intensitas

tertentu. Kegiatan dan latar belakang latihan fisik seseorang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kekuatan stamina. Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama otot pernapasan menyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat istirahat (Ariadi, 2012).

2.2.5 Asupan Zat Gizi

Ketersediaan zat gizi seperti karbohidrat, protein, dan lemak berpengaruh terhadap kebugaran tubuh karena ketiga zat gizi tersebut menyediakan energi yang dibutuhkan dalam beraktivitas agar tidak terjadi kelelahan. Diet tinggi karbohidrat kompleks meningkatkan kapasitas ketahanan dalam memproduksi glikogen sehingga dapat mencegah kelelahan akibat latihan yang intensif. Meningkatkan kontribusi asam lemak rantai sedang sebelum melakukan latihan intensif dapat meningkatkan energi yang dihasilkan. Walaupun protein fungsi utamanya bukan sebagai sumber energi tetapi berperan dalam membangun struktur dasar jaringan otot (Hapsari, 2011).

2.2.6 Status Gizi

Status gizi merupakan gambaran keadaan kesehatan seseorang tentang perkembangan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement)


(23)

8

untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. Status gizi yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki hubungan yang negatif dengan kebugaran, yang berarti semakin tinggi IMT seseorang maka semakin rendah skor tes keburagan tubuhnya. Namun apabila dilakukan latihan yang intensif faktor status gizi dapat diabaikan (Hapsari, 2011). IMT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IMT =

Berdasarkan National Institutes of Health, individu dengan IMT: - Kurang dari 18,5 dianggap kekurangan bobot badan - 18,5 hingga 24,9 dianggap memiliki bobot normal - 25 hingga 29,9 dianggap kelebihan bobot badan - 30 ke atas digolongkan sebagai gemuk

- 40 ke atas digolongkan sebagai sangat gemuk (Ansel dan Prince, 2004).

2.3 Bahan-bahan yang Dapat Meningkatkan Stamina

Ada beberapa komponen yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan, yang dapat meningkatkan stamina, antara lain alkaloid, flavonoid, ginsenosida, kafein, kreatin, karnitin, beta hidroksi-beta metil butirat (HMB), serta trigliserida rantai menengah (Sumarny dan Shandiutami, 2013; Fushiki, et al., 1994; Nurhayati, 2013; Hermayanti, 2013; Watson, 2003).

2.3.1 Kafein

Sumber utama penghasil kafein adalah kopi, teh, coklat, dan minuman ringan kafein yang dikembangkan sebagai minuman energi. Kafein digunakan untuk meningkatkan aktivitas atau kinerja dengan menstimulasi sistem saraf pusat


(24)

9

(Central Nervous System=CNS) dan memfasilitasi percepatan produksi pada otot. Sebagai penstimulasi CNS, kafein khususnya mempengaruhi persepsi usaha, rasa kantuk, dan meningkatkan kewaspadaan. Penelitian di laboratorium menemukan bahwa kafein dengan konsentrasi 3 – 13 mg/kg massa tubuh digunakan satu jam sebelum atau selama latihan dapat meningkatkan stamina atau daya tahan sehingga dapat meningkatkan kinerja waktu latihan (Larson and Meyer, 2007).

Pada umumnya kafein sebagai antagonisme reseptor adenosin. Adenosin adalah neurotransmiter yang bekerja mengaktifkan reseptor A1 sehingga

menghambat proses lipolisis. Karena senyawa kafein dan adenosin memiliki struktur yang hampir sama maka kafein memiliki potensi untuk menduduki reseptor adenosin sehingga lipolisis berlangsung. Apabila lipolisis berlangsung maka asam lemak bebas akan meningkat sehingga terjadi penundaan pemakaian glikogen sebagai sumber energi oleh karena itu dapat memperbaiki stamina dan menunda kelelahan. Kafein dinyatakan sebagai agen yang dapat meningkatkan kinerja daya tahan atau stamina namun kafein memiliki efek samping dapat meningkatkan denyut jantung, meningkatkan tremor atau agitasi psikomotorik yaitu suatu gangguan motorik dimana terjadi peningkatan aktivitas motorik diluar kesadaran (Watson, 2003).

2.3.2 Karnitin

Karnitin (β- hidroksi-γ-trimetilamonium butirat) merupakan senyawa yang tersebar luas dan melimpah di otot. Karnitin bekerja pada proses siklus metabolisme lemak. Siklus ini berupa penyampaian asam lemak menjadi energi tubuh, aktivasi asam lemak rendah dan proses oksidasi di dalam mitokondria dapat bekerja tidak bergantung pada karnitin kecuali asam lemak rantai panjang


(25)

10

yang harus bergantung dengan karnitin agar dapat menembus interna mitokondria untuk dapat dioksidasi. Karnitin diperoleh dari daging dan produk-produk olahan susu tetapi tidak ditemukan pada tumbuhan. Tubuh memproduksi karnitin dari asam amino lisin dan metionin yang disintesis di hati dan ginjal dalam jumlah kecil sehingga membutuhkan asupan dari luar sekitar 2 - 6 g/hari (Larson and Meyer, 2007; Murray, 2001).

2.3.3 Gingseng

Gingseng (Panax schinsen) termasuk famili Araliaceae yang berasal dari China dan Korea. Gingseng dianggap sebagai adaptogenik, stimulan herbal dengan sifat aprodisiaka yang merupakan bahan utama dalam ramuan tradisional Cina. Digunakan untuk memulihkan energi vital pada orang tua dan individu yang lemah karena sakit. Gingseng memiliki banyak khasiat seperti untuk jantung, imunitas, endokrin, sistem saraf pusat, yang berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas. Gingseng memiliki aktivitas spesifik dalam menurunkan stres, meningkatkan daya ingat, antioksidan, efek glikemik, dan anti tumor. Dalam sebuah penelitian, ginseng dapat meningkatkan kinerja daya tahan pada hewan percobaan yang dapat diamati setelah diberikan ginsenosida. Ginsenosida menstimulasi peningkatan pelepasan dopamin dan norepinefrin. Dopamin merupakan suatu neurotransmitter yang di bentuk di dalam otak yang berfungsi untuk mengatur pergerakan dan rasa senang sehingga efek stres yang ditimbulkan oleh kelelahan dapat berkurang. Norepinefrin bekerja untuk merelaksasi saluran udara di paru-paru dan meningkatkan pernapasan maka efek terengah-engah yang ditimbulkan oleh kelelahan dapat diatasi. Dopamin dan norepinefrin yang meningkat di dalam tubuh dapat menyebabkan hiperpolarisasi sehingga saraf otak


(26)

11

tidak peka terhadap impuls yang disampaikan oleh otot bahwa telah terjadi kelelahan (Watson, 2003).

2.3.4 Temu Giring

Temu giring (Curcuma heyneana Val.) termasuk famili Zingiberaceae telah teruji secara in vitro pada hewan uji mencit dapat meningkatkan ketahanan tubuh atau stamina. Kandungan utama temu giring berupa flavonoid yaitu kurkumin. Tanaman yang mengandung flavonoid dapat menghambat ATP untuk berikatan pada kanal kalsium ATPase sehingga menghambat penyerapan kalsium untuk masuk ke dalam retikulum sarkoplasma yaitu cairan sel otot yang berfungsi tempat miofibril dan miofilamen berada. Miofibril merupakan serat otot untuk dapat berkontraksi atau relaksasi sedangkan miofilamen merupakan otot yang memendek apabila berkontrasi yang dipengaruhi protein aktin dan memanjang apabila relaksasi yang dipengaruhi oleh protein miosin. Adanya hambatan ini menyebabkan kadar kalsium di sitosol kemudian berikatan dengan troponin yang bekerja mengatur kontraksi otot pada otot jantung dan otot rangka, ikatan dengan troponin ini yang akan menyebabkan kontraksi otot sehingga tidak terjadi kelelahan (Susilo, et al., 2013).

2.3.5 Pronojiwo

Pronojiwo (Euchresta horsfieldii Benn.) famili Fabaceae adalah salah satu jenis tanaman obat yang dapat ditemukan di pegunungan Tengger yang telah teruji secara in vitro pada mencit dapat meningkatkan stamina. Tanaman perdu dengan buah polong dan biji ini dikenal sebagai obat penguat tubuh dan telah diproduksi oleh industri jamu menjadi komoditas bernilai ekonomi dalam berbagai macam produk jadi. Akar dan batang pronojiwo mengandung flavonoid,


(27)

12

isoflavon, yang berfungsi sebagai anti mikroba dan antivirus. Pada biji mengandung alkaloid berupa sitosin dan matrin yang memiliki khasiat meningkatkan stamina. Alkaloid secara fisiologis dapat melancarkan peredaran darah pada saraf pusat (serebral) atau sirkulasi darah tepi (perifer) sehingga dapat menimbulkan efek tonikum (meningkatkan stamina) (Nurhayati, 2013).

2.3.6 Kreatin

Kreatin paling banyak ditemukan pada otot kerangka pada tubuh terutama sebagai kreatin posfat. Kreatin merupakan bentuk penyimpanan penting dari energi. Banyak penelitian telah menemukan bahwa suplemen kreatin pemberian oral efektif untuk meningkatkan massa tubuh satu sampai dua kilogram dan kinerja selama intensitas tinggi, durasi pendek pada saat latihan seperti latihan kekuatan yang dilakukan berulang, bersepeda dalam intensitas tinggi atau lari berjarak, berenang, dan meningkatkan daya tahan. Asupan kreatin dalam makanan sekitar 2 gram per hari pada daging karena kreatin banyak terdapat pada jaringan otot, kreatin juga diproduksi oleh tubuh yang berasal dari asam amino glisin, metionin dan arginin (Larson and Meyer, 2007).

2.3.7 Beta-hidroksi-beta-metil butirat

Beta-hidroksi-beta-metilbutirat (HMB) merupakan metabolit dari leusin yaitu asam amino rantai cabang yang mengatur metabolisme protein. HMB ditemukan dalam jumlah kecil pada beberapa makanan yang kaya akan protein seperti ikan dan susu. Tubuh dapat memproduksi HMB jika asupan protein dan asupan leusin mencukupi. HMB digunakan untuk meningkatkan kekuatan daya tahan atau stamina pada atlet tetapi tidak mengubah massa tubuh. HMB dianjurkan digunakan untuk atltet untuk mengurangi kekurangan protein dan


(28)

13

kerusakan otot terutama pada saat latihan dan pada latihan intensitas yang tinggi (Larson and Meyer, 2007).

2.3.8 Trigliserida Rantai Menengah

Trigliserida rantai menengah (MCT) merupakan suatu lemak yang tersusun dari asam lemak yang didominasi oleh asam lemak rantai sedang C6 – C12. Karena molekul MCT kecil, MCT langsung dihidrolisis sempurna menjadi monoasilgliserol dan MCFA (medium chain fatty acid) melalui lipase pada mulut dan lipase pada lambung. Absorbsi MCFA langsung dikirim ke hati melalui vena porta dan dapat melewati membran mitokondria tanpa karnitin sehingga lebih mudah diuraikan oleh β oksidasi dibandingkan LCT. MCFA dimetabolisme menjadi energi (stamina) siap pakai. MCT menghasilkan 8 Kcal per gram. MCT dapat dijadikan sebagai minuman fungsional yaitu serangkaian minuman meliputi produk segar dan utuh maupun produk olahan, yang diperkaya dan ditingkatkan mutunya sehingga menguntungkan bagi kesehatan dan mengurangi risiko penyakit pada konsumen (Che Man and Manaf, 2006; Silalahi, 2006).

Minuman fungsional berbeda dengan doping yang digunakan oleh para atlet untuk meningkatkan stamina selama latihan ataupun pertandingan. Doping adalah upaya meningkatkan prestasi berupa peningkatan stamina dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis. Doping berupa narkotik, obat golongan diuretik, golongan beta blocker, golongan anabolik maupun hormon yang berfungsi memacu otot untuk tetap bekerja bukan meningkatkan metabolisme dari tubuh sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada otot karena otot dipaksa untuk tetap berkontraksi, bersifat ketergantungan dan memiliki efek samping terhadap peningkatan dan


(29)

14

penurunan hormon di dalam tubuh serta penyakit yang berhubungan dengan ginjal dan kardiovaskular. Trigliserida rantai menengah tidak memiliki efek samping yang berarti. MCT dapat ditemukan pada minyak inti sawit dan minyak kelapa murni (Nosaka, et al., 2009; Budiawan, 2013).

2.4 Lemak

Lemak tersusun oleh trigliserida (triasilgliserol; TAG) berupa triester dari satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama ataupun berbeda, dengan reaksi kimia sebagai berikut:

H

R1-COOH HO-CH2 H – C – O – C – R1

R2- COOH + HO-CH  H – C – O – C – R2 + 3H2O

R3-COOH HO-CH2 H – C ’– O – C – R3

H

Asam Lemak Gliserol Trigliserida Air

Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi yang paling banyak adalah C-16 dan C-18. Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai, ada tidaknya ikatan rangkap, dan isomer trans-cis (Silalahi dan Nurbaya, 2011).

Berdasarkan jumlah ikatan rangkap, asam lemak terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh dapat dibagi menjadi dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (mono unsaturated fatty acids, MUFA), dan asam


(30)

15

lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) (Silalahi dan Nurbaya, 2011).

Asam lemak berdasarkan panjang rantai karbon meliputi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids, SCFA) mengandung jumlah atom karbon C-4 sampai dengan C-8 asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA) mengandung atom karbon C-10 sampai dengan C-12, asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids, LCFA) mengandung jumlah atom karbon C-14 atau lebih (Silalahi dan Nurbaya, 2011). Berdasarkan komposisi dari suatu lemak, lemak dibedakan menjadi MCT dan LCT. MCT terdapat pada minyak inti sawit dan minyak kelapa. Sedangkan LCT terdapat di dalam hampir semua minyak-minyak yang beredar di pasaran seperti minyak-minyak kelapa sawit. Kandungan asam lemak yang terdapat pada minyak kelapa murni dengan minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kelapa Murni dengan Minyak

Kelapa Sawit per 100 gram

Kandungan Minyak Kelapa

Murni

Minyak Kelapa Sawit Medium chain fatty acids (MCFA)

Asam kaprilat (C-8) 8 gram 0

Asam kaprat (C-10) 10 gram 0

Asam laurat (C-12) 48 gram 0

Long chain fatty acids (LCFA)

Asam miristat (C-14) 17 gram 1,4 gram

Asam palmitat (C-16:1) 9 gram 40,1 gram

Asam stearat (C-18) 2 gram 5,5 gram

Asam oleat (C-18:1) 6 gram 42,7 gram

Asam linoleat (C-18:2) 2 gram 10,3 gram


(31)

16

Karakteristik kimia, fisika, dan biokimia (metabolisme) dari suatu lemak ditentukan oleh komposisi asam lemak dan juga oleh posisi stereospesifik numering (sn-1, sn-2 dan sn-3) asam lemak (triasilgliserol) (Silalahi dan Nurbaya, 2011). Metabolisme MCT dan LCT dalam bentuk asam lemaknya dapat dilihat pada Gambar 2.4 (Sumber: Silalahi dan Nurbaya, 2011).

Gambar 2.4. Perbedaan Metabolisme MCT dan LCT

Proses metabolisme MCT dan LCT pada Gambar 2.4 menunjukkan bahwa MCT di dalam mulut dan lambung akan dihidrolisis oleh lingual lipase dan gastrik lipase menjadi MCFA, DAG, MAG. Lingual lipase dan gastrik lipase spesifik untuk menghidrolisis lemak rantai pendek dan lemak rantai sedang. MCFA, DAG, MAG masuk ke dalam usus halus untuk melanjutkan hidrolisis. MCFA, DAG, MAG akan lebih mudah berinteraksi dengan media air dalam darah sehingga

Lingual lipase air liur

Gastrik lipase

MCFA, LCFA, 2-MAG Pankreatik lipase MCFA, MAG, DAG, SCFA Hati Jantung MCFA (≤C12) Lambung TAG Usus halus Jaringan

Lapisan mukosa usus

MCFA (≤C12) Sistem limpatik Mulut MCFA, MAG, DAG MCFA (≤C12)


(32)

17

dapat langsung diserap melalaui vena porta menuju hati untuk dioksidasi menjadi energi (Silalahi dan Nurbaya, 2011).

Lingual lipase dan gastrik lipase tidak spesifik untuk LCT maka LCT sampai lumen usus halus diemulsifikasikan oleh pankreas lipase menjadi asam lemak bebas (free fatty acid, FFA). FFA di dalam mukosa usus halus diubah kembali menjadi trigliserida. Trigliserida untuk meningkatkan kelarutannya di dalam tubuh maka berikatan dengan protein sehingga disebut dengan cylomicron (lipoprotein). Cylomicron melalui saluran getah bening masuk ke dalam aliran darah. Di dalam aliran darah lemak atau trigliserida dapat melekat di dinding-dinding pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan risiko arterosklerosis. Setelah melalui sirkulasi darah menuju hati untuk dioksidasi. Hasil oksidasi berupa energi, kolesterol dan sisa lemak yang disimpan dalam jaringan lemak. Penimbunan terus-menerus dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas sehingga beresiko tinggi terkena hipertensi, penyempitan pembuluh darah, serangan jantung, stroke, diabetes dan kanker (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

2.4.1 Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa berasal dari kelapa hijau (Cocos nucifera L.) famili Arecaceae. Berdasarkan bahan dan cara pembuatannya, ada dua jenis minyak yang dapat diperoleh dari daging buah kelapa. Minyak kelapa biasa diperoleh dari kopra yang dikeringkan di bawah sinar matahari pada udara terbuka serta terkontaminasi serangga dan pengotor sehingga harus di proses secara RDB (refining, bleaching, deodorizing) yaitu pemurnian, pemutihan, dan penghilangan aroma dengan cara pemanasan dan pemurnian dengan bahan kimia, tetapi minyak


(33)

18

kelapa murni merupakan minyak yang berasal dari kelapa segar tanpa proses pemanasan atau dengan pemanasan tidak lebih dari 60°C. Komposisi asam lemak VCO dan minyak kelapa tidak jauh berbeda. Akan tetapi, VCO karena dibuat tanpa pemanasan, masih mengandung antioksidan alami tidak dengan minyak kelapa biasa. Maka minyak kelapa biasa digunakan untuk menggoreng, sedangkan VCO biasanya langsung diminum sebagai makanan fungsional/makanan kesehatan (Gani dan Harlinawati, 2005; Sutarmi dan Rozaline, 2005).

VCO tidak berwarna (bening), tidak berasa, mempunyai aroma harum yang khas, titik cair 20 – 25°C, titik didih 225°C, tidak larut di dalam air tetapi larut dalam alkohol (1:1) serta komponennya terdiri dari asam lemak rantai menengah. Asam lemak rantai pendek dan rantai menengah merupakan sumber energi cepat bagi tubuh. Oleh sebab itu, apabila mengonsumsi minyak kelapa tubuh akan senantiasa enerjik, karena kebutuhan energi di dalam sel-sel tubuh tersuplai dengan cepat. Untuk suatu diet sehat, disarankan agar mengonsumsi VCO sekitar 200 kalori sehari atau sekitar 24 gram sehari, jumlah ini setara dengan 3 sendok makan sehari, untuk memperoleh hasil yang optimal sebaiknya para atlet mengonsumsi minyak kelapa murni sebagai kebiasaan sehari-hari tidak hanya digunakan sebelum atau selama pertandingan (Darmoyuwono, 2006; Gani dan Harlinawati, 2005).

2.4.2 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit berasal dari tumbuhan sawit (Elaeis guineensis Jacq.) famili Arecaceae. Minyak ini termasuk golongan LCT dan asam lemak tidak jenuh karena penyusun terbesar minyak kelapa sawit adalah asam oleat dan linoleat. Minyak kelapa sawit berwarna merah jingga karena kandungan


(34)

19

karotenoida (terutaman β karotena). Minyak kelapa sawit memiliki titik cair 31 – 41°C dan titik didih 308 – 360°C (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Asam lemak tidak jenuh apabila kontak dengan udara pada suhu cukup tinggi akan cepat teroksidasi, akibatnya akan mudah berbau tengik. Selain itu, apabila dipanaskan akan mengalami penggumpalan sehingga menjadi kental. Hal ini disebabkan posisi atom H berubah dari posisi cis menjadi trans (berseberangan). Kondisi minyak dalam posisi trans kurang baik dipakai sebagai minyak goreng karena akan memicu penyakit hipertensi, kanker, kolesterol, gangguan pembuluh darah, jantung, dan stroke (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

2.5 Efek Peningkatan Stamina dari Berbagai Bahan

Untuk mengetahui efek peningkatan stamina pada hewan uji digunakan beberapa metode ataupun alat pendukung seperti metode ketahanan berenang (natatory exhaustion), alat treadmill, dan alat rotarod (Matsumoto, et al., 1996; Sumarny dan Shandiutami, 2013; Hermayanti, 2013).

Metode ketahanan berenang (natatory exhaustion) merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi kapasitas stamina atau daya tahan dari mencit setelah dilakukan diet atau pemberian obat tertentu dengan menggunakan media air. Metode ketahanan berenang dilakukan dengan cara, akuarium yang berisi air dipasang pompa udara untuk menghasilkan arus air yang konstan. Posisi tubuh mencit diawal berenang yaitu tubuh berada sejajar dengan permukaan air. Kelelahan terjadi apabila tubuh mencit perlahan tenggelam atau tidak lagi sejajar dengan permukaan air dan terdapat banyak buih disekitar hewan uji karena nafas


(35)

20

yang terengah-engah. Ini berlangsung tidak lebih dari 7 detik (Matsumoto, et al., 1996).

Alat treadmill biasa digunakan untuk mengevaluasi kapasitas kerja atau stamina dari hewan uji rodensia (pengerat) seperti tikus dan hamster. Alat ini bekerja kurang efektif untuk rodensia yang lebih kecil seperti mencit. Alat treadmill tidak digunakan untuk mencit karena treadmill terlalu besar untuk ukuran mencit, untuk menghindari sengatan listrik, luka pada ekor mencit, frekuensi kecelakaan meningkat jika kecepatan lari ditingkatkan (Matsumoto, et al., 1996).

Alat rotarod biasa digunakan untuk analisa sediaan hipnotif-sedatif dan tonikum. Tonikum adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dapat memperkuat tubuh atau tambahan tenaga atau energi pada tubuh. Tonikum dapat meregangkan otot atau memperkuat sistem fisiologi tubuh sebagaimana halnya olahraga yang dapat memperkuat otot-otot, yaitu dengan meningkatkan kelenturan alami, sistem pertahanan tubuh. Alat pemutar rotarod dijalankan dengan kecepatan tertentu sehingga mencit atau tikus akan berusaha mencengkramkan kakinya untuk bertahan dengan meningkatkan koordinasi motorik agar tidak terjatuh pada saat batang rotarod berputar. Data yang diamati adalah durasi (lama) ketahanan mencit atau tikus di atas rotarod. Semakin jarang hewan uji terjatuh dari alat rotarod maka semakin baik efek peningkatan stamina yang diberikan oleh bahan uji. Sebaliknya, semakin sering hewan uji terjatuh dari alat rotarod maka semakin baik efek sediaan hipnotif-sedatif yang diberikan (Sumarny dan Sandhiutami, 2013; Hermayanti, 2013). Efek peningkatan stamina merupakan


(36)

21

perbandingan hasil setelah pemberian bahan uji dengan hasil kontrol negatif yang dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Efek Peningkatan Stamina dari Berbagai Bahan

Bahan Uji Metode Dosis Peningkatan Stamina

Sumber MCT

(kronik)

Natatory exhaustion

80 g/ kg bb 36,16 menit Fushiki, et al., 1994

MCT + LCT Natatory exhaustion

80 g/ kg bb + 20 g/kg bb

51,36 menit Fushiki, et al., 1994

Biji Pronojiwo

Natatory exhaustion

0,52 mg/20 g bb

9,52 menit Nurhayati, 2013 Lada hitam Rotarod 0,32 mg/20 g

bb

24,9 menit Sumarny dan

Sandhiutami, 2013 Gingseng Natatory

exhaustion

1,56 mg/20 g bb


(37)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental yaitu untuk melihat pengaruh dosis minyak kelapa murni dan minyak kelapa sawit pada mencit terhadap peningkatan stamina dengan uji ketahanan berenang.

a. Variabel bebas

i. Variasi dosis minyak kelapa murni dan minyak kelapa sawit ii. Kontrol positif menggunakan kafein

iii. Kontrol negatif menggunakan akuades b. Variabel terikat

Efek peningkatan stamina yang timbul pada mencit. Parameter peningkatan efek stamina adalah lamanya waktu berenang mencit.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2015 – April 2015.

3.3 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: akuarium kaca, syringe oral, labu tentukur 10 ml, stopwatch, animal box, spuit 1 ml, corong, pipet


(38)

23

tetes, neraca analitik, perkamen, spatula, termometer, pompa udara, timbangan mencit, hairdryer, dan penggaris.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: minyak kelapa murni (AZMI®), minyak kelapa sawit (SUNCO®), kafein BPFI (Baku Pembanding Farmakope Indonesia), dan akuades.

3.4Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Larutan Kafein

Larutan kafein konsentrasi 13 mg/kg bb dibuat dengan cara menimbang kafein secara seksama 13 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml lalu ditambahkan akuades sampai batas tanda dan dikocok sampai larut (Nurhayati, 2013).

3.4.2 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

1. Dipilih mencit dengan kriteria antara lain:

a. Kriteria yang akan dipilih yaitu: galur yang sama, jenis kelamin jantan dengan usia 2-3 bulan, bobot badan berkisar antara 20 – 40 gram, serta kondisi sehat (aktif dan tidak cacat).

b. Kriteria eliminasi yaitu apabila mencit tidak dapat berenang dengan baik, mencit mati selama masa adaptasi, bobot badan mencit menurun (dibawah 25 gram), mencit mati selama diberikan perlakuan.

2. Hewan uji yang telah dipilih berdasarkan kriteria tersebut, dipelihara dengan kondisi yang sama meliputi kandang, makanan, minuman, dan perlakuan-perlakuan lainnya. Aklimatisasi hewan uji dalam pemeliharaan


(39)

24

sekurang-kurangnya selama satu minggu sebelum hewan mendapatkan perlakuan. Hewan uji sebelum diberi perlakuan dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam namun tetap diberikan minum (Yulianita, et l., 2013). 3. Setelah selesai masa aklimatisasi, dilakukan uji motorik terhadap seluruh

mencit. Uji motorik tersebut bertujuan untuk menyeleksi mencit yang akan dijadikan objek dalam pengambilan data penelitian. Uji motorik dilakukan dengan cara merenangkan beberapa mencit sekaligus dalam akuarium kaca selama 10 menit (dapat dilihat pada Lampiran 3). Mencit yang tidak memiliki kemampuan berenang yang baik tidak disertakan dalam pengujian dan dalam pengambilan data (Yulianita, et al., 2013).

4.Sebelum diberikan perlakuan, mencit dipuasakan selama 12 jam, selanjutnya mencit ditimbang. Sampel diberikan secara oral dengan menyesuaikan volume pemberian terhadap berat badan mencit (dapat dilihat pada Lampiran 2). Setelah dilakukan pencekokan, 30 menit kemudian dilakukan uji ketahanan berenang (Nurhayati, 2013; Yulianita, et al., 2013).

3.5 Prosedur Pengujian

Sebelum penelitian dilakukan, telah dilakukan orientasi untuk menentukan konsentrasi yang tepat untuk pemberian VCO dan minyak kelapa sawit. Hewan uji dibagi menjadi 12 kelompok hewan uji. Masing masing terdiri dari 2 ekor hewan uji terdiri dari kelompok VCO 0,05 ml/20 g bb; 0,1 ml/20 g bb; 0,2 ml/20 g bb; 0,3 ml/20 g bb; 0,4 ml/20 g bb dan dosis yang sama untuk minyak kelapa sawit serta kelompok kontrol negatif akuades 1% bb dan kafein 13 mg/kgbb.


(40)

25

Hasil orientasi tersebut adalah dosis 0,05 ml/20 g bb untuk VCO dan minyak kelapa sawit tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif dan dosis 0,3 ml/20 g bb untuk VCO dan minyak kelapa sawit tidak berbeda signifikan dengan dosis 0,2 ml/20 g bb (dapat dilihat pada Lampiran 7).

Hewan uji dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Pemberian bahan uji dilakukan secara akut yaitu diberikan pada hewan uji sebanyak satu dosis, untuk satu kali pemberian. Kelompok I (kontol negatif) diberikan akuades 1% bb. Kelompok II diberikan VCO 0,1 ml/20 g bb. Kelompok III diberikan VCO 0,2 ml/20 g bb. Kelompok IV diberikan VCO 0,4 ml/20 g bb. Kelompok V (kontrol positif) diberikan kafein 13 mg/kg bb. Kelompok VI (pembanding) diberikan minyak kelapa sawit 0,1 ml/20 g bb. Kelompok VII diberikan minyak kelapa sawit 0,2 ml/20 g bb. Kelompok VIII diberikan minyak kelapa sawit 0,4 ml/20 g bb.

Selanjutnya mencit dimasukkan ke dalam akuarium kaca yang dilengkapi pompa udara, air diisi kedalam akuarium yang suhunya 28°C kemudian dibiarkan berenang sekuat tenaga ditandai dengan kepala dan kedua tungkai depan berada di atas permukaan air (struggling). Setelah itu mencit akan mengalami perubahan posisi berenang yang berarti mencit telah menunjukkan tanda kelelahan yang ditandai dengan posisi tubuh tidak lagi horizontal dengan permukaan air hingga posisi keempat kaki mencit lambat bergerak dan berhenti sekitar 7 detik di dalam air (floatting). Data diambil dengan mencatat lamanya mencit mengalami fase struggling dan floatting menggunakan stopwatch (dapat dilihat pada Lampiran 6) (Matsumoto, et al., 1996; Nurhayati, 2013).


(41)

26

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk test untuk mengetahui rata-rata data sampel terdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas dengan Levene test. Kemudian data yang normal dan homogen diuji statistik dengan Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Hal ini digunakan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dilihat dari parameter ketahanan berenang dari masing-masing kelompok perlakuan. Jika ada perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan Tukey test (Yulianita, et al., 2013).


(42)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Aklimatisasi

Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan yang memiliki bobot 20 – 40 gram sejumlah 40 ekor. Aklimatisasi dilakukan terhadap mencit selama satu minggu agar mencit dapat beradaptasi dengan lingkungan percobaan. Adaptasi yang baik dari mencit ditandai dengan perubahan berat badan konstan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Berat Badan Hewan Uji Selama Aklimatisasi

NO Kelompok Berat Badan (gram) (mean ± SD) n = 5 Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7 1 I 26,9 ± 6,10 27,7 ± 6,28 28,0 ± 6,57 2 II 31,2 ± 4,56 31,8 ± 4,65 31,8 ± 4,74 3 III 32,2 ± 2,27 33,8 ± 2,24 34,3 ± 2,22 4 IV 30,8 ± 3,59 31,6 ± 3,55 31,8 ± 3,32 5 V 27,4 ± 4,51 27,8 ± 3,97 28,2 ± 3,38 6 VI 31,3 ± 2,11 32,8 ± 1,63 32,5 ± 1,69 7 VII 31,9 ± 5,74 32,4 ± 5,93 32,4 ± 5,92 8 VIII 30,4 ± 4,28 31,1 ± 4,27 31,2 ± 4,25

Berdasarkan data diatas, dapat terlihat berat rata-rata badan mencit naik atau turun secara konstan yaitu sekitar 0,4 – 1,6 gram dan memiliki standar deviasi antar kelompok yang saling berdekatan yang berarti bahwa mencit telah mampu beradaptasi terhadap lingkungan percobaannya.


(43)

28

4.2 Uji Motorik Sebelum Perlakuan

Pengujian motorik awal dilakukan untuk mengetahui mencit yang memenuhi kriteria untuk pengujian ketahanan berenang. Kriteria berenang antara lain mencit mampu menggerakkan kedua kaki belakangnya dengan gerakan seimbang diikuti kedua kaki depan dan mampu mengapung di dalam air di awal durasi berenang. Hasil uji motorik mencit dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Uji Motorik Hewan Uji Sebelum Perlakuan

Kelompok Rata-rata waktu berenang (detik) ± SD n = 5

I 185,4 ± 8,018

II 180,4 ± 6,767

III 187,8 ± 7,823

IV 185,6 ±2,067

V 185,6 ± 5,458

VI 190,0 ± 6,595

VII 191,4 ± 6,066

VIII 186,7 ± 6,329

Dari data di atas, terlihat bahwa mencit antar kelompok telah memiliki ketahanan berenang yang relatif sama yaitu sekitar 180 detik. Pada penelitian Yulianita, et al., (2013), rata-rata waktu berenang mencit pada uji motorik awal adalah sekitar 4 menit atau 240 detik. Perbedaan waktu berenang pada uji motorik awal kemungkinan terjadi karena perbedaan waktu aklimatisasi yang dilakukan. Pada jurnal tersebut, dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu serta setiap 4 hari sekali mencit direnangkan untuk membiasakan mencit pada media air. Pada


(44)

29

penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan latihan ketahanan berenang sekali saja.

4.3 Pengaruh Dosis Perlakuan Terhadap Peningkatan Stamina

Hewan uji diberikan bahan uji antara lain minyak kelapa murni, minyak kelapa sawit dengan berbagai tingkat konsentrasi secara akut pemberian oral yaitu setelah pemberian perlakuan, mencit diistirahatkan selama 30 menit lalu diuji ketahanan berenangnya untuk melihat pengaruh pemberian setiap perlakuan dan membandingkan hasil antar kelompok perlakuan. Pengaruh konsentrasi pemberian minyak kelapa murni dan minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.3, Gambar 4.1 (a) – 4.1 (b).

Tabel 4.3. Pengaruh Dosis Bahan Uji (Perlakuan) Terhadap Peningkatan

Stamina

Perlakuan Lama Berenang (detik) ± SD n =5 Minyak Kelapa

Murni

Minyak Kelapa Sawit 0,1 ml/20 g bb 339 ± 7,496 a 194,8 ± 11,467 b 0,2 ml/20 g bb 372,4± 4,615 a 216,4 ± 7,681 a 0,4 ml/20 g bb 551,8 ± 16,278 a 254 ± 15,023 a 13 mg/kg bb kontrol positif

(kafein)

591 ± 20,408 a 182,4 ± 12,521 1 % bb kontrol negatif

(akuades)

Keterangan: a = Nilai signifikan beda bermakna dengan kontrol negatif


(45)

30

Gambar 4.1. (a) Pengaruh Konsentrasi Terhadap Peningkatan Stamina (diagram)

Gambar 4.1. (b) Pengaruh Konsentrasi Terhadap Peningkatan Stamina (grafik)

Keterangan: MKS = Minyak Kelapa Sawit

VCO = Virgin Coconut Oil (Minyak Kelapa Murni) Kontrol negatif = akuades 1 % bobot badan

Kontrol positif = kafein 13 mg/kg bb

Berdasarkan data pada Tabel 4.3, Gambar 4.1 (a) – 4.1 (b) dapat diketahui bahwa semua perlakuan memiliki waktu ketahanan berenang lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif (akuades) yaitu lebih besar dari 182,4 detik. Pada pemberian dosis 0,4 ml/20 g bb minyak kelapa murni memiliki ketahanan berenang sekitar 551,8 detik dan kafein sekitar 591 detik sedangkan ketahanan berenang pada pemberian dosis yang sama untuk minyak kelapa sawit 0,4 ml/20 g bb adalah 254 detik. Ini menunjukkan bahwa pemberian minyak kelapa murni


(46)

31

dosis paling tinggi memiliki efek peningkatan stamina yang hampir sama dengan efek stamina pada kontrol positif (kafein 13 mg/kg bb). Nilai signifikan antar kelompok yang dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (akuades) lebih besar dari 0,05 yang berarti data diatas adalah normal sehingga data dapat diolah secara statistik dengan uji parametrik Anova.

Uji ketahanan berenang digunakan untuk menguji efektivitas suatu zat ataupun sediaan yang bekerja sebagai stimulansia atau dapat meningkatkan stamina. Sebagai hewan uji dalam penelitian ini digunakan mencit (bukan makhluk air) yang akan mengerahkan tenaga untuk berenang sekuat-kuatnya, disebut fase struggling diikuti fase floating. MCT disampaikan dalam bentuk asam lemak bebas ke dalam darah lebih cepat daripada LCT. LCT direesterifikasi pada mukosa usus halus menjadi chylomicron yaitu gabungan dari LCT dan albumin yang masuk melalui saluran getah bening serta membutuhkan enzim karnitin untuk dapat masuk ke dalam mitokondria. MCT tidak berikatan dengan albumin karena MCT dalam bentuk asam lemak yang lebih mudah berinteraksi dengan air (polar), cepat diserap ke dalam vena porta langsung menuju hati dan masuk ke dalam membran mitokondria untuk dioksidasi menjadi energi sehingga MCT tidak diakumulasi di dalam jaringan adiposa. MCT dapat menurunkan endapan lemak pada jaringan adiposa dan dapat meningkatkan konsentrasi keton bodies di dalam darah. Konsentrasi keton bodies yang tinggi di dalam darah mengindikasikan bahwa oksidasi asam lemak tinggi, peningkatan oksidasi asam lemak berbanding lurus dengan peningkatan kapasitas daya tahan (stamina) (Fushiki, 1994; Che Man and Manaf, 2006).


(47)

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian diatas maka kesimpulan penelitian ini adalah a. Minyak kelapa murni dan minyak kelapa sawit secara akut dapat

meningkatkan stamina, semakin tinggi konsentrasi minyak lemak yang diberikan semakin kuat stamina yang dihasilkan.

b. Minyak kelapa murni dapat meningkatkan stamina lebih kuat dibandingkan dengan minyak kelapa sawit yang di ukur dengan kemampuan mencit berenang.

5.2 Saran

Sebaiknya pada penelitian selanjutnya menggunakan metode lain untuk membandingkan efek peningkatan stamina pada hewan uji seperti menggunakan alat rotarod untuk mencit dan dapat juga menggunakan treadmill running untuk hewan uji rodensia yang berukuran besar seperti marmut ataupun tikus..


(48)

33

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H., and Prince, S. J. (2004). Pharmaceutical Calculations: The Pharmacists Handbook. USA: Lippincott Williams and Wilkins Inc. Halaman 135.

Ariadi, I. (2012). Efektivitas Latihan Sirkuit dengan Periodisasi Jangka Pendek Terhadap Stamina pada Atltet PUSLAT KENDAL. Skripsi.. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Halaman 9, 46. Budiawan, M. (2013). Doping dalam Olahraga. Makalah Seminar. Bali: Jurusan Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Ganesha. Halaman 331-335. Che Man, Y., and Manaf, M. A. (2006). Medium-Chain Triacylglycerols. In:

(editor fereidoon) Nutraceutical and Specialty Lipids and Their Co-product. United State of America: Taylor and Francis Group. Halaman 27-28, 33.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 1123.

Darmoyuwono, W. (2006). Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Halaman 24-25, 52, 6.

Fatimah, F., Rorong, J., dan Gugule, S. (2012). Stabilitas dan Viskositas Produk Emulsi Virgin Coconut Oil-Madu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 23(1): 1-6.

Fushiki, T., Matsumoto, k., Inoue, K., Kawada, T., and Sugimoto, E. (1994). Swimming Endurance Capacity of Mice Is Increased by Chronic Consumption of Medium Chain Triglycerides. Jurnal of Japan Institute of Nutrition 22(3166): 531-539.

Gani, Zainal dan Harlinawati, Yuni. (2005). Bebas Segala Penyakit dengan VCO. Jakarta: Puspa Swara. Halaman 4, 6, 36-37.

Hapsari, P. W. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Daya Tahan Otot yang Diukur Menggunakan Tes Sit-up Selama 30 Detik pada Anak Sekolah Dasar SDN Pondok Cina 03. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Halaman 9-20.

Hermayanti. (2013). Uji Efek Tonikum Ekstrak Daun Ceguk (Quisqualis indica L.) Terhadap Hewan Uji Mencit (Mus muscullus). Jurnal Bionature 14(2): 95-99.

Larson, E and Meyer. (2007). Vegetarian Sports Nutrition. United Stated of America: Human Kinetics Press. Halaman 143-148


(49)

34

Mangoensoekarjo, S dan Semangun, H. (2008). Managemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 321-323. Matsumoto, K., Ishihara, K., Tanaka, K., Inoue, K., and Fushiki, T. (1996). An

Adjustable-current Swimming Pool For The Evaluation of Endurance Capacity of Mice. Journal of Applied Phyiology 81(4): 1843-1849.

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., and Rodwell, V. W. (2001). Harper’s Biochemistery. London: Appleton and Lange Inc. Halaman 225-226.

Nurhayati, R. (2013). Uji Efek Tonikum Sediaan Sirup Dari Serbuk Biji Pronojiwo (Kopsia fructicosa), Buah Cabe Jawa (Piper retrofactum), dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale) Terhadap Mencit Jantan Putih (Mus muscullus). Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Halaman 3-5.

Marten, B., Pfeuffer, M., and schrezenmeir, J. (2006). Medium-Chain Triglycerides. International Dairy Journal 16(4): 1375-1379.

Nosaka, N., Suzuki, Y., Nagatoishi, A., Kasai, M., Wu, J., and Taguchi, M. (2008). Effect of Ingestion of Medium-Chain Triacylglycerols on Moderate and High-Intensity Exercise in Recreational Athletes. Journal Nutraseutical Science Vitaminol 55(6): 120-125.

Rindengan, B dan Novarianto, H. (2004). Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Jakarta: Penerbit Swadaya. Halaman 59-64.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 18.

Silalahi, J., dan Nurbaya, S. (2011). Komposisi, Distribusi, dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa dan Kelapa Sawit. Makalah seminar. Medan: Departemen Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 3-5.

Silalahi, J. (2012). Manfaat minyak Kelapa Untuk Meningkatkan Kesehatan. Dalam: (editor Subhilhar) Pemikiran Guru Besar Universitas Sumatera Utara dalam Pembangunan Nasional. Medan: USU Press. Halaman 168-172.

Sumarny, R., Rahayu, L., dan Sandhiutami, N. (2013). Efek Stimulansia Infus Lada Hitam (Piperis nigri fructus) pada Mencit. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 11(2): 142-146.

Susilo, J., Erwiyani, A. R., dan Imani, W. (2013). Uji Efek Tonikum Dekota Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp) pada Mencit Jantan Swiss Webster . Makalah. Semarang: Fakultas MIPA Jurusan


(50)

35

Biologi Universitas Diponegoro. www.perpusdiponegoro.web.id/karyaimiah/documents. Halaman 1-8.

Sutami dan Rozaline, H. (2005). Taklukkan Penyakit dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: Penerbit Swadaya. Halaman 34-40.

Watson, D. H. (2003). Performance Fungsional Foods. USA: CRC Press. Halaman 78-82, 168-172.

Yulianita., Effendi, M., dan Andini, S. (2013). Seminar Nasional MIPA: Uji Stamina Mencit (Mus muscullus) dengan Pemberian Kombinasi Ekstrak Teh Hijau, Jahe Merah, dan Pegagan . Makalah. Bogor: Fakultas Mipa Universitas Pakuan. www.ejurnal.unpak.ac.id. Halaman 76-79.


(51)

36

Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan

Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9

Tikus 200 g

0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0

Marmot 400 g

0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

Kelinci 1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera 4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1

Anjing 12 kg

0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusia 70 kg


(52)

37

Lampiran 2: Perhitungan dosis untuk pemberian oral

a. Perhitungan Kafein (kontrol positif)

- Dosis manusia (70 kg) = 100mg – 200 mg

- Dosis mencit (20 g) = 100 mg x 0,0026 x = 13 mg/kg bb

Artinya dosis 13 mg itu diberikan untuk hewan dengan 1 Kg Berat Badan.

Karena . Maka tiap dosis dilarutkan

dalam 10,0 ml akuades.

- Cara pembuatan larutan kafein

Ditimbang 13 mg kafein, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan dilarutkan dengan akuades sampai batas tanda, dikocok sampai larut.

- Volume larutan kafein yang diberikan pada mencit

- Perhitungan Dosis Hewan Uji

• ml

• •

• ml

• ml

b. Perhitungan Akuades (kontrol negatif)

- Akuades yang diberikan 1 % bb

- Perhitungan pemberian akuades


(53)

38

• ml

• ml

• ml

• ml

c. Perhitungan minyak kelapa murni

- Dosis I: 3 sendok (45 ml) 45 ml x 0,0026 = 0,117 ml (~0,1 ml/20g bb)

- Perhitungan dosis untuk hewan uji •

• • • •

- Dosis II : dua kali dosis normal adalah 6 sendok (90 ml) 2 x 0,1 = 0,2 ml/20g bb

- Perhitungan dosis untuk hewan uji •

• • •


(54)

39 •

- Dosis III: empat kali dosis normal 12 sendok (180 ml) 4 x 0,1 = 0,4 ml/20g bb

- Perhitungan dosis untuk hewan uji •

• • • •

d. Perhitungan minyak kelapa sawit

- Dosis I: dosis normal yaitu 3 sendok (45 ml) 45 ml x 0,0026 = 0,117 ml (~0,1 ml/20g bb)

- Perhitungan dosis untuk hewan uji •

• • • •


(55)

40

- Dosis II : dua kali dosis normal adalah 6 sendok (90 ml) 2 x 0,1 = 0,2 ml/20g bb

- Perhitungan dosis untuk hewan uji •

• • • •

- Dosis III: empat kali dosis normal 12 sendok (180 ml) 4 x 0,1 = 0,4 ml/20g bb

- Perhitungan dosis untuk hewan uji •

• • • •


(56)

41

Lampiran 3: Data berat badan selama aklimatisasi dan uji motorik

NO Hari ke 0 Hari ke 3 Hari ke 7 Lama berenang (menit,detik)

Lama berenang (detik)

1 29,1 30,9 30,3 3,02 182

2 21,4 21,8 22,3 3,04 184

3 24,2 22,8 21,7 3,20 200

4 34,4 35,0 35,8 3,07 187

5 30,1 30,8 31,4 3,15 195

6 35,7 36,1 35,4 2,55 175

7 24,2 24,9 22,3 5,19 319

8 32,5 33,1 33,9 3,07 187

9 23,8 24,3 24,0 3,07 187

10 23,7 26,1 25,3 6,21 381

11 24,4 26,9 28,4 3,08 368

12 31,6 32,7 32,2 3,09 189

13 34,8 35,2 34,5 3,11 191

14 24,4 25,1 24,3 3,21 201

15 25,7 23,6 21,9 5,42 342

16 34,9 35,2 35,7 3,09 189

17 30,7 31,1 31,5 3,09 189

18 24,2 24,7 24,1 5,11 311

19 34,7 34,1 33,3 3,17 197

20 29,9 33,4 34,0 3,19 199

21 27,4 25,9 23,7 2,59 179


(57)

42

Lampiran 3: Lanjutan

23 30,4 32,7 34,1 3,12 192

24 30,6 28,6 26,9 3,22 202

25 28,1 28,4 28,0 3,09 189

26 22,1 22,9 23,4 3,09 189

27 31,6 32,1 32,7 3,13 193

28 34,2 35,7 37,6 2,54 234

29 34,0 34,6 33,9 3,07 187

30 23,7 24,2 24,7 2,56 176

31 26,9 27,5 28,3 3,09 189

32 36,4 37,2 36,5 3,06 186

33 28,0 28,5 28,9 3,02 182

34 36,2 34,7 32,4 6,01 361

35 29,9 32,5 32,0 3,03 183

36 36,2 37,0 37,5 3,10 190

37 34,0 34,6 34,1 3,05 185

38 27,2 26,4 24,9 6,12 372

39 26,2 26,9 27,5 3,05 185

40 26,7 27,1 27,8 3,05 185

41 35,6 36,1 36,8 3,01 181

42 21,6 23,3 24,9 3,11 191

43 21,7 22,3 22,9 6,37 397

44 23,2 23,7 24,4 6,24 384

45 28,2 29,0 29,7 3,02 182


(58)

43

Lampiran 3: Lanjutan

47 23,9 24,7 25,3 2,57 177

48 28,2 28,9 30,6 5,42 342

49 27,6 28,2 28,9 6,12 372

50 30,1 30,7 30,3 3,15 195

51 32,2 32,9 33,7 6,07 367

52 33,5 32,9 32,0 3,20 200

53 35,1 35,8 35,9 3,03 183

54 22,1 24,7 25,0 3,04 184

55 31,8 32,5 32,1 3,10 190

56 34,1 34,8 35,4 3,01 181

57 35,4 36,1 36,7 3,07 187

58 32,7 33,2 34,0 3,19 199

59 25,2 25,5 24,9 2,49 169

60 22,2 22,9 23,6 5,16 316

61 22,4 23,0 23,4 3,09 189


(59)

44

Lampiran 4: Data ketahanan berenang hewan uji

NO Perlakuan Berat badan

(gram) Lama berenang (detik) Rata-rata (detik) 1. Kontrol negatif (akuades

1% bobot badan)

22,3 198

2. 24,7 191

3. 33,3 169 182,4

4. 36,8 171

5. 23,4 183

6. Kontrol positif (kafein 13 mg/kg bb)

28,9 601

7. 35,4 617

8. 35,9 596 591

9. 33,9 574

10. 24,9 567

11. Minyak kelapa murni 0,1 ml/20 g bb

31,4 343

12. 35,4 339

13. 32,7 356 339

14. 35,7 328

15 36,7 329

16. Minyak kelapa murni 0,2 ml/20 g bb

29,7 365

17 27,5 374

18. 34,1 367 372,4

19. 35,8 385


(60)

45

Lampiran 4: Lanjutan

21. Minyak kelapa murni 0,4 ml/20 g bb

28,3 573

22. 29,3 550

23. 33,3 560 551,8

24. 25,0 539

25. 25,3 537

30. 32,0 195

31. MKS 0,2 ml/20 g bb 30,3 216

32. 34,5 211

33. 32,0 220 216,4

34. 34,0 222

35. 31,5 213

36. MKS 0,4 ml/20 g bb 24,0 235

37. 28,0 258

38. 27,8 267 254

39. 36,5 239


(61)

46


(62)

47

Lampiran 6: Gambar

Neraca listrik (Vibra)


(63)

48

Akuarium kaca dengan pompa udara (panjang = 48,5 cm; lebar = 18 cm; tinggi = 29 cm; kedalaman air 17 cm)

Kofein BPFI

Akuades


(64)

49

Minyak kelapa sawit (Sunco®)

Minyak kelapa murni (Azmi®)

Fase struggling


(65)

50 Fase floating


(66)

51

Lampiran 7: Data Orientasi

NO Berat Badan Mencit (gram)

Konsentrasi Lama Berenang (detik)

Perhitungan

1 23,4

24,7

Minyak kelapa murni 0,05 ml/20

g bb

210 240

0,5 x 0,1 ml = 0,05 ml (setengah dari dosis normal)

2 31,4

32,7

Minyak kelapa murni 0,1 ml/20 g

bb

343 356

45 ml x 0,0026 = 0,117 ~ 0,1 ml (dosis normal)

3 27,5

29,7

Minyak kelapa murni 0,2 ml/20 g

bb

374 365

2 x 0,1 ml = 0,2 ml (dua kali dosis normal)

4 33,3

36,8

Minyak kelapa murni 0,3 ml/20 g

bb

360 363

3 x 0,1 ml = 0,3 ml (tiga kali dosis normal)

5 25,0

25,3

Minyak kelapa murni 0,4 ml/20 g

bb

539 537

4 x 0,1 ml = 0,4 ml (empat kali dosis normal)

6 22,3

21,7

MKS 0,05 ml/20 g bb

185 188

0,5 x 0,1 ml = 0,05 ml

7 32,0

32,1

MKS 0,1 ml/20 g bb

195 191

45 ml x 0,0026 = 0,117 ~ 0,1 ml

8 31,5

32,0

MKS 0,2 ml/20 g bb

195 213

2 x 0,1 ml = 0,2 ml

9 24,3

34,1

MKS 0,3 ml/20 g bb

207 194

3 x 0,1 ml = 0,3 ml


(67)

52

Lampiran 7: Lanjutan

10 36,5

37,5

MKS 0,4 ml/20 g bb

239 271

4 x 0,1 ml = 0,4 ml

11 23,4

24,7

kontrol negatif (akuades)

183 191

1% bb

12 35,4

35,9

Kontrol positif (13 mg/kg bb)

617 596


(68)

53

Lampiran 8: Data statistik

1. Uji Normalitas

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Lama_berenang kontrol negatif

(akuades)

.219 5 .200* .926 5 .570

kontrol positif (kafein) .198 5 .200* .948 5 .725

VCO 0,1 ml .208 5 .200* .919 5 .525

VCO 0,2 ml .219 5 .200* .908 5 .456

VCO 0,4 ml .203 5 .200* .931 5 .605

MKS 0,1 ml .135 5 .200* .999 5 .999

MKS 0,2 ml .182 5 .200* .951 5 .743

MKS 0,4 ml .222 5 .200* .888 5 .349

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances Lama_berenang

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(69)

54 3. Anova Satu Arah

ANOVA Lama_berenang

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 887316.775 7 126759.539 759.722 .000

Within Groups 5339.200 32 166.850

Total 892655.975 39

4. Post Hoc (Tukey)

Lama_berenang

Perlakuan

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6 7

kontrol negatif (akuades)

182.4000

MKS 0,1 ml 194.8000 194.8000

MKS 0,2 ml 216.4000

MKS 0,4 ml 254.0000

VCO 0,1 ml 339.0000

VCO 0,2 ml 372.4000

VCO 0,4 ml 551.8000

kontrol positif (kafein) 591.0000

Sig. .792 .178 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000


(70)

55

5. Data Berat Badan Sebelum Perlakuan (Aklimatisasi)

Mean SD Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

H0 Kel I 26.9600 6.10803 2.73159 19.3759 34.5441 21.40 35.60

Kel II 31.3000 4.56454 2.04132 25.6324 36.9676 25.20 35.70

Kel Iil 33.2200 2.27530 1.01755 30.3948 36.0452 30.10 35.40

Kel IV 30.8800 3.59611 1.60823 26.4148 35.3452 26.20 34.40

Kel V 27.4200 4.51354 2.01851 21.8157 33.0243 23.50 34.70

Kel VI 31.3000 2.11305 .94499 28.6763 33.9237 29.90 34.80

Kel VII 31.9200 1.96010 .87658 29.4862 34.3538 29.10 33.60

Kel VIII 30.2400 5.74569 2.56955 23.1058 37.3742 23.80 36.40

Total 30.4050 4.28485 .67749 29.0346 31.7754 21.40 36.40

H3 Kel I 27.7200 6.28944 2.81272 19.9106 35.5294 21.80 36.10

Kel II 31.8000 4.65725 2.08279 26.0173 37.5827 25.50 36.10

Kel Iil 33.8000 2.24388 1.00349 31.0139 36.5861 30.80 36.10

Kel IV 31.6400 3.55711 1.59079 27.2233 36.0567 26.90 35.00

Kel V 27.8400 3.97341 1.77696 22.9064 32.7736 24.20 34.10

Kel VI 32.8600 1.63493 .73116 30.8300 34.8900 30.70 35.20

Kel VII 32.4200 1.35904 .60778 30.7325 34.1075 30.90 34.00

Kel VIII 30.8000 5.93928 2.65612 23.4254 38.1746 24.30 37.20

Total 31.1100 4.27676 .67621 29.7422 32.4778 21.80 37.20

H7 Kel I 28.0200 6.57396 2.93997 19.8573 36.1827 22.30 36.80

Kel II 31.8000 4.74868 2.12368 25.9037 37.6963 24.90 35.90


(71)

56

Kel IV 31.8600 3.32911 1.48883 27.7264 35.9936 27.50 35.80

Kel V 28.2400 3.38644 1.51446 24.0352 32.4448 25.00 33.30

Kel VI 32.5800 1.69322 .75723 30.4776 34.6824 30.30 34.50

Kel VII 32.4600 1.75585 .78524 30.2798 34.6402 30.30 34.50

Kel VIII 30.7600 5.92562 2.65002 23.4024 38.1176 24.00 37.50

Total 31.2625 4.25041 .67205 29.9032 32.6218 22.30 37.50

6. Uji Motorik (Lama Berenang)

Descriptives

Lama_berenang

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Min Max

Lower Bound Upper Bound

Motorik_1 5 185.4000 8.01873 3.58608 175.4434 195.3566 176.00 197.00

Motorik_2 5 180.4000 6.76757 3.02655 171.9970 188.8030 169.00 187.00

Motorik_3 5 187.8000 7.82304 3.49857 178.0864 197.5136 175.00 195.00

Motorik_4 5 185.6000 2.60768 1.16619 182.3621 188.8379 182.00 189.00

Motorik_5 5 185.6000 5.45894 2.44131 178.8218 192.3782 177.00 191.00

Motorik_6 5 190.0000 6.59545 2.94958 181.8107 198.1893 182.00 200.00

Motorik_7 5 191.4000 6.06630 2.71293 183.8677 198.9323 183.00 199.00

Motorik_8 5 187.4000 2.07364 .92736 184.8252 189.9748 185.00 190.00

Total 40 186.7000 6.32942 1.00077 184.6758 188.7242 169.00 200.00


(72)

57

Descriptives

Perlakuan Statistic Std. Error

kontrol negatif (akuades)

Mean 182.4000 5.60000

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

166.8519

Upper Bound

197.9481

5% Trimmed Mean 182.2778

Median 183.0000

Variance 156.800

Std. Deviation 12.52198

Minimum 169.00

Maximum 198.00

Range 29.00

Interquartile Range 24.50

Skewness .116 .913

Kurtosis -2.213 2.000

kontrol positif (kafein)

Mean 591.0000 9.12688

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

565.6597

Upper Bound

616.3403


(73)

58

Median 596.0000

Variance 416.500

Std. Deviation 20.40833

Minimum 567.00

Maximum 617.00

Range 50.00

Interquartile Range 38.50

Skewness -.002 .913

Kurtosis -1.638 2.000

VCO 0,1 ml Mean 339.0000 5.12835

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

324.7614

Upper Bound

353.2386

5% Trimmed Mean 338.6667

Median 339.0000

Variance 131.500

Std. Deviation 11.46734

Minimum 328.00

Maximum 356.00

Range 28.00


(74)

59

Skewness .731 .913

Kurtosis -.163 2.000

VCO 0,2 ml Mean 372.4000 3.51568

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

362.6389

Upper Bound

382.1611

5% Trimmed Mean 372.1111

Median 371.0000

Variance 61.800

Std. Deviation 7.86130

Minimum 365.00

Maximum 385.00

Range 20.00

Interquartile Range 13.50

Skewness 1.234 .913

Kurtosis 1.512 2.000

VCO 0,4 ml Mean 551.8000 6.71863

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

533.1461

Upper Bound

570.4539

5% Trimmed Mean 551.4444


(75)

60

Variance 225.700

Std. Deviation 15.02332

Minimum 537.00

Maximum 573.00

Range 36.00

Interquartile Range 28.50

Skewness .582 .913

Kurtosis -1.096 2.000

MKS 0,1 ml Mean 194.8000 3.35261

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

185.4917

Upper Bound

204.1083

5% Trimmed Mean 194.7778

Median 195.0000

Variance 56.200

Std. Deviation 7.49667

Minimum 185.00

Maximum 205.00

Range 20.00

Interquartile Range 13.50


(76)

61

Kurtosis .058 2.000

MKS 0,2 ml Mean 216.4000 2.06398

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

210.6695

Upper Bound

222.1305

5% Trimmed Mean 216.3889

Median 216.0000

Variance 21.300

Std. Deviation 4.61519

Minimum 211.00

Maximum 222.00

Range 11.00

Interquartile Range 9.00

Skewness .108 .913

Kurtosis -2.117 2.000

MKS 0,4 ml Mean 254.0000 7.28011

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound

233.7872

Upper Bound

274.2128

5% Trimmed Mean 254.1111


(77)

62

Variance 265.000

Std. Deviation 16.27882

Minimum 235.00

Maximum 271.00

Range 36.00

Interquartile Range 32.00

Skewness -.296 .913


(1)

57

Descriptives

Perlakuan Statistic Std. Error

kontrol negatif (akuades)

Mean 182.4000 5.60000

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

166.8519

Upper Bound

197.9481

5% Trimmed Mean 182.2778

Median 183.0000

Variance 156.800

Std. Deviation 12.52198

Minimum 169.00

Maximum 198.00

Range 29.00

Interquartile Range 24.50

Skewness .116 .913

Kurtosis -2.213 2.000

kontrol positif (kafein)

Mean 591.0000 9.12688

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

565.6597

Upper Bound

616.3403


(2)

58

Median 596.0000

Variance 416.500

Std. Deviation 20.40833

Minimum 567.00

Maximum 617.00

Range 50.00

Interquartile Range 38.50

Skewness -.002 .913

Kurtosis -1.638 2.000

VCO 0,1 ml Mean 339.0000 5.12835

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

324.7614

Upper Bound

353.2386

5% Trimmed Mean 338.6667

Median 339.0000

Variance 131.500

Std. Deviation 11.46734

Minimum 328.00

Maximum 356.00

Range 28.00


(3)

59

Skewness .731 .913

Kurtosis -.163 2.000

VCO 0,2 ml Mean 372.4000 3.51568

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

362.6389

Upper Bound

382.1611

5% Trimmed Mean 372.1111

Median 371.0000

Variance 61.800

Std. Deviation 7.86130

Minimum 365.00

Maximum 385.00

Range 20.00

Interquartile Range 13.50

Skewness 1.234 .913

Kurtosis 1.512 2.000

VCO 0,4 ml Mean 551.8000 6.71863

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

533.1461

Upper Bound

570.4539

5% Trimmed Mean 551.4444


(4)

60

Variance 225.700

Std. Deviation 15.02332

Minimum 537.00

Maximum 573.00

Range 36.00

Interquartile Range 28.50

Skewness .582 .913

Kurtosis -1.096 2.000

MKS 0,1 ml Mean 194.8000 3.35261

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

185.4917

Upper Bound

204.1083

5% Trimmed Mean 194.7778

Median 195.0000

Variance 56.200

Std. Deviation 7.49667

Minimum 185.00

Maximum 205.00

Range 20.00

Interquartile Range 13.50


(5)

61

Kurtosis .058 2.000

MKS 0,2 ml Mean 216.4000 2.06398

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

210.6695

Upper Bound

222.1305

5% Trimmed Mean 216.3889

Median 216.0000

Variance 21.300

Std. Deviation 4.61519

Minimum 211.00

Maximum 222.00

Range 11.00

Interquartile Range 9.00

Skewness .108 .913

Kurtosis -2.117 2.000

MKS 0,4 ml Mean 254.0000 7.28011

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound

233.7872

Upper Bound

274.2128

5% Trimmed Mean 254.1111


(6)

62

Variance 265.000

Std. Deviation 16.27882

Minimum 235.00

Maximum 271.00

Range 36.00

Interquartile Range 32.00

Skewness -.296 .913