Audit Operasional Atas Pengendalian Produksi Guna Mengurangi Tingkat Produk Cacat (Studi Kasus pada PT. X).

(1)

i

ABSTRAK

Produk cacat adalah bagian yang tidak dapat lepas dari fungsi produksi. Mungkin sebagian dari produk cacat dapat diolah kembali dan menjadi produk yang baik, namun hal tersebut tetaplah merugikan. Mereka menyerap sumber daya yang lebih besar dan memerlukan total waktu penyelesaian yang lebih lama. Namun jika produk cacat tersebut tidak dapat diolah kembali, produk cacat dapat menjadi sumber ketidakefisienan dimana sejumlah sumber daya yang telah dikonsumsi menjadi sia– sia dan tidak menghasilkan nilai tambah. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar proses produksi ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas baik adalah dengan adanya suatu audit operasional untuk mengatasi masalah yang terjadi khususnya mengenai masalah produk cacat ini. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Audit Operasional Atas Pengendalian Produksi Guna Mengurangi Tingkat Produk Cacat”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan audit operasional atas pengendalian produksi pada PT X berpengaruh terhadap pengurangan tingkat produk cacat yang terjadi.

Objek dalam penelitian ini adalah Audit Operasional atas Pengendalian Produksi sebagai variabel independen (X) dan Tingkat Produk Cacat sebagai variabel dependen (X) pada PT X.

Dalam kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus, dimana data serta teori dipelajari serta dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan dasar berupa teori-teori yang telah dipelajari sehingga memperjelas gambaran mengenai objek yang sedang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, wawancara, observasi, dan studi kepustakaan.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa audit operasional atas pengendalian produksi berpengaruh terhadap pengurangan tingkat produk cacat. Hal tersebut dapat terlihat dari dilaksanakannya tahap-tahap audit yang memadai, adanya standar kualitas yang ditetapkan untuk dijadikan pedoman dalam menghasilkan produk, dan adanya penurunan tingkat produk cacat yang terjadi dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 1,61% serta hasil perhitungan statistik yang mendapat nilai korelasi positif 0,463 dan nilai signifikan 0,355 yang membuktikan bahwa adanya hubungan korelasi yang kuat dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa audit operasional berpengaruh terhadap pengurangan tingkat produk cacat. Walaupun audit operasional yang dilaksanakan sudah cukup baik, namun perusahaan disarankan untuk memisahkan fungsi auditor dari kepala bagian akuntansi agar tidak ada perangkapan fungsi.


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan kemuliaan bagi Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih karunia dan anugerahNya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Audit Operasional Atas Pengendalian Produksi Guna Mengurangi Tingkat Produk Cacat (Studi Kasus PT X)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

Pada kesempatan ini, penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Robert Sanusi, Ak., sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Tatik Budiningsih,Dra.,M.S.,selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

3. Ibu Se Tin, S.E., M.Si.,selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kristen Ekonomi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama kuliah di Universitas Kristen Maranatha.

5. Bapak Filino selaku Direktur PT X beserta dengan para staf dan karyawannya yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data-data dan penjelasan-penjelasan yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(3)

iii

6. Mami, Koko dan Poipoi tercinta atas segala doa, bantuan dan dorongan baik moril dan material selama penyusunan skripsi ini.

7. Iie dan Qiuqiu terutama Iie Shelly yang selalu memberi dukungan selama penyusunan skripsi ini.

8. Koko Epri terkasih untuk semua dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

9. Teman-teman WAWEREHAPU: Bebeu, Devi, Nono, Syesye yang telah memberi semangat kepada penulis

10. Teman-teman seperjuangan semasa kuliah: Botol, Qcot, Unyil, Tingcut, Meyho, Anas, Erot, Cici yang telah memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat terbatasnya kemampuan penulis. Penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh penulis di dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mangharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Bandung, Februari 2008 Penulis,


(4)

(Sandra Diana)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………iv

DAFTAR TABEL………..viii

DAFTAR LAMPIRAN………ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………1

1.2 Identifikasi Masalah………..3

1.3 Tujuan Penelitian………...4

1.4 Kegunaan Penelitian………..4

1.5 Rerangka Pemikiran………...5

1.6 Metode Penelitian………..7

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian……….8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit……….9

2.1.1 Pengertian Audit………9


(5)

v

2.2 Audit Operasional………...16

2.2.1 Pengertian Audit Operasional………..16

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional………..19

2.2.3 Ruang Lingkup Audit Operasional………...22

2.2.4 Jenis-jenis Audit Operasional………..23

2.2.5 Kriteria Audit Operasional………..24

2.2.6 Tahap-tahap Audit Operasional………...26

2.2.7 Keterbatasan Audit Operasional………..30

2.2.8 Perbedaan Audit Operasional dengan Audit Keuangan………..32

2.3 Pengendalian Intern ………34

2.3.1 Pengertian Pengendalian Intern………35

2.3.2 Tujuan Pengendalian Intern……….37

2.3.3 Komponen Pengendalian Intern………...38

2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Intern………45

2.4 Proses Produksi………47

2.4.1 Pengertian Proses Produksi……….47

2.4.2 Jenis-jenis Proses Produksi………..48

2.4.3 Fungsi Produksi………...49

2.4.4 Perencanaan Proses Produksi………..51


(6)

2.4.6 Fungsi Pengendalian Produksi………53

2.4.7 Jenis-jenis Pengendalian Produksi………..55

2.5 Kualitas Produk………...55

2.5.1 Pengertian Kualitas Produk………...55

2.5.2 Pengertian Pengendalian Kualitas Produk………56

2.5.3 Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas Produk….57 BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………..58

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………..58

3.1.2 Aktivitas Perusahaan……….58

3.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas………..59

3.2 Metode penelitian………66

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data………66

3.2.2 Variabel Penelitian………68

3.2.3 Analisis Data……….70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi………...75

4.2 Prosedur Pengendalian Produksi……….77

4.3 Tahap Audit Operasional………77


(7)

vii

4.3.2 Tahap Audit Mendalam……….81

4.3.2.1 Audit Mendalam Atas Produk Cacat……….81

4.3.2.2 Audit Mendalam Atas Faktor Penyebab Produk Cacat……….83

4.4 Analisis Pengaruh Audit Operasional Atas Pengendalian Produksi Guna Mengurangi Tingkat Produk Cacat………85

4.4 Analisa Pengujian Hipotesa………88

4.4.1 Analisa Deskriptif Kualitatif……….88

4.4.2 Analisa Statistik……….90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..93

5.1 Saran………95

DAFTAR PUSTAKA………...96


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Audit Internal dengan Audit Eksternal…………...15 Tabel 2.2 Tabel Perbedaan Audit Operasional dengan Audit Keuangan...……….33

Tabel 2.3 Tabel Perbedaan Audit Operasional dengan Audit Keuangan ………...34 Tabel 3.1 Tabel Indikator Variabel Independen dan Skala Pengukuran………….69 Tabel 3.2 Tabel Indikator Variabel Dependen dan Skala Pengukuran...………….70 Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Jumlah Plastik yang di produksi dengan

persentase produk cacat tahun 2005……...………...82 Tabel 4.2 Tabel Perbandingan Jumlah Plastik yang di produksi dengan

persentase produk cacat tahun 2006...83 Tabel 4.3 Tabel Hasil Pengujian Korelasi Spearman...………...91


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner Audit Operasional (Variabel Independen)………97

Kuesioner Audit Operasional (Variabel Dependen)……….101

Jawaban Kuesioner Audit Operasional (Variabel Independen)………104

Jawaban Kuesioner Audit Operasional (Variabel Dependen)………...106

Lembar Order……….108

Lembar Order Pabrik………..109

Bukti Penerimaan Barang………...110


(10)

KUESIONER AUDIT OPERASIONAL

(Variabel Independen)

No PERTANYAAN YA TIDAK

1

INDEPENDENSI

Apakah auditor merupakan staf khusus yang terpisah dari kegiatan opersional perusahaan?

2 Apakah auditor tidak bergabung dengan departemen lain, misalnya departemen akuntansi?

3 Apakah auditor cukup independen terhadap bagian yang diperiksanya dan mempertahankan sikap netral yang independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya?

4 Apakah auditor dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manajemen?

5

KOMPETENSI

Apakah audit dilaksanakan oleh orang yang cukup terlatih dan memiliki keahlian teknis yang memadai?

6 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) memiliki pengalaman profesional dan pendidikan formal dalam menjalankan tugasnya?

7 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) memiliki kemampuan untuk menganalisa masalah?

8 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) mampu menghadapi dan menilai berbagai situasi yang mempengaruhi bidang yang diaudit?

9 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan pihak manajemen?

10

PROGRAM AUDIT OPERASIONAL

Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) menyusun program audit sebelum melaksanakan suatu audit? 11 Apakah dalam penyusunan program audit tersebut melibatkan

manajemen?


(11)

98 (yang merangkap sebagai auditor) terdapat:

a. tujuan audit? b. prosedur audit? c. objek audit?

d. ruang lingkup audit? e. waktu pelaksanaan audit?

13 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melaksanakan audit sesuai dengan program audit yang telah dibuat?

14 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) sebelum melaksanakan audit melakukan komunikasi dan koordinasi dengan bagian yang diaudit?

15

PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL

Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan pengamatan sekilas terhadap:

a. layout perusahaan?

b. mesin dan peralatan produksi yang digunakan? c. gudang bahan baku?

16 Apakah dalam melakukan pengamatan fisik sekilas, bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) tidak menemukan adanya peralatan produksi yang mengalami kerusakan atau kecacatan?

17 Apakah dalam melaksanakan pengamatan fisik sekilas, bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) menemukan adanya peralatan atau tenaga kerja yang menganggur?

18 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) mengkaji struktur organisasi untuk mengetahui apakah tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian telah ditetapkan dengan jelas?

19 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan observasi langsung terhadap proses produksi?

20 Apakah pada tahap pendahuluan, bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan penelaahan dokumen tertulis perusahaan mengenai:

a. sasaran dan tujuan perusahaan?

b. kebijaksanaan dan prosedur perusahaan?


(12)

menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses produksi?

22 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan analisa terhadap data operasi perusahaan seperti laporan hasil produksi dan laporan hasil kecacatan produk secara periodik?

23 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan wawancara dengan pihak manajemen?

24 Apakah dalam wawancara, bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) dapat:

a. memahami pandangan manajer bagian yang bersangkutan? b. mengidentifikasi masalah yang dihadapi manager bagian

audit?

25 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan penelitian dan penilaian atas:

a. sistem pengendalian intern b. arus transaksi

c. laporan-laporan

26 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) melakukan pencatatan dan analisa terhadap penyimpangan yang terjadi dalam proses produksi?

27 Apakah setelah melaksanakan analisa, bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) dapat mengetahui:

a. efisiensi kegiatan produksi perusqahaan b. masalah yang dihadapi

c. kemungkinan dilakukakan tindakan perbaikan

28 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) menggunakan kuesioner untuk memperoleh data yang diperlukan?

29

LAPORAN AUDIT OPERASIONAL

Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) menyusun laporan audit setelah tahap pemeriksaan mendalam selesai dilakukan?

30 Apakah laporan tersebut telah memuat tujuan dan ruang lingkup penugasan, serta disusun secara objektif, jelas, dan singkat? 31 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor)


(13)

100 mengungkapkan temuannya berdasarkan fakta yang didapat?

32 Apakah temuan-temuan yang diperoleh bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor)

a. dikonfirmasikan kepada pihak yang diaudit? b. dilaporkan kepada pihak pimpinan tertinggi?

33 Apakah saran dan rekomendasi yang diberikan cukup konservatif untuk melakukan tindakan perbaikan?

34

KEGIATAN DAN TINDAK LANJUT

Apakah terdapat tindak lanjut atas hal-hal yang disarankan dan direkomendasikan oleh bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor)?

35 Apakah follow up atas saran dan rekomendasi dari bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor) selalu dilakukan? 36 Apakah bagian akuntansi (yang merangkap sebagai auditor)

melakukan pemeriksaan tehadap: a. pelaksanaan follow up?


(14)

KUESIONER AUDIT OPERASIONAL

(Variabel Dependen)

No PERTANYAAN YA TIDAK

1

FUNGSI PRODUKSI SECARA UMUM

Apakah kapasitas produksi yang ada telah dimanfaatkan secara optimum?

2 Apakah fasilitas fisik yang ada dalam pabrik telah memadai untuk memenuhi semua pesanan yang diterima?

3 Apakah mesin-mesin dan fasilitas produksi lainnya mendapatkan perawatan yang baik?

4 Apakah gudang bahan baku terpisah dengan gudang barang jadi?

5 Apakah jumlah tenaga kerja yang dimiliki dinilai cukup memadai untuk mengerjakan semua pesanan?

6

PENGENDALIAN ATAS FUNGSI PRODUKSI

Apakah jadwal produksi telah dibuat secara tertulis, terperinci, dan akurat?

7 Apakah jadwal tersebut telah dikomunikasikan secara efektif? 8 Apakah penyusunan jadwal produksi selalu dihubungkan

dengan data mengenai kapan barang diterima?

9 Apakah jadwal produksi selalu dibandinmgkan denagn realisasi selesainya produk dikerjakan?

10 Apakah produksi sebenarnya selalu dibandingkan dengan produksi yang direncanakan?

11 Jika ditemukan keterlambatan atas produksi yang dilakukan, apakah selalu diko,unikasikan dengan bagian yang menjadi penyebab dan akibatnya?

12 Apakah komponen-komponen usang selalu diganti melalui permintaan yang disetujui oleh pengawas pabrik dan kemudian direview oleh kepala bagian pabrik?

13 Apakah jumlah waktu menganggur mesin dan tenaga kerja selalu dilaporkan?


(15)

102 14 Bilamana mesin telah terpasang, apakah ada tindak lanjut untuk

melihat apakah jumlahnya mesin telah sesuai dengan spesifikasi?

15 Apakah keterlambatan maupun pengangguran yang terjadi dapat dikurang atau dihilangkan?

16 Apakah mesin-mesin dalam peranannya sebagai hasil teknologi modern cukup layak dioperasikan?

17 Apakah mesin-mesin berperan penting dalam menunjang hasil produksi cukup ditopang oleh operator yang berpengalaman? 18 Apakah catatan produksi selalu dicek dengan penegeluaran

barang untuk melihat apakah barang benar-benar dipergunakan, dikembalikan sebagai persediaan atau diserap?

19 Apakah pelaporan produksi cukup memadai?

20 Apakah laporan-laporan produksi yang ada dimanfaatkan dengan baik oleh pihak manajemen?

21

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK

Apakah perusahaan memerlukan pengendalian kualitas?

22 Jika ya, apakah ada bagian khusus yang menangani masalah kualitas?

23 Apakah tedapat pengendalian tehadap kecacatan produk?

24 Apakah ada laporan yang menjelaskan masalah-masalah kualitas yang terjadi?

25 Apakah tindakan korektif yang diperlukan untuk mengatasi masalah kualitas selalu dilakukan tepat pada waktunya?

26 Apakah perusahaan selalu melakukan inspeksi atas bahan baku yang diterima?

27 Apakah informasi untuk manajemen mengenai penggunaan dan efisiensi mesin dan tenaga kerja telah memadai?

28 Apakah manajemen menaruh perhatian khusus terhadap factor-faktor penyebab terjadinya kegagalan produk atau inefisiensi dalam proses produksi?


(16)

29 Apakah perusahaan menaruh perhatian khusus terhadapo alas an dilakukannya retur penjualan oleh konsumen?

30 Apakah ada program pelatihan rutin mengenai kualitas produksi?

31 Apakah manajemen selalu mengambil tindakan untuk meningkatkan efisiensi bilamana nampak gejala pemakaian yang tidak efisien?


(17)

104 Jawaban Kuesioner Audit Operasional (Variabel Independen)

NO 1 2 3 4 5 6

1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

2 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

3 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

4 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

5 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

6 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

7 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

8 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

9 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

10 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

11 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

12 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

13 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

14 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

15 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

16 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

17 Y 2 T 1 T 1 T 1 Y 2 T 1

18 T 1 T 1 Y 2 T 1 T 1 T 1

19 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

20 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

21 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

22 Y 2 T 1 Y 2 Y 2 T 1 T 1

23 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

24 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

25 Y 2 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 Y 2

26 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

27 Y 2 T 1 Y 2 Y 2 Y 2 T 1

28 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

29 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

30 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

31 T 1 Y 2 Y 2 Y 2 T 1 Y 2

32 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

33 T 1 Y 2 T 1 T 1 T 1 Y 2

34 T 1 T 1 Y 2 T 1 T 1 T 1

35 T 1 T 1 Y 2 T 1 T 1 T 1

36 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1


(18)

Jawaban Kuesioner Audit Operasional (Variabel Dependen)

NO 1 2 3 4 5 6

1 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 T 1 Y 2

2 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 T 1 T 1

3 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

4 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

5 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

6 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

7 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 T 1 T 1

8 Y 2 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 T 1

9 T 1 T 1 T 1 Y 2 T 1 T 1

10 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 Y 2 T 1

11 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

12 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

13 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

14 Y 2 Y 2 Y 2 T 1 Y 2 Y 2

15 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1 T 1

16 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

17 Y 2 T 1 Y 2 Y 2 Y 2 T 1

18 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

19 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

20 T 1 T 1 Y 2 T 1 Y 2 T 1

21 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

22 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

23 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

24 T 1 T 1 T 1 T 1 Y 2 T 1

25 Y 2 Y 2 T 1 T 1 Y 2 Y 2

26 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2 Y 2

27 Y 2 T 1 Y 2 T 1 Y 2 T 1

28 Y 2 T 1 Y 2 T 1 Y 2 T 1

29 Y 2 T 1 Y 2 T 1 Y 2 T 1

30 T 1 T 1 Y 2 T 1 Y 2 T 1

31 Y 2 T 1 Y 2 T 1 Y 2 T 1


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian belum stabil seiring dengan semakin kompleksnya kegiatan perekonomian dimana persaingan semakin ketat dan kompetitif, serta sumber daya yang semakin terbatas dalam era globalisasi. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk bersikap lebih produktif, efektif, dan efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mengembangkan usahanya.

Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah bagaimana membangun dan mempertahankan usaha yang sehat dalam pasar. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengusahakan pertumbuhan dan mempertahankan laba yang dicapainya atau bahkan meningkatkannya. Selain itu, kualitas yang kurang baik membuat konsumen menjadi enggan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Jika terlalu banyak produk yang dikembalikan dan jumlah yang dipesan tidak cukup, maka pada akhirnya akan menyebabkan keterlambatan. Jika kualitas produk dapat ditingkatkan, maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Selain kualitas meningkat, diharapkan biaya yang dikeluarkan dapat ditekan lebih rendah.

Produk cacat adalah bagian yang tidak dapat lepas dari fungsi produksi. Mungkin sebagian dari produk cacat dapat diolah kembali dan menjadi produk yang baik, namun hal tersebut tetaplah merugikan. Mereka menyerap sumber daya


(20)

yang lebih besar dan memerlukan total waktu penyelesaian yang lebih lama. Hal ini akan menyebabkan timbulnya biaya yang lebih besar sedangkan harga jual tetap sama. Namun jika produk cacat tersebut tidak dapat diolah kembali, produk cacat dapat menjadi sumber ketidakefisienan dimana sejumlah sumber daya yang telah dikonsumsi menjadi sia–sia dan tidak menghasilkan nilai tambah. Produk cacat ini juga akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena akan meningkatkan biaya produksi, pemborosan penggunaan bahan baku, penundaan waktu penyelesaian, dan penurunan kualitas perusahaan di mata para konsumen.

Timbulnya produk cacat dapat disebabkan oleh metode yang tidak sempurna, kualitas material yang rendah, adanya kerusakan mesin yang tidak diketahui, ataupun tingkat keterampilan buruh yang berbeda–beda.

Salah satu cara yang dapat dilakukan agar proses produksi ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas baik adalah dengan adanya perencanaan dan pengendalian produksi yang optimal dengan memperhitungkan aspek kualitas, biaya, dan ketepatan waktu penyelesaian produk. Perencanaan dan pengendalian tersebut dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan seefisien dan seefektif mungkin sehingga paling tidak produk–produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Perencanaan dan pengendalian ini dimulai dari pemilihan, penanganan, dan penggunaan bahan baku yang baik karena bahan baku inilah yang akan masuk ke dalam proses produksi untuk diolah menjadi barang jadi. Pengendalian kualitas dilakukan sejak awal proses produksi untuk menekan jumlah terjadinya produk cacat.


(21)

3 Oleh karena itu, diperlukan suatu audit operasional untuk mengatasi masalah yang terjadi khususnya mengenai masalah produk cacat ini. Audit operasional perlu dilakukan secara berkala dengan tujuan dapat membantu manajemen untuk terus memantau dan mengevaluasi kegiatan produksi perusahaan agar kegiatan produksi tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien dimana tingkat produk cacat dapat ditekan seminimal mungkin sehingga perusahaan akan dapat lebih bersaing dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Penulis memilih perusahaan yang bergerak dalam produksi plastik sebagai objek penelitian dengan pertimbangan bahwa dengan adanya audit operasional ini kegiatan produksi akan dapat dikelola dengan lebih baik sehingga memberikan kontribusi yang postitif bagi perusahaan.

Atas dasar latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha dengan judul “Audit Operasional Atas Pengendalian Produksi Guna Mengurangi Tingkat Produk Cacat (Studi Kasus Pada PT X Bandung)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana proses produksi yang dilakukan di PT X?


(22)

3. Bagaimana pengaruh audit operasional atas pengendalian produksi dalam mengurangi tingkat produk cacat?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui gambaran nyata proses produksi di PT X.

2. Untuk mengetahui faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya produk cacat.

3. Untuk mengetahui pengaruh audit operasional atas pengendalian produksi dalam mengurangi tingkat produk cacat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis

Penelitian ini berguna untuk mengetahui bagaimana ilmu yang dipelajari selama kuliah dalam bentuk teori dipraktekkan dan diterapkan secara nyata di dalam dunia usaha. Selain itu, penelitian ini juga berguna untuk memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan tugas akhir dalam menempuh ujian sidang sarjana strata satu Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.


(23)

5 2. Bagi perusahaan

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam bentuk saran yang berguna sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya untuk perbaikan dan peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan khususnya dalam menangani masalah produk cacat. 3. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan informasi yang akan memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca.

1.5 Rerangka Pemikiran

Masalah yang muncul dalam suatu lingkungan dunia usaha yang semakin kompetitif menuntut setiap perusahaan untuk mengelola kegiatan usahanya seefektif dan seefisien mungkin agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mampu bersaing baik dengan perusahaan-perusahaan dari industri yang sejenis maupun dengan perusahaan-perusahaan dari industri yang tidak sejenis.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dimana standar kualitas yang diharapkan terpenuhi, adanya ketepatan jumlah permintaan dan waktu penyelesaian yang tepat.

Dalam industri manufaktur, kegiatan produksi merupakan salah satu aktivitas yang penting. Produksi adalah kegiatan memproses bahan baku menjadi barang jadi yang menghasilkan nilai tambah dan berkualitas baik. Namun kegiatan


(24)

produksi ini tidak hanya menghasilkan produk yang baik, tapi juga mungkin sekali menghasilkan produk cacat atau bahkan produk gagal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam suatu proses produksi agar proses produksi tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Walaupun tidak mungkin produk cacat tersebut dihilangkan sepenuhnya, tapi dengan adanya perencanaan dan pengendalian tingkat produk cacat dapat ditekan seminimal mungkin.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempelajari dan mengurangi produk cacat adalah dengan melakukan audit operasional atau dapat disebut juga pemeriksaan operasional. Audit operasional ini merupakan alat review bagi manajemen untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas suatu perusahaan. Adapun tujuan dari audit operasional ini adalah untuk menilai kinerja perusahaan, mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam perusahaan dan membuat rekomendasi untuk suatu tindakan perbaikan.

Audit operasional merupakan suatu tinjauan sistematis dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, ekonomis (3E) dari suatu perusahaan dan diharapkan dapat memberikan berbagai saran dan rekomendasi sebagai bahan masukan bagi manajemen untuk melakukan perbaikan dan peningkatan di bidang yang diperiksa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Audit operasional atas pengendalian produksi guna mengurangi tingkat produk cacat”.


(25)

7 1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, keterangan dan informasi yang kompeten dan relevan, lalu menyajikan dan menganalisa data-data tersebut secara sistematis sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara: 1. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara meninjau langsung objek yang sedang diteliti. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara: a) Observasi (Obsrervation)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan meninjau dan mengamati secara langsung atas objek penelitian, seperti pelaku, keadaan yang relevan, dan bagian-bagian dalam perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti untuk memeperoleh gambaran secara nyata mengenai keadaan perusahaan dan pelaksanaan proses produksi.

b) Wawancara (Interview)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan berkomunikasi langsung dan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, yang biasa disebut sebagai narasumber, untuk mendapatkan data, informasi, dan sejumlah keterangan penting lainnya yang diperlukan dan berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.


(26)

c) Kuesioner (Questioner)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) yang diisi oleh pihak-pihak dalam perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

d) Dokumentasi (Documentation)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mempelajari catatan atau dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara mencari, membaca, dan mempelajari buku dan berbagai sumber pustaka yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam usaha mengumpulkan data, penulis melaksanakan penelitian langsung pada PT X di Jalan Cijerah Wetan, Bandung.


(27)

93

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang didapat dalam Bab 4, penulis dapat melihat berapa besar hubungan signifikan yang terjadi antara audit operasional dengan tingkat produk cacat pada PT X. Hal itu terlihat dari hasil penelitian yang didapat dari jawaban responden atas kuesioner. Maka dari itu saya, selaku penulis, dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Proses produksi yang dilakukan oleh PT X pada umumnya sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan tingkat produk cacat yang terjadi dari tahun 2005 ke tahun 2006. Proses produksi di PT X terbagi menjadi lima tahap, yakni tahap adukan, tahap proses, tahap pemotongan, tahap pemeriksaan, dan tahap finishing. Berdasarkan tahap-tahap tersebut, proses produksi berjalan cukup efektif walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang menimbulkan produk cacat.

2. Dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan, ada kalanya produk yang dihasilkan tidak memenuhi keinginan pelanggan. Produk tersebut biasa disebut produk cacat. Adanya produk cacat menyebabkan produk tersebut tidak dapat dijual atau memerlukan pengerjaan ulang agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan pelanggan. Berdasarkan hasil penelitian di PT X, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya produk cacat adalah sebagai berikut:


(28)

a. Faktor manusia, yaitu karyawan kurang teliti dan mengantuk dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan melakukan kesalahan dalam mencampur komposisi bahan baku yang yang diproses, karyawan pada bagian operator produksi melakukan kesalahan dalam penyetelan mesin yang digunakan pada proses produksi, dan karyawan pada bagian sortir yang bertugas memeriksa apakah produk yang dihasilkan terdapat cacat atau tidak kurang teliti dalam melakukan pemeriksaan.

b. Faktor bahan baku, yaitu kualitas bahan baku dan bahan penolong yang kurang baik.

c. Faktor mesin, yaitu mesin yang digunakan mengalami kemacetan pada saat proses produksi dilakukan dikarenakan kurangnya pemeliharaan atas mesin-mesin yang ada.

3. Audit operasional atas pengendalian produksi pada PT X mempengaruhi pengurangan tingkat produk cacat, hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat produk cacat yang terjadi sebesar 1,61% dari tahun 2005 ke tahun 2006. Hal ini juga didukung dengan analisa statistik yang mendapat hasil nilai korelasi sebesar positif 0,463 yang berarti adanya hubungan korelasi yang kuat dan nilai signifikan sebesar 0,355 yang membuktikan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa audit operasional berpengaruh terhadap pengurangan tingkat produk cacat .

4. Adanya perangkapan fungsi, yaitu fungsi auditor operasional yang dirangkap oleh kepala bagian akuntansi


(29)

95 5.2.Saran

Beberapa saran yang ingin penulis kemukakan untuk mengurangi tingkat produk cacat yang terjadi pada PT X adalah:

1. Perlu adanya departemen audit internal di struktur organisasi.

2. Perusahaan sebaiknya lebih ketat dalam memantau dan mengevaluasi kegiatan produksi perusahaan agar tingkat produk cacat yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin sehingga perusahaan akan dapat lebih bersaing dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

3. Perusahaan sebaiknya memeriksa atau mengkaji ulang rekanan pemasok bahan baku yang ada untuk mendapatkan kualitas bahan baku yang baik, 4. Perlu diadakan pemeliharaan mesin yang dilakukan secara rutin agar tidak


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A and James K.Loebbecke, 2000, Auditing An Integrated Approach, 8th Edition, New Jersey:Prentice Hall International, Inc.

Arens, Alvin A., Randal J.Elder, Mark S.Beasley, 2003, Auditing An Integrated

Approach, 9th Edition, New Jersey:Prentice Hall International, Inc.

Assauri, Sofjan, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta:FEUI

Auditing Standards Board, SAS No.78 (AU 319), 1995, Consideration of Internal Control in A Financial Statement Audit:An Amandment to SAS No.55, New York:American Institute of Certified Public Accountants, Inc.

Barlow, Helberg Cs, 1995, The Business Approach to Internal Auditing, 1st Edition, Johannesburg:Juta and Co.Ltd.

Bodnar, G.H., William S.Hopwood, 2001, Accounting Information System, 8th Edition, New Jersey:Prentice Hall International, Inc.

Boynton, C.W, Walter G.Kell, Ray Johnson, 2001, Modern Auditing, 7th Edition, New York:John Wiley and Sons, Inc.

Cashin, J.A., P.D. Neuwirth, and J.F. Levy, 1988, Cashin’s Handbook for Auditors, Singapore:Mc Graw Hill Book Co.

Flesher, Dale L. and Steward Siewart, 1982, Independent Auditor’s Guide to Operational Auditing, 10th Edition, New York:John Wiley and Sons, Inc.

Irsa Yani, 1991, Buku Petunjuk Pemeriksaan Operasional, Edisi Satu, Jakarta:Pusat Pengembangan Akuntansi STAN.

Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi Enam, Jakarta:Salemba Empat

Reider, R., 1999, Operational Review, 2nd Edition, New York:John Wiley and Sons, Inc.

Romney, M.B., P.J. Steinbart, B.E. Cushing, 1997, Accounting Information Systems, 7th Edition, New York:Addison-Wesley Publishing Company.

Supriyono, 1990, Pemeriksaan Manajemen dan Pengawasan Pemerintahan Indonesia, Yogyakarta:BPPE.

Tuanakotta, Theodorus M., 1982, Auditing:Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, Edisi Tiga, Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI.


(1)

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, keterangan dan informasi yang kompeten dan relevan, lalu menyajikan dan menganalisa data-data tersebut secara sistematis sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara: 1. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara meninjau langsung objek yang sedang diteliti. Studi lapangan ini dilakukan dengan cara: a) Observasi (Obsrervation)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan meninjau dan mengamati secara langsung atas objek penelitian, seperti pelaku, keadaan yang relevan, dan bagian-bagian dalam perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti untuk memeperoleh gambaran secara nyata mengenai keadaan perusahaan dan pelaksanaan proses produksi.


(2)

8 berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

d) Dokumentasi (Documentation)

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mempelajari catatan atau dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara mencari, membaca, dan mempelajari buku dan berbagai sumber pustaka yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam usaha mengumpulkan data, penulis melaksanakan penelitian langsung pada PT X di Jalan Cijerah Wetan, Bandung.


(3)

93

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang didapat dalam Bab 4, penulis dapat melihat berapa besar hubungan signifikan yang terjadi antara audit operasional dengan tingkat produk cacat pada PT X. Hal itu terlihat dari hasil penelitian yang didapat dari jawaban responden atas kuesioner. Maka dari itu saya, selaku penulis, dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Proses produksi yang dilakukan oleh PT X pada umumnya sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan tingkat produk cacat yang terjadi dari tahun 2005 ke tahun 2006. Proses produksi di PT X terbagi menjadi lima tahap, yakni tahap adukan, tahap proses, tahap pemotongan, tahap pemeriksaan, dan tahap finishing. Berdasarkan tahap-tahap tersebut, proses produksi berjalan cukup efektif walaupun masih terdapat beberapa kekurangan


(4)

94 bagian operator produksi melakukan kesalahan dalam penyetelan mesin yang digunakan pada proses produksi, dan karyawan pada bagian sortir yang bertugas memeriksa apakah produk yang dihasilkan terdapat cacat atau tidak kurang teliti dalam melakukan pemeriksaan.

b. Faktor bahan baku, yaitu kualitas bahan baku dan bahan penolong yang kurang baik.

c. Faktor mesin, yaitu mesin yang digunakan mengalami kemacetan pada saat proses produksi dilakukan dikarenakan kurangnya pemeliharaan atas mesin-mesin yang ada.

3. Audit operasional atas pengendalian produksi pada PT X mempengaruhi pengurangan tingkat produk cacat, hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat produk cacat yang terjadi sebesar 1,61% dari tahun 2005 ke tahun 2006. Hal ini juga didukung dengan analisa statistik yang mendapat hasil nilai korelasi sebesar positif 0,463 yang berarti adanya hubungan korelasi yang kuat dan nilai signifikan sebesar 0,355 yang membuktikan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa audit operasional berpengaruh terhadap pengurangan tingkat produk cacat .

4. Adanya perangkapan fungsi, yaitu fungsi auditor operasional yang dirangkap oleh kepala bagian akuntansi


(5)

5.2.Saran

Beberapa saran yang ingin penulis kemukakan untuk mengurangi tingkat produk cacat yang terjadi pada PT X adalah:

1. Perlu adanya departemen audit internal di struktur organisasi.

2. Perusahaan sebaiknya lebih ketat dalam memantau dan mengevaluasi kegiatan produksi perusahaan agar tingkat produk cacat yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin sehingga perusahaan akan dapat lebih bersaing dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

3. Perusahaan sebaiknya memeriksa atau mengkaji ulang rekanan pemasok bahan baku yang ada untuk mendapatkan kualitas bahan baku yang baik, 4. Perlu diadakan pemeliharaan mesin yang dilakukan secara rutin agar tidak


(6)

96 Arens, Alvin A., Randal J.Elder, Mark S.Beasley, 2003, Auditing An Integrated

Approach, 9th Edition, New Jersey:Prentice Hall International, Inc. Assauri, Sofjan, 2004, Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta:FEUI

Auditing Standards Board, SAS No.78 (AU 319), 1995, Consideration of Internal Control in A Financial Statement Audit:An Amandment to SAS No.55, New York:American Institute of Certified Public Accountants, Inc.

Barlow, Helberg Cs, 1995, The Business Approach to Internal Auditing, 1st Edition, Johannesburg:Juta and Co.Ltd.

Bodnar, G.H., William S.Hopwood, 2001, Accounting Information System, 8th Edition, New Jersey:Prentice Hall International, Inc.

Boynton, C.W, Walter G.Kell, Ray Johnson, 2001, Modern Auditing, 7th Edition, New York:John Wiley and Sons, Inc.

Cashin, J.A., P.D. Neuwirth, and J.F. Levy, 1988, Cashin’s Handbook for Auditors, Singapore:Mc Graw Hill Book Co.

Flesher, Dale L. and Steward Siewart, 1982, Independent Auditor’s Guide to Operational Auditing, 10th Edition, New York:John Wiley and Sons, Inc.

Irsa Yani, 1991, Buku Petunjuk Pemeriksaan Operasional, Edisi Satu, Jakarta:Pusat Pengembangan Akuntansi STAN.

Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi Enam, Jakarta:Salemba Empat

Reider, R., 1999, Operational Review, 2nd Edition, New York:John Wiley and Sons, Inc. Romney, M.B., P.J. Steinbart, B.E. Cushing, 1997, Accounting Information Systems, 7th

Edition, New York:Addison-Wesley Publishing Company.

Supriyono, 1990, Pemeriksaan Manajemen dan Pengawasan Pemerintahan Indonesia, Yogyakarta:BPPE.

Tuanakotta, Theodorus M., 1982, Auditing:Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, Edisi Tiga, Jakarta:Lembaga Penerbit FEUI.