Perancangan Kampanye Manajemen Emosi Remaja Melalu Komunitas Aikido Shinkenryukai Indonesia.
ABSTRAK
PERANCANGAN KAMPANYE MANAJEMEN EMOSI UNTUK REMAJA
MELALUI KOMUNITAS SHINKENRYUKAI INDONESIA
Oleh
Adi Pradana Gunawan NRP 0964082
Dewasa ini, banyak berkembang komunitas hobi di kalangan remaja. Namun tidak semua komunitas tersebut baik, bahkan banyak dari anggota – anggota komunitas yang melakukan tindakan negatif, bahkan cenderung kriminal. Padahal, komunitas adalah cara yang sangat baik dalam membentuk karakter remaja, karena selain sifatnya yang menyenangkan, komunitas yang positif juga dapat menghasilkan remaja – remaja yang positif.
Remaja usia 13-18 tahun merupakan masa transisi, dimana mereka sudah bukan lagi anak – anak, namun mereka juga belum menginjak usia dewasa. Masa transisi ini membuat mereka mencari jati diri, melakukan hal – hal baru yang belum pernah mereka lakukan. Pada masa ini, pengaruh lingkungan sangat berdampak pada pertumbuhan mereka. Lingkungan yang negatif akan menjadikan remajanya menjadi negatif juga. Karena itu dibutuhkan suatu kegiatan positif yang dapat menampung remaja – remaja tersebut, dan menghindarkan mereka dari tindakan – tindakan negatif.
Aikido sebagai jenis beladiri yang defensif, dapat menekan kondisi emosi remaja yang kadang agresif, yang mencari pelampiasan stres mereka. Dengan mempelajari aikido melalui Komunitas Shinkenryukai Aikido Indonesia, diharapkan para remaja dapat lebih mengontrol emosi mereka, sehingga hal – hal yang merugikan dapat dihindarkan. Diharapkan juga partisipasi dari sekolah – sekolah untuk mengkampanyekan pembelajaran beladiri aikido ini untuk murid – murid SMP dan SMA.
(2)
ABSTRACTION
A DESIGN CAMPAIGN PROGRAM OF TEENAGER’S EMOTION MANAGEMENT
THROUGH AIKIDO SHINKENRYUKAI INDONESIA COMMUNITY
Submitted by Adi Pradana Gunawan
NRP 0964082
Nowadays, hobby community is rapidly growing in teenager’s life. But, not that entire community group is good; some of them is giving bad influences. Many community people do some bad things, like biker gangs and vandalism. Being in a community itself is a good thing in shaping teenager’s characteristic because it’s fun and entertaining. A good community can produce good teenagers.
Teenagers aged 13-18 years old is within the transition phase, whereas they’re no longer a child, but at the same time they haven’t reach adulthood yet. Being in this transition phase makes them do things they haven’t done before, searching for their true self. In this phase, teenager’s sorrounding influences is very affecting their growth. A negative influence will make the teenagers become negative too. That’s why positive activities are needed for the teenagers,and evade them from all the negative influences.
Aikido, as a defensive martial art, can suppress the aggression of teenager’s emotion. By learning aikido technique in Aikido Shinkenryukai Indonesia, we hope that teenagers can control their emotion and thoughts, and so a lot of unnecessary things can be evaded. We also hoped for participation from schools to help us with this campaign, educating about emotion control for students from junior and senior high school.
(3)
DAFTAR ISI
Cover Dalam ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Pernyataan Orisinalitas Karya dan Laporan ... v
Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... vi
Abstrak Bahasa Indonesia ... vii
Abstrak Bahasa Inggris ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 01
1.1 Latar Belakang Masalah ... 01
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 03
1.3 Tujuan Perancangan ... 03
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 03
(4)
BAB II LANDASAN TEORI ... 06
2.1 Kampanye ... 06
2.1.1 Pengertian Kampanye ... 06
2.1.2 Tujuan Kampanye ... 06
2.2 Beladiri Aikido ... 07
2.3 Komunitas Aikido ... 08
2.4 Psikologi Perkembangan Remaja ... 09
2.5 Komunikasi ... 10
2.5.1 Efek Komunikasi ... 10
2.6 Media Massa ... 11
2.6.1 Majalah ... 11
2.6.2 Koran ... 11
2.6.3 Billboard ... 12
2.6.4 Poster ... 12
2.7 Layout ... 12
2.8 Warna ... 15
2.9 Tipografi ... 15
2.10 Tagline ... 16
(5)
2.12 Teori Margin dan Grid ... 18
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 20
3.1 Data dan Fakta ... 20
3.1.1 Mandatori – Komunitas Aikido Shinkenryukai Indonesia ... 20
3.2 Data Observasi ... 21
3.2.1 Wawancara Anggota Komunitas Aikido Shinkenryukai ... 22
3.2.2 Wawancara Psikolog Klinis ... 22
3.3 Tinjauan Karya Sejenis ... 22
3.3.1 Kampanye “SAY NO-UniTe Campaign” ... 22
3.3.2 I DO MARTIAL ARTS CAMPAIGN ... 22
3.4 Analisis Data Berdasarkan SWOT Beladiri Aikido ... 27
3.5 Analisis SWOT Kampanye ... 28
3.6 Analisis Data Berdasarkan STP ... 28
3.7 Hasil Kuisioner ... 29
BAB IV PEMECAHAN MASALAH ... 37
4.1 Konsep Komunikasi ... 37
(6)
4.3 Konsep Media ... 38
4.4 Sketsa dan Hasil Karya ... 39
4.4.1 Logo ... 39
4.4.2 Poster Kampanye ... 44
4.4.3 Media Sosial ... 50
4.4.4 Iklan Majalah Sekolah ... 52
4.4.5 Brosur Infographic ... 53
4.4.6 X-Banner ... 54
4.4.7 Merchandise / Gimmick ... 55
4.5 Timeline ... 58
4.6 Budgeting ... 59
BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DATA PENULIS ... 63
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 05
Gambar 3.1 Logo Aikido Shinkenryukai Indonesia ... 20
Gambar 3.2 Dokumentasi Say NO-UniTe Campaign 1 ... 23
Gambar 3.3 Dokumentasi Say NO-UniTe Campaign 2 ... 23
Gambar 3.4 Dokumentasi Say NO-UniTe Campaign 3 ... 24
Gambar 3.5 I Do Martial Arts Poster 1 ... 25
Gambar 3.6 I Do Martial Arts Poster 2 ... 26
Diagram 3.7 Gender ... 29
Diagram 3.8 Jenis Beladiri yang Diketahui ... 30
Diagram 3.9 Apakah Pernah Mempelajari Beladiri ... 31
Diagram 3.10 Alasan Mempelajari Beladiri ... 32
Diagram 3.11 Alasan Tidak Mempelajari Beladiri ... 32
Diagram 3.12 Apa yang Dirasakan Setelah Mempelajari Beladiri ... 33
Diagram 3.13 Apakah Kamu Tergabung Dalam Suatu Komunitas? ... 34
Diagram 3.14 Apakah Perlu Ikut Komunitas yang Positif? ... 34
Diagram 3.15 Alasan Mengapa Ikut Komunitas yang Positif ... 35
Gambar 4.1 Logo Kampanye ... 39
(8)
Gambar 4.3 Logo Grid ... 41
Gambar 4.4 Persentase Logo ... 42
Gambar 4.5 Penggunaan Logo yang Benar ... 42
Gambar 4.6 Penggunaan Logo yang Salah ... 43
Gambar 4.7 Poster Awareness 1 ... 44
Gambar 4.8 Poster Awareness 2 ... 45
Gambar 4.9 Poster Awareness 3 ... 46
Gambar 4.10 Poster Informing 1 ... 47
Gambar 4.11 Poster Informing 2 ... 48
Gambar 4.12 Poster Event ... 49
Gambar 4.13 Facebook ... 50
Gambar 4.14 Tumblr ... 51
Gambar 4.15 Yahoo Mail ... 51
Gambar 4.16 Media Iklan Majalah Sekolah ... 52
Gambar 4.17 Brosur Infographic ... 53
Gambar 4.18 X-Banner ... 54
Gambar 4.19 Pin ... 55
Gambar 4.20 T-Shirt ... 55
(9)
Gambar 4.22 Pembatas Buku ... 56
Gambar 4.23 Goodie Bag ... 57
Gambar 4.24 Timeline ... 58
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, marak berkembang komunitas dengan minat atau ketertarikan yang sama akan suatu hal, seperti mengoleksi barang, kesamaan akan jenis olahraga yang sama, dan lainnya. Komunitas adalah sekelompok orang yang mempunyai minat yang sama, dan berkumpul bersama untuk melaksanakan hobinya tersebut. Ada banyak manfaat dari berkomunitas, antara lain menjalin keakraban sosial antar anggota dan bertukar info tentang hobi mereka, sehingga lebih banyak informasi yang didapat. Dari sisi entertainment, berkomunitas pun juga menghibur, karena bisa lebih banyak interaksi sosial yang terjadi dengan sesama anggota.
Namun, tidak semua komunitas itu positif, ada juga perkumpulan / komunitas yang cenderung negatif, seperti komunitas geng motor yang berujung pada tindakan kriminal dan vandalisme. Para remaja tersebut seringkali melampiaskan stress mereka ke tindakan – tindakan kriminal, karena keadaan emosi mereka yang masih labil. Para remaja tersebut tidak memikirkan konsekuensinya, hanya memikirkan bahwa mereka akan dianggap keren bila melakukan hal – hal tersebut (Albert D., Steinberg L. (2011). "Judgment and Decision Making in Adolescence". Journal of Research on Adolescence : 211–224). Angka kriminalitas pun semakin naik setiap tahunnya. Tercatat selama tahun 2012 ada 5.068 kasus kriminalitas. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat ada 4.148 kasus. Itu berarti ada peningkatan 914 kasus atau sekitar 18%. Untuk mengurangi tindakan – tindakan kenakalan remaja tersebut, para remaja perlu menemukan penyaluran stress yang tepat dan positif, antara lain dengan bergabung dalam suatu komunitas yang positif.
Salah satu komunitas yang sedang berkembang adalah komunitas yang mengedepankan dan mengembangkan suatu keahlian / kemampuan, seperti komunitas
(11)
sport / olahraga. Banyak cabang dari olahraga yang mempunyai komunitas, seperti basket, sepakbola, bulutangkis, dan beladiri. Untuk komunitas beladiri, salah satu yang cukup unik adalah komunitas beladiri aikido.
Aikido, sebagai cabang beladiri dari Jepang yang mulai banyak dipelajari oleh masyarakat Bandung, memiliki banyak manfaat. Konsep aikido yang agak berbeda dengan beladiri lain, inti dari aikido adalah menyatukan aliran gerakan dengan si penyerang dan membelokkan arah tenaga mereka, bukan menyerang secara langsung. Gerakan tersebut memerlukan hanya sedikit tenaga, karena kita bisa membalikkan tenaga lawan menggunakan teknik putaran, dan diakhiri dengan lemparan atau kuncian sendi. Aikido melatih fisik dan mental seseorang, karena aliran gerakan dalam aikido haruslah selarasa antara tubuh, pikiran, dan jiwa (mind, body, and soul). Karena teknik aikido membutuhkan keluwesan tubuh dan konsentrasi tinggi, bukan semangat menggebu – gebu untuk berkelahi, sehingga aikido cocok diterapkan pada anak muda sekarang yang terkadang kondisi mentalnya belum stabil, untuk melatih mereka dalam mengontrol emosi. Seringkali yang terjadi ketika seorang pemuda mempelajari teknik beladiri, mereka cenderung menjadi pamer (show-off), ingin menunjukkan teknik – teknik beladiri yang mereka pelajari. Jadi dalam mempelajari aikido, bukan hanya sehat secara fisik karena berolahraga, kita juga menjadi sehat secara mental karena harmonisasi antara tubuh dan pikiran menjadi selaras.
Kesimpulannya, komunitas beladiri aikido bukan hanya menghibur secara sosial, tetapi juga banyak manfaat yang bisa didapat. Dari sisi entertainment, aikido adalah sebuah olahraga, dimana kegiatan olahraga dapat digunakan sebagai stress reliever, atau penghilang stres karena sifat olahraganya yang fun. Tapi di saat yang sama, tetap memberi manfaat beladiri yang sebenarnya.
(12)
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
• Bagaimana mengajak remaja untuk melakukan aktivitas yang positif sebagai pelepas stress
• Bagaimana merancang kampanye yang menarik bagi anak muda untuk mempelajari aikido melalui komunitas Shinkenryukai Aikido Bandung
1.3 Tujuan Perancangan
• Mengajak remaja untuk memahami nilai – nilai positif dalam aikido sehingga bisa melakukan aktivitas yang positif
• Merancang kampanye dengan gaya bahasa dan visual yang menarik, agar anak muda tertarik untuk mulai mempelajari beladiri aikido melalui komunitas Shinkenryukai Aikido Bandung
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Observasi dilakukan dengan pengamatan di Shinkenryukai Aikido Dojo, di Enryukai Maranatha Aikido Dojo, dan Batununggal Indah Club Dojo. Pengamatan dilakukan dengan memperhatikan kontak sosial antar anggota, apakah benar semakin sering mereka berkumpul, semakin berkurang tingkat stres mereka. Peneliti juga memperhatikan, berapa banyak anak muda usia 12-18 tahun yang ikut berlatih di masing – masing dojo.
Peneliti mewawancarai Sensei Vincent, pengajar dari Shinkenryukai Aikido Dojo, dan Pak Ketut, pengajar dari Enryukai Maranatha Aikido Dojo tentang hubungan beladiri aikido dengan kondisi mental seseorang. Peneliti juga mewawancarai Pak Aang, salah seorang anggota dan pendiri dari Shinkenryukai Aikido Dojo tentang hubungan berkomunitas dengan tingkat stres beliau. Apakah benar dengan berlatih aikido secara teratur dengan teman – teman dapat mengurangi tingkat stres.
(13)
Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku tentang teori aikido,
Encyclopedia of Aikido karangan Stanley Pranin, dan Aikido and The Dynamic Sphere
karangan Adele Westbrook.
Data juga didapat dari kuisioner yang disebar ke 100 responden acak di SMP Waringin dan SMA Trinitas.
Penulis juga melakukan analisis STP dan SWOT untuk menentukan kekuatan, kelebihan, ancaman, dan kesempatan dalam kampanye ini.
(14)
Tema Utama : Entertaintment
Latar Belakang Masalah :
Banyaknya remaja yang menyalurkan kegiatan di komunitas negatif Permasalahan :
- Bagaimana mengajak remaja untuk melakukan aktivitas yang positif sebagai pelepas st ress - Bagaimana merancang kampanye yang menarik
Sasaran
Solusi :
Perancangan Kampanye Aikido Untuk Remaja Melalui Komunitas Shinkenryukai Aikido Bandung
Konsep Komunikasi : - Persuatif, komunikatif, reminding
- Gaya bahasa non-formal Pendekatan psikologis
Konsep Kreatif : -Ilustrasi yang berfokus pada gesture
Strategi Media : -Poster -Brosur -Event -Merchandise Demografis :
Remaja laki - laki dan perempuan usia 13-18 tahun Psikografis :
Memiliki berbagai kegiatan bersama Membaca buku dan majalah Menghabiskan waktu bersama teman
Geografis : Kota Bandung Landasan Teori :
Studi pustaka
Pengumpulan data : Wawancara, kuisioner, observasi, studi pustaka 1.5 Skema Perancangan
Gambar 1.1 Skema Perancangan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(15)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Melalui pelaksaan tugas akhir tentang manajemen emosi remaja ini, penulis menyimpulkan bahwa dalam membuat sebuah kampanye yang baik, diperlukan media yang tepat dan sesuai dengan target utama. Sehingga pesan / inti kampanye tersebut dapat tersampaikan dengan tepat dan jelas. Selain penggunaan media yang tepat, visual dan bahasa yang dipergunakan pun haruslah menarik dan sesuai dengan usia target sehingga target dapat tertarik dengan pesan kampanye yang ingin disampaikan.
5.2 Saran
Saran dari Ibu RA. Dita Saraswati, M.Ds.
Ibu Dita berpendapat bahwa hubungan antara poster awareness dengan informing
masih belum kuat. Banyak hal lain dari aikido yang dapat ditonjolkan, seperti kelebihan – kelebihan aikido yang tidak dimiliki beladiri lain. Dan inilah yang seharusnya ditampilkan di poster informing, sehingga hubungan antara informing dan awareness akan lebih kuat. Lalu kurang dijelaskan urgensi dari ikut aikido, apakah kegiatan mengontrol emosi bisa dilakukan dengan cara lain atau beladiri lain?
Di bagian visual, Ibu Dita berpendapat bahwa visualisasi logo masih terlalu formal, kurang cocok dengan target audiens utama yaitu remaja SMA. Judul kampanye yaitu “Remaja Gaul Positif” pun kurang mengena dengan tema aikido yang sedang diangkat.
(16)
Saran dari Bapak Hendra Setiawan, BFA., MA.
Pa Hendra berpendapat bahwa penulis belum dapat menyambungkan antara apa yang ingin disampaikan di tahap awareness dan tahap informing, sehingga kedua seri poster tersebut masih tampak berdiri sendiri – sendiri. Pa Hendra menyarankan agar di poster informing lebih ditampilkan kelebihan – kelebihan aikido dari beladiri lain, yang menyangkut pengontrolan emosi.
Di bagian visual, Pa Hendra menyarankan agar logo dibuat lebih fun dan anak muda, karena logo yang sudah dibuat masih terlalu kaku.
Saran dari Ibu Puspita
Ibu Puspita menyarankan penulis agar lebih memperjelas langkah - langkah yang akan dilakukan selama tahap awareness dan informing. Lalu Ibu Puspita juga mempertanyakan pertimbangan penulis mengapa mengangkat beladiri yang berasal dari Jepang? Beliau menyarankan agar mungin bisa lebih mengangkat beladiri nasional / dari Indonesia.
Di bagian copywriting, Ibu Puspita menyarankan untuk memakai bahasa yang lebih cocok untuk dipakai ke anak muda, dan disarankan untuk menggunakan tagline
yang lebih persuasif, karena tagline yang penulis buat masih agak bernada memaksa / menyuruh.
(17)
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, M., (2002), The Poster in History, New York, W. W. Norton & Company, Inc.
Gavin, A., (2003), The Layout Book, London, Thames & Hudson
Gunarsa, S., (1993), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Netherland, C., (2013), I Do Martial Arts, www.idomartialarts.org, diunduh pada 11 September 2013, pukul 23.15 PM
Rustan, S., (2008), Layout : Dasar dan Penerapannya, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Rustan, S., (2009), Mendesain Logo, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Setiadi, I., (2002), Aikido : Jalan Menuju Harmoni, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Sibero, I., (2010), First Step to Be Freelance Graphic Designer, Yogyakarta, Pustaka Yustisia
Soemanagara, Rizky E., (2006), Marketing Communication, Bandung, Bhuana Ilmu
(18)
Tappenden, C., (2004), Graphic Design Foundation Course, New York, Cassell Illustrated
Tohei, K., (1961), Aikido : The Arts of Self-Defense, Tokyo, Rikugei Publishing House
Ueshiba, K., (2004), The Art of Aikido : Principle and Essential Technique, Tokyo, Kodansha International
Ueshiba, M., (2003), The Aikido Master Course : Best Aikido 2, Tokyo, Kodansha International
Ueshiba, M., (2005), Progessive Aikido, Tokyo, Kodansha International
Westbrook, A., (1970), Aikido and The Dynamic Sphere : An Illustrated Introduction,Tokyo, Kodansha International
Venus, A., (2010), Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung, Simbiosa Rekatama Media
(1)
Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku tentang teori aikido,
Encyclopedia of Aikido karangan Stanley Pranin, dan Aikido and The Dynamic Sphere
karangan Adele Westbrook.
Data juga didapat dari kuisioner yang disebar ke 100 responden acak di SMP Waringin dan SMA Trinitas.
Penulis juga melakukan analisis STP dan SWOT untuk menentukan kekuatan, kelebihan, ancaman, dan kesempatan dalam kampanye ini.
(2)
Tema Utama :
Entertaintment
Latar Belakang Masalah :
Banyaknya remaja yang menyalurkan kegiatan di komunitas negatif
Permasalahan :
- Bagaimana mengajak remaja untuk melakukan aktivitas yang positif sebagai pelepas st ress - Bagaimana merancang kampanye yang menarik
Sasaran
Solusi :
Perancangan Kampanye Aikido Untuk Remaja Melalui Komunitas Shinkenryukai Aikido Bandung
Konsep Komunikasi : - Persuatif, komunikatif, reminding
- Gaya bahasa non-formal Pendekatan psikologis
Konsep Kreatif : -Ilustrasi yang berfokus pada gesture
Strategi Media : -Poster -Brosur -Event -Merchandise Demografis :
Remaja laki - laki dan perempuan usia 13-18 tahun Psikografis :
Memiliki berbagai kegiatan bersama Membaca buku dan majalah Menghabiskan waktu bersama teman
Geografis : Kota Bandung Landasan Teori :
Studi pustaka
Pengumpulan data : Wawancara, kuisioner, observasi, studi pustaka 1.5 Skema Perancangan
Gambar 1.1 Skema Perancangan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Melalui pelaksaan tugas akhir tentang manajemen emosi remaja ini, penulis menyimpulkan bahwa dalam membuat sebuah kampanye yang baik, diperlukan media yang tepat dan sesuai dengan target utama. Sehingga pesan / inti kampanye tersebut dapat tersampaikan dengan tepat dan jelas. Selain penggunaan media yang tepat, visual dan bahasa yang dipergunakan pun haruslah menarik dan sesuai dengan usia target sehingga target dapat tertarik dengan pesan kampanye yang ingin disampaikan.
5.2 Saran
Saran dari Ibu RA. Dita Saraswati, M.Ds.
Ibu Dita berpendapat bahwa hubungan antara poster awareness dengan informing
masih belum kuat. Banyak hal lain dari aikido yang dapat ditonjolkan, seperti kelebihan – kelebihan aikido yang tidak dimiliki beladiri lain. Dan inilah yang seharusnya ditampilkan di poster informing, sehingga hubungan antara informing dan awareness akan lebih kuat. Lalu kurang dijelaskan urgensi dari ikut aikido, apakah kegiatan mengontrol emosi bisa dilakukan dengan cara lain atau beladiri lain?
Di bagian visual, Ibu Dita berpendapat bahwa visualisasi logo masih terlalu formal, kurang cocok dengan target audiens utama yaitu remaja SMA. Judul kampanye yaitu “Remaja Gaul Positif” pun kurang mengena dengan tema aikido yang sedang diangkat.
(4)
Saran dari Bapak Hendra Setiawan, BFA., MA.
Pa Hendra berpendapat bahwa penulis belum dapat menyambungkan antara apa
yang ingin disampaikan di tahap awareness dan tahap informing, sehingga kedua seri
poster tersebut masih tampak berdiri sendiri – sendiri. Pa Hendra menyarankan agar di poster informing lebih ditampilkan kelebihan – kelebihan aikido dari beladiri lain, yang menyangkut pengontrolan emosi.
Di bagian visual, Pa Hendra menyarankan agar logo dibuat lebih fun dan anak
muda, karena logo yang sudah dibuat masih terlalu kaku.
Saran dari Ibu Puspita
Ibu Puspita menyarankan penulis agar lebih memperjelas langkah - langkah yang
akan dilakukan selama tahap awareness dan informing. Lalu Ibu Puspita juga
mempertanyakan pertimbangan penulis mengapa mengangkat beladiri yang berasal dari Jepang? Beliau menyarankan agar mungin bisa lebih mengangkat beladiri nasional / dari Indonesia.
Di bagian copywriting, Ibu Puspita menyarankan untuk memakai bahasa yang
lebih cocok untuk dipakai ke anak muda, dan disarankan untuk menggunakan tagline
yang lebih persuasif, karena tagline yang penulis buat masih agak bernada memaksa /
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, M., (2002), The Poster in History, New York, W. W. Norton & Company, Inc. Gavin, A., (2003), The Layout Book, London, Thames & Hudson
Gunarsa, S., (1993), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Netherland, C., (2013), I Do Martial Arts, www.idomartialarts.org, diunduh pada 11 September 2013, pukul 23.15 PM
Rustan, S., (2008), Layout : Dasar dan Penerapannya, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Rustan, S., (2009), Mendesain Logo, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Setiadi, I., (2002), Aikido : Jalan Menuju Harmoni, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
Sibero, I., (2010), First Step to Be Freelance Graphic Designer, Yogyakarta, Pustaka Yustisia
Soemanagara, Rizky E., (2006), Marketing Communication, Bandung, Bhuana Ilmu Suhandang, K., (2010), Periklanan : Manajemen, Kiat, dan Strategi, Bandung, Nuansa
(6)
Tappenden, C., (2004), Graphic Design Foundation Course, New York, Cassell Illustrated
Tohei, K., (1961), Aikido : The Arts of Self-Defense, Tokyo, Rikugei Publishing House Ueshiba, K., (2004), The Art of Aikido : Principle and Essential Technique, Tokyo, Kodansha International
Ueshiba, M., (2003), The Aikido Master Course : Best Aikido 2, Tokyo, Kodansha International
Ueshiba, M., (2005), Progessive Aikido, Tokyo, Kodansha International Westbrook, A., (1970), Aikido and The Dynamic Sphere : An Illustrated Introduction,Tokyo, Kodansha International
Venus, A., (2010), Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung, Simbiosa Rekatama Media