IMPLEMENTASI -LOG BERBASIS HABITS OF MIND UNTUK MENINGKATKAN CREATIVE THINKING DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR.
Rizky Salis Septiawan, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat manusia yang ada sekarang (Homo Sapiens-Sapiens) adalah berpikir, manusia berbeda dengan mahluk yang lainnya karena kemampuan berpikir (N.Rustaman, 2008). Manusia yang berkecimpung dalam bidang tertentu memerlukan cara berpikir tertentu yang sudah terinternalisasi dalam dirinya sehingga menjadi kebiasaan berpikir, Marzano(1992) menyebut keterampilan berpikir ini sebagai “Habits of Mind/kebiasaan berpikir”. Kebiasaan berpikir penting untuk
dikembangkan karena memberikan bekal pembelajaran sepanjang hayat atau life long
learning (Intel Educational, 2008). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab”.
Terdapat dua langkah besar yang dilakukan pemerintah untuk menunjang keberhasilan program pendidikan karakter, yaitu dengan mewajibkan setiap guru untuk mencantumkan indikator pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengubah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013. Proses membangun karakter berlangsung terus-menerus dan seyogianya dilakukan melalui pendidikan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu karakter yang disebutkan dalam Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Nomor 1 di atas adalah kreatif (creative). Untuk memaksimalkan karakter tersebut, maka siswa harus memiliki kebiasaan creative
thinking yang baik.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada sebuah kelas XI MIA di salah satu SMA di Kota Bandung, masih banyak siswa yang belum
(2)
Rizky Salis Septiawan, 2015
mampu mengoptimalkan creative thinking nya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya konsistensi dan kesungguhan dalam menemukan solusi terhadap tugas-tugas yang diberikan yang ditunjukkan oleh siswa, fatalnya lagi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika mengajar bahkan ada siswa yang lebih memilih bermain dengan smartphone. Selain itu peneliti juga menemukan masih banyak siswa yang kurang meyadari standar evaluasi diri, terlihat dari pengulangan kesalahan yang sama dalam mengerjakan tugas meski guru telah memberitahu kesalahan dalam tugas tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kesalahan-kesalahan laporan tugas kelompok, baik itu dalam sistematika penulisan laporan, kelengkapan, dan konten dari laporan tersebut yang masih kurang. Kesalahan-kesalahan tersebut masih sering terulang meski guru telah memberikan pernyataan mengenai bentuk kesalahan-kesalahan yang siswa lakukan, bahkan masih ditemukan siswa yang telat mengumpulkan tugas dan ada pula yang tidak mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Dalam kegiatan studi pendahuluan tersebut peneliti menemukan pula beberapa siswa yang masih kurang dalam mengoptimalkan kemampuan dan pengetahuannya dalam mengerjakan tugas yang diberikan, tugas kelompok sering kali dikerjakan oleh beberapa orang saja dan yang lainnya hanya menyumbang nama. Dalam mengerjakan tugas individu beberapa siswa ditemukan tidak mengerjakan tugas tersebut, bahkan ada siswa yang sengaja menyalin tugas milik temannya.
Marzano (1994) dalam Dimensions of Learning mengungkapkan bahwa
creative thinking sebagai bagian dari kebiasaan berpikir (habits of mind) terdiri dari
partisipasi secara intens dalam tugas meski jawaban atau solusi belum jelas, memaksimalkan kemampuan dan pengetahuan, menghasilkan meyakini dan mempertahankan standar evaluasi, dan menghasilkan cara baru dalam memandang situasi diluar batasan umum. Dengan demikian, dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam creative thinking masih belum memadai.
(3)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Fakta lapangan lain dari studi pendahuluan dan hasil wawancara dengan guru di salah satu SMA di kota Bandung menunjukkan bahwa, kemampuan kognitif siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor masih rendah, hal ini ditunjukkan dari masih banyak siswa yang bahkan belum paham mengenai konsep arah dan perpindahan, membaca kompas sebagai tugas dalam menunjukkan arah pun masih belum dapat dilakukan dengan baik. Kemampuan kognitif yang belum baik pada materi kinematika dengan analisis vektor mempengaruhi prestasi belajar siswa, siswa yang dapat digolongkan bagus dalam memahami setiap konsep hanya berkisar 40% dari hasil wawancara dengan seorang guru. Dengan kisaran 35-40% siswa yang tergolong baik, dapat disimpulkan bahwa dari hasil wawancara tersebut prestasi belajar siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor masih tergolong rendah.
Fakta lain dari hasil diskusi dan wawancara dengan tiga guru di sekolah tersebut, ditemukan adanya kesulitan yang mereka hadapi dalam menjelaskan materi kinematika dengan analisis vektor. Dalam materi tersebut guru mengalami kesulitan dalam menjelaskan turunan dan integral pada siswa, karena keabanyakan buku referensi yang digunakan menggunakan kalkulus yang materinya belum diberikan pada siswa SMA kelas XI. Dari hasil diskusi pula guru mengaku kesulitan dalam mengukur kemampuan afektiv atau sikap siswa, bentuk assesmen untuk mengukur karakter siswa masih dianggap sukar dan tabu untuk dibuat oleh guru.
Guru juga mengaku kesulitan dalam membuat pembelajaran yang dapat mengukur tidak hanya peningkatan dari kemampuan kognitif tapi juga karakter siswa dapat terukur. Dari hasil wawancara dan diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi hasil belajar siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor masih kurang untuk digolongkan baik, selain itu pembelajaran yang mampu mengukur peningkatan prestasi belajar dan mengukur karater siswa masih sukar untuk dilakukan oleh guru.
Seiring dengan keberadaan habits of mind, penguasaan konsep materi hanya merupakan dampak ikutan (nurturant effect) dari proses belajar yang dilaksanakan oleh guru (Zainul, 2008; Race, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan
(4)
Rizky Salis Septiawan, 2015
berpikir (habits of mind) dapat diperkenalkan, dibentuk, digali, dilatih, dikembangkan, dan diperkuat menjadi lebih baik melalui berbagai strategi. Karena pengembangan kemampuan siswa dalam bidang fisika merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, maka peneliti memilih strategi pembelajaran yang memanfaatkan weblog atau blog sebagai salah satu teknologi informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan creative thinking siswa yang merupakan salah satu bagian dari habits of mind.
Blog dapat digunakan untuk mengukur profil dari creative thinking siswa
karena memiliki kelebihan seperti ; kemudahan dalam mengakses yang tidak terbatasi ruang dan waktu, dapat menjadi sarana umpan balik antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa, murah dan konten dari blog dapat disesuaikan dengan tujuan dari setiap pendidik. Blog fisika berbasis habits of mind merupakan perangkat pengajaran dan pembelajaran yang bermanfaat karena menyediakan sebuah ruang bagi siswa untuk merefleksikan dan mempublikasikan pemikiran dan pemahaman mereka. Selain itu, karena blog dapat dikomentari, blog menyediakan kesempatan untuk memperoleh umpan balik yang berpotensi bagi tumbuhnya ide dan pemikiran baru. Dengan demikian, siswa dilatih untuk menanggapi umpan balik dengan tepat sehingga dapat mengevaluasi standar diri tindakannya agar memperoleh hasil yang lebih baik. Penggunaan blog juga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, karena siswa dapat menemukan banyak sumber belajar baru yang ada pada situs-situs diinternet. Dengan banyaknya pengetahuan yang diperoleh siswa, siswa pun mampu memberikan jawaban-jawaban alternative terhadap tugas yang diberikan. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari pemanfaatan weblog atau
blog fisika berbasis habits of mind pada kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan craetive thinking dan penguasaan konsep siswa, peneliti bermaksud melakukan
penyelidikan terhadap siswa SMP dalam sebuah skripsi yang berjudul “Implementasi phi-log berbasis habits of mind untuk meningkatkan creative thinking dan prestasi belajar siswa SMA pada materi kinematika dengan analisis vektor .
(5)
Rizky Salis Septiawan, 2015
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini terpusat pada “bagaimana peningkatan creative thinking dan prestasi belajar siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor setelah pembelajaran dengan menggunakan phi-log berbasis
habits of mind?”. Dalam penelitian ini masalah yang akan dikaji dirumuskan dalam
dua pertanyaan penelitian berikut :
1. Bagaimanakah peningkatan creative thinking siswa setelah pembelajaran dengan -log berbasis Habits of Mind pada pembelajaran kinematika dengan analisis vektor ?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa setalah diberikan pembelajaran kinematika dengan analisis dengan phi-log berbasis habits of
mind ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengetahui profil creative thinking, serta meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor melalui penggunaan strategi π-log berbasis habits of mind. Dengan demikian, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis peningkatan creative thinking (partisipasi aktiv pada kegiatan pembelajaran, mengevaluasi standar diri, mengoptimalkan kemampuan dan pengetahuan, menemukan alternative baru dalam menyelesaikkan masalah) pada materi kinematika dengan analisis vektor melalui penggunaan strategi π -log berbasis habits of mind.
2. Menganalisis peningkatan prestasi belajar siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor melalui penggunaan strategi π-log berbasis habits of mind.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi alternative pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan materi fisika yang berkaitan dengan kinematika, menjadi
(6)
Rizky Salis Septiawan, 2015
referensi dalam membuat pembelajaran yang mampu menonjolkan dan mengukur profil karakter sikap siswa. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai cara meningkatkan penguasaan konsep fisika dan mengetahui profil creative thinking siswa melalui penggunaan strategi π-log berbasis habits of mind sehingga dapat turut berkontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran.
E. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Variabel bebas : Strategi pembelajaran dengan -log berbasis habits of mind. 2. Variabel terikat : Prestasi belajar siswa dan habits of mind aspek creative
(7)
Rizky Salis Septiawan, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttet Design (Sugiyono, 2010) untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa, prestasi belajar siswa yang dimaksud ialah kemampuan ranah kognitif siswa terhadap materi kinematika dengan analisis vekror. Penelitian yang bertujuan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dimulai dengan memberikan pre-test berupa soal pilihan ganda, setelah pemberian soal pre-tes kemudian siswa diberi treatmen pembelajaran dengan phi-log berbasis habits of
mind, setelah itu siswa diberi post-test dengan menggunakan soal yang sama dengan
pre-tes. Peningkatan terhadap prestasi belajar siswa dapat dilihat dengan uji gain terhadap nilai rata-rata seluruh siswa dari pre-tes dan post-test.
Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Design O
Pretest .
X
Perlakuan .
O
Posttest .
(Fraenkel & Wallen, 2010) Keterangan:
O : Pretest / Posttest
X : Penggunaan strategi π-log berbasis habits of mind
Pada bagian peningkatan creative thinking siswa, peneliti menggunakan metode
quasi-experiment dengan desain Time-series Design (Sugiyono, 2010). Untuk
melihat peningkatan creative thinking siswa peneliti melakukan pemberian treatment berupa tugas polio yang di upload pada phi-log, tugas pertama terdapat pada materi kinematika dengan analisis vektor sedangkan tugas polio kedua pada materi usaha dan energy. Pada bagian creative thinking ini tidak dilakukan pre-tes terlebih dahulu seperti pada pengukuran prestasi belajar siswa, untuk mengukur creative thinking siswa peneliti menggunakan rubric HOM yang diadaptasi dari Marzano (1994).
(8)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Tugas polio dan aktivitas siswa pada phi-log disesuaikan dengan indikator-indikator yang ada pada rubric HOM, sehingga siswa memperoleh nilai creative thinking dari tugas yang diberikan dan aktivitasnya pada phi-log. Dari nilai creative thinking tugas pertama dan kedua dapat dilihat peningkatan creative thinking siswa melalui uji gain dari kedua nilai tugas tersebut. Skema dibawah ini menunjukkan bagaimana langkah-langkah penelitiah dilakukan :
Gambar 3.1 skema penelitian
Rumusan Masalah Penelitian dan Landasan Teori HOM
Pemberian Treatmen
dengan Pembelajaran phi-log berbasis habits of mind
Pengolahan dan analisis data creative thinking dan prestasi belajar siswa yang talah diperoleh
Penyajian data dan hasil penelitian.
Pengumpulan data berupa nilai pre-test dan post-test menggunakan instrument tes soal untuk mengukur peningkatan prestasi belajar
Pengumpulan data profil creative thinking dengan menggunakan rubric HOM yang telah diadaptasi dan diperbaiki.
Kesimpulan Studi Pendahuluan
(9)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan.
1.) Tahap Perencanaan
a.) Tinjauan materi Fisika SMA.
b.) Studi literature terhadap perkembangan habits of mind (creative thinking) dan web-based learning. Telaah kurikulum 2013 terhadap penelitian yang akan dilakukan untuk memberikan landasan dalam penelitian.
c.) Studi pendahuluan dengan observasi langsung ke lapangan, melakukan wawancara dengan guru dan mencari fakta yang berkaitan dengan creative
thinking dengan membagikan angket pada siswa.
d.) Membuat RPP dan instrumen dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Instrumen untuk meningkatkan prestasi belajar di judgment pula oleh dua dosen sebagai judgment expert.
e.) Melakukan uji coba instrumen tes penguasaan konsep kepada siswa yang telah mempelajari materi kinematika dengan analisis vektor.
f.) Menganalisis hasil uji coba instrument, kemudian melakukan perbaikkan untuk instrument
g.) Menganalisis kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran berdasarkan hasil judgement dan uji coba instrumen.
h.) Memperbaiki perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian berdasarkan hasil judgement dan bimbingan.
2.) Tahap Pelaksanaan
a.) Melaksankan pembelajaran sesuai dengan RPP.
b.) Pemberian soal pre-test untuk menguji kemampuan kognitif awal siswa. c.) Melakukan pemberian treatment phi-log berbasis habits of mind dalam
(10)
Rizky Salis Septiawan, 2015
d.) Memberikan tugas kepada siswa yang telah diupload pada phi-log, tugas tersebut harus di kumpulkan minggu selanjutnya.
e.) Melakukan post-test untuk mengukur kemampuan kognitif dengan soal yang sama dengan pre-tes.
3.) Tahap Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan penelitian ini meliputi:
a.) Mengolah data hasil penelitian yang telah dikumpulkan pada tahap pelaksanaan.
b.) Melakukan analisis terhadap seluruh hasil penelitian yang diperoleh. c.) Menyimpulkan hasil analisis data.
d.) Menyusun laporan penelitian ke dalam skripsi sebagai hasil dari penelitian.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian mengambil sample secara acak pada satu kelas yang berisi 36 orang siswa di salah satu SMA Negeri di Bandung, yang notabene merupakan sekolah yang masuk kategori cluster satu di kota Bandung. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel yang diambil oleh peneliti dirasa mampu merepresentasikan karakteristik dari setiap kelas yang ada pada sekolah-sekolah di Indonesia. Teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling tepatnya simple random sampling, dimana setiap pengambilan
anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sehingga setiap anggota sample dari populasi tersebut memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama sebagai anggota sampel, cara ini dapat dilakukan dengan menganggap setiap anggota populasi adalah homogen (Sugiyono, 2010).
(11)
Rizky Salis Septiawan, 2015
C. Definisi Oprasional a.) Creative Thinking
Creative Thinking adalah perilaku cerdas yang ditunjukkan ketika menghadapi
sebuah permasalahan yang menuntut individu tersebut berpikir diluar kebiasaan umum agar masalah tersebut selesai dengan efektif dan efisien (Costa, 2000). Dalam penelitian ini creative thinking yang dimaksud adalah bagian dari habits of mind dalam Dimensions of Learning yang dikembangkan oleh Marzano (1992) dan Marzano, et al. (1993). Berpikir kreative (creative thinking) yang terdiri dari :
a.) Dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawabannya tidak langsung tampak.
b.) Melakukan usaha memaksimalkan kemampuan dan pengetahuannya. c.) Membuat,menggunakan dan memperbaikistandar evaluasi yang dibuatnya
sendiri.
d.) Menghasilkan cara baru melihat lingkungan dan batasan yang berlaku pada masyarakat.
Creative thinking dalam peneltian ini diukur dengan menggunakan rubric HOM
yang telah diadaptasi dari Marzano (1994) yang diisi oleh peneliti, peneliti menilai tugas dan aktivitas siswa dalam phi-log dengan rubric HOM yang didalamnya terdapat butir-butir indikator yang memiliki nilai-nilai tertentu. Dari nilai yang diperoleh oleh siswa, creative thinking siswa pun dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori, yaitu : “tidak memuaskan”, “terbatas”, “cakap” dan “unggul”. Peningkatan creative thinking siswa dapat dilihat dari uji gain yang dilakukan terhadap nilai rata-rata pada tugas 1 dan tugas 2.
(12)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan kognitif yang diperoleh oleh siswa setelah mengalami proses dan evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran fisika. Domain kognitif yang dimaksud mengikuti taksonomi Marzano, yaitu 1.a (mengingat), 2.a (menggabungkan), 3.b (pengklasifikasian), 3.c (analisi kesalahan), dan 3.e (spesifikasi). Instrumen yang digunakan berupa soal-soal test yang dibuat secara mandiri. Pengukuran prestasi belajar ini menggunakan instrument berupa soal tes berbentuk pilihan ganda, soal tersebut memiliki indikator serta disesuaikan dengan taksonomi Marzano. Instrumen yang digunakan dibuat oleh peneliti dengan melihat referensi pada buku panduan belajar siswa, kemudian soal-soal yang telah dibuat tersebut di uji validitasnya dan diuji cobakan terlebih dahulu. Adapun peningkatan peningkatan prestasi belajar diperoleh melalui analisis skor gain ternormalisasi yang diinterpretasikan menurut kriteria Hake (2002) berdasarkan skor pretest dan posttest yang diperoleh.
c.) Phi-log berbasis habits of mind
-log adalah sebutan untuk web-blog berbasis habits of mind yang akan digunakan sebagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan creative thinking dan juga untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi kinematika dengan analisis vector. -log merupakan singkatan dari physics blog yang apabila diterjemahkan menjadi Fisika Blog, sebuah website yang digunakan untuk mengunggah materi ajar, tugas kelompok atau individu, forum diskusi dan evaluasi yang dapat di akses oleh siswa dan juga guru. Sehingga phi-log dapat dijadikan sumber informasi, media dan juga strategi dalam proses pembelajaran.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai atau gambaran variabel yang diteliti. Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Pengumpulan data dalam
(13)
Rizky Salis Septiawan, 2015
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen. Jenis-jenis instrumen penelitian beserta tujuannya diuraikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jenis Instrumen yang Digunakan
No Instrumen Target Tujuan Sumber Waktu
1 Rubrik creative thinking HOM yang diadaptasi dari Marzano 1994
Profil
Creative thinking
Mendeskripsikan profil dan peningkatan
creative thinking
siswa.
Siswa Setelah pembelaja-ran mengguna-kan strategi π-log berbasis habits of mind selesai diberikan. 2 Tes prestasi
belajar siswa berupa soal pilihan ganda berjumlah 10 soal, dengan waktu 30 menit.
Proses kognitif, pengetahuan (knowledge) Mendeskrip-sikan peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor
Siswa Pada Pre-test dan post-test.
Uraian dari setiap jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.) Insrtument Creative Thinking
Rubrik creative thinking yang digunakan di adaptasi dan dikembangkan dari
(14)
Rizky Salis Septiawan, 2015
thinking menurut Marzano, yakni ; “berpartisipasi secara intens dalam tugas meski
solusi belum dapat terjawab” (point l), “memaksimalkan pengetahuan dan kemampuanya” (point m), “menghasilkan, meyakini, dan mempertahankan standar evaluasi diri” (point n), dan “menghasilkan cara baru dalam memandang situasi diluar batasan umum” (point o). Setiap indikator terdiri dari 4 butiran dengan nilai dari 1 – 4, butiran-butiran yang tertera dalam setiap indikator pada rubric tersebut telah di judgment terlebih dahulu oleh dua dosen sebagai judgment expert. Tugas dan aktivitas siswa pada phi-log disesuaikan dengan rubric, sehingga setiap siswa mampu memperoleh nilai creative thinking sesuai apa yang dikerjakannya. Dengan adanya point-point pada rubric, dapat dilihat pula indikator mana yang paling sering dan banyak dipenuhi oleh siswa sebagai bahan untuk menganalisis creative thinking siswa. Validitas terhadap rubric dilakukan dengan cara expert judgement pada dua dosen. Bentuk rubric HOM yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran B-1 halaman 78, berikut merupakan kisi-kisi dari rubric yang digunkan :
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Creative Thinking
No
Nomor Point
indikator Indikator Creative Thinking
Nilai Rubrik Siswa 1 2 3 4 1 l berpartisipasi secara intens dalam tugas
meski solusi belum dapat terjawab 2 m memaksimalkan pengetahuan dan
kemampuanya
3 n menghasilkan, meyakini, dan
mempertahankan standar evaluasi diri 4 o menghasilkan cara baru dalam
memandang situasi diluar batasan umum
2.) Instrumen Prestasi Belajar
Instrumen yang digunakan dalam mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran phi-log berbasis habits of mind ini adalah soal tes
(15)
Rizky Salis Septiawan, 2015
berupa pilihan ganda (lampiran B-1, hal 84). Soal tes pilihan ganda tersebut berjumlah 10 nomor dengan pemberian waktu mengerjakan hanya 25 – 30 menit, validitas dan reliabilitas soal tes penguasaan konsep dilakukan guna memperoleh soal yang memadai dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Tes ini mengukur domain kognitif yang disesuaikan dengan taksonomi Marzano, yaitu 1.a (mengingat), 2.a (menggabungkan), 3.b (pengklasifikasian), 3.c (analisi kesalahan), 3.e (spesifikasi).
Tes peningkatan pretasi belajar berupa pretest dan posttest diberikan pada siswa guna menguji kemampuan kognitif pada materi gkinematika dengan analisis vektor sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan strategi π-log berbasis habits of mind diberikan. Hasil dari kedua tes ini dianalisis dan dibandingkan secara kuantitatif
kemudian digunakan untuk melihat dampak dari penggunaan strategi π-log berbasis habits of mind terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa. Tabel 3.4
menunjukkan kisi-kisi dari tes penguasaan konsep fisika yang di judgement dan diujicobakan serta telah direvisi, sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar
No Indikator Jenjang Kognitif Nomor
Soal 1.a 2.a 3.b 3.c 3.e
1
Menyebutkan macam-macam
besaran vector. 1 1
2
Mampu menjelaskan vector posisi, vector kecepatan, kecepatan sudut, percepatan dan percepatan sudut .
2 2 2,3,4,5
3 Menganalisis gerak melingkar dan
gerak parabola. 1 2 6, 7, 10
4
Mampu menyelesaikan
permasalahan gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vector.
2 8,9
(16)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Setelah melakukan judgement serta memperoleh persetujuan dan pertimbangan dari para dosen ahli dan dosen pembimbing, instrumen yang telah dipersiapkan diuji coba guna mengetahui kualitas dan kelayakannya. Uji coba tes penguasaan konsep materi kinematika dengan analisis vektor diberikan kepada 38 orang siswa yang telah memperlajari materi kinematika dengan analisis vektor. Tes penguasaan konsep fisika yang diujicobakan terdiri dari 10 soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan waktu pengerjaan hanya 30 menit. Hasil judgement dan uji coba instrumen kemudian dianalisis sebagai berikut.
1.) Validitas Instrumen
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Validitas tes didasarkan pada validitas internal yang tercapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian butir soal dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas internal dilakukan dengan memperoleh pertimbangan dan penilaian (judgement) dari dosen ahli dan atau guru pengajar.
Terdapat dua instrument yang di uji validitasnya yaitu rubric HOM untuk mengukur creative thinking siswa dan soal tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Rubrik HOM dan soal tes di uji oleh dua orang dosen sebagai judgment
expert untuk melakukan validitas isi, berdasarkan hasil judgement diperoleh bahwa
kedua jenis instrumen yang telah disusun peneliti telah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki terkait dengan konten, konteks, dan redaksi pada instrumen. Selain itu, ada pula beberapa catatan dari dosen ahli sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki instrumen.
(17)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Selanjutnya untuk melakukan validitas item pada instrument soal tes, peneliti menghitung koefisien korelasi product momen (Pearson), dengan rumus Pearson sebagai berikut :
rxy =
.� . − � .�√ .� 2− � 2 .� 2− � 2
rxy = Koefisien korelasi Pearson
� = Jumlah siswa yang menjawab benar pada soal item tersebut
� = Jumlah total soal yang terjawab
Kategori dari validitas instrument mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956) sebagai berikut :
Tabel 3.5 Kriteria Validitas
Nilai rxy Kategori Validitas
0.80 < rxy≤ 1.00 Sangat Baik
0.60 < rxy ≤ 0.80 Baik
0.40 < rxy≤ 0.60 Cukup
0.20 < rxy ≤ 0.40 Kurang
0.00 < rxy≤ 0.20 Jelek
rxy≤ 0.00 Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji coba dari tes sola (lampiran C-4, halaman 103), bahwa seluruh item soal dinyatakan valid. Revisi terhadap soal-soal tetap dilakukan mengingat masih terdapat beberapa kalimat soal yang dirasa kurang tepat.
2.) Reabilitas
Reabilitas adalah tingkat ketetapan instrument untuk mengukur apa yang harus diukur. Ada tiga cara untuk mengukur reabilitas yaitu tes tunggal (single test), tes ulang (tets retest), dan tes ekuivalen (alternative test). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah reabilitas dengan tes tunggal, tes tunggal terdiri dari satu set tes
(18)
Rizky Salis Septiawan, 2015
yang diberikan terhadap sekelompok subjek dalam satu kali pengetesan dan hanya memperoleh satu kelompok data. Tehnik reabilitas yang digunakan adalah tehnik belah dua (split-half technique), dilakukan dengan cara membagi tes dengan dua bagian yang relative sama jumlahnya. Koefisien reabilitas belahan tes dinotasikan dengan r00 yang dapat dihitung menggunakan rumus korelasi Pearson, selanjutnya
nilai koefisien reabilitas keseluruhan tes dapat dicari menggunakan rumus Spearman-Brown :
r11 = + r. r
dengan , r11 adalah koefisien reabilitas
Kategori dari hasil pengklsifikasian reabilitas dapat dilakukan dengan mengacu pada Guilford (1956) :
Tabel 3.6 Kategori Reabilitas
Nilai r11 Kategori Reabilitas
0.80 < r11≤ 1.00 Sangat Tinggi
0.60 < r11 ≤ 0.80 Tinggi
0.40 < r11≤ 0.60 Sedang
0.20 < r11 ≤ 0.40 Rendah
-1.00 < r11≤ 0.20 Tidak Realiable
Berdasarkan uji coba dari instrument tes peningkatan prestasi belajar, diketahui bahwa nilai reabilitas keseluruhan dari tes soal tersebut adalah 0.54. Nilai 0.54 ini dikategorikan memiliki kualitas yang sedang (lampiran C-4 halaman 103).
3.) Tingkat Kesukaran (indek kesukaran)
Derajat kesukaran suatu butir soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran, Arikunto (2009). Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut (Munaf, 2001). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal
(19)
Rizky Salis Septiawan, 2015
yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauan (Arikunto, 2007). Tingkat kesukaran dihitung menggunakan perumusan:
B P
JS
dengan:
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh diinterpretasikan guna menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.8.
Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal (Arikunto, 2007)
Nilai P Kriteria
0,00 Terlalu Sukar
0,00 < P < 0,30 Sukar 0,31 < P < 0,70 Sedang 0,71 < P < 1,00 Mudah
1,00 Terlalu Mudah
Berdasarkan hasil uji coba soal tes prestasi belajar siswa (lampiran C-4, halaman 103), dapat disimpulkan bahwa hanya satu item soal yang dinilai sangat sukar, empat soal dikategorikan sedang dan lima soal dikategorikan mudah.
4.) Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2009;211), daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:
A B
A B A B
B B
DP P P
J J
(20)
Rizky Salis Septiawan, 2015
dengan:
DP = Daya pembeda butir soal
A
J
= Banyaknya peserta kelompok atas BJ
= Banyaknya peserta kelompok bawah AB
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar AP
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar BP
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benarNilai DP yang diperoleh kemudian diinterpretasikan guna menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.9.
Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal (Arikunto, 2006)
Nilai DP Kriteria
DP < 0,20 Jelek
0,20 < DP < 0,40 Cukup 0,40 < DP < 0,70 Baik 0,70 < DP < 1,00 Baik Sekali
Dari hasil analisis uji coba (lampiran C-4, halaman 103) diketahui bahwa terdapat enam soal yang dikategorikan jelek, artinya soal-soal tersebut kurang baik untuk membedakan kecerdasan siswa. Sedangkan untuk soal yang dikategorikan cukup berjumlah tiga buah, hanya satu buah soal yang dikategorikan baik. Meski begitu penelitian ini tetap mengambil data dengan instrument yang sama pada saat melakukan uji coba, hanya saja mendapat sedikit revisi dalam bentuk penulisan soal.
F. Tehnik Pengumpulan Data
Pada bagian ini akan dijelelaskan mengenai tehnik yang dipilih dalam mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua buah data, yaitu data creative thinking siswa dan data prestasi belajar siswa.
(21)
Rizky Salis Septiawan, 2015
1. Data Creative Thinking
Data creative thinking diperoleh dengan cara pemberian tugas portofolio, dalam pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind ini siswa diberikan arahan untuk mengerjakan tugas yang ada pada www.phi-logupi.blogspot.com . Dalam phi-log tersebut guru telah memberikan tugas yang harus dikerjakan beserta contoh tugas tersebut (lampiran A-3, halaman 71), selain terdapat panduan dan contoh tugas, didalamnya juga terdapat kolom untuk melakukan komentar, tanya jawab dan bahkan diskusi online. Dari penilaian menggunakan rubric HOM terhadap tugas phi-log yang dikerjakan serta aktivitas siswa pada phi-loglah nilai creative
thinking siswa diperoleh. Dari perolehan nilai tersebut, creative thinking setiap siswa
juga dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu : “cakap”, “unggul”, “tidak memuaskan” dan “terbatas”.
Pemberian tugas pada phi-log terdapat dua sesi tugas, tugas phi-log I terdapat pada materi kinematika dengan analisis vektor dan tugas phi-log II terdapat pada materi usaha dan energy. Kemudian nilai creative thinking yang diperoleh dari dua sesi tugas (Tugas phi-log I dan Tugas phi-log II) peneliti dapat mengetahui peningkatan creative thinking siswa dengan uji gain setelah diberikan pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind.
Selain mengetahui besarnya peningkatan creative thinking siswa, dari data tersebut dapat pula dianalisis indikator-indikator dari rubric creative thinking yang berguna untuk melihat kekurangan dan kelebihan siswa dalam mengerjakan tugas phi-log.
2. Data Prestasi Belajar
Data prestasi belajar diperoleh dengan tes berupa nilai dari 10 soal pilihan ganda yang dikerjakan dengan waktu 30 menit. Terdapat dua sesi tes, pertama pre-tes untuk mengetahui nilai prestasi belajar siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind. Tes sesi kedua adalah post-tes yang bertujuan
(22)
Rizky Salis Septiawan, 2015
untuk memperoleh nilai prestasi belajar setelah diberikan treatmen pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind pada materi kinematika dengan analisis vektor. Dari nilai rata-rata siswa pada pre-tes dan post-tes tersebut dapat diketahui peningkatan prestasi belajarnya dengan menggunkan uji gain, dari uji gain tersebut siswa dapat pula dijadikan beberapa kategori terkait dengan peningkatan hasil prestasi belajar mereka.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini karena data yang diperoleh ada dua macam data, yaitu; data
creative thinking dan data hasil dari tes soal, maka pengolahan data dilakukan dengan
dua cara berbeda. Data creative thinking diperoleh dari tugas siswa dan diskusi pada phi-log yang disesuaikan dengan rubric HOM, sedangkan data prestasi belajar siswa berasal dari tes soal yang dikerjakan pada saat pre-test dan post-test.
a.) Data Creative Thinking
Pengolahan data creative thinking yang berasal dari rubric HOM Marzano (1994) menghasilkan nilai tersendiri bagi siswa, rubric HOM terdiri dari 4 indikator yang masing-masing indikator memiliki nilai dari 1-4. Nilai paling besar yang bisa diperoleh oleh siswa adalah 4 (skor ideal), dan nilai terendah yang bisa diperoleh siswa adalah 0.25. Skor total siswa diperoleh dari penjumlahan nilai yang diperoleh dari setiap indikator yang dibagi dengan banyaknya indikator (dibagi 4).
Nilai = �
� �
Dengan nilai yang diperoleh setiap siswa dari tugas dan aktivitas pada phi-log, maka kemampuan creative thinking siswa dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok seperti yang diungkapkan oleh Marzano sebagai berikut :
(23)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Nilai Kategori
0 – 0,99 Tidak Memuaskan 1 – 1,99 Terbatas
2 – 2,99 Cakap
3 – 4 Unggul
Untuk melihat peningkatan creative thinking siswa setelah diberikan pembelajaran phi-log berbasis habits of mind digunakan uji gain, uji gain digunakan dengan melihat nilai creative thinking pada tugas pertama dan kedua. Analisis skor gain ternormalisasi disesuaikan dengan kriteria Hake (2002), skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan antara skor gain aktual dengan skor gain maksimum (Hake, 2002). Skor gain aktual adalah skor yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum adalah skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
N-gain (g) = � �� ��− � �� �
� � � − � �� �
(Meltzer, 2001) Kriteria peningkatan creative thinking siswa diperoleh dari hasil perhitungan N-gain yang diinterpretasikan berdasarkan kriteria Hake (2002) pada Tabel 3.6.
Tabel 3.10 Kriteria Gain Ternormalisasi (Hake, 2002)
Rentang Kriteria
0,00 < g < 0,30 Rendah 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang 0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi
Selain dapat dilihat peningkatan dari creative thinking siswa, penelitian pula dapat menganalisis setiap point indikator (l, m, n, o). Analisis terhadap setiap point indikator bertujuan untuk mengetahui karakteristik creative thinking siswa yang paling banyak dipenuhi dan paling sedikit dipenuhi. Dalam melakukan pengolahan
(24)
Rizky Salis Septiawan, 2015
b.) Analisis Data Peningkatan Prestasi Belajar
Data kuantitatif yang diperoleh berupa nilai penguasaan konsep pada pretest (tes awal) maupun posttest (tes akhir), dari kedua tes tersebut dapat dihitung peningkatannya baik itu per individu atau secara keseluruhan dalam satu kelas. Instrumen tes terdiri dari 10 soal pilihan ganda dengan skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan skor 0 untuk setiap jawaban yang salah. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor melalui pembelajaran π-log berbasis habits of mind, dilakukan analisis skor
gain ternormalisasi yang disesuaikan dengan kriteria Hake (2002). Skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan antara skor gain aktual dengan skor gain maksimum (Hake, 2002). Skor gain aktual adalah skor yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum adalah skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
N-gain (g) = −
� � � −
(Meltzer, 2001)
Kriteria peningkatan prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil perhitungan N-gain yang diinterpretasikan berdasarkan kriteria Hake (2002) pada Tabel 3.5.
Tabel 3.10 Kriteria Gain Ternormalisasi (Hake, 2002) Rentang Klasifikasi
0,00 < g < 0,30 Rendah 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang 0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi
(25)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Daftar Pustaka
Campbell, J. (2006). Theorising Habits of Mind as A Framework for Learning. (online). Tersedia : www.aare.edu.au/06pap/camo6102.pdf
Costa, AL, and Kallick. (2000). Describing Sixteen Habits of Mind. Alexandria. VA : Assoctiation for Supervision and Cirricullum Development.
Intel Education. (2008). Designing Effective Projects : Thingking Skills Framework Marzano’s New Taksonomy.
Lawanto,Oenardi. 2000. Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda Komplemen dalam Pendidikan dan Pelatihan. Universitas Surabaya.
Mardapi, Djemari. 2012. Penilaian Pendidikan Karakter. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Marzano, Robert J., et.al. (1994). Assessing Student Outcome : Performance Assessment Using the Dimension of Learning Model. Pittsburgh : ASCD.
Marzano, Robert J,. (1992). A Different Kind of Classroom : Teaching With Dimension of Learning.Pittsburgh : ASCD.
Munir. (2009). Pembelajaraan Jarak Jauh. Bandung : Alfabeta.
Nurohman, Sabar. 2008. Pemanfaatan Free Web-blog Sebagai Media Pembelajaraan IPA Berbasis Web yang dapat Dikelola Secara Instan dan Gratis.
Rustaman, Nuryani. 2008. Habits of Mind in Learning Science and Its Assesment. Bandung.
Rustaman, Nuryani. Pendidikan dan Peniaian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
(26)
Rizky Salis Septiawan, 2015
Sidharta, Arif, Drs. 2005. Keterampilan Berpikir. Modul Diktat Berjenjang Kependidikan. Bandung.
Smaldino, S.E., Lowther, D.C., & Russel, J.D. (2008). Teknologi Pembelajaraan dan Media untuk Belajar. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sriyati, Siti. Rustaman, Nuryani. dan Zainul, Asmawi. 2009. Implementation of
formative Assessment To Improve habits of mind of Biology Student. UPI. Bandung.
Susetyo, Budi Dr. 2010. Statistika Untuk Analisis Penelitian. Refika Aditama. Bandung.
(1)
1. Data Creative Thinking
Data creative thinking diperoleh dengan cara pemberian tugas portofolio, dalam pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind ini siswa diberikan arahan untuk mengerjakan tugas yang ada pada www.phi-logupi.blogspot.com . Dalam phi-log tersebut guru telah memberikan tugas yang harus dikerjakan beserta contoh tugas tersebut (lampiran A-3, halaman 71), selain terdapat panduan dan contoh tugas, didalamnya juga terdapat kolom untuk melakukan komentar, tanya jawab dan bahkan diskusi online. Dari penilaian menggunakan rubric HOM terhadap tugas phi-log yang dikerjakan serta aktivitas siswa pada phi-loglah nilai creative
thinking siswa diperoleh. Dari perolehan nilai tersebut, creative thinking setiap siswa
juga dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu : “cakap”, “unggul”, “tidak memuaskan” dan “terbatas”.
Pemberian tugas pada phi-log terdapat dua sesi tugas, tugas phi-log I terdapat pada materi kinematika dengan analisis vektor dan tugas phi-log II terdapat pada materi usaha dan energy. Kemudian nilai creative thinking yang diperoleh dari dua sesi tugas (Tugas phi-log I dan Tugas phi-log II) peneliti dapat mengetahui peningkatan creative thinking siswa dengan uji gain setelah diberikan pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind.
Selain mengetahui besarnya peningkatan creative thinking siswa, dari data tersebut dapat pula dianalisis indikator-indikator dari rubric creative thinking yang berguna untuk melihat kekurangan dan kelebihan siswa dalam mengerjakan tugas phi-log.
2. Data Prestasi Belajar
Data prestasi belajar diperoleh dengan tes berupa nilai dari 10 soal pilihan ganda yang dikerjakan dengan waktu 30 menit. Terdapat dua sesi tes, pertama pre-tes untuk mengetahui nilai prestasi belajar siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind. Tes sesi kedua adalah post-tes yang bertujuan
(2)
untuk memperoleh nilai prestasi belajar setelah diberikan treatmen pembelajaran dengan strategi phi-log berbasis habits of mind pada materi kinematika dengan analisis vektor. Dari nilai rata-rata siswa pada pre-tes dan post-tes tersebut dapat diketahui peningkatan prestasi belajarnya dengan menggunkan uji gain, dari uji gain tersebut siswa dapat pula dijadikan beberapa kategori terkait dengan peningkatan hasil prestasi belajar mereka.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini karena data yang diperoleh ada dua macam data, yaitu; data
creative thinking dan data hasil dari tes soal, maka pengolahan data dilakukan dengan
dua cara berbeda. Data creative thinking diperoleh dari tugas siswa dan diskusi pada phi-log yang disesuaikan dengan rubric HOM, sedangkan data prestasi belajar siswa berasal dari tes soal yang dikerjakan pada saat pre-test dan post-test.
a.) Data Creative Thinking
Pengolahan data creative thinking yang berasal dari rubric HOM Marzano (1994) menghasilkan nilai tersendiri bagi siswa, rubric HOM terdiri dari 4 indikator yang masing-masing indikator memiliki nilai dari 1-4. Nilai paling besar yang bisa diperoleh oleh siswa adalah 4 (skor ideal), dan nilai terendah yang bisa diperoleh siswa adalah 0.25. Skor total siswa diperoleh dari penjumlahan nilai yang diperoleh dari setiap indikator yang dibagi dengan banyaknya indikator (dibagi 4).
Nilai = � � �
Dengan nilai yang diperoleh setiap siswa dari tugas dan aktivitas pada phi-log, maka kemampuan creative thinking siswa dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok seperti yang diungkapkan oleh Marzano sebagai berikut :
(3)
Nilai Kategori
0 – 0,99 Tidak Memuaskan 1 – 1,99 Terbatas
2 – 2,99 Cakap
3 – 4 Unggul
Untuk melihat peningkatan creative thinking siswa setelah diberikan pembelajaran phi-log berbasis habits of mind digunakan uji gain, uji gain digunakan dengan melihat nilai creative thinking pada tugas pertama dan kedua. Analisis skor gain ternormalisasi disesuaikan dengan kriteria Hake (2002), skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan antara skor gain aktual dengan skor gain maksimum (Hake, 2002). Skor gain aktual adalah skor yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum adalah skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
N-gain (g) = � �� ��− � �� �
� � � − � �� �
(Meltzer, 2001)
Kriteria peningkatan creative thinking siswa diperoleh dari hasil perhitungan N-gain yang diinterpretasikan berdasarkan kriteria Hake (2002) pada Tabel 3.6.
Tabel 3.10 Kriteria Gain Ternormalisasi (Hake, 2002)
Rentang Kriteria
0,00 < g < 0,30 Rendah 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang 0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi
Selain dapat dilihat peningkatan dari creative thinking siswa, penelitian pula dapat menganalisis setiap point indikator (l, m, n, o). Analisis terhadap setiap point indikator bertujuan untuk mengetahui karakteristik creative thinking siswa yang paling banyak dipenuhi dan paling sedikit dipenuhi. Dalam melakukan pengolahan
(4)
b.) Analisis Data Peningkatan Prestasi Belajar
Data kuantitatif yang diperoleh berupa nilai penguasaan konsep pada pretest (tes awal) maupun posttest (tes akhir), dari kedua tes tersebut dapat dihitung peningkatannya baik itu per individu atau secara keseluruhan dalam satu kelas. Instrumen tes terdiri dari 10 soal pilihan ganda dengan skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan skor 0 untuk setiap jawaban yang salah. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep fisika siswa pada materi kinematika dengan analisis vektor melalui pembelajaran π-log berbasis habits of mind, dilakukan analisis skor
gain ternormalisasi yang disesuaikan dengan kriteria Hake (2002). Skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan antara skor gain aktual dengan skor gain maksimum (Hake, 2002). Skor gain aktual adalah skor yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum adalah skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
N-gain (g) = −
� � � −
(Meltzer, 2001)
Kriteria peningkatan prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil perhitungan N-gain yang diinterpretasikan berdasarkan kriteria Hake (2002) pada Tabel 3.5.
Tabel 3.10 Kriteria Gain Ternormalisasi (Hake, 2002)
Rentang Klasifikasi
0,00 < g < 0,30 Rendah 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang 0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi
(5)
Daftar Pustaka
Campbell, J. (2006). Theorising Habits of Mind as A Framework for Learning. (online). Tersedia : www.aare.edu.au/06pap/camo6102.pdf
Costa, AL, and Kallick. (2000). Describing Sixteen Habits of Mind. Alexandria. VA : Assoctiation for Supervision and Cirricullum Development.
Intel Education. (2008). Designing Effective Projects : Thingking Skills Framework Marzano’s New Taksonomy.
Lawanto,Oenardi. 2000. Pembelajaran Berbasis Web sebagai Metoda Komplemen dalam Pendidikan dan Pelatihan. Universitas Surabaya.
Mardapi, Djemari. 2012. Penilaian Pendidikan Karakter. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Marzano, Robert J., et.al. (1994). Assessing Student Outcome : Performance Assessment Using the Dimension of Learning Model. Pittsburgh : ASCD.
Marzano, Robert J,. (1992). A Different Kind of Classroom : Teaching With Dimension of Learning.Pittsburgh : ASCD.
Munir. (2009). Pembelajaraan Jarak Jauh. Bandung : Alfabeta.
Nurohman, Sabar. 2008. Pemanfaatan Free Web-blog Sebagai Media Pembelajaraan IPA Berbasis Web yang dapat Dikelola Secara Instan dan Gratis.
Rustaman, Nuryani. 2008. Habits of Mind in Learning Science and Its Assesment. Bandung.
Rustaman, Nuryani. Pendidikan dan Peniaian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
(6)
Sidharta, Arif, Drs. 2005. Keterampilan Berpikir. Modul Diktat Berjenjang Kependidikan. Bandung.
Smaldino, S.E., Lowther, D.C., & Russel, J.D. (2008). Teknologi Pembelajaraan dan Media untuk Belajar. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sriyati, Siti. Rustaman, Nuryani. dan Zainul, Asmawi. 2009. Implementation of
formative Assessment To Improve habits of mind of Biology Student. UPI. Bandung.
Susetyo, Budi Dr. 2010. Statistika Untuk Analisis Penelitian. Refika Aditama. Bandung.