PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG.

(1)

No.Daftar FPIPS : 2162/UN.40.2.5.1/PL/2014

PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh: BONITA

1005581

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

No.Daftar FPIPS : 2162/UN.40.2.5.1/PL/2014

Pernyataan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Bonita 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

No.Daftar FPIPS : 2162/UN.40.2.5.1/PL/2014

LEMBAR PENGESAHAN

BONITA 1005581

PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SUBANG

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Prof.Dr.WanjatKastolani, M.PD NIP: 1962051 2198703 1 002

Pembimbing II

Rosita, SS.,MA

NIP : 1978101 9200604 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Fitri Rahmafitria, SP.,M.Si. NIP. 197410182008122001


(4)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN………...………... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional………...5

F. Sistematika Penulisan……….6

G. Desain Penelitian………7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Pariwisata dan Kepariwisataan... 8

B.Jenis Objek Wisata dan Pariwisata ... 9

C.Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 10

D.Desa Wisata ... 14

1.Kiteria Desa Budaya………....21

E.Wisata Budaya ... 23

F.Pengelolaan Pariwisata ... 27

1.Kriteria Pengelolaan Obyek Wisata ... 27

G. Community Based Tourism ... 31


(5)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I.Desain Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Penentuan Narasumber ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Teknik Pengolahan Data ... 42

I. Prosedur Penelitian ... 45

J. Pengujian Keabsahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1.Gambaran Umum Kampung Adat Banceuy ... 49

2.Sejarah Singkat………....50

3.Potensi dan Daya Tarik Wisata ... 53

4.Sarana dan Prasarana yang ada di Kampung Adat Banceuy... 64

5.Sistem Kepengurusan ... 69

B.Pembahasan ... 74

C. Upaya Perbaikan Penglolaan Kampung Banceuy ... 81

D. Konsep Pariwisata Berkelanjutan... 85

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 88

A.Kesimpulan ... 88

B.Rekomendasi ... 91

Daftar Pustaka………...…


(6)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel Halaman

2.1Standar Kelayakan Menjadi Daerah Tujuan Wisata ... 13

2.2Kriteria Desa Budaya ... 19

3.1 Variabel Penelitian ... 38

4.1 Standar Kelayakan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata ... 62


(7)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran ... 38

3.1 Komponen dan Analisis Data... 43

4.1 Sesajen dalam upacara Ruwatan Bumi ... 54

4.2 Upacara Hajat Wawar ... 55

4.3 Mitembeyan ... 55

4.4 Upacara Hajat Solokan ... 56

4.5 Kesenian Gembyung ... 58

4.6 Curug Bentang ... 62


(8)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 93

Lampiran 2 Laporan Hasil wawancara ... 97

Lampiran 3 Foto Dokumentasi Penelitian... 108

Lampiran 4 Surat Penelitan ... 111

Lampiran 5 Buku Bimbingan ... 112


(9)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 “PENGELOLAAN KAMPUNG BANCEUY SEBAGAI WISATA BUDAYA

DI KABUPATEN SUBANG”

Bonita 1005581 ABSTRAK

Kampung Banceuy merupakan salah satu obyek daya tarik wisata budaya yang ada di Kabupaten Subang. Dengan kekayaan alam dan potensi wisata dalam kebudayaan yang dimiliki Kampung Banceuy merupakan salah satu aset yang harus dikelola dengan baik agar mampu memberikan kotribusi terhadap pendapatan daerah. Permasalahan yang dihadapi yaitu manajemen pengelolaan yang belum terencana dan terstruktur dengan baik. Selain itu kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidang pariwisata yang menyebabkan pengelolaan Kampung Banceuy terhambat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pengelola dan memberikan upaya-upaya perbaikan terhadap pengelolaan Kampung Banceuy. Penelitian kualitatif analisis deskriptif. Populasi penelitian ini menggunakan social situation terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang ada di Kampung Banceuy. Hasil observasi ini peneliti menganalisa beberapa kendala yang dihadapi pengelola dengan aspek manajemen pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelakasanaan, pengawasan dan unsure-unsur manajemen yang mempengaruhinya yaitu men/women, materials, machines, methods, markets, dan money. Setelah itu peneliti memberikan saran dengan menyusun perbaikan pengelolaan yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM dan perencanaan strategis mengenai pengelolaan yang efektif dan efisien.


(10)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

MANAGEMENT OF KAMPUNG BANCEUY AS A CULTURAL TOURISM

IN SUBANG REGENCY Bonita

1005581 ABSTRACT

Kampung Banceuy is one of the cultural tourist attraction in Subang Regency. The wealth of natural and cultural tourism potential owned by Kampung Banceuy is in an asset must be managed properly in order to be able in contributing to the local revenue. The problem faced in Kampung Banceuy by the management has not planned well structured. In addition the lack human resources who competent in tourism led the management of Kampung Banceuy inhibited. The purpose of this research to identify the problem faced by management and suggest some efforts for the management to solve the problem. This research using “social

situation” as the population, it consists of three elements: place, actors, and

activity that found in Kampung Banceuy. The research analyzed the result of several observational constraint faced by management include planning, organizing, implementation and controlling . Management elements that can influence the men/women, materials, methods, machines, money and markets. After the researchers develop a strategy to improve the management of superior management of existing


(11)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(12)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama pengahasil devisa di berbagai negara, kegiatan pariwisata juga tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 17.508 pulau yang mencakup wilayah yang luasnya lebih dari 1,9 juta km dan dua pertiganya merupakan wilayah perairan.Kondisi geografis yang demikian memberikan peluang yang besar bagi upaya pembangunan ekonomi suatu negara. Indonesia memiliki sumber daya yang beranekaragam dan mempunyai unsur-unsur keindahan alam (natural beauty), keaslian (originality), kelangkaan (scarcity), dan keutuhan (wholeness) dan diperkaya dengan kekayaan alam berupa keanekaragaman flora dan fauna, ekosistem, serta gejala alam. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan dan kesenian yang berbeda antar daerah satu dengan daerah lainnya.

Seni dan budaya merupakan hasil karya manusia yang diperoleh dari ekspresi jiwa, rasa, dan cipta masyarakat. Seni dan budaya erat kaitannya dengan pariwisata. Dimana seni dan budaya dapat memperkokoh pariwisata sehingga dapat menjadi potensi yang luar biasa hingga dapat menarik wisatawan. Dalam kegiatan pariwisata budaya terdapat sepuluh elemen budaya yang bisa menjadi daya tarik wisata yakni ; kerajinan, tradisi, sejarah dari suatu tempat, arsitektur, makanan lokal/tradisional, seni dan musik, cara hidup masyarakat, agama, bahasa, pakaian tradisional (Shaw dan William:1997, hlm 78). Dengan seni dan budaya yang beragam ditambah dengan keindahan alam Nusantara itu semua dapat dijadikan aset yang berharga bagi kemajuan pariwisata di Indonesia Selain sebagai pendapatan daerah itu semua bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.


(13)

2

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wisata budaya juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memelihara warisan budaya dari para leluhur.

Jawa Barat merupakan daerah yang mayoritas bersuku sunda, dimana budaya sunda merupakan warisan budaya dari leluhur kita sejak dulu. Kebudayaan suku sunda bermacam-macam, sebut saja tari jaipongan, Singa depok, Wayang Golek, dan masih banyak lagi. Kebudayaan tersebut merupakan potensi wisata yang cukup menjanjikan, terutama bagi wisatawan asing yang sangat tertarik dengan kebudayaan Indonesia. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang berada didaerah pantai utara. Wilayah Kabupaten Subang luasnya 2.051,76 km2.. Kondisi geografis terdiri dari dua wilayah, yaitu di utara merupakan dataran rendah yang langsung mengarah ke Laut Jawa dan wilayah selatan yang merupakan dataran tinggi gunung. Wilayah utara cenderung merupakan kawasan sentra perdagangan. Hal ini disebabkan karena wilayah tersebut dilintasi jalur pantura yang merupakan salah satu jalur paling sibuk di Pulau Jawa, sedangkan Wilayah selatan merupakan sentra perekonomian yang berbasis pada sektor agraris terdapat area perkebunan seperti karet dan teh. Wilayah selatan Subang juga merupakan kawasan wisata khususnya wisata alam yang didukung wisata agro. Diantaranya perkebunan teh di daerah Ciater, terdapat objek wisata sumber air panas. Selain itu juga terdapat wisata alam air terjun yaitu Cijalu dan Cileat yang terdapat di daerah Sagalaherang. Selain wisata alam, daerah Subang selatan juga memiliki aset warisan budaya diantaranya ziarah makam Arya Wangsa Goparana di Desa Sagalaherang kemudian Kampung Banceuy yang memiliki potensi sebagai obyek daya tarik wisata di Kabupaten Subang.

Diambil dari (culturefrombanceuy.blogspot.com) Kampung Banceuy merupakan salah satu daerah yang terdapat diwilayah Subang Selatan tepatnya di Desa Sanca Kecamatan Ciater Kabupaten Subang dan hanya berjarak ± 10 km dari kawasan wisata Ciater. Pada Tahun 1999 Kampung Banceuy Kecamatan Ciater Kabupaten Subang yang dijadikan situs kepurbakalaan oleh pemerintah setempat sebagai Kampung Adat, bersamaan dengan munculnya otonomi daerah


(14)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hal ini dibuktikan dengan adanya pemasangan plang dipintu masuk Kampung Banceuy, dengan mengacu kepada UU No.5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya dengan ketentuan pidana pasal 26 dengan tujuan untuk melestarikan benda cagar budaya. Kampung Banceuy memiliki potensi yang sangat besar sebagai kawasan wisata yang berbasis kampung budaya karena kondisi alam yang asri dan alami terdiri dari pegunungan dan terletak dilembah gunung Tangkuban Perahu. Kehidupan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi adat istiadat juga merupakan daya tarik wisata Kampung Banceuy sebagai wisata budaya . Selain itu sebelum sampai ke Kampung Banceuy melewati objek daya tarik wisata Curug Bentang dimana pengunjung dapat menikmati pemandangan perkebunan dan sawah milik warga. Tata cara hidup yang masih tradisional yang ada di desa tersebut bisa dijadikan sebagai objek daya tarik wisata. Keberadaan Kampung Banceuy merupakan pola perkampungan yang mencerminkan satu kesatuan yang utuh yang satu sama lain ditampilkan melalui formasi dan komposisi rumah, rumah yang berdekatan, dengan memusat (bertitik pusat) kepada satu bangunan milik orang yang dipertuakan di Kampung itu, orangnya disebut sesepuh. Pola kampung secara keseluruhan terdiri dari rumah-rumah yang berhubungan dengan fasilitas yang mencerminkan pola hidup harmonis dalam kesatuan lingkungan, sehigga merupakan perpaduan antara aspek-aspek yang keramat (sacral) dan lingkungan yang tetap terpelihara dalam suasana silih asah, silih asih dan silih asuh sebagai satu konsep saling menyayangi diantara keluarga, kerabat dan paling utama cerminan gotong royong masyarakat dalam segala bentuk perilaku dan kehidupan. Harmonisasi dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dan lingkungan dalam pola perkampungan.Pola perkampungan tersebut model dari masyarakat sunda artinya, keberadaanya cukup representatif guna mewakili tata kehidupan orang sunda masa silam dan dapat memberikan pemahaman atas sejumlah adat istiadat, kepercayaan, sistem kepemerintahan, kesenian, teknologi, dan aspek kehidupan masyarakat sunda lainnya.

Hasil observasi di lapangan dengan segala kekayaan budaya dan potensi wisata yang dimiliki Kampung Banceuy saat ini memiliki potensi sebagai daya tarik


(15)

4

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wisata budaya di Kabupaten Subang, pengunjung yang datang juga cukup banyak sekitar 50-100 orang setiap bulan ada yang mengunjungi Kampung Banceuy(menurut hasil wawancara) yang datang ke Banceuy biasanya rombongan dari sekolah yang bertujuan study tour atau biasanya rombongan klub motor trail yang datang ke Banceuy untuk menguji nyali di trek tanah yang memang cocok untuk pengguna motor trail. Hanya saja Kampung Banceuy kurang dikelola dengan baik, sistem pengelolaan yang belum terstruktur dan terorganisasi, dan sarana prasarana yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang ke Banceuy sehingga pengunjung yang datang tidak selalu ada setiap harinya tidak seramai tempat wisata lainnya contohnya saja Ciater.

Aspek pengelolaan yang terdiri atas perencanaan, penggorganisasian, penggunaan, dan pengawasan Kampung Banceuy diharapkan dapat membantu pembangunan Kampung Banceuy sebagai kawasan wisata budaya di Kabupaten Subang dan mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi. Karakteristik pengelolaan Kampung Adat pada umumnya berbasis pada wisata terpadu dengan memanfaatkan peninggalan budaya dan potensi alam. Selain itu pola pengembangan Community Based Tourism sangat cocok untuk pola pengembangan dikawasan pedesaan sebagai obyek daya tarik wisata karena semua aktivitas dalam kegiatan pariwisata melibatkan masyarakat sekitar. Budaya dan alam merupakan dua hal yang selalu mengusik rasa keingintahuan manusia. Rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk mengadakan perjalanan (Pendit, 1994; hlm 217-218). Konsep pengelolaan tersebut bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengelola Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di Kabupaten Subang agar terwujudnya desa budaya ideal yang dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekitar sekaligus upaya dalam pelestarian benda cagar budaya. Maka dari itu peneliti perlu melakukan penelitian sebagai berikut “Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya di Kabupaten Subang”


(16)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Daya tarik apa saja yang ada di Kampung Banceuy sebagai wisata budaya? 2. Kendala apa saja yang dihadapi Kampung Banceuy dalam pengelolaan

Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di Kabupaten Subang?

3. Bagaimana upaya memperbaiki pengelolaan yang ada di Kampung Banceuy?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi daya tarik wisata yang ada di Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di Kabupaten Subang

2. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan yang terjadi di Kampung Banceuy

3. Menyusun upaya-upaya perbaikan pengelolaan yang ada di Kampung Banceuy agar wisata budaya berkelanjutan yang aman, nyaman, selaras dan serasi antara sarana dan prasarana, penduduknya, dan pengunjung/wisatawan yang datang.

D.Manfaat Penelitian

Data dan informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam penentuan pengambilan kebijakan pengelolaan Kampung Banceuy sebagai Kawasan Wisata Budaya bagi pihak pengelola yaitu penduduk Kampung Banceuy. Selain itu juga diharapkan pengelolaan yang sesuai dan efektif mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan.

E.Definisi Operasional

1. Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan segala potensi-potensi yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.


(17)

6

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kawasan wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata

3. Desa wisata biasanya berupa kawasan yang memiliki kawasan karakteristik khusus yang layak untuk dijadikan daerah tujuan wisata.Penduduk yang memiliki budaya dan tradisi yang relative masih asli, selain itu faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial ikut mewarnai sebuah kawasan desa wisata.

4. Wisata budaya merupakan perjalanan wisata dengan tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat seperti: upacara adat, seni pertunjukkan adat, ritual-ritual, peninggalan nenek moyang dan lain sebagainya.

5. Sistem pengelolaan desa wisata adalah kelembagaan yang telah terbentuk yaitu kelompok desa wisata, menata operasionalnya: produk wisata yang ditawarkan, penyediaan fasilitas, sistem pemasaran.

6. Strategi pengembangan CBT adalah cara atau metode yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mengelola Kampung Banceuy sehingga dapar berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan pengambilan

kajian tentang “Pengelolaan Sarana prasarana Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya.Agar kajian tersebut lebih terfokus, maka dibuat rumusan masalah.Dalam bab ini juga dipaparkan tentang tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penelitian ini.

BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi tentang penjabaran mengenai literatur yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan yang dikaji.Literatur-literatur oleh penulis sebagai tinjauan kepustakaan yang berhubungan dengan kajian pariwisata.

BAB III Metode Penelitian

Berisi mengenai metode dan teknik penelitian digunakan untuk mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber-sumber yang akan digunakan.Metode


(18)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang akan digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang bertujuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini, kemudian data tersebut dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis dengan memaparkan suatu keadaan yang terjadi pada saat sekarang serta menjelaskan setiap variabel yang diteliti.Sedangkan teknik penulisan penulis menggunakkan cara observasi, wawancara, dan studi literatur.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berrhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh penulis.Secara garis besar, bab ini menguraikan kondisi sarana prasarana yang ada di Kampung Banceuy, kendala dalam mengelola sarana prasarana serta upaya perbaikan dalam pengelolaan sarana prasarana Kampung Banceuy

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Pada bab ini disajikan penafsiran atau pemaknaan penelitian secara terpadu semua hasil penelitian yang telah diperoleh tentang kesimpulan menegnai

“Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasam Wisata Budaya di


(19)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Banceuy tepatnya di Desa Sanca Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Kampung Adat Banceuy termasuk kedalam wilayah administratif Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Provinsi Jawa Barat. Jarak dari jalan raya Cisalak ±10 km. Lokasi penelitian diperlukan kendaraan pribadi untuk mencapai objek wisata dikarenakan tidak adanya transportasi umum yang melewati Kampung Adat Banceuy. Satu-satunya yang ada adalah ojeg yang tadinya dipergunakan membawa masyarakat ke Kota, tetapi dikarenakan saat ini hamper seluruh warga Desa Sanca memiliki kendaraan bermotor, ojeg sudah jarang sekali dipergunakan.

Gambar 3.1 Lokasi Kampung Banceuy Sumber:google earth

Kampung Adat Banceuy secara astronomis terletak di 6°42’16”BT, 107°42’2”LS. Jarak tempuh dari desa menuju Kampung Adat Banceuy adalah ±2km. Jarak dari Kecamatan Ciater menuju ke Kampung Adat Banceuy adalah


(20)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

±8km. Jarak tempuh dari Kabupaten Subang adalah ±23km. Jarak dari Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ±50 Km. Sedangkan jarak tempuh dari Ibukota Negara Jakarta adalah ±183 Km. Luas Kampung Adat Banceuy adalah ±154 hektar, dengan batas-batas desa sebagai berikut:

 Utara = Sawah Tegalmalaka (Dusun Ciwirangga)

 Selatan = Cipadaringan (Desa Cibitung)

 Barat = Kampung Pangkalan

 Timur = Sungai Cipunagara (Desa Pasanggrahan Kecamatan Kasomalang)

B.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut (Sugiono: 2013, hlm 15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif. Analisis .Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana dan Ibrahim dalam Sugiyono:2013 hlm 26).Metode deskriptif pendekatan kualitatif bertujuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini, kemudian data tersebut dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis dengan memaparkan suatu keadaan yang terjadi pada saat sekarang serta menjelaskan setiap variable yang diteliti.Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu (Melly G.Tan (dalam Sugiyono:2013 hlm 45) Metode penelitian deskriptif memiliki dua ciri pokok : 1).Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau


(21)

41

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah yang bersifat aktual.2).Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional. Metodologi penelitian merupakan suatu hal yang penting dalam melakukan suatu penelitian, dengan menggunakkan suatu metode dalam penelitian maka akan dapat mendeskripsikan sumber data yang diperlukan sehingga dapat merumuskan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam suatu penelitian. Penelitian deksriptif melalui pendekatan kualitatif dianggap tepat untuk mengkaji perilaku pencarian informasi dikarenakan beberapa hal :

a).Tujuan penelitiannya adalah mengungkapkan fakta kehidupan sehari-hari informan

.b).Dengan mengungkapkan fakta yang ada, peneliti dapat memahami kebutuhan yang mendorong informan melakukan pencarian informasi

c).Dengan mengenali kebutuhan informasi informan, peneliti dapat memahami makna informasi untuk kehidupan informan.

d).Dengan pengetahuan-pengetahuan diatas peneliti akan mampu memahami informan sebagai pemakai informasi dengan lebih baik.Penelitian kualitatif juga merupakan data yang berbetuk skema dan gambar (Sugiyono:2013, hlm 56)

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif dala penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data yang ada serta menguraikan dan menginterpretasikan sesuatu seperti apa adanya, serta menghubungkan sebab-akibat pada saat penelitian sehingga bisa merumuskan pemecahan amsalah, berkaitan dengan penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut :

1. Riset kualitatif mempuyai latar belakang alami karena merupakan alat penting adalah sumber data yang berlangsung dari perisetnya


(22)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses (dari sumber fenomena sosial) ketimbang hasil atau produk semata.

4. Periset kualitatif cenderug menganalisa datanya secara induktif.

5. “Makna” (bagaimana subjek yang diteliti memberi makna hidupnya dan pergumulannya merupakan soal esensi untuk rancangan kualitatif)

Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkapkan gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian peneliti harus diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkapkan data yang tersembunyi melalui tutur bahasa, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan. Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 14 ciri penelitian kualitatif yaitu :

1. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan dalam kondisi asli atau alamiah (natural setting)

2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpulan data, yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara.

3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka saja.

4. Penelitian kualitatif lebih emmentingkan proses daripada hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.

5. Latar belakang tingkah laku dan perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian makan apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi peneliti kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri penelitiannya di lapangan.


(23)

43

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik triangulasi metode maupun triangulasi sumber data. 7. Mementingkan rincian konstektual. Peneliti mengumpulkan data dan mencatat

data yang snagat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.

8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.

9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya. 10. Verifikasi, penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang

bertentangan atau negatif.

11. Pengambilan sampel secara perposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

12. Menggunakan “audit trail” adalah dnegan mencantumkan metode pengumpulan data dan analisis data.

13. Menggunakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa dan dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisa, demikian seterusnya sampai dianggap mendapat hasil data yang memadai.

14. Teori bersifat dasar. Dengan menggunakan data yang diperoleh dari lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.

C.Social Situation

Menurut Sugiyono (2012:114), dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi

sosial yang terdiri dari atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity). Situasi sosial tersebut. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” didalamnya.Pada


(24)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Social Situation

Activity/aktivitas Place/tempat

Actor/orang

situasi obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.Situasi sosial dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.2

Situasi Sosial (Social situation) Sumber: Sugiyono(2012) 1. Tempat (place)

Dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah seluruh ruang lingkup Kampung Banceuy.

2. Pelaku (actors)

Dalam penelitian ini didalamnya terdiri dari Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Subang, Kelompok Pariwisata sebagai pengelolaa Kampung Banceuy, Masyarakat sekitar Kampung Banceuy.

2. Aktivitas (activity)

Kegiatan dengan cara berinteraksi secara sinergis yaitu di tempat atau lokasi Kampung Banceuy.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2009,hal 60) adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Berikut tabel variabel penelitian dalam penelitian ini:


(25)

45

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Tabel Variabel Penelitian

No Sasaran Variabel Definisi Operasional 1. Mengidentifikasi

potensi dan sarana prasarana Kampung Banceuy sebagai wisata budaya di kabupaten Subang

Keberadaan

peninggalan sejarah dan kolonial

Terdapatnya peninggalan sejarah yang terdapat di kawasan wisata budaya, museum, peninggalan sejarah, dan bangunan keagamaan yang merupakan peninggalan penyebaran agam

Kondisi

peninggalan sejarah dan kolonial

Kondisi dari peninggalan sejarah yang meliputi bentuk dan cirri khas yang memang melekat pada kawasan sejarah dan budaya

Karakteristik keberadaan

kebudayaan dan kesenian tradisional

Terdapatnya kebudayaan dan kesenian tradisional seperti ritual keagamaan, adat istiadat, kesenian, cara hidup, khas masyarakat sekitar kawasan wisata budaya

Keunikan

kebudayaan dan kesenian tradisional

Terdapatnya kekhasan dari kebudayaan dan kesenian tradisional dan mempunyai perbedaan dengan kawasan lainnya

Keberadaan pertunjukan

Frekuensi dari berbagai pertunjukan atau atraksi budaya sebagai suatu event rutin atau berkala

Ketersediaan utilitas Ketersediaan pelayanan air bersih, listrik, telekomunikasi, drainase, dan persampahan pada kawasan

Ketersediaan akomodasi

Keberadaan tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk

Ketersediaan fasilitas pelayanan wisata

Ketersediaan pelayanan dari fasilitas kesehatan, perbankan, keamanan, dan pendidikan. Ketersediaan

fasilitas pendukung wisata budaya

Ketersediaan pelayanan fasilitas pendukung khususnya untuk wisata budaya berupa tempat galeri seni, gedung


(26)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertunjukan, dan teater. Ketersediaan moda

angkutan dan sarana transportasi

Berkaitan dengan ketersediaan moda angkutan dan sarana transportasi yang dapat digunakan sebagai pelayanan menuju lokasi wisata.

Kondisi aksesbilitas jalan menuju obyek daya tarik wisata

Kondisi jalan yang baik akan lebih memudahkan kendaraan nyaman dan aman.

2. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pengelola dalam pengelolaan Kampung Banceuy

Jenis dan bentuk masa bangunan dari kawasan

Berkaitan dengan jenis bangunan yang berada di kawasan wisata budaya mendukung atau bertentangan dengan kawasan wisata budaya Bentuk pengelolaan

yang sudah dilakukan pengelola

Berkaitan dengan aspek pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pengawasan yang diaplikasikan dengan sarana dan prasarana

Kontribusi pemerintah

Terkait dengan kontribusi yang diberikan pemerintah dalam membangun pariwisata

3. Menganalisa upaya perbaikan pengelolaan Kampung Banceuy

Pelayanan infrastruktur pendukung wisata

Peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur pendukung wisata seperti peningkatan pelayanan akomodasi, fasilitas, pelayanan wisata, dan fasilitas pendukung wisata budaya.

Kualitas SDM Peningkatan kualitas SDM masyarakat sekitar untuk mengembangkan kawasan menjadi kawasan wisata

Sikap

keramahtamahan

Peningkatan keramahtamahan dan masyarakat terhadap pengunjung/ wisatawan sebagai tuan rumah yang baik dan ramah.

Kesempatan investasi

Peningkatan kesempatan investasi bagi investor yang ingin mengembangkan kawasan wisata yang dilakukakn dengan pengembangan promosi dengan menggunakan kecanggihan teknologi untuk menarik investor.


(27)

47

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat penelitian yang digunakkan untuk mengumpulkan data dari subjek penelitian. Selain menggunakan diri sendiri sebagai instrument utama dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakkan alat bantu lain berupa :

a. Pedoman Wawancara b. Alat Tulis

c. Kamera

F. Teknik Penentuan Narasumber

Dalam penelitian ini, ada dua teknik untuk menentukan subyek yang akan dijadikan narasumber, yaitu :

a. Purposive yaitu mencari subyek pangkal dan subyek kunci terkait penelitian. Jadi yang menjadi subyek pangkal dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Subang. Sedangkan, subyek kunci adalah Pak Odang yang menjadi Juru bicara Kampung Adat Banceuy.

b. Snowball yaitu teknik penentuan subyek sehingga jumlah subyek penelitian semakin banyak, ibarat bola salju bila menggelinding makin lama makin besar. Dari yang subyek kunci pertama yaitu Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Subang dan seterusnya merekomendasikan subyek lain yang terkait penelitian yaitu Pak Aep Ruslan sebagai staf bagian kebudayaan, Pak Iim sebagai staf bagian kesenian dan sejarah, Kepala dusun Banceuy sampai dengan masyarakat Kampung Adat Banceuy.

Seperti yang telah dikemukakan (Sugiyono:2013, hlm218) purposive sampling

yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan tertentu itu misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, atau mungkin informan sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang


(28)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diteliti.Snowball sampling merupakan pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar.

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi Lapangan

Observasi merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media pengamatan, observasi juga merupakan teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. 2. Wawancara

Dalam penelitian ini metode wawancara adalah metode yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung data yang dibutuhkan kepada seseorang yang berkaitan langsung atau pelaku budaya itu sendiri. Dalam penelitian ini sebagai narasumber yaitu: Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Subang, Seksi Bidang pengelolaan sarana wisata,seksi pembangunan sarana wisata, Seksi bidang sejarah dan nilai tradisional. Sebagai berikut profil yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini:

a. Subjek 1

Subjek pertama bernama Rohana Odang, berjenis kelamin laki-laki. Tinggal di Kampung Banceuy. Kang Odang ini merupakan juru bicara Kampung Banceuy yang dipercayakan oleh seluruh masyarakat Kmapung Banceuy. Kang Odang juga berperan sebagai kordinator kesenian yang ada di Kampung Banceuy.

b. Subjek 2

Subjek kedua bernama Ahmad Rohendi berjenis kelamin laki-laki, tinggal di Kampung Banceuy. Bapak Rohendi ini merupakan Ketua RW 02, selain itu Bapak Rohendi merupakan sesepuh Kampung Banceuy yang dituakan. c. Subjek 3

Subjek ketiga bernama Bapak Nana Rohana berjenis kelamin laki-laki tinggal di Banceuy. Bapak Nana Rohana salah satu anggota dari kelompok


(29)

49

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemangku pariwisata yang dibentuk di Kampung Banceuy, pekerjaan Bapak Nana adalah seorang pegawai Kelurahan Sanca.

d. Subjek keempat

Subjek keempat bernama Bapak Aep Ruslan berjenis kelamin laki-laki tinggal di Subang.Bapak Aep ini merupakan staf bagian kebudayaan pariwisata di Disbudpar Kabupaten Subang.

e. Subjek kelima

Subjek kelima bernama Bapak Agustias Amin berjenis kelamin laki-laki tinggal di Subang. Bapak Agus merupakan sekretaris di Kantor Disbudpar Kabupaten Subang dan salah satu pendiri Kampung Adat Banceuy

f. Subjek keenam

Subjek keenam bernama Teti khoerunissa berjenis kelamin perempuan tinggal di Kampung Banceuy. Ibu Teti ini adalah salah satu masyarakat Kampung Banceuy.Pekerjaan Ibu Teti merupakan Guru SD di SD karangMadu yang ada di Kampung Banceuy.

g. Subjek ketujuh

Subjek ketujuh beranama Maman Suparman berjenis kelamin laki-laki. Merupakan petani aren di Kampung Banceuy.

3. Studi Literatur

Yaitu teknik pengumpulan data dengan penelusuran literature yang bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan penelitian, terutama mengenai pengembangan potensi budaya.

4. Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untu menulusuri histories. Mengambil data dari berbagai sumber seperti dokumen, brosur,data pemerintah setempat, karya-karya monumental dan sebagainya.


(30)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah data-data terkumpul teknik pengolahan data yang dipergunakkan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang merupakangambaran dari data yang disusun sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Pada prinsipnya metode analisis deskriptif kualitatif lebih cenderung kepada kata-kata dari pada deretan angka-angka. Data yang muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskripsi atau gambaran-gambaran yang jelas dan objekitif mengenai kondisi Kampung Adat Banceuy. Pengaplikasian rumusan masalah berdasarkan teori, semua rumusan masalah yang dihadapi saat penelitian akan diaplikasikan melalui pendekatan-pendekatan teori, baik dari studi literatur maupun tinjauan pustaka. Akan tetapi tidak semua masalah bisa diaplikasikan kedalam teori karena semua masalah berisifat relative. Menurut Bogdan(dalam Sugiyono:2013, hlm 244) data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannnya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data yang dinyatakan Nasution 1988 (dalam Sugiyono:2013, hlm 245) analisis data dimulai sejak dari merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian.

Gambar 3.2

Komponen dalam analisis data (interactive model)

Data Collection Data Display

Conclusion drawing/veryfing Data Reduction


(31)

51

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber:Buku Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Sugiyono:2013) Dalam penelitian ini hal-hal yang akan dianalisis adalah faktor-faktor yang harus dilakukan pengelola terhadap nilai budaya agar tidak lenyap dan peningkatan masyarakat agar lebih sejahtera dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Kampung Adat Banceuy. Pengelolaan sarana dan prasarana yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, pengawasan yang terdiri dari pemeliharaan , monitoring dan evaluasi harus tepat sasaran agar tercapainya tujuan pengelolaan sarana dan prasarana yang efektif dan efisien. Selain itu terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan berdasarkan prinsip manajemen pengelolaan yang harus diperhatikan terdiri dari :

1. Men and women, menganalisis bagaimana latar belakang pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata.

2. Materials, menganalisis adalah lahan dan bahan baku yang dimiliki Kampung Adat Banceuy yang dapat mendukung ketersediaan sarana dan prasarana. 3. Machines, menganalisis ketersediaan sistem informatika dan komunikasi yang

dimiliki Kampung Adat Banceuy dalam menunjang masyarakat untuk mengelola sarana dan prasarana Kampung Adat Banceuy.

4. Methods, menganalisis prosedur kerja mengenai pengelolaan sarana dan prasarana Kampung Banceuy yang sudah berjalan.

5. Money, menganalisis sumber dana yang diperoleh Kampung Adat Banceuy.

6. Markets, menganalisis pemasaran yang sudah dilakukan pengelola Kampung Banceuy dalam memasarkan produk wisata yang ada di Kampung Banceuy. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana data yang diperoleh dideskriptifkan atas suatu fenomena sosial atau alam secara sistematis, factual, dan akurat, dan kemudian data yang diperoleh dalam penelitian ini diuraikan dan diinterpretasikan kedalam sesuatu seperti apa adanya, serta menghubungkan sebab akibat pada saat penelitian.Sedangkan semua


(32)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rumusan masalah yang dihadapi pada saat penelitian akan diaplikasikan melalui pendekatan-pendekatan teori, baik dari studi literature maupun tinjauan pustaka. Akan tetapi tidak semua masalah bisa diaplikasikan kedalam teori karena semua masalah bersifat relatif.

I. Prosedur Penelitian

Dalam menyusun penelitian ini peneliti membagi menjadi tiga tahapan yaitu: 1.Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data-data observasi lapangan, yaitu data observasi keadaan lingkungan Kampung Adat Banceuy maupun keadaan masyarakat Kampung Adat Banceuy.

b. Mengumpulkan berbagai literatur yang berkaitan dengan Kampung Adat Banceuy dan masalah yang akan diteliti.

c. Mempersiapkan panduan wawancara dan peralatan yang membantu dalam proses pelaksanaan wawancara dan peralatan yang membantu dalam proses pelaksanaan wawancara, seperti alat perekam dan alat tulis.

d. Menghubungi subjek penelitian untuk menentukkan waktu wawancara. e. Membaca buku-buku tata cara wawancara yang baik dan benar.

2.Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

a. Menghubungi subjek untuk memberitahukan lebih awal dan membuat janji waktu untuk melakukan wawancara serta tempat dilakukannya wawancara. b. Melakukan wawancara dengan subjek sesuai dengan waktu dan tempat yang

telah disepakati dengan merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung.


(33)

53

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Membuat catatan observasi yang dilakukan subjek selama wawancara. Hasil observasi adalah berupa gambaran subjek pada saat dilakukan wawancara dan situasi wawancara.

3.Tahap pengolahan Data

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mengumpulkan berbagai sumber-sumber data yang ada di buku, internet, maupun tulisan seseorang tentang Kampung Adat Banceuy sebagai penunjang dalam penulisan penelitian ini. Setelah data terkumpul, tahap pertama yang dilakukan adalah reduksi data,

display data, dan kemudian verifikasi data. a. Reduksi Data

Tahap pertama yang dilakukan untuk mengkaji informasi dari subjek adalah mereduksi data. (Menurut Sugiyono:2011, hlm 34), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data. Sebelum melakukan reduksi data, peneliti menetapkan terlebih dahulu indikator-indikator yang akan dijadikkan bahan untuk melakukan analisis. Dalam menetapkan indikator, peneliti menetapkan berdasrkan daftar pertanyaan wawancara dan informasi yang didapat dilapangan pada saat melakukan proses wawancara. Reduksi data ni dilakukkan dengan memberikan tanda berupa garis-garis pada pertanyaan-pertanyaan yang dianggap cocok untuk dimasukkan kedalam setiap indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Display Data

Tahap kedua yang dilakukan setelah mereduksi data adalah mendisplay data (menyajikan data). Penyajian data ini dilakukkan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat naratif dari kata yang telah direduksi, kemudian dimasukkan kedalam indikator-indikator atau aspek yang digali yang telah ditentukkan sebelumnya yang akan dijadikkan bahan untuk melakukan analisis.Selanjutnya display data ini akan disajikan dalam sebuah tabel.


(34)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap ketiga yang dilakukan dalam menganalisis data adalah verifikasi (penarikan keismpulan). Seringkali pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubugan satu sama lain antar indikator, maka dapat diambil kesimpulan umum dari pertanyaan responden yang akan dijadikan dasar bagi proses analisis selanjutnya.

J. Pengujian Keabsahan Data.

Ada beberapa hasil penelitian kualitatif yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, agar hasil penelitian kualitatif dapat diterima atau dipercayai, peneliti melakukan beberapa cara untuk menentukan keabsahan data menurt Lincoln dan Guba (dalam Burhan Bungin:2008, hlm 76) yaitu:

1.Kredibilitas

Beberapa kriteria dalam menilai hasil penelitian kualitatif adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:

a. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di Kampung Adat Banceuy, dapat menguji informasi dari beberapa subjek penelitian ini untuk membangun kepercayaan para subjek penelitian terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

b. Pengamatan (observasi) yang terus menerus, untuk menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.


(35)

55

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

d. Peer debrifieng (membicarakan dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi.

e. Mengadakan member check yaitu peneliti menguji kemungkinan duga-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukkan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas, yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian ini memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan rumusan masalah penelitian.

3. Depandability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakkan konsep-konsep ketika membuat interprestasi untuk menarik kesimpulan.

4. Konfirmabilitas, yaitu apakah hasil penelitian dapt dibuktikkan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil penelitian dapat lebih objektif.


(36)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditentukan serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kampung Banceuy merupakan desa yang berbasis budaya serta memiliki potensi yang bisa dijadikan daya tarik wisata di Kabupaten Subang. Potensi wisata yang dimiliki berupa potensi alam dan potensi budaya. Potensi alam yang ditandai dengan kondisi alam pegunungan yang lingkungannya masih asri dan terdapat wisata air terjun curug bentang yang bisa menjadi magnet tersendiri untuk mendatangkan wisatawan. Sedangkan potensi budaya yang terdapat di Kampung Banceuy yakni ciri masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan kepercayaan yang diwariskan para leluhur mereka yang ditandai dengan upacara adat untuk menghormati para leluhur dan keyakinan masyarakat untuk terhindar dari marabahaya, kesenian yang apabila dikemas dengan tepat bisa menarik perhatian wisatawan yang datang ke Kampung Banceuy , selain itu terdapat peninggalan sejarah berupa makam para leluhur yang sangat mereka hormati yaitu makam Aki Leutik, dan Eyang Ito, makam ini akan ramai dikunjungi para peziarah pada waktu-waktu tertentu apabila manajemen pengelolaan Kampung Banceuy berjalan baik, potensi wisata yang ada disana akan terekxplorasi sebagaimana mestinya dan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal yang bertindak sebagai pengelola.

2. Kondisi sarana dan prasarana yang ada di Banceuy belum memadai untuk mendukung Kampung Banceuy sebagai wisata budaya. Perlunya banyak perbaikan terhadap pembangunan sarana dan prasarana yang ada di Banceuy.Serta perlunya perbaikan mengenai manajemen pengelolaan yang meliputi aspek pengelolaan


(37)

96

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Dalam pengelolaan objek wisata terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang berperan penting khususnya dalam pengelolaan Kampung Banceuy menunjang kegiatan pariwisata. Faktor internal berasal dari masyarakat sekitar sendiri sebagai pengelola Kampung Banceuy . Masyarakat lokal Kampung Banceuy merupakan faktor yang sangat penting dimana masyarakat yang bertindak sebagai pengelola bisa mengontrol dan terlibat langsung dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, sedangkan masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan itu bertujuan untuk menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan. Pada kenyataan dilapang dirasa belum adanya kesadaran bahwa potensi yang dimiliki apabila dikelola dengan baik dan tepat dapat membawa kesejahteraan kepada masyarakat disekitar Kampung Banceuy Hal itu terlihat dari terbengkalainya sarana prasarana yang sudah dibangun untuk menunjang pariwisata seperti penginapan yang sekarang sudah tidak dipergunakan akibat oknum yang tidak bertanggung jawab, selain itu aksesbilitas menuju Kampung Banceuy kurang diperhatikan, petunjuk arah yang kurang sehingga wisatawan kesulitan untuk mencapai objek wisata, tidak adanya toilet umum untuk pengunjung yang datang, tidak terdapat lahan parkir yang khusus.

4. Upaya perbaikan pengelolaan yang harus dilakukan oleh lembaga atau instansi terkait baik itu pengelola maupun Pemerintah Daerah di dalamnya terdapat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Subang adalah:

a) Membuat perencanaan strategis mengenai pengelolaan Kaapung Banceuy, pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas menurut divisi yang diperlukan.

b) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dengan pelatihan khusus di bidang pariwisata.

c) Meningkatkan promosi objek wisata Kampung Banceuy : 1. Promosi langsung yang dapat dilakukan melalui:


(38)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Peragaan (display) misalnya didirikannya rumah percontohan yang dahulu digunakan sebagai rumah tempat tinggal para leluhur agar walaupun rumah-rumah tradisional berupa rumah panggung sudah tidak digunakan lagi oleh masyarakat Kampung Banceuy masih bisa dilihat oleh wisatawan dan wisatawan dapat merasakan tinggal di rumah tradisional tersebut.

 Barang cetakan berupa leaflet, booklet, atau brochure yang berisikan mengenai Kampung Banceuy, jarak yang ditempuh dari Ibukota, atau dari Kabupaten Subang kemudian aksesbilitasnya, alat transportasi, akomodasi, makanan khas, kesenian yang bisa dilihat wisatawan, kerajinan tangan sebagai souvenir.

 Pameran khusus yang mencerminkan kebudayaan yang dimiliki Kampung Banceuy di pameran-pameran pembangunan yang biasanya diselenggarakan oleh Kabupaten.

2. Promosi Tidak Langsung

 Publikasi dalam majalah, surat kabar.

Upaya-upaya perbaikan yang efektif dan efisien di Kampung Banceuy adalah mengenai sumber daya manusia, pemanfaatan lahan sebagai bahan baku untuk produk wisata, ketersediaannya teknologi informasi dan teknologi untuk menunjang kinerja pengelola, tersedianya dan jelasnya prosedur maupun metode kerja yang bertujuan untuk menjalankan pengelolaan yang tepat, efektif dan efisien, mengkaji ulang untuk perolehan sumber keuangan untuk peningkatan fasilitas sarana prasarana agar dapat berkembang dan menjadi daya tarik wisata yang baik serta membuat pemasaran yang baik agar dkenal oleh masyarakat umum. Dengan pengelolaan yang baik dan berjalan secara efektif dan efisien terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan pengelola kepada masyarakat yaitudengan tiga pendekatan : 1). Pendekatan spiritual dimana pemberian pemahaman terhadap toleransi nilai spiritual, moral dan etika yang harus dimengerti agar kegiatan pariwisata seimbang dengan itu semua. 2). Pendekatan sosiologis dengan mengedepankan kearifan lokal dan kapasitas masyarakat


(39)

98

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai nilai yang dianut masyarakat dalam pengelolaan Kampung Banceuy .3) Pendekatan pembangunan berkelanjutan pendekatan yang saling berkaitan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pendekatan ini diharapkan bisa memelihara sumber daya yang ada di Kampung Banceuy untuk bisa tetap terjaga keberlanjutannya dalam jangka waktu yang panjang.

B.Rekomendasi

Berikut ini adalah hal-hal yang direkomendasikan bagi pihak-pihak tertentu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya :

1) Meningkatkan kualitas SDM untuk menunjang peningkaan kualitas pelayanan pariwisata melalui:

a. Bantuan tenaga-tenaga kompeten pariwisata dari instansi-instansi yang lebih tinggi, seperti Depbudpar membantu instansi tingkat propinsi. Bilamana lebih jauh diperlukan, membantu di instansi kabupaten. b. Pembukaan kesempatan Pendidikan/pelatihan Jenjang Jabatan

Pariwisata (oleh Pusat Pendidikan dan Latihan – PUSDIKLAT,

Depbudpar) bagi pemangku jabatan pariwisata, Diparda, maupun yang terkait dengan kepariwisataan (tourism related office), seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Tatakota, Bappeda dsb.

c. Dengan tersusunnya SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), merupakan peluang untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pemangku jabatan pariwisata di daerah, misalnya melalui Action Program yang kegiatannya antara lain

“Menyelenggarakan Pelatihan bagi Pelatih (Training of Trainers)

Pariwisata” yang secara “getok tular” melatih sataff lainnya secara

beranting.

2) Metode pengelolaan Kampung Banceuy

a) Penyusunan kebijakan yang berisikan penyusunan kebijakan pengelolaan kawasan wisata yang berdampak langsung dan tidak langsung untuk mendukung pengelolaan Kampung Banceuy sebagai kawasan wisata.


(40)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Penyediaan fasilitas, pada kenyataannya di lapangan pengelola atau pelaku usaha tidak mampu menyediakan fasilitas secara mandiri, oleh sebab itu diharapkan pemerintah yang berperan sebagai fasilitator dapat membantu dalam emnopang modal usaha, pemberian subsidi kepada fasilitas dan pelayanan wisata.

c) Mengidentifikasi isu strategis seperti ketimpangan pembangunan antar wilayah, pembangunan infrastruktur termasuk transportasi, atraksi wisata, akomodasi, dan regulasi pemerintah. Kebijakan sektor pembangunan lainnya yang sangat vital dalam mendukung pengelolaan yaitu pendidikan dan pelatihan SDM pariwisata.

d) Konsultasi dengan semua pemangku kepentingan yang dapat dilakukan dengan beragam cara antara lain melalui pendekatan formal dan terstruktur dengan para pelaku usaha, lembaga usaha pariwisata, dan lemabag pemerintahan baik yang mengelola kepariwisataan maupun diluar kepariwisataan yang menopang perkembangan kepariwisataan. 3) Model Pengelolaan Kampung Banceuy

Strategi pengelolaan sumber daya yang tersedia di Kampung Banceuy perlu mendapatkan perhatian karena sudah semakin terbatasnya sumber daya tersebut. Oleh karena itu beberapa prinsip harus diperhatikan:

a) Penggunaan sumber daya yang tersedia perlu mendapatkan perhatian sehingga sumber daya yang tersedia bisa berkelanjutan dan bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh generasi penerus (reneval resources). b) Pemanfaatan untuk berbagai kepentingan (multi use) yang dapat berjalan bersamaan . Misalnya Kampung Banceuy terkenal dengan penghasil buah aren dan gula aren yang bisa dijadikan kegiatan wisatawan terjun langsung dalam proses pembuatan gula aren. Pengelolaan kawasan wisata yang terpadu yang dapat menghasilkan kebutuhan baik bagi usaha kawasan, masyarakat, dan pemerintah serta wisatawan.


(41)

100

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Penentuan zonasi fasilitas agar lebih mendukung Kampung Banceuy sebagai kawasan wisata agar lebih jelas pembagian kawasan dimana fokus-fokus untuk kegiatan pariwisata.

d) Konservasi sumber daya yang tersedia untuk tetap dilestarikan keaslianya dengan memelihara proses alaminya.


(42)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fardani, Faris (2014) “Strategi Pengelolaan Kampung Cirendeu sebagai Daya Tarik

Wisata Budaya di Kota Cimahi”. Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung :

tidak diterbitkan.

Garrord, Brian, Local Partisipation in the Planning ang Management of Eco Tourism: A Rivised Model Approach, Bristol: Univesity of The West Of England. 2001.

Koentjaraningrat.(1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marpaung.SH, 2000.”Pengetahuan Kepariwisataan”: Bandung, Alfabeta

Martha.G (2009) “Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik wisata Dalam Upaya Pelestarian Budaya”.Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung :tidak diterbitkan

Nuryanti,Wiendu.(1993).Concept, Perspevtive and Challenges, makalah bagian dari laporan Konferensi Intenasional mengenai Pariwisata Budaya.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.Hlm 2-3

Nyoman,S Pandit .Ilmu Pariwisata.Jakarta:P.T.Pradnya Paramita.1994

Undang – Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Pitana,I Gede (1994).Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali.Denpasar:Offiset BP.

Pendit, Nyoman.S (1994).Ilmu Pariwisata:Sebuah Pengantar Perdana.Jakarta:Pradnya Paramitha.

Ritchie dan Zins. (1978). Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text. Chapter 19: Social and Cultural Impacts. Page 221.

Richard Sharpley, Tourism and Sustainable Development: Exploring the Theorical Divice. Journal of Sustainable Tourism , VIII(1-9).2000


(43)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.Bandung, Alfabeta.2013

Suwantoro.G, Dasar-dasar Pariwisata.Yogyakarta:Andi.2002

Terry, George R.(1982).Participle of Management, Newyork:Dow Jones-Irwin

Widhiastuty.A (2013). Strategi Pengembangan Kampung Adat Banceuy sebagai Kawasan Wisata Budaya di kabupaten Subang Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Wardoyo.(1980).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Yessy Andriyani (2009).Pengembangan Desa Budaya Cikondang Melalui Peningkatan Sarana dan Prasarana.Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI.Bandung: Tidak diterbitkan.

Yoeti.A.Oka.Pengantar Ilmu Pariwisata.Angkasa: Bandung.1996

Anoname “ Kampung Adat Banceuy” [online] tersedia di

http:/www.culturefrombanceuy.blogspot.com. diakses pada tanggal 20 February 2014.

Anoname Desa Wisata” [online] tersedia di http:/www.desa-wisata.doc. diakses pada tanggal 7 April 2014.

Anoname “Kampung Adat Cikondang” [online] tersedia di http:www.pengertian kampung adat.com. diakses pada tanggal:7 April 2014


(44)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(1)

98

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai nilai yang dianut masyarakat dalam pengelolaan Kampung Banceuy .3) Pendekatan pembangunan berkelanjutan pendekatan yang saling berkaitan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pendekatan ini diharapkan bisa memelihara sumber daya yang ada di Kampung Banceuy untuk bisa tetap terjaga keberlanjutannya dalam jangka waktu yang panjang.

B.Rekomendasi

Berikut ini adalah hal-hal yang direkomendasikan bagi pihak-pihak tertentu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya :

1) Meningkatkan kualitas SDM untuk menunjang peningkaan kualitas pelayanan pariwisata melalui:

a. Bantuan tenaga-tenaga kompeten pariwisata dari instansi-instansi yang lebih tinggi, seperti Depbudpar membantu instansi tingkat propinsi. Bilamana lebih jauh diperlukan, membantu di instansi kabupaten. b. Pembukaan kesempatan Pendidikan/pelatihan Jenjang Jabatan

Pariwisata (oleh Pusat Pendidikan dan Latihan – PUSDIKLAT,

Depbudpar) bagi pemangku jabatan pariwisata, Diparda, maupun yang terkait dengan kepariwisataan (tourism related office), seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Tatakota, Bappeda dsb.

c. Dengan tersusunnya SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), merupakan peluang untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pemangku jabatan pariwisata di daerah, misalnya melalui Action Program yang kegiatannya antara lain

“Menyelenggarakan Pelatihan bagi Pelatih (Training of Trainers) Pariwisata” yang secara “getok tular” melatih sataff lainnya secara beranting.

2) Metode pengelolaan Kampung Banceuy

a) Penyusunan kebijakan yang berisikan penyusunan kebijakan pengelolaan kawasan wisata yang berdampak langsung dan tidak langsung untuk mendukung pengelolaan Kampung Banceuy sebagai kawasan wisata.


(2)

99

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Penyediaan fasilitas, pada kenyataannya di lapangan pengelola atau pelaku usaha tidak mampu menyediakan fasilitas secara mandiri, oleh sebab itu diharapkan pemerintah yang berperan sebagai fasilitator dapat membantu dalam emnopang modal usaha, pemberian subsidi kepada fasilitas dan pelayanan wisata.

c) Mengidentifikasi isu strategis seperti ketimpangan pembangunan antar wilayah, pembangunan infrastruktur termasuk transportasi, atraksi wisata, akomodasi, dan regulasi pemerintah. Kebijakan sektor pembangunan lainnya yang sangat vital dalam mendukung pengelolaan yaitu pendidikan dan pelatihan SDM pariwisata.

d) Konsultasi dengan semua pemangku kepentingan yang dapat dilakukan dengan beragam cara antara lain melalui pendekatan formal dan terstruktur dengan para pelaku usaha, lembaga usaha pariwisata, dan lemabag pemerintahan baik yang mengelola kepariwisataan maupun diluar kepariwisataan yang menopang perkembangan kepariwisataan. 3) Model Pengelolaan Kampung Banceuy

Strategi pengelolaan sumber daya yang tersedia di Kampung Banceuy perlu mendapatkan perhatian karena sudah semakin terbatasnya sumber daya tersebut. Oleh karena itu beberapa prinsip harus diperhatikan:

a) Penggunaan sumber daya yang tersedia perlu mendapatkan perhatian sehingga sumber daya yang tersedia bisa berkelanjutan dan bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh generasi penerus (reneval resources). b) Pemanfaatan untuk berbagai kepentingan (multi use) yang dapat berjalan bersamaan . Misalnya Kampung Banceuy terkenal dengan penghasil buah aren dan gula aren yang bisa dijadikan kegiatan wisatawan terjun langsung dalam proses pembuatan gula aren. Pengelolaan kawasan wisata yang terpadu yang dapat menghasilkan kebutuhan baik bagi usaha kawasan, masyarakat, dan pemerintah serta wisatawan.


(3)

100

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Penentuan zonasi fasilitas agar lebih mendukung Kampung Banceuy sebagai kawasan wisata agar lebih jelas pembagian kawasan dimana fokus-fokus untuk kegiatan pariwisata.

d) Konservasi sumber daya yang tersedia untuk tetap dilestarikan keaslianya dengan memelihara proses alaminya.


(4)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Fardani, Faris (2014) “Strategi Pengelolaan Kampung Cirendeu sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Cimahi”. Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Garrord, Brian, Local Partisipation in the Planning ang Management of Eco

Tourism: A Rivised Model Approach, Bristol: Univesity of The West Of

England. 2001.

Koentjaraningrat.(1974). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marpaung.SH, 2000.”Pengetahuan Kepariwisataan”: Bandung, Alfabeta

Martha.G (2009) “Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik wisata Dalam Upaya

Pelestarian Budaya”.Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI Bandung :tidak

diterbitkan

Nuryanti,Wiendu.(1993).Concept, Perspevtive and Challenges, makalah bagian dari laporan Konferensi Intenasional mengenai Pariwisata Budaya.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.Hlm 2-3

Nyoman,S Pandit .Ilmu Pariwisata.Jakarta:P.T.Pradnya Paramita.1994 Undang – Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Pitana,I Gede (1994).Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali.Denpasar:Offiset BP.

Pendit, Nyoman.S (1994).Ilmu Pariwisata:Sebuah Pengantar

Perdana.Jakarta:Pradnya Paramitha.

Ritchie dan Zins. (1978). Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text. Chapter 19: Social and Cultural Impacts. Page 221.

Richard Sharpley, Tourism and Sustainable Development: Exploring the Theorical

Divice. Journal of Sustainable Tourism , VIII(1-9).2000


(5)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.Bandung, Alfabeta.2013 Suwantoro.G, Dasar-dasar Pariwisata.Yogyakarta:Andi.2002

Terry, George R.(1982).Participle of Management, Newyork:Dow Jones-Irwin

Widhiastuty.A (2013). Strategi Pengembangan Kampung Adat Banceuy sebagai

Kawasan Wisata Budaya di kabupaten Subang Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI

Bandung:tidak diterbitkan.

Wardoyo.(1980).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Yessy Andriyani (2009).Pengembangan Desa Budaya Cikondang Melalui

Peningkatan Sarana dan Prasarana.Skripsi Strata 1 pada FPIPS UPI.Bandung:

Tidak diterbitkan.

Yoeti.A.Oka.Pengantar Ilmu Pariwisata.Angkasa: Bandung.1996

Anoname “ Kampung Adat Banceuy” [online] tersedia di http:/www.culturefrombanceuy.blogspot.com. diakses pada tanggal 20 February 2014.

Anoname Desa Wisata” [online] tersedia di http:/www.desa-wisata.doc. diakses pada tanggal 7 April 2014.

Anoname “Kampung Adat Cikondang” [online] tersedia di http:www.pengertian kampung adat.com. diakses pada tanggal:7 April 2014


(6)

Bonita, 2014

Pengelolaan Kampung Banceuy Sebagai Kawasan Wisata Budaya Di Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu