HUBUNGAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI GURU DENGAN PROSES PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP).

(1)

(Studi Deskriptif Korelasional pada Guru Ilmu Pengetahuan Sosial di Seluruh Sekolah Menengah Pertama di kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Konsentrasi Perekayasa Pembelajaran

Oleh :

Rian Hardhian NIM 1006191

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Oleh Rian Hardhian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rian Hardhian 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RIAN HARDHIAN 1006191

HUBUNGAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI GURU

DENGAN PROSES PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN (RPP)

(Studi Deskriptif Korelasional di seluruh Sekolah Menengah Pertama di Kota Cimahi) Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. H. Toto Fathoni, M.Pd NIP. 19600608 198503 1 003

Pembimbing I

Dr. Hj. Riche Cynthia Johan, M.Si NIP. 19761115 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan

Ketua Prodi Teknologi Pendidikan


(4)

(5)

Rian Hardhian, 2014

Rian Hardhian (1006191). Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2015.

Pendidikan di sekolah menengah pertama merupakan salah satu hal yang bisa menjadi wadah untuk menghadirkan generasi-generasi yang lebih literate terhadap sebuah informasi yang tentunya sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan pembelajaran. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan kemampuan literasi informasi guru dan bagaimana penerapan literasi informasi guru dalam proses perencanaan pembelajaran yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

Dalam penelitian ini menggunanakan pendekatan kuantitatif dengan deskirptif korelasional dengan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Cimahi. Populasi yang diambil yaitu Guru IPS seluruh SMPN Kota Cimahi. Sampel yang diambil yaitu jumlah yang disesuaikan secara random masing-masing guru di setiap sekolah dengan jumlah 30.

Literasi informasi dalam penelitian ini dilihat dari empat aspek yaitu memahami peran informasi di negara demokrasi, mengakses informasi, mengevaluasi informasi dan menggunakan informasi serta mempromosikan ke siswa dengan menggunakan TIK. Sedangkan dalam proses penyusunan RPP menggunakan standar proses Permendikbud no.65 thn 2013.

Berdasarkan gambaran hasil pengolahan data dan analisis yang diperoleh selama penelitian maka dapat ditarik simpulan secara umum bahwa Kemampuan Literasi Informasi Guru IPS SMPN Kota Cimahi baik dan Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran juga baik, serta keduanya memiliki hubungan yang sedang dalam pelaksanaanya, hal tersebut dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian dengan menggunakan instrumen angket dari guru IPS SMPN Kota Cimahi.

Kata Kunci : Literasi Informasi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Education in secondary schools is one thing that could be a place to bring the students more literate facing an information, which is needed in the planning process of learning. So the purpose of this research is to describe the information literacy ability of teachers and how they apply information literacy in lesson planning process as outlined in the lesson plan (RPP).

In this Research, using a quantitative approach with a descriptive correlational with the sampling technique using simple random sampling. The instrument that use in this research is a questionnaire. The research is located in Cimahi. The population is a social science teacher all secondary schools in Cimahi. Samples taken are randomly


(6)

Rian Hardhian, 2014

information in a democracy, access information, evaluate the information and use of information and promote to students by using ICT and process of preparation for lesson plans using a standard process Permendikbud no.65 in 2013.

Based on the description of data processing and analysis of results obtained during

the research, the general conclusion can be drawn Teacher’s Information Literacy

Ability is good and the teacher understand process to apply information literacy in lesson planning process as outlined in the lesson plan (RPP). Both have a Correlation. This can be seen from the acquisition of research using a questionnaire instrument of social science teachers in secondary schools Cimahi.


(7)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan dan Pembelajaran ... 14

1. Pendidikan ... 14

2. Pembelajaran ... 16

B. Perencanaan Pembelajaran ... 17

1. Konsep Perencanaan Pembelajaran... 17

2. Perlunya Perencanaan Pembelajaran... 18

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 19 1. Konsep dan Definisi


(8)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 19

2. Komponen- komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 21

3. Prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 22

D. Informasi ... 23

1. Pengertian Informasi ... 23

2. Sumber-sumber Informasi ... 24

3. Manfaat informasi dalam dunia pendidikan ... 25

E. Literasi Informasi 1. Pengertian Literasi Informasi ... 27

2. Komponen-komponen Literasi Informasi ... 28

3. Model-model Literasi Informasi ... 29

4. Kemampuan Literasi Informasi Untuk Guru ... 33

F. Penelitian Terdahulu ... 40

G. Kerangka Pemikiran ... 42

H. Asumsi ... 44

I. Hipotesis ... ` 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

1. Lokasi Penelitian ... 46

2. Populasi ... 46

3. Sampel Penelitian ... 46

B. Desain dan Paradigma Penelitian ... 48

C. Metode Penelitian... 49

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Angket ... 51


(9)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan

F. Instrumen Penelitian... 53

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 54

1. Validitas ... 55

a. Validitas Konstruk (Construct Validity) ... 55

b. Validitas Permukaan ( Face Validity) ... 56

2. Reliabilitas ... 58

H. Analisis data ... 60

1. Tahap-tahap analisis ... 60

a. Persiapan ... 60

b. Tabulasi ... 61

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian ... 62

2. Teknik Analisis Data ... 62

a. Menghitung Skor Penelitian ... 62

b. Uji Hipotesis ... 63

1. Menghitung Koefisien Korelasi ... 63

2. Menghitung Koefisien Determinasi ... 65

3. Uji Signifikansi ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 67

1. Deskripsi Kemampuan Literasi Informasi pada Guru ... 68

a. Kemampuan Literasi Informasi pada Guru aspek memahami Peran informasi di negara demokrasi ... 68

b. Kemampuan Literasi Informasi pada Guru aspek Mengakses informasi ... 70

c. Kemampuan Literasi Informasi pada Guru aspek Mengevaluasi informasi ... 72

d. Kemampuan Literasi Informasi pada Guru aspek Menggunakan informasi dan kemampuan mempromosikan Ke siswa dengan menggunakan TIK... 74


(10)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan

2. Deskripsi kemampuan proses penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran ... 76

a. Kemampuan Proses Penyusunan Komponen-Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

b. Kemampuan Proses Penyusunan Prinsip-prinsip c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80

B. Uji Hipotesis ... 84

1. Uji Korelasional dan Signifikansi ... 84

2. Analisis Koefisien Determinasi ... 89

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

1. Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan RPP ... 90

2. Gambaran Mengenai Kemampuan Literasi Informasi Guru IPS SMPN seluruh Kota Cimahi... 94

a. Memahami Peran Informasi di Negara Demokrasi ... 96

b. Mengakses Informasi ... 100

c. Mengevaluasi Informasi ... 102

d. Menggunakan Informasi dan Mempromosikan Ke siswa dengan Bantuan TIK ... 104

3. Gambaran Mengenai Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 106

a. Memahami Komponen-komponen RPP sesuai dengan Standar Proses ... 106

b. Memahami Prinsip-prinsip RPP sesuai dengan Standar Proses ... 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 115


(11)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era Informasi telah menemui zaman keemasan pada saat ini. Informasi menjadi kebutuhan sehari-hari bagi semua kalangan. Tidak hanya sekedar butuh tetapi tiap elemen baik itu pribadi, komunitas, masyarakat, swasta maupun pemerintah sangat berperan dan berlomba-lomba tidak hanya menjadi penerima (obyek) informasi tetapi berusaha menjadi pemberi (subyek) informasi. Dari segi teknologi sendiri telah menemukan sebuah revolusi sebagai pemegang peran sebagai media atau sarana lalu lintas informasi. Terasa cepat dan makin mudah dimiliki maupun penggunaannya, mulai dari perangkat keras mobile maupun desktop, perangkat lunak, jaringan maupun antar jaringan atau internet hingga munculnya trend media sosial. Bayangkan jika tidak ada informasi di tengah-tengah kita, akan terjadi banyak sekali kesalahan yang terjadi.

Tidak ada satupun orang yang mengelak akan kebutuhan informasi pada masa ini, mulai dari Dokter, Pengusaha, Petani, Mahasiswa terutama bagi kalangan pendidik. Karena guru harus selalu faktual terhadap informasi-informasi yang baru agar guru tidak terjebak pada kemampuan ataupun wawasan yang itu-itu saja yang selama ini diajarkannya, tanpa mampu mengadaposi maupun meng-upgrade berbagai perubahan dan perkembangan di lingkungan eksternal pendidikan yang berpengaruh terhadap pendidikan. Misalnya terbatasnya guru-guru yang memahami kemajuan teknologi dan informasi, pada teknologi dan informasi sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk pendidikan di dalamnya.

Oleh sebab itu seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, maka informasi dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang mudah didapat, kapanpun dan dimanapun. Informasi dikemas sedemikian rupa sesuai dengan tingkat kebutuhan para pencari informasi. Namun tetap harus memenuhi syarat


(13)

dari nilai informasi itu sendiri yaitu aktual, faktual dan dapat dipertanggung jawabkan isinya. Seseorang yang memiliki karakteristik dasar ini biasanya akan terus bertanya apabila jawaban yang di dapat tidak memuaskan untuk dirinya, karena mereka menghendaki jawaban yang detail atau terperinci. Selain itu mereka juga akan mengumpulkan data serta informasi sebanyak-banyaknya. Dibutuhkan kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi. Kemampuan ini lebih dikenal dengan istilah Literasi Informasi (LI).

Literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Hakikat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur,menganalis dan memanfaatkan informasi. Menurut Work Group on Information Literacy dari California State University, mendefinisikan literasi informasi sebagai kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam berbagai format. Untuk dapat melakukanya pencari informasi harus mampu menunjukkan sejumlah keahlian dalam proses yang terpadu, yaitu:

a) Menyatakan pertanyaan, permasalahan, atau isu penelitian.

b) Menentukan informasi yang dibutuhkan untuk pernyataan, permasalahan, atau isu penelitian.

c) Mengetahui tempat/letak dan menemukan informasi yang relevan. d) Mengorganisasikan informasi

e) Menganalisa dan mengevaluasi informasi f) Mensintesa informasi

g) Mengkomunikasikan dengan menggunakan berbagai jenis teknologi informasi

h) Menggunakan perangkat teknologi untuk memperoleh informasi i) Memahami etika, hukum, dan isu-isu sosial politik yang terkait

dengan informasi dan teknologi informasi.

j) Menggunakan, mengevaluasi, dan bersifat kritis terhadap informasi yang diterima dari media massa.

k) Menghargai bahwa keahlian yang diperoleh dari kompetensi informasi memungkinkan untuk belajar seumur hidup (California State University, 2002)


(14)

Pendapat lain di dalam 21st Century Skills Framework yang membahas tentang kemampuan dan kompetensi apa saja di abad 21 yang perlu setiap orang kuasai adalah kemampuan literasi informasi. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengetahui kapan kita membutuhkan informasi dan dimana kita bisa mencarinya secara efektif dan efisien, selain itu juga kemampuan ini harus bisa ditunjang dengan kemampuan di bidang teknologi dan informasi agar mampu menggunakan perpustakaan modern dan internet yang tersedia. Kemampuan ini memungkinkan untuk menganalisis dan menelaah informasi yang diperoleh, sehingga kita menjadi percaya diri untuk menggunakan informasi tersebut dalam mengambil suatu keputusan atau mengungkapkan sebuah gagasan.

Semua hal diatas sangat berhubungan erat dengan dunia pendidikan dimana guru sebagai seorang yang professional harus senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan menyesuaikan kemampuan professionalnya. Seorang guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik, karena guru di masa depan bukan lagi menjadi satu-satunya orang yang paling peka terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh dan berkembang, bahkan guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami pola dan mekanisme penyebaran informasi, maka sudah dapat dipastikan guru akan terpuruk secara professional dan jauh dari kompetensi dan kemampuan yang harus dimilikinya.

Kemampuan umum atau kompetensi dalam proses belajar mengajar adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Menurut Tabrani Rusyan (1992, hlm.22) mengemukakan beberapa kemampuan professional yang wajib dimiliki oleh guru antara lain guru harus mampu mengambil keputusan dan memiliki wawasan tentang inovasi dalam pendidikan. Jelas disini guru harus menyaring informasi untuk mengambil keputusan yang tepat. Adanya kemampuan tersebut agar profesi guru dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Kompetensi sangat diperlukan dalam melaksanakan profesi, karena di dalam melaksanakan profesi dituntut untuk


(15)

membuat keputusan dan kebijaksanaan yang tepat (Hamalik, 2002, hlm.3). Dalam membuat keputusan yang tepat, sebelumnya guru juga harus mempunyai informasi yang cukup akurat, aktual dan faktual. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan literasi informasi.

Karena pembuat keputusan dalam pembinaan kurikulum bukan hanya menjadi tanggung jawab para perencana kurikukum. Namun juga menjadi tanggung jawab para guru di sekolah untuk membuat aneka macam inovasi pembelajaran dalam pembinaan kurikulum. Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai-nilai baru. Dalam konteks ini, pendidik (guru) berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkonstruksi nilai-nilai baru (Brameld dalam Hamalik). Oleh karena itu guru harus menguasai atau memahami tentang kurikulum yang berlaku terkait tentang informasi beserta penjabaranya serta termasuk didalamnya adalah mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Selain itu juga guru harus mengelola proses belajar mengajar termasuk mengevaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar, melaksanakan program pengembangan bahan ajar dan metode pembelajaran, membuat inovasi, memperkaya materi ajar dan membuat kreasi alat bantu pengajaran. Dalam hal ini guru menyesuaikan silabus yang mengacu pada standar yang berlaku sehingga menghasilkan standar kompetensi, kompetensi dasar, menyusun indikator pencapaian kompetensi. Semua itu dibuat dengan keputusan yang tidak asal-asalan, melainkan berdasarkan informasi dan data yang objektif. Guru harus membuat aneka macam keputusan dalam pembinaan kurikulum (pembuatan dan pengembangan RPP). Betapapun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya bergantung pada tindakan-tindakan guru di sekolah dalam melaksanakan kurikulum tersebut (Hamalik, 2002).

Semua itu dilakukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan. Pembelajaran lebih menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan


(16)

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik . Oleh karena itu guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan wawasan baik nasional maupun internasional dengan cara merespon berbagai peristiwa dan fenomena dengan informasi yang didapat dan diolah dengan baik, aktual serta faktual.

Masalah yang terjadi pada saat ini terkait dengan pentingnya kemampuan literasi informasi terhadap guru terkait dengan perencanaan pembelajaran adalah penulis melihat adanya indikasi guru yang menganggap adanya RPP hanyalah sebagai simbolis karena pada hakikatnya guru melakukan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka telah kuasai dan proses pembelajaran itu adalah substansinya.

Sudah seharusnya guru dalam hal ini mulai berkreasi dengan dukungan fasilitas sumber belajar atau media pembelajaran berbasis TIK yang semakin banyak di setiap sekolah mulai merancang metode yang baik, membuat nalar siswa aktif dalam mencipta informasi yang multidimensional sehingga tercipta diskusi yang baik antara guru dan siswa. Namun yang dirasa pada saat ini adalah di lapangan masih banyak guru tang belum mahir dalam pemakaian komputer atau dalam mengakses informasi dan pemanfaatanya dalam kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas. Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang

menjelaskan, “…sekitar 70%-90% guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses

pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi”. (Wahyudin,

2012, hlm.4).

Karena dengan hal tersebut siswa lebih bisa berkreasi lebih aktif dalam pembelajaran, tidak hanya mendengar ceramah dari guru. Ini didukung oleh penelitian Marinasari (2013), yang memandang bahwa kurikulum 2013 guru lebih dituntut untuk dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan panca indera siswa sehingga potensi siswa dapat berkembang secara otentik ke dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik sesuai dengan harapan pemerintah yang tercantum dalam PP 65 Tahun 2013. Senada dengan yang diungkapkan Sulipan dalam Tisa (2013, hlm.2)


(17)

“Dalam proses pembelajaran, guru adalah hal utama dalam menerapkan informasi yang akan disampaikan. Untuk itu seorang guru harus bisa mendapatkan informasi bagi anak didiknya. Dalam konsep pembelajaran, cara belajar yang baik adalah mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi.”

Konsekuensi pekerjaan guru sebagai profesi menjadi belum dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun moral. Kedua, para guru yang telah menyusun RPP masih terkesan dibawah performa dan melengkapi kewajiban saja, yang penting ada RPP di kelas, apa pun bentuknya. Pada kondisi yang demikian para guru yang melaksanakan pembelajaran lebih banyak menggantungkan diri pada buku teks yang ada. Apa yang tertera dalam buku teks itulah bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Pendekatan kurikulum yang berorientasi pada tujuan hampir lepas dari pola pikir para guru. Dengan demikian harapan agar guru dapat bekerja secara profesional yang ditandai dengan pertanggungjawaban atas kinerja sesuai tuntutan standar kompetensi guru masih jauh dari jangkauan.

Mengambil dari berbagai sumber serta berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 maka pada tahun ajaran 2014/2015 semua sekolah mulai SD, SMP, dan SMA/SMK sudah akan melaksanakan kurikulum 2013. Namun di tahun sebelumnya baru sekitar 12 % sekolah di negeri ini yang sudah mulai melaksanakan kurikulum 2013 tersebut. Ini menjadi masalah tersendiri untuk pemerataan kemampuan guru dalam kesesuaian standar proses penyusunan RPP yang dilihat dari kurikulum terbaru (http://edukasi.kompasiana.com, 7 juni 2014).

Diantara beberapa alasan-alasan diatas, penulis melihat adanya permasalahan di kalangan para guru. Diantara beberapa alasan sebagaimana penulis telaah dan melihat fakta yang ada di lapangan kenapa guru tidak membuat RPP sebagai acuan proses pembelajaran dilaksanakan. Pertama, guru menggangap proses pembelajaran yang paling terpenting adalah substansi pembelajaranya bukan membuat RPP yang kadangkala dibuat bingung dalam


(18)

formatnya. Kedua, RPP dirasa sangat menghambat kreativitas guru dalam melakukan eksplorasi di dalam kegiatan pembelajaran karena harus sesuai dengan RPP yang dibuat. Ketiga, guru membuat RPP namun di akhir proses pembelajaran lebih tepatnya di akhir semester untuk bentuk laporan kepada pihak sekolah saja. Keempat, guru membuat RPP hampir disamakan dengan tahun kemarin tanpa ada perubahan substansial hanya di salin lalu di edit. Kelima, tidaknya adanya kesesuaian antara RPP dan realita pembelajaran, dalam RPP dicantumkan siswa mampu memperagakan namun dalam kenyataanya guru masih dengan metode ceramahnya. Setidaknya dari kelima alasan diatas, penulis melihat adanya beberapa indikasi guru yang menganggap rencana pelaksanaan pembelajaran hanyalah sebagai formalitas belaka tanpa disadari kebermaknaanya. Karena keberadaan RPP ini akan memberikan pembelajaran berharga tersendiri bagi yang melakukanya dengan baik sesuai standar proses penyusunan RPP. Dalam pengertian ia membuat di awal dan melakukan sesuai dengan RPP itu dalam proses pembelajaran.

Fakta yang disebutkan di atas mengindikasikan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun ataupun mengembangkan RPP sesuai ketentuan kurikulum yang berlaku, terutama tentang pengembangan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan pengembangan penilaian autentik, dengan masalah seperti itu tentunya kemampuan literasi informasi bisa dijadikan solusi dalam memperoleh pemahaman terkait dengan mengembangkan RPP sesuai dengan standar proses.

Hasil tersebut didukung penelitian Rindyasari (2011), bahwa literasi informasi dapat menunjang kompetensi dan profesionalisme mereka sebagai guru. Hal ini dilihat dari tiga aspek dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan informasi yaitu menemukan kebutuhan informasi, penelusuran informasi, dan pemanfaatan informasi. Kinerja guru memiliki peranan yang penting didalam mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah manapun. Hal itu menyiratkan bahwa kemampuan menyusun RPP merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan. Terkait dengan pemahaman konsep literasi informasi, jelas tersirat bahwa literasi informasi dapat membentuk dasar bagi


(19)

pembelajaran seumur hidup termasuk untuk guru. Dengan literasi informasi, diharapkan dapat menguasai isi materi dengan baik, mengarahkan pembelajaran, serta memiliki kontrol yang lebih besar terhadap proses pembelajaran yang semua dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Ada berbagai jenis kompetensi yang dikeluarkan baik oleh lembaga maupun pendapat para ahli terkait dengan kompetensi literasi informasi. Beberapa diantaranya memberikan satu pemahaman yang sama walaupun dengan penjelasan yang berbeda-beda. Dari berbagai kompetensi yang dikemukakan, belum ada satupun standar baku sebagai bahan merujuk untuk dapat melihat kompetensi literasi informasi guru. Oleh karena itu, peneliti memilih melakukan penggabungan teori dan pendapat yang diungkapkan oleh lembaga dan para ahli. Namun demikian, penjabaran dari setiap kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang melek informasi termasuk memiliki benang merah yang sama.

Pedoman internasional mengenai literasi informasi yang dibuat oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dengan tujuan menyediakan suatu kerangka kerja yang bermanfaat untuk para professional termasuk guru dalam rangka mengembangkan literasi informasi. Diantara kesemuanya mengambil inti topik meliputi kemampuan untuk mengenali informasi dan teknologi yang dibutuhkan, membangun strategi untuk mencari dan menemukan hal tersebut, mengevaluasi informasi dan sumbernya, mengorganisir dan menggunakanya sehingga berguna untuk menciptakan pengetahuan baru, dan mengkomunikasikanya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan antara oleh literasi informasi yang dimiliki oleh guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu juga tertarik untuk mengetahui tingkat kemampuan LI guru di beberapa SMP yang dibatasi di beberapa sekolah. Adapun judul yang diangkat adalah Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Studi deskriptif korelasional pada guru IPS SMPN di Kota Cimahi).


(20)

B. Identifikasi Masalah

Di dalam dunia pendidikan kebutuhan akan informasi merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, baik informasi yang berupa bahan-bahan untuk menunjang rencana pembelajaran ataupun informasi untuk pengembangan diri guru, akan tetapi tidak semua guru tidak mampu mendapatkan informasi yang efektif secara etis, maka perlulah kemampuan literasi informasi ini agar mendapatkan informasi yang tepat guna dalam menunjang kebutuhan pembelajaran bagi siswa termasuk pengetahuan-pengetahuan yang baru, informasi dan wawasan terkait perkembangan dunia internasional termasuk juga informasi bagaimana penerapan kurikulum terbaru yang relatif sering berganti di indonesia. Agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan teratur, tentu seorang guru dituntut untuk mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran. Persiapan mengajar yang dibuat berupa rencana pembelajaran agar pengajar bisa memiliki acuan dalam memberikan materi kepada peserta didik. Rencana pembelajaran tersebut merupakan suatu sarana yang dapat membantu pencapaian kepada hasil belajar yang akan dicapai peserta didik. Dalam penyusunannya tentu tidak semudah yang kita kira dan masih sangat membutuhkan bimbingan, karena penyusunan RPP harus sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran kita di dalam kelas, terkadang karena kurangnya pemahaman guru sebagai yang menyusun RPP, beberapa guru dalam pelaksanaanya sering melenceng dari standar proses penyusunan yang telah ditetapkan pemerintah.

Keberadaan ICT pada saat sekarang ini, adalah memungkinkan informasi disimpan, diakses, dan disebarkan dengan lebih mudah dan cepat. Hal ini pun menyebabkan informasi yang tersedia pun melimpah ruah sehingga pemakai informasi relatif mengalami kesulitan untuk menemukan informasi yang lebih spesifik mengenai suatu topik untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan professional seperti guru, tentunya dengan kemampuan literasi


(21)

informasi yang baik akan berbanding positif yang menunjang kinerjanya dalam mempermudah proses pembelajaran.

LI harus diselaraskan dan diterapkan sesuai dengan standar kompetensi yang ada.. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengeluarkan standar kompetensi yang berguna untuk para professional termasuk guru, hendaknya guru atau mahasiswa UPI memiliki kemampuan LI yang baik dimana telah ditetapkan oleh lembaga internasional tersebut. Dunia teknologi dan informasi yang sangat berkembang pesat pada masa ini setiap professional dituntut untuk bisa mengelola informasi, yang didalamnya terdapat kemampuan mengakses informasi, menggunakan informasi dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien, serta memahami cara untuk melakukan pencarian secara online dengan teknologi digital

Sehingga identifikasi dari dari permasalahan yang telah diuraikan diatas mengacu kepada pentingnya kemampuan literasi informasi guru yang menuntut agar guru bisa mengelola informasi apapun dengan baik yang ada di sekitarnya sehingga guru bisa mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik termasuk rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan proses yang berlaku.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan sebuah pokok permasalahan yaitu: “Bagaimana hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan RPP?”

Adapun dari pokok permasalahan di atas, ditentukan beberapa masalah yang lebih khusus, antara lain.

1. Bagaimana tingkat kemampuan literasi informasi guru dengan beracuan standar yang dibuat UNESCO?

2. Bagaimana proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh guru?

D. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum


(22)

Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu kemampuan literasi informasi guru terhadap proses penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga mengukur besar kecilnya hubungan antara dua variabel ini.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kemampuan literasi informasi guru yang mengacu pada standar yang ditetapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 2. Untuk mengetahui proses penulisan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Hasil Penilitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi penelitian dan kajian Literasi Informasi sebagai sumber belajar terkait dengan penyusunan RPP yang lebih komprehensif bagi pengembangan keilmuan Kurikulum Teknologi Pendidikan dan Perpustakaan Informasi Khususnya,

b. Manfaat Praktis

1. Bagi pihak institusi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan LI guru dan sebagai tolak ukur sejauh manakah kompetensi LI yang dimiliki oleh guru.

2. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan terhadap pembaca bahwa kemampuan LI dibutuhkan dalam menunjang kemampuan pendidik terutama dalam bahan rujukan penambahan informasi dan wawasan dalam membantu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi wawasan dan pengetahuan penulis sendiri, terutama dalam bidang


(23)

LI dan penyusunan rencana pembelajaran sehingga penulis mampu memberdayakan informasi yang berkaitan secara etis dan efektif. F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini berjudul Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Studi Deskriptif Korelasional di Seluruh SMPN di kota Cimahi). Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Korelasional, penelitian bermaksud untuk mengetahui kemampuan literasi informasi guru sesuai kriteria yang telah dirilis oleh UNESCO dan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan permendikbud no. 65 thn 2013. Adapun stuktur organisasi dari penelitian ini adalah :

1. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian

f. Struktur Organisasi Skripsi 2. BAB II KAJIAN TEORI

a. Kajian Pustaka b. Penelitian Terdahulu c. Kerangka Pemikiran d. Asumsi

e. Hipotesis

3. BAB III METODE PENELITIAN

a. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian b. Desain dan Paradigma Penelitian

c. Pendekatan Metode Penelitian d. Definisi Operasional


(24)

f. Instrumen Penelitian

g. Proses Pengembangan Instrumen h. Analisis Data

4. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN a. Deskripsi Hasil Penelitian

b. Uji Hipotesis

c. Pembahasan Hasil Penelitian 5. BAB V SIMPULAN

a. Kesimpulan b. Saran


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sample Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di kota Cimahi, tepatnya di sekolah menengah pertama (SMP) Negeri yang dijadikan sampel di dalam penelitian ini

2. Populasi

Menurut Sugiyono (2013, hlm.117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek populasi adalah guru ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang ada di Seluruh SMP Negeri di kota Cimahi.

3. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm.117) yang menyatakan bahwa “sampel merupakan bagian dari jumlah yang berkarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil harus benar benar representatif (mewakili)”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple Random Sampling.

Peneliti memilih Simple Random Sampling karena terkait dengan obyek yang diteliti termasuk anggota populasi yang dianggap homogen. Maka untuk menentukan sampel mana yang dijadikan sumber data yang representatif, pengambilan sampelnya beberapa sampel guru di seluruh SMP Negeri di Kota Cimahi dapat dilakukan secara acak, namun karena anggota populasi berjumlah 56, maka sampel dapat diambil sekitar 50 %


(26)

s

/d 60 %. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Arifin (2011, hlm. 224) yang mengemukakan :

Dalam pengambilan dan penentuan jumlah sampel ( termasuk dengan teknik simple random sampling ), sebenarnya tidak ada ketentuan yang mutlak, namun jika jumlah anggota populasi berada antara 51 sampai dengan 100 maka sampel dapat diambil 50 % s/d 60 % atau juga dapat menggunakan sampel total.

Dengan demikian peneliti menggunakan sampel berjumlah 30 dari total populasi sebanyak 56.

Tabel 3.1

Tabel pembagian sampel

No Nama Sekolah

Populasi (Guru)

Sampel (Guru)

1 SMPN Negeri 1 Kota Cimahi 6 3

2 SMPN Negeri 2 Kota Cimahi 6 3

3 SMPN Negeri 3 Kota Cimahi 5 3

4 SMPN Negeri 4 Kota Cimahi 6 3

5 SMPN Negeri 5 Kota Cimahi 5 3

6 SMPN Negeri 6 Kota Cimahi 5 3

7 SMPN Negeri 7 Kota Cimahi 6 3

8 SMPN Negeri 8 Kota Cimahi 4 2

9 SMPN Negeri 9 Kota Cimahi 5 2

10 SMPN Negeri 10 Kota Cimahi 5 3

11 SMPN Negeri 11 Kota Cimahi 3 2


(27)

B. Desain dan Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yand dilandasi dengan asumsi bahwa gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan sebab akibat, maka peneliti hanya melakukan kepada pada beberapa variabel saja. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) yaitu Literasi informasi guru dan variabel terikat(Y) yaitu proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Desain penelitian terkait sebagai berikut :

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Keterangan:

X : Kemampuan Literasi Informasi Guru ( Variabel X )

Y : Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Variabel Y)

XY : Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan Proses Penyusunan RPP ( XY)


(28)

C. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian tentunya terdapat prosedur/langkah-langkah yang merupakan patokan dalam melakukan penelitianya dilapangan. Prosedur tersebut dikenal sebagi metode penelitian. Metode penelitian digunakan sebagai pedoman tentang langkah-langkah penelitian dilakukan, sebagai upaya mengungkap permasalahan penellitian

Jenis penelitian yang diguanakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode deskriptif korelasional. Metode deskriptif merupakan metode yang nantinya akan menggambarkan kondisi dilapangan (fenomena yang terjadi) dalam hal ini hubungan antara kemampuan literasi informasi pada guru dalam proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

Menurut Arikunto (2010, hlm.3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam dalam bentuk laporan penelitian.

Dengan kata lain penelitian deskriptif ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat serta hubunganya antara fenomena yang dihadapi. Sedangkan korelasional menurut Arifin (2011, hlm. 48) yaitu ;

Penelitian yang mempelajari dua hubungan atau lebih, yakni hubungan variasi dalam satu variabel dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yaitu koefisien korelasi. Penelitian korelasional ini digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan besar kecilnya hubungan antara dua variabel atau lebih.


(29)

Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif yaitu untuk mendeskripsikan mengenai Hubungan antara Kemampuan Literasi Informasi pada Guru dengan proses penyusunan RPP di seluruh SMPN kota Cimahi.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan dikaji adalah variabel X dan Y. Variabel X beracuan pada standar kemampuan literasi informasi guru dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang dirilis pada tahun 2011, Sedangkan variabel Y akan beracuan pada pedoman Permendikbud No. 65 th 2013 tentang standar proses penyusunan RPP.

Tabel 3.3

Variabel dan Sub Variabel

Variabel Sub Variabel

Variabel bebas (X)

Kemampuan Literasi Informasi Guru

Memahami peran dari informasi di negara demokrasi

Mengakses Informasi Mengevaluasi informasi

Menggunakan informasi dan kemampuan mempromosikan ke siswa dengan dukungan ICT (Information Communication and Technology )

Variabel terikat (Y)

Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Komponen-komponen Rencana Pelaksanaan Sesuai dengan Permendikbud no.65 thn 2013


(30)

Prinsip-prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sesuai dengan Permendikbud no.65 thn 2013

2. Definisi Operasional

a) Literasi Informasi Guru

Kemampuan seseorang guru untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif, etis dan efisien dan menggunakan TIK dan mempromosikan kepada siswa. Dalam penelitian ini penilaian literasi informasi akan beracuan kepada standar UNESCO, yang dijabarkan dalam pernyataan melalui instrumen angket kepada guru.

b) Proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesesuaian proses penulisan untuk menghasilkan sebuah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih yang dikembangkan sesuai dengan standar proses permendikbud no.65 thn 2013 yang dibuat pernyataan dalam instrumen angket yang akan dibagikan kepada guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penelitian ini mengenai hubungan kontribusi literasi informasi guru terhadap proses penyusunan RPP,maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya adalah :

1. Angket/Kuesioner

Menurut Zainal Arifin (2011:228), “angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaina pertanyaan atau pernyataan untuk


(31)

menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya. Menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah penelitian. Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban.

Dalam penelitian ini digunakan Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala dalam penelitian ini menggunakan Skala likert. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 92) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi”. Dengan skala likert, maka variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Angket dengan model Skala Likert ini akan memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan dalam setiap kuisioner.

Selanjutnya Sugiyono (2013, hlm. 200) menjelaskan tentang prinsip penulisan angket, bahwa “prinsip penulisan angket yaitu: isi dan tujuan pertanyaanya, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan terbuka-tertutup negatif dan positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan dan urutan pertanyaan”.

2. Studi Pustaka

Dalam mengerjakan penelitian ini, peneliti tidak menggunakan angket/kuesioner sebagai satu-satunya teknik pengumpulan data. Penelitipun perlu melakukan teknik pengumpulan data pendukung. Teknik pengumpulan data pendukung tersebut ada studi pustaka/dokumentasi yaitu , peneliti membaca dan mengutip dari


(32)

buku-buku dan sumber lainnya yang memiliki topik relevan dengan topik yang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap suatu fenomena yang terjadi sesuai dengan objek yang akan diteliti, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih muda dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, 2010, hlm. 203). Dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket dengan model skala likert ini akan memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan dalam setiap kuisioner. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 135), skala likert ini mengukur sikap, pendapat dan persepsi atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Responden diajukan untuk memilih kategori jawaban yang diatur oleh peneliti misalknya sangat setuju (SS),setuju (S) ,ragu-ragu (R),tidak setuju (TS),sangat tidak setuju(STS). Dasar dari skala deskriptif ini adalah respon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakan dengan persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap suatu objek. Berikut contoh gambaran rentang skala pada model Likert yang dikutip dari Sugiyono (2013, hlm. 135), lalu peneliti buat dalam tabel ini:

Tabel 3.4 Rentang Skala Likert

Pernyataan Sikap

Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju Sangat

Perlu Perlu

Tidak Perlu

Sangat Tidak Perlu


(33)

Selalu

Kadang-Kadang Jarang Tidak Pernah

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

G. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam proses pengembangan instrumen ini terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas ini adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji butir butir pertanyaan atau yang ditanyakan dalam sebuah angket. Jika butir-butir pertanyaan atau pernyataan tersebut sudah valid dan reliabel , maka selanjutnya butir pernyataan tersebut sudah bisa digunakan untuk mengumpulkan data yang pada akhirnya data tersebut akan di deskripsikan di akhir.

Arifin (2011, hlm. 244) menjelaskan tentang langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangkan instrumen:

1. Merumuskan masalah penelitian 2. Menemukan variabel penelitian

3. Menentukan instrumen yang akan digunakan 4. Menjabarkan konstruksi setiap variabel 5. Menyusun kisi-ksi instrumen setiap variabel 6. Menyusun butir-butir instrumen setiap variabel 7. Kaji ulang butir-butir instrumen

8. Menyusun perangkat sementara 9. Uji coba perangkat instrumen 10.Perbaikan Instrumen

11.Penataan perangkat akhir instrumen

Penggunaan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, akan menghasilkan sebuah penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid adalah instrumen yang digunakan tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dalam penelitian. Sedangkan instrumen yang reliabel mempunyai makna bahwa instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek penelitian yang sama, akan menghasilkan data yang sama.


(34)

Pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan cara menyebar angket kepada 27 orang guru diluar wilayah sampel dan kategori bahwa sejumlah guru tersebut memiliki karakter hampir sama dengan subjek yang diteliti, dan yang terpenting diluar sampel.

Cara yang digunakan untuk melakukan pengolahan uji reliabilitas instrumen penelitian adalah dengan perhitungan secara manual mengacu pada rumus dan dibantu dengan program aplikasi Microsoft Office Excel 2013 dan SPSS 16 for windows

1. Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk menguji validitas instrumen yang sudah dibuat sebelum nantinya diberikan kepada sampel yang dituju. Pengujian yang dinaksud dalam hal ini adalah bahwa uji validitas dilakukan agar instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini merupakan instrumen yang valid. Sugiyono (2013, hlm. 173) menyebutkan bahwa “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Instrumen yang diguakan dalam penelitian ini adalah Angket/Kuesioner (Non Tes).

a. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 176) menjelaskan “instrumen yang memakai non-tes digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi”. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa insrumen yang digunakan adalah angket (non tes), maka uji validitas yang digunakan menggunakan pengujian validitas konstruk (construct validity). Untuk menguji validitas konstruksi ini adalah sangat diperlukanya bimbingan mengenai isi konten dari butir soal kepada para ahli sebagai judgement experts. Judgement experts ini dilakukan setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang


(35)

akan diukur dalam penelitian tentunya dengan teori-teori yang terkait, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dengan para ahli di bidang sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

Dalam hal ini karena instrumen yang digunakan bukan berupa test tetapi non-tes, maka yang digunakan untuk mengukur validitas cukup hanya memenuhi validitas konstruksi. Dalam hal ini validitas konstruksi yang dimaksud artinya jika instrumen tersebut dapat digunakan sesuai dengan yang didefinisikan berkaitan dengan teori-teori. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013, hlm.176) mengemukakan bahwa “ construct validity sama dengan logical validity atau validity by definition”. Tentu saja dalam hal ini peneliti harus mencari berbagai teori dan bisa terdefinisikan, agar hasil pengukuran dengan berbasis pada teori yang bersangkutan sudah dipandang sebagai alat ukur yang valid. Seperti yang diungkapkan Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013, hlm.176) bahwa “ bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid”.

Dalam penelitian ini untuk mengkonstruksi instrumen apakah sesuai dengan teori yang berlaku atau tidak peneliti meminta bantuan dosen pembimbing untuk menyesuaikan dengan teori yang berlaku. Sedangkan untuk lebih memperkuat maka dilakukan Judgement experts. Hal ini dilakukan setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dalam penelitian tentunya dengan teori-teori yang terkait, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dengan para ahli di bidang sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Para ahli itu adalah dosen yang berpengalaman dari bidang perencanaan pembelajaran dan juga bidang perpustakaan dan informasi.

b. Validitas Permukaan (Face Validity)

Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Arifin (2011, hlm.246)” Validitas permukaan merupakan tipe validitas yang


(36)

menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri”. Dengan demikian apa yang disampaikan, uji instrumen dengan penilaian selintas baik mengenai fisik instrumen maupun keterbacaan instrumen tersebut, karena dengan uji ini diharapjan peneliti mengetahui instrument mana yang telah dipahami oleh responden baik itu ketatabahasaan dan pernyataan yang diajukan oleh peneliti. apabila instrumen ini telah layak maka validitas permukaan dapat dikatakan telah terpenuhi. Dalam uji validitas ini peneliti menggunakan Uji Keterbacaan. Dalam pelaksanaan uji keterbacaan peneliti meminta bantuan kepada 10 orang (bukan sampel) untuk menelaah ketatabahasaan dalam instrumen penelitian yang telah dibuat. Berikut ini peneliti sajikan hasil perhitungan uji coba keterbacaan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kesimpulan dari 40 item instrumen yang diajukan, 29 item instrumen dinyatakan baik, 11 item instrumen yaitu pernyataan nomor 4, 5, 9, 12, 13, 19, 20, 23, 33, 34, 38 dinyatakan cukup dan tidak ada item instrumen yang dinyatakan kurang. Setiap item instrumen yang dinyatakan cukup dan kurang peneliti memperbaiki redaksi kalimat dari setiap item instrumen tersebut. Tabel hasil pengolahan data angket varibel X (Kemampuan literasi informasi guru) terlampir.

Sedangkan untuk uji keterbacaan angket Variabel Y (Motivasi belajar siswa Siswa) setelah dilakukan perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa dari 40 item istrumen yang diajukan, 36 item instrumen dikatakan baik, 4 item instrumen yaitu pernyataan nomor 62, 63, 68, 71 dikatakan cukup dan tidak ada item pernyataan yang dinyatakan kurang. Setiap item istrumen yang dikatakan cukup dan kurang maka peneliti memperbaiki redaksi setiap kalimatnya. Tabel hasil pengolahan data angket varibel Y (Proses penyusunan RPP) terlampir.


(37)

Dalam uji keterbacaan ini peneliti menggunakan 3 kriteria penilaian yaitu Baik, Cukup, dan Kurang. Untuk mengidentifikasi kriteria tersebut peneliti melakukan pengolahan data untuk menentukan nilai dari kriteria tersebut. Berikut merupakan hasil dari pengolahan data yang diperoleh untuk menjadi pedoman interpretasi keterbacaan instrumen.

Tabel 3.5

Pedoman interpretasi keterbacaan instrumen.

Persentase Skor Tingkat Keterbacaan

33.33 – 55.55 Kurang

55.56 - 77.78 Cukup

77.79 – 100 Baik

2. Reliabilitas

Seperti yang dijelaskan sebelumnya uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui konsistensi instrumen, apakah instrumen yang peneliti buat dan gunakan sekarang dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran instrumen tersebut suatu saat akan diulang. Menurut Arifin (2011, hlm. 248) menjelaskan bahwa

“reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu instrumen dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu instrumen (dikatakan) reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda”.

Menurut Arifin (2011, hlm. 249) “untuk mengukur reliabilitas instrumen angket adalah menggunakan rumus Alpha Cronbach atau koefisien Alpha”. Rumus Cronbach`s Alpha adalah sebagai berikut :


(38)

Keterangan:

r11 = Koefisien realibilitas instrumen(total tes)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ σb2 = jumlah butir pertanyaan varians butir

∑ σt2 = varians total

Perhitungan uji reliabilitas skala diterima, jika hasil perhitungan r hitung > r tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 95 %

Dalam pelaksanaannya uji reliabitas yang digunakan dalam penelitan ini menggunakan rumus Cronbach’Alpha. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS 16 for windows. Untuk uji reliabilitas variabel X (kemampuan literasi informasi guru) dengan menggunakan rumus

Cronbach’Alpha yang dibantu dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 for

windows maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.608 40

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, nilai reliabilitas yang didapatkan untuk variabel X (kemampuan literasi informasi guru) adalah sebesar 0.608. untuk melihat apakah instrumen tersebut dinyatakan reliabel atau tidak, maka nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan α = 0.05 dan N=30 adalah 0.361. apabila hasil rhitung > rtabel maka instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel, oleh karena itu hasil perhitungan menunjukan rhitung (0.608) > rtabel (0.361) maka instrumen penelitian variabel X (kemampuan literasi informasi guru) dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

Selanjutnya untuk uji reliabilitas instrumen variabel Y (proses penyusunan rencana pelaksaan pembelajaran) dengan menggunakan rumus


(39)

Cronbach’Alpha dan dengan dibantu oleh aplikasi SPSS 16 for windows maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.713 40

Berdasarkan hasil perhitungan diatas nilai reliabiltas yang didapat untuk instrumen varibel Y (proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran) adalah sebesar 0.713. Seperti halnya instrumen variabel X, untuk mengetahui apakah instrumen variabel Y apakah reliabel atau tidak, maka nilai rhtung dibandingkan dengan rtabel dengan α = 0.05 adalah 0.361. Apabila nilai rhitung > rtabel maka instrumen dapat dikatakan reliabel, oleh karena itu data hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai rhitung(0.713) > rtabel (0.361) makan instrumen variabel Y (proses penyusunan rencana pelaksaan pembelajaran) dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

H. Analisis Data

1. Tahap-tahap analisis

Setelah peneliti melakukan penelitian lalu mengumpulkan sehingga mendapatkan data dari lapangan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data. Data yang telah terkumpul masih bersifat mentah. Oleh karena itu data yang sudah terkumpul harus segera dianalisis oleh peneliti agar bisa disajikan, menurut Arikunto (2013, hlm. 278-281) langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengolah data adalah:


(40)

Kegiatan dalam langkah persiapan antara lain

1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi;

2) Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen);

3) Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen terdapat data yang tidak dikehendaki maka item perlu di drop.

b. Tabulasi

G.E.R Burroughas (Dalam Arikunto, 2010, hlm.279) mengemukakan bahwa: klasifikasi analisis data adalah sebagai berikut :

1) Tabulasi data (the tabulation of the data)

2) Penyimpanan data (the summarizing of the data) 3) Analisis data untuk testing hipotesis

4) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan Adapun kegiatan dalam tabulasi ini adalah sebagai berikut:

Memberikan skor (scoring) terhadap item tiap-tiap soal, dalam menaganalisis data yang berasal dari angket bergradasi atau berperingkat 1 sampai 4, peneliti menyimpulkan makna setiap alternatif sebagai berikut:

1) “Selalu”, ”Sangat Setuju”, ”Sangat Perlu”, “Sangat mudah” dan lain-lain, menunjukkan gradasi paling tinggi. Untuk kondisi tersebut diberi skor 4

2) “Setuju”, “Perlu”, “Kadang-kadang”, “Mudah” dan lain-lain, menunjukkan peringkat yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ditambah kata “sangat”. Oleh itu kondisi tersebut diberi skor 3

3) “Jarang”, “Sulit”, “Tidak Perlu”, “Tidak Setuju” dan lain-lain, karena dibawah dan sebagainya, diberi nilai 2


(41)

4) “Tidak Pernah”, “Sangat Tidak Perlu”, “Sangat Tidak Mudah”, “Sangat Tidak Setuju” dan lain-lain, yang berada di gradasi paling bawah, diberi nilai 1.

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Maksud tahap ini adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain penelitian yang diambil, yaitu menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif

2. Teknis Analisis data

a. Menghitung Skor Penelitian

Perhitungan skor ini sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitianya untuk menjawab tentang Hubungan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Skor penelitian yang dimaksud adalah skor yang didapat dari masing-masing aspek dari tiap variabel. Kemudian data yang diperoleh akan ditabulasikan dengan menyusun kedalam tabel-tabel kemudian dihitung persentasinya, kemudian dianalisis dan di interprestasikan. Riduwan (2012, hlm.28) menjelaskan rumus yang digunakan dalam menghitung persentase yaitu sebagai berikut :

Untuk menentukan nilai indeks maksimum dalam menggunakan rumus ini adalah dengan cara : Skor tertinggi X jumlah item soal x jumlah responden

Setelah melakukan analisis data dengan metode deskriptif pendekatan kuantitatif maka dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan melalui tabel interpretasi skor yaitu :


(42)

Kriteria Interpretasi Skor

Skor rata-rata (%) Kriteria Responden 0% - 20%

21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81 -100%

Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Sangat kuat

b. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ditujukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan di awal penelitian, Untuk menguji hipotesis yang sudah dibuat maka peneliti harus mengikuti langkah-langkah berikut :

1) Menghitung Koefisien Korelasi

Bagian analisis data ini dilakukan untuk menjawab berbagai rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah diajukan diawal. Kali ini data yang data yang dianalisis menggunakan data pengolahan data kuantitatif dan hipotesis penelitian ini adalah asosiatif, sehingga menguji hipotesis ini sudah selayaknya menggunakan teknik korelasi. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 254) yang berkata bahwa “ Hipotesis asosiatif diuji dengan teknik korelasi. Terdapat berbagai macam teknik korelasi, yaitu korelasi pearson product moment (r), korelasi rasio, korelasi Spearman`s rank, Korelasi Biserial, korelasi Tetrachoric, Korelasi ganda, korelasi Parsial. Masing masing teknik korelasi tersebut tergantung jenis data yang dikorelasikan serta jumlah variabel yang akan dikorelasikan”.

Dalam penelitian ini untuk uji korelasi peneliti menggunakan teknik Korelasi Rank Spearman. Alasan peneliti menggunakan


(43)

teknik ini karena data yang diperoleh berupa data ordinal yang diperoleh dari angket dengan skla likert. Seperti yang ungkapkan oleh Arikunto (2010:) bahwa Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

Sumber : Arikunto (2010, hlm.321) Keterangan :

ρ = Koefisien Korelasi Rank Spearman N = Banyaknya sampel

d2 = Jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dan rank variabel Y

Nilai koefisisen korelasi atau rhitung yang telah didapat melalui perhitungan rumus Spearman’s Rank kemudian untuk mengetahui keberartian korelasi maka diinterpretasikan dengan koefisien korelasi.

Tabel 3.9

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang


(44)

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2013, hlm. 257)

2) Menghitung Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi atau koefisien penentu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD) yaitu sebagai berikut :

Dimana :

KD = Koefisien determinasi r2 = Kuadrat koefisien korelasi

3) Uji Signifikansi

Setelah didapatkan nilai koefisien korelasi selanjutnya untuk mengetahui penerimaan atau penolakan hipotesis maka dilakukan perhitungan uji t dengan rumus :

(Sumber : Sugiyono, 2013:257) Keterangan :

t = Uji Signifikasi ρ = Koefisien Korelasi n = Jumlah Sampel.

Selanjutnya telah diketahui nilai t hitung kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel maka :


(45)

1) Apabila t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolah dan H1 diterima (terdapat hubungan antar variabel X dengan variabel Y)

2) Apabila t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak terapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) H0 : ρ xy = 0

Kemampuan literasi informasi guru tidak memiliki hubungan dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

2) H1 : ρ xy ≠ 0

Kemampuan literasi informasi guru memiliki hubungan dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.


(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Kemampuan Literasi informasi guru memiliki hubungan yang positif dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hubungan yang diberikan oleh kemampuan literasi informasi guru terhadap proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berada pada kategori sedang karena ada beberapa tahap dalam penilaian kemampuan literasi informasi guru yang masih perlu ditingkatkan lagi agar lebih baik. Selain hubungan positif yang diberikan oleh kemampuan literasi informasi guru yang diberikan kepada proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, masih ada faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang dapat memberikan hubungan yang positif. Namun tetap kemampuan literasi informasi sangat penting dalam menunjang professionalitas guru.

2. Kemampuan literasi informasi Guru IPS SMPN se Kota Cimahi secara menyeluruh termasuk dalam kategori kuat, walaupun masih ada beberapa aspek yang dibutuhkan dalam kemampuan literasi informasi sesuai kriteria UNESCO yang masih berada di dalam tahap pengembangan.

3. Proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tergolong dalam kategori kuat. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar guru yang menyusun RPP yang sesuai dengan standar proses permendikbud no 65 tahun 2013 yang dikeluarkan oleh pemerintah,


(47)

yang terdiri atas kemampuan menyusun berdasarkan komponen-komponen RPP dan prinsip-prinsip RPP tergolong dalam kategori baik.

B. Saran

1. Saran bagi Guru

Diharapkan kepada para guru agar memiliki keinginan dan kemauan yang kuat disertai dengan usaha dalam menggali lagi kemampuanya dalam literasi informasi dengan menerapkan cara yang tepat dan benar dalam mengenal, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dan guru wajib untuk memperkenalkan literasi informasi kepada siswa agar membantu dalam proses belajarnya. Selain itu guru juga perlu meningkatkan kemampuan dalam proses penyusunan RPP sesuai dengan keterkaitan dan keterpaduan dalam komponen-komponen serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

2. Saran bagi Institusi

Diharapkan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, termasuk pada jajaran lembaga yang ada dibawahnya terus senantiasa memberikan dukungan kepada guru yang ada di Indonesia untuk meningkatkan kualitas professionalitasnya termasuk pada bidang literasi informasi dan pengembangan perencanaan pembelajaran (RPP). Hal ini bisa diterapkan dengan menjadi fasilitator dalam pengembangan kemampuan guru dalam penyusunan RPP. Selain itu juga diharapkan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan orientasi lebih banyak mengenai kemampuan literasi informasi pada pelatihan-pelatihan guru yang sering dilakukan agar para guru lebih mengenal lagi literasi informasi serta manfaat apa yang diberikan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.


(48)

3. Saran bagi Peneliti Selanjutnya

Dikarenakan penelitian ini di masa yang akan datang belum tentu menjadi bermakna karena seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan fenomena yang lebih berkorelasi di lapangan. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan kegiatan mengidentifikasi masalah yang ada dilapangan sesuai dengan kondisi terkini dan diharapkan untuk lebih menggali lagi penlitian mengenai literasi informasi guru yang dikaitkan dengan hal-hal lain yang memerlukan literasi informasi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam pengerjaannya, misalnya dalam kemampuan sosial guru, perilaku pencarian informasi guru dalam proses penyusunan RPP, dan lain sebagainya.


(49)

Rian Hardhian, 2014

Daftar Pustaka

Afifudin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran, 1 (1), hlm. 75-86.

ALA (American Library Association). (1989). Introduction to Information Literacy.[Online].Tersedia:

http://www.ala.org/ala/mgps/divs/acrl/standards/information_literacy_c ompetency.cfm [Diakses 26 Agustus 2014].

Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru ,Bandung PT Remaja Rosdakarya.

___________. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur ,Bandung PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Babu, B. R. (2008). Information Literacy-Competency Standards and Performance Indicators: An Overview, DESIDOC Journal. Journal of Library & Information Technology, 28 (2), hlm. 56-65.

Bachtar, M. A., Sismita, A., Purnowati, S. (2009). Literasi Informasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pendidikan Nonformal (PNF) di Provinsi DKI Jakarta, 30 (2), hlm. 105-123.

Doyle, C. S. (1994). Information Literacy in an Information Society: A Concept for the Information Age. New york:Eric

Eisenberg, M. B. (2008). Information Literacy: Essential Skills for the Information Age, DESIDOC Journal. Journal of Library & Information Technology, 28 (2), hlm. 39-47.


(50)

Rian Hardhian, 2014

Fadhilatu, L. (2009). Literasi Informasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan. Skripsi. Jurusan Perpustakaan dan Informasi, Universitas Sumatera Utara.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:Bumi Aksara

Hasibuan,F., M,. (2013).Paradigma Tugas Guru dalam Kurikulum 2013.[online]. Tersedia di: sumut.kemenag.go.id/file/odip1379404126.pdf. Diakses 8 september 2014

Hasugian, Jonner. (2008). Urgensi Literasi Informasi Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, 4 (2), hlm. 37-38.

Hidayat, K. (2012). Perilaku Pencarian Informasi Guru Dalam Memanfaatkan Internet Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Skripsi. Ilmu Perpustakaan Informasi. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sumatera Utara.

Institute of Museum and Library Services (2008). Museum, Library and 21st Century Skills. Washington: IML

Jesus Lau. (2006). Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning. Meksiko: Information Literacy Section (Infolit) of the International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA). Diakses 13 agustus 2014, dari http://www.ifla.org

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya


(51)

Rian Hardhian, 2014

Nasution, Listika F.R. LI Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (Semester VII/T.A 2009/2010). Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007). Lampiran Permendikbud No. 41 th 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2013). Lampiran Permendikbud No. 65 th 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdikbud.

Putri, T. L. (2013). Literasi Informasi Guru di SMK Negeri 5 Yogyakarta: berdasarkan THE BIG6 MODEL. Skripsi, Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Peneliti Pemula. Bandung: Alfabera

Rindyasari. (2008). Literasi Informasi Guru: Studi Kasus SMA Al-Azhar Pondok Labu. Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan professionalisme guru. Bandung:Rajawali Pers

Rusyan, Tabrani, A. dan Wijaya, Cece. (1992). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setyawanto, Agung. 2012. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kota Malang. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (2011).Media and Information Literacy: Curriculum for Teachers. Paris: UNESCO.


(52)

Rian Hardhian, 2014

Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Wahyudin, Y. (2014, 28 November). Pengantar Teknologi Informasi. [Online]. Diakses dari: http://yanuarwahyudin.blogspot.com/p/guru-dalam-pemanfaatan-teknologi.html

Yusup, P. M. (2009). Ilmu informasi, Komunikasi, dan Kepustakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara


(1)

116

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terdiri atas kemampuan menyusun berdasarkan komponen-komponen RPP dan prinsip-prinsip RPP tergolong dalam kategori baik.

B. Saran

1. Saran bagi Guru

Diharapkan kepada para guru agar memiliki keinginan dan kemauan yang kuat disertai dengan usaha dalam menggali lagi kemampuanya dalam literasi informasi dengan menerapkan cara yang tepat dan benar dalam mengenal, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dan guru wajib untuk memperkenalkan literasi informasi kepada siswa agar membantu dalam proses belajarnya. Selain itu guru juga perlu meningkatkan kemampuan dalam proses penyusunan RPP sesuai dengan keterkaitan dan keterpaduan dalam komponen-komponen serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

2. Saran bagi Institusi

Diharapkan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, termasuk pada jajaran lembaga yang ada dibawahnya terus senantiasa memberikan dukungan kepada guru yang ada di Indonesia untuk meningkatkan kualitas professionalitasnya termasuk pada bidang literasi informasi dan pengembangan perencanaan pembelajaran (RPP). Hal ini bisa diterapkan dengan menjadi fasilitator dalam pengembangan kemampuan guru dalam penyusunan RPP. Selain itu juga diharapkan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan orientasi lebih banyak mengenai kemampuan literasi informasi pada pelatihan-pelatihan guru yang sering dilakukan agar para guru lebih mengenal lagi literasi informasi serta manfaat apa yang diberikan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.


(2)

117

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Saran bagi Peneliti Selanjutnya

Dikarenakan penelitian ini di masa yang akan datang belum tentu menjadi bermakna karena seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan fenomena yang lebih berkorelasi di lapangan. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan kegiatan mengidentifikasi masalah yang ada dilapangan sesuai dengan kondisi terkini dan diharapkan untuk lebih menggali lagi penlitian mengenai literasi informasi guru yang dikaitkan dengan hal-hal lain yang memerlukan literasi informasi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam pengerjaannya, misalnya dalam kemampuan sosial guru, perilaku pencarian informasi guru dalam proses penyusunan RPP, dan lain sebagainya.


(3)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Afifudin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran, 1 (1), hlm. 75-86.

ALA (American Library Association). (1989). Introduction to Information Literacy.[Online].Tersedia:

http://www.ala.org/ala/mgps/divs/acrl/standards/information_literacy_c ompetency.cfm [Diakses 26 Agustus 2014].

Arifin, Zaenal. (2011). Penelitian Pendidikan : Metode dan Paradigma Baru ,Bandung PT Remaja Rosdakarya.

___________. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur ,Bandung PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Babu, B. R. (2008). Information Literacy-Competency Standards and Performance Indicators: An Overview, DESIDOC Journal. Journal of Library & Information Technology, 28 (2), hlm. 56-65.

Bachtar, M. A., Sismita, A., Purnowati, S. (2009). Literasi Informasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pendidikan Nonformal (PNF) di Provinsi DKI Jakarta, 30 (2), hlm. 105-123.

Doyle, C. S. (1994). Information Literacy in an Information Society: A Concept for the Information Age. New york:Eric

Eisenberg, M. B. (2008). Information Literacy: Essential Skills for the Information Age, DESIDOC Journal. Journal of Library & Information Technology, 28 (2), hlm. 39-47.


(4)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fadhilatu, L. (2009). Literasi Informasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan. Skripsi. Jurusan Perpustakaan dan Informasi, Universitas Sumatera Utara.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:Bumi Aksara

Hasibuan,F., M,. (2013).Paradigma Tugas Guru dalam Kurikulum 2013.[online]. Tersedia di: sumut.kemenag.go.id/file/odip1379404126.pdf. Diakses 8 september 2014

Hasugian, Jonner. (2008). Urgensi Literasi Informasi Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, 4 (2), hlm. 37-38.

Hidayat, K. (2012). Perilaku Pencarian Informasi Guru Dalam Memanfaatkan Internet Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Skripsi. Ilmu Perpustakaan Informasi. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sumatera Utara.

Institute of Museum and Library Services (2008). Museum, Library and 21st Century Skills. Washington: IML

Jesus Lau. (2006). Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning. Meksiko: Information Literacy Section (Infolit) of the International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA). Diakses 13 agustus 2014, dari http://www.ifla.org

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya


(5)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution, Listika F.R. LI Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (Semester VII/T.A 2009/2010). Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007). Lampiran Permendikbud No. 41 th 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2013). Lampiran Permendikbud No. 65 th 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdikbud.

Putri, T. L. (2013). Literasi Informasi Guru di SMK Negeri 5 Yogyakarta: berdasarkan THE BIG6 MODEL. Skripsi, Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Peneliti Pemula. Bandung: Alfabera

Rindyasari. (2008). Literasi Informasi Guru: Studi Kasus SMA Al-Azhar Pondok Labu. Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan

professionalisme guru. Bandung:Rajawali Pers

Rusyan, Tabrani, A. dan Wijaya, Cece. (1992). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setyawanto, Agung. 2012. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMP di Kota Malang. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (2011).Media and Information Literacy: Curriculum for Teachers. Paris: UNESCO.


(6)

Rian Hardhian, 2014

Hubungan kemampuan literasi informasi guru dengan proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara Wahyudin, Y. (2014, 28 November). Pengantar Teknologi Informasi. [Online].

Diakses dari: http://yanuarwahyudin.blogspot.com/p/guru-dalam-pemanfaatan-teknologi.html

Yusup, P. M. (2009). Ilmu informasi, Komunikasi, dan Kepustakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara