PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA.

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

HERMAWAN 1106695

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(2)

Oleh :

HERMAWAN

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Hermawan,2014.

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Dosen Pembimbing I

Dr.H. DUDI GUNAWAN, M.Pd. NIP. 196211211984031002

Dosen Pembimbing II

Dra. Hj. MIMIN TJASMINI, M.Pd. 195403101988032001

Mengetahui :

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 195607221985011001


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul Penelitian ...

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... ii

Daftar isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Grafik ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang masalah ... 1

B. Sasaran tindakan ... 6

C. Rumusan masalah ... 7

D.Hipotesis tindakan ... 7

E. Tujuan penelitian dan Kegunaan penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR ... 10

A.Konsep Dasar Tunarungu ... 10

1. Pengertian Tunarungu ... 10

2. Klasifikasi Tunarungu ... 11

3. Dampak Ketunarunguan ... 12 a.Dampak ketunarunguan terhadap kemampuan ...


(5)

b. Dampak ketunarunguan terhadap intelegensi ... 13

c. Dampak ketunarunguan terhadap perkembangan ... emosi dan sosial ... 13

B. Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 14

1. Pengertian Berbicara ... 14

2. Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 15

C. Pengajaran Bahasa dan Bina Bicara Siswa Tunarungu ... 16

D.Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 17

E. Konsep Dasar Media Gambar Peristiwa Berseri ... 18

1. Media pembelajaran ... 18

2. Media Gambar ... 19

3. Karakteristik Media Gambar ... 20

4. Media Gambar Peristiwa Berseri ... 21

5. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Gambar ... Peristiwa Berseri ... 23

6. Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri ... 25

F. Kerangka Pemikiran ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A.Metode Penelitian ... 28

1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 29

2. Prosedur pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas ... 34 3. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ...


(6)

lanjutan (Siklus II) ... 36

B. Setting Penelitian ... 38

C. Siklus Tindakan ... 39

D.Variabel Penelitian ... 39

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Pengolahan Data untuk Hipotesis Tindakan / ... Pertanyaan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A.Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 43

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Kemampuan Awal setiap Siswa ... 48

2. Deskripsi Siklus I ... 50

3. Deskripsi Siklus II ... 63

C. Pembahasan ... 72

1. Pembahasan Kondisi Awal dan Siklus I ... 72

2. Pembahasan Siklus II ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Implikasi ... 79 Daftar Pustaka

Daftar Lampiran Riwayat Hidup


(7)

ABSTRAK

Hermawan, NIM.1106695. PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA

BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB DI SLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA. Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi, Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Agustus 2014.

Siswa tunarungu memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa dan berbicara. Kemampuan berbicara pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa tunarungu dapat berbicara dengan artikulasi yang benar, intonasi atau nada yang benar, dan penggunaan kata atau kalimat yang tepat. Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu penulis menggunakan media gambar peristiwa berseri, dengan cara menampilkan gambar cerita/peristiwa tentang kegiatan sehari-hari secara berurutan. Sasaran penelitian adalah siswa Tunarungu kelas III yang berjumlah 3 siswa. Tehnik pengumpulan data dengan tes yang di terapkan dalam siklus I dan siklus II. Dengan kriteria penilaian sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis data deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan dalam kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki guru dalam KBM sehingga prestasi akademik siswa meningkat dan penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.


(8)

ABSTRACT

Hermawan, NIM. 1106695.Using media picture event shine to increase ability

speak student deaf at subject language Indonesian class III SDLB Al-Ichlas Jayaratu Tasikmalaya.to years 2013/2014.Skripsi ,Bandung: Faculty of education University Education Of Indonesia.

Student deaf have obstacle in development language and speak to ability speak at research action class room this student deaf can speak with good articulation, good intonation and good using word or sentence. To increase ability speak student deaf writer using media picture event shine with mind show picture story or event about activity every day in series. Object research student deaf class III SDLB the number three student. Technik acumulation data with test to making in siclus 1 and 2. With criteria good evaluation, good, enought, minus, every minus. Analysis data did with technik analysis data descriptive comparatif result tes condition beginning,price a test siclus 1 and 2.object research indicate increase inside abilty speak student deaf as active participate inside activity study teach ,a make trust self or mettle to speak, ask a question and receive dialogue other person,give planting draft word and sentence in concrete,treasury word student more rise,increase interaction and comunication student in area,increase achievement study at lesson language indonesian .research this expect can repair teacher inside KBM until achievement academic student rise and research this can bread this research furthermore.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, dan manusia dituntut menguasai bahasa yang digunakan sebagai alat berinteraksi dengan sesamanya.

Manusia bukan hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan interaksi baik dengan manusia dilingkungan terdekatnya maupun dilingkungan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua manusia mampu berinteraksi baik dengan lingkungannya, hal ini terjadi pada anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam berbicara dan berbahasanya, sehingga mengalami keterlambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan interaksi, dan komunikasi. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa menyebabkan anak tunarungu sering disebut anak yang miskin bahasa (verbal).

Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa anak normal. Pada usia awal bayi akan menangis apabila merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan sampai pada awal tahap


(10)

meraban anak tunarungu mengalaminya, perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai pada awal masa meraban tidak mengalami hambatan karena bunyi-bunyi yang diucapkan anak masih bersifat belum membentuk vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi tersebut dibunyikan secara berulang-ulang dan secara tidak langsung merupakan latihan otot bicara. Hal ini telah dikemukakan oleh Sardjono,(2005:30) dalam Sutjihati, (2006:98) bahwa:

“Masa meraban yaitu masa laling, perkembangan bahasa dan bicara anak

tunarungu terhenti karena anak tidak mendengar bunyi-bunyi yang dikeluarkan sendiri, serta bunyi-bunyi lingkungan, terutama bahasa ibunya, keadaan ini sebagai akibat tidak adanya umpan balik pada auditoris anak tunarungu,Tentu semua ini akan menimbulkan permasalahan pada anak tunarungu pada kemampuan berbahasa”.

Pemahaman anak tunarungu terhadap bahasa sedikit sekali sehingga perbendaharaan kata yang dimiliki sangat terbatas, sedangkan kualitas keterampilan bahasa seseorang, salah satunya tergantung kepada kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimilikinya, Semakin kaya kosa kata yang di miliki maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa.

Di sekolah luar biasa untuk anak tunarungu pengajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi atau berbicara menggunakan kosa kata yang sederhana dan sudah dikuasai anak. Kosa kata menurut kamus bahasa Indonesia (1991:597)

sama dengan : “Perbendaharaan Kata”. Kemampuan menguasai kosa kata


(11)

orang lain memahami dengan mudah, Dengan demikian peningkatan kemampuan berbicara adalah bertambahnya kosa kata yang berhasil dipahami oleh subjek yang diteliti.

Pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek berbicara belum menunjukan keberhasilan secara optimal, karena pembelajaran yang biasa dilakukan pertama-tama adalah memperlihatkan gambar suatu kegiatan kemudian menuliskan kalimat kegiatan tersebut kemudian menanyakan

kepada siswa “sedang apa gambar ini ?”, tetapi siswa sebagian besar kurang

merespon. Langkah kedua menyuruh siswa maju ke depan untuk mengucapkan sebuah peristiwa yang pernah dialami sesuai dengan gambar tersebut tetapi siswa masih belum juga merespon dengan pembelajaran seperti ini. Pembelajaran berbicara kalimat sederhana tersebut, penulis sebagai guru kelas, hanya memperlihatkan satu gambar peristiwa yang tidak utuh di papan tulis sebagai media pembelajaran, dan penulis lebih banyak berceramah serta memberikan tugas menjawab soal-soal latihan. Penggunaan media tersebut kurang menarik minat siswa, sehingga hasil belajarnya belum memuaskan. jadi siswa tersebut mengalami kegagalan dalam pelajaran bahasa Indonesia, setidaknya ada dua faktor yang melatar belakangi, pertama: perkembangan bahasa anak. Kedua : guru tidak menyajikan media atau alat peraga yang maksimal, dan guru tidak menggunakan metode khusus untuk mengajarkan berbicara pada anak tunarungu. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang seharusnya dicapai adalah 70, sedangkan siswa secara keseluruhan


(12)

rata-rata mendapat nilai 55 hal ini berarti pembelajaran belum tuntas. Kurikulum yang berkaitan dengan pelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut : Standar kompetensi : Berbicara/berisyarat.2. Mendemonstrasikan pengalaman,sesuatu hal, seseorang dan tanggapan secara sederhana. Kompetensi dasar : 2.3. Mendeskripsikan benda atau seseorang berdasarkan ciri-cirinya dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan atau isyarat.

Penulis berusaha mencari cara, bagaimana pembelajaran di atas dapat direspon anak dengan baik. Dalam pembelajaran berikutnya penulis mencoba membawa gambar peristiwa berseri ternyata anak lebih mersepon serta keingintahuannya muncul. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti berkeinginan untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu, karena pada dasarnya kemampuan anak tunarungu dapat ditingkatkan, Seberat apapun kondisi kelainan pendengaran yang dihadapi anak tunarungu tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya, asalkan disertai berbagai upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak, terutama dari pihak guru yang berkompeten.

Siswa tunarungu sering disebut insan visual, yaitu orang yang dapat mengetahui atau mengerti sesuatu dengan cara melihat atau berdasarkan indra penglihatan (mata). Hal ini dijelaskan pula oleh Somad, P. (1995:28) bahwa


(13)

akan lebih berhasil bila guru memberikan pengalaman langsung melalui media pembelajaran misalnya dengan benda asli, tiruan maupun gambar. Penggunaan media diharapkan siswa dapat memberikan pengalaman kongkrit kepada peserta didik dan dapat terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dalam memperbaiki pembelajaran berbicara ini, peneliti mengarahkan pada penggunaaan media yang bersifat visual.

Media pembelajaran merupakan alat yang dapat memberikan pengalaman kongkrit untuk menghindari timbulnya verbalisme dan membantu anak tunarungu untuk mengatasi ke salah pahaman dalam menangkap penjelasan lisan, media tersebut juga dapat merangsang anak untuk dapat belajar, sehingga diharapkan prestasi belajarnya meningkat. Beragamnya media pembelajaran menuntut kreativitas dan selektivitas pendidik dalam memberikan layanan media pengajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Materi pelajaran untuk siswa tunarungu membutukan pemahaman konsep yang bersifat kongkrit seperti pengajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan berbicara Atau berisyarat. Salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu adalah media gambar peristiwa berseri, agar anak tunarungu mampu memahami kata dan kalimat melalui media gambar peristiwa berseri, maka peran guru dalam penyediaan dan penggunaan media ini menjadi penting. Guru harus menjembatani antara gambar peristiwa berseri dengan pemahaman konsep anak tunarungu, oleh karena itu guru tidak sekedar


(14)

membuat gambar tetapi juga harus mampu menyajikan gambar yang dapat dipahami atau dimengerti, sesuai dengan konsep yang diajarkan.

Media pembelajaran dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri memiliki kelebihan-kelebihan dan mudah dalam penanaman konsep peristiwa bagi anak tunarungu. Disamping itu media tersebut dapat memudahkan siswa tunarungu sebagai insan visual untuk belajar meningkatkan perbendaharaan kata, Oleh karena itu melalui penelitian ini peneliti ingin membuktikan bahwa media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB/B di SLB Al-ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

A. ..

B.Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dari penelitian ini adalah siswa Tunarungu Kelas III SDLB/B SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

Peneliti mengambil tempat penelitian sekolah tersebut karena di dasarkan pada beberapa alasan antara lain :

1. Guru yang bersangkutan yaitu peneliti ingin memperbaiki lagi cara mengajar atau kegiatan belajar mengajar supaya dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.


(15)

2. Guru sebagai peneliti ingin memperbaiki media pembelajaran dan alat peraga selama proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

3. Guru sebagai peneliti ingin memperbaiki prestasi akademik siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu.

4. Siswa yang diteliti dalam Kemampuan berbicara atau bekomunikasi baik secara oral atau isyarat cukup baik meskipun mereka baru kelas III SDLB, oleh karena itu potensi yang dimiliki anak bisa di tingkatkan melalui pembelajaran dan media yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi anak khususnya dalam kemampuan berbicara.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah yang dapat di kemukakan adalah: “Apakah Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”?.


(16)

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap sesuatu penelitian yang sedang dilakukan. Menurut Arikunto.S (2006:22) “Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di test atau di uji kebenarannya”.

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah “ Melalui Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan berbicara Siswa Tunarungu kelas III SDLB pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.” E.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui apakah melalui Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara siswa Tunarungu dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia.”

Penelitian tindakan kelas ini penulis mengharapkan agar memperoleh manfaat secara teoritis, praktis, bagi peneliti, siswa, dan sekolah. sehingga berguna bagi perkembangan Ilmu pendidikan. Adapun kegunaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri dan Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu


(17)

seperti : dalam berbicara menggunakan artikulasi yang benar, nada atau intonasi yang baik, dan penggunaan kata atau kalimat yang benar.

2. Secara Praktis

Guru dapat memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak tunarungu dalam mengembangkan dan menjabarkan media gambar peristiwa berseri.

3. Kegunaan bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bagi guru dapat memperbaiki proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa tunarungu dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.

4. Kegunaan bagi Siswa

Meningkatkan perbendaharaan kata, kemampuan berbicara siswa meningkat terutama pada pengucapan artikulasi yang benar,nada atau intonasi yang baik dan penggunaan kata/kalimat yang tepat serta dapat berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari, prestasi akademik siswa meningkat pada mata pelajaran bahasa Indonesia. 5. Kegunaan bagi Sekolah

Menjadi bahan rujukan untuk memperbaiki pembelajaran yang selama ini belum menggunakan media gambar peristiwa berseri, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.


(18)

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class room research) atau disingkat PTK. Metode penelitian Tindakan Kelas (PTK) di maksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sekaligus efektivitas kegiatan yang dilakukan guru di dalam kelas. Arikunto S. ( 2006:3 ) menyatakan bahwa :

“ Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Secara garis besar model penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan,Observasi dan Refleksi”.

Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini menurut Kemmis dan Taggart dalam Gunawan U. (2008:27) secara operasional digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut :

A.

Pelaksanaan alur Penelitian Tindakan Kelas di gambarkan pada bagan berikut ini :


(20)

Gambar.3.1

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Observasi awal Rencana Tindakan siklus I Refleksi

Observasi

Melakukan tindakan

Rencana Tindakan Siklus II Refleksi

Observasi

Melakukan tindakan

Rencana Tindakan Siklus III Refleksi

Observasi

Melakukan tindakan

Rencana Selanjutnya 1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas

a. Perencanaan

Berdasarkan data di lapangan peneliti menentukan masalah yang menjadi fokus masalah pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu :


(21)

Meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa tunarungu kelas III SDLB SLB Al-ichlas Jayaratu Tasikmalaya. Selanjutnya disusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia, Adapun Program perbaikannya yaitu melaksanakan tindakan pada materi dan indikator yang belum tercapai. Rencana yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui media gambar peristiwa berseri pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menyusun jaringan tema, silabus berdasarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III;

2) Mengembangkan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari mulai Indikator, Tujuan, langkah-langkah, materi, metode, media dan penilaian;

3) Merencanakan lembar kerja siswa, sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam penggunaan media gambar peristiwa berseri terutama untuk meningkatkan prestasi belajar bidang studi Bahasa Indonesia.


(22)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah melaksanakan kegiatan tindakan, yaitu melakukan proses belajar mengajar berdasarkan bahan/materi yang telah disusun, dan didasarkan pada media yang di persiapkan. Alat yang dipersiapkan, dalam penelitian ini adalah media gambar peristiwa berseri yang akan diuji cobakan.

Tahap atau langkah – langkah yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas terperinci sebagai berikut :

1) Peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP, instrument, sumber belajar dan media belajar yang digunakan untuk mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.

2) Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar tindakan yang di laksanakan sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain :

a) Kegiatan Awal

Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa berdoa, absensi, melaksanakan senam organ wicara dengan pengucapan vocal : a, i, u, e, o dan suku kata ba, bi, bu, be, bo, pa, pi, pu, pe, po, ma, mi, mu, me, mo, memberikan penjelasan tentang materi yang akan diajarkan serta mengatur tempat duduk siswa. Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa peneliti menunjukkan gambar kegiatan sehari-hari, sambil meminta anak untuk bercerita tentang gambar peristiwa seperti anak yang sedang tidur, anak sedang mandi,


(23)

anak sedang makan, dan anak-anak sedang bersalaman kepada orang tua. Dengan gambar tersebut diharapkan dapat memacu anak untuk berbicara spontan tentang gambar dan pengalaman kegiatan sehari-hari yang dialami masing-masing anak. Peneliti memulai pembelajaran setelah semua siswa siap belajar.

b) Kegiatan Inti

Peneliti memperlihatkan gambar, mengucapkan nama benda atau gambar dengan mimik atau bentuk bibir yang sejelasjelasnya dan diikuti oleh siswa. Peneliti menuliskan percakapan dalam pemenggalan kata dan kelompok kata, kemudian dibaca sesuai dengan tulisan dari gambar dan percakapan peneliti menuangkan ke dalam kalimat dengan bacaan yang singkat. Siswa memperhatikan mimik / bentuk bibir peneliti dalam membaca kemudian menirukan. Peneliti membetulkan ucapan siswa secara individu, kelompok maupun klasikal. Pembetulan dilakukan dengan cara bertatap muka, di depan cermin, menempelkan punggung tangan siswa ke dagu, leher, dada atau meletakkan punggung tangan di depan mulut peneliti sampai ucapan anak benar. Anak selanjutnya mengucapkan kata, kelompok kata dan kalimat dalam bacaan secara bergantian satu persatu sesuai dengan gambar peristiwa berseri yang diperlihatkan, kemudian secara klasikal.


(24)

Kegiatan akhir pembelajaran pada siklus I siswa mengerjakan tes formatif dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah peneliti siapkan. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti memberikan motivasi untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan rumah.

c. Observasi

Penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah penulis sendiri sedangkan kepala sekolah bertindak sebagai pengamat (observer), sehingga peneliti dalam mengamati dan mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi ketika penelitian tindakan sedang dilaksanakan.

Kegiatan observasi merupakan upaya mengamati dan mengkomunikasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Setiap langkah tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran beserta dampaknya terhadap siswa. Hasil dari observasi untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas III SDLB SLB Al-Ichlas Jayaratu menjadi lebih baik dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.

d. Refleksi

Informasi yang tertampung melalui observasi maka dilakukan refleksi. Data yang terkumpul dianalisa dan diberi makna, sehingga dapat diketahui


(25)

apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan atau belum, jika belum maka peneliti segera menyusun rencana selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan hasil dari refleksi untuk memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang dalam siklus sebelumnya.

2. Prosedur pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas 1). Siklus I

(a). Setelah diperoleh kondisi awal siswa mengenai proses pembelajaran Bahasa Indonesia, maka dilakukan tindakan kelas tahap ke-1. Pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan gambar-gambar yang ada pada lembaran gambar yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, kemudian siswa menyebutkan gambar peristiwa yang diperlihatkan, dan membicarakannya sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada gambar tersebut.

(b). Melakukan observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara.


(26)

(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri. (d). Refleksi I, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana selanjutnya

untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.

2). Siklus II

(a). Proses belajar mengajar sama dengan siklus I, yaitu pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan gambar-gambar, kemudian siswa menyebutkan gambar aktivitasnya, dan membicarakannya.

(b). Melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbicara.


(27)

(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dengan mengguanakan media gambar peristiwa berseri. (d). Refleksi II, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.

3). Siklus III.

(a). Proses belajar mengajar sama dengan siklus I, II, yaitu pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan gambar-gambar, kemudian siswa menyebutkan gambar aktivitasnya, dan membicarakannya.

(b). Melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbicara.

(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dengan mengguanakan media gambar peristiwa berseri.


(28)

(d). Refleksi III, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Lanjutan (Siklus II) Tahap ini merupakan tahapan untuk merumuskan rencana tindakan lanjutan apabila hasil refleksi belum cukup memuaskan maka perlu dilakukan pada tindakan baru (lanjutan) dengan memperbaiki hal-hal yang belum dilakukan pada tindakan lanjutan atau dengan perkataan lain tindakan lanjutan ini adalah untuk memperbaiki atau memodifikasi tindakan sebelumnya yang memang belum dapat mengatasi masalah yang ada sehingga diperlukan tindakan lanjutan supaya masalahnya dapat teratasi.

Perencanaan tindakan lanjutan ini merupakan hasil refleksi dari suatu tindakan sebelumnya yang belum dapat mengatasi atau memecahkan permasalahan yang ada sehingga memerlukan suatu perencanaan baru untuk melakukan tindakan lanjutan yang diperbaiki atau dipahami sebagai hasil analisis terhadap hal-hal yang dilakukan sebelumnya.

Tindakan penelitian ini dapat dilihat dari model penelitian kemmis dan Tagart yang dilaksanakan peneliti bersama tim melalui beberapa siklus tindakan yaitu sebagai berikut :


(29)

1). Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah mengenai penelitian yang akan dilaksanakan dan sosialisasi penelitian kepada beberapa guru untuk membantu peneliti sebagai tim observer.

2). Mengobservasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam penggunaan media gambar peristiwa berseri, untuk mendapatkan gambara awal tentang kondisi siswa kelas III SDLB/B.

3). Mengidentifikasi gambar-gambar yang akan di jadikan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbicara.

4). Membuat gambar peristiwa berseri.

5). Identifikasi masalah dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia.

6). Menyusun rencana program pembelajaran (RPP),menetapkan media dan teknik pembelajaran yang akan digunakan ketika penelitian berlangsung.

7). Menyusun dan menetapkan media dan teknik pengamatan pada setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format observasi.

8). Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus tindakan kelas.

BA


(30)

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di sekolah dasar luar biasa Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya merupakan tempat tugas mengajar bagi peneliti.

2. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran siswa tunarungu di sekolah dasar luar biasa Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

3. Untuk meningkatkan profesionalitas guru di sekolah dasar luar biasa SDLB/B Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014 yaitu antara bulan November sampai bulan Desember 2013.

Penelitian ini dilakukan antara penulis dan kepala sekolah sebagai observer, dengan jumlah siswa kelas III SDLB sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 perempuan dan 2 laki-laki, adapun nama-namanya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Nama Siswa Keterangan

1 AS L

2 DE L


(31)

C. Siklus Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di rencanakan menggunakan tiga siklus, tetapi bersifat tentatif karena tidak berpatok terhadap tiga siklus yang direncanakan, yaitu bisa saja berkurang menjadi dua siklus, hal ini didasarkan apabila pada siklus ke dua tujuan telah tercapai, maka penelitian akan di akhiri dan apabila belum tercapai di siklus kedua maka bisa saja bertambah, akan tetapi batas maksimal yang diambil oleh peneliti yaitu tiga siklus hal ini dengan maksud untuk mencapai tujuan yang optimal.

D.Variabel Penelitian

Variabel dapat di definisikan sebagai gejala yang bervariasi, sedangkan gejala adalah merupakan suatu objek penelitian, sehingga variabel adalah objek yang bervariasi.

Menurut (Rusidi, 1990 : 7) dalam Arikunto S. (2006), “Variabel

merupakan sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategorial, baik kualitataif maupun kuantitatif. Dalam sebuah penelitian variabel mempunyai kedudukan yang sangat penting sebab variabel berperan dalam peristiwa atau

gejala segala sesuatu yang diteliti”.

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran oleh pembaca, maka penulis mendefinisikan secara operasional variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut :


(32)

1. Variabel bebas

Variabel bebas (Indefendentvariable) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab munculnya variabel terikat (Arikunto, 2006 : 119).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan Media

Gambar Peristiwa Berseri.

Definisi variabel Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri adalahmedia yang menggabungkan unsur gambar dan peristiwa atau media yang menyajikan rangkaian peristiwa atau cerita yang terjadi secara runtun dalam bentuk gambar. Contohnya sebagai berikut :

2. 3.

2. Variabel terikat

Variabel terikat ( Devenden variabel ) yaitu variabel yang dipengaruhi atau akibat dari variabel bebas (Arikunto, 2006 : 119),. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Meningkatkan Kemampuan


(33)

Definisi varibel kemampuan berbicara adalah pelafalan bunyi artikulasi yang tepat, nada atau ritmik dan penggunaan kata yang tepat. Skor tertinggi mampu berbicara sesuai ketiga indikator di atas memperoleh nilai 5, nilai 4 diberikan apabila berbicara tidak ragu-ragu, nilai 3 apabila mampu berbicara dalam pelafalan artikulasi cukup jelas dan nada atau ritmiknya benar, nilai 2 apabila mampu berbicara dengan artikulasi yang benar tetapi nada dan penggunaan kata tidak tepat, dan nilai 1 apabila kemampuan berbicara dari ketiga indikator tidak jelas.

E.Instrumen Pengumpulan Data

Pedoman penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam memperoleh data yang diperlukan, agar data yang dihasilkan dapat lebih akurat dan tepat. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat pengumpul data berupa :

1. Tes (tes lisan, tulisan, dan perbuatan)

Pengertian tes menurut Kerlinger,(1993:41), dalam Susetyo. B (2011:2)

tes adalah “seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat

dijadikan dasar bagi penetapan sekor atau angka”.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yaitu tes awal yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran, dan tes akhir berupa tes lisan, tulisan dan perbuatan dilakukan setelah pembelajaran berakhir.


(34)

Pada siklus I tindakan 1 sebelum pembelajaran dimulai diberikan tes awal, dan tes keterampilan proses sebanyak materi yang diberikan. Siklus I diberikan tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing sebanyak 5 soal. Pada siklus II dan III tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing sebanyak 5 soal. Tes ini tujuannya untuk dijadikan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

2. Observasi / Pengamatan

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap subjek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.

Pada waktu observasi dilakukan, peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru dan siswa maupun situasi kelas dengan menggunakan lembar observasi berbentuk daftar cek, dan diisi oleh observer.

F. Teknik Pengolahan Data untuk Hipotesis Tindakan/Pertanyaan

Data penelitian ini di analisis secara deskriptif data yang di peroleh di lapangan diolah dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif digunakan dalam menganalisa data tentang kegiatan pembelajaran


(35)

untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui media gambar peristiwa berseri, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya setelah menggunakan media gambar peristiwa berseri. Data di peroleh berdasarkan hasil pengamatan yang di peroleh peneliti melalui pedoman observasi dan data juga di peroleh dari hasil evaluasi siswa tentang peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian penulisan skripsi setelah dilakukan analisis dan pembahasan berdasarkan temuan hasil penelitian. Pada bab ini juga akan dijabarkan ke dalam dua aspek yang meliputi kesimpulan dan implikasi.

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap hasil tindakan yang telah dilaksanakan dan data-data yang telah di sajikan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu seperti pengucapan artikulasi yang benar, nada atau intonasi yang baik dan penggunaan kata kalimat yang tepat.

Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap siswa tunarungu kelas III SDLB, ternyata cukup menunjukan peningkatan dalam kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa


(37)

dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap siswa dalam lembar instrument kemampuan berbicara siswa pada setiap sikus dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus I As memperoleh nilai 55 (kurang baik), De memperoleh nilai 50 (kurang baik) dan Nw memperoleh nilai 40 (kurang baik). Siklus II As memperoleh nilai 90 ( baik), De memperoleh nilai 90 ( baik) dan Nw As memperoleh nilai 70 ( cukup baik)

Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan memberikan perubahan signifikan dan peningkatan kemampuan yang terjadi menunjukan bahwa penggunaan media gambar peristiwa berseri sebagai media dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas III SDLB/B. Penggunaan media ini dapat dilihat dari hasil tes yang di lakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dimana masing-masing siswa pada setiap pertemuan menunjukan peningkatan yang berarti.

Peningkatan-peningkatan pada aspek kemampuan berbicara berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri dapat membuat siswa, antara lain sebagai berikut : Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit,


(38)

meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

A. .

B.Implikasi

Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap siswa tunarungu kelas III SDLB/B berpengaruh terhadap kinerja guru untuk memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu dan penelitian tindakan kelas ini juga memperbaiki penggunaan media pembelajaran bagi siswa tunarungu yang selama ini peneliti laksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu. Jadi penggunaan media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan juga dapat digunakan dan di kembangkan sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Arsyad, A.N. (1996). Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Erifindo Persada.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran, Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Depdikbud. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Depdiknas. (2006). BSNP KTSP Anak Tunarungu, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sadja’ah. E. (2003). Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung :

San Grafika.

Setyadi. P. (2008). Hakikat media cerita bergambar. (online). Tersedia : http://adfal86.blogspot/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us

none.html. ( 11 September 2013 ).

Somad. P dan Hernawati. T (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung : Depdikbud. Dirjendikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Susetyo. B. ( 2011 ). Menyusun tes hasil belajar. Bandung : CV Cakra.

Sutjihati. T. (2006). Psikologi Pendidikan Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.


(40)

(1)

untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui media gambar peristiwa berseri, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya setelah menggunakan media gambar peristiwa berseri. Data di peroleh berdasarkan hasil pengamatan yang di peroleh peneliti melalui pedoman observasi dan data juga di peroleh dari hasil evaluasi siswa tentang peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.


(2)

77

Hermawan, 2014

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian penulisan skripsi setelah dilakukan analisis dan pembahasan berdasarkan temuan hasil penelitian. Pada bab ini juga akan dijabarkan ke dalam dua aspek yang meliputi kesimpulan dan implikasi.

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap hasil tindakan yang telah dilaksanakan dan data-data yang telah di sajikan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu seperti pengucapan artikulasi yang benar, nada atau intonasi yang baik dan penggunaan kata kalimat yang tepat.

Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap siswa tunarungu kelas III SDLB, ternyata cukup menunjukan peningkatan dalam kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa


(3)

dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap siswa dalam lembar instrument kemampuan berbicara siswa pada setiap sikus dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Siklus I As memperoleh nilai 55 (kurang baik), De memperoleh nilai 50 (kurang baik) dan Nw memperoleh nilai 40 (kurang baik). Siklus II As memperoleh nilai 90 ( baik), De memperoleh nilai 90 ( baik) dan Nw As memperoleh nilai 70 ( cukup baik)

Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan memberikan perubahan signifikan dan peningkatan kemampuan yang terjadi menunjukan bahwa penggunaan media gambar peristiwa berseri sebagai media dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas III SDLB/B. Penggunaan media ini dapat dilihat dari hasil tes yang di lakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dimana masing-masing siswa pada setiap pertemuan menunjukan peningkatan yang berarti.

Peningkatan-peningkatan pada aspek kemampuan berbicara berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri dapat membuat siswa, antara lain sebagai berikut : Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit,


(4)

79

Hermawan, 2014

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

A. .

B.Implikasi

Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap siswa tunarungu kelas III SDLB/B berpengaruh terhadap kinerja guru untuk memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu dan penelitian tindakan kelas ini juga memperbaiki penggunaan media pembelajaran bagi siswa tunarungu yang selama ini peneliti laksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu. Jadi penggunaan media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan juga dapat digunakan dan di kembangkan sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Arsyad, A.N. (1996). Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Erifindo Persada.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran, Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Depdikbud. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Depdiknas. (2006). BSNP KTSP Anak Tunarungu, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Sadja’ah. E. (2003). Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung :

San Grafika.

Setyadi. P. (2008). Hakikat media cerita bergambar. (online). Tersedia : http://adfal86.blogspot/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us

none.html. ( 11 September 2013 ).

Somad. P dan Hernawati. T (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung : Depdikbud. Dirjendikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Susetyo. B. ( 2011 ). Menyusun tes hasil belajar. Bandung : CV Cakra.

Sutjihati. T. (2006). Psikologi Pendidikan Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.


(6)

Hermawan, 2014

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 SRAGEN

0 6 37

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS III SLB C SHANTI YOGA KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

5 35 71

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V MIN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 27

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi Ekperimen Pada Siswa Tunarungu Tingkat Dasar (SDLB).

0 1 35

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE POSTER COMMENT Meningkatkan kemampuan mengarang mata pelajaran bahasa indonesia melalui metode poster comment dengan gambar berseri pada siswa kelas IV SD negeri 3 Purwantor

0 0 19

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN PARAGRAF MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR FOTO MATA Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Paragraf Melalui Penggunaan Media Gambar Foto Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas III SDN IV Genukharjo, Kecamatan Wur

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN PARAGRAFMELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR FOTO MATA Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Paragraf Melalui Penggunaan Media Gambar Foto Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas III SDN IV Genukharjo, Kecamatan Wury

0 1 15

PENGGUNAAN MEDIA FILM UNTUK MENINGKATKAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA TUNARUNGU KELAS VII SMPLB B DI SLB YAKALIMU PURWAKARTA.

1 9 39

Peningkatan kemampuan mengarang dengan menggunakan media gambar berseri dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas III SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2010/2011.

1 0 92

JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 1 PADAMARA TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8