PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi Ekperimen Pada Siswa Tunarungu Tingkat Dasar (SDLB).

(1)

PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh : YADI HERYADI

1005002

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Penggunaan Pendekatan

Learning By Doing

Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca

Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Oleh Yadi Heryadi

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2000

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Yadi Heryadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

viii x xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Batasan Masalah 5

D. Rumusan Masalah 5

E. Pertanyaan Penelitian 5

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

2. Kegunaan Penelitian

6 6 6 BAB II PENDEKATAN LEARNING BY DOING DALAM

PENGAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

A. Pendekatan Learning By Doing 7

1. Pengertian Pendekatan Learning By Doing 8

2. Fungsi dan Tujuan Pendekatan Learning By Doing 9

3. Prinsip-prinsip dan karakteristik pendekatan Learning

By Doing

10

B. Anak Tunagrahita 12

1. Pengertian Anak Tunagrahita 12


(5)

3. Karakteristik Anak Tunagrahita 14

4. Kondisi Anak Tunagrahita Ringan 15

C. Pengajaran Membaca Permulaan

1. Pendekatan Pengajaran Membaca Permulaan 2. Kesadaran Bahasa, Kesadaran Bunyi

3. Aktivitas-Aktivitas untuk Menumbuhkan Kesadaran Bahasa, Kesadaran Bunyi

17 19 25 27

4. Pelaksanaan Learning By Doing pada Pembelajaran membaca permulaan

31

D. Kerangka Berfikir 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 34

B. Variabel Penelitian 37

C. Instrumen Penelitian 39

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 39

2. Validasi Instrumen Penelitian 41

D. Subjek Penelitian 45

E. Prosedur , Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 45

1. Teknik Pengumpulan Data 48

2. Tahap Pengumpulan Data 48

3. Tahap Pengolahan Data 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Profile kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 dalam membaca permulaan di SDLB Adhitya Soreang Kabupaten Bandung

51 51

2. Kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 setelah Pembelajaran menggunakan Pendekatan Learning by doing SDLB Adhitya Soreang


(6)

Kabupaten Bandung

3. Perbandingan Skor Kemampuan Membaca Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Pendekatan Learning By Doing

61

B. Pembahasan Hasil Penelitian 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 71

B. Rekomendasi 72

1. Bagi Guru

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

72 72 DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, hal ini terlihat dalam standar kompentensi yang harus dikuasai oleh siswa yaitu kompentensi mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Depdiknas, 2006:), khususnya keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa karena kemampuan membaca sangat berkaitan dengan seluruh proses belajar mengajar.

Dalam kurikulum sekolah dasar, anak diharuskan belajar membaca dan berhitung. Belajar membaca dan berhitung diperlukan untuk semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus karena kemampuan membaca dan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca adalah bagian penting dalam proses pendidikan. Karena Membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seorang anak yang tidak bisa membaca akan mengalami banyak hambatan dalam mengikuti segala macam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Oleh karena itu anak sejak awal harus banyak berlatih membaca sehingga pada akhirnya anak benar-benar mampu memahami kata, kalimat dan bacaan secara umum.

Pembelajaran membaca mutlak dilakukan karena memiliki manfaat yang dapat berguna bagi siswa dalam mengembangkan diri. Hal ini diperlukan


(8)

pembelajaran membaca sejak usia dini. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat berbuat dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia, menurut Aziz dan Akhaida (Zuchdi dan Budiarsi, 1992: 29) bahwa:

Dalam membaca permulaan guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesiaan pada anak-anak didik, selain itu melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral kemampuan bernalar dan kreatifitas anak didik.

Dalam proses membaca terdapat aspek-aspek berfikir seperti mengingat, memahami, membandingkan, membedakan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Hal ini sulit dilakukan oleh anak tunagrahita ringan sehingga, pada proses pembelajaran khususnya pembelajaran membaca untuk anak tunagrahita ringan diperlukan metode-metode khusus yang menarik, agar anak dapat menerima materi dengan mudah, tidak mudah bosan dan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca.

Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Sugiarto (2002) yang menyatakan bahwa:

Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor – faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran.

Penggunan metode yang sesuai dalam mengajarkan membaca pada anak tunagrahita disekolah luar biasa harusnya tidak hanya dengan menggunakan metode klasikal seperti menerangkan di papan tulis, ceramah, dan ataupun menggunakan kartu bergambar, karena apabila metode seperti yang di atas dilakukan secara terus-menerus akan berdampak terhadap menurunnya minat anak


(9)

dalam pembelajaran membaca, terlebih lagi apabila anak didik kita adalah penyandang tunagrahita, tentunya metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran harus lebih atraktif agar proses penyerapan materi bagi anak bisa meningkat, karena kondisi lingkungan akan menjadi lebih meriah dan menyenangkan. Dalam setiap pembelajaran yang diberikan pada anak tunagrhita ringan harusnya anak menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk bisa belajar membaca dengan fasih, karena kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta.

Namun guru tidak hanya menekankan penggunaan suatu metode tanpa penggunaan pendekatan belajar. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikuler dan standar kompetensi nasional merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru. Pendekatan pembelajaran yang dapat membantu sistem berfikir peserta didik secara konseptual dan menguasai kompetensi dalam membaca permulaan, yang dapat dijadikan indikator sebagai kualitas kemampuan belajar peserta didik disekolah luar biasa adalah pendekatan bekerja langsung (learning by doing) yang berorientasi pada dunia membaca.

Pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan dengan penggunaan pendekatan, metode, media pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan standar kopetensi dan kopetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik supaya dapat meningkatkan kemapuan membaca


(10)

permulaan peserta didik, dalam pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan peserta didik diberikan kesempatan untuk latihan secara kontinyu dengan bimbingan dari guru.

Uraian latar belakang ini Peneliti jadikan dasar pemikiran di dalam melakukan penelitian tentang “Penerapan Pendekatan Learning By Doing Dalam Pengajaran Membaca permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan” penelitian ini akan dilaksanaka di Sekolah Luar Biasa Adhitya Soreang Kabupaten Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Anak tunagrahita memilki kecerdasan di bawah rata-rata, berbeda dengan anak pada umumnya sehingga anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam belajar secara abstrak, mudah jenuh saat pembelajaran dan sangat membutuhkan media pembelajaran yang kongkrit dan menyenangkan. 2. Materi pembelajaran pada anak tunagrahita harus sesuai dengan

kemampuan dan kondisi anak.

3. Dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan di perlukan pendekatan visual, suara, dan linguistik.

4. Terdapat berbagai macam metode khusus yang menarik dalam pembelajaran membaca permulaan agar anak dapat menerima materi dengan mudah dan tidak jenuh, yaitu metode huruf dan gambar, metode suku kata dan metode visually, auditory, kinesthetic, tactile.


(11)

5. Dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan, penggunaan pendekatan learning by doing dapat digunakan karna bersifat kerja langsung/belajar langsung pendekatan ini memudahkan karena anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran praktikal

C.Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan tidak meluas, maka peneliti membatasi penelitian ini pada pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan (suku kata, kata, kalimat sederhana) anak tunagrahita ringan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah pendekatan learning by doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan?”

E.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sebelum Pembelajaran menggunakan Pendekatan Learning by doing SLB Adhitya Soreang Kabupaten Bandung.

2. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) setelah Pembelajaran menggunakan Pendekatan Learning by doing SLB Adhitya Soreang Kabupaten Bandung.


(12)

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1) Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi para guru dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita khususnya tunagrahita ringan.

2) Bagi peneliti sendiri dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

3) Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam upaya menangani permasalahan membaca permulaan anak tunagrahita, sebagai media latihan sehingga hasilnya dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan.


(13)

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian experimen, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan Learning by doing terhadap anak berkebutuhan khusus tunagrahita ringan kelas 3 dan 4, di SLB Adhitya Sorang. Proses pembelajaran dilaksanakan adalah pembelajaran dengan pendekatan learning by doing yaitu siswa kerja langsung (belajar langsung) di sekolah, dimana pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman nyata kepada anak agar mereka bisa bereksplorasi secara bebas dan kreatif. pendekatan ini memudahkan karena anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran paraktikal. Untuk mencoba apakah pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan learning by doing ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan, maka dalam pelaksanaan kegiatan pendekatan learning by doing dalam pengajaran membaca di SLB Adhitya Soreang disusun buku panduan pelaksanaan pembelajaran (lampiran 2).

Pada akhir pembelajaran siswa ditest kemampuan membaca permulaan menggunakan instrumen tes kemampuan membaca permulaan. Hasil dari penilaian ini dapat dijadikan patokan dengan membandingkan tes sebelum dan sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan. Apakah kemampuan membaca permulaan siswa dapat meningkat secara sinifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan.


(15)

Pada penelitian ini menggunakan menggunakan quasi ekperimental desaign (metode ekperimen semu). Metode ini digunakan tanpa menggunakan kelas kontrol atau kelas pembanding. Desain yang digunakan adalah one grouf pre test-post test desaign. Skema one grouf pre test-post test desaign Sugiyono, (2007: 111), digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Experimen

Kelompok Pre test Treatmen Post test

Ekperimen T1 X T2

Keterangan:

T1 : Tes awal kemampuan membaca permulaan siswa

X : Pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan learning by doing

T2 : Tes akhir kemampuan membaca permulaan siswa

Proses penelitiannya akan melewati beberapa tahap diantaranya adalah: 1. Study pendahuluan, hal ini bertujuan untuk mempelajari hambatan dan

kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran membaca permulaan, melalui observasi, wawancara terhadap guru kelas juga dengan menggunakan instrumen tes membaca permulaan yang telah di validasi oleh para ahli (expert judgment). kemudian membuat materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan membaca permulaan siswa yang akan diberikan kepada siswa, dalam hal ini menggunakan pendekatan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan. Setelah semua perangkat


(16)

penelitian ini selesai dpersiapkan, barulah Peneliti akan melajutkan kepada langkah selanjutnya.

2. Sebelum diberikan pembelajaran siswa diukur dahulu kemampuan membaca permulaannya (pre test)

3. Setelah itu barulah melangkah kepada langkah selanjutnya yaitu proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan learning by doing.

4. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan learning by doing siswa diharapkan belajar lebih semangat, riang dan gembira.

5. Melaksanakan proses postest

6. Menganalisis hasil postest dan pretest

Tabel 3.2

Prosedur Pendekatan learning by doing

No Kegiatan Keterangan

1. Persiapan seting kelas, dalam pembelajaran membaca dengan pendekatan Learning by doing, setiap benda, sarana dan prasarana menggunakan labeling. (seperti meja, kursi, pintu, jendela, papan tulis, kalender. Dsb)

SLB Adhitya Soreang

2 Diperkenalkan kepada siswa aturan main dalam proses pembelajaran membaca yang akan dilakukan

3. Pelaksanaan pendekatan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas.

(Proses pelaksanaan Kegiatan ada di dalam buku panduan pelaksanaan kegiatan)

4. Pemberian reward dan funishment. 5. Evaluasi


(17)

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (independent variable)

Adalah variabel yang digunakan menjadi penyebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan learning by doing. Pembelajaran bekerja langsung (learning By Doing) dikembangkan oleh John Dewey (Siti Nilla SM,

2005:30) yang menyatakan bahwa ―men have to do something to the this when wish to find out something, they have to other conditions‖. Pandangan ini diperkuat oleh Oemar Hamalik (1990:175), bahwa ―Belajar yang efektif jika kegiatan belajar itu diarahkan pada upaya bagi individu untuk dapat bekerja, melakukan tugas-tugas pekerjaan dalam bidang pekerjaan tertentu‖.

Pembelajaran bekerja langsung (learning by doing) direncanakan dengan mengatur waktu dan tempat secara khusus untuk tiap kompetensi. Pembelajaran ditekankan kepada drill, riview, demonstrasi dan pembelajaran yang sistematis untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan situasi dan kondisi kerja. Pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan dengan penggunaan pendekatan, metode, media pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan standar kopetensi dan kopetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik supaya dapat meningkatkan kemapuan membaca permulaan


(18)

peserta didik, dalam pelaksanaan Learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan peserta didik diberikan kesempatan untuk latihan secara kontinyu dengan bimbingan dari guru.

Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran bekerja langsung yaitu:

1) Melibatkan peserta didik secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar, karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman peserta didik secara langsung yang berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai.

2) Menyediakan pendekatan multi sensori bagi peserta didik ketika berlangsung pembelajaran seperti: mendengar, merasa, mencium, dan mencipta objek-objek yang dipelajari

3) Memberikan kompetensi bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menggunakan material dan melakukan eksperimen. 4) Membina suasana sosial yang transaksional antara peserta didik

dan guru 2. Variabel terikat

adalah kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita. Indikator kemampuan membaca permulaan yang akan ditunjukan adalah meliputi : kemampuan siswa dalam mengenal huruf Vokal, huruf konsonan, kata dengan 3 karakter huruf, kata dengan 4 karakter huruf dan kalimat sederhana.


(19)

C. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah melakukan studi dengan pendahuluan dan analisis terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita. Kemudian membuat Kisi kisi instrumen penelitian, Kisi-kisi tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3.3

KISI-KISI INSTRUMEN

TES KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

Komponen Indikator Sub Indikator Bentuk Soal No.

Soal

1 2 3 4 5

Kemampuan Mengidentifi kasi Huruf Mampu membaca nama huruf dan bunyi huruf 1. Membaca symbol huruf

vocal dan

bunyi hurufnya

2. Membaca symbol huruf konsonan dan bunyi

hurufnya

1.Siswa diminta menyebutkan nama huruf, bunyi huruf vocal yang ditunjuk oleh peneliti - Contoh soal :

Bacalah dengan nyaring nama huruf berikut ini : (a, i, u, e, o) 2.Siswa diminta menyebutkan

nama huruf, bunyi huruf konsonan yang ditunjuk oleh peneliti

- Contoh soal :

Bacalah dengan nyaring nama huruf berikut ini : (b, d, m, n, p) 1,2,3, 4,5 6,7,8,9, 10,11, 12,13, 14,15, 16,17, 18,19, 20,21, 22,23, 24,25, 26


(20)

1 2 3 4 5 3. Mampu mencocokkan bentuk huruf yang ditunjukkan dalam kolom

3.Siswa diminta mencocokkan huruf pada kolom sebelah kanan yang sama dengan huruf yang ada pada kolom sebelah kiri

27,28, 29,30, 31 Kemampuan membacakan kata-kata dengan nyaring dan lafal yang tepat Mampu mengucapkan kata-kata dengan lafal yang tepat 1. Membaca

kata yang

terdiri dari 3 karakter huruf

2. Membaca

kata yang

terdiri dari 4 karakter huruf

1. Siswa membaca dengan nyaring kata-kata yang terdiri dari 3 huruf

- Contoh soal :

Bacalah dengan perlahan kata berikut ini (air, ibu, api) 2. Siswa membaca dengan nyaring

kata-kata yang terdiri dari 4 huruf

- Contoh soal :

Bacalah dengan perlahan kata berikut ini : (bola, apel, topi)

32, 33,34 35,36, 37 Kemampuan membaca kalimat sederhana dengan nyaring dan lafal yang tepat Mampu membaca kalimat dengan nyaring dan lafal yang tepat 1. Membaca kalimat yang terdiri dari 2 karakter kata

2. Membaca kalimat yang terdiri dari 3 karakter kata

1. Siswa diminta membaca kalimat dengan nyaring dan lafal yang tepat

- Contoh soal :

Bacalah kalimat berikut ini : (Ibu memasak)

2. Siswa membaca kalimat yang ditunjuk oleh peneliti dengan nyaring dan lafal yang tepat - Contoh soal :

Bacalah kalimat berikut ini: (adik bermain bola, kakak memakai topi)

38

39,40


(21)

Setelah membuat kisi-kisi instrumen Peneliti membuat instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan membaca permulaan pembelajaran. Instrumen tersebut dapat dilihat dalam lampiran .

2. Validasi Instrumen Penelitian

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur. Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.

Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik melainkan analisis rasional yaitu dengan melihat apakah butir-butirnya telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah mengembangkan kisi-kisi instrumen berdasarkan kajian lapangan dan study pendahuluan terhadap kemampuan membaca permulaan siswa maka untuk menentukan bahwa tes ini layak untuk dipakai dalam suatu penelitian maka diperlukan pengujian. Instrumen yang valid dan reliabel akan mendapatkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel (Sugiyono 2007: 173).


(22)

Pada dasarnya untuk menguji validitas itu dibagi menjadi dua bagian yaitu validitas internal dan validitas ekternal. Validitas internal menurut Sugiyono (2007:174) adalah: ―bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teori) telah mencerminkan apa yang diukur‖. Validitas internal harus memenuhi contruck validty (validitas kontruksi) dan content validity (validitas isi).

Untuk pengujian validitas konstruksi menurut Sugiyono (2007: 174) diperlukan dua tahap, yaitu:

1. Dapat digunakan pendapat beberapa ahli (judgment expert), dalam hal ini apakah instrumen yang disusun telah memenuhi sesuai dengan rancangan teori dan program yang telah disusun dan diharapakan dipenuhi oleh siswa.

2. Setelah pengujian para ahli selesai maka dilanjutkan dengan ujicoba instrumen. Setelah itu dianalisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.

a. Uji Ahli (Judgmen Expert),

Setelah melakukan penilaian para ahli yang dilakukan kepada tiga ahli, didapat, sebagai berikut:

Tabel 3.4

REKAPITULASI HASIL EXPERT JUDGMENT INSTRUMEN PENELITIAN

NO PENILAI SARAN DAN MASUKAN

1 2 3

1 Dr. H. M. SUGIARMIN,

M.Pd

1. Pada dasarnya RPP yang telah dibuat cukup bagus alangkah baiknya pada setiap pertemuan dibuat skenario tentang permainan

2. Variasi dan skenario permainan dan skenario pembelajaran di sesuaikaan


(23)

1 2 3

dengan tingkat kemajuan belajar peserta didik.

2 Dr. ENDANG

RUSYANI, M.Pd

1. Dalam instrument no 33 perlu di revisi dengan Kata berpola vokal, konsonan, vokal

2. Dalam instrument no 38 perlu di revisi dengan kalimat yang setiap katanya mempunyai dua suku kata

3. Dalam RPP yang dibuat harap diperjelas bagaimana guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar

4. RPP harus menyampaikan Tujuan Pembelajaran

5. RPP harus memuat Apersepsi 6. RPP harus Menyampaikan prosedur 3 IIM IMANDALA, M.Pd 1. Pada Kompetensi dasar dalam RPP

Memperkenalkan diri sendiri dirasa kurang cocok, alangkah baiknya jika kompetensi dasarnya diganti dengan membaca teks sederhana tentang kegiatan sehari-hari.

2. Suasana Permainan harus dimunculkan dalam RPP.

Setelah mendapatkan kerangka instrumen penelitian kemudian, diadakan uji coba instrumen penelitian kepada siswa SLB Adhitya Soreang yang didampingi oleh guru kelas di SLB Adhitya Soreang. Dari hasil uji coba dapat digambarkan sebagai berikut


(24)

b. Uji Coba Instrumen Penelitian

Setelah uji coba instrumen dilakukan untuk melihat apakah instrumen yang telah dibuat tersebut sesuai dengan kemampuan anak. Atau apakah instrumen yang dibuat dapat dimengerti atau tidak oleh penilai. Apakah instrumen yang dibuat perlu ditambah atau dikurangi, atau diganti. Ujicoba dilakukan kepada siswa sebelum proses sosialisai pendekatan learning by doing dilakukan yaitu dilakukan di SLB Adhitya Soreang.

Dari hasil uji ahli Judgment Expert, dan uji coba instrumen maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Ahli dan Uji Coba Instrumen Penelitian

No Soal

Uraian

Kesalahan Perbaikan Keterangan

1 s/d 5 Siswa agak kesulitan dengan item soal yang berjumlah 5 huruf

Item soal di ganti menjadi hanya 2 huruf.

Siswa tidak

mengalami kesulitan lagi

27 s/d 32

Siswa menjawab hanya melihat bentuk huruf, sehingga kemampuan siswa mengenal huruf

belum terlihat

konsistensinya.

Item jawaban diganti dengan berbagai jenis huruf (berbagai Fonts)

Dapat terlihat konsistensi

kemampuan siswa dalam mengenal huruf.


(25)

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 3 dan 4 SLB Adhitya Soreang yang berjumlah 7 orang.

.

Tabel 3.6

Daftar Subjek Penelitian

No Nama Tempat Tanggal Lahir IQ * Cronological

Age (CA)

Mental

Age (MA) Alamat

1. Dedi

Wahyudi Bandung, 10-11-2000 69 14 tahun 9,66 tahun Bandung

2. Nazman

Zaelani Bandung, 05-08-2001

65 13 Tahun 8,32 tahun

Bandung 3. Dava Andil

Anthoni Bandung, 25-09-2002

60 12 tahun 7,20 tahun

Bandung

4. Muhaman

Toriq Bandung, 16-07—2002

64 12 tahun 7,68 tahun

Bandung 5. Fatoni

Sanjaya Bandung, 14-07-2001

65 13 Tahun 8,45 tahun

Bandung

6. Ida Dahlia Tangerang, 03-10-2000 69 14 tahun 9,66 tahun Bandung

7. Rahman Bandung, 23-07-2001 64 13 tahun 8,32 tahun Bandung

*perhitungan IQ dilakukan oleh guru senior di sekolah tersebut, dan hanya di gunakan untuk lingkungan sendiri. Surat Keterangan Perhitungan IQ terlampir.

E. Prosedur , Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur pengumpulan data ini dilakukan melalui proses pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan dengan pendekatan learning by doing di SLB Adhitya Soreang


(26)

Setelah mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah maka disepakati bahwa pembelajaran ini dilaksanakan selama 4 pertemuan. Setiap hari Kamis pukul 09.00 s/d pukul 10.30.

Tabel 3.7

Jadwal Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan Pendekatan learning by doing di SLB Adhitya Soreang

No Hari/tanggal Siswa yang hadir

1 2 3

1.

Kamis,03 Oktober 2013

Dedi Wahyudi Nazman Zaelani Dava Andil Anthoni Muhaman Toriq

Toni Sanjaya Ida Dahlia Rahman

2. Kamis,10 Oktober 2013

Dedi Wahyudi Nazman Zaelani Muhaman Toriq Toni Sanjaya Ida Dahlia Rahman


(27)

1 2 3

3. Kamis,17 Oktober 2013

Dedi Wahyudi Nazman Zaelani Dava Andil Anthoni Muhaman Toriq Toni Sanjaya Ida Dahlia Rahman

4. Kamis,24 Oktober 2013

Dedi Wahyudi Nazman Zaelani Dava Andil Anthoni Muhaman Toriq Toni Sanjaya Ida Dahlia

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Tes menurut Suharsimi. A, (2009), adalah: serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.


(28)

2. Tahap Pengumpulan Data

Setelah instrumen penelitian di validasi dan di uji cobakan maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes kemampuan membaca permulaan siswa. Siswa diberikan test pretest dan postes.

Kriteria Pengsekoran Kemampuan membaca Kriteria Pengskoran

 M ( Mampu) : skor 3

 MB ( Mampu dengan bantuan) : skor 2  TM ( Tidak Mampu) : skor 1

Keterangan :

Skor akhir diberikan berdasarkan skor perolehan dari jumlah soal yang diberikan.

S =

 S = Skor Akhir

 SP = Skor Perolehan

 SM = Skor Maksimal

3. Tahap Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan ini data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pensekoran sesuai dengan kemampuan yang dimunculkan oleh siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan pendekatan learning by doing. Uraian hasil dari setiap pengolahan data ini diuraikan secara desktiptif, adapun tahap pengolahan datanya adalah:

a. Pemberian kriteria pada setiap skor menggunakan presentase dengan ketentuan sebagai beikut:


(29)

Dengan kriteria kemampuan : 76 - 100 = Mampu

51 - 75 = cukup Mampu 26 – 50 = kurang mampu 0 – 25 = tidak mampu

Selain kriteria untuk seluruh kemampuan membaca permulaan, juga digambarkan kemampuan masing-masing komponen yang menjadi bagian dari kemampuan membaca permulaan.

Dengan kriteria ini maka kita dapat menggolongkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan baik sebelum atau sesudah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan learning by doing.

b. Tahap yang kedua, kita membuat interpertasi data berdasarkan skor kemampuan yang telah dikumpulkan. Gambaran data tersebut dikelompokan menjadi:

1) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang diberikan sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan pre test.


(30)

2) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing (pre test), dipaparkan dalam bentuk bagan dan grafik.

3) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang diberikan sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan post test.

4) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing (post test), dipaparkan dalam bentuk bagan dan grafik..

c. Mencari perbedaan skor Kemampuan membaca permulaan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan learning by doing dengan membandingkan rata rata nilai kemampuan membaca sebelum dan sesudah pelaksanakaan lalu di lihat persentase perubahan skor yang diperoleh sehingga persentase keberhasilan pelaksanaan pendekatan learning by doing dapat dilihat.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Pada bab ini, peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu pendekatan learning by doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan.

Kesimpulan ini diperoleh peneliti dari peningkatan kemampuan siswa setelah melaksanakan pembelajaran Pendekatan Learning by doing dapat dilihat data skor kemampuan membaca permulaan pada tabel 4.10 dan grafik 4.10. Terlihat bahwa seluruh siswa mengalami peningkatan kemampuan, bahkan dua orang diantaranya mengalami peningkatan katagori membaca permulaan dari katagori cukup mampu ke dalam katagori mampu.

Dua orang siswa yang dari awal masuk dalam katagori mampu juga mengalami peningkatan skor setelah pembelajaran learning by doing dilakukan, sedangkan tiga orang siswa lainnya hanya memperoleh peningkatan skor tapi skor yang didapat belum cukup untuk meningkatkan katagori kemampuan membaca permulaannya, mereka tetap dalam katagori cukup mampu yaitu skor antara 51 atau 51% sampai dengan 75 atau 75%.


(32)

B. Rekomendasi 1. Bagi Guru

Sebagai bahan referensi bagi guru kelas yang langsung berhubungan dengan peserta didik dalam pengembangan untuk selalu berinovasi Dapat dengan mengembangkan pendekatan pembelajaran bagi siswa-siswa terutama dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita khususnya tunagrahita ringan. Melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti sarankan dalam pengajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan dapat digunakan pendekatan Learning by doing.

2. Bagi Peneliti Sendiri

Dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar mengadakan penelitian pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan pada subjek lainnya yang lebih luas dan pada peningkatan kemampuan bidang-bidang lainnya.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Ditjen Dikti. Arikunto. S, (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Astati, (2001), Pendidikan Luar Biasa di Sekolah Umum, Bandung : Pendawa Brown George & Wragg E.C., Alih Bahasa Jasin A. (1997), Bertanya, Jakarta :

Gramedia Widiasarana

Furqon, (2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Grainger, J. (2003). Children Behaviour Attention and Reading Problem. Problem Perilaku, Perhatian, dan Membaca Pada Anak (Alih Bahasa Enny Irawati). Jakarta : Grasindo

Hainstock. E.G. (1999). Montessori Untuk Anak Pra Sekolah. Jakarta : Pustaka Delapratasa.

Hamalik. O. (1990). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hoover, W. A. (2002). The Importance of Phonic Awareness in Learning to Read. Tersedia : http://www.ericdigest.org/2002-3/important.htm. (6 Desember 2004).

John W. Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional Children. USA: Houghton Mifflin Company.

Lyster, S.A.H. (1998). Preventing Reading Failure : A Follow up Study. Dyslexia, 4 : 132-144

Moch. Amin (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Dirjen dikti. Mulyono Abdurahman. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta : Rineka Cipta

Polloway, E.A., Patton, J.R. & Serna, L. (2001). Strategies for teaching learners with special needs (7th ed.) Upper Saddle River, NJ : Merrill Prentice Hall.


(34)

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individu bagi Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis.

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2005). Pedoman Assesment Keterampilan Membaca dan Menulis. Pusat Pengembangan Anak. Laboratorium Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Saracho. O.N. (1997). Teachers’ and Students’ Cognitive Styles in Early Childhood Education. London : Bergin & Garvey.

Siti, Nilla M. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bekerja Langsung Untuk meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Keahlian Program Tata Boga di SMK (Penelitian Pada SMK di Provinsi Banten dan Jawa Barat). Tesis Magister UPI : Tidak Diterbitkan

Sugiarto. (2002). Perbedaan Hasil Belajar Membaca Antara Siswa Laki - laki dan Perempuan yang Diajar Membaca dengan Teknik Skimming (12 halaman).

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/perbedaan_hasil_belajar_memba ca.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Susetyo B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : Refika Aditama.

Vaughn, bos, Schumm, J.S. (2000) Teaching Exeptional, Diverse and at risk Students in the General Education Classroom. Needham Heights, MA. Allyn and Bacon

Wren, S. (2002). What Does a “Balanced Literacy Approach” Mean?. Tersedia: www.balancedreading.com/sebastian.htm.23k. [20-4-2005].


(35)

Yus, Anita . (2012) Model Pendidikan anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Zuchdi, D., dan Budiasih. (1996/1997). Pendidikan Bahasa Indonesia di kelas rendah. Jakarta : Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud.


(1)

50 Yadi Heryadi, 2014

Penggunaan Pendekatan Learning By Doing Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

2) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing (pre test), dipaparkan dalam bentuk bagan dan grafik.

3) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang diberikan sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan post test.

4) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing (post test), dipaparkan dalam bentuk bagan dan grafik..

c. Mencari perbedaan skor Kemampuan membaca permulaan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan learning by doing dengan membandingkan rata rata nilai kemampuan membaca sebelum dan sesudah pelaksanakaan lalu di lihat persentase perubahan skor yang diperoleh sehingga persentase keberhasilan pelaksanaan pendekatan learning by doing dapat dilihat.


(2)

71 Yadi Heryadi, 2014

Penggunaan Pendekatan Learning By Doing Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

|

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Pada bab ini, peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu pendekatan learning by doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan.

Kesimpulan ini diperoleh peneliti dari peningkatan kemampuan siswa setelah melaksanakan pembelajaran Pendekatan Learning by doing dapat dilihat data skor kemampuan membaca permulaan pada tabel 4.10 dan grafik 4.10. Terlihat bahwa seluruh siswa mengalami peningkatan kemampuan, bahkan dua orang diantaranya mengalami peningkatan katagori membaca permulaan dari katagori cukup mampu ke dalam katagori mampu.

Dua orang siswa yang dari awal masuk dalam katagori mampu juga mengalami peningkatan skor setelah pembelajaran learning by doing dilakukan, sedangkan tiga orang siswa lainnya hanya memperoleh peningkatan skor tapi skor yang didapat belum cukup untuk meningkatkan katagori kemampuan membaca permulaannya, mereka tetap dalam katagori cukup mampu yaitu skor antara 51 atau 51% sampai dengan 75 atau 75%.


(3)

72 Yadi Heryadi, 2014

Penggunaan Pendekatan Learning By Doing Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

|

B. Rekomendasi 1. Bagi Guru

Sebagai bahan referensi bagi guru kelas yang langsung berhubungan dengan peserta didik dalam pengembangan untuk selalu berinovasi Dapat dengan mengembangkan pendekatan pembelajaran bagi siswa-siswa terutama dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita khususnya tunagrahita ringan. Melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti sarankan dalam pengajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan dapat digunakan pendekatan Learning by doing.

2. Bagi Peneliti Sendiri

Dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar mengadakan penelitian pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan pada subjek lainnya yang lebih luas dan pada peningkatan kemampuan bidang-bidang lainnya.


(4)

Yadi Heryadi, 2014

Penggunaan Pendekatan Learning By Doing Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Ditjen Dikti. Arikunto. S, (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Astati, (2001), Pendidikan Luar Biasa di Sekolah Umum, Bandung : Pendawa Brown George & Wragg E.C., Alih Bahasa Jasin A. (1997), Bertanya, Jakarta :

Gramedia Widiasarana

Furqon, (2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Grainger, J. (2003). Children Behaviour Attention and Reading Problem. Problem Perilaku, Perhatian, dan Membaca Pada Anak (Alih Bahasa Enny Irawati). Jakarta : Grasindo

Hainstock. E.G. (1999). Montessori Untuk Anak Pra Sekolah. Jakarta : Pustaka Delapratasa.

Hamalik. O. (1990). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hoover, W. A. (2002). The Importance of Phonic Awareness in Learning to Read. Tersedia : http://www.ericdigest.org/2002-3/important.htm. (6 Desember 2004).

John W. Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional Children. USA: Houghton Mifflin Company.

Lyster, S.A.H. (1998). Preventing Reading Failure : A Follow up Study. Dyslexia, 4 : 132-144

Moch. Amin (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Dirjen dikti. Mulyono Abdurahman. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta : Rineka Cipta

Polloway, E.A., Patton, J.R. & Serna, L. (2001). Strategies for teaching learners with special needs (7th ed.) Upper Saddle River, NJ : Merrill Prentice Hall.


(5)

Yadi Heryadi, 2014

Penggunaan Pendekatan Learning By Doing Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individu bagi Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis.

Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2005). Pedoman Assesment Keterampilan Membaca dan Menulis. Pusat Pengembangan Anak. Laboratorium Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Saracho. O.N. (1997). Teachers’ and Students’ Cognitive Styles in Early Childhood Education. London : Bergin & Garvey.

Siti, Nilla M. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bekerja Langsung Untuk meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Keahlian Program Tata Boga di SMK (Penelitian Pada SMK di Provinsi Banten dan Jawa Barat). Tesis Magister UPI : Tidak Diterbitkan

Sugiarto. (2002). Perbedaan Hasil Belajar Membaca Antara Siswa Laki - laki dan Perempuan yang Diajar Membaca dengan Teknik Skimming (12 halaman).

http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/perbedaan_hasil_belajar_memba ca.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Susetyo B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : Refika Aditama.

Vaughn, bos, Schumm, J.S. (2000) Teaching Exeptional, Diverse and at risk Students in the General Education Classroom. Needham Heights, MA. Allyn and Bacon

Wren, S. (2002). What Does a “Balanced Literacy Approach” Mean?. Tersedia: www.balancedreading.com/sebastian.htm.23k. [20-4-2005].


(6)

Yadi Heryadi, 2014

Penggunaan Pendekatan Learning By Doing Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yus, Anita . (2012) Model Pendidikan anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Zuchdi, D., dan Budiasih. (1996/1997). Pendidikan Bahasa Indonesia di kelas rendah. Jakarta : Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud.


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan media gambar berseri guna meningkatkan kemampuan menulis

0 6 127

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V MIN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 27

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 11

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR.

0 3 40

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS D3 SDLB-B SUKAPURA BANDUNG.

0 8 32

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA.

0 4 40

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR EMOTION DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI EKSPRESI WAJAH PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 2 SDLB SUKAPURA BANDUNG.

1 3 30

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA NARATIF PADA PESERTA DIDIK Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Naratif Pada Peserta Didik Kelas 1 SD Muhammadiyah Simo Boyolali Tahun Pe

0 4 12

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA NARATIF PADA PESERTA DIDIK Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Naratif Pada Peserta Didik Kelas 1 SD Muhammadiyah Simo Boyolali Tahun Pe

0 5 15

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT.

0 1 36