PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP.
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS
MATEMATIS SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika
Oleh:
Rahmita Noorbaiti 1302602
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA
SMP
LEMBAR HAK CIPTA
Oleh Rahmita Noorbaiti
S.Pd.Universitas Lambung Mangkurat, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi
Pendidikan Matematika
© Rahmita Noorbaiti, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
ABSTRAK
Rahmita Noorbaiti. (2015). Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Siswa SMP
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran saintifik dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain eksperimen pretes-postes. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan saintifik, sedangkan kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan 58 siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Banjarmasin. Analisis data dalam pengujian hipotesis digunakan t, uji-t’, dan uji Mann-WhitneyU. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) Secara keseluruhan, pencapaian dan peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran saintifik lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Berdasarkan kategori kemampuan awal matematis (KAM) rendah, pencapaian analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran saintifik lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, sedangkan pada kategori KAM tinggi dan sedang, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar siswa mendapat pembelajaran saintifik dan pembelajaran konvensional; (2) Tidak terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran saintifik dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, baik ditinjau secara keseluruhan maupun KAM (tinggi, sedang, dan rendah); (3) Secara keseluruhan siswa menunjukkan sikap positif terhadap mata pelajaran matematika, pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik, dan soal-soal kemampuan analisis dan sintesis.
Kata-kata kunci : pembelajaran saintifik, analisis matematis, sintesis matematis, sikap siswa.
(5)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi
ABSTRACT
Rahmita Noorbaiti. (2015). Application of Scientific Learning Approach to Improve Mathematical Ability of Analysis and Synthesis of Junior High School Students
This study aimed to examine the differences in achievement and improvement of the analysis and synthesis of mathematical ability students getting scientific learning and conventional learning. This is a quasi-experimental study with pretest-posttest experimental design. The experimental group was treated in the form of learning the scientific approach, whereas the control group with conventional learning. The study involved 58 students from 8th grade in one of Junior High School in Banjarmasin. Analysis of the data in testing the hypothesis used t-test, t’-test, and Mann-Whitney U. Based on this research, it was found that: (1) Overall, the achievement and the improvement of students' mathematical analysis ability who received scientific learning gets better than students who received conventional learning. Based on the low KAM category, the mathematical analysis achievement and improvement of students who got of scientific learning better than students who received conventional learning, whereas at high and medium KAM category, there are no significant differences between students received scientific learning and conventional learning; (2) There is no difference in the achievement and the improvement of mathematical synthesis ability of students who received scientific learning with students received conventional learning, viewed as a whole and KAM (high, medium, and low); (3) Overall the students showed a positive attitude towards the subjects of mathematics, learning mathematics with a scientific approach, and questions of mathematical analysis and synthesis ability.
Key words: scientific learning approach, mathematical analysis, mathematical synthesis, the attitude of the students.
(6)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii
DAFTAR ISI
LEMBAR HAK CIPTA ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
2.1. Kemampuan Analisis ... 13
2.2. Kemampuan Sintesis ... 15
2.3. Hakikat Model Pembelajaran Saintifik Proses ... 16
2.4. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 20
2.5. Pendekatan Saintifik dalam Matematika ... 25
2.6. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 28
2.7. Penelitian yang Relevan ... 31
2.8. Peran Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik terhadap Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Siswa ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 37
3.1. Desain Penelitian ... 37
3.2. Kelengkapan Penelitian ... 38
(7)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
3.5. Variabel Penelitian ... 42
3.6. Instrumen Penelitian ... 42
3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.8. Teknik Pengolahan Data ... 52
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1 Gambaran Umum Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Siswa ... 59
4.2 Analisis Data Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 62
4.3 Analisis Data Kemampuan Analisis Matematis Siswa ... 64
4.4 Analisis Data Kemampuan Sintesis Matematis Siswa... 72
4.5 Analisis Data Skala Sikap Siswa ... 79
4.6 Pembahasan... 87
4.7 Keterbatasan Penelitian ... 105
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 107
5.1 Simpulan ... 107
5.2 Implikasi ... 108
5.3 Rekomendasi ... 109
(8)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Keterkaitan antara Kemampuan Awal yang Diukur, Pembelajaran,
dan Kemampuan Awal Matematis Siswa ...38
Tabel 3.2. Rubrik Skor Penilaian Kemampuan Analisis dan Sintesis ...43
Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Validitas ...45
Tabel 3.4. Hasil Validitas Uji Instrumen Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis ...46
Tabel 3.5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ...47
Tabel 3.6. Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ...48
Tabel 3.7. Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis ...48
Tabel 3.8. Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran ...49
Tabel 3.9. Hasil Uji Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis ...50
Tabel 3.10. Teknik Pengumpulan Data ...51
Tabel 3.11. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ...52
Tabel 3.12. Kriteri Skor Pencapaian ...52
Tabel 3.13. Pembobotan Skala Likert ...56
Tabel 3.14. Kriteria Presentase Jawaban Angket ...57
Tabel 4.1. Sebaran Sampel Penelitian ...58
Tabel 4.2. Data Statistik Deskriptif Skor Pretes, Postes, dan N-Gain ...59
Tabel 4.3. Deskripsi Data KAM Siswa ...63
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data KAM Siswa ...63
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Rata-Rata Data KAM Siswa ...63
Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data KAM ...64
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Analisis Matematis ...65
Tabel 4.8. Hasil Uji Perbedaan Skor Pretes Kemampuan Analisis Matematis ...65
(9)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x
Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Analisis Matematis ...66 Tabel 4.10. Hasil Uji Perbedaan Skor Postes Kemampuan Analisis Matematis
...66 Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Analisis Matematis
Kategori KAM Sedang dan Rendah ...67 Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Analisis Matematis
Kategori KAM Rendah ...67 Tabel 4.13. Hasil Uji Perbedaan Skor Postes Kemampuan Analisis Matematis
Berdasarkan Tiap Kategori KAM ...68 Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Analisis Matematis
...69 Tabel 4.15. Hasil Uji Perbedaan Skor N-Gain Kemampuan Analisis Matematis
...70 Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Analisis Matematis
Kategori KAM Sedang dan Rendah ...70 Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Analisis
Matematis Kategori KAM Rendah ...71 Tabel 4.18. Hasil Uji Perbedaan Skor N-Gain Kemampuan Analisis Matematis
Berdasarkan Tiap Kategroi KAM ...71 Tabel 4.19. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Sintesis Matematis
...72 Tabel 4.20. Hasil Uji Perbedaan Skor Pretes Kemampuan Sintesis Matematis
...73 Tabel 4.21. Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Sintesis Matematis
...73 Tabel 4.22. Hasil Uji Perbedaan Skor Postes Kemampuan Sintesis Matematis
...74 Tabel 4.23. Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Sintesis Matematis
Kategori KAM Sedang dan Rendah ...74 Tabel 4.24. Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Sintesis Matematis
(10)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi
Tabel 4.25. Hasil Uji Perbedaan Skor Postes Kemampuan Sintesis Matematis Berdasarkan Tiap Kategori KAM ...75 Tabel 4.26. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Sintesis Matematis
...77 Tabel 4.27. Hasil Uji Perbedaan Skor N-Gain Kemampuan Sintesis Matematis
...77 Tabel 4.28. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan SIntesis Matematis
Kategori KAM Sedang dan Rendah ...78 Tabel 4.29. Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Sintesis
Matematis Kategori KAM Rendah ...78 Tabel 4.30. Hasil Uji Perbedaan Skor N-Gain Kemampuan Analisis Sintesis
Berdasarkan Tiap Kategroi KAM ...79 Tabel 4.31. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Kesukaan Siswa terhadap
Matematika ...80 Tabel 4.32. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Kesungguhan dalam
Pembelajaran Matematika ...81 Tabel 4.33. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Persetujuan dengan
Pemanfaatan Matematika ...82 Tabel 4.34. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Kesukaan terhadap
Pembelajaran Saintifik ...83 Tabel 4.35. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Persetujuan terhadap
Pembelajaran Saintifik ...84 Tabel 4.36. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Partisipasi dalam
Pembelajaran Saintifik ...85 Tabel 4.37. Hasil Uji Analisis Data Angket Mengenai Apresiasi terhadap
Soal-soal Analisis dan Sintesis Matematis ...86 Tabel 4.38. Deskripsi Rataan Pencapaian Kemampuan Analisis Matematis Tiap
Indikator ...90 Tabel 4.39. Deskripsi Rataan Peningkatan Kemampuan Analisis Matematis Tiap
Indikator Berdasarkan KAM ...95 Tabel 4.40. Deskripsi Rataan Pencapaian Kemampuan Sintesis Matematis Tiap
(11)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xii
Tabel 4.41. Deskripsi Rataan Peningkatan Kemampuan Sintesis Matematis Tiap
Indikator Berdasarkan KAM ...102
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Lampiran A.1 Silabus…………... 115A.2 RPP... 119
A.3 LKS... 139
A.4 Instrumen Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis... 163
A.5 Instrumen Skala Sikap Siswa... 170
A.6 Lembar Observasi Aktivitas... 173
Lampiran B Lampiran B.1 Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis…... 178
B.2 Hasil Uji Validitas,Reliabilitas, Daya Beda, Dan Indeks Kesukaran Uji Instrumen Kemampuan Analisis Matematis………...….. 179
B.3 Hasil Uji Validitas,Reliabilitas, Daya Beda, Dan Indeks Kesukaran Instrumen Kemampuan Sintesis Matematis……...……..… 183
Lampiran C Lampiran C.1 Data KAM Siswa... 188
C.2 Uji Perbedaan Rata-rata Data KAM... 189
C.3 Data Kelas Eksperimen Kemampuan Analisis... 192
C.4 Data Kelas Kontrol Kemampuan Analisis... 193
C.5 Uji Normalitas Skor Pretes, Postes, dan NGain Kemampuan Analisis Matematis... 194
C.6 Uji Perbedaan Skor Pretes, Postes, dan NGain Kemampuan Analisis Matematis... 198 C.7 Uji Normalitas dan Homogenitas Skor Postes dan 199
(12)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xiii
N-Gain Kemampuan Analisis Matematis Kategori KAM Sedang dan Rendah... C.8 Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Postes dan N-Gain
Kemampuan Analisis Matematis Berdasarkan Tiap Kategori KAM... 201 C.9 Data Kelas Eksperimen Kemampuan Sintesis... 204 C.10 Data Kelas Kontrol Kemampuan Sintesis... 205 C.11 Uji Normalitas Skor Pretes, Postes, dan NGain
Kemampuan Sintesis Matematis... 206 C.12 Uji Perbedaan Skor Pretes, Postes, dan NGain
Kemampuan Sintesis Matematis... 210 C.13 Uji Normalitas dan Homogenitas Skor Postes dan
N-Gain Kemampuan Sintesis Matematis Kategori KAM Sedang dan Rendah... 211 C.14 Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Postes dan N-Gain
Kemampuan Sintesis Matematis Berdasarkan Tiap Kategori KAM... 213 Lampiran D
Lampiran D.1 Data Hasil Sikap Siswa Kelas Eksperimen……... 217 D.2 Analisis Data Hasil Sikap Siswa Kelas
Eksperimen 219
Lampiran E
Lampiran E.1 Dokumentasi... 224 E.2 Surat-surat…... 225
(13)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Matematika dalam Kurikulum Pendidikan di Indonesia merupakan mata pelajaran yang disampaikan pada setiap tingkat di seluruh jenjang pendidikan. Dalam kehidupan manusia, matematika penting bagi dunia pendidikan maupun dunia terapan karena perannya yang krusial. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (BSNP, 2006). Ditinjau dari karakteristik, visi matematika terdiri atas dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang. Visi pertama yakni mengarahkan pembelajaran untuk pemahaman konsep matematika dan visi kedua yakni matematika memberi peluang berkembangnya kemampuan menalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap sifat keteraturan matematika, serta mengembangkan sikap objektif dan terbuka (Hendriana & Soemarmo, 2014). Visi tersebut dapat dicapai selama matematika dipelajari secara mendalam, artinya bukan hanya menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar (basic skills).
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (BSNP, 2006). Selain itu dalam dokumen Kemendikbud (2013) diungkapkan bahwa tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekadar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada kondisi baru. Dengan
(14)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dukungan kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga situasi baru yang tak terduga.
Hal ini bersesuaian pula dengan tujuan pembelajaran matematika pada tingkat SMP di Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) yakni siswa harus menguasai kemampuan: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain itu NCTM (2000) menyebutkan ada lima standar proses dalam pembelajaran matematika yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connection), dan representasi (representation). Di antara kelima standar proses tersebut, proses penalaran dan pemecahan masalah penting berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (high order thinking skills) (Dewi, 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang penting untuk dikuasai siswa seiring dengan meningkatnya tuntutan zaman
akan kecakapan yang harus dikuasai tiap individu. As’ari dalam Shadiq (2007)
menyatakan bahwa perkembangan zaman menuntut individu yang mampu berpikir inventif dan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Untuk memenuhi hal ini maka siswa setidaknya harus memiliki karakteristik sebagai pemikir analitis, pemecah masalah, serta inovatif dan kreatif.
(15)
3
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemampuan berpikir tingkat tinggi membuat seseorang mampu berpikir kritis ketika menerima informasi, kemudian membuat simpulan yang tepat, serta mampu melihat kejanggalan dalam informasi tersebut (Dahlan, 2001). Berpikir tingkat tinggi sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran karena tanpa daya nalar yang tinggi maka ia akan kesulitan mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan Sagala (2005), diperlukan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh peserta didik agar memperoleh keberhasilan dalam belajar antara lain memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif. Peran lembaga pendidikan terutama pendidikan formal sangatlah berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena prosesnya yang langsung berinteraksi dengan pengalaman belajar yang diterima siswa.
Thompson (2008) menyatakan bahwa salah satu alternatif yang digunakan oleh guru matematika untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah dengan menggunakan taksonomi Bloom. Adapun indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom adalah pada tahap C4, C5, dan C6. Taksonomi Bloom sebelum masa revisi menyebutkan tahapan kognitif untuk berpikir tingkat tinggi adalah analisis, sintesis, dan evaluasi. Setelah melalui revisi, kemampuan berpikir dalam taksonomi Bloom adalah menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Perbedaan keduanya yakni dari bentuk kata benda diubah menjadi kata kerja, serta evaluasi dan sintesis bertukar tempat kemudian sintesis diubah namanya menjadi mengkreasi (Krathwohl, 2001). Kemampuan sintesis terdiri dari production dan derivation sedangkan kemampuan mengkreasi terdiri dari keterampilan generalizing, planning, dan
producing.
Kemampuan menganalisis dan mensintesis merupakan dua kemampuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan keduanya bekerja dalam sebuah sistem yang disebut pula dengan berpikir sistemik (Bartlett, 2001). Hal ini juga diungkapkan Euclids (Rahmat, 2013), bahwa kedua kemampuan ini sebaiknya tidak dipahami sebagai saling terpisah tetapi saling melengkapi. Euclids memiliki metode pembuktian teorema-teorema geometrisnya dengan pertama-tama menggunakan metode argumentasi analitis (deduktif) kemudian mendukung simpulannya
(16)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan penalaran sintetik (induktif). Rahmat (2013) menyebutkan bahwa memang dewasa ini banyak filsuf yang menyatakan bahwa terdapat begitu banyak proposi yang sulit dibedakan sebagai analitik atau sintetik sehingga pembedaan keduanya tidak berguna. Hal ini memang akan terjadi jika konteks proposisi tidak diterapkan berdasarkan pedoman tertentu. Kant membedakan kedua konteks ini yakni proposisi analitis selalu bisa diketahui dari logika saja, sedangkan proposisi sintetik mensyaratkan sesuatu yang lebih dari sekedar konsep (Palmquist, 2000).
Kemampuan analisis dan sintesis juga merupakan kemampuan yang mendukung kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Hal ini bisa dilihat dalam salah satu indikator kemampuan pemecahan masalah yang dikemukakan Wardhani (2006) yakni mampu menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Kemampuan ini dalam tahapan kognitif taksonomi Bloom berada pada tahap analisis (C4) yakni kemampuan untuk mentransfer pengetahuan matematika yang telah dipelajari terhadap konteks baru sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah non rutin (Suherman, 2003). Adapun indikator untuk kemampuan penalaran antara lain yakni mampu menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, mampu memeriksa kesahihan suatu argumen, dan mampu menemukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi. Indikator-indikator tersebut bersesuaian dengan indikator kemampuan sintesis yakni kemampuan menemukan hubungan, menyusun pembuktian, dan menyimpulkan.
Akan tetapi penguasaan kemampuan berpikir tingkat tinggi ini belum menjadi tujuan yang dibiasakan dalam sistem pendidikan di Indonesia (Syahbana, 2012). Sekolah lebih mendorong siswa untuk memberi jawaban benar daripada mendorong mereka untuk memunculkan ide-ide atau memikirkan ulang kesimpulan yang telah ada yakni dengan menganalisa, menarik kesimpulan, menghubungkan, mensintesa, mengkritik, mencipta, mengevaluasi, dan memikirkan ulang. Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Dewi (2013) menunjukkan bahwa proporsi kemampuan analisis dan sintesis siswa berdasarkan urutan dari tertinggi ke terendah adalah tingkat rendah, sedang, sangat rendah,
tinggi, dan sangat tinggi. Selain itu As’ari dalam Shadiq (2007), menyatakan
(17)
5
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jangka pendek (lulus ujian sekolah, kabupaten/kota, atau nasional), materi kurang membumi, lebih fokus pada kemampuan prosedural, komunikasi satu arah, pengaturan ruang kelas monoton, low order thinking skills, bergantung kepada buku paket, lebih dominan soal rutin, dan pertanyaan tingkat rendah. Fakta ini berkontradiksi dengan jumlah jam pelajaran pembelajaran di Indonesia. Data TIMSS (2003) menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa di Indonesia kalah jika dibandingkan dengan prestasi siswa Malaysia dan Singapura padahal jumlah jam pelajaran di Indonesia lebih banyak dibanding kedua negara tersebut. Lebih lanjut dalam TIMSS terungkap bahwa penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Armanto (2002) yang mengungkapkan bahwa ciri pembelajaran di Indonesia yakni diawali dengan menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal dan diakhiri dengan pemberian latihan soal-soal. Hal ini akan membuat anak bersikap pasif atau menerima begitu saja apa adanya mengakibatkan anak tidak terbiasa untuk berpikir kritis.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan high order thinking yang mencakup kemampuan analisis dan sintesis maka perlu dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan tertentu. Pendekatan yang diperlukan adalah pendekatan yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains,
terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa
(DeVito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Kemendikbud, 2013). Tujuan ini dapat dicapai dengan menerapkan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik yang secara sederhana artinya pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
(18)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting atau dengan kata lain pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Hal ini tercermin dalam langkah-langkah dalam pendekatan saintifik yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.
Setiap langkah dalam pendekatan saintifik memiliki peran yang saling berkaitan dalam rangka membangun pengetahuan siswa. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah mengadopsi langkah penelitian ilmiah. Muhadjir (2007) mengungkapkan langkah umum dalam suatu penelitian ilmiah, yakni setelah muncul pertanyaan dan hipotesis maka langkah berikutnya adalah menganalisis data yang telah dikumpulkan melalui proses pengumpulan data. Selanjutnya dari hasil analisis data, peneliti membuat atau mensintesis kesimpulan serta saran dari hasil penelitian tersebut.
Adapun penjelasan dari setiap langkah-langkah pendekatan saintifik dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dijelaskan dalam Kemendikbud (2013) yakni sebagai berikut:
(1) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.
(2) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (critical thinking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang
(19)
7
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.
(3) Kegiatan mengumpulkan informasi bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.
(4) Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
(5) Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya.
Dalam kegiatan mengamati, siswa mulai memunculkan rasa ingin tahu
terhadap objek yang diamatinya sehingga dapat terbangun “kebermaknaan” dalam
proses pembelajaran. Selannjutnya dalam langkah menanya, mengumpulkan informasi, serta mengasosiasi berkaitan erat dengan kemampuan penalaran siswa. Penalaran merupakan salah satu standar proses pembelajaran matematika dalam NCTM (2000), dalam proses ini orang yang bernalar analitis cenderung melihat pola-pola, struktur, atau kebiasaan yang ada di dunia nyata maupun situasi matematika. Kemudian muncul pertanyaan dalam diri mereka terkait pola-pola tersebut sehingga mereka mulai melakukan investigasi dalam rangka
(20)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap argumen-argumen dan pembuktian yang ada untuk pada akhirnya sampai pada justifikasi hasil temuannya apakah pola-pola tersebut terjadi secara tidak sengaja atau memang terdapat keteraturan yang berlaku secara umum. Alhasil siswa pada akhirnya mensintesis atau memadukan hasil temuannya menjadi pola baru yang lebih berstruktur (Suherman, 2013).
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kemampuan analisis dan sintesis merupakan bagian dari higher order thinking skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu selain memperhatikan faktor pembelajaran maka perlu diperhatikan pula bagaimana pengaruh penerapan pendekatan saintifik terhadap siswa dengan berbagai kemampuan matematika. Adapun kemampuan yang dimaksud di sini adalah kemampuan matematika secara umum sebelum penelitian dilaksanakan terhadap subjek penelitian. Yakni apakah siswa dengan kemampuan awal tinggi yang mendapat pembelajaran saintifik menunjukkan peningkatan kemampuan yang lebih baik dibanding siswa kemampuan tinggi kelas konvensional, kemudian apakah siswa dengan kemampuan sedanng dapat terfasilitasi dengan baik, serta bagaimana dengan siswa yang kemampuan awal yang masih rendah yang notabene memerlukan motivasi lebih juga mengalami peningkatan yang signifikan. Selanjutnya dalam penelitian ini kemampuan awal matematika ini akan disebut dengan kemampuan awal matematika (KAM).
Sikap positif siswa terhadap pembelajaran juga akan mendukung keberhasilan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (2008) bahwa sikap positif siswa berkorelasi positif terhadap prestasi belajar. Sikap positif siswa dapat terlihat dari kesungguhannya mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisipasi aktif selama pembelajaran, menyelesaikan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan tepat waktu, serta merespon baik tantangan yang diberikan guru. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap pembelajaran akan membuatnya sulit untuk menerima pembelajaran. Dengan demikian perlu pula diperhatikan bagaimana respon sikap siswa terhadap pembelajaran saintifik berkaitan dengan pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa.
(21)
9
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pendekatan saintifik atau ilmiah dalam memperoleh pengetahuan berkorelasi dengan kemampuan analisis dan sintesis. Diharapkan dengan menerapkan pendekatan saintifik, siswa dapat terbiasa untuk berpikir secara analisis dan sintesis dalam rangka membangun pengetahuannya secara aktif. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Siswa SMP.”
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pencapaian kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung?
2. Apakah pencapaian kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah)?
3. Apakah peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung?
4. Apakah peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah)?
5. Apakah pencapaian kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung?
6. Apakah pencapaian kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan
(22)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah)?
7. Apakah peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung?
8. Apakah peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah)?
9. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Menelaah perbedaan pencapaian kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan pencapaian kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung. 2. Menelaah perbedaan pencapaian kemampuan analisis matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan pencapaian kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah).
3. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung. 4. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan peningkatan kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung
(23)
11
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah).
5. Menelaah perbedaan pencapaian kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan pencapaian kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung. 6. Menelaah perbedaan pencapaian kemampuan sintesis matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan pencapaian kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah).
7. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung. 8. Menelaah peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan peningkatan kemampuan sintesis matematis siswa yang mendapat pembelajaran langsung bila ditinjau dari kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang, rendah).
9. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa.
1.4.Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan pada penelitian ini, perlu dikembangkan definisi operasional sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains atau ilmuwan. Dalam praktiknya, siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah penerapan metode ilmiah. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
(24)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kemampuan analisis matematis siswa adalah kemampuan yang terdiri dari tiga indikator yakni kemampuan menganalisis unsur yakni dengan mengidentifikasi unsur dalam suatu hubungan; kemampuan menganalisis hubungan atau interaksi antarunsur dan membuat keputusan atas analisis tersebut; serta kemampuan menganalisis aturan yang berkaitan dengan struktur suatu hubungan.
3. Kemampuan sintesis matematis adalah kemampuan yang terdiri atas dua indiaktor yakni kemampuan menemukan hubungan yakni kemampuan siswa untuk menyusun eleman masalah dan menentukan hubungan dalam penyelesaiannya; dan kemampuan menyusun pembuktian berdasarkan konsep, teorema, dan definisi yang telah dipahami.
4. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah penelitian yang disesuaikan dengan amanat kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut.
(25)
1
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Penelitian ini menerapkan desain kuasi eksperimen (Quasi-experimental designs) karena subjek untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak tetapi berdasarkan pengelompokan yang sudah ada. Kelompok-kelompok tersebut adalah kelas-kelas yang telah dibentuk oleh pihak sekolah. Dari kelas-kelas yang ada di sekolah tersebut dipilih dua kelas untuk kemudian dijadikan dua kelompok dalam penelitin, yaitu satu kelompok diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan saintifik dan satu kelompok lagi tanpa diberi perlakuan/pembelajaran langsung.
Selain membandingkan antara kelompok eksperimen dan kontrol, peneliti juga akan membagi masing-masing kelompok berdasarkan kemampuan awal matematikanya (tinggi, sedang, rendah). Individu-individu kelas eksperimen dipasangkan dengan individu-individu kelas kontrol berdasarkan kriteria tertentu yang dalam penelitian adalah KAM. Desain ini memasangkan siswa dengan KAM tinggi dari kelas eksperimen dengan siswa dengan KAM tinggi dari kelas kontrol, dan begitu pula untuk siswa kategori KAM sedang dan rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai pengaruh pembelajaran saintifik terhadap kemampuan analisis dan sintesis untuk setiap kategori KAM siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah The Static Group Pretest. Adapun diagram dari desain ini ditunjukkan sebagai berikut (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012):
Kelompok
eksperimen O X O
Kelompok kontrol O O
Keterangan:
O : pre-test dan post-test
(26)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh pembelajaran saintifik terhadap kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa, maka dalam penelitian ini dilibatkan kategori kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah). Instrumen tes kemampuan analisis dan sintesis yang digunakan di awal (pretest) dan akhir (posttest) sama karena tujuannya adalah untuk melihat ada tidaknya peningkatan akibat perlakuan dan akan lebih baik jika diukur dengan alat ukur yang sama.
Tabel 3.1
Keterkaitan antara Kemampuan yang Diukur, Pembelajaran, dan Kemampuan Awal Matematis Siswa
Kemampuan Analisis Matematis (A)
Kemampuan Sintesis Matematis
(S)
S K S K
Kemampuan Awal Matematis
Tinggi (T) AT-S AT-K ST-S ST-K Sedang (S) AS-S AS-K SS-S SS-K Rendah (R) AR-S AR-K SR-S SR-K Keterangan:
AT - S: Kemampuan analisis matematis (A) siswa dengan KAM tinggi (T) dan mendapat pembelajaran saintifik (S).
SS - K: Kemampuan sintesis matematis (S) siswa dengan KAM sedang (S) dan mendapat pembelajaran konvensional (K).
3.2.Kelengkapan Penelitian a. Silabus
Silabus merupakan salah satu perangkat yang digunakan guru sebagai acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran. Silabus memuat rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah seperangkat rencana pembelajaran yang mendukung seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP disusun secara sistematis memuat standar kompetensi, kompetensi
(27)
3
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber belajar dan penilaian hasil belajar yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran.
RPP yang disusun memuat indikator yang mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan yaitu mengenai kubus dan balok, mengarah kepada kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa.
c. LKS (Lembar Kerja Siswa)
Lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang, disusun, dan dikembangkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan pembelajaran penemuan. LKS dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Terdapat 4 paket LKS yang disusun dalam penelitian ini.
3.3.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini terbagi ke dalam tiga tahap, yatu:
3.2.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Pembuatan proposal dengan mengidentifikasi masalah, potensi dan peluang yang terkait dengan pembelajaran matematika.
b. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah rencana lokasi penelitian. c. Seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan dari pembimbing
tesis.
d. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian.
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
f. Penyusunan instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran.
g. Mengujicobakan perangkat instrumen tes terhadap kelas yang memiliki kriteria yang sama dengan kelas yang akan diteliti.
h. Menganalisis validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari perangkat tes tersebut.
i. Memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. 3.2.2 Tahap Pelaksanaan
(28)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Melaksanakan pretes berupa soal kemampuan analisis dan sintesis matematis. Tes ini diberikan baik kepada kelompok eksperimen maupun kepada kelompok kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran saintifik pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.
c. Meminta observer untuk mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan. d. Memberikan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa setelah mendapatkan perlakuan.
e. Memberikan angket skala sikap kepada siswa baik pada kelompok eksperimen.
3.2.3 Tahap Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.
b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pretes dan postes. c. Melakukan analisis data kualitatif terhadap data angket skala sikap siswa. 3.2.4 Tahap Penarikan Kesimpulan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:
a. Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa.
b. Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai skala sikapsiswa.
c. Penyusunan laporan.
3.4.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi (Arifin, 2014). Minium (1993) menambahkan bahwa populasi didefinisikan dalam konteks observasi dan bukan dalam konteks orang. Maksud dari pernyataan ini yaitu ketika berbicara mengenai populasi berarti yang dibicarakan adalah subjek dengan ciri-ciri tertentu, bukan berbicara mengenai ‘siapa’ identitas pribadi subjek tersebut. Lebih
(29)
5
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lanjut, populasi merupakan kelompok yang akan dikenai generalisasi dari hasil yang akan diperoleh dari penelitian ini (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan analisis dan sintesis siswa melalui penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Kemampuan analisis dan sintesis berkaitan objek nyata atau empiris yang diamati kemudian dianalisa dan selanjutnya disintesa untuk menjadi pengetahuan yang bersifat umum. Objek nyata yang dibicarakan di sini dapat berupa objek yang ada di alam ataupun objek matematika (Sigit, 2014), artinya kegiatan mengamati objek nyata berkaitan dengan objek konkret yang ada di sekitar siswa. Setelah melakukan pengamatan, siswa diharapkan mampu menganalisa objek tersebut, bagaimana cirinya, keteraturannya, untuk selanjutnya siswa membuat kesimpulan atau menggeneralisasi berdasarkan hasil analisa tersebut. Artinya dalam proses ini siswa bergerak dari objek konkret yang telah diamati menuju konsep abstrak yakni berupa pengetahuan matematika yang bersifat umum. Proses ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, yakni dari tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal yang terjadi pada anak usia sekitar 11 tahun (Yusuf & Syamsu, 2006). Berdasarkan hal ini, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di salah satu SMP di Banjarmasin.
Jika memungkinkan peneliti tentu akan mempelajari populasi secara keseluruhan, tetapi hal ini sangat sulit untuk dilakukan karena ukuran populasi yang begitu besar dan cakupan wilayah yang begitu luas (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Selain itu, Arifin (2014) mengungkapkan bahwa penelitian terhadap populasi yang terlampau besar beresiko ketidaktelitian dari peneliti. Atas dasar alasan tersebut, maka peneliti memilih untuk mempelajari perwakilan atau
representation dari populasi tersebut. Perwakilan ini adalah sebagian populasi yang diteliti atau lebih dikenal dengan istilah sampel. Untuk menentukan sampel dari satu populasi maka perlu dilakukan pengambilan sampel dengan teknik
sampling tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Akan tetapi juga harus diperhatikan bahwa pengambilan sampel atau sampling tersebut harus menjamin ke-representatif-an sampel yang dipilih terhadap karakteristik populasi yang diteliti (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012). Hal ini penting karena hasil dari
(30)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian terhadap sampel tersebut akan digeneralisasi terhadap keseluruhan populasi sehingga sampel yang dipilih benar-benar harus mewakili populasinya.
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa SMP Kelas VIII yang berada di daerah Banjarmasin Barat. Pada daerah ini terdiri dari beberapa kecamatan, dimana pada tiap kecamatan memiliki sekolah pada level SMP. Teknik sampling yang akan digunakan adalah teknik purposive sampling. Pelaksanaan teknik
sampling ini dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang ciri populasi untuk kemudian menentukan sampel yang representatif terhadap ciri tersebut yang didukung dengan judgementexperts.
3.5.Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian, variabel sangat ditentukan oleh landasan teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yakni variabel bebas (independent variable) atau variabel yang mempengaruhi, variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang dipengaruhi, dan variabel kontrol (controllong variable). Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas, yakni pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran langsung.
2. Variabel terikat, yakni kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa. 3. Variabel kontrol, yakni kelompok siswa berdasarkan kemampuan awal
matematikanya.
3.6.Instrumen Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah ujicoba dengan pendekatan saintifik dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa SMP sebagai upaya untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Kemampuan Awal Matematis
Kemampuan Awal Matematis (KAM) adalah kemampuan siswa dalam matematika sebelum pelaksanaan penelitian. Untuk mengetahui KAM tersebut, dilakukan pengelompokkan siswa berdasarkan data nilai yang diperoleh dari guru pengajar matematika pada kedua kelas tersebut. Adapun data nilai siswa yang
(31)
7
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan dalam pengelompokkan siswa adalah nilai Ulangan Harian 1, nilai Ulangan Harian 2, serta nilai Ujian Tengah Semester yang kesemuanya berasal dari data nilai semester genap Tahun Ajaran 2014/2015.
Kriteria pengelompokkan KAM siswa sebagai berikut (Sumarmo, 2012): a. Jika KAM < 60% dari skor maksimum ideal maka siswa dikelompokkan ke
dalam kategori rendah,
b. Jika 60% ≤ KAM < 70% dari skor maksimum ideal maka siswa dikelompokkan ke dalam kategori sedang,
c. Jika KAM ≥ 70% dari skor maksimum ideal maka siswa dikelompokkan ke dalam kategori tinggi.
2. Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis
Tes yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Pada tes awal, soal-soal yang diberikan bertujuan untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan pada tes akhir, soal-soal yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir analisis dan sintesis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tes uraian. Keunggulan penggunaan tipe tes uraian ini adalah langkah-langkah pengerjaan siswa dan pola pikir dalam menjawab permasalahan dapat diketahui. Adapun kisi-kisi soal berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebagaimana dijelaskan pada Lampiran A.
Untuk memberikan skor terhadap jawaban dari tes yang berkaitan dengan kemampuan analisis dan sintesis matematis, terlebih dahulu diberikan skor rubrik yang diadopsi dari Cai, Lane dan Jakabcsin (Dewi, 2013).
Tabel 3.2
Rubrik Skor Penilaian Kemampuan Analisis dan Sintesis Nomor
Soal Indikator Jawaban Skor
Skor Total
1.
Siswa dapat mengilustrasikan kubus yang
telah dipotong. 1
4 Siswa dapat menentukan jumlah kubus kecil
(32)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nomor
Soal Indikator Jawaban Skor
Skor Total Siswa dapat menentukan jumlah
masing-masing kubus kecil yang terkena cat di berbagai sisi.
2
2.
Siswa dapat menentukan konsep yang tepat (rumus volume kubus dan balok) untuk menjawab pertanyaan.
1
6 Siswa dapat menggunakan rumus sehingga
diperoleh perhitungan yang benar. 1
Siswa dapat menentukan hubungan antara kedua bentuk akuarium dan jumlah ikan di dalamnya.
2
3.
Siswa dapat menggambar jaring-jaring
kubus dengan benar. 1
6 Siswa dapat melengkapi jaring-jaring dadu
tersebut dengan mata dadu yang sesuai dengan aturan yang diberikan.
1
4.a
Siswa dapat menentukan konsep yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan (luas permukaan balok)
1
4 Siswa dapat menganalisa (memecah)
bagian-bagian dari dinding bata sehingga tampak bahwa dinding terdiri dari 4 bagian.
2
Siswa dapat menggunakan rumus sehingga
diperoleh perhitungan yang benar 1
4.b
Siswa dapat menentukan hubungan luas dinding dengan banyak batu bata yang diperlukan
2
Siswa dapat menentukan hubungan luas dinding dengan jumlah kaleng cat yang diperlukan.
2
5.
Siswa dapat menentukan konsep yang tepat untuk menyusun pembuktian (volume balok)
1
2 Siswa dapat membedakan ukuran balok
berupa variabel yang sama dengan koefisien berbeda serta membandingkannya.
1
Sebelum instrumen tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Berikut ini penjelasan mengenai validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran instrumen.
(33)
9
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2013). Suatu instrumen yang valid berarti instrumen penelitian tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012). Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang didapat dan digunakan sesuai dengan variabel yang dimaksud. Instrumen memiliki validitas tinggi jika derajat ketepatan mengukurnya benar (Russefendi, 1998).
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (2013) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk menghitung validitas butir soal essay (uraian) menurut Arikunto (2013) yakni menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan angka kasar, yaitu:
Keterangan:
xy
r = validitas soal
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
X = nilai satu butir soal
Y = skor total
Diperoleh nilai korelasi pearson (r) butir soal, nilai r itu dibandingkan dengan rtabel. Nilai rtabel dicari pada signifikan 0,05 dengan N = 32, maka diperoleh 0,349. Butir soal valid jika nilai r > 0,349. Selanjutnya nilai r (korelasi perason) juga dapat dikategorikan sesuai dengan klasifikasi berikut.
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Validitas
No. Nilai rxy Interpretasi
1. 0,90 < rxy 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,70 < rxy 0,90 Tinggi
3. 0,40 < rxy 0,70 Sedang
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY N rxy(34)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. 0,20 < rxy 0,40 Rendah
5. 0,00 < rxy 0,20 Sangat Rendah
6. rxy 0,00 Tidak Valid
Sumber: Suherman (2003)
Kemudian untuk menguji keberartian validitas (koefisien korelasi) soal essay digunakan statistik uji t yang dikemukakan oleh Sudjana (2005) yaitu:
Keterangan: t = daya beda.
Bila thitungttabel maka soal sahih tetapi jikathitungttabel, maka soal tersebut tidak sahih dan tidak digunakan untuk instrumen penelitian.
Berdasarkan hasil uji coba pada siswa kelas IX salah satu SMP Negeri di Banjarmasin diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.4
Hasil Validitas Uji Instrumen
Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Variabel No. Soal R Ket. Kriteria
Kemampuan Analisis Matematis
1a 0,38 Valid Rendah
1b 0,41 Valid Sedang
3 0,36 Valid Rendah
4a 0,90 Valid Sedang
4b 0,82 Valid Sedang
Kemampuan Sintesis Matematis
2 0,89 Valid Tinggi
5 0,83 Valid Tinggi
Keterangan : rtabel = 0,49 (2) Reliabilitas Instrumen
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari asal kata reliabel yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila
2
1 2
xy xy
r n r t
(35)
11
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama atau ajeg dalam kelompoknya. Uno, dkk. memberikan penekanan pada pengertian reliabilitas sebagai konsistensi tes yaitu, seberapa konsisten skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Reliabilitas merujuk pada ketetapan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
Keandalan adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).
Menurut Suherman (2003) untuk menentukan reliabilitas soal berbentuk
essay (uraian) digunakan rumus sebagai berikut. Keterangan:
11
r = koefisien reliabilitas instrumen
n
= banyaknya butir soal2
i
s
= jumlah varians skor tiap butir soal 2
t
s = varians skor total
Sedangkan untuk menghitung varians skor digunakan rumus: Keterangan:
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
xi = skor butir soal ke-i i = nomor soal
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
No. Nilai r11 Interpretasi
1 0,80 < r11 1,00 Sangat Tinggi 2 0,60 < r11 0,80 Tinggi
3 0,40 < r11 0,60 Sedang 4 0,20 < r11 0,40 Rendah
22
11 1 1 t i s s n n r
N N x x s i i i 2 2 2
(36)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 r11 0,20 Sangat Rendah
Sumber: Suherman dan Sukjaya (1990)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas tes 0,67 untuk soal kemampuan analisis matematis dan 0,66 untuk soal kemampuan sintesis matematis. Hal ini berarti bahwa soal kemampuan penalaran dan koneksi matematisialah soal yang reliabel. Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang menggunakan tipe uraian ini dinterpretasikan sebagai soal yang keajegannya tinggi.
(3) Daya Pembeda
Daya pembeda (Discriminating Power) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara jumlah responden yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan jumlah responden yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Galton (Suherman E. , 2003) berasumsi bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk menghitung daya beda digunakan rumus yang tertera dalam Sumarmo (2012) yaitu:
�� =� − �� Keterangan:
DB = daya beda
SA = jumlah skor kelompok atas suatu butir SB = jumlah skor kelompok bawah suatu butir JA = jumlah skor ideal suatu butir
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda No. Nilai Daya Beda (DB) Interpretasi
1 DP 0,00 Sangat Jelek
2 0,00 < DP 0,20 Jelek
3 0,20 < DP 0,40 Sedang
4 0,40 < DP 0,70 Baik
5 0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
Sumber: Suherman dan Kusumah (1990)
(37)
13
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.7
Hasil Uji Daya Pembeda
Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Variabel No. Soal DP Interpretasi
Kemampuan Analisis Matematis
1 0,28 Sedang
2 0,34 Sedang
3 0,12 Jelek
4 0,68 Baik
5 0,62 Baik
Kemampuan Sintesis Matematis
1 0,52 Baik
2 0,72 Sangat Baik
(4) Tingkat Kesukaran
Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya . Soal yang dianggap baik berdasarkan PAN (Patokan Acuan Normal) adalah soal yang tingkat kesukarannya sedang, sebab bila tingkat kesukaran soal itu sedang maka dapat memberikan informasi mengenai perbedaan individual yang paling besar (Ruseffendi, 1998). Tingkat kesukaran instrumen adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar.
Untuk menghitung indeks tingkat kesukaran soal yang berbentuk uraian berdasarkan rumus yang tertera dalam Sumarmo (2012) beikut:
Keterangan:
IK = indeks kesukaran tiap butir
SA = jumlah skor kelompok atas suatu butir SB = jumlah skor kelompok bawah suatu butir JA = jumlah skor ideal suatu butir
Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran No. Nilai Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi
1 IK = 0,00 Sangat Sukar
2 0,00 < IK 0,30 Sukar
3 0,30 < IK 0,70 Sedang
4 0,70 < IK < 1,00 Mudah
5 IK = 1,00 Sangat Mudah
A 2J
B A S
S IK
(38)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Suherman dan Kusumah (1990)
Tes yang telah disusun kemudian diuji coba kepada subjek lain yang bukan merupakan subjek penelitian. Adapun hasil dari perhitungan untuk indeks kesukaran soal tes instrumen kemampuan analisis dan sintesis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.9
Hasil Uji Indeks Kesukaran
Tes Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Variabel No. Soal IK Interpretasi
Kemampuan Analisis Matematis
1 0,80 Mudah
2 0,45 Sedang
3 0,93 Mudah
4 0,65 Sedang
5 0,68 Sedang
Kemampuan Sintesis Matematis
1 0,62 Sedang
2 0,58 Sedang
3. Angket Skala Sikap Siswa
Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan. Tujuannya yaitu untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis matematis siswa. Adapun indikator yang diukur yakni bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik, dan sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan analisis dan sintesis.
Menurut jenisnya angket termasuk ke dalam alat evaluasi non tes. Angket diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke enam. Skala yang digunakan dalam angket adalah skala Likert. Skala Likert mempunyai gradasi dari suatu pernyataan positif hingga pernyataan negatif. Jawaban pernyataan positif dan negatif dalam skala Likert dikategorikan dengan 5 item pilihan jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).
(1)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 109
2. Peningkatan kemampuan sintesis kelas saintifik tidak berbeda dengan peningkatan kemampuan sintesis kelas konvensional. Hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa pendekatan saintifik mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi subjek yakni siswa SMP yang belum terbiasa dengan kemampuan sintesis yang memang lebih tinggi dibanding kemampuan analisis. Dalam kemampuan sintesis, indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yakni kemampuan menemukan hubungan dan kemampuan menyusun pembuktian. Sedangkan siswa SMP belum terbiasa dengan kemampuan yang menggunakan simbol-simbol abstrak.
3. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda dibanding penelitian Dewi (2013). Dalam penelitian yang dilaksanakan Dewi (2013) pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan sintesis akan tetapi tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan analisis antara kedua kelas. Adapun dalam penelitian ini, dengan pendekatan saintifik peningkatan kemampuan analisis kelas saintifik lebih baik daripada kelas konvensional sedangkan peningkatan kemampuan sintesis tidak berbeda.
5.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil-hasil dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi yaitu:
1. Pembelajaran saintifik dapat diimplementasikan di Sekolah Menengah Pertma (SMP) sebagai alternatif dalam proses pembelajaran matematika, hanya saja tergantung pada kemampuan apa yang akan dikembangkan atau ditingkatkan. Artinya jika kemampuan analisis yang akan ditingkatkan maka pendekatan saintifik dapat diterapkan.
2. Dalam menerapkan pendekatan saintifik, pendidik hendaknya menyesuaikan rancangan pembelajaran dengan kemampuan peserta didiknya. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan memang berada pada zone of proximal development atau berada dalam jangkauan kemampuan siswa dengan bantuan orang dewasa.
(2)
110
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 110
3. Penelitian lain dapat dilakukan untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, misalnya menerapkan pendekatan saintifik pada topik-topik lain, atau mengkaji pendekatan lain yang dapat diterapkan untuk secara signifikan meningkatkan kemampuan sintesis.
(3)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 110
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Ahmatika, D. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Confidence Siswa SMP Melalui Resource-Based Learning dengan Pendekatan Scientific. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Alvionita, O. (2014). Perbandingan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa antara Penerapan Pendekatan Scientific Model Kelompok dengan Metode Konvensional pada Pokok Bahasan Statistika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Situbondo Tahun Ajaran 2013/2014. Jember: Universitas Jember.
Amalia, R. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Pembuktian untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMA. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Arifin, Z. (2014). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Armanto, D. (2002). Teaching Multiplication and Division Realistically in Indonesian Primary Schools: A Prototype of Local Instructional Theory. Print Partners Ipskamp Press: Enschede.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Baharudin, & Wahyuni, N. E. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Bartlett, G. (2001). Systemic Thinking: a simple thinking technique for gaining systemic (situation-wide) focus. The International Conference on Thinking, (hal. 1-14).
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasioanal Pendidikan.
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research Method in Education. Oxon: Routledge.
(4)
111
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Creswell, J. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New York: Pearson Merril Prentice Hall.
Dahlan, J. (2001). Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan.
Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
DeVito, A. (1989). Creative Wellsprings for Science Education. Indiana: Creative Venture.
Dewi, S. (2013). Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Peningkatan Kemampuan Analisis dan Sintesis Matematis Siswa SMK. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fadli. (2010, Oktober 2). Dipetik Januari 7, 2015, dari
https://fadlibae.wordpress.com/2010/10/02/double-relationship-analisis-vs-sintesis/
Fraenkel, J., Wallen, N., & Hyun, H. (2012). How to Design and Evaluate Researh in Education. New York: McGraw-Hill.
Hake, R. (2014, Oktober 10). Analyzing Change/Gain Scores. Diambil kembali
dari www.physics.indiana.edu:
http://www.physics.indiana.edu/sdi/analyzingChane-Gain.pdf
Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jarrard, R. (2001). Scientific Method. Utah: University of Utah.
Kemendikbud. (2013). Model Pembelajaran Saintifik Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Krathwohl, D. (2002). A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Theory into Practice, 41(4), 212-218.
Lammers, W., & Badia, P. (2010). Fundamentals of Behavioral Research. Conway: University of Central Arkansas.
Lowe, M. (2007). Beginning Research: a Guide for Foundation Degree Students. London: Routledge.
(5)
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
McLelland, C. (2006). The Nature of Science and Scientific Method. America: The Geological Society of America.
Minium, E., King, B., & Bear, G. (1993). Statistical Reasoning in Psychology and Education. Canada: John Wiley and Sons, Inc,.
Muhadjir, N. (2007). Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Murdani, Johar, R., & Turmudi. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Penalaran Geometri Spasial Siswa Di SMP Negeri Arun Lhokseumawe . Jurnal Peluang, 22-32.
NCTM. (2000). Principles adn Standards for School Mathematics. Reston: NCTM.
Palmquist, S. (2000). The Tree of Philosophy: A Course of Introductory Lectures for Beginning Students of Philosophy . Hong Kong: Philosophy Press. Pardjono, & Wardaya. (2009). Peningkatan Kemampuan Analisis, Sintesis, dan
Evaluasi Melalui Pembelajaran Problem Solving. Cakrawala Pendidikan, XXVIII(3), 257-269.
Rahmat, A. (2013). Double Relationship: Analisis VS Sintesis. Dalam S. Akhadiah, & W. Listyasari (Penyunt.), FIlsafat Ilmu Lanjutan (hal. 1-24). Jakarta: Kencana.
Ruseffendi, E. (Pengajaran Matematika Modern untuk OrangTua, Guru, dan SPG). 1998. Bandung: Tarsito.
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Schreiber, J., & Asner-Self, K. (2011). Educational Research: Interrelationship of
Questions, Sampling, Design, and Analysis. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Shadiq, F. (2007). Inovasi Pembelajaran Matematika dalam Rangka Menyongsong Sertifikasi Guru dan Persaingan Global. Yogyakarta: Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di P4TK Matematika.
Sigit. (2014). Pendidikan Saintifik dalam Matematika. Lokakarya Pendidikan Matematika.
Sinta. (2013, Agustus 5). Dipetik Januari 7, 2015, dari http://lstrsins.wordpress.com/2013/08/05/pentingnya-matematika-dalam-kehidupan-manusia/
(6)
113
Rahmita Noorbaiti, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS DAN SINTESIS MATEMATIS SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Slavin, R. (1994). Educational Psychology: Theory and Practice (4th ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Suherman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.
Sumarmo, U. (2012). Handout Mata Kuliah Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: SPs UPI.
Sutriyani. (2014). Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik (PTK pada Siswa Kelas VII C Semester Genap SMP Al-Irsyad Al-Islamiyyah Surakarta Tahun 2013/2014). Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak Diterbitkan.
Syahbana, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatica Volume 02 Nomor 01, 45-57.
Thompson, T. (2008). Mathematics Teacher's Interpretation of Higher-Order Thinking in Bloom's Taxonomy. International Journal of Mathematics Education, 3(2), 96-109.
TIMSS. (2003). TIMSS 2003 International Mathematics Report. United States: TIMSS & PIRLS International Study Center.
Wardhani. (2006). Permasalahan Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar. Yogyakarta: Penlok Widyaiswara Pendidikan Matematika Sekolah.
Weinbaum, A. e. (2004). Teaching as Inquiry: Asking Hard Questions to Improve Practice and Student Achievement. New York: Teaching College Press. Yusuf, L., & Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.