PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN PERKUSI BAGI SISWA TUNADAKSA DI SLB-D YPAC BANDUNG TAHUN 2013.

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN PERKUSI BAGI SISWA TUNADAKSA DI SLB-D YPAC BANDUNG

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

Nanda Noor Mareta 0901235

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PERKUSI BAGI SISWA TUNADAKSA DI SLB-D YPAC BANDUNG TAHUN 2013

Oleh

Nanda Noor Mareta

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nanda Noor Mareta 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN NANDA NOOR MARETA

(0901235)

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN PERKUSI BAGI SISWA TUNADAKSA DI SLB-D YPAC BANDUNG

TAHUN 2013

DISETUJUI dan DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Dra. Mimin Tjasmini, M.Pd. NIP. 19540310 198803 1 002

Pembimbing II

dr. Setyo Wahyu Wibowo, M.Kes. NIP. 19691205 200112 1 002

Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 1956.0722.1985.03.1.001


(4)

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN

PERKUSI BAGI SISWA TUNADAKSA DI SLB-D YPAC BANDUNG

TAHUN 2013

ABSTRAK

Siswa tunadaksa mengalami hambatan dalam hal motorik, rasa percaya diri mereka pun terkadang terhambat karena kekurangan yang mereka miliki sehingga berimbas pula pada sosialisasi mereka dengan lingkungan sekitarnya. Hambatan yang mereka miliki justru menjadi tantangan besar dalam pelaksanaan latihan kesenian perkusi pada siswa tunadaksa. Berdasarkan keingintahuan dari peneliti maka muncul permasalahan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung tahun 2013. Kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa ini dilaksanakan 3 kali dalam seminggu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi dan angket dalam mengumpulkan data yang diinginkan Pada pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler ini tidak berpedoman pada perangkat mengajar seperti silabus dan RPP hanya berdasarkan kemampuan ilmu dan kreativitas guru pengajar. Pada pelaksanaan awal kegiatan dilakukan pemanasan untuk latihan penguatan otot sebelum latihan inti dilakukan. Guru pengajar menyatakan bahwa ekstrakurikuler pekusi bagi siswa tunadaksa ini tidak menuntut siswa untuk bisa dan hebat dalam memainkan perkusi melainkan lebih kepada latihan motorik bagi para siswa. Pada pengajarannya guru pengajar menggunakan metode yang diciptakan sendiri yaitu dengan menggunakan isyarat tangan, dalam satu bulan guru pengajar hanya mengajarkan satu pola saja yang terus diulang setiap pertemuan. Bagi guru pengajar tidak ada hambatan yang berarti pada pelaksanaan ekstrakurikuler perkusi pada siswa tunadaksa hanya saja guru merasa kesulitan jika konsentrasi siswa mulai terganggu.. Hasil penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini terlaksana baik hanya saja dirasa kurang jelas dalam tujuan kedepan dari kegiatan ini, karena pihak guru mengatakan bahwa tujuan lain dari ekstrakurikuler ini adalah latihan motorik untuk siswa namun tidak ada penjelasan lebih mengenai hal tersebut dari pihak sekolah ataupun guru pengajar, dan juga pihak sekolah kurang memfasilitasi dalam hal pengapresiaisian seni untuk seluruh siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat direkomendasikan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi siswa dengan mengadakan acara-acara kesenian dan lebih bekerja sama dengan guru pengajar untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam bermain perkusi, begitu pula untuk guru agar menambah kualitas latihan perkusi untuk melatih gerak para siswa tunadaksa.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Fokus Masalah ... 4

C.Tujuan dan Kegunaan ... 5

D.Struktur Organisasi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Anak Tunadaksa... 9

B.Kegiatan Ekstrakurikuler ... 12

C.Kesenian Perkusi ... 14

D.Penggunaan Alat Musik Perkusi Bagi Anak Tundaksa ... 17

E. Manfaat Alat Musik perkusi Bagi sisw tunadaksa... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A.Lokasi dan Objek Penelitian ... 18

B.Metode Penelitian ... 18

C.Instrumen dan Responden Penelitan ... 21

D.Pengumpulan data dan Catatan Lapangan... 22

E. Pengujian Keabsahan data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

A.Hasil Penelitian ... 34


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 47

A.Kesimpulan ... 47

B.Rekomendasi ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 52 RIWAYAT HIDUP


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tahapan Penelitian... 20

Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen... 24

Tabel 4.2. Daftar responden ... 33

Tabel 4.3 Hasil pengamatan... 37

Tabel 4.4 Hasil pengamatan... 39


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak tunadaksa merupakan anak yang memiliki hambatan dalam motorik.

Lebih jelasnya anak tunadaksa ialah anak yang mengalami kelainan atau

kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian karena kecelakaan,

kongenital, dan atau kerusakan otak yang dapat mengakibatkan gangguan gerak,

kecerdasan, komunikasi, persepsi, koordinasi, perilaku, dan adaptasi, sehingga

mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.

Pendidikan khusus dapat mencakup pendidikan akademik maupun non

akademik. Dalam hal akademik anak akan berkembang dalam aspek kognitif,

afektif dan psikomotornya. Anak tunadaksa pun memiliki minat dan bakat diluar

bidang akademik yang dapat dikembangankan sehingga dalam hal ini pihak

sekolah pun seyogyanya dapat menyediakan wadah untuk pengembangan potensi

atau bakat yang dimiliki anak dalam bentuk kegiatan diluar jam pelajaran yaitu

kegiatan ekstrakurikuler.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Luar Biasa terkadang kurang

terbina sehingga tidak berjalan dengan baik, dikarenakan ada beberapa pihak

yang merasa sulit untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Kegiatan


(9)

potensi dan bakat yang anak miliki diluar bidang akademik. Sesuai dengan

Renstra Depdiknas 2005-2009 m\nekankan bahwa” perspektif pembangunan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan aspek intelektual saja

melainkan juga watak, moral, sosial, dan fisik peserta didik atau dengan kata lain

menciptakan manusia Indonesia seutuhnya”.

Secara yuridis pun pengembangan kegiatan ekstrakurikuler memiliki landasan

yang kuat karena diatur dalam surat Keputusan Menteri yang harus dilaksanakan

oleh Sekolah. Salah satu keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 125/U/

2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif di sekolah

pengaturan kegiatan ekstrakurikuler dalam keputusan ini terdapat pada Bab 5

pasal 9 ayat 2 yaitu “pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (porseni), karya wisata, lomba kreativitas atau praktek

pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan seutuhnya”. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan tidak hanya mengembangkan

minat dan bakat siswa, tetapi sosialisasi siswa pun akan tercipta dengan baik,

siswa akan mudah bergaul dengan lingkungan lain diluar dari lingkungan

kelasnya. Rasa percaya diri siswa pun akan terbentuk, sehingga siswa mampu

untuk tampil di depan orang banyak tanpa menghiraukan kekurangan yang

mereka miliki. Alangkah sangat ruginya jika pihak sekolah tidak memfasilitasi

potensi atau bakat yang dimiliki anak tunadaksa.

Hal – hal yang berkaitan untuk pengembangan potensi dan bakat yang dimiliki anak tunadaksa ini sangatlah penting. Pelaksanaan kegiatan


(10)

3

ekstrakurikuler di Sekolah Luar Biasa perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Luar Biasa, lalu apakah

kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Luar Biasa dapat menjadi penunjang potensi

dan bakat yang dimiliki Anak tunadaksa.

Berbagai macam jenis kegiatan ekstrakurikuler diadakan di Sekolah,

termasuk di Sekolah Luar Biasa, salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang

terdapat di SLB-D YPAC Bandung adalah kesenian perkusi. Kesenian perkusi

yang diikuti oleh siswa tunadaksa akan sangat menarik untuk diteliti, karena

seperti yang kita ketahui bahwa kesenian perkusi merupakan suatu kesenian

memukul yang tidak memiliki nada tetapi memiliki ketukan yang berirama

sehingga menghasilkan sebuah kesenian yang indah.

Memainkan alat musik perkusi seperti, kendang, jimbe dan tamborin

memerlukan gerakan tangan yang sempurna, karena melibatkan sendi bahu

hingga ujung jari untuk menghasilkan sebuah irama. Pada saat melakukan

gerakan memukul pun tangan harus memiliki kekuatan otot yang dinamis

sehingga menghasilkan sebuah ketukan. Syarat utama yang harus dimiliki oleh

seseorang untuk memainkan alat musik perkusi tidak dimiliki oleh anak

tunadaksa dikarenakan hambatan utama yang dimiliki anak tunadaksa adalah

motorik halus dan kasar.

Guru yang membina kesenian perkusi memerlukan strategi atau program

khusus untuk mengajarkan kesenian perkusi pada siswa tunadaksa yang sudah


(11)

bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu wadah diluar pendidikan

akademik yang bertujuan untuk penunjang minat dan bakat siswa.Untuk itu

kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi yang dilakukan oleh anak tunadaksa

perlu dilihat dan teliti lebih jauh lagi dari sisi anak tunadaksa itu sendiri, karena

hambatan motorik yang mereka miliki menjadi suatu hal yang perlu untuk dicari

tahu apakah memang kesenian perkusi itu menjadi bakat mereka atau hanya

sebuah dorongan dari luar diri mereka saja. Selain dari itu khususnya untuk

kesenian perkusi ini, siswa secara tidak langsung akan mendapatkan manfaat

yaitu latihan gerakan tangan motorik halus dan manfaat secara detail akan

dapat lebih jauh diketahui melalui diadakannya penelitian ini.

Kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi di SLB-D YPAC ini diikuti

jenjang SMPLB dan SMALB. Berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan

tersebut, muncul sebuah rasa ingin tahu dari peneliti yaitu bagaimana

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di

SLB-D YPAC Bandung tahun 2013.

B. Fokus Masalah

Fokus masalah penilitian dalam proposal ini adalah, Bagaimana pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC

Bandung? Fokus masalah dijabarkan melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian


(12)

5

1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi

bagi siswa tunadaksa di SlB-D YPAC Bandung?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi guru pengajar dan pihak sekolah saat

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa

di SLB-D YPAC Bandung?

3. Bagaimana tanggapan siswa tunadaksa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler kesenian perkusi mengenai keikusertaannya dalam kegiatan

ini?

4. Bagaimana upaya pihak Sekolah dan guru pengajar dalam meningkatkan

kualitas pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa

tunadaksa?

5. Bagaimana tanggapan para orang tua siswa tunadaksa terhadap kegiatan

ekstrakurikuler kesenian perkusi di SLB-D YPAC Bandung?

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian

a. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC

bandung.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi oleh guru pengajar

dan pihak sekolah saat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler perkusi


(13)

3. Untuk mengetahui tanggapan siswa tunadaksa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler kesenian perkusi mengenai keikusertaannya dalam

kegiatan ini.

4. Untuk mengetahui upaya pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi di SLB-D YPAC

Bandung.

5. Untuk mengetahui tanggapan para orang tua siswa tunadaksa terhadap

pelaksanaan ekstrakurikuler kegiatan perkusi di SLB-D YPAC Bandung.

b. Kegunaan

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak sekolah, penelitian ini bisa dijadikan salah satu acuan

evaluasi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian di SLB-D YPAC,

dengan adanya penelitian ini, diharapkan pihak sekolah lebih

meningkatkan lagi kualitas pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

khususnya kesenian perkusi.

2. Bagi guru-guru terutama guru SLB-D, penelitian ini juga sebagai acuan

pengembangan potensi dan bakat siswaTunadaksa, diharapkan guru-guru

terpacu untuk lebih meningkatkan motivasi dan kreativitasnya untuk

mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi di SLB-D

YPAC Bandung.

3. Bagi siswa, melalui penelitian ini bisa diketahui sejauh mana


(14)

7

bakat dan minat mereka. Melalui penelitian ini pula dapat diketahui

manfaat yang siswa dapatkan dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian

perkusi.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal yang relevan.

D. Struktur Organisasi

ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian B.Fokus Masalah

C.Tujuan dan Kegunaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Anak Tunadaksa

B.Kegiatan Ekstrakurikuler C.Kesenian Perkusi

D.Penggunaan Alat Musik Perkusi Bagi Anak Tundaksa E. Manfaat Alat Musik perkusi Bagi siswa tunadaksa

BAB III METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Objek Penelitian B.Metode Penelitian

C.Instrumen dan Responden Penelitan D.Pengumpulan data dan Catatan Lapangan


(15)

E. Pengujian Keabsahan data F. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

B.Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan B.Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA LAPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat-surat Penelitian

Lampiran 2: Agenda Penelitian, Pedoman wawancara, pedoman angket catatan lapangan, expert judgmen,transkip wawancara,hasil angket.

Lampiran 3: dokumentasi (foto)


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di SLB-D Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) yang berlokasi di Jalan Mustang nomor 46 Bandung. Peneliti memilih SLB-D YPAC sebagai tempat penelitian karena sekolah ini merupakan SLB-D yang menjadi sekolah sumber (resouce center) dalam penyelenggaraan pendidikan bagi siswa tunadaksa.

Jumlah siswa yang terdaftar di sekolah ini pada tahun ajaran 2012/2013 adalah kurang-lebih 88 orang yang terbagi ke dalam 15 rombongan belajar. Satuan pendidikan SMALB terdiri dari tiga rombongan belajar dengan jumlah siswa 17 orang.

Sistem pelayanan di SLB-D YPAC adalah sistem ruang sumber yaitu sekelompok anak didik belajar sesuai jadwalnya dengan memasuki ruang sumber belajar atau ruang mata pelajaran. Salah satu ruang/sarana belajar di sekolah ini adalah ruang kesenian khusus kegiatan ekstrakurikuler perkusi.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu kegiatan ekstrakurikuler perkusi yang diikuti oleh siswa tunadaksa tingkat SDLB, SMPLB dan SMALB di SLB-D YPAC BANDUNG.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Bodgan & Taylor dalam Basrowi & Suwandi (2008:21) “mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Dalam penelitian kualitatif, karena


(17)

permasalahan yang dibawa oleh peneliti masihh bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara,dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan penelitian kualitatif bersifat menemukan teori.

Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara luas dan mendalam. Data penelitian yang diperoleh melalui penelitian kualitatif bukanlah berupa angka-angka melainkan naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen, dan lain-lain. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dibandingkan hasil, digunakan untuk meneliti dalam kondisi yang alamiah, dan peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian. Peneliti kualitatif harus bersifat

“prespetif emic’ artinya memperoleh data “bukan sebagaimana harusnya”,

bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh partisipan/sumber data.

Proses penelitian ini mengacu pada Rahardjo (2010, dalam

mudjiarahardjo.com) yang dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu 1) Tahap pra-lapangan, 2) Tahap kegiatan lapangan, dan 3) Tahap pasca-lapangan. Tahapan-tahapan tersebut digambarkan dalam bagan berikut ini.


(18)

21

TAHAPAN PROSES PENELITIAN

Bagan 3.1. Tahapan Penelitian

 TAHAP PRA

LAPANGAN

 TAHAP KEGIATAN

LAPANGAN

TAHAP PASCA

LAPANGAN 1.Penyusunan rancangan awal penelitian 2.Pengurusan izin penelitian 3.Penjajakan lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian 4.Pemilihan dan interaksi dengan informan/ responden 5.Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan (melakukan expert judgement pedoman pengumpulan data)

1. Menentukan jumlah

dan waktu

berinteraksi dengan sumber data

2. Melakukan proses

pengumpulan data

3. Pemeriksaan

keabsahan data (triangulasi dan

member-check)

1.Melakukan analisis data melalui reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan


(19)

C.Instrumen dan Responden Penelitian 1. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif deskriptif ini adalah peneliti sendiri sebagai human instrument. “Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya” (Sugiyono, 2011:

222). Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen dianggap mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Selain itu, hanya human instrument yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya. Dalam pengumpulan data, baik itu wawancara ataupun observasi, peneliti juga memerlukan alat bantu seperti pedoman wawancara, pedoman observasi, lembar catatan lapangan, alat perekam, dan kamera.

2. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler perkusi yaitu:

1. Guru pengajar ekstrakurikuler Perkusi

Guru pengajar alat musik perkusi sebanyak satu orang yaitu bapak YT dipilih sebagai informan kunci dalam pengumpulan data melalui kegiatan wawancara. Bapak YT adalah satu-satunya guru yang dipercaya untuk melatih bermain alat musik perkusi di SLB-D YPAC. Data-data mengenai kegiatan ekstrakurikuler perkusi diharapkan bisa diperoleh melalui bapak YT yang secara langsung selalu terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler perkusi.


(20)

23

Responden lain yang dijadikan sumber data adalah guru pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan, yaitu bapak H. Bapak H dipilih sebagai responden karena dinilai merupakan warga sekolah yang berperan aktif dalam kegiatan kesiswaan termasuk kegiatan ekstrakurikuler.

3. Siswa Tunadaksa tingkat SMPLB, SMALB

Jumlah siswa yang dijadikan responden wawancara berjumlah 3 orang, masing-masing duduk di bangku SMPLB dan SMALB. Siswa-siswa ini merupakan siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler perkusi diharapkan melalui para siswa ini peneliti akan mendapatkan data yang diinginkan.

4. Orang tua siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Perkusi

Jumlah orang tua siswa yang dijadikan responden wawancara sesuai dengan jumlah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler perkusi, mungkin akan ada beberapa siswa diwakili oleh pengasuhnya dikarenakan orang tua yang sibuk dalam pekerjaan sehingga tidak menemani saat ekstrakurikuler perkusi. Para orang tua siswa ini pun diharapkan dapat membantu mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

D.Pengumpulan Data dan Catatan Lapangan

1. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah:

a. Observasi

Menurut Abdurrahmat (2006 ; 104), „ Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek

sasaran‟. Melalui observasi, peneliti akan mengamati jalannya

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian anak tunadaksa dari tingkat SDLB, SMPLB hingga SMALB. Hal-hal yang akan diamati sesuai dengan susunan pedoman observasi yang telah di siaapkan


(21)

sebelumnya, namun jika di lapangan terdapat pedoman lain yang dapat diobservasi sesuai dengan kebutuhan penelitian akan tetap dilaksanakan agar data yang dibutuhkan untuk penellitian lebih akurat.

b. Wawancara

Menurut Abdurrahmat (2006 : 105), „Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh orang yang di wawancarai‟. Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus dipertanyakan selama proses tanya jawab berlangsung, berbeda dengan dialog yang kedudukan pihak-pihak terlibat bisa berubah dan bertukar fungsi setiap saat, waktu proses dialog sedang berlangsung.

Wawancara bertujuan untuk memperkuat data yang telah ditemukan pada saat observasi bahkan melengkapi data yang belum didapat pada saat observasi. Prosedur wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung, pewawancara mengarahkan responden ke pokok masalah yang ingin diteliti. Dari segi responden, peneliti menggunakan jenis wawancara perseorangan, yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler Kesenian dan guru bidang kesiswaan.

c. Angket

Menurut Abdurrahmat (2006 : 111), ‟Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner ( daftar pertanyaan/ isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum. Angket ini disebar kepada responden sesuai dengan pedoman penelitian yang sudah disusun sebelumnya, yang bertujuan untuk mendapatkan pendapat, saran atau kritikan dari responden tentang pelaksanaan ekstrakurikuler .


(22)

25

Kisi-kisi pengumpulan data penelitian disajikan dalam table berikut ini:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Pengumpulan Data Penelitian

No. Pertanyaan Penelitian Aspek yang Diungkap Teknik Pengumpulan Data Sumber Data/Responden

1. Bagaimana

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung

a.Guru perkusi dapat menjelaskan kegiatan awal yang dilakukan saat berlatih perkusi pada siswa tunadaksa

b.Guru perkusi dapat

menjelaskan kegiatan inti yang dilaksanakan saat ekstrakurikuler perkusi

berlangsung

c.Guru perkusi dapat memaparkan kegiatan penutup yang di laksanakan Observasi, wawancara, Guru/Pelatih Perkusi, siswa tunadaksa.


(23)

setelah berakhirnya ektrakurikuler perkusi.

2. Apa sajakah hambatan yang dihadapi oleh guru saat pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung?

a. Pihak sekolah dapat memaparkan hambatan yang dihadapi saat pelaksanaan ekstrakurikuler perkusi.

b. Guru perkusi dapat menjelaskan hambatan yang dihadapi saat mengajarkan perkusi pada anak. Observasi, wawancara, Guru bidang kesiswaa, Guru/Pelatih Perkusi,.

3. Bagaimana tanggapan siswa tunadaksa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi mengenai

a. . Siswa dapat menjelaskan apa yang menjadi motivasi terbesar dalam mengikuti ekstrakurikuler perkusi

Wawancara Ketiga siswa tunadaksa


(24)

27

keikusertaannya dalam kegiatan ini?

b. Siswa dapat memberikan saran untuk kegiatan esktrakurikuler perkusi

4. Bagaimana upaya pihak Sekolah dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa?

a. Pihak sekolah dapat menyebutkan usaha yang dilakukan untuk kemajuan ekstrakurikuler perkusi

b. Guru perkusi dapat menyebutkan usaha yang dilakukan untuk kemajuan ekstrakurikuler perkusi

Wawancara Pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan, guru/pelatih perkusi.

5. Bagaimana

tanggapan para orang tua siswa tunadaksa terhadap kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi di SLB-D YPAC Bandung?

a. Orang tua siswa tunadaksa dapat menjelaskan pendapatnya mengenai berlangsungnya kegiatan ekstrakurikuler

angket, Ketiga orang tua siswa tunadaksa.


(25)

perkusi

2. Catatan Lapangan

Melalui tiga teknik pengumpulan data yang digunakan didalamnya

terdapat data-data berbentuk tindakan, kata-kata, sumber tertulis, ataupun foto kemudian dituangkan kedalam catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan oleh para peneliti untuk mendeskripsikan hasil rekaman peristiwa yang terjadi di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama dalam penelitian Catatan lapangan disusun setiap kali peneliti selesai melaksanakan pengamatan atau wawancara.

Catatan lapangan berisi tulisan-tulisan tentang peristiwa yang diamati secara rinci yang juga mengandung tanggapan dan pemikiran peneliti. “Pada dasarnya catatan lapangan berisi dua bagian. Pertama, bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan. Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya” (Bogdan & Biklen dalam Basrowi & Suwandi, 2008:181).

E.Pengujian Keabsahan Data

Pengujian Keabsahan data di lakukan dengan cara:


(26)

29

Teknik pengumpulan data,triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.

Triangulasi data dapat diartikan sebagai mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda melalui (wawancara,observasi dan angket) dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bisa yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

b. Memberchek

Member-check adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data” (Sugiyono, 2009:375). Proses ini dilakukan dengan pengecekan kembali data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data atau responden. Tujuan member-check adalah untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian data yang akan digunakan dalam penulisan laporan dengan apa yang dimaksudkan sumber data. Apabila data yang ada pada peneliti disepakati oleh sumber data, maka data itu valid. Memberchek merupakan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh responden yang dijadikan sumber data.

F. Teknik Analisis Data


(27)

Menurut Sugiyono (2008: 338) “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”. Pada intinya melalui reduksi data ini peneliti dapat memilah, memilih dan merangkum data mana yang tidak perlu dicantukman dalam hasil penelitian.

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan kategori. Menurut Miles dan Huberman (1984) “menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara verifikasi berupa pemikiran ulang saat proses penulisan, tinjauan catatan lapangan, dan tinjauan kembali data-data yang terkumpul. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan jawaban dari seluruh fokus masalah yang dipaparkan oleh peneliti mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC.

Berikut ini kesimpulan yang akan diuraikan oleh peneliti mengacu kepada kisi-kisi diatas mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung :

1. Proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler perkusi bagi siswa tunadaksa diikuti oleh 3orang siswa siswi dengan hambatan motorik yang berbeda. Siswa G dengan hambatan cerebral palsy tipe spastik memegang cowbell dan simbal, siswa I dengan hambatan cerebral palsy tipe spastik memegang jimbe dan siswi P dengan kondisi tangan yang tidak sempurna dan tidak dapat berbicara karena tidak memiliki langit-langit pada rongga mulutnya ini memegang jimbe. Ketiga siswa ini sudah cukup lama aktif dalam bermain perkusi di SLB-D YPAC Bandung. Guru pengajar perkusi merupakan seorang lelaki muda yang memiliki hambatan pula dalam gerak yaitu penderita polio. Kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi ini diadakan 3x dalam seminggu yaitu, hari senin, selasa dan jumat, tetapi rutinitas ini kadang tidak berjalan dengan lancar dikarenakan ada halangan dari beberapa pihak seperti guru ataupun siswanya sendiri. Bapak Y dalam mengajarkan para siswa bermain perkusi sangat aktif dan baik tidak ada panduan perangkat mengajar hanya ilmu perkusi dan ketelatenan yang ia miliki. Latihan selalu diawali dengan pemanasan berupa penguatan otot. Siswa tunadaksa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler perkusi ini dibimbing dengan metode yang diciptakan sendiri oleh Bapak Y yaitu dengan isyarat tangan. Tangan mengepal berarti berhenti dan tangan mengibas berarti 1 ketukan dimulai. Bapak


(29)

Y ini mengajarkan beberapa pola memukul pada siswa-siswinya, dalam 1 bulan pertemuan bapak Y hanya mengajarkan 1 pola ketukan saja kepada para siswa. Guru pengajar ini tidak menuntut permainan sempurna kepada siswa-siswinya karena ada tujuan lain yang ingin dicapai yaitu manfaat dari latihan perkusi itu sendiri yaitu untuk latihan motorik siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ini.

2. Hambatan yang dialami pengajar saat latihan perkusi tidak begitu menonjol, hanya saja guru pengajar sering merasa kesulitan jika konsentrasi para anak didiknya mulai terganggu. Konsentrasi yang kacau mengakibatkan ketukan yang dihasilkan tidak berbunyi sempurna dan tidak kompak. Bapak Y mensiasatinya dengan bersikap lebih tegas kepada seluruh siswanya. Bapak Y tidak pernah memaksakan siswa-siswinya dalam berlatih, jika terlihat sudah kelelahan bapak Y sering menghentikannya untuk beristirahat sejenak.

3. Ekstrakurikuler perkusi ini diikuti oleh 3 siswa siswi dengan hambatan gerak yang berbeda-beda. Ketiga siswa ini senang bermain perkusi, mereka tanpa ada paksaan mengikuti latihan kesenian perkusi, bahkan saat latihan sudah usai mereka ingin lanjut. Mereka mengaku bahwa latihan perkusi ini bermanfaat untuk motorik mereka yang terganggu. Namun mereka memiliki harapan untuk perkusi ini, agar dapat tampil di kegiatan luar sekolah bahkan pentas di panggung-panggung besar agar dapat membanggakan kedua orang tua dan guru-guru pengajar mereka.

4. Pihak sekolah cukup memperhatikan baik kegiatan-kegiatan diluar dari kegiatan akademik termasuk ekstrakurikuler perkusi. Ekstrakurikuler perkusi ini merupakan kegiatan diluar akademik yang cukup membanggakan bagi sekolah. Pihak sekolah sangat memfasilitasi berlangsungnya kesenian perkusi, dimulai dari disediakannya ruangan


(30)

50

khusus yaitu ruangan kesenian untuk berlatih dan peralatan musik yang lengkap dari yang tradisional hingga modern. Pihak sekolah pun mendatangkan guru pengajar yang berkompeten tidak hanya dalam hal ilmu kesenian yang dikuasainya melainkan keuletan dan keikhlasannya dalam mengajarkan kesenian perkusi bagi siswa siswi tunadaksa di SLB-D YPAC. Kemajuan ekstrakurikuler kesenian perkusi tidak ditentukan oleh satu pihak, untuk pihak sekolah hanya dapat memfasilitasi dalam hal pengajar dan fasilitas lainnya untuk kemajuan bakat dan kesenangan yang siswa-siswi miliki.

5. Kegiatan ekstrakurikuler perkusi melibatkan banyak pihak tidak hanya pengajar dan siswa melainkan juga orang tua siswa. Orang tua siswa dari ketiga siswa yang mengikuti kegiatan ini cukup aktif dan kritis dalam memantau anak-anaknya berlatih. Mereka selalu mengawasi dan menemani anak-anaknya berlatih. Para orang tua siswa ini pun selalu menanyakan progres anaknya dalam bermain perkusi kepada guru pengajar. Menurut mereka ekstrakurikuler perkusi ini sangat positif untuk anak-anaknya, selain bermanfaat untuk kesenangan dan bakat yang dimiliki oleh putra putri nya, ekstrakurikuler ini juga bermanfaat untuk latihan motorik dan emosi anak-anak mereka. Ekstrakurikuler perkusi inipun dirasa berjalan sudah sangat baik dan sangat menunjang minat anak-anak mereka.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian diatas, terdapat beberapa rekomendasi yang ditujukan untuk pihak sekolah, guru pengajar dan peneliti itu sendiri sebagai tindak lanjut bagi peneltian ini:

1. Bagi pihak sekolah

a. Diharapkan pihak sekolah dapat lebih memfasilitasi para siswa dengan mengadakan acara-acara kesenian di sekolah untuk siswa siswinya sebagai wadah kreativitas dan aplikasi latihan kesenian perkusi yang selama ini rutin dilaksanakan.


(31)

b. Diharapkan pihak sekolah selalu rutin mengadakan evaluasi bersama guru pengajar perkusi mengenai kemajuan dari setiap siswa bermain perkusi sehingga akan tercipta ekstrakurikuler perkusi yang lebih terarah.

2. Bagi guru pengajar perkusi

a. Diharapkan guru pengajar lebih dapat bekerja sama dengan pihak sekolah seperti mengadakan evaluasi rutin seputar latihan perkusi agar tercipta ekstrakurikuler yang lebih terarah.

b. Diharapakan guru pengajar dapat lebih memaksimalkan latihan perkusi ini untuk latihan motorik siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan pada penelitian selanjutnya peneliti lebih rinci meneliti mengenai manfaat bermain perkusi untuk motorik anak tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung.

b. Diharapkan peneliti akan meneliti kesenian lain diluar dari perkusi yang dapat dimainkan oleh anak tunadaksa.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Yuri (2009). Pentingnya Kegiatan Ekstra Kulikuler.[ Online] tersedia di : http ://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakulikuler.html [11 April 2013]

Azwar Saifudin. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baswori dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Djohan. (2003). Psikologi musik. Yogyakarta : Buku Batik.

Direktorat PSLB (2007). Pengembangan Bakat Non Akademik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Efendi, M. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Esrherick, J.2009. Mendobrak Hambatan Pemuda dengan Keterbatasan fisik, Sleman: KTSP

Fathoni Abdurrahmat (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: PT RINEKA CIPTA .

Jamalus dan Hamzah (1993). Pendidikan Kesenian 1 Musik. Jakarta : DEPDIKBUD.

Kubarsah Ubun. (1994). Wadira Mengenal Alat-alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Jakarta: CV. Sampurna

M. jazuli. (2008). Paradigma Konstektual Pendidikan Seni. Jakarta : Uness University Press.

Moh Amin dan Andreas Dwijosumarto (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.

Muslim. A dan Sugiarmin. M (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak Tuna daksa. DEPDIKBUD:

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya lmiah. Bandung: UPI Press.


(33)

Rahadjo, m.2010. desain dan contoh proses penelitian kualitatif dalam official website of mudjia rahardjo. [online].tersedia : http://mudjiarahrdjo.com/materi -kuliah/208-desain-dan-contoh-proses-penelitian-kualitatif.html [16 Juni 2013]

Wahyu Pupung, 2011. Skripsi penggunaan alat musik perkusi pada anak autis ringan untuk meingkatkan kemampuan ritmik di SLBN A Citeureup Cimahi . Bandung: UPI

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiarmin, M. 2006. Asesmen pada Anak Tuna Daksa. Bandung: DIRJEN DIKTI, DEPDIKBUD.

Widati, S. dkk. (2010). Hand Out Mata Kuliah: Pendidikan Anak Tunadaksa II. Jurusan Pendidikan Luar Biasa . Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan jawaban dari seluruh fokus masalah yang dipaparkan oleh peneliti mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC.

Berikut ini kesimpulan yang akan diuraikan oleh peneliti mengacu kepada kisi-kisi diatas mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi bagi siswa tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung :

1. Proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler perkusi bagi siswa tunadaksa diikuti oleh 3orang siswa siswi dengan hambatan motorik yang berbeda. Siswa G dengan hambatan cerebral palsy tipe spastik memegang cowbell dan simbal, siswa I dengan hambatan cerebral palsy tipe spastik memegang jimbe dan siswi P dengan kondisi tangan yang tidak sempurna dan tidak dapat berbicara karena tidak memiliki langit-langit pada rongga mulutnya ini memegang jimbe. Ketiga siswa ini sudah cukup lama aktif dalam bermain perkusi di SLB-D YPAC Bandung. Guru pengajar perkusi merupakan seorang lelaki muda yang memiliki hambatan pula dalam gerak yaitu penderita polio. Kegiatan ekstrakurikuler kesenian perkusi ini diadakan 3x dalam seminggu yaitu, hari senin, selasa dan jumat, tetapi rutinitas ini kadang tidak berjalan dengan lancar dikarenakan ada halangan dari beberapa pihak seperti guru ataupun siswanya sendiri. Bapak Y dalam mengajarkan para siswa bermain perkusi sangat aktif dan baik tidak ada panduan perangkat mengajar hanya ilmu perkusi dan ketelatenan yang ia miliki. Latihan selalu diawali dengan pemanasan berupa

penguatan otot. Siswa tunadaksa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler perkusi ini dibimbing dengan metode yang diciptakan sendiri oleh Bapak Y yaitu dengan isyarat tangan. Tangan mengepal berarti berhenti dan tangan mengibas berarti 1 ketukan dimulai. Bapak


(2)

49

Nanda Noor Mareta, 2013

Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Perkusi Bagi Siswa Tunadaksa Di SLB-D YPAC Bandung Tahun 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Y ini mengajarkan beberapa pola memukul pada siswa-siswinya, dalam 1 bulan pertemuan bapak Y hanya mengajarkan 1 pola ketukan saja kepada para siswa. Guru pengajar ini tidak menuntut permainan sempurna kepada siswa-siswinya karena ada tujuan lain yang ingin dicapai yaitu manfaat dari latihan perkusi itu sendiri yaitu untuk latihan motorik siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ini.

2. Hambatan yang dialami pengajar saat latihan perkusi tidak begitu menonjol, hanya saja guru pengajar sering merasa kesulitan jika konsentrasi para anak didiknya mulai terganggu. Konsentrasi yang kacau mengakibatkan ketukan yang dihasilkan tidak berbunyi sempurna dan tidak kompak. Bapak Y mensiasatinya dengan bersikap lebih tegas kepada seluruh siswanya. Bapak Y tidak pernah memaksakan siswa-siswinya dalam berlatih, jika terlihat sudah kelelahan bapak Y sering menghentikannya untuk beristirahat sejenak.

3. Ekstrakurikuler perkusi ini diikuti oleh 3 siswa siswi dengan hambatan gerak yang berbeda-beda. Ketiga siswa ini senang bermain perkusi, mereka tanpa ada paksaan mengikuti latihan kesenian perkusi, bahkan saat latihan sudah usai mereka ingin lanjut. Mereka mengaku bahwa latihan perkusi ini bermanfaat untuk motorik mereka yang terganggu. Namun mereka memiliki harapan untuk perkusi ini, agar dapat tampil di kegiatan luar sekolah bahkan pentas di panggung-panggung besar agar dapat membanggakan kedua orang tua dan guru-guru pengajar mereka.

4. Pihak sekolah cukup memperhatikan baik kegiatan-kegiatan diluar dari kegiatan akademik termasuk ekstrakurikuler perkusi. Ekstrakurikuler perkusi ini merupakan kegiatan diluar akademik yang cukup membanggakan bagi sekolah. Pihak sekolah sangat memfasilitasi berlangsungnya kesenian perkusi, dimulai dari disediakannya ruangan


(3)

khusus yaitu ruangan kesenian untuk berlatih dan peralatan musik yang lengkap dari yang tradisional hingga modern. Pihak sekolah pun mendatangkan guru pengajar yang berkompeten tidak hanya dalam hal ilmu kesenian yang dikuasainya melainkan keuletan dan keikhlasannya dalam mengajarkan kesenian perkusi bagi siswa siswi tunadaksa di SLB-D YPAC. Kemajuan ekstrakurikuler kesenian perkusi tidak ditentukan oleh satu pihak, untuk pihak sekolah hanya dapat memfasilitasi dalam hal pengajar dan fasilitas lainnya untuk kemajuan bakat dan kesenangan yang siswa-siswi miliki.

5. Kegiatan ekstrakurikuler perkusi melibatkan banyak pihak tidak hanya pengajar dan siswa melainkan juga orang tua siswa. Orang tua siswa dari ketiga siswa yang mengikuti kegiatan ini cukup aktif dan kritis dalam memantau anak-anaknya berlatih. Mereka selalu mengawasi dan menemani anak-anaknya berlatih. Para orang tua siswa ini pun selalu menanyakan progres anaknya dalam bermain perkusi kepada guru pengajar. Menurut mereka ekstrakurikuler perkusi ini sangat positif untuk anak-anaknya, selain bermanfaat untuk kesenangan dan bakat yang dimiliki oleh putra putri nya, ekstrakurikuler ini juga bermanfaat untuk latihan motorik dan emosi anak-anak mereka. Ekstrakurikuler perkusi inipun dirasa berjalan sudah sangat baik dan sangat menunjang minat anak-anak mereka.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian diatas, terdapat beberapa rekomendasi yang ditujukan untuk pihak sekolah, guru pengajar dan peneliti itu sendiri sebagai tindak lanjut bagi peneltian ini:

1. Bagi pihak sekolah

a. Diharapkan pihak sekolah dapat lebih memfasilitasi para siswa dengan mengadakan acara-acara kesenian di sekolah untuk siswa siswinya sebagai wadah kreativitas dan aplikasi latihan kesenian perkusi yang selama ini rutin dilaksanakan.


(4)

51

Nanda Noor Mareta, 2013

Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Perkusi Bagi Siswa Tunadaksa Di SLB-D YPAC Bandung Tahun 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Diharapkan pihak sekolah selalu rutin mengadakan evaluasi bersama guru pengajar perkusi mengenai kemajuan dari setiap siswa bermain perkusi sehingga akan tercipta ekstrakurikuler perkusi yang lebih terarah.

2. Bagi guru pengajar perkusi

a. Diharapkan guru pengajar lebih dapat bekerja sama dengan pihak sekolah seperti mengadakan evaluasi rutin seputar latihan perkusi agar tercipta ekstrakurikuler yang lebih terarah.

b. Diharapakan guru pengajar dapat lebih memaksimalkan latihan

perkusi ini untuk latihan motorik siswa. 3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan pada penelitian selanjutnya peneliti lebih rinci meneliti mengenai manfaat bermain perkusi untuk motorik anak tunadaksa di SLB-D YPAC Bandung.

b. Diharapkan peneliti akan meneliti kesenian lain diluar dari perkusi yang dapat dimainkan oleh anak tunadaksa.


(5)

Arief Yuri (2009). Pentingnya Kegiatan Ekstra Kulikuler.[ Online] tersedia di : http

://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakulikuler.html [11 April 2013]

Azwar Saifudin. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baswori dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta Djohan. (2003). Psikologi musik. Yogyakarta : Buku Batik.

Direktorat PSLB (2007). Pengembangan Bakat Non Akademik. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Efendi, M. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Esrherick, J.2009. Mendobrak Hambatan Pemuda dengan Keterbatasan fisik, Sleman: KTSP

Fathoni Abdurrahmat (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA .

Jamalus dan Hamzah (1993). Pendidikan Kesenian 1 Musik. Jakarta : DEPDIKBUD. Kubarsah Ubun. (1994). Wadira Mengenal Alat-alat Kesenian Daerah Jawa Barat.

Jakarta: CV. Sampurna

M. jazuli. (2008). Paradigma Konstektual Pendidikan Seni. Jakarta : Uness University Press.

Moh Amin dan Andreas Dwijosumarto (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.

Muslim. A dan Sugiarmin. M (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak Tuna daksa. DEPDIKBUD:

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan Karya lmiah. Bandung: UPI Press.


(6)

Nanda Noor Mareta, 2013

Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Perkusi Bagi Siswa Tunadaksa Di SLB-D YPAC Bandung Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Putra, N. 2011. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.

Rahadjo, m.2010. desain dan contoh proses penelitian kualitatif dalam official website of mudjia rahardjo. [online].tersedia : http://mudjiarahrdjo.com/materi -kuliah/208-desain-dan-contoh-proses-penelitian-kualitatif.html [16 Juni 2013]

Wahyu Pupung, 2011. Skripsi penggunaan alat musik perkusi pada anak autis ringan untuk meingkatkan kemampuan ritmik di SLBN A Citeureup Cimahi . Bandung: UPI

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiarmin, M. 2006. Asesmen pada Anak Tuna Daksa. Bandung: DIRJEN DIKTI,

DEPDIKBUD.

Widati, S. dkk. (2010). Hand Out Mata Kuliah: Pendidikan Anak Tunadaksa II. Jurusan Pendidikan Luar Biasa . Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia