PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH.

(1)

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN TUGAS

TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

(Study Eksperimen di SMP Negeri 1 Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh : Genisa Lasyasari

0802536

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Perbandingan Metode Pembelajaran

Demonstrasi Dengan Metode Pembelajaran

Tugas Terhadap Hasil Belajar Lompat

Jauh

Oleh Genisa Lasyasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Genisa Lasyasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Genisa Lasyasari (2013). Perbandingan Metode Pembelajaran Demonstrasi Dengan Metode Pembelajaran Tugas Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh. Skripsi. Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK – UPI. Pembimbing I : Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes., AIFO

Pembimbing II : Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd

Tujuan penelitian adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan dari metode pembelajaran demonstrasi dan metode pembelajaran tugas terhadap hasil belajar lompat jauh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian pretests posttest group design. Jumlah populasi sebanyak 270 orang dan sampel diambil secara purposive sebanyak 20 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pembelajaran demonstrasi lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran tugas. Berdasarkan uji hipotesis bahwa thitung metode demonstrasi sebesar 2,38 dan > dari t-tabel maka metode pembelajaran demonstrasi memiliki pengaruh yang singifikan sedangkan thitung metode tugas -2,08 dan < dari t-tabel maka metode tugas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar lompat jauh. Kesimpulan yang diperoleh adalah metode pembelajaran demonstrasi lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran tugas. Metode pembelajaran demonstrasi lebih efektif untuk digunakan karena dengan metode demonstrasi dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran tugas melalui gambar instruksi.


(5)

ABSTRACT

Genisa Lasyasari (2013). The Comparison Of Demonstration Learning Method With Task Learning Method Towards Long Jump Learning Output. Minithesis. A Study Program Of PJKR, Department Of Physical Education. FPOK-UPI.

Adviser I : Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes., AIFO Adviser II : Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd

The aim of this study is to see whether there are differences from demonstration learning method and task learning method towards long jump learning output. The study method which is used is experiment method with study design pretests postest group design. Population sample is 270 people and sample is taken purposively around 20 people. This study shows that demonstration learning method is better compared with task learning method. Based on hypotesis test that tcalculation of demonstration method around 2,38 and > from t-table, so demonstration learning method has significant impact while tcalculation of task method around – 2,08 and < from t-table, so task method does not give significant effect towards long jump learning method. The conclusion which is obtained is demonstration learning method is better compared with task learning method. Demonstration learning method is more effective to use because demonstration learning method can make better learning output compared with task learning output through instruction picture.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Pembatasan Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

G.Anggapan Dasar ... 8

H.Hipotesis ... 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 11

A. Pengertian dan Pemahaman Tentang Lompat Jauh ... 11

B. Teknik Lompat Jauh ... 13

C. Faktor yang Mempengaruhi Lompat Jauh ... 16

D. Metode ... 18

E. Metode Pembelajaran Demonstrasi ... 23

F. Metode Pembelajaran Tugas ... 28

G. Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh ... 31

H. Pengaruh Metode Tugas Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A.Tujuan Operasional Penelitian ... 34

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

C.Metode Penelitian ... 34

D.Desain Penelitian ... 35

E. Populasi dan Sampel ... 37

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 38

G.Variabel Penelitian ... 39

H.Instrumen Penelitian ... 39

I. Pengolahan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49


(7)

vi

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Peranan atletik di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas) yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Strategi atau metode pembelajaran atletik di sekolah, pada dasarnya di arahkan agar siswa dapat menampilkan berbagai nomor cabang olahraga atletik secara maksimal, khususnya dalam nomor lompat yaitu lompat jauh. Agar siswa dapat menampilkan olahraga atletik secara maksimal, maka paling tidak ada tiga komponen yang mempengaruhinya. Pertama, kualitas kesegaran jasmani yang didalamnya meliputi beberapa komponen penting seperti daya tahan, kekuatan, dan fleksibilitas. Kedua, kualitas keterampilan gerak (skill) dan

ketiga kualitas konsep geraknya (Yoyo Bahagia, dkk (2000: 31).

Proses pembelajaran atletik di sekolah, khususnya di kalangan SMP memerlukan kreatifitas guru yang sangat baik, karena “image” atletik di sekolah selalu dikaitkan dengan proses belajar dengan nomor lari dan lari. Sehingga membuat anak cenderung mudah bosan ketika harus belajar penjas khususnya atletik. Maka dari itu, guru harus bisa menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menghindari kejenuhan belajar pada anak.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


(9)

Genisa Lasyasari, 2013

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Dengan adanya metode pembelajaran, seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Proses belajar yang baik yaitu ketika guru menguasai metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu guna pencapaian tujuan pengajaran, maka pemilihan metode dalam mengajar harus tepat. Dengan demikian diharapkan kegiatan pengajaran dapat berlangsung secara berdaya guna dan bernilai guna. Dalam pembelajaran penjas, banyak terdapat metode-metode mengajar. Metode-metode tersebut adalah metode ceramah, metode tanya jawab (respons), demonstrasi/praktikum, diskusi kasus dan presentasi, simulasi, permainan, seminar, study banding, dll (Hamzah B. Uno, 2009: 65). Menurut Syaiful Sagala, (2012: 210) menyatakan bahwa:

Metode pembelajaran demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.

Sedangkan metode pembelajaran tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan (Syaiful Sagala, 2012:219). Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan


(10)

Genisa Lasyasari, 2013

beberapa metode mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Sebaliknya dapat menarik perhatian siswa. Meski penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar, bila penggunaan metode tidak tepat dengan situasi pengajaran yang mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya.

Proses pembelajaran yang baik adalah yang dilakukan secara intensif, konsisten dan kontinyu sehingga tidak menimbulkan rasa jenuh pada siswa. Maka seorang guru harus pandai memilih metode yang tepat untuk diberikan kepada siswa sehingga memudahkan siswa dalam meningkatkan penguasaan teknik dalam materi yang dipelajari.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk mengetahui sejauh mana keunggulan dari dua metode pembelajaran yakni membandingkan dua metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran demonstrasi dan metode pembelajaran tugas yang diterapkan pada salah satu cabang olahraga terhadap hasil belajar yang dicapai. Melalui kedua metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.


(11)

Genisa Lasyasari, 2013

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan menguji metode pembelajaran manakah yang lebih efektif

terhadap hasil belajar, sehingga penulis mengambil judul “ Perbandingan

Metode Pembelajaran Demonstrasi Dengan Metode Pembelajaran Tugas

Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh”. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran demonstrasi terhadap hasil

belajar lompat jauh ?

2. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran tugas terhadap hasil belajar lompat jauh ?

3. Metode manakah yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh ?

3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai sebagai awal untuk menentukan kegiatan selanjutnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode pembelajaran


(12)

Genisa Lasyasari, 2013

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode tugas terhadap hasil

belajar lompat jauh.

3. Untuk mengetahui metode manakah yang lebih berpengaruh terhadap

hasil belajar lompat jauh.

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para guru olahraga dalam memberikan pelajaran atletik kepada siswa dengan memahami metode pembelajaran yang lebih bervariatif untuk siswa sehingga keterampilan siswa dalam cabang atletik khususnya nomor lompat dapat meningkat.

Adapun hasil akhir dari penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan literatur dan sumbangan bagi perkembangan pendidikan jasmani terutama pembelajaran atletik di sekolah.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian dapat diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi guru olahraga untuk membantu dalam menggunakan metode pembelajaran mana yang lebih efektif untuk siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.


(13)

Genisa Lasyasari, 2013

5. Pembatasan Penelitian

Agar penelitian dapat terarah dan tidak terlalu luas dalam pelaksanaannya dan pencapaian tujuannya, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Aspek yang diteliti yaitu hasil belajar dari membandingkan dua metode pambelajaran mana yang lebih berpengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh.

2. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Lembang dan

yang menjadi sampelnya yaitu siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 1 Lembang.

3. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran

demonstrasi dan metode pembelajaran tugas.

4. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar lompat jauh.


(14)

Genisa Lasyasari, 2013

6. Definisi Operasional

1. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful Sagala:2012:210).

2. Metode Tugas

Metode pembelajaran tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan. (Syaiful Sagala:2012).

3. Lompat Jauh

Menurut pendapat Ballesteros (1979) dalam Yudi Hendrayana dan Alit Rahmat, (2007: 79) mengemukakan bahwa lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi.


(15)

Genisa Lasyasari, 2013 7. Anggapan dasar

Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi murid (Winarno Surakhmad, 1986). Penggunaan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, salah satunya pada hasil belajar lompat jauh. Dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan tugas maka kualitas pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Metode demonstrasi merupakan metoda mengajar dimaksudkan bahwa seorang pengajar atau pemimpin, memperlihatkan sesuatu proses pada seluruh kelompok anak didik (Winarno Surakhmad, 1986).

Metode ini memberikan acuan kepada guru untuk memperlihatkan atau memberikan contoh untuk memperagakan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat melakukan apa yang telah diperagakan oleh guru. Dalam metode demonstrasi, peserta didik dapat melakukan dan meniru dari setiap gerakan yang telah diperagakan oleh guru dalam melakukan tugas gerak. Tugas gerak disini yaitu peserta didik melakukan berbagai rangkaian gerak dari lompat jauh mulai dari fase awalan, tolakan, melayang dan mendarat. Hal ini seperti dikemukakan oleh Wina Sanjaya, (2011: 152) bahwa ”Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.


(16)

Genisa Lasyasari, 2013

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa metode demonstrasi yang dalam pelaksanaannya memperagakan tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari dengan tujuan menyajikan pelajaran dengan lebih konkrit sehingga materi pelajaran yang disampaikan akan lebih berkesan bagi siswa dan membentuk pemahaman yang mendalam dan sempurna, sehingga jika dikaitkan dengan pembelajaran lompat jauh, maka metode demonstrasi akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh. Sedangkan untuk metode tugas terdiri atas tiga fase: pertama, pendidik memberi tugas. Kedua, anak didik melaksanakan tugas (belajar) dan fase

ketiga, mempertanggung jawabkan kepada pendidik apa yang telah dipelajari

(Winarno Surakhmad, 1986: 114).

Dalam metode tugas, guru akan memberikan tugas berupa gambar yang berisi tentang rangkaian gerak lompat jauh mulai dari melakukan awalan, tolakan, melayang dan mendarat. Sehingga dari gambar tersebut peserta didik dapat melakukan rangkaian gerak lompat jauh sesuai dengan apa yang terdapat pada gambar yang dilihatnya. Dengan metode tugas, maka metode ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan. Bagi seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan dapat memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa, sehingga jika dikaitkan dengan pembelajaran lompat jauh, maka metode tugas akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar.


(17)

Genisa Lasyasari, 2013

Berdasarkan penjelasan dari uraian diatas, maka penulis beranggapan bahwa kedua metode tersebut yaitu metode demonstrasi dan metode tugas akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh. Namun, dari kedua metode tersebut penulis beranggapan bahwa metode demonstrasi akan memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan metode tugas karena dengan metode demonstrasi siswa akan lebih mengerti dengan apa yang disampaikan oleh guru karena guru memberikan arahan dan memberikan contoh secara langsung dari setiap gerakan lompat jauh secara berurutan sehingga akan ada peningkatan pemahaman pembelajaran terhadap materi ajar dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode tugas.

8. Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2011: 64) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Berdasarkan asumsi atau anggapan dasar yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran demonstrasi memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar lompat jauh.

2. Metode pembelajaran tugas memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar lompat jauh.

3. Metode pembelajaran demonstrasi lebih berpengaruh terhadap hasil


(18)

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Tujuan Operasional Penelitian

Secara operasional, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh metode pembelajaran demonstrasi dan metode pembelajaran tugas (latihan) terhadap hasil belajar lompat jauh.

B.Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat dalam penelitian akan dilaksanakan pada :

Waktu : 1 Oktober s/d 9 November 2012

Tempat : SMP Negeri 1 Lembang

Jl. Raya Lembang No. 357 Kab. Bandung Barat.

C. Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu rangkaian penelitian, tidak akan terlepas dari metode yang digunakan, hal ini terkait dengan keberhasilan penelitian yang ingin dicapai dengan menentukan metode yang tepat sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari mengenai cara melakukan pengamatan dan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari data yang akurat.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2011:72) bahwa “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan


(20)

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Sesuai dengan tujuan tersebut diatas, maka metode penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

D.Desain Penelitian

Desain penelitian sangat diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian karena dengan adanya desain penelitian maka desain tersebut akan menjadi pegangan dalam melakukan penelitian. Desain yang peneliti gunakan ialah Pretest-Posttest

Group Design, alasan mengapa penulis menggunakan desain penelitian ini, karena

sebelum diberikan perlakuan (treatment) sampel terlebih dahulu akan diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mengenai keterampilan melakukan serangkaian gerakan lompat jauh. Dengan menggunakan sampel secara purposive (dengan pertimbangan tertentu) yang akan dibagi menjadi dua kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Pretest – Posttest Group Design

Keterangan :

R1 : Sampel metode demonstrasi R2 : Sampel metode tugas

O1 : Pretest kelompok metode demonstrasi O2 : Pretest kelompok metode tugas

X1 : Treatment kelompok metode demonstrasi

kelompok Pretest Treatment Posttest

R1 O1 X1 O3


(21)

X2 : Treatment kelompok metode tugas O3 : Tes akhir kelompok metode demonstrasi O4 : Tes akhir kelompok metode tugas

Adapun mengenai langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian

Populasi

Tes awal

Treatment kelompok metode demonstrasi

Treatment kelompok metode tugas

Tes akhir Tes akhir

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan Pengumpulan data


(22)

Adapun mengenai langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dapat di gambarkan sebagai berikut:

1. Menentukan populasi

2. Melakukan tes awal terlebih dahulu 3. Memilih dan menetapkan sampel.

4. Membagi sampel menjadi dua kelompok, yaitu: a. Kelompok metode demonstrasi

b. Kelompok metode tugas

5. Melakukan proses pembelajaran atau perlakuan pada sampel. 6. Melakukan tes akhir.

7. Mengolah data.

8. Melakukan pengujian hipotesis. 9. Mengambil kesimpulan.

E.POPULASI DAN SAMPEL

Dalam tercapainya tujuan penelitian, maka peranan populasi dan sampel sangat dibutuhkan untuk memperoleh data. Sugiyono (2011: 80) menjelaskan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan definisi diatas, maka penulis menentukan populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 1 Lembang yang berjumlah 270 orang untuk kelas VII.


(23)

Sedangkan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini, maka penulis mengambil sebagian dari populasi sehingga disebut penelitian sampel. Sugiyono (2011: 81) mengemukakan “ Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan cara di urut berdasarkan dari data hasil tes awal lompat jauh. Mengenai sampling purposive dijelaskan oleh Sugiyono (2011: 85) menjelaskan, bahwa “sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Sampel merupakan siswa-siswi yang bukan anggota ekstrakulikuler atletik, artinya penulis mengambil pemula untuk dijadikan sampel pada penelitian ini dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang yang diambil dari nilai olahraga yang tertinggi dari setiap kelas. Artinya, penulis mengambil sampel berdasarkan nilai olahraga paling besar disetiap kelasnya sehingga terdapat perwakilan dari masing-masing kelas untuk dijadikan sampel.

F. Teknik pengambilan sampel

Setelah sampel terkumpul secara purposive, maka langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah membagi siswa menjadi dua kelompok. Setelah melakukan tes awal terlebih dahulu maka sampel dibagi kelompok berdasarkan dari hasil tes awal.


(24)

Gambar 3.2. Pembagian Jumlah Sampel

G.Variabel penelitian

Sehubungan dengan adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi objek penelitian sampel dengan variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

Tabel 3.3 Variabel penelitian

Variabel bebas Variabel terikat

Metode pembelajaran demonstrasi

Hasil belajar lompat jauh Metode pembelajaran tugas

H.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur data. Menurut Sugiyono (2011: 102) menjelaskan, bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.” Sehingga instrumen diperlukan untuk mengumpulkan data dari sampel. Berdasarkan pengertian diatas, maka

untuk memperoleh hasil belajar lompat jauh maka instrumen penelitian berupa tes lompat Populasi (270)

Sampel (20 orang)

Kel. Metode demonstrasi 10 orang

Kel. Metode tugas 10 orang


(25)

jauh (Aip Syaripudin, 1992). Tes yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Test Pretest

Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap pembelajaran lompat jauh sebelum diberikannya treatment atau perlakuan.

2. Tes Posttest

Posttest digunakan untuk mengukur kemampuan dan membandingkan peningkatan hasil belajar lompat jauh pada kedua kelompok sesudah pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dan metode pembelajaran tugas pada peningkatan hasil belajar lompat jauh. Masing-masing siswa akan diberi kesempatan melompat sebanyak 3 kali lompatan. Hasil lompatan akan dicatat dan diambil berdasarkan lompatan yang paling jauh. Untuk tes akhir berlaku diskualifikasi artinya apabila siswa tidak tepat menolak pada papan tolak, maka hasil lompatannya tidak akan diukur dan dicatat. Yang dicatat hanya lompatan yang tepat menolak pada papan tolakan yaitu kaki tolak tepat menolak diatas papan tolak dan diukur sampai bekas kaki mendarat.

3. Tes lompat jauh

Tes lompat jauh (Aip Syarifudin, 1992:91) dilakukan untuk mengukur hasil belajar lompat jauh. Sampel melakukan lompat jauh dengan gaya lenting sesuai dengan hasil perlakuan dari metode demonstrasi dan metode tugas sebanyak tiga kali kesempatan lompat. Hasil diukur dari bekas kaki mendarat terdekat dengan bekas kaki tumpuan dan diukur dengan satuan meter. Dari ketiga lompatan


(26)

tersebut, akan diambil lompatan yang paling jauh karena akan menjadi penentu untuk hasil perbandingan dari kedua metode pembelajaran tersebut dalam pengolahan data.

Pelaksanaan untuk tes lompat jauh adalah :

1. Tujuan : Tes ini dipergunakan untuk mengukur hasil belajar lompat jauh. 2. Alat-alat dan perlengkapan :

a. Bak pasir b. Meteran c. Cangkul d. Alat tulis 3. Pelaksanaan tes

Siswa mengambil awalan dengan berlari sekencang-kencangnya, menolak dan melompat ke bak pasir sejauh mungkin. Yang diukur adalah bekas sentuhan pada bagian badan pada pasir yang terdekat dengan bekas kaki tumpuan. Setiap siswa akan diberi kesempatan sebanyak 3 kali melakukan lompat jauh. Hasil dari ketiga lompatan ini akan dicatat dan diambil untuk penilaian adalah hasil lompatan yang terjauh.

Penelitian akan dilaksanakan selama 16 kali pertemuan karena menurut Tite, dkk (2007) mengatakan bahwa “dalam pelaksanaan pengaturan lama latihan diharuskan untuk mempertimbangkan tingkat kelelahan secara fisiologis. Latihan yang dilakukan dalam waktu yang lama pada setiap kali latihan belum tentu dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan atlet. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengaturan lama latihan adalan intensitas


(27)

latihan harus mencapai batas minimal (training zone), beban latihan sebaiknya dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu”.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengambil kesimpulan untuk melakukan penelitian ini, akan dilaksanankan sebanyak 3 kali dalam satu minggu selama satu setengah bulan. Jadi jumlah keseluruhan adalah 16x pertemuan. Dikatakan 16x pertemuan dikarenakan penulis menyesuaikan dengan jumlah pertemuan mata pelajaran penjas disekolah pada satu semester.

Tabel 3.4 Hasil pembelajaran lompat jauh (Aip Syarifudin 1992:91)

No Nama siswa Kesempatan Lompatan

Lompatan terjauh ket

1 2 3

1 2 3 4 5 6 7


(28)

Kriteria penilaian untuk hasil belajar lompat jauh akan dikonversi ke dalam bentuk nilai skala 1-10. Konversi Jarak Lompatan ke Nilai (1-10)

0 – 0,45 = 1 0,46 – 0,90 = 2 0,91 – 1,35 = 3 1,36 – 1,80 = 4 1,81 – 2,25 = 5 2,26 – 2,70 = 6 2,71 – 3,15 = 7 3,16 – 3,60 = 8 3,61 – 4,05 = 9 4,06 – 4,50 = 10

Tabel 3.5 Kisi-kisi program pembelajaran

No Materi / program pembelajaran

1. Berjalan dengan lutut diangkat tinggi

2. Berjalan dengan lutut diangkat tinggi disertai dengan pelurusan bagian bawah tungkai.

3. Meloncat-loncat dengan lutut diangkat tinggi disertai dengan pelurusan bagian bawah tungkai

4. Menendang pantat (hit kick) 5. Lari frekuensi

6. Lari sprint

7. Lari cepat menaiki tangga 8. Lompat pantul tanpa rintangan 9. Lompat pantul dengan rintangan 10. Lompat katak

11. Latihan lompat dengan menggunakan satu kaki (engklek) 12. Latihan lompat dengan menggunakan kedua kaki.

13. Melakukan gerakan menolak 14. Lari awalan dengan irama langkah 15. Lompat kijang

16. Melompat dengan satu kaki 17. Melompat dengan dua kaki


(29)

I. Pengolahan Data

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, pada saat data telah terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu dengan menganalisis data tersebut melalui pendekatan statistika. Adapun urutan langkah-langkah dalam pengolahan data pada penelitian ini, sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata

Mencari nilai rata-rata dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

̅

(Sudjana, 2005:67)

Keterangan:

̅= Nilai rata-rata yang dicapai

X = Skor mentah yang diperoleh

N = Jumlah sampel ∑ = Jumlah

2. Menghitung simpangan baku

Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

(Sudjana, 2005:93)


(30)

Keterangan rumus di atas adalah :

S = simpangan baku yang dicari = jumlah

= nilai data mentah

= nilai rata-rata yang dicari = jumlah sampel

3. Menghitung uji normalitas menggunakan rumus:

Uji normalitas ini bertujuan mengetahui apakah data dari hasil pengukuran normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah uji normalitas Lilliefors, Nurhasan (2006:105-106) caranya sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2 … , Xn jika dijadikan angka baku Z1, Z2, … , Zn dengan menggunakan rumus:

Z = S

X X

b. Untuk tiap angka baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang.

F (Z) = P (Z ≤ Z)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … , Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. jika proporsi dinyatakan oleh S(Z1), maka:

S(Z1) =

n Z yang Z Z Z

Banyaknya... 1,... 2,... n.... ... i

X

X


(31)

d. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga-harga tersebut. Sebutlah nilai-nilai terbesar ini Lo.

Kriteria uji normalitas Liliefors adalah:

 Hipotesis ditolak apabila Lo > Lt, ini berarti populasi berdistribusi tidak normal.

 Hipotesis diterima apabila Lo < Lt, ini berarti populasi berdistribusi normal.

4. Menghitung uji homogenitas menggunakan rumus:

Uji homogenitas dengan rumus yang digunakan

Variansi terbesar (Sugiyono, 2009:276) Variansi terkecil

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05.

5. Uji hipotesis peningkatan hasil pembelajaran menggunakan rumus:

Pengujian hipotesis terhadap peningkatan hasil pembelajaran, menggunakan uji t dengan rumus dari sebagai berikut:

Sudjana, (2005:239)


(32)

Keterangan: = Nilai kritis

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah sampel kelompok demonstrasi

= Jumlah sampel kelompok tugas

= Rata-rata kelompok demonstrasi

= Rata-rata kelompok tugas

Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis, jika t > t1 – α. Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 - 2).

Jika hasil di atas σ1 ≠ σ2 , maka digunakan satistik t„ dengan rumus sebagai berikut:

t„ = ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ √ ( ⁄ )( ⁄ )


(33)

dengan : W1 = ⁄ , W2 = ⁄ t1 = t (1- 1/2α )

,

( n1 – 1) , t2 = t (1- 1/2α ),( n2 – 1). peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1 –α) sedangkan dk= n-1. Dengan : W1 = ⁄ ; W2 = ⁄

t1 = t (1- 1/2α )

,

( n1 – 1) t2 = t (1- 1/2α ),( n2 – 1)


(34)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Metode demonstrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar lompat jauh. Karena dengan menggunakan metode demonstrasi guru dapat memberikan contoh secara langsung dan nyata mengenai gerakan-gerakan yang terdapat pada lompat jauh yang secara langsung dapat ditiru oleh siswa. 2. Metode tugas tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada hasil belajar

lompat jauh, karena dengan metode tugas guru dapat menginstruksikan setiap gerakan dari lompat jauh melalui gambar instruksi yang akan dilakukan oleh siswa. Sehingga metode tugas kurang memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar lompat jauh.

3. Metode pembelajaran demonstrasi lebih baik untuk digunakan atau diterapkan dibandingkan dengan metode pembelajaran tugas dalam pembelajaran lompat jauh di SMP Negeri 1 Lembang karena dalam proses belajar lompat jauh terdapat gerakan-gerakan yang harus dicontohkan atau didemonstrasikan oleh guru serta memerlukan keterampilan khusus supaya pembelajaran lompat jauh dapat dimengerti secara sempurna oleh siswa khususnya siswa SMP.


(35)

B. SARAN

Saran atau rekomendasi yang dapat penulis kemukakan setelah kesimpulan maka penulis ingin ditujukan kepada para siswa, pihak sekolah, guru, dan peneliti berikutnya. Setelah mengkaji seluruh permasalahan dan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Siswa agar lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh di sekolah, karena manfaat dari pembelajaran itu sangat positif apalagi bila dipelajari atau dilatih lagi lebih dalam akan mengantarkan siswa pada prestasi apalagi lompat jauh merupakan salah satu nomor perorangan. 2. Pihak sekolah supaya memperbaiki dan memperhatikan fasilitas dan

perlengkapan olahraga, agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik. 3. Guru penjas harus menerapkan metode pembelajaran demonstrasi dan

metode pembelajaran tugas dengan menggunakan variasi-variasi yang lebih menarik dan inovatif supaya proses pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal.

4. Diharapkan ada untuk penelitian selanjutnya agar dapat memunculkan dan mengembangkan sampel yang lebih banyak ataupun variabel yang lebih luas, metode serta instrumen dan faktor-faktor lain maupun variasi serta inovasi yang lebih baru yang dapat mempengaruhi perkembangan lompat jauh di Sekolah Menengah Pertama sehingga akan diketahui secara jelas dan akurat mengenai proses belajar mengajar yang cocok dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud.

Bahagia, Y. dkk. (2000). Atletik. Departemen Pendidikan Nasional.

Bahri-Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Hendrayana, Y dan Rahmat, A. (2007). Modul bermain atletik Prodi PJKR. M. Saputra, Yudha. (2011). Dasar-dasar keterampilan atletik untuk SLTP. Departemen Pendidikan Nasional

Sagala, S. (2012). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tite, Juliantine. dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: Departemen Pendidikan Indonesia .

UPI. (2012). Buku pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Zafar-Sidik, D. (2010). Mengajar dan melatih atletik. Bandung: Rosdakarya.

Sumber Internet

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)

http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-metode-mengajar/

wawan-junaidi.blogspot.com › PEMBELAJARAN

carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info... – pinarac.wordpress.com/2012/04/05/definisi-metode-pembelajaran-2/


(37)

hipni.blogspot.com/.../pengertian-definisi-metode-pembelajaran.html

http://education-mantap.blogspot.com/2010/05/metode-tugas-dan-resitasi.html http://www.sarjanaku.com/2011/05/metode-pemberian-tugas.html.

http://infokuh.blogspot.com/2012/07/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html Dapah.blogspot.com/Metode demonstrasi. 30-April-2012

Muryonotianov.blogspot.com/10:37/Metode-tugas-resitasi.html.16-november-2011


(1)

Keterangan:

= Nilai kritis

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah sampel kelompok demonstrasi

= Jumlah sampel kelompok tugas = Rata-rata kelompok demonstrasi = Rata-rata kelompok tugas

Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis, jika t > t1 – α.

Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dan

derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2 - 2).

Jika hasil di atas σ1 ≠ σ2 , maka digunakan satistik t„ dengan rumus sebagai berikut:

t„ = ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ √ ( ⁄ )( ⁄ )


(2)

48

Genisa Lasyasari, 2013

Perbandingan Metode Pembelajaran Demonstrasi Dengan Metode Pembelajaran Tugas Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan : W1 = ⁄ , W2 = ⁄ t1 = t (1- 1/2α )

,

( n1 – 1) , t2 = t (1- 1/2α ),( n2 – 1).

peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1 –α) sedangkan dk= n-1. Dengan : W1 = ⁄ ; W2 = ⁄

t1 = t (1- 1/2α )

,

( n1 – 1)

t2 = t (1- 1/2α ),( n2 – 1)


(3)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan

bahwa:

1. Metode demonstrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

lompat jauh. Karena dengan menggunakan metode demonstrasi guru dapat

memberikan contoh secara langsung dan nyata mengenai gerakan-gerakan

yang terdapat pada lompat jauh yang secara langsung dapat ditiru oleh siswa.

2. Metode tugas tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada hasil belajar

lompat jauh, karena dengan metode tugas guru dapat menginstruksikan setiap

gerakan dari lompat jauh melalui gambar instruksi yang akan dilakukan oleh

siswa. Sehingga metode tugas kurang memberikan kontribusi yang baik

terhadap hasil belajar lompat jauh.

3. Metode pembelajaran demonstrasi lebih baik untuk digunakan atau

diterapkan dibandingkan dengan metode pembelajaran tugas dalam

pembelajaran lompat jauh di SMP Negeri 1 Lembang karena dalam proses

belajar lompat jauh terdapat gerakan-gerakan yang harus dicontohkan atau

didemonstrasikan oleh guru serta memerlukan keterampilan khusus supaya

pembelajaran lompat jauh dapat dimengerti secara sempurna oleh siswa


(4)

61

Genisa Lasyasari, 2013

Perbandingan Metode Pembelajaran Demonstrasi Dengan Metode Pembelajaran Tugas Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. SARAN

Saran atau rekomendasi yang dapat penulis kemukakan setelah kesimpulan

maka penulis ingin ditujukan kepada para siswa, pihak sekolah, guru, dan peneliti

berikutnya. Setelah mengkaji seluruh permasalahan dan hasil dari penelitian yang

dilakukan, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Siswa agar lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran

lompat jauh di sekolah, karena manfaat dari pembelajaran itu sangat positif

apalagi bila dipelajari atau dilatih lagi lebih dalam akan mengantarkan siswa

pada prestasi apalagi lompat jauh merupakan salah satu nomor perorangan.

2. Pihak sekolah supaya memperbaiki dan memperhatikan fasilitas dan

perlengkapan olahraga, agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik.

3. Guru penjas harus menerapkan metode pembelajaran demonstrasi dan

metode pembelajaran tugas dengan menggunakan variasi-variasi yang lebih

menarik dan inovatif supaya proses pembelajaran dapat terlaksana dengan

optimal.

4. Diharapkan ada untuk penelitian selanjutnya agar dapat memunculkan dan

mengembangkan sampel yang lebih banyak ataupun variabel yang lebih

luas, metode serta instrumen dan faktor-faktor lain maupun variasi serta

inovasi yang lebih baru yang dapat mempengaruhi perkembangan lompat

jauh di Sekolah Menengah Pertama sehingga akan diketahui secara jelas dan

akurat mengenai proses belajar mengajar yang cocok dalam dunia


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud.

Bahagia, Y. dkk. (2000). Atletik. Departemen Pendidikan Nasional.

Bahri-Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Hendrayana, Y dan Rahmat, A. (2007). Modul bermain atletik Prodi PJKR.

M. Saputra, Yudha. (2011). Dasar-dasar keterampilan atletik untuk SLTP. Departemen Pendidikan Nasional

Sagala, S. (2012). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tite, Juliantine. dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: Departemen Pendidikan Indonesia .

UPI. (2012). Buku pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Zafar-Sidik, D. (2010). Mengajar dan melatih atletik. Bandung: Rosdakarya.

Sumber Internet

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)

http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-metode-mengajar/

wawan-junaidi.blogspot.com › PEMBELAJARAN

carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info... – pinarac.wordpress.com/2012/04/05/definisi-metode-pembelajaran-2/


(6)

63

Genisa Lasyasari, 2013

Perbandingan Metode Pembelajaran Demonstrasi Dengan Metode Pembelajaran Tugas Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu hipni.blogspot.com/.../pengertian-definisi-metode-pembelajaran.html

http://education-mantap.blogspot.com/2010/05/metode-tugas-dan-resitasi.html

http://www.sarjanaku.com/2011/05/metode-pemberian-tugas.html.

http://infokuh.blogspot.com/2012/07/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html

Dapah.blogspot.com/Metode demonstrasi. 30-April-2012

Muryonotianov.blogspot.com/10:37/Metode-tugas-resitasi.html.16-november-2011