Efektifitas metode demonstrasi terhadap pembelaaran bidang studi Fiqih pada Siswa kelas VII di MTS al Falah

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

DIAN AMALIA

NIM: 104011000133

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Dian Amalia

NIM: 104011000133

Di Bawah Bimbingan:

Heny Narendrany Hidayati, M. Pd

NIP: 19710512 199603 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Nama : Dian Amalia

Nim : 104011000133

Fakultas/ Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/PAI

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI TERHADAP PEMBELAJARAN BIDANG STUDI FIQIH PADA SISWA KELAS VII DI MTS AL FALAH

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya dengan sebenar-benarnya untuk diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi saya telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, maka saya pun bersedia menerima sangsi yang berlaku di Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Mei 2010


(4)

Siswa Kelas VII di MTs Al-Falah)

Metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Oleh karena itu seorang guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat, sehingga metode-metode tersebut dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Penggunaan metode demonstrasi sebagai salah satu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikannya terlebih dahulu kepada siswa, dapat menghilangkan verbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi. Agar materi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka materi yang didemonstrasikan perlu ditindak lanjuti oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari maupun dengan latihan yang kontinyu sehingga siswa tidak lupa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih siswa kelas VII di MTs Al Falah. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan bentuk metode deskriptif. Dan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara sebagai sumber datanya.

Dalam menganalisa data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih siswa kelas VII di MTs Al Falah ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Selain itu sekolah juga memainkan peranannya sebagai lembaga pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.


(5)

Iman, Islam dan Ihsan kepada penulis, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, dan semoga kita sebagai umatnya mendapat syafaatnya pada hari kiamat nanti. Dan karena izin Allah lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan baik dari segi moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4.Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, evaluasi dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5.Pimpinan dan seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

6.Pimpinan dan seluruh staff karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

7.Perpustakaan umum Gandaria Jakarta Selatan, yang telah membantu meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan.

8.Kepala sekolah MTS Al Falah Jakarta beserta jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. 9.Kedua orang tuaku yang tercinta (Bp. Manhal dan Ibu Arwatih) yang selalu


(6)

10. Kedua orang yang kucintai dan kusayangi, suamiku (Badroin, S.Ag) dan putriku (Ghina Aulia Fithri) yang telah memberikan dukungannya baik moril maupun materil.

11. Sahabat-sahabatku, Ahmad Dahlan (PAI 2004), Awwalina Khairunnisa (PAI 2005), Jihan Thoyibah (PBI 2004) dan semua pihak-pihak yang telah memberikan bantuannya selama penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga budi baik tersebut dan bantuan-bantuan yang tak ternilai harganya dibalas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, 17 Mei 2010


(7)

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

iv

DAFTAR TABEL ...

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah………. 3

C. Pembatasan Masalah……… 4

D. Perumusan Masalah………. 4

E. Tujuan Penelitian………. 5

F. Kegunaan Penelitian……… 5

BAB II

ACUAN TEORITIK

A.

Efektivitas Metode Demonstrasi 1. Pengertian Efektivitas……… 6

2. Pengertian Metode Pengajaran………. 8

3. Macam-macam Metode Pengajaran ……… 9

4. Pengertian Metode Demonstrasi……… 11

5. Langkah-langkah Metode Demonstrasi ……… 12

6. Kelebihan Metode Demonstrasi……… 15

7. Kelemahan Metode Demonstrasi……….. 16

B. Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian Proses Belajar Mengajar………. 18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Proses Belajar Mengajar……….. 20

C. Bidang Studi Fiqih 1. Pengertian Fiqih……… 21

2. Tujuan Fiqih di MTs………...……….. 22


(8)

D Instrumen Penelitian……….. 27 E Tekhnik Pengumpulan Data.………. 36 F Tekhnik Analisa Data...……….. 37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A Hasil Penelitian …………. ……….………. 38 B Deskripsi Data ………. 41 C Pembahasan Tentang Temuan Penelitian ……… 71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan ……….. 77

B Saran ……… 79

DAFTAR PUSTAKA

... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

pembelajaran bidang studi fiqih untuk siswa kelas VII MTs al

falah Jakarta ………. 27 Tabel 2 : Kisi-kisi wawancara efektivitas metode demonstrasi

terhadap pembelajaran bidang studi fiqih untuk siswa kelas

VII MTs al falah Jakarta ……… 32 Tabel 3 : Penetapan skor untuk skala efektivitas metode demonstrasi

terhadap pembelajaran bidang studi fiqih pada siswa kelas

VII ………... 37

Tabel 4 : Skor inventori efektivitas metode demonstrasi terhadap

pembelajaran bidang studi fiqih ……….. 38 Tabel 5 : Guru fiqih menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan

diadakannya demonstrasi, sebelum melakukan demonstrasi

tahaharah dan sholat ………... 39 Tabel 6 : Alat-alat untuk mendemonstrasikan sholat dapat diperoleh

dengan mudah ………... 40

Tabel 7 : Metode demonstrasi yang digunakan guru fiqih pada pembahsan materi sholat sudah berjalan efektif

……….. 40

Tabel 8: Jumlah siswa yang ada di dalam kelas sangat memungkinkan guru fiqih untuk menggunakan metode demonstrasi pada

materi sholat dengan baik ……….. 41 Tabel 9: Sebelum melakukan demonstrasi guru fiqih


(10)

akan mengulangi langkah demi langkah apa yang harus

dilakukan siswa ……… 43

Tabel 12 : Waktu yang diberikan untuk siswa melakukan demonstrasi

sudah memadai atau cukup ……… 43 Tabel 13 : Saat pembelajaran sholat guru fiqih lebih banyak

menggunakan waktunya untuk memberikan penjelasan dari

pada mempraktekkan materi ………... 44

Tabel 14 : Alat peraga yang digunakan guru fiqih ketika mendemonstrasikan materi sholat dapat terlihat dengan jelas

oleh siswa ……… 44

Tabel 15 : Posisi guru fiqih ketika melakukan demonstrasi sholat sudah

tepat ………. 45

Tabel 16 : Penjelasan secara lisan yang disampaikan guru fiqih dapat

terdengar dengan jelas oleh siswa ……… 45 Tabel 17 : Guru fiqih memberikan contoh dengan praktek tentang sholat

dengan baik ……….. 46

Tabel 18 : Guru fiqih meminta siswa membuat catatan yang dianggap

perlu selama demonstrasi berlangsung ……… 46 Tabel 19 : Guru fiqih mengajar dengan suara keras dan jelas ………….. 47 Tabel 20 : Kualitas guru fiqih dipapan tulis maupun dikertas dapat

dibaca dengan jelas ……….. 48 Tabel 21 : Sesudah demonstrasi berakhir, guru fiqih akan mengadakan

diskusi mengenai apa yang telah siswa demonstrasikan di


(11)

antusias ………. 50 Tabel 24 : Contoh praktek sholat yang diberikan guru fiqih dalam

menyampaikan materi sholat menambah pengetahuan saya

………. 50

Tabel 25 : Guru fiqih menguasai materi sholat dengan baik. 51 Tabel 26 : Guru fiqih menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan. 52 Tabel 27 : Saya memahami maksud dan tujuan yang disampaikan guru

fiqih pada pembahasan sholat ………. 52 Tabel 28 : Bila ada siswa yang salah ketika melakukan

demonstrasi,guru fiqih akan menegur dan memperbaiki

kesalahannya ……… 53

Tabel 29 : Guru fiqih akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dari apa yang dilihat dan didengarnya selama

demonstrasi berlangsung ……….. 54 Tabel 30 : Guru fiqih akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya dari apa yang dilihat dan didengarnya sesudah

demonstrasi berakhir ……… 54 Tabel 31 : Guru fiqih pandai berkomunikasi dengan siswa sehingga

suasana kelas terasa hidup ……… 55 Tabel 32 : Siswa tidak merasa tegang mengikuti pembelajaran fiqih di

dalam kelas karena guru fiqih pandai menciptakan suasana

di dalam kelas ………. 56

Tabel 33 : Setelah demonstrasi berakhir guru fiqih akan


(12)

Tabel 35 : Setelah demonstrasi berakhir maka guru fiqih akan mengadakan diskusi untuk memperbaiki hal-hal yang telah

didemonstrasikan di depan kelas……… 58 Tabel 36 : Guru fiqih ahli dalam menyampaikan pelajaran sehingga

tidak menjenuhkan ………... 58 Tabel 37 : Gaya dan suara guru fiqih ketrika mengajar baik dan

terdengar jelas ……….. 59

Tabel 38 : Sarana dan prasarana di sekolah memadai untuk melakukan

proses demonstrasi sholat ……….. 59

Tabel 39 : Saat menjelaskan pelajaran guru fiqih mengunakan papan tulis sebagai media untuk menyampaikan materi kepada

siswa ………. 60

Tabel 40 : Guru fiqih memberikan waktu kepada siswa kapan saatnya

untuk mengajukan pertanyaan atau berkomentar ……… 61 Tabel 41 : Guru fiqih memberikan waktu untuk berdiskusi setelah

demonstrasi berakhir ……… 61

Tabel 42 : Menurut anda dengan jumlah siswa yang ada, penggunaan metode demonstrasi pada materi taharah dan sholat efektif

untuk dilaksanakan ………... 62 Tabel 43 : Dengan jumlah siswa yang ada dalam satu kelas,

penggunaan metode demonstrasi pada pembahasan materi

sholat berjalan dengan tertib dan lancar ……… 62 Tabel 44 : Pada waktu melakukan demonstrasi alat peraga yang


(13)

kelas, pengetahuan siswa jadi bertambah …….. 65 Tabel 48 : Setelah melakukan demonstrasi sholat siswa dapat

mempraktekkannya menjadi lebih baik lagi ………….. 66 Tabel 49 : Pengunaan metode demonstrasi pada pembelajaran sholat

sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan


(14)

Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Pada Siswa Kelas VII di MTs Al Falah.

Lampiran 2 : Data Hasil Instrumen Penelitian Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Pada Siswa Kelas VII di MTs Al Falah.

Lampiran 3 : Berita Wawancara.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuhkembangkan sikap beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan cerminan dari keberhasilan guru agama di sekolah dalam menyalurkan ajaran agama melalui usaha pendidikannya

Salah satu bidang studi yang termasuk dalam pendidikan agama adalah fiqih. Secara umum fiqih merupakan salah satu bidang studi agama yang banyak membahas tentang hukum-hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Fiqih diharapkan menjadi alat kontrol bagi siswa dalam mengarungi kehidupannya dan dengan materi fiqih diharapkan aktivitas siswa tidak lepas dari norma-norma agama.

Tentunya harapan-harapan yang ingin dicapai dari pengajaran fiqih ini harus didukung oleh proses belajar mengajar yang efektif yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap bidang studi fiqih.

Faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran yaitu anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, sarana dan prasarana juga metode pembelajaran. Kelima faktor tersebut hubungannya sangat erat. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari surat Al ‘Alaq sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut:


(16)

                        

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena; Dia mengajar manusia tentang sesuatu yang belum diketahuinya.” 1

Dengan demikian guru memiliki posisi yang sangat penting dalam pendidikan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar seorang guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat. Karena metode mengajar merupakan komponen dari proses pendidikan yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar .

Selain itu, karena metode merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dan besar peranannya dalam menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Maka dituntut adanya suatu kemampuan pada setiap pendidik untuk dapat memilih dan mempergunakan metode-metode pendidikan yang ada, sehingga metode-metode tersebut dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Di dalam pembelajaran terdapat banyak metode yang digunakan oleh seorang guru untuk mendukung keberhasilan belajar, maka dalam pembelajaran fiqih selain metode ceramah yang sering digunakan oleh guru fiqih untuk menyampaikan isi materi, metode demonstrasi juga tepat untuk diterapkan dan digunakan khususnya pada materi-materi tertentu seperti sholat. dengan demikian jika guru fiqih menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi di mana guru harus mempertunjukkan atau memperagakan isi materi pelajaran yang sedang dipelajari kepada siswa dengan disertai penjelasan lisan, maka tidak akan terjadi kekeliruan pada diri siswa dalam mempraktekkannya, selain itu siswa akan

1 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 88


(17)

lebih mudah memahami dan menangkap materi yang disampaikan guru fiqih. Oleh karena itu, jika guru salah dalam memilih suatu metode pembelajaran maka hal ini dapat menimbulkan situasi belajar yang membosankan diri siswa, juga hilangnya pusat perhatian terhadap materi yang disampaikan.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI TERHADAP PEMBELAJARAN BIDANG STUDI FIQIH PADA SISWA KELAS VII DI MTS AL-FALAH”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran bidang studi fiqih di MTs Al Falah?

2. Kendala apa sajakah yang terjadi dalam pelaksanaan metode demonstrasi

dalam kegiatan pembelajaran bidang studi fiqih di MTs Al Falah? 3. Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi pada bidang studi fiqih di

MTs Al Falah?

4. Langkah-langkah apa sajakah yang digunakan agar metode demonstrasi dalam pembelajaran bidang studi fiqih dapat berjalan efektif di MTs Al Falah?

5. Apakah metode demonstrasi efektif dipergunakan dalam proses belajar mengajar bidang studi fiqih pada materi shalat di MTs Al Falah?

6. Faktor apa sajakah yang dapat mendukung dan menghambat penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran bidang studi fiqih di MTs Al Falah?


(18)

1. Karena di dalam pembelajaran banyak metode yang digunakan, maka penulis hanya menekankan pada pelaksanaan metode demonstrasi pada pembelajaran bidang studi fiqih.

2. Materi yang terdapat pada pelajaran fiqih sangatlah banyak dan tidak semua materi tersebut menggunakan metode demonstrasi. Oleh karena itu penulis membatasi pada materi yang dapat menggunakan metode demonstrasi seperti pada materi sholat yang terdapat di kelas VII MTs Al Falah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat diungkapkan perumusan masalahnya, sebagai berikut:

1. Langkah-langkah apa sajakah yang digunakan agar metode demonstrasi dalam pembelajaran bidang studi fiqih khususnya pada materi sholat dapat berjalan efektif di MTs Al Falah? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat dalam

penggunaan metode demonstrasi pada bidang studi fiqih di MTs Al Falah? 3. Bagaimana keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan

pembelajaran bidang studi fiqih pada materi sholat di MTs Al Falah?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode demonstrasi yang meliputi:

1. Pelaksanaan penggunaan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih di MTs Al Falah.

2. Langkah-langkah strategis yang diwujudkan agar penggunaan metode demonstrasi di MTs Al Falah dapat berjalan efektif.

3. Keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran bidang studi fiqih di MTs Al Falah.


(19)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak tersebut adalah:

1. Kepala sekolah MTs Al Falah, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelaksanaan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran fiqih.

2. Seluruh tenaga kependidikan, khususnya guru bidang studi fiqih MTs Al Falah, dalam menggunakan metode dalam pembelajaran fiqih.

3. Peneliti selanjutnya agar dapat membantu dalam menulis penelitian tentang efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih.


(20)

BAB II

ACUAN TEORITIK

A.

Efektivitas Metode Demonstrasi

1.

Pengertian Efektivitas

Kata “efektivitas” merupakan kata sifat dari kata “efektif” yang berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur, mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas yang terdapat dalam Ensiklopedi Indonesia berarti, menunjukkan tercapainya suatu tujuan. suatu usaha dikatakan efektif jika usaha tersebut tercapai tujuannya.1 Sedangkan menurut T. Hani Handoko, efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.2 Dengan kata lain, seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa efektivitas dalam suatu kegiatan, berkenaan dengan ”sejauh mana ketepatan sasaran dari suatu proses yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai”.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya bahwa efisiensi dan keefektifan

1 Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, Van Hoev), jilid 2, h. 883 2 Dr. T. Hani Handoko, MBA, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1998), Cet XIII, h.7


(21)

mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar bisa dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek pengajaran.

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:

1) Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM. 2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.

3) Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.

4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.3

Sedangkan menurut Tim Penyusun Didaktik Metodik kurikulum IKIP Surabaya, bahwa demi ketepatan dan keobjektivan di dalam pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektivitas mengajar yang berisi 10 kriteria efektivitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar yaitu sebagai berikut:

1)Persiapan: seperti peralatan mengajar dan buku pegangan. 2)Sikap, gaya dan suara mengajar.

3)Perumusan tujuan intruksional. 4)Bahan pelajaran.

5)Penguasaan bahan pelajaran. 6)Penguasaan situasi kelas.

7)Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar. 8)Penggunaan alat-alat peraga pengajaran. 9)Jalan pengajaran.

10) Tekhnik evaluasi.4

Selain itu guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran

3 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Media Kencana, 2009), Cet I, h.20

4 Team Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: CV. Rajawali, ), h.164-166


(22)

dengan presentase waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan tekhnik yang memaksa, negative atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, menguasai sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekadar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.

Menurut Roseshine dan Frust, ada 5 variabel proses guru yang memperlihatkan keajegan hubungan dengan pencapaian tujuan, yaitu:

1)Kejelasan dalam penyajian. 2)Kegairahan mengajar. 3)Ragam kegiatan.

4)Perilaku siswa akan melaksanakan tugas dan kecekatannya. 5)Kandungan bahan pengajaran yang diliput siswa.5

Salah satu strategi yang membantu siswa belajar dari teks tertulis dan sumber-sumber informasi yang lain adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga siswa harus berhenti dari waktu ke waktu untuk menilai pemahaman mereka sendiri terhadap teks atau apa yang diucapkan gurunya.

2. Pengertian dan Macam-macam Metode Pengajaran

a. Pengertian Metode Pengajaran

Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui, dan “hodos”

yang berarti jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut

“thariqah” artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.6

Pengertian pengajaran, adapun mengenai istilah “pengajaran” menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan

5 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif , (Jakarta: Media Kencana, 2009), Cet I h.21

6 Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), Cet


(23)

kepada orang supaya diketahui (diturut). Berdasarkan arti ini kemudian kamus besar bahasa Indonesia itu mengartikan pengajaran sebagai proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan. Selanjutnya dalam bahasa Arab, pengajaran disebut

“taklim” yang berasal dari kata “allama”. Dalam kamus Arab-Inggris susunan Elias dan Elias kata-kata tersebut berarti to educate, to train, to teach, to instruct,

yakni mendidik, melatih, dan mengajar selanjutnya istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something, to teach todo something, to purnish with information yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu, memberi informasi. Istilah instruction atau pengajaran menurut Reber berarti pendidikan atau proses perbuatan mengajarkan pengetahuan.

Sementara itu Tardif memberi arti instruction secara rinci yaitu a preplanned, goal directed educational process designed to facilitate learning, artinya pengajaran adalah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar.7 Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pengajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

b. Macam-macam Metode Pengajaran

Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran, maka salah satu faktor yang diperhatikan adalah menentukan cara mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa dengan memperhatikan tingkat kelas, umur dan lingkungannya tanpa mengabaikan faktor-faktor lainnya.

7 Muhibin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet X, h.32-34


(24)

Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih metode-metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi pengajaran ada beberapa syarat yang harus diperhatikan di dalam menggunakan satu atau lebih metode, yaitu sebagai berikut :

1)Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.

2)Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

3)Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

4)Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut melakukan eksplorasi dan inovasi

(pembaharuan). 5)Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat mendidik murid dalam

tehnik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

6)Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

7)Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.8

Di dalam Al Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik.9

Dari banyak metode pengajaran maka sesuai dengan judul penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci macam metode yakni metode demonstrasi yang meliputi pengertian metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya.

8 Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet I, h.53

9 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.88


(25)

3)

Pengertian

Metode

Demonstrasi,

Kekurangan

dan

Kelebihannya

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Kata demonstrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu demonstration, secara

bahasa demonstrasi berarti “mempertunjukkan atau mempertontonkan”. Sedangkan menurut Armai Arief yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah “ metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.”10

Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode atau cara mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta untuk memperlihatkan atau murid sendiri memperlihatkan atau mempertunjukkan kepada seluruh kelas suatu proses kaifiyat melakukan sesuatu. Memperjelas pengertian tersebut dalam praktiknya metode demonstrasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun oleh siswa di depan kelas. Dalam masalah fiqih, metode demonstrasi digunakan untuk menerangkan tentang sholat, thaharah, haji dan sebagainya.

Metode demonstrasi sangat tepat digunakan jika bertujuan: 1) Memberikan keterampilan tertentu.

2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih banyak.

3) Menghindari verbalisme.

4) Membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik.11

10 Dr. Armai Arief, MA, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, h.190

11 Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet ke 1, h.62


(26)

b.

Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Menurut Armai Arief, dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodologi Studi Islam bahwa terdapat beberapa langkah dalam melakukan demonstrasi, diantaranya:

1. Perencanaan

1)Merumuskan tujuan yang jelas, baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi berakhir.

a) Mempertimbangkan apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

b)Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa diperoleh dengan mudah dan apakah alat-alat itu sudah dicoba terlebih dahulu agar sewaktu melakukan demonstrasi tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

c) Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk mengadakan demonstrasi dengan baik.

2)Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi hendaknya melakukan percobaan terlebih dahulu agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak akan terjadi di saat demonstrasi berlangsung.

3)Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa menanyakan beberapa hal dan komentar selama dan sesudah demonstrasi, menyiapkan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk merangsang observasi.

4)Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya instropeksi diri, apakah:

a) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh siswa. b) Semua media yang dipergunakan telah ditempatkan pada posisi yang

baik sehingga setiap siswa dapat melihatnya dengan jelas. c) Siswa disarankan untuk membuat catatan yang dianggap perlu.


(27)

d) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik. Namun sebaiknya terlebih dahulu mengadakan diskusi dan siswa mencoba melakukan demonstrasi kembali agar mereka memperoleh kecakapan-kecakapan yang lebih baik.

2. Pelaksanaan

1)Memeriksa hak tersebut di atas untuk kesekian kalinya. 2)Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.

3)Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.

4)Memperhatikan keadaan siswa. Apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik.

5)Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan didengarkannya dalam bentuk mengajukan pertanyaan, membandingkannya dengan yang lain, dan mencoba melakukannya sendiri dengan bantuan guru.

6)Menghindari ketegangan. Oleh karena itu, guru hendaknya selalu menciptakan suasana yang harmonis.

3. Evaluasi

Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, apakah di sekolah atau di rumah. Selain itu guru dan siswa mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan. Apakah efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan ataukah ada kelemahan-kelemahan tertentu beserta faktor penyebabnya. Evaluasi dapat dilakukan pada semua aspek yang terlibat dalam demonstrasi tersebut, baik yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjutnya.


(28)

Menurut Basyiruddin Usman dan Asnawir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi yaitu:

1)Mengetahui latar belakang dan keperluan yang akan dihadapi.

2)Melukiskan pokok persoalan yang diperbincangkan di papan tulis atau di kertas untuk di bagi-bagikan.

3)Mengatur waktu sedemikian rupa sehingga demonstrasi dapat dijelaskan dan didiskusikan pada waktu yang ditentukan.

4)Adakan diskusi setelah demonstrasi berakhir, karena diskusi banyak manfaatnya untuk mengevaluasi hal-hal yang akan dilakukan kemudian. 5)Sediakan waktu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan

dengan demonstrasi yang dilakukan.

6)Mengambil kesimpulan dan melakukan ulangan termasuk hal-hal yang diperlukan untuk menanamkan pengertian yang lebih baik terhadap anak-anak12.

Menurut Oemar Hamalik, demonstrasi itu efektif bila dilakukan sebagai berikut:

1)Setiap langkah dari demonstrasi harus dapat dilihat dengan jelas oleh siswa.

2)Semua penjelasan secara lisan hendaknya dapat didengar secara jelas pula oleh siswa.

3)Anak-anak mengikuti dan pada prinsipnya mereka harus tahu apa yang sedang diamati.

4)Demonstrasi harus direncanakan dengan teliti.

5)Guru sebagai demonstrator harus mengerjakan tugasnya dengan lancar dan efektif.

6)Demontrasi hendaknya dilaksanakan pada saat yang tepat.

7)Beri kesempatan kepada anak-anak untuk berlatih apa yang telah mereka amati.

8)Siapkan semua alat yang diperlukan sebelum demonstrasi di mulai. 9)Demonstrasi hendaknya disertai dengan ringkasan di papan tulis.

10) Jangan melupakan tujuan pokok.

11) Lakukan try out terlebih dahulu sebelum demonstrasi dilaksanakan. 12) Buat laporan tentang demonstrasi itu.13

12 Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. Basyiruddin Usman, M.Pd, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, h. 107

13 Drs. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002 ), Cet I, h.107-108


(29)

Menurut Roestiyah N.K. dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar” disebutkan, bahwa agar demonstrasi berjalan efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1)Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.

2)Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan tekhnik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

3)Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil kebijaksanaan lain.

4)Apakah guru telah meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi dan tempatnya.

5)Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.

6)Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.

7)Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.

8)Guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.14

C. Kebaikan dan Kelemahan Metode Demonstrasi serta Cara

Mengatasi Kelemahannya

1. Segi-segi kebaikan metode demonstrasi adalah:

a) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

b) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang disampaikan karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara langsung.

c) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat.

d) Dapat memusatkan perhatian anak didik. e) Dapat menambah pengalaman anak didik.

14 Dra. Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet VI, h.83-84


(30)

f) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas dan konkrit.

g) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap

siswa karena mereka ikut serta berperan secara langsung.15 h) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.16

i) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.17

j) Memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar.18

Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih dengan

menggunakan metode demonstrasi, antara lain yang terpenting adalah: a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.19

2. Adapun segi-segi kelemahan metode demonstrasi adalah: a) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi jadi tidak efektif.

c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian alat-alat.

d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.

15 Dr. Armai Arief, MA, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, h. 191

16 Drs. H. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, (Jakarta:

Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 2000), Cet VI, h. 114

17 Drs. J.J. Hasibuan, Dip, Ed dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV Remaja Karya, 1988), h. 30

18 Dra. Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) Cet VI, h. 84

19 Muhibin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Riosdakarya, 2004), Cet ke X, h. 209


(31)

e) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif.20

f) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di dalam kelas. g) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan

berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

h) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan,

sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya. i) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai guru telah mengadakan uji coba supaya kelak dalam melakukannya tepat dan secara otomatis.21

3. Sedangkan cara untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi dapat dengan cara sebagai berikut:

a) Lakukan dengan metode demonstrasi dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgen dalam masyarakat.

b) Arahkan pendemonstrasian agar murid-murid dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, pembentukan sikap, serta kecakapan praktis.

c) Usahakan agar anak dapat mengikuti demonstrasi.

d) Berilah pengertian sejelas-jelasnya landasan teori dari apa yang hendak didemonstrasikan.22

20 Dr. Armai Arief, MA, Pengantar Ilmudan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, h. 192

21 Drs. H. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, (Jakarta:

Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 2000), Cet VI, h. 114

22 Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CVPustaka Setia, 19970, cet ke 1, h, 63


(32)

B.

Proses Belajar Mengajar

1.

Pengertian Proses Belajar Mengajar

a. Makna Proses

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti berjalan ke depan. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan.23 Dalam psikologi belajar, Reber mengartikan proses yaitu cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Sedangkan menurut Chaplin, proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

b. Makna Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Definisi belajar itu sendiri menurut Skinner yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology The Theaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan menurut Hintzman, belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh

23 Muhibin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2004), Cet X, h,113


(33)

pengalaman yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku organisme tersebut.24

Menurut Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan, belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.25 Sedangkan menurut Jerome Brunner belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya.26

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang menyebabkan adanya perubahan dalam pengetahuan dan perilaku makhluk hidup sebagai hasil latihan, pendidikan dan pengalaman.

c.

Makna Mengajar

Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti pengajaran atau

“didaktos” yang berarti pandai mengajar.27 Menurut Arifin bahwa mengajar sebagai”...suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu”.

Menurut Tardif bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar”.28

Jadi, mengajar bukanlah semata-mata menyampaikan pelajaran kepada anak didik tetapi sama halnya dengan belajar, mengajarpun sama hakikatnya adalah suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada

24 Muhibin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2004), Cet X, h. 90

25 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet II, h. 210

26 Trianto, M.Pd, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), Cet I, h.15

27 Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), Cet ke 1, h 39

28Muhibin Syah, M.Ed, Muhibin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet ke 10, h 182


(34)

disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.

Dari pengertian-pengertian di atas maka pengertian proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan terencana yang dilakukan oleh guru dan murid, yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas dalam suasana edukatif serta saling mempunyai hubungan timbal balik guna tercapainya tujuan belajar mengajar yang ditandai dengan berubahnya tingkah perilaku anak didik baik kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Dan dapat dikatakan bahwa, proses belajar mengajar dalam suatu lembaga pendidikan formal dikatakan efektif apabila tujuan yang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Proses

Belajar Mengajar

Selain dari sistem pengolahan dan administrasi yang baik dalam suatu sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar tersebut, diantaranya:

a. Faktor murid atau subjek belajar

Murid atau anak didik merupakan potensi yang harus dikembangkan. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kepribadian yang unik. Oleh karena itu di dalam mendidik atau membimbingnya harus melihat potensi-potensi yang ada pada diri anak didik tersebut, sehingga potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik pula.

b. Faktor guru

Belajar mengajar adalah aktivitas interaksi antara guru dan murid. Dimana interaksi itu bukan hanya membutuhkan keterlibatan dari pihak murid saja melainkan juga keterlibatan seorang guru, sehingga tidak berat sebelah atau dalam artian harus saling mengisi sehingga terdapat feed back (Umpan balik) diantara keduanya.

Sebagai guru, ia harus memiliki pandangan yang luas mengenai substansi yang berhubungan dengan pengajarannya. Ia harus memahami beberapa


(35)

kondisi baik di dalam, maupun di luar kelas. Kondisi yang berada di luar kelas antara lain teman sejawat, murid, dan lingkungan masyarakat. Sedangkan kondisi dalam kelas yang dimaksud disini adalah sikap guru terhadap pelajaran yang akan disampaikan kepada subjek didik. Di samping itu, satu hal yang tak boleh dilupakan adalah kenyataan bahwa fungsi guru di kelas adalah sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, ia harus membuat perencanaan pengajaran yang baik sekaligus mengoperasikannya di kelas. Ia juga harus memotivasikan subjek didik sedemikian rupa agar dapat terjadi proses belajar semaksimal mungkin. Ia juga perlu menciptakan pendekatan yang manusiawi, baik terhadap teman sejawatnya, maupun anak didiknya. Guru perlu juga mengkoordinasikan dan mengaktifkan kelompok kelas. Ia juga dituntut untuk dapat menemukan sekaligus menerapkan ide-ide baru sebagai bahan inovasi bagi terciptanya proses belajar mengajar yang baik. Kemauan guru untuk menerapkan ide-ide baru hendaknya mempertimbangkan keadaan murid sehingga tidak terjadi penolakan oleh murid.

c. Faktor lingkungan sekolah

Yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah bagaimana menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan di lingkungan sekolah, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar.

C. Bidang Studi Fiqih

1. Pengertian Fiqih

Fiqih adalah bahasa Arab dalam bentuk masdar, fiilnya

َﱠﻘَﮫ

َﺗَﻔ

َﮫ

ََﻓَﻘ

. Kata fiqih semula berarti

ْﻠُﻢ

ِﻌﻟ

ْا

َ (pengetahuan) dan

ُﻢ

ْﮭ

َﻔ

َاْﻟ

(pemahaman). Jadi fiqih menurut bahasa berarti: “mengerti, faham dan pintar”.29 Selain itu fiqih secara etimologis berarti: “faham yang mendalam.”30 Dalam al – Qur’an disebutkan:

29 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), h. 321 30 Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet I, h. 2


(36)

(37)

ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

3. Ruang Lingkup Fiqih di MTs

Ruang lingkup bidang studi fiqih MTs yang dikutip dari I. W. Ahmad dalam delapan perangkat pembelajaran MTs meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di MTs adalah:

a. Aspek fiqih ibadah: ketentuan dan tata cara thaharah, sholat fardhu, sholat sunah, dan sholat dalam keadaan darurat, sujud , azan dan iqomah, berdzikir dan berdoa setelah sholat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur.

b. Aspek fiqih muamalah: ketentuan hukum jual-beli, qiradh, riba, pinjam-meminjam, utang-piutang, gadai dan borg serta upah.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat yang akan dijadikan sebagai tempat untuk meneliti adalah MTs Al Falah Jakarta, yang terletak di Jl. Pos Pengumben No. 18, Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam pengumpulan data, fakta dan informasi dalam penelitian tentang efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih di Mts Al Falah, maka penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan bentuk metode deskriptif; yaitu menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat1. Sedangkan menurut Gay mendefinisikan bahwa metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.

Adapun untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan dua macam metode pengumpulan data, pengumpulan data ini dilakukan melalui:

1


(39)

1. Penelitian lapangan di pergunakan agar penulis dapat memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai penggunaan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih.

2. Penelitian kepustakaan penulis gunakan agar memperoleh teori-teori yang relevan dan teori-teori tersebut memiliki kaitan yang erat dengan masalah yang akan di bahas yaitu efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih.

C. Unit Analisa Data

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Subjek yang di gunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Al Falah dengan populasi sasaran adalah siswa-siswi kelas VII sampai kelas IX. Sedangkan yang menjadi populasi terjangkau adalah siswa-siswi kelas VII yang berjumlah 140 orang.

Penarikan sampel dilakukan dengan tekhnik random sampling yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dalam bentuk undian. Pada penelitian ini penulis mengambil 43% dari populasi terjangkau yaitu kelas VII yang seluruhnya berjumlah 140 siswa/siswi, sehingga diperoleh sampel sebanyak 60 siswa/siswi yang terdiri dari 4 kelas yang ada.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh data mengenai efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran pada mata pelajaran fiqih kali ini dibuat dalam bentuk non test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini dibuat dalam bentuk quisioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Jenis quisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah quisioner tertutup. Dimana


(40)

jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih, dan ini diperuntukkan kepada siswa untuk mendapat informasi mengenai efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran siswa pada mata pelajaran fiqih.

Kemudian instrumen non test dalam bentuk wawancara diperuntukkan kepada guru bidang studi fiqih, yang juga dipergunakan untuk mendapatkan informasi mengenai efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran siswa pada mata pelajaran fiqih.

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen

Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Untuk Siswa Kelas VII MTs Al Falah Jakarta

No. Pokok

Pertanyaan

Sub Pokok Pertanyaan

Indikator / Aspek Yang Diungkap

No. Item

Jumlah

1. Langkah-langkah yang digunakan dalam metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih.

1. Perencanaan 1. Merumuskan

tujuan yang jelas, baik dari sudut kecakapan atau kegiatan untuk mencapai tujuan.

1, 2, 3, 4

4

2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilaksanakan.

5, 6, 7

3

3. Memperhitungkan

waktu yang

dibutuhkan.


(41)

4. Selama demonstrasi berlangsung seorang guru harus instropeksi diri. 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 7

5. Menetapkan

rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.

17, 18

2

2. Pelaksanaan 1. Memulai

demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.

19, 20

2

2. Mengingat

pokok-pokok materi

yang akan

didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.

21, 22

2

3. Memperhatikan keadaan siswa ketika melakukan

demonstrasi.

23 1

4. Memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif.

24, 25, 26


(42)

5. Menciptakan

suasana kelas yang harmonis.

27, 28

2

3. Evaluasi 1. Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi,

selanjutnya siswa diberikan tugas seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan dan mengulang

kembali apa yang telah dipelajari.

29, 30, 31

3

2a. Faktor pendukung dalam penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih. 1. Tenaga pengajar

1. Gaya dan suara guru dalam menyampaikan pelajaran. 32, 33 2 2. Sarana Prasarana

1. Peralatan yang tersedia di sekolah.

34, 35

2

3. Waktu 1. Kemampuan

guru fiqih dalam membagi waktu kapan untuk melakukan demonstrasi, untuk


(43)

berdiskusi, untuk mengajukan

pertanyaan dan waktu untuk berkomentar.

36, 37

2

4.Jumlah siswa 1. Berdasarkan jumlah siswa yang ada, apakah penggunaan metode demonstrasi dapat berjalan efektif.

38, 39

2

2b. Faktor penghambat dalam penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih.

1. Peralatan 1. Alat peraga yang kurang lengkap untuk menunjang proses

pembelajaran. 40 1

2. Siswa. 1. Tidak semua siswa berminat dalam mengikuti proses

pembelajaran fiqih. 41 1 3. Suasana di

dalam kelas.

1. Suasana di dalam kelas tidak tertib ketika demonstrasi berlangsung.

42 1

3. Keberhasilan penggunaan metode demonstrasi 1. Dampak langkah-langkah metode

1. Setelah siswa memperhatikan dan memperagakan sholat di kelas, pengetahuan


(44)

dalam kegiatan pembelajaran fiqih.

demonstrasi terhadap peserta didik.

siswa akan bertambah.

2. Setelah melakukan demonstrasi sholat, siswa dapat

mempraktekkan-nya dengan lebih baik dari

sebelumnya. 44 1

3. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih pada materi sholat sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi siswa.

45 1


(45)

Tabel 2 Kisi-kisi Wawancara

Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Untuk Guru Bidang Studi Fiqih MTs Al Falah Jakarta

No . Pokok Pertanyaan Sub Pokok Pertanyaan

Indikator / Aspek Yang Diungkap

No. Item

Jumlah

1. Langkah-langkah yang digunakan dalam metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih.

1. Perencanaan 1. Merumuskan

tujuan yang jelas, baik dari sudut kecakapan atau kegiatan untuk mencapai tujuan.

1, 2 2

2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.

3 1

3. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

4 1

4. Selama demonstrasi berlangsung seorang guru harus instropeksi diri.

5, 6, 7

3

5. Menetapkan

rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik.

8, 9 2

2. Pelaksanaan 1.Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.

10 1


(46)

2. Mengingat

pokok-pokok materi

yang akan

didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.

11 1

3. Memperhatikan keadaan siswa ketika melakukan demonstrasi.

12 1

4. Memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif.

13, 14

2

5. Menciptakan

suasana kelas yang harmonis.

15 1

3. Evaluasi 1. Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi, selanjutnya siswa diberikan tugas seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan dan mengulang kembali apa yang telah

dipelajari.

16 1

2a. Faktor pendukung dalam penggunaan metode

demonstrasi pada pembelajaran fiqih.

1. Tenaga pengajar

1. Gaya dan suara guru dalam menyampaikan pelajaran.


(47)

2. Sarana Prasarana

1. Peralatan yang tersedia di sekolah.

18 1

3. Waktu 1. Kemampuan

guru fiqih dalam membagi waktu kapan untuk melakukan demonstrasi, untuk berdiskusi, untuk mengajukan pertanyaan dan waktu untuk berkomentar.

19 1

4.Jumlah siswa 1. Berdasarkan jumlah siswa yang ada, apakah penggunaan metode demonstrasi dapat berjalan efektif.

20 1

2b. Faktor penghambat dalam penggunaan metode

demonstrasi pada pembelajaran fiqih.

1. Peralatan 1. Alat peraga yang kurang lengkap untuk

menunjang proses pembelajaran.

21 1

2. Siswa 1. Tidak semua siswa berminat dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih.

22 1

4. Suasana di dalam kelas.

1. Suasana di dalam kelas tidak tertib ketika demonstrasi berlangsung.


(48)

3. Keberhasilan penggunaan metode

demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran fiqih. 1. Dampak langkah-langkah metode demonstrasi terhadap peserta didik.

1. Setelah siswa memperhatikan dan memperagakan sholat di kelas, pengetahuan siswa akan bertambah.

24 1

2. Setelah melakukan demonstrasi sholat, siswa dapat

mempraktekkan-nya dengan lebih baik dari sebelumnya.

25 1

3. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih pada materi sholat sangat bermanfaat untuk menambah pengalaman bagi siswa.

26 1

Jumlah 26

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam menghimpun dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, tekhnik yang digunakan adalah:

1) Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung dengan guru fiqih, untuk memperoleh informasi mengenai efektivitas penggunaan metode demonstrasi.


(49)

2) Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket ini ditujukan kepada siswa-siswi MTs Al Falah, digunakan untuk memperoleh data tentang efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih.

F. Tekhnik Analisa Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan insrument wawancara, dan angket. Tiap-tiap instrument tersebut berguna untuk melengkapi data yang diperoleh peneliti.

Setelah mengkategorikan hasil angket, perhitungan yang peneliti gunakan adalah untuk mengetahui besar kecilnya efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih di MTs Al Falah, maka tekhnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis deskriptif yang harus melalui beberapa tahapan yaitu:

1) Mengolah hasil wawancara dengan mendeskripsikannya. 2) Melakukan klasifikasi data yang terkumpul melalui angket.

3) Melakukan prosentase terhadap data sesuai klasifikasi masing-masing dengan menggunakan rumus distribusi frekwensi yaitu:

P =

f

x 100%

N

Keterangan :

P = Angka Prosentasenya

F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N = Number of cases atau banyaknya individu 100% = Bilangan tetap2

2 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.43


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Hasil Penelitian

1.

Gambaran umum tentang efektivitas metode demonstrasi

terhadap pembelajaran bidang studi fiqih kelas VII MTs

Al Falah Jakarta

Dalam penelitian ini penulis mengambil data dengan populasi terjangkau yaitu siswa kelas VII-I sampai dengan siswa kelas VII-4 yang berjumlah 140 siswa, dan yang di jadikan responden atau sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Angket diberikan kepada responden tersebut untuk mendapatkan data tentang efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih kelas VII di MTs Al Falah. Angket ini berisi 45 pertanyaan dengan empat alternativ jawaban yang beragam.

Kemudian melakukan wawancara kepada guru bidang studi fiqih untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih.

Tekhnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistika deskriptif dalam bentuk distribusi frekwensi.


(51)

P = F x 100%

N

Keterangan:

F = frekwensi yang sedang dicari presentasenya.

N = number of case (jumlah frekwensi/ banyaknya individu). P = angka presentase.

Setelah hasil angket dimasukkan dalam tabulasi yang merupakan proses mengubah data instrument pengumpulan data (angket) menjadi angka (prosentase), kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung tingkat efektivitasnya untuk mengetahui sejauh mana efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih pada siswa kelas VII di MTs Al Falah.

Tabel 3

Penetapan skor untuk skala efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih pada siswa kelas VII

Selalu/ Sangat sesuai/ Sangat

setuju

Sering/ Sesuai/ Setuju

Kadang-kadang/ Tidak sesuai/ Tidak setuju

Tidak pernah/ Sangat Tidak Sesuai/ Sangat

tidak setuju

4 3 2 1

Dengan demikian skor maksimal skala efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih adalah jumlah butir instrument efektivitas metode demonstrasi dikalikan 4 diberi simbol 4x (4 x 45 = 180). Sedangkan skor minimalnya adalah jumlah butir pernyataan dalam instrument efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih dikalikan 1. karena jumlah angket efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi sebanyak 45 butir, maka dapat diketahui skor minimalnya adalah 45. dan skor maksimalnya adalah 180. Kemudian dapat dihitung daerah jangkauan (range) untuk membuat rentang skala, yaitu dengan rumus:


(52)

R = Xmaksimal – Xminimal

Keterangan:

X

max = skor maksimum

X

min = skor minimum

Dengan rumus di atas, maka akan didapat daerah jangkauan (range) sebagai berikut:

R = 180 – 45 R = 135

Kemudian hasil dari perhitungan tersebut, dibagi menjadi 3 kelompok. Yaitu: Tabel 4

Skor inventori efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih pada materi sholat

Kategori Skor Frekuensi Prosentase

Tinggi 137 – 180 46 76,66%

Sedang 91 – 136 14 23,34%

Rendah 45 – 90 0 0%

Total 60 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar siswa MTs Al Falah mendapat skor tinggi sebanyak 76,66%. Skor sedang sebanyak 23,34%. Dan skor terendah 0%.

Kemudian berdasarkan penelitian terdapat skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian pada inventory efektivitas metode demonstrasi terhadap pembelajaran bidang studi fiqih yaitu 173, skor sedangnya yaitu 117, dan tidak ada skor terendah.


(53)

2.

Deskripsi data

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil angket, maka penulis akan mendeskripsikan data dalam bentuk tabel-tabel.

Tabel 5

Guru fiqih menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan diadakannya demonstrasi, sebelum melakukan demonstrasi sholat

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

1 Selalu 31 51,7

Sering 5 8,3

Kadang-kadang 19 31,7

Tidak pernah 5 8,3

Total 60 100

Pada item no. 1, ditegaskan bahwa sebanyak 51,7% siswa menjawab selalu, guru fiqih menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan diadakannya demonstrasi sebelum melakukan demonstrasi sholat. 31,7% siswa yang menyatakan kadang-kadang. Dan 8,3% siswa yang menyatakan sering dan tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa guru fiqih menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan diadakannya demonstrasi sebelum melakukan demonstrasi sholat itu selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara oleh guru fiqih, bahwa dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuannya diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran selanjutnya dengan lebih baik.1


(54)

Tabel 6

Alat-alat untuk mendemonstrasikan sholat dapat diperoleh dengan mudah.

No. item Alternative jawaban Frekwensi Prosentase

2 Sangat sesuai 12 20

Sesuai 40 66,7

Tidak sesuai 8 13,3

Sangat tidak sesuai 0 0

Total 60 100

Pada item pernyataan no. 2 ditegaskan bahwa pernyataan mengenai alat-alat untuk mendemonstrasikan sholat dapat diperoleh dengan mudah itu sesuai hal ini terbukti dari banyaknya jawaban siswa sebanyak 66,7%. Dan yang menyatakan sangat sesuai hanya 20%. Dan sedikit sekali siswa yang menyatakan tidak sesuai yaitu hanya 13,3%. Dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat tidak sesuai.

Tabel 7

Metode demonstrasi yang digunakan guru fiqih pada pembahsan materi sholat sudah berjalan efektif.

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

3 Sangat sesuai 21 35

Sesuai 37 61,7

Tidak sesuai 1 1,7

Sangat tidak sesuai 1 1,7

Total 60 100

Pada item pernyataan no. 3 ditegaskan bahwa pernyataan mengenai metode demonstrasi yang digunakan guru fiqih pada pembahasan materi sholat sudah berjalan efektif, itu sesuai hal ini terbukti dari banyaknya jawaban siswa sebanyak 61,7%. Dan yang menyatakan sangat sesuai 35%. Dan sedikit sekali siswa yang


(55)

menyatakan tidak sesuai dan sangat tidak sesuai yaitu hanya 1,7%. Hal ini juga dibenarkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih.

Tabel 8

Jumlah siswa yang ada di dalam kelas sangat memungkinkan guru fiqih untuk menggunakan metode demonstrasi pada materi sholat dengan baik.

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

4 Sangat sesuai 21 35

Sesuai 30 50

Tidak sesuai 9 15

Sangat tidak sesuai 0 0

Total 60 100

Pada item pernyataan no. 4 menegaskan bahwa sebanyak 50% siswa menyatakan sesuai dengan jumlah siswa yang ada didalam kelas, yang memungkinkan guru fiqih untuk menggunakan metode demonstrasi pada materi sholat dengan baik. 35% siswa menyatakan sangat sesuai. 15% siswa menyatakan tidak sesuai dengan jumlah siswa yang ada. Dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat tidak sesuai.

Tabel 9

Sebelum melakukan demonstrasi guru fiqih mempraktekkannya terlebih dahulu.

No. item Alternative jawaban Frekwensi Prosentase

5 Selalu 37 61,7

Sering 7 11,7

Kadang-kadang 16 26,7

Tidak pernah 0 0

Total 60 100

Pada item no. 5 bahwa, sebanyak 61,7% siswa menyatakan selalu, jika sebelum melakukan demonstrasi guru fiqih mempraktekkannya terlebih dahulu.


(56)

26,7% siswa yang menyatakan kadang-kadang, 11,7% siswa menyatakan sering, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Hal ini dipertegas pula dari hasil wawancara dengan guru fiqih bahwa dengan memberikan contoh terlebih dahulu apa yang akan dipraktekkan siswa, diharapkan agar siswa dapat menghafal langkah-langkahnya dengan baik. Sehingga ketika siswa mendemonstrasikannya siswa tidak merasa canggung.2

Tabel 10

Saat siswa diminta untuk mendemonstrasikan sholat di depan kelas, guru fiqih menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah dan materi sholat

No. item Alternative jawaban Frekwensi Prosentase

6 Selalu 39 65

Sering 7 11,7

Kadang-kadang 13 21,7

Tidak pernah 1 1,7

Total 60 100

Pada item no. 6 ditegaskan bahwa sebanyak 65% siswa yang menyatakan selalu. 21,7% siswa yang menyatakan kadang-kadang. 11,7% siswa yang menyatakan sering. Dan hanya 1,7% siswa yang menyatakan tidak pernah. Jadi, kebanyakan siswa menyatakan selalu jika saat siswa diminta untuk mendemonstrasikan sholat didepan kelas, guru fiqih menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah dan materi sholat. Hal ini juga dipertegas dari hasil wawancara dengan guru fiqih bahwa, dengan menjelaskan materi terlebih dahulu dan menjelaskan langkah-langkah yang harus dipraktekkan siswa, diharapkan siswa dapat memahami dan mendemonstrasikannnya dengan baik.3

2 Moh. Yasin Yahya, Wawancara Pribadi, Jakarta: 17 Februari 2010. 3 Moh. Yasin Yahya, Wawancara Pribadi, Jakarta: 17 Februari 2010.


(57)

Tabel 11

Ketika siswa diminta mendemonstrasikan sholat guru fiqih akan mengulangi langkah demi langkah apa yang harus dilakukan siswa.

No. item Alternative jawaban Frekwensi Prosentase

7 Selalu 33 55

Sering 14 23,3

Kadang-kadang 10 16,7

Tidak pernah 3 5

Total 60 100

Pada item no. 7 mengenai pernyataan, ketika siswa diminta mendemonstrasikan sholat, guru fiqih akan mengulangi langkah demi langkah apa yang harus dilakukan siswa. Ditegaskan bahwa 55% dari siswa menyatakan selalu. 23,3% siswa menyatakan sering. 16,7% siswa menyatakan kadang-kadang. Dan 5% siswa yang menyatakan tidak pernah.

Tabel 12

Waktu yang diberikan untuk siswa melakukan demonstrasi sudah memadai atau cukup.

No. item Alternativ jawaban Frekwensi Prosentase

8 Sangat sesuai 8 13,3

Sesuai 41 68,3

Tidak sesuai 11 18,3

Sangat tidak sesuai 0 0

Total 60 100

Pada item no. 8 pada pernyataan mengenai waktu yang diberikan untuk siswa melakukan demonstrasi sudah memadai atau cukup. Dapat dilihat bahwa sebanyak 68,3% siswa menyatakan sesuai. 18,3% siswa menyatakan tidak sesuai. 13,3% siswa menyatakan sangat sesuai. Dan tidak ada siswa yang menyatakan


(58)

sangat tidak sesuai. Hal ini dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa menjawab sangat sesuai bahwa waktu yang diberikan untuk melakukan demonstrasi sudah cukup.

Tabel 13

Saat pembelajaran sholat guru fiqih lebih banyak menggunakan waktunya untuk memberikan penjelasan dari pada mempraktekkan materi.

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

9 Selalu 30 50

Sering 13 21,7

Kadang-kadang 17 28,3

Tidak pernah 0 0

Total 60 100

Pada item no.9 pada pernyataan ini sebanyak 50% siswa yang menyatakan selalu. 28,3% siswa yang menyatakan kadang-kadang. 21,7% siswa menyatakan sering dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah. Berarti pada item ini dapat dinyatakan selalu jika saat pembelajaran sholat guru fiqih lebih banyak menggunakan waktunya untuk memberikan penjelasan daripada mempraktekkan materi.

Tabel 14

Alat peraga yang digunakan guru fiqih ketika mendemonstrasikan materi sholat dapat terlihat dengan jelas oleh siswa

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

10 Selalu 27 45

Sering 9 15

Kadang-kadang 20 33,3

Tidak pernah 4 6,7

Total 60 100

Pada item no.10 mengenai pernyataan bahwa alat peraga yang digunakan guru fiqih ketika mendemonstrasikan materi sholat dapat terlihat dengan jelas oleh


(59)

siswa. Sebanyak 45% siswa menyatakan selalu. 33,3% siswa menyatakan kadang-kadang. 15% siswa menyatakan sering. Dan 6,7% siswa yang menyatakan tidak pernah.

Tabel 15

Posisi guru fiqih ketika melakukan demonstrasi sholat sudah tepat

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

11 Selalu 34 56,7

Sering 14 23,3

Kadang-kadang 11 18,3

Tidak pernah 1 1,7

Total 60 100

Pada item no. 11 siswa yang menyatakan selalu sebanyak 56,7%. 23,3% menyatakan sering. 18,3% siswa menyatakan kadang-kadang. Dan 1,7% siswa yang menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat diketahui bahwa posisi guru fiqih ketika melakukan demonstrasi sholat sudah tepat dinyatakan selalu oleh siswa.

Tabel 16

Penjelasan secara lisan yang disampaikan guru fiqih dapat terdengar dengan jelas oleh siswa

No. item Alternative jawaban frekwensi Prosentase

12 Selalu 41 68,3

Sering 11 18,3

Kadang-kadang 8 13,3

Tidak pernah 0 0

Total 60 100

Pada item no. 12 mengenai pernyataan penjelasan secara lisan yang disampaikan guru fiqih dapat terdengar dengan jelas oleh siswa. Sebanyak 68,3% siswa menyatakan selalu. 18,3% siswa menyatakan sering. 13,3% siswa


(1)

4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3

4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 1 4 4 2 4 2 4 4

3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3

4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3

4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 2 4 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 4

4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 2 3 4 4 4 4

2 2 3 3 2 4 2 3 2 4 3 4 4 2 4 1 2 2 3 2 3

2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 3

2 3 3 2 3 4 4 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 2 3 3 4

2 3 3 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 2 4 2 4 3 4 4 3

1 3 3 3 2 4 4 4 4 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 4 4

2 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4

4 3 4 4 3 2 3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2

4 2 3 2 2 4 4 3 2 3 2 2 3 4 2 1 2 2 2 4 4

4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 1 4 4

4 3 4 4 2 4 4 4 3 1 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4

4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4

2 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 1 3 4 4 4

2 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 4 4 3 4

1 3 4 2 4 4 3 2 3 4 2 2 4 2 4 2 1 3 1 2 4

1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 2 4 2 3 4 2 4

4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2 3 3 3 4 2 2 3 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4

2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

2 3 4 4 2 2 3 3 4 2 2 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3

3 3 4 3 3 4 4 3 2 2 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4

4 4 3 4 4 3 2 2 4 1 4 3 4 4 2 4 1 4 3 1 3

4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 2 2 2 4 3 4

2 4 3 3 4 4 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4

2 3 3 3 2 4 4 3 2 4 2 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3

2 3 3 3 2 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3

3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4

1 3 3 4 4 4 4 3 4 1 3 3 1 4 4 2 1 4 4 4 4

2 3 2 4 2 1 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 2 2 3 2 4

4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 2 4 4 2 2 3 4 4 2 3

4 2 3 2 4 2 1 2 4 2 1 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3

4 2 3 2 4 4 2 3 4 2 4 4 3 3 4 2 2 3 4 3 3

4 2 3 2 4 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3


(2)

4 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 2 4 4 2 4 3 2 3 4 4

4 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 2 4 2 3 4 4 3 4

4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 4 4 3 2 4 2 3 4 3 4

2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4

3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4

4 2 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4

4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4

4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4

4 2 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 4 1 4 4 3 4 3 3 4

4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4

4 4 3 3 4 2 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4

2 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4

2 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 1 3 2 4 4 3

4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4

2 3 4 4 2 4 4 2 3 3 3 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4

2 3 4 4 2 2 2 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4

1 3 1 3 4 4 4 2 2 4 3 2 3 1 3 2 4 2 4 4 4


(3)

4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3

4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 3

4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4

4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4

4 3 4 4 4 4 3 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 4

4 4 4 2 4 2 2 2 1 2 3 2 2 4 4 4 3 2 4 3 4

4 4 4 4 4 3 4 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3

3 4 2 2 3 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3

2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 4 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3

3 4 4 4 4 3 3 3 1 3 4 3 3 4 1 3 2 3 3 3 4

2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3

4 4 2 4 2 1 2 2 1 1 3 4 3 4 2 1 2 2 4 4 2

4 4 4 4 4 2 2 2 1 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2

4 3 4 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 2 3

4 4 3 2 4 2 2 2 1 1 3 2 2 2 4 2 3 2 1 3 3

1 4 4 4 3 2 2 4 1 4 3 4 3 4 2 3 3 2 4 3 3

4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 2 4 4 4 3 4

4 4 4 4 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 4

4 4 3 2 2 4 4 2 1 2 4 4 4 4 2 1 3 2 1 4 2

2 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3

4 4 4 2 1 2 2 1 1 1 3 2 3 4 3 1 4 1 3 2 2

4 4 3 4 4 3 2 3 1 2 3 4 2 4 2 3 1 4 3 4 4

4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 4 3 4 4 2 3 4 2 4 3

4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1 3 4 3 4 4 1 3 4 4 3

4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3

3 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 2 2 4

4 3 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

2 4 4 3 4 3 4 1 4 4 3 4 4 3 4 2 4 2 4 1 4

4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 4 4 3 4 4 3 4 2 2 4 2

4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4

4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4

4 4 4 4 4 4 3 2 1 2 3 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4

4 4 4 4 2 4 4 2 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3

4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4

2 4 3 2 2 3 4 2 3 2 4 3 2 4 4 3 3 3 2 4 4

4 4 4 2 2 3 2 2 1 2 3 4 3 2 2 1 3 3 2 3 3

3 4 3 4 4 3 2 2 1 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 4 2

4 4 4 2 4 4 2 2 1 3 2 4 3 2 4 1 3 2 2 3 3

4 4 4 4 4 3 2 3 1 2 3 4 3 2 4 2 2 3 4 3 3


(4)

4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 3 4 3 2 2 3 3 4 2 4 3

4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 4 3

4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 2 3 3

2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3

4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4

4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3 4 4 4 3 3 3 4 2 2 3 4 3 3 4 3 3 2 2 4 3

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4

4 4 2 4 4 3 4 4 3 1 3 4 3 4 4 3 2 1 2 2 4

4 4 4 3 4 4 4 2 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4

4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3

4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3

4 4 2 4 4 1 2 2 2 4 2 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2

4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 4 1 4 3

4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 3 4 4 4 4 2 4 2 2 3

4 3 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4

4 4 2 4 4 1 2 2 2 4 2 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2


(5)

3 3 4 155

3 4 3 164

4 3 4 165

4 4 4 173

4 4 4 167

3 3 4 167

3 3 3 128

4 4 4 160

3 3 4 126

3 3 3 132

4 4 4 138

3 3 3 147

4 4 4 128

4 3 4 147

2 4 4 118

4 2 4 119

4 3 4 146

4 4 4 155

4 4 4 161

4 4 4 137

4 3 3 134

3 4 3 117

4 3 4 141

4 4 4 164

3 3 3 144

3 3 3 153

3 4 4 143

3 4 3 151

4 3 3 142

3 4 4 145

4 3 4 153

4 3 4 146

4 3 4 147

3 3 3 158

3 4 4 147

3 2 4 131

4 3 4 133

4 3 4 135

4 3 3 134

3 3 3 140


(6)

3 4 3 143

4 3 4 147

3 3 3 142

3 4 3 146

4 3 4 159

4 4 4 164

4 4 4 168

3 3 3 147

4 3 4 172

3 4 3 145

4 4 4 166

4 3 4 160

4 3 4 160

3 3 3 130

4 4 4 155

3 4 4 148

4 4 4 153

3 4 4 127


Dokumen yang terkait

Efektifitas Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Al Quran Pada Bidang Studi Pai Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

1 14 198

Pengaruh metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang study fiqih (tayamum) di MTS. al-Hidayah Jakarta

2 40 100

Efektifitas metode demonstrasi pada pembelajaran bidang studi fiqih Di MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat-Tangerang

7 39 67

Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Fiqih (Studi Kasus Di Smp Al-Amanah Pamulang)

6 29 93

PENERAPAN STRATEGI DEMONSTRASI PADA BIDANG STUDI FIQIH KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH Penerapan Strategi Demonstrasi Pada Bidang Studi Fiqih Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulu Manyaran Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 14

PENERAPAN STRATEGI DEMONSTRASI PADA BIDANG STUDI FIQIH KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH Penerapan Strategi Demonstrasi Pada Bidang Studi Fiqih Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulu Manyaran Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.

0 1 11

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX PADA BIDANG STUDI FIQIH DI MTS AL-IKHLAS MOJOKERTO.

0 0 140

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN FIQIH DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN IBADAH SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI 2 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 5 15

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN FIQIH DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN IBADAH SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI 2 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 10

PENGARUH PENERAPAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP KEMAMPUAN MEMPRAKTEKAN SHALAT DALAM PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) AL-WASHLIYAH KECAMATAN TALUN KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 32