PROFIL PERILAKU BULLYING DI PESANTREN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL.

(1)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROFIL PERILAKU BULLYING DI PESANTREN DAN

IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

PRIBADI SOSIAL

(

Studi Deskriptif terhadap Santri Kelas XI SMA Plus Pondok Pesantren Pagelaran 3 Cisalak Subang Tahun Ajaran 2012/2013

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Silmia Putri

0809043

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROFIL PERILAKU BULLYING DI PESANTREN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

(Studi Deskriptif terhadap Santri Kelas XI SMA Plus Pondok Pesantren Pagelaran 3 Cisalak Subang Tahun Ajaran 2012/2013)

BULLYING PROFILE IN PESANTREN AND THE IMPLICATION FOR GUIDANCE AND COUNSELING PERSONAL AND SOCIAL

(Descriptive Study to Students of Class XI Plus Senior High School Pesantren Pagelaran 3 Cisalak Subang School Year 2012/2013)

Silmia Putri (2012). Penelitian bertujuan untuk mengungkap profil bullying di pesantren dan merumuskan layanan responsif sebagai implikasinya. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Penelitian dilaksanakan di SMA Plus Ponpes Pagelaran 3 Subang dengan sampel Kelas XI berjumlah 37 santri. Hasil penelitian menunjukkan: (1) gambaran umum bullying di Kelas XI berada pada kategori jarang; (2) semua bentuk bullying pernah terjadi di Kelas XI, meliputi bentuk verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusivitas, dan cyberbullying; (3) implikasi terhadap bimbingan dan konseling pribadi sosial berupa layanan responsive meliputi kolaborasi resolusi konflik, konseling teman sebaya, dan assertive training. yang diintegrasikan dengan program bimbingan dan konseling di pesantren.

Kata kunci : Bullying, Pesantren, Layanan Responsif

The research aimed to reveal the bullying profile in pesantren and arrange the responsive service as the implication. The research used quantitative method. The research was implemented in Pesantren Pagelaran 3 and used 37 students of Class XI Senior High School as the sample. The result showed: (1) bullying profile in Class XI is infrequent; (2) all of bullying forms is occurred in Class XI, consist of verbal, phisyc, gesture, extortion, exclusion, and cyberbullying; (3) the implication for guidance and counseling personal/social is the responsive service, consist of colaboration conflict resolution, peer counseling, and assertiveness training, which are integrated with the guidance and counseling program in pesantren.


(3)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia memiliki berbagai upaya untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan bermartabat. Salah satu upaya yang telah ada dan berkembang dengan pesat di Indonesia adalah dengan adanya pendidikan keagamaan. Pendidikan keagamaan tercantum sebagai salah satu jenis pendidikan pada UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab 6 Pasal 15. UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab 9 Pasal 2 mengemukakan “pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama”.

Pendidikan keagamaan menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Salah satu bentuk pendidikan keagamaan adalah pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama atau pondok dengan kyai sebagai sentra utama dan masjid sebagai pusat lembaganya (Arifin, 1993:3). Sejak ajaran Islam masuk ke Indonesia abad ke-16, pesantren berkembang menjadi sarana belajar agama Islam. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam membuat perkembangan pesantren menjadi lebih pesat dari segi sistem maupun sarana dan prasarana.

Ekspektasi masyarakat terhadap pesantren cukup besar, terlihat dari adanya kepercayaan bahwa dengan menyekolahkan anaknya ke pesantren, anak akan memiliki budi pekerti yang lebih baik dan memahami ajaran Islam dengan baik. Meskipun banyak masyarakat yang masih menganggap pesantren sebagai tempat pembelajaran agama yang bersifat kaku dan monoton, tidak membuat perkembangan pesantren menjadi menurun, tetapi mendorong pesantren untuk memiliki sistem yang lebih modern. Perkembangan bentuk pesantren dari pesantren tradisional menjadi pesantren modern, juga mendorong masyarakat dari berbagai level ekonomi untuk menyekolahkan anaknya di pesantren. Pesantren


(4)

tidak hanya memberikan fasilitas pembelajaran ajaran Islam, tetapi juga mengembangkan sekolah umum maupun kursus keterampilan tertentu untuk memfasilitasi potensi dan kebutuhan santri. .

Kehidupan santri di pondok pesantren bersifat komunalistik, yaitu tata pergaulan santri tidak tersekat oleh tradisi kehidupan yang individualistik (Sukamto, 1999:101). Mereka melakukan segala aktivitas secara bersama-sama, seperti makan, belajar, tidur, istirahat, dan mengaji. Rasa tanggung jawab dan rasa memiliki di antara mereka terus dipupuk seiring perkembangan mereka di pondok pesantren.

Di sisi lain, interaksi sosial yang tinggi di antara santri, sangat berpotensi menimbulkan konflik. Basri (2012:1) mengungkapkan masalah terbesar yang sering muncul di lingkungan pesantren atau sekolah berasrama adalah perlakuan tidak menyenangkan dari para senior, mulai dari perpeloncoan,dipanggil dengan panggilan yang buruk, atau di-bully. Penelitian Hikmawati (2010:99) di pondok pesantren juga mengungkapkan “penyesuaian sosial yang masih rendah terdapat pada aspek hubungan dengan senior atau kakak tingkat sehingga memerlukan pengembangan agar santri dapat berinteraksi secara sehat dengan senior”. Hasil

penelitian lain mengenai bullying yang dilakukan oleh Hikmatunisa (2011:98) merekomendasikan adanya penelitian mengenai konsep diri atau program bullying di pesantren

Fakta yang terjadi di lapangan mengenai perilaku bullying dan senioritas berlawanan dengan banyaknya anggapan baik masyarakat terhadap hubungan antarsantri. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh konselor pesantren bulan Juli Tahun 2012 di Pondok Pesantren Pagelaran 3 kelas XI SMA Plus Pagelaran dan VIII SMP Plus Pagelaran, permasalahan yang banyak terjadi pada santri terdapat pada bidang pribadi dan sosial. 30% santri mengaku pernah diintimidasi oleh kakak kelas, dan 40% santri mengaku pernah mengeluarkan kata-kata kasar kepada teman dan adik kelas di depan umum. Beberapa permasalahan yang ditemukan tersebut menunjukan tingginya kemungkinan terjadi bullying di pesantren.


(5)

Bullying didefinisikan Campbell (2005 dalam Shariff, 2008:11) sebagai suatu perilaku agresif yang disengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok individu yang secara terus menerus menyerang korban yang tidak bisa membela diri. Bullying merupakan fenomena yang terjadi sejak dulu dan sudah menjadi objek penelitian sejak tahun 1970-an (Shariff, 2008: 10).

Bullying di sekolah memiliki banyak efek negatif berjangka panjang bagi korban, salah satunya adalah penderitaan yang berkelanjutan dan harga diri yang rendah (Smith and Sharp, 1994:7). Sesuai dengan pendapat Austin & Joseph (1996, Tatum, 1993:8) yang mengatakan korban bullying dapat memiliki kecemasan berlebih, depresi dan harga diri yang rendah. Stres yang dialami oleh korban tidak hanya diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi, tetapi oleh ketakutan yang mengintai korban setiap waktu. Dampak negatif bullying bagi santri di pesantren mungkin akan lebih buruk, karena interaksi mereka berlangsung selama 24 jam.

Bullying di pesantren bukan menjadi hal baru bagi sebagian orang yang telah memahami interaksi sosial di pesantren. Akan tetapi, belum ada penelitian yang valid yang mengungkap bullying di pesantren serta bimbingan yang tepat untuk mengatasinya. Belum terungkapnya bullying di pesantren disebabkan oleh korban bullying yang jarang mengaku. Apabila siswa telah menjadi korban bullying , siswa tidak akan memberitahukan kepada orang lain secara terus terang (Coloroso, 2007:104). Sebagian dari siwa berpikir bahwa dia tidak akan dapat pertolongan dari orang dewasa dalam cyberbullying atau bullying (Agatston, Kowalski, Limber, 2007). Menurut Coloroso (2007:104) ada beberapa alasan anak tidak mau berterus terang, diantaranya (a) malu karena pernah ditindas; (b) takut akan aksi balas dendam kalau orang dewasa diberitahu; (c) berpikir tidak ada orang yang dapat menolong mereka; (d) tidak berpikir kalau ada orang yang akan menolongnya,

Ketidakpercayaan siswa atau santri terhadap guru di sekolah dalam menangani kasus bullying merupakan hal yang sangat berbahaya baik bagi para korban dan pelaku maupun sekolah, padahal bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tugas inti dalam penanganan kasus bullying. Lebih disayangkan lagi,


(6)

bimbingan dan konseling di pesantren belum cukup dikenal fungsinya. Bimbingan dan konseling di pesantren dapat dilakukan oleh ustadz/ustadzah di pesantren karena tugasnya dalam membina santri memiliki tujuan yang sejalan dengan bimbingan dan konseling secara umum.

Di beberapa pesantren modern yang telah memiliki sekolah formal seperti di SMA dan SMP Plus Pagelaran 3, sudah terdapat konselor pesantren yang menangani permasalahan santri, meskipun konselor pesantren tersebut belum murni lulusan S1 prodi bimbingan dan konseling. Konselor pesantren memerlukan data dan program bimbingan yang valid untuk menghadapi kasus bullying di pesantren sesuai dengan karakter dan kondisi pesantren.

Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan, bullying di pesantren harus segera mendapatkan penanganan yang tepat. Diperlukan gambaran perilaku bullying yang valid di pesantren dan layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengatasi perilaku bullying di pesantren. Oleh karena itu, penelitian yang diambil berjudul “Profil Bullying di Pesantren dan Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial” .

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Bullying di pesantren menjadi fakta yang berlawanan dengan prinsip dan pendidikan pesantren sebagai pendidikan agama. Banyaknya permasalahan bullying yang ditemukan memerlukan bimbingan dan penanganan yang segera dan tepat. Tanpa penanganan yang cepat, dikhawatirkan korban yang merupakan santri mukim akan mengalami stres berkepanjangan dan mempengaruhi proses penyesuaian sosial santri dan akademik di pesantren.

Permasalahan bullying bersifat luas. Bullying memiliki beberapa bentuk yang dikategorikan oleh beberapa ahli. Tattum (1993:9) membagi bullying ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.

1. Physical bullying (Fisik)

Bullying fisik mencakup penyerangan secara fisik, seperti menonjok, memukul, menjambak, dan lain-lain. Bullying fisik juga dapat menggunakan senjata, baik senjata tajam maupun tumpul, yang dilakukan dengan sengaja.


(7)

2. Verbal bullying (Verbal)

Bullying verbal meliputi perkataan langsung yang menyakitkan korban, dapat berupa cacian, ejekan, maupun hinaan

3. Gesture bullying (Sikap)

Bullying berupa sikap tubuh yang menunjukkan rasa tidak suka, seperti menatap sinis, mengacuhkan, mengucilkan, dan menganggap remeh.

4. Extortion bullying (Pemerasan)

Pemerasan dilakukan kepada teman sebaya dengan ancaman dan intimidasi untuk mendapatkan uang atau barang tertentu. Pemerasan di sekolah lebih terkenal dengan sebutan pemalakan.

5. Exclusion bullying (Eksklusivitas)

Eksklusivitas mayoritas dilakukan oleh siswa perempuan dalam pergaulan. Ada beberapa teman yang tidak dimasukan ke dalam genk dan dikucilkan oleh genk yang terlihat lebih populer. Siswa yang dikucilkan akan terisolasi dari pergaulan teman sebayanya.

Smith & Sharp (1994: 6) mengkategorikan bullying ke dalam 3 bentuk, yaitu: (1) direct and physical (seperti memukul dan menendang langsung); (2) direct and verbal (seperti mengejek, memanggil dengan sebutan buruk dan rasis); (3) indirect (seperti membicarakan cerita buruk di belakang korban, dan mengeluarkan korban dari kelompok). Bentuk bullying baru yang berkembang di tahun-tahun terakhir adalah cyberbullying yaitu bullying melalui media teknologi (Slonje dan Smith, 2008:147)

Ragam bentuk bullying menjadi spesifikasi penelitian yang dilakukan. Untuk memperjelas arah penelitian, dirumuskan pertanyaan secara umum yaitu, “Bagaimana layanan responsif yang tepat dalam mengatasi perilaku bullying di SMA Plus Pondok Pesantren Pagelaran 3 Subang?”. Secara rinci pertanyaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran bullying di SMA Plus Pondok Pesantren Pagelaran 3 Subang?

2. Bagaimana layanan responsif yang tepat dalam menghadapi bullying di SMA Plus Pondok Pesantren Pagelaran 3 Subang?


(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengembangkan layanan responsif untuk mengatasi perilaku bullying di Pesantren Pagelaran 3 Subang. Adapun tujuan khusus penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Menggambarkan bentuk bullying di Pesantren Pagelaran 3 Subang

2. Menyusun layanan responsif untuk mengatasi bullying di Pondok Pesantren Pagelaran 3 Subang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Bagi santri, proses penelitian dapat membantu santri untuk mengungkapkan permasalahan bullying yang sebelumnya belum berani disampaikan kepada pihak pesantren. Santri dapat lebih memahami bahaya bullying dan menghindarinya.

2. Bagi konselor pesantren, hasil penelitian dapat membantu konselor untuk memahami perilaku bullying yang ada di pesantren, dan mendapatkan layanan responsif yang sesuai dengan kultur pesantren untuk menghadapi bullying di pesantren Pagelaran 3.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian akan menjadi data valid untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menghasilkan hasil statistik atau angka yang menunjukan profil perilaku bullying di pesantren.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menghasilkan penjelasan mengenai peristiwa dan permasalahan bullying yang terjadi di pesantren. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang Kecamatan Cisalak Kabupatan Subang.


(9)

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan skripsi dimulai dari bab pertama mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi dan struktur organisasi skripsi.

Bab kedua merupakan tinjauan teoritis mengenai permasalahan yang diangkat. Isi dari tinjauan teoritis mencakup konsep bullying, pesantren, dan bimbingan konseling.

Bab ketiga kedua berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian mencakup pendekatan dan jenis penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, sampel penelitian, dan prosedur pengolahan data.

Bab keempat adalah hasil penelitian. Hasil penelitian berisi penjelasan statistik mengenai profil perilaku bullying di pesantren, pembahasan dan analisis hasil penelitian dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling. Ditutup dengan bab kelima yang berisi kesimpulan dan rekomendasi masalah.


(10)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Pagelaran 3 yang beralamat di Desa Gardusayang RT 02 RW 02 No.22 Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Identitas sekolah diuraikan sebagai berikut.

Nama Pondok Pesantren : Pagelaran III Nama Yayasan/Badan Hukum

Penyelenggara Pondok :

Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam (YASODIKI)

Tahun berdiri : 1962

Nama Pengasuh Pondok : 1. H. Dandy Sobron M.S.Si., M.T. 2. Asep Asrofil Alam

Nomor Statistik Pondok Pesantren: 5.1.0.0. 32.13. 0025

Alamat : Kampung Gardusayang RT 02 RW 02 Desa Gardusayang Cisalak Subang Jawa Barat Telepon/Fax : (0260) 480 510/ (0260) 480 511/

085172314131

Pengambilan populasi ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut.

a. Santri di Ponpes Pagelaran 3 merupakan santri mukim yang memiliki interaksi sosial tinggi dan berdasarkan studi pendahuluan sebelumnya bahwa 30% santri pernah diintimidasi oleh kakak kelas, dan 40% santri pernah mengeluarkan kata-kata kasar kepada teman atau adik kelas di depan umum.

b. Ponpes Pagelaran 3 belum memiliki program bimbingan dan konseling terstruktur yang fokus pada penanganan perilaku bullying.


(11)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah santri Kelas XI SMA Plus Pondok Pesantren Pagelaran 3 tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan populasi ini didasarkan pada alsan bahwa santri Kelas XI memiliki pengalaman belajar di pondok pesantren, sekurang-kurangnya 1 tahun. Santri kelas XI memiliki adik kelas dan kakak kelas,yang memungkinkan sebagian mereka untuk menjadi pelaku maupun korban bullying.

3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah santri Kelas XI SMA Plus Pagelaran 3 Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode Sampling Jenuh yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel karena jumlah santri yang sedikit.

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Sampel Santri Kelas XI SMA Pagelaran 3

Kelas Jumlah Populasi Sampel

XI 37 37

Jumlah 37 37

4. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan agar dapat melihat bentuk pasti bullying yang dialami oleh santri, dalam bentuk angka atau statistik yang valid.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian bertujuan untuk menggambarkan bentuk bullying yang dialami santri, untuk kemudian disusun program bimbingan dan konseling yang sistematis untuk menghadapi perilaku bullying di pesantren.


(12)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian yang dilakukan, secara operasional variabel bullying mengacu pada teori yang diungkapkan Tattum tahun 1993 yang mengartikan bullying sebagai keinginan dan hasrat untuk menyakiti orang lain dan membuat orang lain stres. Teori lain yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang diungkapkan oleh Slonje, Smith, dan Bhat tahun 2008 yang mengembangkan bentuk bullying menjadi lebih variatif.

Bullying dalam penelitian ini diartikan sebagai perilaku santri yang secara sengaja menyakiti santri lainnya baik teman satu angkatan atau adik dan kakak kelas, serta dilakukan berulang-ulang minimal dua kali. Santri dalam penelitian yang dilakukan memiliki rentang usia 12-19 tahun dan merupakan santri mukim yang telah tinggal di pesantren minimal 1 tahun.

Secara operasional, bullying dalam penelitian dilihat dari respon santri terhadap angket. Bentuk bullying yang dapat dilihat, dikategorikan sebagai berikut..

a. Physical bullying (Fisik)

Bullying fisik mencakup penyerangan secara fisik tanpa senjata maupun memakai senjata. Indikator bullying meliputi:

1) memukul; 2) menonjok; 3) mendorong; 4) menunjuk kepala; 5) menjambak; 6) menendang; 7) mencubit; 8) menampar;

9) mengunci sendirian di ruangan; dan 10) mendegungkan kepala.

b. Verbal bullying (Verbal)

Bullying verbal meliputi perkataan langsung yang menyakitkan korban. Indikator bullying verbal meliputi:


(13)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) mengejek;

2) memanggil dengan sebutan buruk atau nama orang tua; 3) membentak;

4) mengeluarkan kata-kata kasar; 5) mengancam;

6) sering memerintah; 7) menyoraki;

8) memfitnah; 9) mempermalukan; 10)menakut-nakuti; dan 11)menyebarkan gosip buruk. c. Gesture bullying (Sikap)

Bullying berupa sikap tubuh yang menunjukkan rasa tidak suka. Indikator bullying ini meliputi:

1) bersikap sinis; 2) beludahi; 3) menyepelekan;

4) merusak barang-barang;

5) membicarakan kejelekan di belakang; dan 6) mengirimkan surat kaleng.

d. Extortion bullying (Pemerasan)

Pemerasan dilakukan kepada teman sebaya dengan ancaman dan intimidasi untuk mendapatkan uang atau barang tertentu. Pemerasan di sekolah lebih terkenal dengan sebutan pemalakan. Indikator bullying ini meliputi:

1) meminta uang secara paksa; 2) mengambil barang secara paksa; 3) memakai barang tanpa izin; 4) harus mentraktir; dan


(14)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Exclusion bullying (Eksklusivitas)

Eksklusivitas mayoritas merupakan usaha sekelompok orang atau individu untuk membedakan pergaulan berdasarkan fisik atau materi. Bullying ini meliputi:

1) mengucilkan; 2) mengabaikan;

3) mengeluarkan dari geng; dan 4) merendahkan.

f. Cyberbullying

Cyberbullying merupakan bullying melalui media elektronik. Indikator cyberbullying meliputi:

1) mengirim sms berisi hinaan; 2) mengancam melalui sms;

3) menghina melalui panggilan telepon; 4) mengancam lewat panggilan telepon; 5) mengirim pesan hinaan di jejaring sosial; 6) menyindir seseorang di status di jejaring sosial; 7) mengirim pesan hinaan di aplikasi chatting; dan 8) menyebarkan foto atau video memalukan di internet.

B. Instrumen Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket di kelas kelas XI SMA Plus Pagelaran 3. Angket yang disebarkan terdiri dari satu variabel operasional yaitu bullying. Angket tersebut mengungkap bentuk-bentuk perilaku bullying di Ponpes Pagelaran 3.

Angket menggunakan format skala penilaian dengan alternatif respon subjek dalam skala tiga. Ketiga alternatif respons tersebut diurutkan dari intensitas perilaku terendah sampai dengan intensitas perilaku tertinggi, yaitu: 1) tidak pernah (TP); 2) Jarang (J); 3) Sering (S). Angket dikembangkan melalui proses judgement oleh para dosen untuk menguji kerasionalan butir angket.


(15)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Penyusunan kisi-kisi didasarkan pada definisi operasional yang telah dikembangkan yang mencakup bentuk-bentuk bullying. Kisi-kisi mengandung bentuk dan indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Kisi-kisi dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Bullying di Pesantren

(sebelum judgement)

Bentuk Indikator

Nomor Pernyataan

Aktif Pasif (+) (-)

1. Physical bullying (Fisik) a.Memukul b.Mendorong c.Menonjok d.Menjambak e.Menendang f.Mencubit g.Menampar h.Menunjuk-nunjuk kepala i. Mengunci di

ruangan a.Dipukul b.Didorong c.Ditonjok d.Dijambak e.Ditendang f. Dicubit g.Ditampar h.Ditunjuk-tunjuk kepala i. Dikunci di

ruangan 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2.Verbal bullying (Verbal) a.Mengejek b.Memanggil dengan sebutan buruk c.Memanggil dengan nama ayah atau ibu d.Membentak e.Memanggil dengan kata-kata kasar f.Mengancam g.Menakut-nakuti h.Memerintah i. Menyoraki j. Menyebarkan gosip k.Memfitnah l. Mempermalukan a. Diejek b. Dipanggil dengan sebutan buruk c. Dipanggil dengan nama ayah atau ibu d. Dibentak e. Dipanggil dengan kata kasar f. Diancam g. Ditakut-takuti h. Diperintah i. Disoraki j. Menyebarkan gosip k. Difitnah l. Dipermalukan 1 2,3 4 5 6 7,8 9 10,11 12 13 14 15 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1


(16)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bentuk Indikator

Nomor Pernyataan

Aktif Pasif (+) (-)

3. Exclusion bullying (Eksklusivitas) a. Mengucilkan b. Mengabaikan c. Mengeluarkan dari geng d. Merendahkan a.Dikucilkan b.Diabaikan c.Dikeluarkan dari geng d.Direndahkan 37 38 39 40,41 1 1 1 2 4. Cyberbullying a. Mengirim sms

berisi hinaan b. Mengancam melalui sms c. Menghina melalui panggilan telepon d. Mengancam lewat panggilan telepon e. Mengirim pesan hinaan di jejaring sosial f. Menyindir seseorang di status di jejaring sosial g. Mengirim

pesan hinaan di aplikasi

chatting h. Menyebarkan

foto atau video pribadi di internet

a.Dikirim sms berisi hinaan b.Diancam

melalui sms c.Dihina melalui

pangilan telepon

d.Diancam lewat panggilan telepon e.Dikirim pesan

hinaan di jejaring sosial f.Disindir di

status jejaring sosial

g.Dikirim pesan hinaan di aplikasi chatting

h.Disebarkan foto atau video pribadi di internet 42 43 44 45 46 47 48 49,50 1 1 1 1 1 1 1 2 Jumlah 50

2. Penyusunan Butir-Butir Pernyataan

Kisi-kisi yang telah dibuat dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan yang secara praktis dapat dimengerti oleh santri sebagai sampel penelitian. Butir-butir pernyataan dikembangkan melalui indikator-indikator dari kisi-kisi instrumen sehingga menjadi lebih spesifik dan mudah dipahami.


(17)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Uji Coba Alat Ukur

Angket sebagai alat pengumpul data, melalui beberapa tahap pengujian yang dapat diuarikan sebagai berikut.

1. Uji Kelayakan Instrumen

Butir pernyataan yang telah dikembangkan dari kisi-kisi instrumen, diuji validitas rasional oleh para ahli. Jumlah tenaga ahli minimal tiga orang dan memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kelompok penimbang memvalidasi isi materi (content), konstruk (construct) dan redaksi instrumen penelitian. Kelompok penimbang dalam penelitian ini terdiri dari Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., Nandang Budiman, M.Pd., dan Dra. Setiawati, M.Pd.

Validasi instrumen yang dilaksanakan oleh kelompok penimbang, dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu memadai dan tidak memadai (dibuang,direvisi,ditambah). Terdapat beberapa perbaikan pada kisi-kisi dan instrumen setelah penimbangan instrument, namun tidak ada butir pernyataan yang dibuang.

Berikut adalah kisi-kisi angket setelah melewati uji kelayakan instrumen. Tabel 3.3

Tabel Kisi-kisi Instrumen Perilaku Bullying di Pesantren

Bentuk Indikator

Nomor Pernyataan

Aktif Pasif (+)

1. Physical bullying (Fisik) a.Memukul b.Mendorong c.Menonjok d.Menjambak e.Menendang f.Mencubit g.Menampar h.Menunjuk-nunjuk kepala i. Mengunci sendirian di ruangan a. Dipukul b.Didorong c.Ditonjok d.Dijambak e.Ditendang f. Dicubit g.Ditampar h.Ditunjuk-tunjuk kepala i. Dikunci sendirian di ruangan 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2. Verbal bullying (Verbal) a.Mengejek b.Memanggil dengan sebutan buruk c.Memanggil dengan nama a. Diejek b. Dipanggil dengan sebutan buruk c. Dipanggil dengan nama 1 2,3 4


(18)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bentuk Indikator

Nomor Pernyataan

Aktif Pasif (+)

3. Gesture bullying (Sikap)

a.Bersikap sinis b.Meludahi c.Menyepelekan d.Merusak

barang-barang e.Membicarakan kejelekan di belakang f.Mengirimkan surat kaleng

a.Dilihat dengan sinis

b.Diludahi c.Disepelekan d.Barang pribadi

dirusak e.Dibicarakan

kejelakan dibelakang f.Dikirimi surat

kaleng 25,28 26 27 29 30 31 2 1 1 1 1 1 4. Extortion bullying (Pemerasan)

a. Meminta uang secara paksa b. Mengambil

barang orang lain secara paksa c. Memakai barang

orang lain tanpa izin

d. Harus ditraktir e. Tidak

mengembalikan barang yang dipinjam

a.Diminta uang secara paksa b.Barang pribadi

diambil secara paksa

c.Barang pribadi dipinjam tanpa izin

d.Harus mentraktir e.Barang yang

dipinjam tidak dikembalikan 32 33 34 35 36 1 1 1 1 1 5. Exclusion bullying (Eksklusivitas) a. Mengucilkan b. Mengabaikan c. Mengeluarkan dari geng d. Merendahkan a.Dikucilkan b.Diabaikan c.Dikeluarkan dari geng d.Direndahkan 37 38 39 40,41 1 1 1 2 6. Cyberbullying a. Mengirim sms

berisi hinaan b. Mengancam melalui sms c. Menghina melalui panggilan telepon d. Mengancam lewat panggilan telepon e. Mengirim pesan hinaan di jejaring sosial f. Menyindir

seseorang di

a.Dikirim sms berisi hinaan b.Diancam

melalui sms c.Dihina melalui

pangilan telepon

d.Diancam lewat panggilan telepon e.Dikirim pesan

hinaan di jejaring sosial f.Disindir di

status jejaring 42 43 44 45 46 47 1 1 1 1 1 1


(19)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bentuk Indikator

Nomor Pernyataan

Aktif Pasif (+)

g. status di jejaring sosial h. Mengirim

pesan hinaan di aplikasi

chatting Menyebarkan foto atau video memalukan di internet

g.sosial

h.Dikirim pesan hinaan di aplikasi chatting

Disebarkan foto atau video memalukan di internet

48

49,50 1

2

Jumlah 50

2. Uji Keterbacaan

Angket bullying di pesantren melalui uji keterbacaan kepada lima orang siswa kelas XI SMA Plus Pagelaran 3 Subang. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa yang dijadikan sampel terhadap angket.

Hasil uji keterbacaan pada kelas XI SMA Plus Pagelaran Subang menunjukkan siswa memahami seluruh butir-butir pernyataan angket, baik dari segi bahasa maupun makna pernyataan yang ada di dalam angket. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji keterbacaan ini adalah seluruh siswa dianggap memahami angket bullying di pesantren, dan angket tersebut layak diujicobakan.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba dilaksanakan tanggal 17 Oktober 2012 pada santri kelas XI SMA Plus Pagelaran 3 yang juga merupakan populasi penelitian dan bersamaan langsung dengan pengambilan data inti (built in). Pemilihan sampel yang sebenarnya untuk uji validitas diambil karena karakteristik sampel sulit diperoleh di tempat lain. Uji coba ini dilaksanakan untuk melihat keshahihan butir item dan keterandalam angket.

a. Uji Validitas

Validitas empirik dilaksanakan untuk menunjukan keshahihan butir-butir pernyataan pada instrumen penelitian. Setelah melalui uji validitas, instrumen penelitian dianggap memenuhi syarat dan sah untuk mengambil data penelitian.


(20)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengolahan data menggunakan metode statistika melalui software SPSS 17.0 dan Microsoft Excel 2007. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman 1 tail. Hasil perhitungan terhadap 50 butir pernyataan pengungkap pelaku bullying (bullying aktif) menunjukkan bahwa 50 butir pernyataan tersebut valid. Adapun hasil perhitungan terhadap 50 butir pernyataan pengungkap korban bullying (bullying pasif), menunjukkan 50 butir pernyataan tersebut valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabitas dilakukan untuk menguji keterandalan instrumen bullying di pesantren. Reliabilitas instrumen menunjukkan instrumen tersebut dapat dipercaya atau tidak. Pengolahan reliabilitas instrumen ini menggunakan metode statistika dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0.

Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas berskala adalah rumus alpha. Rumus alpha dapat diuraikan sebagai berikut.

r

11

=

1-

)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal ∑ = jumlah varians butir

= varians total

Hasil perhitungan reliabilitas angket pengungkap pelaku bullying (bullying aktif) menunjukan nilai reliabilitas sebesar 0,981 dan hasil reliabilitas angket pengungkap korban bullying (bullying pasif) menunjukan nilai reliabilitas sebesar 0,991 yang merupakan nilai yang tinggi. Arti dari nilai reliabilitas yang tinggi yaitu angket sangat dipercaya dan memiliki keterandalan yang tinggi (hasil perhitungan terlampir).

Kategori interpretasi nilai reliailitas dijelaskan Arikunto (2010:319) dalam tabel berikut.


(21)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4.

Kategori Interpretasi Reliabilitas

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,0400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tak berkolerasi)

c. Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah. Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapan, jumlah, dan ketilitian angket yang telah diisi untuk kemudian diolah lebih lanjut. Hasil verifikasi data menunjukkan semua angket yang telah diisi oleh santri layak untuk diolah.

2. Penyekoran Data

Data yang telah melalui verifikasi diberi skor pada setiap pilihan jawaban yang diambil. Angket menggunakan skala yang menyediakan tiga alternatif jawaban. Penyekoran setiap pilihan jawaban dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.5

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Jawaban Skor (+)

TP 1

J 2

S 3

Tiga alternatif tersebut diurutkan dari 1) Tidak pernah (TS); 2) Jarang (J); 3); Sering (S). Perhitungan skor bullying di pesantren adalah dengan menjumlahkan seluruh skor dari tiap-tiap pernyataan sehingga didapatkan skor total bullying di pesantren. Pilihan jawaban Tidak Pernah (TP) berarti responden tidak pernah melakukan bullying sama sekali (<1), pilihan jawaban Jarang (J) berarti responden pernah melakukan bullying dalam rentang waktu dua sampai


(22)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tiga dalam satu minggu (2≤3), sedangkan pilihan jawaban sering berarti responden melakukan bullying lebih dari tiga kali dalam satu minggu (>3).

Responden dikelompokkan ke dalam tiga tingkat perilaku bullying dengan menggunakan kategorisasi sering, jarang dan tidak pernah. Ketiga kategori ini diperoleh melalui konversi skor mentah menjadi skor matang dengan menggunakan batas lulus ideal dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung skor total masing-masing responden. 2) Menghitung rerata dari skor total responden (μ)

3) Menentukan standar deviasi dari skor total responden (ơ)

4) Mengelompokan data menjadi tiga kategori dengan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.6

Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang dengan Batas Lulus Ideal Skala skor mentah Kategori Skor

X ≥ μ + 1,0 ơ Tinggi μ - 1,0 ơ < X <μ + 1,0 ơ Sedang X ≤ μ - 1,0 ơ Rendah

(Perhitungan konversi skor terdapat pada lampiran )

Setiap kategori interval mengandung pengertian sebagai berikut.

Tabel 3.7

Interpretasi Skor Kategori Perilaku Bullying di Pesantren Kategori

Perilaku Bullying

Skor

Interpretasi Bullying Pasif

(Pelaku)

Bullying Aktif (Korban) Bullying

Tinggi

≥ 133,37 (sering)

Santri melakukan bullying kepada teman atau adik kelasnya di lingkungan pesantren dalam intensitas waktu yang sering atau lebih dari 3 kali (>3) dalam satu minggu, baik dalam bentuk bullying verbal, fisik, sikap,

Santri menjadi korban bullying teman atau adik kelasnya di lingkungan pesantren dalam intensitas waktu yang sering atau lebih dari 3 kali (<3) dalam satu minggu, baik dalam bentuk bullying verbal, fisik, sikap, pemerasan,


(23)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kategori Perilaku Bullying Skor Interpretasi Bullying Pasif (Pelaku) Bullying Aktif (Korban) pemerasan, eksklusifitas, dan

cyberbullying. eksklusifitas dan cyberbullying. Bullying

Sedang

66,67<X< 133,37 (jarang)

Santri melakukan bullying kepada teman atau adik kelasnya di lingkungan pesantren dalam intensitas waktu yang jarang atau berada dalam rentang waktu lebih dari satu kali sampai 3 kali (2≤3), dalam satu minggu, baik dalam bentuk bullying verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusifitas, dan cyberbullying.

Santri menjadi korban bullying teman atau adik kelasnya di lingkungan pesantren dalam intensitas waktu yang jarang atau berada dalam rentang waktu lebih dari satu kali sampai 3 kali (2≤3), dalam satu minggu, baik dalam bentuk bullying verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusifitas, dan cyberbullying.

Bullying Rendah

≤ 66,67 (tidak pernah)

Santri tidak pernah melakukan bullying sama sekali (<1) di lingkungan pesantren, baik dalam bentuk bullying verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusifitas, dan cyberbullying.

Santri tidak pernah menjadi korban bullying sama sekali (<1) di lingkungan pesantren, baik dalam bentuk bullying verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusifitas, dan cyberbullying.

3. Analisis Data

Penelitian ini memiliki dua rumusan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut dijelaskan jawabannya secara rinci sebagai berikut.

a. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran umum bentuk perilaku bullying Kelas XI SMA Plus Pesantren Pagelaran 3 Tahun Ajaran 2012-2013 diperoleh dari hasil persentase jawaban santri dalam angket mengenai perilaku bullying. Cara yang dilakukan dengan menjumlahkan jawaban dan mengkategorikan jawaban menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tersebut menunjukkan intensitas waktu bullying di lingkungan pesantren dalam satu bulan.

b. Pertanyaan penelitian mengenai program bimbingan dan konseling untuk menghadapi perilaku bullying di pesantren dirumuskan berdasarkan kategori dan indikator perilaku bullying tinggi dan sedang .


(24)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyusunan program terdiri dari empat aspek utuh yaitu layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Data yang berhasil diolah mengenai perilaku bullying di pesantren menjadi dasar pembuatan program. Program tersebut menjadi rekomendasi bagi program layanan bimbingan dan konseling di pesantren.

4. Prosedur Penelitian

Penelitian mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyusun proposal penelitian dibimbing oleh dosen mata kuliah metode riset

b. Mengajukan proposal penelitian pada seminar proposal di hadapan dosen mata kuliah metode riset, kemudian direvisi dan disahkan oleh dewan skripsi, dan ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

c. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing pada tingkat fakultas.

d. Mengajukan permohonan izin penelitian dari ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota Bandung. Surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Plus Pesantren Pagelaran 3 Subang.

e. Melakukan studi pendahuluan ke Pesantren Pagelaran 3 Cisalak Subang mengenai bullying di pesantren bekerja sama dengan guru BK f. Menyusun instrumen penelitian dan melakukan uji kelayakan instrumen oleh dosen-dosen ahli Jurusan Psikologi Pendidikan dan bimbingan.

g. Melakukan uji coba instrument bersamaan dengan pengumpulan data kepada subjek skelas XI SMA Plus Pagelaran 3 Subang.

h. Melaksanakan pengolahan, mendeskripsikan dan penganalisisan data yang telah terkumpul.


(25)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyusun implikasi data bullying bagi layanan bimbingan dan konseling di pesantren, kesimpulan dan membuat rekomendasi.


(26)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat bullying aktif (pelaku) dan pasif (korban) di Kelas XI SMA Plus Ponpes Pagelaran 3 Subang. Hasil tersebut membuktikan bahwa bullying dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk pesantren yang merupakan tempat pendidikan keagamaan. Secara umum bullying pada remaja madya tersebut berada pada kategori jarang yaitu 2-3 seminggu, dan meliputi semua bentuk bullying yaitu verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusivitas, dan cyberbullying. Intensitas yang jarang tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor mencakup karakteristik pribadi santri, karakteristik lingkungan sosial di rumah, proses sosial, karakteristik sekolah, dan karakteristik masyarakat sekitar sekolah.

Bentuk bullying aktif yang memiliki frekuensi paling tinggi adalah bentuk verbal yang berarti santri paling sering menyakiti santri lain dengan sengaja dalam bentuk perkataan lisan, dibandingkan bentuk lainnya. Adapun bentuk bullying pasif yang memiliki frekuensi paling tinggi adalah bentuk fisik yang berarti santri merasa disakiti fisiknya lebih sering dibandingkan disakiti dalam bentuk lain.

Perilaku bullying harus mendapatkan respon segera dari pihak pesantren. Layanan responsif dirancang untuk mereduksi perilaku bullying di Kelas XI SMA Plus Pagelaran 3 Subang dan diintegrasikan dengan program bimbingan dan konseling yang telah ada di sekolah. Layanan responsif didasarkan pada bentuk bullying tertinggi yaitu verbal dan fisik. Layanan responsif yang dirancang meliputi strategi kolaborasi konflik (konseling kelompok), konseling teman sebaya, dan teknik assertive training.


(27)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai berikut. 1. Bagi Pihak Pesantren

Pesantren dapat memberi kesempatan yang lebih besar kepada konselor pesantren untuk melakukan pendekatan kepada santri. Peraturan dan pengawasan yang ada perlu dikembangkan lagi agar perilaku bullying tidak meningkat. Seluruh pihak pesantren diharapkan mendukung dan memfasilitasi layanan responsif yang telah disusun untuk mereduksi perilaku bullying di pesantren. 2. Bagi Konselor Pesantren

Konselor pesantren dapat mengintegrasikan layanan responsif yang telah disusun dengan program bimbingan dan konseling yang ada di pesantren. Konselor pesantren dapat bekerja sama dengan seluruh pihak sekolah dan wali santri dalam pelaksanaan layanan responsif untuk menghadapi perilaku bullying di pesantren. Layanan responsif yang telah disusun dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan santri di pesantren, khususnya dalam mereduksi perilaku bullying.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang telah dilaksanakan memiliki keterbatasan baik dalam proses maupun hasilnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa rekomendasi untuk peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

a. Menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap perilaku bullying di pesantren dengan lebih dalam, karena perilaku santri di pesantren cukup dinamis

b. Menggunakan metode eksperimen untuk mengujicobakan layanan responsif yang telah dirancang, atau menggunakan teknik lain untuk mereduksi perilaku bullying di pesantren.


(28)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agatston, Patricia, Kowalski,Robin, dan Limber,Susan.(2007). Students’ Perspectives on Cyber Bullying. Journal of Adolescent Health 41 S59–S60. Allen, Kathleen P. ( 2010). Classroom Management, Bullying, and Teacher

Practices. Journal of University of Rochester Vol. 34.

Arifin, Imron. (1993). Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng. Malang: Kalimahsahada Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

Basri. (2012, 11 Juni). Anti Senioritas dan Bullying di Athirah Boarding School

Bone. Tribunnews [Online]. Tersedia:

http://m.tribunnews.com/2012/07/11/anti-senioritas-dan-bullying-di-athirah-boarding-school-bone. (25 Juli 2012).

Bhat, Christine Suniti. (2008). Cyber Bullying: Overview and Strategies for School Counsellors, Guidance Officers, and All School Personnel. Australian Journal of Guidance & Counselling Vol. 18 Number 1 2008 pp. 53–66.

Boyle, D.J. (2005). Youth Bullying: Incidence, Impact, and Interventions. Journal of the New Jersey Psychological Association, 55(3), 22-24.

Bowers, Judy A. dan Hatch, Patricia (2002. The National Model for School Counseling Program. American School Counselor Association.

Campbell, Marilyn A (2005) Cyber bullying: An old problem in a new guise?. Australian Journal of Guidance and Counselling 15(1):68-76.

Chaturvedi, Mahendra, dan Tiwari (1970). A Practical Hindi-English Dictionary. Delhi: Rashtra printers .

Connell P., Pepler D., dan Craig, W. (1999). Peer involvement in bullying: insights and challenges for intervention. Journal of Adolescence 22, 437±452.

Coloroso, Barbara. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.


(29)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Formal. Dhofier, Zamakhsyari.(1982). Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan

Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Farida, Habibah, Marfuah, dkk.(2007). Modernisasi Pesantren. Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

Hikmatunnisa, Soraya.(2011). Profil Self Esteem Siswa Korban Bullying di Sekolah. . Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Hikmayati, Ima.(2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Penyesuaian Sosial Santri . . Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

McEachern, A., Kenny, M., Blake,E. and Aluede, O.(2005). Bullying in Schools: International Variations. Journal of Social Sciences Special Issue No. 8: 51-58.

Priyatna, Andri. (2010). Let’s Ending Bullying (Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Matzek. (2010).Cyberbullying: Implications for School Counselors. A Research Paper. Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Master of Science Degree In School Counseling.

Navis. (2007). Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Terdapat dalam http://www.scribd.com/doc/11711549/Makalah-Pesantren-Dalam- Sistem-Pendidikan-Nasional (13 November 2009.

Nurihsan, A. Juntika. (2004). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Rosdakarya.

Nurihsan, A. Juntika dan Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: Grasindo.

Hunter, S.C., Mora-Merchán, J.A., & Ortega, R. (2004). The long-term effects of coping strategy use in the victims of bullying. The Spanish Journal of Psychology, 7 (1), 3-12.

Iannotti, Nansel, dan Wang. (2009). School Bullying Among Adolescents in the United States: Physical, Verbal, Relational, and Cyber. Journal of Adolescent Health 45 (2009) 368–375.


(30)

Silmia Putri, 2013

Profil Perilaku Bullying Di Pesantren Dan Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling Pribadi Sosial Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahayu, Restu. (2011). Perbandingan Konsep Diri Pada Siswa Yang Mengalami Dan Yang Tidak Mengalami Bullying Serta Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Raskauskas, J. & Stoltz, A. D. (2007). Involvement in Traditional and Electronic Bullying among Adolescents. Developmental Psychology, 43, 564575. Rigby, Ken.(2003). Consequences of Bullying in Schools. Journal of Can J

Psychiatry, Vol 48, No 9.

Santrock, John. (2003). Adolesence (Perkembangan Remaja). Erlangga : Jakarta. Sarwono, Sarlito. (2011). Psikologi Remaja. Rajawali Pers : Jakarta.

Shariff, Shaheen. (2008). Cyberbullying : Issues and Solutions for The School, The Classroom, and The Home. Routledge : Kanada.

Slonje, R. & Smith, P. K. (2008). Cyberbullying: Another main type of bullying? .Scandinavian Journal of Psychology, 49, 147–154.

Smith dan Sharp dkk..(1994). School Bullying. London : Routlegde.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Sukamto (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta :LP3ES.

Sukardi, Dewa Ketut. (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling . Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tattum, Delwyn.(1993). Understanding and Managing Bullying. London : Heinemann Education.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Yusuf, Syamsu LN. dan Nurihsan, A. Juntika .(2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu L.N. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Ekpress.


(1)

41

i. Mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyusun implikasi data bullying bagi layanan bimbingan dan konseling di pesantren, kesimpulan dan membuat rekomendasi.


(2)

83

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat bullying aktif (pelaku) dan pasif (korban) di Kelas XI SMA Plus Ponpes Pagelaran 3 Subang. Hasil tersebut membuktikan bahwa bullying dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk pesantren yang merupakan tempat pendidikan keagamaan. Secara umum bullying pada remaja madya tersebut berada pada kategori jarang yaitu 2-3 seminggu, dan meliputi semua bentuk bullying yaitu verbal, fisik, sikap, pemerasan, eksklusivitas, dan cyberbullying. Intensitas yang jarang tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor mencakup karakteristik pribadi santri, karakteristik lingkungan sosial di rumah, proses sosial, karakteristik sekolah, dan karakteristik masyarakat sekitar sekolah.

Bentuk bullying aktif yang memiliki frekuensi paling tinggi adalah bentuk verbal yang berarti santri paling sering menyakiti santri lain dengan sengaja dalam bentuk perkataan lisan, dibandingkan bentuk lainnya. Adapun bentuk bullying pasif yang memiliki frekuensi paling tinggi adalah bentuk fisik yang berarti santri merasa disakiti fisiknya lebih sering dibandingkan disakiti dalam bentuk lain.

Perilaku bullying harus mendapatkan respon segera dari pihak pesantren. Layanan responsif dirancang untuk mereduksi perilaku bullying di Kelas XI SMA Plus Pagelaran 3 Subang dan diintegrasikan dengan program bimbingan dan konseling yang telah ada di sekolah. Layanan responsif didasarkan pada bentuk bullying tertinggi yaitu verbal dan fisik. Layanan responsif yang dirancang meliputi strategi kolaborasi konflik (konseling kelompok), konseling teman sebaya, dan teknik assertive training.


(3)

84

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai berikut.

1. Bagi Pihak Pesantren

Pesantren dapat memberi kesempatan yang lebih besar kepada konselor pesantren untuk melakukan pendekatan kepada santri. Peraturan dan pengawasan yang ada perlu dikembangkan lagi agar perilaku bullying tidak meningkat. Seluruh pihak pesantren diharapkan mendukung dan memfasilitasi layanan responsif yang telah disusun untuk mereduksi perilaku bullying di pesantren.

2. Bagi Konselor Pesantren

Konselor pesantren dapat mengintegrasikan layanan responsif yang telah disusun dengan program bimbingan dan konseling yang ada di pesantren. Konselor pesantren dapat bekerja sama dengan seluruh pihak sekolah dan wali santri dalam pelaksanaan layanan responsif untuk menghadapi perilaku bullying di pesantren. Layanan responsif yang telah disusun dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan santri di pesantren, khususnya dalam mereduksi perilaku bullying.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian yang telah dilaksanakan memiliki keterbatasan baik dalam proses maupun hasilnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa rekomendasi untuk peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

a. Menggunakan metode studi kasus untuk mengungkap perilaku bullying di pesantren dengan lebih dalam, karena perilaku santri di pesantren cukup dinamis

b. Menggunakan metode eksperimen untuk mengujicobakan layanan responsif yang telah dirancang, atau menggunakan teknik lain untuk mereduksi perilaku bullying di pesantren.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agatston, Patricia, Kowalski,Robin, dan Limber,Susan.(2007). Students’ Perspectives on Cyber Bullying. Journal of Adolescent Health 41 S59–S60. Allen, Kathleen P. ( 2010). Classroom Management, Bullying, and Teacher

Practices. Journal of University of Rochester Vol. 34.

Arifin, Imron. (1993). Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng. Malang: Kalimahsahada Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

Basri. (2012, 11 Juni). Anti Senioritas dan Bullying di Athirah Boarding School

Bone. Tribunnews [Online]. Tersedia:

http://m.tribunnews.com/2012/07/11/anti-senioritas-dan-bullying-di-athirah-boarding-school-bone. (25 Juli 2012).

Bhat, Christine Suniti. (2008). Cyber Bullying: Overview and Strategies for School Counsellors, Guidance Officers, and All School Personnel. Australian Journal of Guidance & Counselling Vol. 18 Number 1 2008 pp. 53–66.

Boyle, D.J. (2005). Youth Bullying: Incidence, Impact, and Interventions. Journal of the New Jersey Psychological Association, 55(3), 22-24.

Bowers, Judy A. dan Hatch, Patricia (2002. The National Model for School Counseling Program. American School Counselor Association.

Campbell, Marilyn A (2005) Cyber bullying: An old problem in a new guise?. Australian Journal of Guidance and Counselling 15(1):68-76.

Chaturvedi, Mahendra, dan Tiwari (1970). A Practical Hindi-English Dictionary. Delhi: Rashtra printers .

Connell P., Pepler D., dan Craig, W. (1999). Peer involvement in bullying: insights and challenges for intervention. Journal of Adolescence 22, 437±452.

Coloroso, Barbara. 2007. Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.


(5)

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Formal. Dhofier, Zamakhsyari.(1982). Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan

Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Farida, Habibah, Marfuah, dkk.(2007). Modernisasi Pesantren. Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

Hikmatunnisa, Soraya.(2011). Profil Self Esteem Siswa Korban Bullying di Sekolah. . Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Hikmayati, Ima.(2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Penyesuaian Sosial Santri . . Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

McEachern, A., Kenny, M., Blake,E. and Aluede, O.(2005). Bullying in Schools: International Variations. Journal of Social Sciences Special Issue No. 8: 51-58.

Priyatna, Andri. (2010). Let’s Ending Bullying (Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Matzek. (2010).Cyberbullying: Implications for School Counselors. A Research Paper. Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Master of Science Degree In School Counseling.

Navis. (2007). Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Terdapat dalam http://www.scribd.com/doc/11711549/Makalah-Pesantren-Dalam- Sistem-Pendidikan-Nasional (13 November 2009.

Nurihsan, A. Juntika. (2004). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Rosdakarya.

Nurihsan, A. Juntika dan Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: Grasindo.

Hunter, S.C., Mora-Merchán, J.A., & Ortega, R. (2004). The long-term effects of coping strategy use in the victims of bullying. The Spanish Journal of Psychology, 7 (1), 3-12.

Iannotti, Nansel, dan Wang. (2009). School Bullying Among Adolescents in the United States: Physical, Verbal, Relational, and Cyber. Journal of Adolescent Health 45 (2009) 368–375.


(6)

Rahayu, Restu. (2011). Perbandingan Konsep Diri Pada Siswa Yang Mengalami Dan Yang Tidak Mengalami Bullying Serta Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.

Raskauskas, J. & Stoltz, A. D. (2007). Involvement in Traditional and Electronic Bullying among Adolescents. Developmental Psychology, 43, 564575. Rigby, Ken.(2003). Consequences of Bullying in Schools. Journal of Can J

Psychiatry, Vol 48, No 9.

Santrock, John. (2003). Adolesence (Perkembangan Remaja). Erlangga : Jakarta. Sarwono, Sarlito. (2011). Psikologi Remaja. Rajawali Pers : Jakarta.

Shariff, Shaheen. (2008). Cyberbullying : Issues and Solutions for The School, The Classroom, and The Home. Routledge : Kanada.

Slonje, R. & Smith, P. K. (2008). Cyberbullying: Another main type of bullying? .Scandinavian Journal of Psychology, 49, 147–154.

Smith dan Sharp dkk..(1994). School Bullying. London : Routlegde.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Sukamto (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta :LP3ES.

Sukardi, Dewa Ketut. (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling . Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tattum, Delwyn.(1993). Understanding and Managing Bullying. London : Heinemann Education.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Yusuf, Syamsu LN. dan Nurihsan, A. Juntika .(2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu L.N. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Ekpress.