Persefsi mahasiswa terhadap perilaku asertifnya : studi deskriftif pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial.

(1)

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 dan Implikasinya Terhadap

Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial) Megawati

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran persepsi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 terhadap perilaku asertifnya. Pertanyaan yang dijawab adalah: (1) Seberapa tinggi kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014 menurut persepsinya? dan (2) Manakah item-item kuesioner perilaku asertif yang capaian skornya rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang implikatif bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta?.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah semua mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014 yang berjumlah 62 orang. Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kategorisasi persepsi mahasiswa terhadap perilaku asertifnya berdasarkan norma kategorisasi menurut Guilford. Hasil uji reliabilitas menunjukkan reliabilitas sebesar 0.931. Hasil ini termasuk sangat tinggi, sehingga kuesioner ini reliabel atau dapat dipercaya.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: ada 16 mahasiswa (25,8%) yang kemampuannya berperilaku asertif sangat tinggi, terdapat 38 mahasiswa (61,3%) yang kemampuannya berperilaku asertif tinggi, ada 8 mahasiswa (12,9%) yang kemampuannya berperilaku asertif sedang. Berdasarkan analisis capaian skor butir-butir kuesioner yang menunjukkan bahwa kemampuan berperilaku asertif mahasiswa rendah, peneliti membuat usulan topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial untuk meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa.


(2)

(Descriptive Study Students of Guidance and Counseling Program Sanata Dharma University Yogyakarta Batch 2014 and Its Implication towards the Proposed Social

Personal Guidance Topics) Megawati

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This study aimed to obtain perceptions of Guidance and Counseling Program Sanata Dharma University Students batch 2014 towards their assertive behavior. The questions answered were: (1) How high is the students of Guidance and Counselling University of Sanata Dharma Yogyakarta batch 2014 to behave assertively according to their perception? and (2) the questionnaire items of assertive behavior which the scores achievement are low as a basic for preparing the topics of social personal guidance which is implicative for students of Guidance and Counselling of Sanata Dharma University Yogyakarta?

This research was a descriptive study using survey methods. The research subjects were all of students of Guidance and Counseling Study Program Sanata Dharma University batch 2014 which were 62 people. This research was the population study. The analysis data technique in this research was the categorization of students' perceptions of assertive behavior based on

Guilford’s norms categorization. Reliability test showed that the reliability result was 0931. This results was very high, so the questionnaire was reliable or trustworthy.

The research results were: there were 16 students (25.8%) had very high assertive behavior, 38 (61.3%) students had high assertive behavior, 8 students (12.9) showed that their assertive behavior was moderate. Based on the performance analysis of questionnaire scores points

that showed the students’ assertive behavior skills was low, the researcher proposed Personal-Social Guidance topics to improve the students assertive behavior skills.


(3)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERILAKU ASERTIFNYA (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Megawati NIM: 121114057

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Pilih dan selesaikanlah pilihanmu

Serta bertanggungjawablah atas pilihan mu itu

(IBU)

Only open your mouth

if what you are about to say

is more beautiful that silence

(Arabic Proverb)

Everything will be okay in the end


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Mega persembahkan bagi....

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

Sang teladan yang senantiasa menjadi pedoman, pegangan, sumber kekuatan,

dan ketenangan dalam setiap alur indah yang Mega jalani selama ini.

Pemerintah Kabupaten Kutai Barat Yang telah membantu dalam hal financial

sehingga Mega dapat kuliah hingga selesai.

Para dosen dan staf Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma

Semua orang terkasih yang telah memberikan seluruh kasih sayang yang tulus,

perhatian, dan cintanya dalam mendampingi dan memotivasi hingga sekarang.

Orang tua terscinta,

Kakak dan Adik tersayang,

Suamiku dan Anakku Tercinta

Seluruh keluarga,


(8)

vi


(9)

(10)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERILAKU ASERTIFNYA (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

Megawati

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran persepsi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 terhadap perilaku asertifnya. Pertanyaan yang dijawab adalah: (1) Seberapa tinggi kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014 menurut persepsinya? dan (2) Manakah item-item kuesioner perilaku asertif yang capaian skornya rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang implikatif bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta?.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah semua mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014 yang berjumlah 62 orang. Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kategorisasi persepsi mahasiswa terhadap perilaku asertifnya berdasarkan norma kategorisasi menurut Guilford. Hasil uji reliabilitas menunjukkan reliabilitas sebesar 0.931. Hasil ini termasuk sangat tinggi, sehingga kuesioner ini reliabel atau dapat dipercaya.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: ada 16 mahasiswa (25,8%) yang kemampuannya berperilaku asertif sangat tinggi, terdapat 38 mahasiswa (61,3%) yang kemampuannya berperilaku asertif tinggi, ada 8 mahasiswa (12,9%) yang kemampuannya berperilaku asertif sedang. Berdasarkan analisis capaian skor butir-butir kuesioner yang menunjukkan bahwa kemampuan berperilaku asertif mahasiswa rendah, peneliti membuat usulan topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial untuk meningkatkan kemampuan berperilaku asertif mahasiswa.


(11)

ix

ABSTRACT

THE STUDENTS PERCEPTION TOWARDS THEIR ASSERTIVE BEHAVIOR

(Descriptive Study Students of Guidance and Counseling Program Sanata Dharma University Yogyakarta Batch 2014 and Its Implication towards the

Proposed Social Personal Guidance Topics) Megawati

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

This study aimed to obtain perceptions of Guidance and Counseling Program Sanata Dharma University Students batch 2014 towards their assertive behavior. The questions answered were: (1) How high is the students of Guidance and Counselling University of Sanata Dharma Yogyakarta batch 2014 to behave assertively according to their perception? and (2) the questionnaire items of assertive behavior which the scores achievement are low as a basic for preparing the topics of social personal guidance which is implicative for students of Guidance and Counselling of Sanata Dharma University Yogyakarta?

This research was a descriptive study using survey methods. The research subjects were all of students of Guidance and Counseling Study Program Sanata Dharma University batch 2014 which were 62 people. This research was the population study. The analysis data technique in this research was the

categorization of students' perceptions of assertive behavior based on Guilford’s

norms categorization. Reliability test showed that the reliability result was 0931. This results was very high, so the questionnaire was reliable or trustworthy.

The research results were: there were 16 students (25.8%) had very high assertive behavior, 38 (61.3%) students had high assertive behavior, 8 students (12.9) showed that their assertive behavior was moderate. Based on the

performance analysis of questionnaire scores points that showed the students’

assertive behavior skills was low, the researcher proposed Personal-Social Guidance topics to improve the students assertive behavior skills.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung penulis. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu mendampingi dengan penuh kesabaran, telaten, selalu memberikan saran, motivasi, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

6. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang telah membantu dalam hal financial sehingga Mega dapat kuliah hingga selesai.

7. Orang tua Mega, yakni Bapak Fadli dan Ibu Jum’ah atas seluruh doa, dukungan, pendampingan, serta penguatan yang diberikan kepada penulis


(13)

xi selama ini


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

ABSTRAK viii

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Pembatasan Masalah 8

D. Rumusan Masalah 8

E. Tujuan Penelitian 8

F. Manfaat Penelitian 9

G. Devinisi Operasional Variabel 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12

A. HakekatMahasiswa Sebagai Individu yang Sedang Menjalani

Masa Dewasa Awal 12


(15)

xiii

C. Hakekat Perilaku Asertif 17

D. Perbedaan Perilaku Asertif, Non Asertif, dan Agresif 23 E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif 23

F. Manfaat Perilaku Asertif 26

G. Hambatan dalam Berperilaku Asertif 29

H. Cara Meningkatkan Perilaku Asertif 30

I. Kajian Penelitian yang Relevan 33

J. Kerangka Fikir 35

BAB III METODE PENELITIAN 36

A. Jenis Penelitian 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian 36

C. Subjek Penelitian 37

D. Variabel Penelitian 37

E. Instrumen Pengumpulan Data 37

F. Validitas dan Reliabilitas 40

G. Teknik Analisis Data 43

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL 45

A. Persepsi Mahasisiwa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan

Terhadap Perilaku Asertifnya 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian 48


(16)

xiv

BAB V. PENUTUP 53

A. Kesimpulan 53

B. Keterbatasan Penelitian 53

C. Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 56


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Perilaku Asertif, Non Asertif Dan Agresif 23 Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif Mahasiswa Program

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 39

Tabel 3 Rincian Item Valid dan Tidak Valid Dari Kuesioner Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan

2014 41

Tabel 4 Kriteria Guilford 42

Tabel 5 Norma Kategorisasi Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 44

Tabel 6 Kategorisasi Kemampuan Mahasiswa Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 46

Tabel 7 Kategorisasi Skor Item Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Angkatan 2014 47

Tabel 8 Item-Item yang Menunjukkan Rendahnya Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan


(18)

xvi

Tabel 9 Kisi-Kisi Besar Perilaku Asertif 63

Tabel 10 Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial yang Diusulkan Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Berperilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata DharmaYogyakarta 68


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Asertif Mahasiswa 58 Lampiran 2 Kuesioner Perilaku Asertif Mahasiswa 62 Lampiran 3 Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial 68

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas 70

Lampiran 5 Tabulasi Data 75


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Secara naluriah, semua manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Orang yang sudah tidak merasa butuh orang lain justru mengingkari nalurinya. Kebutuhan itu diwujudkan melalui bentuk kerjasama, saling menolong, dan lain-lain. Seperti yang sudah digariskan oleh Tuhan, kita diciptakan tidak hanya sebagai makhluk individual, tetapi juga sebagai makhluk sosial, yang hidup bergantung kepada orang lain. Tidak ada manusia yang sanggup hidup sendirian. Dengan kata lain, manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan makhluk sosial tidak terpenuhi, manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Horney (Ubaedy: 2008), mengungkapkan bahwa

Kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu bergerak mendekati orang banyak untuk meraih kebutuhan akan cinta, bergerak menjauhi orang banyak untuk meraih kebutuhan akan kebebasan dan kemandirian, dan bergerak menentang orang banyak untuk meraih kebutuhannya akan kekuatan.

Salah satu hal yang perlu dimiliki untuk menjalin relasi yang baik adalah kemampuan berperilaku asertif. Seseorang dikatakan


(21)

asertif jika ia mampu secara langsung, terbuka, dan jujur mengeskpresikan perasaan, pikiran, dan pandangannya terhadap pihak lain tanpa mengabaikan haknya dan hak orang lain. Orang yang asertif memiliki cara pandang yang realistis, tegas, dan objektif. Orang yang asertif juga fleksibel, sehingga dapat menjalin dan menjaga hubungan yang harmonis dengan orang di sekitarnya. Orang yang dapat berperilaku asertif mudah diterima oleh lingkungan sekitarnya. Ia tidak akan menjadi korban pihak lain dan tidak akan mengorbankan pihak lain demi kepentingannya.

Orang umumnya masih sulit untuk berperilaku asertif, terutama dalam hal yang menyangkut perasaan negatifnya. Kebanyakan orang merasa lebih baik memendam perasaan negatifnya daripada mengungkapkannya kepada orang lain. Padahal mengungkapkan perasaan kepada orang lain tidak hanya menimbulkan kebahagian dan ketenangan jiwa, melainkan juga merupakan suatu kebutuhan demi kesehatan psikologisnya. Orang sering tidak mau berperilaku asertif karena adanya perasaan tidak mau menyakiti perasaan orang lain, mengecewakan orang lain dan takut tidak diterima oleh orang lain. Demi menjaga relasi yang baik dengan orang lain, orang sering enggan untuk berperilaku asertif.

Dalam setiap tahapan kehidupan, individu akan memiliki berbagai peran. Pada masa kanak-kanak, individu bisa berperan sebagai seorang anak, seorang adik, seorang kakak, ataupun


(22)

seorang siswa. Pada masa remaja, masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, seorang individu dapat memiliki peran yang lebih banyak lagi dibandingkan perannya pada masa kanak-kanaknya. Seorang remaja bisa menjadi anggota suatu organisasi, pelajar, dan lain sebagainya. Pada masa remaja akhir, umumnya individu berperan juga sebagai mahasiswa.

Mahasiswa berasal dari kata maha dan siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud: 2008), maha berarti besar, sedangkan siswa artinya pelajar. Jika kedua kata ini digabungkan menjadi mahasiswa, maka kata tersebut memiliki makna pelajar yang besar, yang berarti siswa tersebut akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi.

Seorang mahasiswa dituntut untuk bisa menjadi lebih mandiri, lebih berinisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Kemandirian, kemampuan berinisiatif, kedewasaan serta kematangan dalam berpikir dan berperilaku dapat dicapai jika individu yang bersangkutan bisa berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Untuk menciptakan interaksi yang baik dan harmonis diperlukan kemampuan berperilaku asertif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan secara langsung, jujur, dan pada tempatnya pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak tanpa kecemasan yang beralasan. Ekspresi yang langsung merupakan perilaku individu yang tidak berputar-putar, jelas


(23)

terfokus dan wajar, serta tidak menghakimi. Jujur menunjukkan perilaku individu yang selaras dan cocok; kata-kata, gerak-gerik dan perasaan individu semuanya mengatakan hal yang sama. Kata pada tempatnya menunjukkan perilaku individu yang memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain sesuai dengan waktu dan tempat yang tepat (Cawood, 1997).

Alasan peneliti memilih subjek penelitian mahasiswa ialah berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor. Dimana disebutkan pada poin B Kompetensi Kepribadian konselor, di paparkan secara jelas apa saja yang harus ditampilkan dan dikuasai oleh seorang konselor. Salah satunya adalah tentang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih serta menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat. Selain itu juga agar mahasiswa prodi BK USD menyadari seberapa asertif mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi mahasiswa prodi BK perilaku asertif sangat dibutuhkan karena (1) menyadarkan mahasiswa tentang seberapa mampu ia berperilaku asertif dalam kehidupan sehari-hari, (2) kemampuan berperilaku asertif dapat menghindarkan munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat menahan atau menyimpan


(24)

perasaan negatif, (3) mahasiswa yang mampu berperilaku asertif dapat dengan mudah mencari solusi yang efektif untuk menyelesaikan kesulitan atau permasalahan, sehingga tidak menjadi beban pikiran, (4) akan membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan memperluas wawasannya tentang lingkungan dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya, (5) perilaku asertif akan memudahkan mahasiswa bersosialisasi dan menjalin hubungan yang efektif dengan lingkungan sosialnya (6) sebagai konselor lulusan prodi BK kelak perlu mampu memberikan pelatihan asertivitas.

Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor. Dimana seorang kenselor dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Artinya konselor diharapkan mampu membangun relasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya, melalui penguasaaan kompetensi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Sejauh ini penulis mendapat kesan bahwa mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma lebih sering menyimpan perasaan dan takut mengutarakan perasaan negatifnya baik pada teman sebaya maupun dosen, dan cenderung menutupi perasaan negatifnya.


(25)

Penulis mendapatkan kesan tersebut sesudah peneliti melakukan observasi dan wawancara pada tanggal 5 april 2016 di kampus Sanata Dharma dengan 10 mahasiswa yang sedang mengulang mata kuliah tertentu. Hal-hal yang peneliti observasi meliputi perilaku subjek, seperti gerak tubuh, respons subjek saat menjawab pertanyaan dan interaksi subjek dengan orang-orang di sekitarnya.

Saat ada ketidak-sepahaman dengan dosen mengenai bahan yang sedang dibahas dalam kuliah, mahasiswa cenderung mengikuti saja tanpa berani mengajukan pendapat. Ada kesan bahwa mahasiswa takut bertanya kepada orang yang baru ia temui dan memilih untuk bertanya kepada kakak tingkat yang sudah mereka kenal.

Pada saat mengerjakan tugas kelompok, kelihatan juga bahwa banyak anggota kelompok hanya diam saja, kurang aktif dalam kegiatan diskusi. Sering pengambilan keputusan diserahkan saja kepada ketua kelompok, tanpa terlebih dahulu mengemukakan pendapatnya. Dalam proses interaksi dengan teman sebaya, mahasiswa juga masih kurang tepat dalam cara menegur teman yang melakukan sebuah kesalahan. Contoh kalimat yang kurang tepat “baju yang kamu gunakan tidak pantas untuk dipakai ke kampus! (agresif)”. Kalimat yang seharusnya digunakan ialah “menurut saya, baju kamu bagus. Tetapi saya tidak setuju jika


(26)

kamu menggunakannya ke kampus. Karena bajumu terlalu terbuka”(kalimat asertif). Sehingga teman yang ditegur merasa tersinggung dan sakit hati. Niat awal hanya ingin menegur tetapi malah membuat relasi menjadi renggang.

Mengingat pentingnya kemampuan berperilaku asertif, perlulah diketahui secara lebih objektif kemampuan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam berperilaku asertif. Kalau ternyata mahasiswa kurang asertif, perlulah dilakukan upaya untuk meningkatkannya. B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, dapatlah diidentifikasi hal-hal sebagai berikut:

1. Ada indikasi bahwa mahasiswa kurang mampu berperilaku asertif dalam hubungan sosial terutama dengan orang yang baru dikenal.

2. Mahasiswa kurang mampu membedakan perilaku asertif dan agresif.

3. Kurangnya pemahaman mahasiswa tentang perilaku asertif. 4. Mahasiswa mengalami berbagai kesulitan dalam berperilaku


(27)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis berfokus pada kemampuan asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014.

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 menurut persepsinya. Masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi kemampuan berperilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014 menurut persepsinya? 2. Manakah item-item kuesioner perilaku asertif yang capaian

skornya rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang implikatif bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Memperoleh gambaran persepsi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2014 terhadap perilaku asertifnya.


(28)

2. Mengidentifikasi item-item kuesioner perilaku asertif yang mana capaian skornya rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang implikatif bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2014.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang perilaku asertif mahasiswa prodi BK angkatan 2014 dan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan di bidang Bimbingan dan Konseling, khususnya tentang kemampuan berperilaku asertif mahasiswa prodi BK USD angkatan 2014.

2. Manfaat praktis

a. Bagi dosen prodi BK USD

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi prodi BK mengenai persepsi mahasiswa terhadap perilaku asertifnya dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi dosen prodi BK USD mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam berperilaku asertif.


(29)

b. Bagi mahasiswa prodi BK USD

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku asertif mahasiswa angkatan 2014.

c. Bagi penulis

1) Memperdalam pengetahuan tentang perilaku asertif. 2) Peneliti belajar lebih teliti dalam mebuat sebuah

kalimat yang bermakna dan efektif.

3) Memperoleh pengalaman meneliti kemampuan berperilaku asertif.

G. Definisi Oprasional 1. Persepsi

Persepsi adalah pendapat, pandangan dan penilaian. Dalam penelitian ini persepsi adalah pendapat, pandangan dan penilaian mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 terhadap perilaku asertifnya

2. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 adalah individu prodi BK USD angkatan 2014 yang sedang menempuh studi S1 di program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.


(30)

Perilaku asertif adalah perilaku yang mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, mengekspresikan pikiran serta perasaan secara jujur dan nyaman dengan menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain, seperti yang tampak dalam jawaban terhadap kuesioner yang digunakan.

4. Usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kemampuan berperilaku asertif

Usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kemapuan berperilaku asertif adalah usulan topik-topik bimbingan yang diajukan oleh penulis, untuk dijadikan oleh dosen prodi BK USD sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam berperilaku asertif.


(31)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini dipaparkan hakekat mahasiswa sebagai individu yang sedang menjalani masa dewasa awal, hakekat persepsi, hakekat perilaku asertif, perbedaan perilaku asertif, non asertif, dan agresif, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, manfaat berperilaku asertif hambatan dalam berperilaku asertif, cara meningkatkan perilaku asertif, penelitian yang relevan dan kerangka pikir.

A. Hakikat Mahasiswa Sebagai Individu yang Sedang Menjalani Masa Dewasa Awal

1. Definisi Mahasiswa Dewasa Awal.

Hurlock (1990: 246) berpendapat bahwa istilah adult berasal dari bahasa latin adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi

kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), mahasiswa ialah pelajar di perguruan tinggi. Dalam struktur pendidikan Indonesia, mahasiswa menduduki jenjang satuan pendidikan tertinggi diantara yang lain. Mahasiswa adalah status yang


(32)

disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi calon intelektual.

Mahasiswa berbeda dengan siswa karena mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar sebab berjuang bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Menurut Sarwono (2009), mahasiswa adalah orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batasan usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang berjuang memperoleh status sarjana di perguruan tinggi.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang sedang menyandang status di sebuah perguruan tinggi. Individu yang memiliki tanggung jawab besar dalam keberhasilannya meraih sebuah gelar yang akan dibawa kedalam dunia pekerjaan.

2. Perkembangan Sosial Mahasiswa

Tugas perkembangan mahasiswa yang berkenaan dengan hubungan sosial yaitu mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok dan mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat (Hurlock, 1990). Hal yang perlu dimiliki oleh mahasiswa untuk memenuhi tugas perkembangannya ialah belajar untuk semakin mampu


(33)

berperilaku asertif. Alasannya karena mahasiswa yang mampu berperilaku asertif akan mudah bergaul dengan orang lain dikarenakan orang yang asertif memandang orang lain secara setara dan tidak ada yang dibeda-bedakan. Mahasiswa yang asertif akan mudah melakukan perannya dikarenakan ia dapat menerapkan hak-hak pribadinya tanpa menyangkali hak orang lain. Orang yang asertif beranggapan bahwa ia patut untuk menghargai orang lain dan begitu juga sebaliknya. Untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut, kemampuan berperilaku asertif sangat diperlukan oleh mahasiswa.

B. Hakikat Persepsi 1. Definisi Persepsi

Menurut Desiderato (Rakhmat, 2008: 51), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diperoleh melalui indra manusia. Menurut Walgito (2006: 88), persepsi adalah proses di mana stimulus dari indera diinterpretasikan dan diorganisasikan oleh indera, sehingga individu menyadari apa yang diinderanya. Persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan, kemudian menginterpretasikan (Sarwono, 2009: 85). Persepsi menurut Irwanto, dkk (1988: 55) adalah proses diterimanya rangsangan suatu objek, kualitas hubungan


(34)

antar gejala, maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan, pendapat dan penilaian terhadap suatu objek baik orang, benda, peristiwa, tingkah laku atau hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tanggapan, pendapat, atau penilaian tersebut diawali dengan proses menerima rangsangan lewat indera yang kemudian dikelompokkan dan diinterpretasikan, sehingga orang yang bersangkutan menyadari dan memahami rangsangan yang diterimanya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Perhatian yang selektif

Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental. Perhatian melibatkan objek yang hadir pada saat yang bersangkutan, memilih satu objek dari indera, sementara objek-objek yang lain diabaikan. Semakin besar perhatian seseorang maka semakin besar kesadarannya akan rangsangan bersangkutan. Semakin kecil perhatian seseorang, semakin kecil kesadarannya akan rangsangan yang bersangkutan


(35)

dan semakin kecil pula kemungkinan individu menanggapinya.

b. Sifat-sifat rangsangan

Rangsangan yang bergerak akan lebih menarik perhatian orang dari pada rangsangan yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsangan yang ukurannya lebih kecil. Rangsangan yang akan mendapat perhatian seseorang adalah rangsangan yang latar belakangnya kontras daripada yang latar belakangnya biasa atau tidak kontras.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsangan itu bernilai bagi seseorang dan sesuai dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsangan yang dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi berbeda karena perbedaan nilai dan kebutuhannya.

d. Pengalaman terdahulu

Perhatian seseorang terhadap rangsangan turut ditentukan oleh pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi


(36)

bagaimana orang mempersepsikan dunianya. Jika pada pengalaman terdahulu seseorang mempersepsikan sesuatu buruk maka pandangan kedepannya akan buruk dan begitu juga sebaliknya.

C. Hakikat Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku Asertif

Menuru Depdikbud (2008) asertif berasal dari kata to assert

yang berarti menyatakan dengan tegas. Kata asertif menunjukkan kemampuan untuk menyatakan pikiran, perasaan dengan tegas. Individu yang berperilaku asertif mengerti apa yang diperlukan dan diinginkan, serta mampu menjelaskan kepada orang lain hal yang diinginkannya, bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan tetap menunjukkan rasa hormat kepada orang lain (Adams dan Lenz, 1995: 28).

Menurut Cawood (1997: 13), perilaku asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-haknya tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Kata langsung digunakan untuk menyatakan bahwa perilaku tidak berputar-putar; pesan yang disampaikan dengan jelas terfokus dan wajar, tidak menghakimi. Kata jujur digunakan untuk menunjukkan bahwa perilaku selaras dengan yang dikatakannya. Semua isyarat yang diberikan sama, kata-kata, gerak-gerik, dan perasaan


(37)

semua mengatakan hal yang sama. Kata pada tempatnya digunakan untuk menyatakan bahwa perilaku asertif memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain dan dirinya sendiri.

Menurut Alberti dan Emmons (2002: 41-42) dalam perilaku asertif ada aspek kejujuran, ada keterbukaan pikiran dan perasaan, ada pengungkapan perasaan secara deskriptif, serta ketegasan dalam berelasi dengan orang lain. Orang yang mampu berperilaku asertif biasanya akan menghargai dan menghormati hak orang lain, berusaha menjaga perasaannya dan perasaan orang lain, dapat bertindak demi kebaikan dirinya, mempertahankan haknya tanpa cemas, dan tanpa melanggar hak orang lain. Perilaku yang asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri kita sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa


(38)

kecemasan yang tidak semestinya, mengekspresikan pikiran serta perasaan secara jujur dan nyaman dengan menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain.

2. Aspek-aspek Perilaku Asertif

Menurut Alberti dan Emmons (2002: 42-43) ada berbagai aspek perilaku asertif, seperti yang diuraikan berikut ini:

a. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia Orang asertif tidak menganggap dirinya lebih tinggi atau lebih rendah dari orang lain. Ia tidak menganggap dirinya lebih berharga dari pada orang lain, dan mengusahakan agar setiap orang tidak dirugikan tetapi mengusahakan agar kedua belah pihak sama-sama diuntungkan.

Kalau diterapkan pada tingkat mahasiswa ini berarti bahwa mahasiswa mau menerima kekurangan dan menerima kelebihan yang dimiliki oleh orang lain, dapat menerima kekurangan diri sendiri, berani mengakui kesalahan yang ia perbuat dan bersedia untuk belajar dari sebuah kegagalan, sehingga tercipta hubungan yang setara di antara kedua belah pihak.

2. Bertindak menurut kepentingan Anda sendiri

Ini mengacu kepada kesanggupan untuk membuat keputusan sendiri. Ia juga mampu membuat suatu tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Saat ia


(39)

dalam pergaulan ia berani meminta bantuan dari orang lain saat mengalami kesulitan.

3. Membela diri Anda sendiri

Orang yang asertif mampu berkata tidak untuk menolak pendapat yang tidak sesuai dengan pikirannya, mampu mempertahankan pendapatnya, mampu menanggapi kritikan atau hinaan dari orang lain dengan tegas.

4. Mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman. Orang asertif sadar bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai sendiri. Oleh karena itu, ia dapat mengungkapkan perasaan-perasaan, pemikiran, keyakinan dan nilai-nilai yang dimilikinya apa adanya, tanpa merasa cemas atau bersalah. Ia sanggup mengungkapkan ketidaksetujuannya, amarah dan mengakui perasaan bersalah dan cemas, serta bersikap spontan dan nyaman.

5. Menerapkan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain. Orang yang asertif mampu mempertahankan pendapatnya dalam menegakkan haknya dalam kehidupan bermasyarakat, berani berkata tidak untuk menolak hal yang menurutnya tidak penting, mampu berperilaku baik dalam bersosialisasi, dan mampu menghargai perasaan dan pendapat orang lain.


(40)

Menurut Adams dan Lenz (1995) untuk berperilaku asertif orang perlu mampu menggunakan I-message atau pesan aku yaitu pernyataan yang mengungkapkan pikiran, pendapat, keyakinan, kebutuhan, kinginan, perasaan kepada orang lain secara otentik, jujur dan apa adanya. Terdapat 4 jenis I-message atau pesan aku (Adams & Lenz , 1995: 36) yaitu:

a. I-message Deklaratif adalah suatu pengungkapan diri kepada orang lain mengenai keyakinan, ide, sikap, minat, reaksi, perasaan dan tujuan, agar orang lain menjadi tahu apa yang dialami oleh pengirim, mengetahui rasanya menjadi orang seperti pengirim dan bisa menjadi lebih jujur dalam berhubungan. Pesan aku ini dapat mengundang dan mendorong orang lain untuk berbagi pengalamannya sehingga dapat terbina hubungan yang lebih dalam. Contoh: “Saya merasa marah/kesal hari ini”.

b. I-message Responsif adalah suatu kecakapan berkomunikasi yang digunakan untuk menanggapi permohonan dari orang lain yang tidak dapat dipenuhi atau suatu permintaan yang dapat diterima atau pernyataan yang dengan jelas mengungkapkan kata “tidak” atau “ya”. Ada 2 bagian dari I-message Responsif

yang baik, yaitu:

1) Pengungkapan apa adanya mengenai diri sendiri (penegasan). Bagian ini menyatakan keputusan untuk


(41)

menolak suatu permintaan dengan jelas. Contohnya: “Saya tidak bisa membantu kamu”.

2) Pengaruh permintaan yang tidak dapat diterima. Bagian ini menjelaskan mengapa menyatakan “tidak”. Pada dasarnya mengatakan kata “tidak”, kita tidak perlu menjelaskan alasan untuk menolak permintaan, namun dengan memberikan alasan orang lain tidak mendapat kesan bahwa pengirim kasar, agresif, serta memahami bahwa pengirim lebih memilih kebutuhan lain. Contoh: “Tidak, saya tidak mau nonton film, saya ada ulangan besok”. c. I-message Preventif adalah suatu pengungkapan diri yang bisa

mencegah terjadinya konflik dan salah paham antara pengirim pesan dan penerima pesan. Penerima pesan akan lebih tahu mengenai apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pengirim pesan. Ada 2 bagian dari I-message Preventif yaitu:

1) Pengungkapan diri tentang kebutuhan. Contoh: Maaf, saya ingin pergi hari ini.

2) Alasan-alasan untuk kebutuhan. Contoh: “Maaf, saya memutuskan untuk lebih giat belajar agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan”.

d. I-message Konfrontif adalah pengungkapan diri yang menggambarkan perasaan negatif yang dialami sesudah menghadapi tingkah laku orang lain, dan akibat dari tingkah


(42)

laku orang lain terhadap diri kita. Contoh: “saya merasa sangat tersinggung atas ucapanmu”.

D. Perbedaan Perilaku Asertif, Non Asertif, dan Agresif

Alberti dan Emmons (2002: 45) menjelaskan perbedaan perilaku asertif, non asertif, dan agresif seperti yang disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1

Perbedaan Perilaku Asertif, Non Asertif dan Agresif Perilaku Tidak Asertif Perilaku Agresif Perilaku Asertif

Pengirim Pengirim Pengirim

Penyangkalan- diri Peningkatan-diri dengan mengorbankan orang lain

Peningkatan diri

Terkekang Ekspresif

Merasa tersakiti, cemas Ekspresif Merasa nyaman dengan diri sendiri

Membiarkan orang lain untuk memilih

Memilih bagi orang lain Memilih bagi diri sendiri

Tidak berhasil meraih tujuan yang diinginkan

Mencapai tujuannya dengan menyakiti orang lain

Kemungkinan mencapai tujuan yang diinginkan

Penerima Penerima Penerima

Merasa bersalah atau marah

Penyangkalan-diri Peningkatan-diri Tidak menghargai

pengirim

Merasa tersakiti,

membentengi diri, merasa terhina

Ekspresif

Mencapai tujuan yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain

Tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan

Kemungkinan mencapai yang diinginkan

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

Menurut Alberti dan Emmons (2002: 7) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, yaitu:


(43)

1. Masyarakat

Masyarakat berperan penting dalam pembentukan perilaku asertif individu. Masyarakat yang menerapkan perilaku terbuka secara otomatis membentuk individu yang terbuka dan sebaliknya. Kualitas perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa anak-anaknya. 2. Banyak orang yang tidak percaya bahwa mereka memiliki

hak untuk berperilaku asertif.

3. Banyak orang sangat cemas atau takut untuk berperilaku asertif.

4. Banyak orang yang kurang terampil dalam mengekspresikan diri secara afektif

Menurut Rathus (Setyafi: www.setyafi.multiply.com), perilaku asertif yang dimiliki individu berbeda dengan individu yang lain. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif seseorang yaitu:

1. Jenis kelamin

Sejak anak-anak, pendidikan laki-laki dan perempuan telah dibedakan di masyarakat. Sejak kecil anak laki-laki telah dibiasakan berperilaku tegas dan kompetitif. Masyarakat mengajarkan bahwa asertif kurang sesuai untuk anak perempuan. Oleh karena itu tampak bahwa perempuan lebih berperilaku pasif terutama terhadap hal-hal yang kurang


(44)

berkenan di hatinya. Anak laki-laki tampak lebih asertif dibandingkan dengan anak perempuan.

2. Kepribadian

Dalam interaksi sosial, orang yang memiliki gambaran kepribadian yang positif akan berperilaku aktif. orang yang berperilaku aktif adalah orang yang secara spontan mengutarakan apa yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat dikatakan mampu berperilaku asertif. Sebaliknya, orang yang memiliki gambaran kepribadian yang negatif akan merasa malu, minder dan tidak bisa mengungkapkan dirinya secara penuh. Orang yang memiliki gambaran kepribadian yang negatif dapat dikatakan tidak dapat berperilaku asertif. 3. Inteligensi

Perilaku asertif juga dipengaruhi oleh kemampuan setiap orang untuk merumuskan dan mengungkapkan buah pikirannya secara jelas sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pihak lain. Orang yang memiliki intelegensi tinggi akan lebih asertif dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah.

4. Kebudayaan

Perbedaan kebudayaan dengan berbagai macam tradisi mempengaruhi perilaku orang yang tinggal didalamnya. Misalnya, budayan Jawa cenderung mengekang perilaku


(45)

asertif. Budaya Jawa sangat menjunjung tinggi prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Budaya Jawa merasa sungkan apabila mengutarakan pendapat dan perasaanya pada orang lain, terutama perasaan negatif dan pendapat yang tidak sejalan dengan banyak orang untuk menghindari pertentangan. Hal ini mengakibatkan orang menjadi tidak jujur dengan perasaan dan keinginannya sendiri.

F. Manfaat Perilaku Asertif

Menurut Adams dan Lenz (1995: 29-33) manfaat berperilaku asertif adalah sebagai berikut:

1. Memahami diri sendiri

Manfaat paling penting dari berperilaku asertif terhadap orang lain adalah seseorang akan tetap mampu sepenuhnya memahami dirinya sendiri; kebutuhan, opini, dan idenya. Menyampaikan idenya kepada orang lain adalah suatu proses yang sama sekali berbeda dengan hanya memikirkan ide itu semata-mata. Tindakan menyatakan sesuatu dengan lantang akan mewujudkannya.

Melalui pengalaman pengungkapan diri kepada orang lain, orang yang asertif akan mengenali dirinya dengan baik sekali. Orang asertif akan bertindak kongkret pada apa yang ia rasakan, dan melalui proses itu maka akan menciptakan lebih


(46)

banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dengan cara-cara baru dan menggairahkan

2. Hidup dalam masa sekarang

Suatu keuntungan dengan berperilaku asertif terus-menerus adalah seseorang akan hidup dalam kekinian. Orang yang asertif dapat tetap berhubungan dengan dirinya sendiri dan dapat memenuhi kebutuhannya saat ini.

Gagal untuk berkomunikasi secara spontan menyebabkan seseorang hidup di masa lalu atau di masa yang akan datang, senantiasa berjuang secara internal mendapatkan cara mengatasi pikiran, perasaan, dan kebutuhannya yang menganggu.

3. Memenuhi kebutuhan pokok

Orang yang berperilaku asertif dapat memungkinkan orang lain mengetahui dan memahami keinginan atau kebutuhannya. Kadang kita harus memberi tahu kepada orang lain tentang kebutuhan kita, agar mereka mau dan bersedia membantu kita memenuhi kebutuhan kita.

4. Pribadi yang menarik

Orang yang berperilaku asertif dalam sebuah hubungan akan menjadi dirinya sendiri dan menampilkan dirinya secara otentik. Ia tidak akan berpura-pura menjadi orang lain dalam berelasi.


(47)

5. Bertambahnya harga diri

Berperilaku asertif dapat menjadikan individu menjadi berani membuka diri, jujur terhadap orang lain, khususnya tentang ide-ide dan pokok persoalan yang sangat penting untuknya. Harga diri dan kepercayaan diri orang yang berperilaku asertif akan semakin bertambah.

6. Membuka jalan bagi orang lain

Individu yang bersedia berperilaku asertif dapat memberikan kesempatan dan membuka jalan bagi orang lain untuk berperilaku asertif. Berperilaku asertif dapat mencegah timbulnya kesalahpahaman, berkurangnya frustrasi dan kebencian. Semakin mereka terbuka dan mengenali diri mereka, mereka dapat bertanggung jawab atas hidup mereka dan memenuhi kebutuhan mereka yang terpenting.

7. Mencegah terjadinya keretakan hubungan

Orang yang berperilaku asertif akan terbuka dalam menyatakan perasaan, fikiran atau pendapatnya pada orang lain, sehingga keretakan dalam suatu hubungan dapat dihindari atau dicegah.

G. Hambatan dalam Berperilaku Asertif

Aaron Beck (Alberti dan Emmons, 2002: 97-98) menjabarkan beberapa pola pikir yang menghambat orang untuk


(48)

berperilaku asertif. Hambatan ini berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Hambatan –hambatan yang dimaksudkan adalah:

1. Kecenderungan untuk berpikir kurang baik terhadap diri sendiri.

Orang yang mempunyai pikiran bahwa dirinya buruk tidak pantas mendapatkan hal yang baik. Ia menilai dirinya rendah atau negatif tidak bisa mengatakan pendapatnya yang benar dan selalu salah.

2. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah

Orang yang sulit untuk berperilaku asertif akan membesar-besarkan masalahnya agar mendapat perhatian dari orang lain. Padahal masalah yang dimaksudkan sebenarnya tidak terlalu penting dan tidak terlalu besar.

3. Sudut pandang egosentrisme tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan.

Suatu pemikiran bahwa segala sesuatu hal yang buruk selalu menimpanya. Oleh karena itu orang ini akan sulit untuk berperilaku asertif karena sudah berfikir negatif terlebih dahulu.

4. Keyakinan bahwa hidup ini kalau tidak begini ya begitu. Orang yang memiliki pemikiran yang hanya memiliki dua pilihan yaitu “ya” atau “tidak”, akan sulit berperilaku asertif.


(49)

Pada dasarnya dalam kehidupan ini banyak pilihan yang bisa kita pilih.

5. Pandangan terhadap diri sendiri yang tidak berdaya atau rapuh. Orang yang berfikir dirinya tidak bisa untuk melakukan sesuatu akan sulit untuk berperilaku asertif. Ia merasa dirinya rapuh dan tidak bisa melakukan apa-apa dalam menjalani kehidupan.

H. Cara Meningkatkan Perilaku Asertif

Alberti dan Emmons (2002: 123-129) mengemukakan beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan perilaku asertif yaitu:

1. Mengamati perilaku sendiri.

Mengamati perilaku sendiri yaitu menilai tentang perasaan dan sikap diri sendiri dalam hubungan antar pribadi apakah diri kita sudah asertif.

2. Melacak keasertifan sendiri

Melacak keasertifan sendiri yaitu mencatat setiap keadaan dengan jujur dimana diri sendiri mengalami suatu kegagalan atau keberhasilan, menganggapi keadaan dengan asertif dan menghindar agar tidak dituntut asertif.

3. Menetapkan tujuan yang realistis bagi diri sendiri

Menetapkan tujuan yang realistis bagi diri sendiri yaitu membuat penilaian diri sendiri dengan menentukan tujuan atau


(50)

target yang hendak dicapai yang dijadikan sebagai penyemangat atau sebagai pupuk untuk menumbuhkan perilaku asertif.

4. Memusatkan perhatian pada situasi tertentu

Memusatkan perhatian pada situasi tertentu yaitu membayangkan suatu kejadian dimana diri sendiri mengalami perlakuan yang kurang baik. Membayangkan dengan jelas termasuk perasaan yang ada saat kejadian itu terjadi dan sesudah kejadian tersebut.

5. Meninjau ulang respons diri

Meninjau ulang respons diri yaitu tulislah perilaku diri sendiri yang terjadi pada langkah 4. Simaklah dengan seksama dan perhatikan komponen yang melambangkan perilaku asertif dan agresif. Jika respons yang menunjukkan rasa cemas, jangan mencoba untuk memaksa dalam situasi yang menyakitkan. 6. Mengamati model (teladan) yang efektif

Mengamati model (teladan) yang efektif yaitu mengamati seseorang yang dapat menanggapi situasi yang sama dengan baik. Mengamati secara seksama bagaimana cara ia berperilaku bukan apa yang dikatakan.

7. Mempertimbangkan tanggapan/respons alternatifnya

Mempertimbangkan tanggapan/respons alternatifnya yaitu memikirkan kembali cara-cara lain yang bisa digunakan dalam


(51)

menanggapi suatu peristiwa yang memungkinkan ada cara lain yang lebih asertif serta tidak menyinggung perasaan.

8. Membayangkan diri sendiri sedang menangani situasi

Membayangkan diri sendiri sedang menangani situasi yaitu membayangkan diri sendiri sedang mengalami situasi dengan asertif. Mulai mengambangkan strategi atau cara untuk mengatasi hambatan dalam visualisasi itu. Jika ada fikiran negatif dalam upaya keasertifan segeralah mengganti kalimat yang positif.

9. Mempraktikan pikiran-pikiran yang positif

Mempraktikan pikiran-pikiran yang positif yaitu membuat kalimat yang positif saat memberikan tanggapan atau respons kepada orang lain, agar terbiasa untuk berfikir positif dan supaya penerima pesan tidak tersinggung.

10.Meminta bantuan apabila membutuhkannya

Meminta bantuan apabila membutuhkan yaitu proses untuk menjadi asertif akan menuntut seseorang untuk lebih keras dalam berupaya. Jika tidak sanggup untuk menangani situasi yang telah Anda bayangkan, carilah bantuan dari orang yang lebih profesional dalam berperilaku asertif.

11.Mencoba

Mencoba yaitu setelah melakukan beberapa pendekatan dan pengamatan di atas. Sekarang mulailah mencoba menangani


(52)

suatu masalah dengan cara baru. Cobalah mempratekkan dengan teman agar mulai terbiasa berperilaku asertif.

12.Mendapat umpan balik

Mendapat umpan balik yaitu catatlah perilaku asertif yang telah dipraktekkan di atas khususnya kekuatan yang ada dalam diri serta tekuni kelemahan-kelemahan yang ada agar dapat diperbaiki.

I. Penelitian yang Relevan

Berikut ini dipaparkan beberapa penelitian yang berkenaan dengan perilaku asertif:

1. Hariyanti (2001) mengadakan penelitian tentang asertivitas para mahasiswa keperawatan St. Vince a Paulo Surabaya tahun 2001. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi penelitian ini adalah 177 orang yang terdiri dari seluruh mahasiswa akademi keperawatan St. Vinces a Paulo Surabaya tahun 2001 yang berusia19-21 tahun. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Hasil penelitian ini adalah asertivitas mahasiswa akademi keperawatan St. Vinces a Paulo Surabaya tahun 2001 perlu ditingkatkan.

2. Hia (2004) mengadakan penelitian tentang asertivitas para suster yunior dan meditor Konggregasi Suster-Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda Berbelas Kasih (SCMM) di Sumatera Utara tahun 2004. Jenis penelitian yang digunakan adalah


(53)

penelitian deskriptif dengan metode survei. Jumlah populasi ini adalah 60 orang, yang terdiri dari pada para suster yunior dan meditor Konggregasi Suster-Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda Berbelas Kasih (SCMM) di Sumatera Utara tahun 2004. Hasil penelitian ini adalah asertivitas suster yunior dan meditor Konggregasi Suster-Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda Berbelas Kasih (SCMM) di Sumatera Utara tahun 2004 belum tinggi dan perlu ditingkatkan.

3. Limasale (2014) mengadakan penelitian tentang sikap asertif siswa SMPN 1 Sawangan tahun ajaran 2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi yang pada penelitian ini adalah 90 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah tinggi.

Kekhususan penelitian saya dengan beberapa penelitian lain adalah kuesioner yang disebar untuk mengumpulkan data berbeda dengan kuesioner yang digunakan oleh penelitian sebelumnya dan responden penelitian juga berbeda. Peneliti tidak menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti sebelumnya; peneliti membuat sendiri dengan bantuan dosen pembimbing.


(54)

J. Kerangka Pikir

Seorang mahasiswa dituntut untuk bisa menjadi lebih mandiri, lebih berinisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Untuk menciptakan interaksi yang baik dan harmonis diperlukan kemampuan berperilaku asertif. Apabila mahasiswa mampu berperilaku asertif, maka interaksi sosialnya dan pengembangan dirinya akan semakin baik. Begitupula sebaliknya, apabila mahasiswa kurang mampu dalam berperilaku asertif, interaksi sosial dan pengembangan pribadinya akan terhambat. Intraksi yang kurang baik akan mempengaruhi pembentukan karakter mahasiswa. Karena itu perlu dilihat seberapa mampu mahasiswa berperilaku asertif. Kalau ternyata kurang baik, perlulah dilakukan upaya-upaya untuk membantu mahasiswa meningkatkan kemampuannya berperilaku asertif. Apabila mahasiswa ternyata memiliki kemampuan berperilaku asertif yang baik, kemampuan itu perlu terus dipelihara dan dikembangkan, agar kelak mampu memberikan pelatihan asertivitas.


(55)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode suvei. Menurut Sugiyono (2013: 56) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang situasi sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 terhadap perilaku asertifnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2014. Pengisian kuesioner dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2016.


(56)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014. Semua anggota populasi menjadi subjek penelitian, yang berjumlah 62 orang (kelas A 32 orang dan Kelas B 30 orang). Karena itu penelitian ini termasuk penelitian populasi. Peneliti memilih mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 sebagai subjek penelitian dengan beberapa pertimbangan, yaitu:

Pertama, belum ada yang meneliti tentang perilaku asertif mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014. Kedua, mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 harus menyadari seberapa tinggi kemampuanya dalam berperilaku asertif. Hal tersebut sejalan dengan kompetensi konselor yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian koselor yang jujur. Ketiga, sebagai calon guru BK atau konselor harus mampu berperilaku asertif dan perlu mampu memberikan pelatihan asertivitas.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini tunggal, yaitu persepsi mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 tentang kemampuannya berperilaku asertif.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner langsung tertutup. Artinya, responden menjawab pernyataan yang alternatif jawabannya sudah disediakan dalam lembar kuesioner dengan memberikan tanda centang


(57)

() pada kolom alternatif jawaban yang dianggap tepat. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner kemampuan berperilaku asertif mahasiswa. Kuesioner yang disusun penelitian mengacu pada prinsip-prinsip skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 134). Dalam skala Likert terdapat 5 alternatif jawaban, tetapi dalam kuesioner ini hanya digunakan 4 alternatif jawaban agar responden lebih jelas dalam menyatakan jawabannya, dan tidak cenderung memilih alternatif jawaban yang tengah (netral).

Pernyataan yang terdapat dalam instrumen perilaku asertif ini terdiri dari pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif (unfavourable). Pernyataan positif (favourable) adalah pernyataan yang mengungkap adanya kemampuan berperilaku asertif yang baik. Sedangkan pernyataan negatif (unfavourable) adalah pernyataan yang menunjukkan kurangnya atau tidak adanya kemampuan berperilaku asertif.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangan Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (KS). Norma skoring yang dikenakan dalam pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut: untuk pernyataan favourable skor yang diberikan untuk jawaban SS adalah 4, S adalah 3, KS adalah 2, dan TS adalah 1. Sebaliknya, untuk


(58)

pernyataan unfavourable skor yang diberikan untuk jawaban SS adalah 1, S adalah 2, KS adalah 3, dan TS adalah 4. Setelah kuesioner perilaku asertif selesai, peneliti menguji cobanya. Kisi-kisi intrumen penelitian disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

No Aspek Indikator Item Jumlah

(+) (-) 1. Mempromosikan

kesetaraan dalam hubungan manusia

a. Menempatkan kedua belah pihak secara setara

1, 3, 5 2, 4, 6 6 b. Dapat menerima kekurangan

dirisendiri

8, 9, 11 7, 10, 12, 13

9 2. Berindak menurut

kepentingan kita sendiri

a. Mampu membuat tujuan bagi dirinya sendiri

14, 15, 17, 18,

19,

16 6

b. Berani memulai hubungan lebih dahulu dengan orang lain 21, 22, 24, 26, 27 20, 23, 25 8

3. Membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya

a. Berani berkata tidak 28, 29, 31, 32

30, 33 6 b. Berani menanggapi kritikan

atau amarah dengan tegas

35, 36, 34, 37, 38

5 4. Mengekspresikan

perasaan dengan jujur dan nayaman

a. Dapat mengugkap perasaan negatif

39, 40, 41, 42,

43

44, 45 7

b. Berani mengungkap

kebutuhan dan keinginannya

46, 49, 50

47, 48, 51

6

5. Menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain

a. Bersedia memberi bantuan kepada orang lain

52, 53 54 3

b. Berperilaku menyenangkan terhadap orang lain

55, 56, 57, 59, 61, 62

58, 60 8


(59)

F. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas menurut Azwar (2012: 131) yaitu ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat expert judgement (Azwar, 2012: 42). Untuk validitas isi peneliti menggunakan uji pakar yang dilakukan oleh dosen pembimbing saat bimbingan.

Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis validitas item-item tersebut adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil validitas dari item-item kuesioner perilaku asertif dilampirakn pada lampiran 1. Adapun rumus teknik korelasi product moment adalah sebagai berikut (Arikunto, 2010: 171):

ℎ� ��

=

� ∑ − ∑ ∑

√{�∑ 2− ∑ 2}{�∑ − ∑ 2}

Keterangan rumus:

�ℎ� �� = Korelasi produk moment N = Jumlah responden

X = Skor Variabel (jawaban responden) Y = Skor total variabel (jawaban responden)

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien korelasi item dengan total item minimal sama dengan 0,30. Apabila nilai


(60)

koefisien item kurang dari 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur. Dalam tabel 3, disajikan rincian item yang valid dan tidak tidak valid.

Tabel 3

Rincian Item Valid Dan Tidak Valid Dari Kuesioner Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

No Aspek Item Valid

Item Tidak

Valid 1. Memperomosikan

kesetaraan dalam hubungan manusia

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13 2. Bertindak menurut

kepentingan kita sendiri

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27

14, 26 3. Membela diri sendiri tanpa

kecemasan yang tidak semstinya

28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38

37 4. Mengekspresikan perasaan

dengan jujur dan nyaman

41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51

39, 40, 5. Menerapkan hak-hak

pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain

52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 61

Jumlah 56 item 6 item

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai


(61)

pengukuran yang reliabel (Azwar, 2012: 111). Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan pendekatan koefisien Alpha Crombach (a), dengan rumus sebagai berikut:

R = [� − ] [ −� ∑ � �� � ] Keterangan rumus:

R = Koefisien reliabilitas instrumen K = Jumlah butir pernyataan

∑ � � = Jumlah varians butir � � = Varians total

Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (Masidjo, 2006). Kriteria Guilford dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,9-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup Tinggi

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria Guilford dapat diketahui bahwa koefisien reliabilitas kuesioner yang digunakan sangat tinggi, yaitu 0.931.


(62)

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.

Langkah-langkah teknik data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Skor

Penentuan skor dilakukan dengan mengacu pada pedoman skoring yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melihat sifat pernyataan

favorable dan unfavorable dan memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan jawaban yang diberikan responden. Setelah itu peneliti memasukan hasil tersebut pada tabel data dan menghitung total jumlah skor item serta jumlah skor subjek.

2. Menentukan Kategori

Azwar (2014: 106) mengatakan bahwa kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang terpisah berdasarkan atribut yang diukur secara berjenjang dan menurut suatu kontinuum. Kontinuum jenjang skor perilaku asertif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari sangat tinggi sampai dengan sangat rendah. Norma kategorisasi mengacu pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar yang dapat dilihat pada tabel 5.


(63)

Tabel 5

Norma Kategorisasi Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Keterangan:

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6

satuan deviasi standar

Xi : Skor item

�̅ : Mean rata-rata

� : Jumlah

3. Membuat data hasil penskoran dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2010.

4. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program SPSS 17.

Normal/Kriteria Skor Kategori

+1,5

σ

< μ Sangat Tinggi

+0,5σ < μ +1,5σ Tinggi

-0,5σ < μ 0,5σ Sedang

-1,5σ < μ -0,5σ Rendah


(64)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

Bab ini memuat hasil penelitian, pembahasan, dan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian.

A. Persepsi Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan Tahun 2014 Terhadap Perilaku Asertifnya

Tujuan pertama penelitian ini adalah mendeskripsikan persepsi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan Tahun 2014 mengenai perilaku asertifnya. Dengan mengikuti norma kategorisasi yang dikemukakan pada tabel 5, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 56 x4 = 224 Skor minimum teoritik : 56 x 1 = 55

Luas jarak : 56-224 = 168

Standar deviasi ((σ/sd) : (56-168): 6 = 28 μ (mean teoritik) : (224 + 56) : 2= 140

Berdasarkan data penelitian tentang perilaku asertif yang dianalisis dengan teknik kategorisasi model distribusi normal, tingkat kemampuan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma


(65)

angkatan tahun 2014 dalam berperilaku asertif menurut persepsinya adalah seperti yang ditampilkan dalam tabel 6 ini.

Tabel 6

Kategorisasi Kemampuan Mahasisiwa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan Tahun 2014 dalam

Berperilaku Asertif Rentang Skor

Kategorisasi Kemampuan Berperilaku Asertif

Subjek Persentase %

> 182 Sangat Tinggi 16 25.8%

154 – 182 Tinggi 38 61.3%

126 – 153 Sedang 8 12.9%

98- 125 Rendah 0 0%

<98 Sangat Rendah 0 0%

Berdasarkan tabel 6 tampak bahwa:

1. Ada 16 mahasiswa (25,8%) yang kemampuannya berperilaku asertif sangat tinggi.

2. Ada 38 mahasiswa (61,3%) yang kemampuannya berperilaku asertif tinggi.

3. Ada 8 mahasiswa (12,9%) yang kemampuannya berperilaku asertif sedang.

4. Ada 0 mahasiswa (0%) yang kemampuannya berperilaku asertif rendah.

5. Ada 0 mahasiswa (0%) yang kemampuannya berperilaku asertif sangat rendah.

Berdasarkan tabel 6 peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan dari sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling


(66)

Universitas Sanata Dharma angkatan tahun 2014 untuk berperilaku asertif termasuk tinggi.

Hasil perhitungan data skor butir-butir perilaku asertif disajikan pada tabel 7.

Tabel 7

Kategorisasi Skor Item Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Normal/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

+1,5σ < μ > 187 Sangat Tinggi

+0,5σ < μ +1,5σ 165 – 186 Tinggi

-0,5σ < μ 0,5σ 144– 164 Sedang

-1,5σ < μ -0,5σ 123- 143 Rendah

μ -1,5σ <123 Sangat Rendah

Berdasarkan norma kategorisasi pada tabel 8 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 62 x 4 = 248 Skor minimum teoritik : 62 x 1 = 62

Luas jarak : 62-248 = 186

Standar deviasi ((σ/sd) : (62-248): 6 = 31 μ (mean teoritik) : (248+ 62): 2 = 155


(1)

Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 2 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 4 6 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 7 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 8 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 9 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 10 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 11 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 12 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 13 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 14 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 15 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 16 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 17 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 19 3 3 1 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 1 3 2 3 2 3 1 3 3 20 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 4 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 3 21 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 22 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 2 23 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 24 3 3 4 4 2 3 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 2 2 1 2 3 25 3 3 3 3 2 2 2 2 1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 4 4 26 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 27 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 28 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 29 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3

30

4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4

31 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 32 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 2 4 2 4 3 3 4 3 3 2 33 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 34 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 35 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 36 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 37 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 2 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 38 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 39 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3


(2)

2 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 2 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 2 4 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 2 1 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 3 1 3 3 4 3 3 3 1 3 2 3 2 3 1 3 3 3 3 1 2 4 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 3 4 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 1 3 3 4 4 2 3 2 2 1 2 1 3 3 3 3 4 4 2 3 2 2 1 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 2 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 1 3 2 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 2 4 4 3 2 1 4 4 1 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 4 3 2 2 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 1 1 2 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 4


(3)

4 4 3 3 3 2 2 4

201

4 4 4 3 3 3 3 4

210

3 3 3 3 3 3 2 3

182

4 4 4 4 4 4 4 4

239

3 4 4 4 3 2 1 4

208

2 3 3 4 2 3 2 3

181

3 4 4 4 3 2 3 4

206

2 3 3 4 2 3 2 3

181

3 3 3 3 3 1 2 3

181

4 4 4 3 3 3 3 4

207

3 4 4 3 3 3 3 4

207

3 3 3 4 3 2 2 4

188

3 4 4 4 3 4 3 3

221

3 4 3 3 3 4 2 3

196

3 3 3 4 3 3 3 3

200

4 3 3 4 3 3 2 4

199

3 3 3 3 3 2 3 3

184

3 3 3 3 3 3 2 3

174

3 2 3 2 3 1 3 3

155

3 3 4 4 2 2 3 3

176

4 4 4 3 3 2 4 4

219

4 3 3 3 3 2 1 2

186

3 3 1 2 2 2 2 3

153

4 2 3 2 2 1 2 3

162

3 2 2 2 2 1 4 4

165

3 4 3 3 2 2 2 2

173

3 2 2 2 2 3 2 2

152

3 2 3 3 3 3 3 4

172

4 4 3 3 3 3 3 3

203

4 3 3 4 3 2 4 4

215

3 3 3 3 2 3 3 3

181

3 2 3 1 3 3 3 3

178

4 4 2 2 3 3 2 4

196

4 3 3 2 4 4 3 3

208

3 3 3 2 1 2 3 3

188

1 2 2 2 2 3 3 4

183

3 2 2 1 2 3 4 1

190

2 2 2 1 4 4 2 3

183


(4)

41 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 1 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 42 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 43 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 44 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 45 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 1 3 46 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 1 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 47 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 48 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 49 2 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 50 2 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 2 2 4 3 4 3 3 4 4 51 2 2 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2 4 3 1 3 3 3 3 52 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 53 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 3 3 54 3 1 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 4 3 4 4 3 3 2 3 2 3 55 2 3 2 2 1 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 4 3 4 56 2 2 2 2 1 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 57 4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 58 2 2 2 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 59 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 1 3 4 3 3 4 2 2 2 60 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 61 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 2 2 2 2 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 2 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 2 3 1 3 3 3 2 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 2 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 2 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 2 1 3 2 4 3 2 3 3 3 2 1 4 4 4 3 1 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 2 3 3 2 2 1 2 1 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 3 1 4 4 2 2 2 1 4 2 4 3 2 4 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 4 3 4 2 1 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 1 2 3 4 3 3 4 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3 3 3 1 4 4 2 2 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 4 4 2 2 3 2 3 4 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3 4 4


(5)

1 2 2 3 2 2 2 2 3 4 4 2 4 4 3 3 2 1 2 3 1 2 3 3 2 3 2 2 3 2 1 3 3 4 4 3 2 2 2 1 3 3 1 2 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 4 3 4 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 2 1 3 2 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 1 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3

2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 4 2

186

3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3

191

4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3

192

4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3 4

207

4 4 3 4 4 3 3 2 1 4 4 4

190

4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3

186

3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2

183

4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3

206

4 4 4 3 4 4 4 1 2 3 3 2

179

4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3

168

4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 1 3

177

4 3 3 2 3 3 4 2 2 4 2 1

175

2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2

169

3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3

178

2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3

180

4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3

184

4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2

194

2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2

169

2 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 2

152

2 3 3 3 3 2 2 1 2 1 3 3

177

4 2 2 2 2 2 2 1 4 2 4 3

183

4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3

192

3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3

201


(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik kegiatan pengembangan diri.

0 0 92

Tanggung jawab mahasiswa (studi deskriptif tanggung Jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma dan implikasinya pada usulan topik-topik peningkatan tanggung jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan Da

1 3 100

Konsep diri mahasiswa : studi deskriptif pada mahasiawa angkatan 2015/2016 program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 3 120

Motivasi belajar pada mahasiswa : studi deskriptif tingkat motivasi belajar pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan akademik.

0 1 79

Deskripsi tingkat kesiapan mahasiswa menghadapi pernikahan (studi deskriptif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan persiapan berkeluarga).

0 0 84

SIKAP MAHASISWA TERHADAP TINDAKAN PLAGIARISME (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Semester II Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi dan Belajar).

1 3 121

Gaya belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2013/2014 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan belajar.

0 2 87

Tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa dan impilkasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial (studi deskriptif pada mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma).

0 1 112

Tingkat kecerdasan emosi mahasiswa angkatan 2015 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik topik kegiatan pengembangan diri

0 0 90

Deskripsi tingkat kemandirian belajar mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 112