IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (PTK).

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Angga Putra Pratama

0807706

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PERMAINAN BOLAVOLI PADA

SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I

KABUPATEN BANDUNG

Oleh

Angga Putra Pratama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Angga Putra Pratama 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NAMA : ANGGA PUTRA PRATAMA NIM : 08087706

JUDUL : IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (Penelitian Tindakan Kelas)

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing 1

Dr. YUNYUN YUDIANA, M.Pd NIP. 19650614199001 1 001

Pembimbing II

CARSIWAN M.Pd NIP. 19710105200212 1 001

Mengetahui Ketua

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Sucipto. M.Kes NIP. 19610612198703 1 002


(4)

i

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI

PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (PTK)

Angga Putra Pratama

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidakbiasaan seorang guru dalam menerapkan metode pembelajaran modifikasi permainan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran bolavoli di sekolah dan seorang guru hanya memikirkan bagaimana pembelajaran tersebut dapat disampaikan tanpa memperhatikan apakah tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji bagaimana mengimplementasikan modifikiasi permainan bolavoli di sekolah. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode Penelitian Tindakan kelas terhadap 40 orang siswa kelas V SDN Pangauban I. Data dikumpulkan menggunakan instrumen penelitian GPAI (Games Performance Assessment Instrument). Analisis data menggunakan Microsoft excel. Hasil pengolahan data terlihat adanya peningkatan dari siklus I dan II dalam kategori baik jika di persentasekan terjadi peningkatan sebesar 12,5% dari 25% menjadi 32,5% dan kategori kurang mengalami penurunan walaupun tidak signifikan dari 42,5% menjadi 30%. Sesuai dengan hasil ini direkomendasikan kepada guru pendidikan jasmani untuk lebih banyak modifikasi permainan bolavoli pada setiap kegiatan belajar mengajar khususnya di sekolah dasar.


(5)

ii ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI

PADA SISWA KELAS V SDN PANGAUBAN I KABUPATEN BANDUNG (PTK)

Angga Putra Pratama

This research is motivated by the unfamiliarity of a teacher in applying the modified method of learning games in teaching and learning, especially in learning volleyball at school and a teacher just thinking about how learning can be delivered without think whether the learning objectives have been achieved. The purpose of this study is to investigate and examine how to implement modification play volleyball at school. The experiment was conducted using research methods class action against 40 students of class V SDN Pangauban I. Data were collected using a research instrument GPAI (Games Performance Assessment Instrument). Data analysis using Microsoft Excel. Data processing results saw an increase of cycle I and II in both categories if at percentage an increase of 12.5% from 25% to 32.5% and less category, although not significantly decreased from 42.5% to 30%. In accordance with the results of recommended physical education teacher for more modifications volleyball game at any school activity, especially in elementary school.


(6)

vi

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Cara Pemecahan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Penjelasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 9

A. KAJIAN TEORETIS ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 9

2. Pendidikan Jasmani ... 11

a. Pendidikan Jasmani ... 11

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 18

3. Permainan Bolavoli ... 22

a.Tehnik dasar Permainan Bolavoli ... 22

b. Prasarana Permainan Bolavoli ... 33

B. HIPOTESIS TINDAKAN ... 36

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 37

A. Prosedur Penelitian ... 37

1. Metode Penelitian ... 37

a. Latar Belakang PTK ... 37

b. Karakteristik PTK ... 42

2. Desain penelitian ... 46

3. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

4. Prosedur Penelitian ... 48


(7)

vii

Agung Putra Pratama, 2013

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 63

A. Deskripsi ... 63

B. Hasil Observasi Awal ... 64

C. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 66

1. Hasil Pembelajaran Siklus I ... 73

2. Hasil Pembelajartan Siklus II ... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 89

E. Diskusi Penemuan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun dia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Adapun beberapa pengertian Pendidikan dari beberapa sumber yang penulis dapat diantaranya dalam UU Sisdiknas no.20 tahun 2003, mengatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

Sedangkan menurut Thomson dalam buku Konsep Dasar Pendidikan Moral (1977:2) mengatakan: Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya dan perasaannya”.

Dalam perjalananya pendidikan memiliki beberapa cabang keilmuan salah satunya adalah Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani merupakan suatu bidang kajian yang luas.Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan manusia dan wilayah pendidikan lainnya.

Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Dalam hal ini ada beberapa pendapat para ahli tentang arti dari pendidikan jasmani, Menurut Nash (1948:52) dalam Harsuki dan Elias (2003:22) mengatakan bahwa: “pendidikan jasmani adalah satu fase dari pendidikan keseluruhan dan memberikan sumbangan kepada semua tujuan dari pendidikan”.


(9)

Sedangkan Suherman dan Mahendra (2001:9) mengemukakan bahwa: “pendidikan jasmani pada dasarnya merupakanpendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individusecara menyeluruh”. Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran disekolah yang berisikan aktivitas olahraga . Namun pada saat pelaksanaanya pendidikan jasmani tidak memiliki karakteristik untuk memberikan pengalaman gerak yang banyak bagi siswa. Pendidikan jasmani lebih cenderung menjadi aktivitas jasmani yang di lakukan di lingkungan lembaga pendidikan. Saat ini pada kenyataanya banyak siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani, mereka memiliki anggapan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani itu sangat melelahkan dan tidak menarik. Tugas kita sebagai calon guru pendidikan jasmani harus lebih peka melihat kondisi siswa pada saat ini agar dapat mengemas pelajaran pendidikan jasmani ini lebih menarik dan siswa pun lebih berminat untuk melakukan tugas gerak yang kita perintahkan. Banyak metode atau cara yang dapat digunakan untuk membuat suasana belajar menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif salah satunya adalah dengan cara memodifikasi salah satu aspek yang ada dalam aktivitas gerak yang akan diberikan kepada peserta didik.

Melihat permasalahan tersebut peneliti memiliki satu cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yaitu dengan cara memperkenalkan permainan yang menyerupai permainan yang sesunggguhnya atau biasa disebut like game. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang berkaitan dengan pendidikan jasmani itu sendiri, yang dimana bolavoli popular di kalangan masyarakat dunia khususnya Indonesia. Masyarakat tentunya sangat mengenal sekali olahraga ini dikarenakan bolavoli bisa dimainkan oleh siapa saja dan tentu dapat dengan mudah dipelajari oleh siapa saja. Tempat bermain bola voli pun sebenarnya bisa dilakukan dimana saja yang memiliki tanah lapang dan menggunakan peralatan seadanya, karena prinsip bermain voli itu sendiri memantulkan bola menggunakan tangan melewati net. Di dalam ruang lingkup pendidikan bolavoli ini merupakan salah satu olahraga yang selalu di ajarkan di berbagai jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD),


(10)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Akan tetapi materi yang di berikan terlihat sangat monton, masih banyak siswa yang menunggu giliran untuk melakukan tugas gerak yang diintruksikan oleh guru dan tidak memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Mengenai peraturan itu bisa di sesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba meneliti tentang permaian bolavoli di sekolah dan kendala-kendala apa saja yang terjadi saat pembelajaran itu berlangsung serta cara pemecahan masalahnya.

Pada saat pembelajaran bolavoli di sekolah terutama siswa Sekolah Dasar pasti akan menemui beberapa kendala diantaranya adalah keterampilan gerak motorik anak yang masih kurang, kecenderungan siswa yang takut menggunakan bolavoli yang sebenarnya dikarenakan keras, dan lapangan yang digunakan menyulitkan siswa apabila menggunakan lapang dan peraturan yang sesungguhnya. Sekolah menjadi salah satu tempat dimana olahraga bolavoli bisa dilakukan, biasanya setiap sekolah memiliki 1 lapangan voli yang bisa digunakan untuk berbagai macam olahraga lainya seperti sepak bola, basket, ataupun bulu tangkis. Tetapi pada kenyataanya tidak semua sekolah memiliki fasilitas lapangan yang cukup memadai, seperti di SDN Pangauban I yang akan diteliti oleh peneliti, sekolah ini tidak memiliki sarana olahraga yang cukup memadai hanya memiliki satu lapang kecil yang biasa dipakai untuk melakukan upacara bendera sehingga tidak bisa digunakan untuk melakukan aktivitas pendidikan jasmani. Setiap mata pelajaran pendidikan jasmani seluruh siswa diarahkan ke gedung olahraga di dekat sekolah untuk melakukan aktivitas jasmani dan siswa diharuskan membayar untuk menyewa gedung olahraga tersebut.

Situasi pembelajaran di kelas V SDN Pangauban I ini kurang merangsang minat belajar atau tidak meningkatkan kemampuan siswa bermain ini disebabkan oleh sarana dan prasarananya yang dirasakan kurang untuk tingkat sekolah dasar pada umumnya dan yang paling sering kita jumpai yaitu pendekatan tradisional yang terlalu dominan sehingga waktu belajar terlalu banyak dihabiskan untuk


(11)

latihan-latihan dan pengulangan gerakan yang lebih menekankan pada tehnik bermain suatu cabang olahraga bukan pada aktivitas gerak motorik siswa.

Pada kelas V di SDN Pangauban 1 ini memasuki usia yang harus banyak bergerak agar kemampuan gerak motorik anak bisa semakin diasah, melalui berbagai macam permainan yang tidak mengarah ke drill atau gerakan berulang-ulang sehingga terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran yang biasa dilihat pada proses-proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Biasanya dalam proses pembelajaran di kelas V SDN Pangauban 1 ini siswa hanya latihan servis atau pasing saja dalam materi olahraga permainan bolavoli, dengan pemberian materi seperti itu akan membuat siswa merasa bosan dan jenuh karena siswa melakukan gerakan yang itu-itu saja dan tidak didukung oleh prasarana yang memadai seperti bola sehingga siswa harus menunggu giliran yang lama setelah melakukan gerakan, apalagi yang dihadapi siswa adalah sekolah dasar yang memiliki karakteristik masih senang bermain dengan tanpa peraturan yang baku. Dengan adanya rasa bosan atau jenuh akan memberikan imbasnya pada siswa tidak bersemangat bahkan merasa malas dalam mengikuti pelajaran bola voli. Oleh sebab itu bila permasalahan ini tidak segera diatasi maka hasil belajar siswa pun tidak kompetitif.

Untuk memecahkan permasalahan ini maka pendekatan melalui cara modifikasi permainan adalah hal yang tepat diberikan karena bisa mengakomodir kebutuhan dan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran bola voli. Disini penulis mencoba memecahkan bagaimana memperbaiki keterampilan gerak motorik di Kelas V SDN Pangauban 1 terhadap materi permainan bolavoli yang di modifikasi menggunakan bola karet soft, lapang voli yang di modifikasi serta peraturan yang dimodifikasi.

Karena dengan menggunakan bola yang lebih ringan dan lembut siswa kelas V SDN Pangauban 1 tidak akan takut untuk mengikuti pembelajaran bolavoli dan akan menambah minat dalam materi pembelajaran permainan bola voli sehingga keterampilan permainan bolavoli bisa diasah menggunakan bola karet soft tersebut. Lapanganpun menjadi salah satu aspek yang sangat penting dimana jika siswa sekolah dasar bermain bolavoli di lapangan yang sesungguhnya


(12)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

akan sangat menyulitkan bagi siswa karena lapangan yang sesungguhnya sangat luas dan jika siswa sekolah dasar bermain enam lawan enam akan sangat kesulitan untuk memanage tempat, berbeda halnya dengan siswa SMA yang gerak motoriknya sudah lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah dasar. Bila bermain dengan peraturan yang sesungguhnya siswa kelas V SDN Pangauban I juga akan sangat kesulitan karena akan sulit untuk melakukan tiga kali sentuhan lalu melewatkan bola ke daerah lapangan lawan jika gerak motorik siswa sekolah dasar itu masih dirasa sangat kurang sehingga akan lebih baik menggunakan peraturan yang dibuat oleh guru itu sendiri agar siswa merasa permainan bolavoli lebih mudah jika menggunakan peraturan yang dibuat oleh guru, peraturan yang dibuatpun harus dilihat dari kondisi gerak motorik siswa sehingga kita bisa menyesuaikan peraturan bolavoli yang di modifikasi dengan gerak motorik siswa. Diharapkan dengan menggunakan permainan bolavoli yang di modifikasi siswa dapat melakukan tugas gerak yang diberikan. Maka dari itu penulis mencoba untuk meneliti masalah yang ada di siswa kelas V Sekolah Dasar Pangauban I, dengan membuat satu penelitian tindakan kelas dengan judul Implementasi

Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I

B. Identifikasi Masalah

Melihat dari latar belakang yang terjadi, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan dasar siswa dalam melakukan permainan bolavoli di kelas V SDN Pangauban I ?

2. Apakah hambatan yang dialami oleh siswa kelas V SDN Pangauban I dalam melakukan pembelajaran permainan bolavoli?

3. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan materi pembelajaran bolavoli bagi siswa kelas V SDN Pangauban I ?

4. Bagaimana tingkat keterampilan bermain bolavoli siswa kelas V SDN Pangauban I ?


(13)

5. Bagaimana menerapkan modifikasi permainan bolavoli pada siswa kelas V SDN Pangauban I ?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana menerapkan modifikasi permainan bolavoli pada siswa kelas V SDN Pangauban I” ?

D. Cara Pemecahan Masalah

Merujuk pada rumusan masalah yang dihadapi di sekolah tersebut penulis memiliki gagasan untuk memodifikasi alat atau media. Media yang di gunakan pada pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran olahraga permainan bolavoli. Pada siswa kelas V di SDN Pangauban 1 jika guru menggunakan alat pembelajaran yang sesungguhnya maka siswa akan sedikit takut untuk melakukan tugas gerak yang di intruksikan menggunakan bolavoli yang sesungguhnya, dikarenakan bolavoli yang sesungguhnya sangat keras dan berat yang tentunya siswa Sekolah Dasar akan merasa sakit jika harus memakai bola yang sesungguhnya.

Dalam hal ini siswa diharapkan mampu mengikuti semua bentuk intruksi yang diberikan oleh guru, dengan adanya berbagai bentuk modifikasi seperti modifikasi alat, lapangan, serta peraturan permainan sehingga siswa tidak akan kesulitan untuk melakukan tugas gerak yang diintruksikan oleh guru. Penulis memiliki ide untuk memodifikasi bolavoli tersebut diganti dengan bola karet soft yang lebih ringan dari bola yang sesungguhnya agar siswa dapat melakukan tugas gerak tanpa merasakan rasa sakit di tangan di karenakan bola plastik atau bola karet bebanya sangat ringan. Peraturan permainan pun dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk siswa dalam melakukan aktivitas permainan bolavoli. Berbagai permainan yang mengarah ke aktivitas bolavolipun sebaiknya diterapkan agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh terhadap materi yang diberikan oleh guru yang biasanya terlalu terfokus pada tehnik dan melakukan gerakan drill atau


(14)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

gerakan yang berulang-ulang sehingga siswa cepat merasa bosan, sebaiknya materi tehnik dasar diselingi dengan permainan-permainan yang mengarah ke permainan bolavoli itu sendiri.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kelas ini adalah :

Siswa dapat melakukan aktivitas permainan bola voli dengan menggunakan alat yang di modifikasi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat yang bermakna antara lain:

1. Untuk Siswa

Siswa bisa mengetahui bahwa alat modifikasi bisa juga digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Untuk Guru

Merangsang guru untuk lebih kreatif jika pada suatu saat sarana dan prasarana tidak mendukung untuk dilakukanya proses belajar mengajar.

G. Penjelasan Istilah

1. Pendidikan Jasmani ialah sebagian daripada program pendidikan yang menyeluruh, yang memberi sumbangan pada asasnya melalui pengalaman-pengalaman pergerakan kepada perkembangan dan pembangunan keseluruhan kanak-kanak menurut Dauer (1995:1) dalam Heri (2009)

2. Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri menurut Jamaluddin (1978: 1).


(15)

3. Modifikasi

Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya,serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya.

4. Peserta Didik

Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

5. Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :

a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak. b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik. c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas

dipilih oleh anak.

d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.

e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya.

6. Bolavoli

Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Sebab, dalam permainan bola voli dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar diandalkan untuk melakukan semua gerakan yang ada dalam permainan bolavoli.

Dalam permainan bolavoli ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik-teknik dalam permainan bolavoli terdiri atas servis, passing bawah, pasing atas, block, dan smash. (Ahmadi, 2007:20).


(16)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. PROSEDUR PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Suatu Penelitian akan berhasil dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dalam proses penelitian menggunakan metodologi yang tepat dengan sistematika tertentu, Soelaeman Joeseof dan Slamet Santoso

(1981:38) mengemukakan bahwa, “Metode adalah suatu kerangka kerja dan dasar-dasar digunakanya cara-cara yang khusus”. Metode merupakan satu jalan untuk mencapai satu tujuan. Dengan demikian dalam suatu penelitian dibutuhkan satu metode yang tepat sebagai acuan penelitian untuk mencapai satu tujuan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana

mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi di lapangan, khususnya dalam pembelajaran bola voli di sekolah dasar. Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang timbul dalam pendidikan jasmani. Penulis berkeinginan untuk memperbaiki pembelajaran penjas pada pemahaman bermain bola voli. Agar tidak salah dalam melakukan tindakan penelitian penulis mempersiapkan diri tentang apa itu penelitian tindakan kelas, latar belakang, karakter dan prosedur yang harus ditempuh.

a. Latar Belakang PTK

Akhir-akhir ini pendapat kalangan pendidikan mengenai pemanfaatan penelitian untuk perbaikan kualitas pendidikan mulai berubah. Dengan makin mantapnya psikologi kognitif yang mengedapankan asas konstruktivisme dan dihayatinya hak dan kewajiban setiap pihak untuk berperan serta dalam upaya-upaya perbaikan pendidikan, maka dirasa perlu untuk menemukan pendekatan yang berbeda dalam pemanfaatan penelitian untuk perbaikan pembelajaran.


(17)

Para guru tidak lagi cukup dianggap sebagai sekedar penerima pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan “diatas”, melainkan ikut bertanggung jawab dan oleh karena itu berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilanya sendiri melalui penelitian tindakan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dikelolanya. Sebagaimana telah diisyaratkan, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pengetahuan yang paling berpengaruh langsung yang memicu dalam perubahan perilaku termasuk tindakan guru dalam mengelola pembelajaran adalah pengetahuan yang dibangun sendiri oleh pelaku tindakan. Pendekatan penelitian tindakan yang berbasis kelas atau sekolah seperti itu bida disebut juga dengan Penelitian Tindakan Kelas atau disingkat menjadi PTK telah biasa dilakukan terhadap proses pembelajaran di luar negeri.

Bagi pendidikan di sekolah diperoleh kemanfaatan berupa perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa baik yang diajar oleh guru sebagai pelaku PTK maupun siswa lain pada umumnya, seperti kesalahan konsep dalam mata pelajaran, kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami oleh guru baru.

Sebenarnya PTK itu bersifat relatif. Artinya, dalam proses penelitian itu kita sebagai guru sekaligus peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tindakan terjadi di kelas. Berdasarkan pemikiran itu, kita dapat mencari pemecahannya melalui tindakan-tindakan pembelajaran suatu materi pembelajaran.Untuk lebih memahami PTK, di sini saja kemukakan beberapa pendapat yang mendefinisikan :

PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional

Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar dapat kita definisikan bahwa PTK merupakan beberapa bentuk diantaranya :

1) bentuk kajian yang sistematis-reflektif 2) dilakukan oleh pelaku tindakan (guru)


(18)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagaimana telah diisyaratkan PTK dapat dilakukan untuk menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di dalam kelas/sekolah, sebagai contoh seorang guru mungkin menghadapi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya-tugasnya dari hari ke hari seperti meningkatkan motivasi belajar murid, menerapkan berbagai macam metoda dalam suatu proses belajar mengajar, mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam memenuhi kebutuhan individual siswa yang berbeda-beda Pengupayaan pencapaian tujuan-tujuan perbaikan itu perlu di eksplorasi fisibilitasnya, posibilitasnya, dan kepraktisanya. Dengan PTK guru dapat menganalisis permasalahan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran dan menemukan jalan keluar untuk permasalahan tersebut.

Dalam literature bahasa inggris PTK disebut dengan classroom action

research . Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di Negara-negara

maju, para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Apabila dicermati penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau implementasi berbagai program di sekolahnya dengan mengkaji berbagai indicator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa dan hasil implementasi berbagai program sekolah . Setelah memiliki pemahaman yang sama tentang PTK para dosen bersama guru seharusnya menitikberatkan perhatian mereka pada masalah penelitian dan prosedur PTK .

Pengertian PTK atau action research telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Akibatnya banyak terdapat sekali definisi – definisi satu dengan yang lainya sangat mirip sehingga akan menyulitkan untuk kita mempelajari satu dengan yang lainya. Salah satu definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis yang di kutip dalam D.Hopkins dalam bukunya yang berjudul A

Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol, PA Open University Press,


(19)

… a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (Including Educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practice , and (c) the situations in which practice are carried out.

Dari pengertian diatas dapat di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti :

… Suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang

dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) yang memperbaiki rtasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek social atau praktek pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka tentang praktek-praktek tersebut (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan .

Dari uraian diatas dapat kita dapat mencermati pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,yang dilakukan untuk meningkatkan rasionalitas dari tindakan-tindakan mereka saat mengerjakan tugas . PTK itu dilaksanakan berupa tugas proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap (gambar 3.1)

Gambar 3.1

Kajian Berdaur 4 Tahap PTK

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencangkup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada giliranya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang.

MERENCANAKAN MELAKUKAN

TINDAKAN MENGAMATI


(20)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Demikianlah tahap-tahap kegiatan ini terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi untuk kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah spiral PTK seperti di gambar 2.2 berikut :

Gambar 3.2

(sumber: http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html)

Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri.

Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.


(21)

Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan. Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

b. Karakteristik PTK

PTK bercirikan perbaikan praksis pembelajaran dari dalam, kolaboratif, dan reflektif. Permasalahannya sekarang, ada banyak guru yang telah melakukan PTK itu secara alami, akan tetapi belum sistematis dan menemui jalan buntu saat ingin membuat sebuat laporan catatan penelitian yang ia lakukan serta menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah yang tentunya dapat dijadikan bahan sebagai pengembangan profesi guru itu sendiri. PTK berbeda dari penelitian formal, PTK menerapkan metodologi yang bersifat lebih longgar dalam artian tidak terlalu memperhatikan pembakuan instrumentasi. Pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan obyektifitas sedangkan imparsialitas dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpreasi data.

Disini akan di paparkan beberapa karakteristik dari PTK yang membedakan dengan penelitian formal , diantaranya adalah sebagai berikut :

1) An Inquiry on Practice from Within

Karakteristik yang pertama dari PTK adalah bahwa kegiatan tersebut dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas atau sebagai jajaran staf pengajar di suatu sekolah. Dengan kata lain PTK itu bersifat practice driven dan action, dalam arti bahwa PTK itu bertujuan memperbaiki praksis secara langsung – disini , sekarangsehingga dinamakan juga penelitian praktis


(22)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(practical Inquiry). Ini berarti bahwa PTK itu memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik-kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan kerespresentivan sampel, karena berbeda dari penelitian formal. Secara Visual perbedaan tujuan tujuan diantara kedua jenis penelitian digambarkan pada gambar 3.3 berikut :

Discover Improve

And Verify Practice here

Knowledge and Now

FORMAL

RESEARCH CLASSROOM

ACTION RESEARCH

Gambar 3.3

Perbedaan hakiki antara penelitian formal dan PTK (Raka Joni, 1998)

Selanjutnya juga berbeda dari penelitian formal, PTK menerapkan

metodologi yang bersifat “longgar” dalam arti tidak terlalu memperhatikan

pembakuan instrumentasi. Namun di pihak lain sebagai kajian yang taat kaidah pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan obyektivitas, sedangkan imparsialitas dipegang teguh sebagai acuan dalam analisis serta interpretasi data. Dengan kata lain, sebagaimana penelitian formal PTK pun dilancarkan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri, melainkan untuk mengungkapkan pembenaran meskipun jangkauan keterterapanya lebih terbatas.

Oleh karena itu, McManiff (1992:9) menekankan bahwa dengan dan dalam PTK guru terbiasakan menyambut tantangan peningkatan kinerjanya dengan membuka diri terhadap pengalaman dan berbagai proses pembelajaran


(23)

yang baru. Dengan demikian tindakan-tindakan dalam PTK juga memicu dan memacu pertumbuhan dalam jabatan bagi guru sehingga dapat dikatakan bahwa PTK berpijak pada dua landasan yaitu Involment dan Improvment.

2) A Collaborative Effort Between School Teacher and Teacher Educators Karena dosen PTK tidak memiliki akses langsung, maka PTK dilaksanakan dengan cara kolaboratif dengan guru yang kelasnya dijadikan kancah PTK. Sebagaimana telah diisyratkan dalam butir terdahulu hal ini

dilakukan karena yang “memiliki” kancah itu adalah guru yang bersangkutan

sehingga para dosen PTK yang akan melakukan PTK di kelas tersebut seharusnya marasakan kebutuhan untuk melakukan PTK, tidak memiliki akses kepada kancah dalam peran sebagai praktisi.

Oleh karena itu ciri kolaboratif ini harus secara konsisten tertampilkan sebagai kerjasama kesejawatan dalam keseluruhan tahapan penyelanggaraan PTK, mulai dari identifikasi permasalahan sampai diagnosis keadaan, perancangan tindakan perbaikan, sampai dengan pengumpulan serta analisis data dan refleksi mengenai temuan disamping dalam penyusunan laporan.

Bonus yang dapat dipetik dari penyelengaraan PTK secara efektif adalah dibangunya mekanisme serta tradisi interaksi kesejawatan yang lebih luas antara dosen PTK dengan guru, dan dibangunya jembatan anytara LPTK dengan Sekolah, antara kampus dengan lapangan, demi keuntungan kedua belah pihak yang bermuara kepada keuntungan kedua belah pihak yang berakhir pada keuntungan pendidikan putra – putri bangsa.

3) A Reflective Practice, Made Public

Apabila dicermati lebih jauh, keterlibatan dosen dalam PTK bukanlah sebagai ahli pendidikan yang tengah mengemban fungsi sebagai pembina guru SM, atau sebagai pengembang pendidikan, melainkan sebagai sejawat disamping sebagai pendidik calon guru yang seyogyanya memiliki kebutuhan untuk belajar dalam rangka mengakrabi lapangan demi peningkatan mutu kinerjanya sendiri.


(24)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam rangka hubungan ini guru yang berkolaborasi dalam PTK harus mengemban tugas ganda, yang sebagaimana telah diisyratakan sebelumnya apabila terlaksana dengan baik, maka Exercise ini akan memberi urunan nyata bagi terbentuknya kultur meneliti di kalangan guru. Ini juga berarti bahwa

pelecehan profesi dalam bentuk jasa borongan untuk “membuat daftar angka kredit” dalam rangka proses kenaikan pangkat fungsional guru yang menggejala belakangan ini dapat diakhiri untuk selama-lamanya.

Berdasarkan pendapat Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah:

action research is a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out”

Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti :

“penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan”

Adapun pendapat ahli yang lain jika peneletian tindakan kelas diterapkan dikelas yaitu menurut Hardjodipuro (1997:7) adalah :

Action Research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktek belajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek belajarnya tersebut, dan agar mau merubahnya. Action Research bersifat partsipatif karena melibatkan guru dalam peneltianya sendiri, dan kolaboratif karena melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian yang hasilnya akan dinikmati bersama

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu upaya guru atau praktisi dalam kegiatan dengan melakukan tindakan-tindakan alternatif untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Guru akan menemukan permasalah dalam proses pembelajaran maka dari PTK dapat meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.


(25)

Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian praktis yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.

Penelitian Tindakan kelas yang dikemukakan Sa’ud (2006:45) bahwa, “Setiap satu siklus tindakan memuat langkah-langkah membuat rencana tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi”. Kesemua tahapan itu dilakukan setelah melakukan observasi awal untuk memperoleh gambaran mengenai keterlibatan siswa dalam pembelajaran penjas.

Apabila melihat kebelakang penelitian tindakan kelas ini bermula dari penelitian yang dilakukan oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1940-an pada waktu itu diterapkan dalam penelitian di bidang sosial dan ekonomi. Dalam perkembangannya pada tahun 1952 munculah nama Stephen Corey, memakai model penelitian tindakan kelas untuk meneliti dalam dunia pendidikan. Menurutnya, dengan penelitian tindakan kelas perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan oleh semua praktisi. Selanjutnya disusul tahun 1967 ada nama Lawrence Steen House melakukan suatu proyek di Inggris yang menekankan pentingnya percobaan kurikulum dan pentingnya pengembangan kurikulum. Kemudian munculah istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai peneliti. Tak lama kemudian muncul proyek yang diberi nama Ford Teaching Project yang dipimpin oleh Elliot dan Clem Adelman (Hopkins, 1993:32).

2. Desain Penelitian

Pandangan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model Kemis dan Mc Taggart. Konsep penelitian ini terdiri dari 4 komponen yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (refleksi).

Dalam penelitian kali ini penulis akan menggonakan model yang dirancang oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan siklus dasar Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya.


(26)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act &

observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara

berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:

G

Gambar 3.4

Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & Taggart

(sumber: http://jeperis.wordpress.com/2009/02/17/pengantar-penelitian-tindakan-kelas/)

Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan benar-benar tercapai.


(27)

3. Lokasi dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pangauban I Kabupaten Bandung. Penentuan lokasi ini diharapkan memberikan kemudahan terhadap peneliti dimana lokasi Penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti dan khususnya mengenai pengenalan lingkungan sekolah yang berhubungan dengan peserta didik sebagai subyek penelitian atau menyangkut anggota yang akan membantu dalam kegiatan penelitian. Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini kepala sekolah, guru-guru yang akan memberikan pemecahan terhadap masalah dalam kegiatan dari mulai perencanaan, observasi, refleksi dan revisi.

b. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah upaya meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli melalui Modifikasi Permainan bolavoli. Penelitian ini hampir berkenaan dengan semua aspek yang terkait dengan proses pembelajaran permainan bolavoli, walaupun didominasi oleh perubahan yang dialami siswa tetapi perilaku guru dalam mengajar tidak lupa penulis jadikan bahan perhatian sebagai bagian dari data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini saya memilih kelas V di SDN Pangauban I yang berjumlah 32 orang siswa. Sedangkan waktu penelitian kurang lebih selama 1 bulan antara bulan Desember 2012 hingga bulan Januari 2013 dengan jumlah pertemuan empat kali yang terdiri dari beberapa tindakan dalam dua siklus.

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai guru, yang terjun langsung untuk memberikan pembelajaran yang di bantu oleh guru yang lainnya sebagai mitra dan observer penelitian berlangsung.

4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin diperoleh, seperti yang sudah didesain diawal. Untuk melihat kemampuan awal dalam bermain bolavoli, siswa diberikan beberapa permainan yang mengarah ke tehnik dasar bolavoli dengan bantuan petunjuk teknis dari guru, hal itu bertujuan agar siswa dapat


(28)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memahami tugas gerak yang diberikan oleh guru dan untuk dijadikan bahan evaluasi. Observasi awal dilaksanakan untuk mengetahui tindakan apa yang cocok kita berikan terhadap mereka dalam rangka peningkatan pemahaman bermain bolavoli.

Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang dipakai untuk meningkatkan kemampuan maksimal adalah dengan melakukan modifikasi permainan bolavoli baik modifikasi peraturan, peralatan, dan lain sebagainya. Dari refleksi awal yang digunakan sebagai tolak ukur, maka dilaksanakanlah Penelitian Tindakan Kelas, prosedurnya sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini berdasarkan atas keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar pendidikan jasmani melalui proses pembelajaran bolavoli di SDN Pangauban 1 Kabupaten Bandung. Pelaksanaanya dilakukan dengan cara kolaborasi dengan guru di sekolah, serta mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung terhadap peneletian ini termasuk didalamnya sarana dan prasarana. Dalam perencanaan tahapan yang dilakukan adalah :

1) Membuat RPP (Rencana pelaksanaan pembelajaran)

2) Menentukan bahan materi pokok yang akan disampaikan pada saat pelaksanaan kegiatan dari hasil konfrensi dengan guru pendidikan jasmani di sekolah.

3) Mempersiapkan sarana dan fasilitas pendukung yang kita perlukan dilapangan.

4) Membuat lembaran observasi pengamatan untuk siswa dan pendamping mulai dari tahap pendahuluan sampai penutup. Setiap bagian demi bagian kita observasi, agar mengetahui kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan siswa dan guru.

5) Mempersiapkan instrumen, instrumen ini digunakan untuk merekam dan menganalisis data selama proses penelitian berlangsung dan untuk menghitung data hasil penelitian yang telah didapat.


(29)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Dalam tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah implementasi dari apa yang telah direncanakan sebelumnya pada tahap planning. Langkah – langkah yang telah dilakukan oleh peneliti mengacu pada rumusan masalah yang telah ditentukan bersamaan dengan dilakukanya tindakan, peneleti juga melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pelaksanaan tiindakan dalam peneletian tindakan kelas yang dilakukan secara sistematis dirancang untuk keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan permainan bolavoli yang dimodifikasi dalam upaya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga tercipta suatu suasana yang kondusif dan tidak membosankan dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani.

Skenario tindakan yang telah dipersiapkan, dilaksanakan dalam situasi faktual. Pada saat pelaksanaannya nanti disertai dengan kegiatan observasi, interpretasi, revisi dan refleksi. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tahap ini dibagi menjadi 2 siklus, dan dalam 1 siklus terdiri dari 2 pertemuan, rincianya adalah sebagai berikut :

Siklus I (2 kali pertemuan)

1). Kegiatan Pendahuluan (15menit) (a). Berdoa.

(b). Berbaris dilanjutkan dengan absensi. (c). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti (40 menit)

Eksplorasi

(a). Guru memberikan pertanyaan tentang macam-macam teknik dasar bermain bola voli.

(b). Guru memberikan pertanyaan tentang aktivitas bermain.

(c). Dengan bimbingan guru siswa disuruh melakukan permainan bola lewat tali.


(30)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Elaborasi.

Pertemuan 1 :

(1). Permainan memainkan bola balon atau bola plastik

Jumlah pemain : 6 sampai 10 orang atau disesuaikan dengan ukuran lapangan

Peralatan : Balon diisi pemberat kain, busa atau bola plastik. Tempat : Halaman sekolah atau lapangan

Susunan main : 3 vs 3 , 4 vs 4 , 5 vs 5 Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibariskan menjadi 2 kelompok (A dan B).

2) Kedua regu (A dan B) dijadikan satu, tempat bebas. Regu A dan B dibedakan

oleh seragam

3) Balon dimainkan dengan cara dipukul, tidak boleh dipegang.

4) Regu yang pertama kali mencapai angka 10 dalam memukul bola dinyatakan

sebagai pemenang.

5) Guru memberikan tanda bahwa permainan dimulai dengan melambungkan

balon diantara anak-anak.

6) Permainan dapat diulang-ulang sesuai dengan alokasi waktu dan kemampuan

gerak motorik siswa sudah terasah untuk menuju ke permainan selanjutnya.

(2) Permainan memainkan bola (balon) melewati garis

Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan ukuran lapangan yang tersedia.

Peralatan : Balon diisi pemberat kain, busa. Tempat : Halaman sekolah, lapangan atau aula. Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibariskan menjadi dua kelompok (A dan B).

2) Kedua regu (A dan B) menempati tempat yang disediakan.

3) Permainan berlangsung dengan memukul balon, tidak boleh dipegang.


(31)

5) Guru memberikan tanda bahwa permainan dimulai dengan melambungkan

balon diantara anak.

6) Permainan berakhir jika 1 tim mendapat skor 10 terlebih dahulu.

7) Suatu kesalahan apabila balon jatuh di lapangan sendiri dan keluar dari lapang

itu mendapatkan skor bagi regu lawan

Pertemuan 2 :

(1) Permainan lempar tangkap dengan duduk

Pengembangan permainan dari no 2, bola tidak dipukul, tetapi ditangkap, kemudian dilempar dalam posisi duduk. Keterampilan ini memerlukan kecermatan lemparan, sebab anak bermain dalam posisi duduk. Permainan ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Berikut adalah peraturan permainan agar mudah dipahami sebagai berikut :

Jumlah pemain : 6 orang disesuaikan dengan luas lapangan Peralatan : Bola tiup atau plastik, tali karet

Tempat : Lapangan bola voli atau badminton Tinggi net : 1,5 meter

Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibariskan 2 sap, sap yang depan regu A dan yang belakang regu

B.

2) Masing-masing regu menempati tempat yang disediakan.

3) Tugas setiap regu adalah menangkap bola, kemudian memberikan kepada

temannya, dan melemparkannya ke daerah lawan dalam posisi duduk.

4) Memainkan bola di daerah sendiri hanya diperbolehkan paling banyak 3 kali.

5) Net (tali karet) diikatkan di antara tiang setinggi 1 meter.

6) Bola dipukul harus melewati atas tali.

7) Kesalahan dihitung apabila bola jatuh di lantai sendiri dan lemparan ke luar


(32)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8) Tugas guru adalah memberi aba-aba permainan dimulai dan mengamati

setiap kesalahan.

9) Permainan dimulai dengan salah satu regu menyerang (melempar bola) dari

daerahnya sendiri ke daerah lawan.

10) Permainan berakhir ketika salah satu regu mencapai nilai 10 terlebih dahulu.

3) Tindak Lanjut (5 menit)

Anak-anak disuruh berlatih diluar jam pelajaran supaya meningkat pemahaman bermain bola voli.

SIKLUS 2 (2 kali Pertemuan)

Dalam siklus kedua ini adalah pengembangan dari siklus 1, disini sudah mulai masuk ke tehnik dasar passing atas dan passing bawah permainan bolavoli . tetapi tetap masih melalui modifikasi permainan. Berikut pemaparan 3 pertemuan dalam siklus 2. Berikut Program 2 pertemuan dalam siklus yang ke 2 :

1). Kegiatan Pendahuluan (15menit) (a). Berdoa.

(b). Berbaris dilanjutkan dengan absensi. (c). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti (40 menit)

Elaborasi.

Pertemuan 1

(1) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan di atas

Tatkala koordinasi antara mata dan tangan semakin berkembang, gerakan dasar sudah dapat diarahkan untuk menguasai gerakan memainkan bola dua

tangan di atas atau “passing atas” sambil bergerak. Dasarnya adalah kemampuan

menguasai bola. Berikut adalah peraturan permainan agar mudah dipahami sebagai berikut :


(33)

Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan Peralatan : Bola karet soft

Tempat : Lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis Susunan kelas : 3 vs 3, 4 vs 4, 5vs 5

Tinggi net : 150 cm

Peraturan permainan :

1) Anak-anak dibagi menjadi 2 regu (A dan B)

2) Masing-masing regu menempati tempat yang telah disediakan.

3) Tugas setiap regu menangkap bola, melempar dan memantulkan bola di atas

kepala.

4) Memainkan bola di daerah sendiri hanya diperbolehkan paling banyak 5 kali.

5) Untuk menyerang lawan, bola harus melewati net (tali karet) yang telah

diikatkan diantara tiang setinggi 1,5 m.

6) Kesalahan dihitung apabila bola jatuh di lapangan sendiri atau di luar lapangan

lawan.

7) Permainan berakhir setelah salah satu regu mendapatkan Poin 10

(2) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan dibawah

Seperti permainan nomor 1, permainan ini merupakan dasar untuk menguasai gerakan memainkan bola dengan tangan dibawah atau disebut passing bawah. Jumlah pemain : 10 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan

Peralatan : Bola plastik, tali karet, net bulu tangkis. Tempat : Lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis. Tinggi net : 150 cm.

Peraturan permainan :

Peraturannya sama dengan permainan lempar tangkap dan memainkan bola dengan memantulkan bola dengan tangan diatas. Perbedaannya, bola dimainkan dengan tangan dibawah atau menyerupai posisi tangan pada saat akan melakukan passing bawah.


(34)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Pertemuan ke 2

(3) Lempar tangkap dan memantulkan bola dengan tangan di atas dan di bawah

Gerak dasar permainan bola voli beraneka ragam. Sekali waktu bola dipukul dari bawah dan sekali waktu dari atas. Hal ini memerlukan keterampilan untuk mengendarai rangsang, dimana posisi bola dan posisi pemain sendiri. Tindakan harus cepat dan tepat. Dasar keterampilan ini dilatih dengan permainan berikut. Jumlah pemain : 12 – 14 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan.

Peralatan : Bola plastic atau karet , tali karet, net bulu tangkis. Tempat : lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.

Tinggi net : 150 cm

Peraturan permainan :

Peraturannya sama dengan permainan lempar tangkap dan memainkan bola dengan memantulkan bola dengan tangan diatas. Perbedaannya, bola dimainkan dengan tangan dibawah dan tangan atas. Ini merupakan permainan lanjutan dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dari sebelumnya agar kemampuan siswa dapat meningkat.

(4) Lempar tangkap dan memukul bola

Jumlah pemain : 10 – 14 orang atau disesuaikan dengan luas lapangan. Peralatan : Bola plastik, tali karet, net bulu tangkis.

Tempat : lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis.

Tinggi net : 150 cm

Peraturan permainan

1) Peraturan sama dengan peraturan lempar dengan tangan diatas, hanya pada

permainan ini boleh dilakukan dengan tangan di atas, tangan di bawah dan boleh dipukul dengan bagian-bagian badan.

2) Bentuk-bentuk belajar yang diberikan hendaknya diupayakan membantu

siswa mengendalikan arah. Oleh karena itu, kegiatan belajar hendaknya dikaitkan keberadaan lawan, teman, strategi dan variasi memainkan bola. Beberapa bentuk permainan di atas bisa dikembangkan dengan pemberian angka/skor agar siswa termotivasi untuk bekerja sama.


(35)

c. Observasi

Kegiatan pengamatan tindakan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang proses yang berupa perubahan kinerja dan hasil kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti bersama guru mengumpulkan data dan temuan-temuan selama proses pembelajaran dalam upaya merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2005:112) menyebutkan ada 3 jenis observasi : 1) Observasi Terfokus

Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan respons kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya.

2) Observasi Sistematik

Tentu para peneliti dapat saja merancang bentuk pengamatan beserta kualifikasinya dengan kreatif, kemudian mendiskusikannya untuk mencapai persetujuan bersama. Kemungkinan dalam membicarakan pengamatan sistematik ada yang mengusulkan berbagai macam skala yang dapat dimanfaatkan dapat situasi-situasi tertentu oleh guru, dilengkapi dengan ilustrasi detail dalam skala interaksi. Pengamatan dengan menggunakan skala biasa disebut pengamatan kelas secara sistematik (Hopkins, 1993:106).

3) Observasi Terstruktur

Dilakaukan peneliti dengan cara bertanya kepada siswa. Peneliti sebagi guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa kemudian siswa menjawab. Kemudian guru menjumlahkan jawaban sukarela, jawaban tidak sukarela, jawaban yang benar, jawaban yang salah, dan jawaban yang tidak mengenai pertanyaan atau sasaran.

d. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflection)

Kegiatan refleksi ini merupakan penjelasan terhadap informasi yang didapat dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi dapat diketahui kelemahan atau kekurangan serta kelebihan yang telah dicapai


(36)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran yang selanjutnya dikaji oleh peneliti dan guru untuk mencari dan menguraikan informasi yang telah terkumpul lalu mencari suatu hubungan anatar satu dengan yang lainya. Kemudian peneliti menarik kesimpulan yang mantap sebagai sebagai bahan dasar untuk merumuskan perencanaan tindakan yang baru untuk melaksanakan tindakan berikutnya dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan dan focus pelajaran yang diharapkan.

Peneliti melakukan analisis dan refleksi hasil pembelajaran. Untuk itu diperlukan memeriksa lembaran-lembaran pengamatan tentang hal apa saja yang ditemukan di lapangan, mengkaji satuan pembelajaran dan mengkaji hasil kegiatan guru dan siswa. Dari hasil tersebut maka dijadikan rekomendasi untuk melakukan perbaikan atau untuk perencanaan siklus selanjutnya bila hasil dari kegiatan siklus yang telah dilakukan kurang memuaskan.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data harus sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Sumber data dan jenis data yangakan dikumpulkan harus jelas. Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi persyaratan validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan), paling tidak ditinjau dari segi isinya sesuai dengan variabel yang diukur. Prosedur pengembangan instrumen pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses uji coba, analisis butir tes, uji kesahihan dan uji keterandalan. Dalam penelitian deskriptif instrumen yang sering digunakan adalah angket (kuesioner), pedoman wawancara dan pedoman pengamatan.

Instrumen yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :

1. Pengamatan (observasi)

Teknik pengamatan atau observasi dilakukan dengan cara mengamati tingkah laku siswa atau obyek sedemikian rupa, diharapkan siswa atau obyek yang diamati tidak mengetahui bahwa dia sedang diamati.


(37)

Dalam melakukan pengumpulan data mengguna-kan teknik pengamatan ada beberapa yang perlu diperhatikan. Pertama, tujuan yang yang ingin dicapai harus ditetapkan lebih dahulu. Kedua, kegiatan pengamatan direncanakan secara sistematis; mulai dari instrumen, pelaksanaan pengamatan, pencatatan sampai dengan pengolahan hasil. Ketiga, perlu diperhati-kan reliabilitas, validitas dan obyeltifitas instrumen. Keempat, meskipun teknik pengamatan bersifat kualitatif dan subyektif, diusahakan diperoleh hasil yang kuantitatif dan obyektif.

Observasi yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui segala sesuatu hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siswa kelas V di SDN Pangauban I dan alat yang digunakan merupakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Berdasarkan tujuan dan cara pengamatan, dibedakan menjadi beberapa teknik pengamatan: Pertama, pengamatan partisipatif. Dalam pengamatan partisipatif ini, pengamat ikut terlibat dan mengambil bagia dalam kegiatan yang dilakukan siswa atau obyek yang diamati. Misalnya, seorang guru ingin mengetahui kesungguhan dan keaktifan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar permainan sepakbola; maka guru harus ikut terlibat langsung dalam permainan sepakbola tersebut.

Selain itu ada cara pengamatan kuasi-partisipatif, yaitu pengamat harus ikut terlibat langsung dalam kegiatan atau kadang-kadang hanya mengamati dari luar kegiatan saja. Kedua, pengamatan sistematis. Sebelum melakukan pengamatan, aspek-aspek yang akan diamati telah disusun dan diatur dalam suatu struktur pengamatan berdasarkan katagori masalah yang akan diamati. Aspek-aspek yang akan diamati dijabarkan dalam suatu instrumen pengamatan. Misalnya, pengamatan tentang kemampuan kerjasama dalam bermain bola voli. Maka dalam instrumen pengamat-an harus dijabarkan aspek-aspek tingkah laku pemain bola voli yang merupakan indikator kemampuan kerjasama dalam bermain, sehingga observer tidak akan kesulitan dalam memberikan nilai kepada anak yang akan diteliti jika semuanya jelas.


(38)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penilaian teknik dasar dan keterampilan bermain siswa pada dasarnya membutuhkan kecermatan observasi pada saat permainan berlangsung. Untuk mengumpulkan data, kali ini peneliti menggunakan instrumen penilaian keterampilan bermain bola voli dengan menggunakan GPAI (Game Performance Assessment Instrument) (Grifin dalam Hoedaya (2001:112):

Tabel 3.1

Format Observasi Keterampilan Permainan

Tanggal Observasi :

Sekolah :

Usia / Kelas : Bentuk Keterampilan :

Nama Siswa

Membuat keputusan

Pelaksanaan

keterampilan Dukungan

Tepat Tidak

Tepat Efesien

Tidak

Efesien Tepat

Tidak Tepat Keterangan : Keputusan yang diambil (Decision Making)

 Tepat mengambil keputusan terhadap posisi bola yang datang.

 Menempatkan diri di bawah jatuhnya bola.

 Mengarahkan bola pada daerah lawan yang tepat.

e. Mudah

Melaksanakan keterampilan (Skill

Execution)

 Posisi tubuh.

 Ketepatan melakukan eksekusinya.

 Hasil bola arah atau sasaran bola yang baik.

2. Sedang

Memberikan dukungan (Supporting)

 Memberikan bola yang mudah untuk diterima atau dikembalikan oleh teman.

 Mengarahkan bola pada posisi yang tepat.

 Menempatkan diri pada posisi yang tepat untuk memudahkan teman dalam memberikan bola yang baik.


(39)

6. Tehnik Pengumpulan Data, Faktor yang Diteliti, dan Analisis Data a. Tehnik pengumpulan Data

1) Sumber dan JenisData

a) Sumber Data : yang menjadi data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru. b) Jenis Data : Jenis data yang didapat adalah data kualitatif yang terdiri dari :

(1). Hasil belajar. (2). Rencana belajar.

(3). Data hasil observasi terhadap pelaksanaan. (4). Jurnal.

(5). Photo kegiatan.

2) Cara Pengambilan Data

(a) Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa.

(b) Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada setiap siklus penelitian yang sudah dilaksanakan.

(c) Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan diambil dengan menggunakan lembaran observasi.

(d) Data tentang refleksi diri danperubahan-perubahan yang terjadi dilapangan diambil dari jurnal yang dibuat guru.

(e) Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.

b. Faktor yang diteliti:

1) Faktor Siswa: dengan melihat kemampuan siswa dalam menggunakan pembelajaran melalui aktivitas bermain, maka siswa kelas V SDN Pangauban I mempunyai suatu perubahan yang terencana, terarah sesuai dengan pemahaman siswa soal permainan bola voli.

2) Faktor Guru: melihat cara mengajar guru dalam merencanakan pembelajaran dan bagaimana pelaksanaan di lapangan, apakah sudah mencakup pemberian latihan yang berjenjang sesuai dengan kemampuan siswa dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.


(40)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan kategori data, validasi data, dan interpretasi data:

1) Kategori Data

Data mentah yang terkumpul dari hasil observasi dan wawancara menjadi unit-unit dengan memperhatikan karakteristik data mentah. Dalam pengolahan data ini pembelajaran modifikasi permainan bolavoli dapat dikategorikan sebagai aktivitas siswa dalam pembelajaran Penjas.

2) Validasi Data

Suatu penelitian tindakan kelas yang baik dan terpercaya adalah penelitian yang mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dan metodologi yang sesuai dengan standar ilmiah. Salah satu cara untuk melihat derajat kepercayaan suatu penelitian ialah dengan melakukan validitas dan kredibilatas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik validasi seperti triangulasi, member check, audit trail, dan expert opinion. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti. Dalam hal ini seperti kepala sekolah, guru dan siswa. Tujuan diadakannya triangulasi yaitu untuk memperoleh derajat kepercayaan yang maksimal.

a) Member check dilakukakan dengan memeriksa kembali keterangan-keterangan yang kita peroleh ketika melakukan observasi atau wawancara. Hal ini bertujuan untuk mengecek apakah informasi yang selama ini kita peroleh tidak berubah atau boleh dibilang dipastikan keajegannya.

b) Audit trail yaitu dimana peneliti memeriksa kembali metode atau prosedur yang sudah ditembuh barangkali ada kesalahan-kesalahan. Selain itu peneliti juga mengecek kembali catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra peneliti. Proses ini sendiri bisa dilakukan oleh kawan sejawat peneliti yang mempunyai pengetahuan dalam hal penelitian tindakan kelas.

c) Expert Opinion ialah dimana peneliti meminta bantuan kepada orang-orang yang dianggap ahli atau pakar dalam penelitian tindakan kelas untuk memeriksa semua tahapan-tahapan yang sudah peneliti lalui. Dalam hal ini mereka akan memberikan arahan terhadap penelitian yang kita kaji.


(41)

3) Interpretasi Data

Data yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan teori dan aturan yang diperoleh dari guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya. Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh suatu kerangka refrensi yang dapat memberikan makna terhadap proses interpretasi data.


(42)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pembelajaran

aktivitas modifikasi permainan bolavoli pada siswa kelas V SDN Pangauban I dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan bolavoli secara keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan ini merangsang siswa untuk aktif bergerak dan berpikir kritis sehingga dapat memecahkan permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran aktivitas modifikasi permainan bolavoli.

Siswa yang pada awalnya tidak begitu mengerti dan paham mengenai pembelajaran aktivitas permainan bolavoli, dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan pemahaman siswa akan permainan bolavoli semakin meningkat, begitu juga dengan keterampilan gerak dan teknik dasar bermain bolavoli. Siswa yang pada awalnya belum bisa melakukan teknik dasar dengan baik setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan keterampilan teknik dasar siswa dapat meningkat.

Sehingga dari hasil pengelolaan dan analisa data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi modifikasi permainan bolavoli, hasil belajar siswa dalam aktivitas permainan bolavoli kelas V SDN Pangauban I dalam kegiatan proses belajar mengajar dapat meningkat.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan model pendekatan modifikasi permainan membuat siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar bolavoli di SDN Pangauban I Kabupaten Bandung. Berdasarkan hal tersebut, disarankan bagi para guru pendidikan jasmani untuk menggunakan pendekatan modifikasi


(43)

permainan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran permainan bolavoli.

2. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran menjadi lebih optimal maka disarankan penelitian dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai semua siswa dapat meningkatkan hasil pembelajaran dalam pembelajaran aktivitas modifikasi permainan bolavoli.

3. Bagi siswa yang belum menguasai teknik dasar bermain bolavoli diharapkan berlatih lebih giat lagi agar kemampuan yang dimilikinya sama dengan siwa yang telah memiliki keterampilan lebih baik.

4. Bagi lembaga sekolah dan dinas pendidikan, perlu adanya publikasi dan pemahaman tentang pendekatan modifiklasi permainan dalam proses pembelajaran penjas.


(44)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril. (2007). Panduan Olahraga BolaVoli. Solo: Era Pustaka Utama

Anni. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Darsono, Max. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang : CV. IKIP

Semarang Press

Depdiknas. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta

Hardjodipuro, Siwojo.(1997). Action Research. Sintesis Teoritik. Jakarta: IKIP

Jakarta

Harsuki, H. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran BolaBasket. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga, Depdiknas

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol, PA

Open University Press

Jauhari, Noor. (2000). Geologi Lingkungan. Bogor : Universitas Pakuan, 2000 John, Elliot, (1991). Action research For Educational Change. Philadelphia:

Open University Press

Joni, T. Raka. (1998). Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahan. Ditjen Dikti Bogor

Lutan, R. (1989). Stategi belajar mengajar penjaskes. Depdiknas.

Lutan, R. (2001). Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan Jasmani Kesehatan. Bandung: DEPDIKBUD

Mahendra, Agus. (2003). Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta.

Ma’mun, Amung dan Subroto, Toto. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Permainan BolaVoli. Jakarta : Dirjen Olahraga.

Muhajir, Noeng. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta

Mulyadi, S.C.U. (1995) Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Kerjasama dengan Departmen Pendidikan dan Kebudayaan


(45)

Mutohir, Cholik. (1992). UU Sistem Keolahragaan Nasional. Penerbit: Sunda

Kelapa Pustaka

Nasution, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Nasution. (2000). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.

Purnama

Saputra, Yudha. Dkk (2008). Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. MKU UPI

Saputra, M. Yudha, dkk. (2006). Pengantar Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI Bandung

Sarumpaet, A dkk. (1992). Permainan Bola Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Sa’ud, Udin S. (2005). Perencanaan. Pendidikan. Bandung

Sinulaga, Abdi. (2004). Pengaruh Pembelajaran Terpadu Antara Pendidikan

Jasmani dan Matematika Guna Meningkatkan Keterampilan Gerak dasar Dan Kemampuan Kognitif Siswa. Thesis Pascasarjana Upi. Bandung

Subroto, Toto. (2008). Belajar pembelajaran Dalam Pelatihan Olahraga.Bandung: FPOK UPI

Suherman, Adang. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. FPOK UPI Bandung, Depdiknas Dirjen Dikdasmen

Suherman, Adang dan Mahendra, Agus. (2001) Dasar-Dasar Penjaskes. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Soeharno HP, (1982). Dasar-Dasar permainan Bola Voli, FPOK IKIP

Yogyakarta

Supriyadi .(2007.) Survei Minat Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Jasmani, Magelang

Suryabrata, Sumadi. (1983) Proses belajar-mengajar di Perguruan tinggi, Yogyakarta

Syarifuddin, Aip. (1991). Pengetahuan Olahraga, CV baru, jakarta Syarifuddin, Aip. (1997). Azas dan Falsafah Penjaskes, Depdikbud

Thompson, Godfrey. (1977). Konsep dasar Pendidikan Moral, ALFABETA UPI. (2010). Pedoman Karya Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(46)

Agung Putra Pratama, 2013

Implementasi Modifikasi Permainan Bolavoli Pada Siswa Kelas V SDN Pangauban I Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Undang-undang RI No. 4 tahun 1950, Bab VI Pasal 9

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PPS UPI Bandung dan PT Remaja Rosdakarya

Yunus, M. (1992) Olahraga Pilihan Bolavoli. Jakarta. Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Zain, Aswan. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta (http://diecoach.blogspot.com/2009/07/tujuan-pendidikan-jasmani-mata.html)


(1)

3) Interpretasi Data

Data yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan teori dan aturan yang diperoleh dari guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya. Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh suatu kerangka refrensi yang dapat memberikan makna terhadap proses interpretasi data.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pembelajaran aktivitas modifikasi permainan bolavoli pada siswa kelas V SDN Pangauban I dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan bolavoli secara keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan ini merangsang siswa untuk aktif bergerak dan berpikir kritis sehingga dapat memecahkan permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran aktivitas modifikasi permainan bolavoli.

Siswa yang pada awalnya tidak begitu mengerti dan paham mengenai pembelajaran aktivitas permainan bolavoli, dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan pemahaman siswa akan permainan bolavoli semakin meningkat, begitu juga dengan keterampilan gerak dan teknik dasar bermain bolavoli. Siswa yang pada awalnya belum bisa melakukan teknik dasar dengan baik setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan modifikasi permainan keterampilan teknik dasar siswa dapat meningkat.

Sehingga dari hasil pengelolaan dan analisa data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi modifikasi permainan bolavoli, hasil belajar siswa dalam aktivitas permainan bolavoli kelas V SDN Pangauban I dalam kegiatan proses belajar mengajar dapat meningkat.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan model pendekatan modifikasi permainan membuat siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar bolavoli di SDN Pangauban I Kabupaten Bandung. Berdasarkan hal tersebut, disarankan bagi para guru pendidikan jasmani untuk menggunakan pendekatan modifikasi


(3)

permainan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran permainan bolavoli.

2. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran menjadi lebih optimal maka disarankan penelitian dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai semua siswa dapat meningkatkan hasil pembelajaran dalam pembelajaran aktivitas modifikasi permainan bolavoli.

3. Bagi siswa yang belum menguasai teknik dasar bermain bolavoli diharapkan berlatih lebih giat lagi agar kemampuan yang dimilikinya sama dengan siwa yang telah memiliki keterampilan lebih baik.

4. Bagi lembaga sekolah dan dinas pendidikan, perlu adanya publikasi dan pemahaman tentang pendekatan modifiklasi permainan dalam proses pembelajaran penjas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Nuril. (2007). Panduan Olahraga BolaVoli. Solo: Era Pustaka Utama Anni. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Darsono, Max. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang : CV. IKIP Semarang Press

Depdiknas. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta Hardjodipuro, Siwojo.(1997). Action Research. Sintesis Teoritik. Jakarta: IKIP

Jakarta

Harsuki, H. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran BolaBasket. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga, Depdiknas

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol, PA Open University Press

Jauhari, Noor. (2000). Geologi Lingkungan. Bogor : Universitas Pakuan, 2000 John, Elliot, (1991). Action research For Educational Change. Philadelphia:

Open University Press

Joni, T. Raka. (1998). Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahan. Ditjen Dikti Bogor

Lutan, R. (1989). Stategi belajar mengajar penjaskes. Depdiknas.

Lutan, R. (2001). Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan Jasmani Kesehatan. Bandung: DEPDIKBUD

Mahendra, Agus. (2003). Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta. Ma’mun, Amung dan Subroto, Toto. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis

dalam Permainan BolaVoli. Jakarta : Dirjen Olahraga.

Muhajir, Noeng. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta

Mulyadi, S.C.U. (1995) Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Kerjasama dengan Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Mulyadi, Seto. (2004). Bermain dan Kreativitas. Jakarta : Papas Sinar Sinanti


(5)

Mutohir, Cholik. (1992). UU Sistem Keolahragaan Nasional. Penerbit: Sunda Kelapa Pustaka

Nasution, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Nasution. (2000). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Purnama

Saputra, Yudha. Dkk (2008). Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. MKU UPI Saputra, M. Yudha, dkk. (2006). Pengantar Filsafat Pendidikan Jasmani,

Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI Bandung

Sarumpaet, A dkk. (1992). Permainan Bola Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Sa’ud, Udin S. (2005). Perencanaan. Pendidikan. Bandung

Sinulaga, Abdi. (2004). Pengaruh Pembelajaran Terpadu Antara Pendidikan Jasmani dan Matematika Guna Meningkatkan Keterampilan Gerak dasar Dan Kemampuan Kognitif Siswa. Thesis Pascasarjana Upi. Bandung Subroto, Toto. (2008). Belajar pembelajaran Dalam Pelatihan

Olahraga.Bandung: FPOK UPI

Suherman, Adang. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. FPOK UPI Bandung, Depdiknas Dirjen Dikdasmen

Suherman, Adang dan Mahendra, Agus. (2001) Dasar-Dasar Penjaskes. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional Soeharno HP, (1982). Dasar-Dasar permainan Bola Voli, FPOK IKIP

Yogyakarta

Supriyadi .(2007.) Survei Minat Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Jasmani, Magelang

Suryabrata, Sumadi. (1983) Proses belajar-mengajar di Perguruan tinggi, Yogyakarta

Syarifuddin, Aip. (1991). Pengetahuan Olahraga, CV baru, jakarta Syarifuddin, Aip. (1997). Azas dan Falsafah Penjaskes, Depdikbud

Thompson, Godfrey. (1977). Konsep dasar Pendidikan Moral, ALFABETA UPI. (2010). Pedoman Karya Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(6)

Undang-undang RI No. 4 tahun 1950, Bab VI Pasal 9

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PPS UPI Bandung dan PT Remaja Rosdakarya

Yunus, M. (1992) Olahraga Pilihan Bolavoli. Jakarta. Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Zain, Aswan. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN GERAK DASAR PERMAINAN BOLA KECIL: Penelitian Tindakan kelas pada siswa kelas V SDN Isola Bandung.

0 1 9

MENINGKATKAN KETERAMPILAN LEMPAR-TANGKAP BOLA KECIL MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN TRADISIONAL BOY-BOYAN PADA SISWA KELAS V SDN CISITU 2 KOTA BANDUNG.

4 31 46

MODIFIKASI PEMBELAJARAN PERMAINAN FUTSAL UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU AKTIF BELAJAR : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Di Sdn Cisitu I Kota Bandung.

1 4 39

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMUKUL DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI MELALUI MODIFIKASI ALAT : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V B SDN Gegerkalong KPAD Bandung.

0 2 32

MENINGKATKAN GERAK DASAR BOUNCE PASS BOLA BASKET MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN KOOPERATIF TEKNIK TGT PADA SISWA KELAS V SDN CIHANEUT KECAMATAN PASEH KABUPATEN BANDUNG.

0 1 47

PENGARUH MODIFIKASI PERMAINAN BOLAVOLI TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BOLAVOLI :Studi Eksperimen Pada Siswa SMPN 2 Baleendah.

0 0 29

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKSIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS V DI SDN CIPOREAT BANDUNG.

0 1 44

PENERAPAN MODIFIKASI ALAT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LEMPARAN KEDALAM PADA PERMAINAN SEPAK BOLA: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa kelas V SDN I Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 41

PENERAPAN PEMBELAJARAN MELEMPAR BOLA KE DALAM LAPANGAN DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN MODIFIKASI BOLA TANGAN PADA SISWA KELAS V SDN CITRASARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 0 50

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PERMAINAN BOLAVOLI SISWA KELAS V SDN SE-KECAMATAN GALUR KULON PROGO.

0 3 123