T2 832009008 BAB III

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam Bab I telah dipaparkan latar belakang memilih studi mengenai dukacita
pada suku Dani salam hal ini ritual Niki Paleg. Lalu dalam Bab II, telah dipaparkan
kajain teoritis mengenai dukacita. Dalam bab berikut ini, penulis akan mendiskripsikan
sebuah studi adat dalam pendekatan indigenus (indigenous study) dan metode kualitatif
yang digunakan untuk dapat merealisasikan studi yang dimaksud. Bab ini juga
memberikan informasi mengenai partisipan, instrumen dan metode pengumpulan data,
teknik analisa serta keabasahan data.

A.

METODE KUALITATIF

Metode kualitatif adalah prosedur dasar pada penelitian ini yang akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Bodgan & Taylor dalam Moleong, 2010). Dimana
tujuannya ialah mengemukakan penafsiran yang benar secara ilmiah mengenai suatu
permasalahan yang disoroti. Jenis penelitian ini dikenal penelitian indigenous, dimana

peneliti fokus melakukan analisis ritus adat dalam kelompok masayarakat suku Dani,
yaitu ritual niki paleg sebagai ritual kematian dalam pengalaman dukacita mereka.
Merriam (dalam Pattilima, 2005) mengemukakan ada enam asumsi dalam
pendekatan kualitatif yang perlu diperhatikan oleh peneliti:
1.

Peneliti kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses bukan pada
produk.

2.

Peneliti kualitatf tertarik pada makna-bagaimana orang membuat hidup,
pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal.

3.

Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan
analisis data. Data yang didekati melalui instrumen manusia bukan melalui
inventaris, daftar pertanyaan atau alat lain.


4.

Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan. Peneliti secara fisik
berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi untuk mengamati mencatat
perilaku dalam latar alamiahnya.

29
5.

Peneliti kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada
proses, makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata/ gambar.

6.

Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membangun abstrak,
konsep, proposisi, bahkan teori.

Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan indigenous,
yaitu sebuah pendekatan yang impresif di dalam psikologi, yang memperjelas batas-batas
psikologi arus-utama dan mendasar pemahaman lain tentang manusia. Pendekatan

indigenous psychology menawarkan berbagai ways of knowledge, tetapi bukan dalam
pengertian mendeskripsikan semua fenomena psikologis di semua budaya, tetapi dalam
pengertian strangifikasi.
Sama seperti yang dikatakan Adair (1992), “an indigenous psychology is described
as one in which the theories, concepts, methods and measures emanate from and reflect
back open the culture in which the behaviour is studied” (h.171), maka penelitian ini
diukur dari proses budaya itu sendiri, yang dalam hal ini proses budaya itu
direpresentasikan dalam perilaku potong jari sebagai pengalaman duka suku Dani
sehingga tidak terikat pada teori yang telah berkembang. Sementara itu, menurut kamus
Oxford (2002) “Indigenous as native flore and fauna or something belongimg naturally
to soil”. Mengenai hal yang sama Kim dan Huang mengemukakan:
“To address this concern, we must point out that a method that is indigenous to one
culture is not necessarily unique to this culture, but definitely approproate and thus
relevant to it” (h. 128). Ratner ( 2008) menambahkan pula: “culture psychology, cros
culture psychology, and indigenous psychology are the major approches studying the
relationship between culture and psychology (h.1)”. Oleh sebab itu penulis menganggap
bahwa studi ini sesuai sangat baik untuk dianalisis menurut pendekatan indigenous
psychology.
Para ahli penelitian psikologi indegenous menggambarkan enam asumsi
fundamental strategi penelitian yang sama dalam pendekatan ini dan mendeskripsikan

dan mereformulasikannya dalam kaitannya dengan realisme konstruktif, yaitu antara lain:
1. Pendekatan indegenous psychology menekankan pemahaman yang berakar pada
konteks-konteks ekologis, kultural, politis, dan historis. Pendekatan ini berusaha
mendokumentasikan, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan pemahaman

30
yang dipunyai orang tentang diri mereka sendiri dan dunianya. Ia menekankan
penggunaan taksonomi-taksonomi alam sebagai unit analisis. Ia menelaah
bagaimana individu-individu dan kelompok-kelompok berinteraksi dalam
konteks mereka. Informasi ini kemudian digunakan sebagai alat untuk
menemukan invarian-invarian psikologis. Selanjutnya melibatkan penyebab di
balik invarian-invarian yang terobsesi

di balik invarian-invarian yang

terobservasi. Lalu membandingkan hasil-hasil diberbagai konteks yang berbeda
untuk disempurnakan dan diperluas (Kim & Berry, 1993).
2. Indigenous psychology bukan studi tentang eksotis di tempat-tempat terpencil.
Studi indigenous tentang orang pribumi memang perlu, namun pemahaman
indegenous juga dibutuhkan bagi negara-negara maju.

3. Sebagai konsekuensi dari poin dua, perlu untuk dipertimbangkan bahwa dalam
masyarakat tertentu ada banyak perspektif yang tidak sama-sama dimiliki oleh
semua kelompok.
4. Indigenous psychology tidak menerapkan salah satu metode tertentu, mereka
menggunakan berbagai macam metode, dengan alasan bahawa hasil-hasil dari
berbagai metode dapat diintegrasikan untuk memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif dan robust tentang fenomena-fenomena psikologis.
5. Sebuah perspektif tertentu tidak dapat diasumsikan ‘dari sananya’ memang lebih
unggul dibanding yang lainnya. Namun demikian para ahli juga menyatakan
asumsi bahwa seseorang harus dilahirkan dan dibesarkan di dalam budaya
tertentu untuk dapat memahamimya tidak selalu valid.
6. Pendekatan indigenous psychology dimaksudkan untuk menemukan fakta-fakta,
prinsip-prinsip, dan hukum-hukum universal. Maksudnya ialah pendekatan ini
tidak mengasumsikan secara a priori eksistensi psychological universals.
Kalaupun mereka ada, mereka perlu diverifikasi teoritik dan empirik. Akan
tetapi, proses penemuan itu berbeda secara kualitatif dengan psikologi umum.
Dalam pendekatan ini, variasi-variasi individual, sosial, kultural, dan temporal
diikoperasikan ke dalam desain penelitian, dan bukan dieliminasi atau dikontrol.
Seperti pada umumnya metode pengumpulan data secara kualitatif yang dugunakan
ialah observasi partisipasi pasif dan wawancara mendalam. Sama halnya pada penelitian


31
indigenous psychology ini. Metode observasi pasif ini dilakukan dengan tidak
menyaksikan secara langsung prosesi upacara kematian, dikarenakan adanya nilai privasi
yang dijunjung tinggi orang Dani dalam kebudayaan mereka. Sehingga peneliti hanya
diperkenankan melakukan wawancara secara terbuka dengan mereka yang telah
melakukan ritual ini dan beberapa tokoh masyarakat adat yang dianggap kompeten
sebagai sumber data dalam studi ini. Observasi atau pengamatan artinya melihat atau
memperhatikan, diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut, sedangkan wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2009).

Kim dan Huang menambahkan lagi bahwa “the indigenous research model gives
importance to establishing a relationship between researcher and participants at a level
of rapport and model trust, a minimum level for obtaining authentic data (h.130)”.
Sehingga dalam setiap wawancara, peneliti membina rapport sebagai tahap awal dalam
melakuan pendekatan untuk menjalin hubungan yang terpercaya antara peneliti dan para
partisipan. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam proses pengumpulan data
selama dilapangan.

Studi ini berawal dari fenomena
telah memaparkan

yang terjadi dalam suku Dani, dimana Huang, dkk,

pemahaman dari indigenous psikologi, Poerwandari (2009) pun

mengemukakan bahwa studi fenomena didefinisikan sebagai ‘kasus:
Yang didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks
yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak
sepenuhya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi,
komunitas, … Beberapa tipe unit yang dapat diteliti dalam bentuk studi kasus: individuindividu, karakteristik atau atribut individu-individu, aksi dan interaksi, peninggalan atau
artefak perilaku, setting serta peristiwa atau insiden tertentu (h.124).

Sementara itu Yuniardi & Dayakisni (2008) menyatakan bahwa model pendekatan
dalam psikologi indigenous disebut unique subject, dimana “penelitian lebih fokus
pada isu khusus atau variabel tunggal yang diteliti dalam satu budaya” (h.21).

32
B.


PARTISIPAN

1.

Karakteristik Partisipan
Partisipan ditetapkan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis partisipan itu

sendiri yang berjumlah tujuh (7) orang. Karakteristik dari ketujuh partisipan tersebut
adalah:

2.

1.

Orang yang melakukan ritual potong jari dari suku Dani

2.

Orang yang mengetahui dan memahami adat ritual niki paleg

Bersedia menjadi subjek penelitian.
Alasan dipilihnya partisipan ini adalah karena sesuai dengan tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk menganalisa pengalaman dukacita yang ditunjukkan oleh
mereka yang melakukan ’niki paleg’ pada suku Dani ini, dengan menggali makna ritual,
proses internal dukacita orang Dani,

serta pengaruhnya dilihat berdasarkan teori

psikologi yang ada. Seperti yang telah dikatakan dia wal bahwa jumlah partisipan dalam
penelitian ini berjumlah tujuh partisipan, enam orang partisipan sebagai pelaku ritual niki
paleg dan satu orang partisipan pelengkap seorang kepala suku Welesi. Pembagian kedua
partisipan ini berlasan karena penelitian ini tidak untuk digeneralisasi, namun lebih untuk
mendapatkan variasi jawaban dari partisipan. Selain itu juga karena pertimbangan bahwa
jumlah tersebut dianggap sudah mencukupi dalam pencarian informasi. Oleh sebab itulah
peneliti menganggap penting membagi kedua jenis partisipan dalam studi ini.

C.

LOKASI PENELITIAN

Peneliti melakukan penelitian ini pada masyarakat suku Dani sendiri yang

hidup dan tinggal di pusat kota Wamena, Sinakma, Ibele,

Honailama, dan Welesi.

Peneliti memutuskan mengambil lokasi penelitian ini karena alasan suku Dani pada
beberapa lokasi ini sudah sangat ramah dan terbiasa dengan kedatangan peneliti-peneliti
dari seluruh dunia. Dan juga pada daerah ini terdapat banyak orang dari suku Dani ini
yang masih terus melakukan ritual niki paleg ini sehingga mempermudah peneliti dalam
proses pengambilan data. Sementara itu, waktu penelitian berlangsung selama sebulan
penuh dimulai pada bulan Februari tahun 2011.

33
D.

INSTRUMEN DAN METODE PENGUMPULAN DATA
Alat atau instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini

adalah peneliti seperti yang dikatakan Poerwandari (2009) bahwa dalam penelitan

kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci yang berperan besar dalam seluruh proses
penelitian, mulai dari memilih dan mendekati topik, mengumpulkan data hingga
menganalisis dan melakukan interpretasi. Dalam penelitian ini penulis sendiri adalah
pengumpul data utama.
Diawal bab tiga ini telah dikatakan bahwa metode pengumpulan data yang dipilih adalah
observasi, wawancara dengan partisipan dan studi dokumentasi. Sesuai pendekatan
indigenous psychology bahwa metodenya dilakukan dalam bentuk observasi partisipan,
wawancara, focus group disscussion bahkan juga dapat melakukan testing psikologi
(Enriques,1994). Enriques menambahkan “Dari minimum membangun dan
mempertahankan empati melalui ‘pagdalaw-dalaw’ atau ‘kunjungan informal’ atau
‘singgah’ atau ‘mampir’ atau interaksi yang lebih langsung dalam habitat alamiah
pembawa budaya” (h.58). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Poerwandari (2009)
dimana observasi atau pengamatan artinya melihat atau memperhatikan, diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan dalam fenomena tersebut, sedangkan wawancara adalah
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Penulis melakukan observasi ke daerah dimana suku ini tinggal dan melakukan ritual ini
selama bulan Februari 2011 dengan waktu yang berbeda-beda. Dalam wawancara,
penulis melakukan wawancara indegenous secara terbuka walau pada awalnya penulis
telah menyusun berdasarkan rumusan masalah dalam desain penelitian tetapi tidak dibuat
dalam struktur yang ‘kaku’. Empat karakterisitik utam dalam wawancara indigenous
interview antara lain:
1. Bersifat partisipatorik, dan partisipan mempunyai input pada stuktur interaksinya
dalam arti menentukan arahnya dan manajemen waktunya.
2. Peneliti dan partisipan memiliki status sejajar; kedua belah pihak boleh
mengajukan pertanyaan dengan panjang waktu yang lebih kurang sama.
3. Cocok dan adaptif dengan kondisi kelompok partisipan dalam arti bahwa ia
cocok dengan norma-norma kelompok yang sudah da.
4. Diintegrasikan dengan metode-metode penelitian indigenous lain.
Dalam wawancara pada keenam partisipan utama (pelaku ritual ‘niki paleg’), dimana
keenam partisipan ini adalah orang Dani yang melakukan ritual ini atas kematian
keluarga dekat mereka. Sementara itu, partisipan ketujuh sebagai partisipan pelengkap,

34
partisipan pelengkap ini dikategorikan dalam range dekat, yaitu sebagai kepala suku,
yaitu orang yang memahami adat secara utuh dan benar (trusted). Dalam range jauh,
yaitu bukan pelaku utama ritual niki paleg yang sesungguhnya, hanya sebagai pengambil
keputusan tertinggi dalam sukunya dan selalu bertemu, melihat masyarakatnya sebagai
pelaku ritual ini dalam konteks menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam
ritual ini. Dalam seluruh wawancara peneliti hanya dapat melakukan satu kali
wawancara. Dan dalam setiap wawancara peneliti memperhatikan spesifisitas, range, dan
kedalaman pertanyaan-pertanyaan sampai mencapai saturation. Demi mendapatkan data
yang holistik dalam pengamatan dan wawancara. peneliti pun memberi perhatian pada
bahasa non verbal dan dialek suku khususnya pada penekanan yang ditujukan terhadap
pernyataan duka atau ungkapan emosi atas dukacita yang dialami partisipan.
Dalam pendekatan indigenous psychology ini peneliti memerlukan adanya guiding
principle menurut Pe-pua (2003) sebagai prinsip-prinsip dasar dalam melakukan kerja
lapangan, yaitu antara lain:
1. Tingkat interaksi atau hubungan yang ada diantara peneliti dan partisipan secara
signifikan menentukan kualitas data yang diperoleh. Menjadi one-of-us atau
outsider. Interaksi berkisar mulai dari transaksi atau sopan santung dengan,
bergabung atau berpartisipasi, sampai pada hidup bersama.
2. Peneliti seharusnya memperlakukan para pasrtisipan penelitiannya setara
dengannya atau lebih tinggi sebagai sesama manusia dan tidak semata-mata
seperti tikus yang berfungsi memberi data.
3. Kita seharusnya lebih mementingkan kesejahteraan partisipan daripada
mendapatkan data dari mereka. Tujuan penelitian ini adalah memahami,
bukandengan mengorbankan orang yang menjadi sumber pemahaman itu.
Tanggung jawab etik utama peneliti seharusnya adalah orang dan bukan institusi
atau lembaga dananya.
4. Metode penelitian seharusnya dipilih berdasarkan kesesuaian dengan
populasinya dan dibuat untuk diadaptasikan dengan norma-norma kultural yang
sudah ada.
5. Bahasa orang seharusnya menjadi bahasa penelitian. Jika hal ini tidak mungkin
dilakukan, peneliti lokal seharusnya dimintai bantuannya. Hanya dengan bahasa
ibu merekalah seseorang bisa benar-benar mengekspresikan sentimen, ide,
persepsi, dan sikap terdalamnya.

35
E.

TEKNIK ANALISA DATA DAN KEABSAHAN DATA

Menurut Moleong, (2010) secara umum proses analisi data kualitatif mencakup:
1.
a.

Reduksi data
Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan masanya satuan

yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang dimiliki makna bila dikaitkan
dengan fokus dan masalah penelitian.
b.

Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding.

Membuat koding berarti memberikan nomor pada setiap satuan, agar supaya tetap kuat
dapat ditelusuri data/ satuannya dari sumber mana.
2.

Kategorisasi
a. Menyusun kategori. kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap
satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
b. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’.

3.

Pemeriksaan keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat kepercayan.

Teknik pemeriksaan dari kriteria kredibilitas adalah dengan triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2010).
4.

Penafsiran data
Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi analitik

yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangkan dalam kategori-kategori
yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari data (Schaltzman & Strauss dalam
Moleong, 2010).
5.

Kesimpulan
Setelah peneliti memperoleh pemahaman mendalam tentang keseluruhan data

yang diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulan atas permasalahan dalam
penelitian.

36
Untuk keabsahan data, kredibilitas dan keterhandalan data, penulis mengusahan
kerlibatan yang cukup kompeten dalam pengamatan dan obeservasi yang kuat dan solid,
serta triangulasi untuk mengoleksi data, memperkaya dan memperkuat data yang telah
dikumpulkan. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangu;asi dengan sumber lain yang
cukup kompeten untuk dijadikan pembanding pada data dari yang didapatkan.
Selanjutnya, agar dapat memastikan kesesuaian data yang diperoleh dengan data
yang diberikan sumber informasi maka peneliti melakukan teknik perpanjangan
keikusertaan. Dimana, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa peneliti sekali
lagi menggunakan sumber lain sebagai penterjemah bahasa daerah ke dalam bahasa
Indonesia yang dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan kebenaran data yang
peneliti peroleh dari penafsiran penterjemah dilapangan.