Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB VI

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
Persoalan gender bukanlah hal baru dalam dalam kajian media massa khususnya film.

Akan tetapi, kajian tentang gender masih tetap aktual dan menarik, mengingat banyaknya
masyarakat khususnya di Indonesia yang belum memahami dan masih banyak terjadi
berbagai kesalahpahaman dalam melihat berbagai persoalan ini. Dalam penelitian ini, peneliti
memperoleh hasil yang berbeda dari peneliti-peneliti film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
sebelumnya. Jika peneliti sebelumnya memberikan kesimpulan bahwa patriarki menjadi
pemisah antar perempuan dan laki-laki serta menjadi alat yang menyebabkan laki-laki
semakin menindas kaum perempuan, namun dengan melihatnya dari sudut pandang teori
struktural-fungsionalisme, penelitian ini mampu membuktikan bahwa tidak semua kasus yang
terjadi dalam film ini antara tokoh perempuan dan laki-laki di dalamnya merupakan
kesalahan dari sistem patriarki yang ada.
Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita memberikan gambaran berbagai kasus yang terjadi
dengan tokoh perempuan di dalamnya. Kasus tokoh Lili yang mengalami kekerasan dari
suaminya, Yanti yang menderita kanker mulut rahim stadium awal akibat pekerjaannya
sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial), Ratna yang mengetahui suaminya memiliki istri

simpanan, serta Lastri dan Ningsih yang akhirnya mengetahui mereka memiliki satu orang
suami yang sama, dapat diketahui merupakan akibat dari tidak seimbangnya sistem yang
dibentuk. Hal ini merupakan akibat dari anggota-anggota dalam sistem tersebut yang tidak
menjalankan perannya dengan baik. Perlu diingat bahwa tekanan dalam teori strukturalfungsionalisme adalah pada persyaratan yang harus dipenuhi supaya suatu sistem sosial dapat
bertahan, dan bukan kebutuhan-kebutuhan individual.
Persyaratan struktural-fungsionalisme dalam sistem keluarga dapat dicapai jika sistem
tersebut mampu menjalankan keempat fungsi sistem tindakan yaitu fungsi adaptation
(penyesuaian diri), goal attainment (pencapaian tujuan), integration (hubungan antar anggota
dan ketiga fungsi lainnya) serta latency (pemeliharaaan pola). Keempat fungsi tersebut harus
dijalankan oleh seluruh anggota dalam sistem secara timbal balik dan terus menerus. Jika
salah satu fungsi tidak bisa dijalankan dengan baik maka akan berpengaruh terhadap fungsi

71

lainnya, sehingga dapat menyebabkan sistem menjadi tidak seimbang atau tidak harmonis.
Hal inilah yang terjadi pada kasus kelima tokoh perempuan yang telah disebutkan di atas.
Berbeda dengan tokoh gadis SMP bernama Rara. Kasus dimana dirinya melakukan
seks bebas bersama pacarnya yang membuat dirinya hamil, dapat diketahui akibat dari tidak
berfungsinya peran sistem sosial keluarga dalam mendidik seorang anak. Padahal jika kita
ketahui, keluarga merupakan unit terkecil dan terpenting dari masyarakat dalam menerapkan

nilai, norma dan prinsip kedisiplinan bagi anggota-anggotanya. Bahkan kehancuran keluarga
akan berpengaruh pula terhadap perkembangan sosial anak yang kemudian dapat
menghancurkan sistem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat.
Jika dikatakan pada penelitian lain sebelumnya bahwa sutradara Robby Ertanto
Soediskam adalah seorang anti-patriarki, hal tersebut tidak bisa dibenarkan. Keputusannya
dalam memberikan satu sosok tokoh perempuan bernama Dokter Rohana memberikan
pandangan yang lebih terbuka dan luas mengenai makna patriarki yang selama ini
dipersoalkan. Bahkan kehadiran sosok tokoh perempuan ini mampu menjadi benang merah
dari persoalan yang dialami tokoh utama Dokter Kartini. Meskipun pada awalnya
digambarkan bagaimana laki-laki menjadi obyek yang terus dipersalahkan, namun tampaknya
sutradara ingin memberikan pandangan lain yang tidak berpihak mengenai persoalan gender.
“Tidak semua perempuan adalah korban.”, kalimat yang diucapkan tokoh Dokter Rohana
inilah yang memberikan pandangan berbeda dari apa yang sebelumnya diyakini Dokter
Kartini. Sampai akhirnya tokoh utama tersebut mulai belajar membuka dirinya kepada lawan
jenis yang memang terbukti tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.
Jadi, melalui metode analisis isi (content analysis) dan penggunaan teori strukturalfungsionalisme Talcot Parsons dapat diketahui bagaimana representasi patriarki melalui
tokoh-tokoh dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Penggunaan teori tersebut mampu
membuktikan bahwa bukan sistem patriarki yang menyebabkan terjadinya penindasan
ataupun kekerasan terhadap perempuan, namun hal tersebut merupakan akibat dari tidak
berjalannya peran dan fungsi dari sistem yang ada. Teori ini menyadarkan kita untuk tidak

bisa menghakimi satu gender saja, namun mengajak kita untuk berpikir lebih terbuka dan luas
dalam memahami persoalan gender yang ada. Kesimpulan akhir peneliti seperti apa yang
telah diucapkan oleh tokoh Dokter Rohana sebagai berikut:

72

“Tidak semua perempuan adalah korban. Saya sama seperti Dokter, tapi saya selalu
menjaga jarak untuk bisa menerimanya tanpa langsung menghakimi satu gender.”, ucap
Dokter Rohana.
6.2.

Saran
Setelah melakukan penelitian dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, peneliti memiliki

saran yang ditujukan bagi beberapa pihak, sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa lainnya
Dalam melihat berbagai permasalahan sosial terutama dalam hal gender cobalah
untuk tidak berpihak pada satu gender saja. Hal tersebut dapat kita lihat tidak hanya
dari satu sudut pandang saja melainkan dari sudut pandang yang lainnya. Hal ini akan
membuat kita semakin kaya akan pengetahuan dan mampu melihat permasalahan

sosial secara netral/tidak berpihak.
2. Bagi pengamat dan peneliti film lainnya
Jangan hanya menjadikan film sebagai hiburan semata namun jadikan media
tersebut untuk lebih memahami makna sosial yang terkandung di dalamnya. Makna
tersebut tidak hanya dapat kita lihat dari manifest massages (pesan yang tampak)
melainkan juga latent massages (pesan yang tidak tampak). Kemampuan kita dalam
mengamati dan menganalisa latent massages dalam sebuah film, akan membangun
pola pikir kita secara lebih terbuka, luas dan kritis.
3. Bagi pekerja media
Pekerja media khususnya film sebaiknya lebih memperhatikan isi pesan dalam
film tersebut, tidak hanya sekedar mementingkan keinginan pasar. Pesan sosial harus
dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan pola pikir dalam masyarakat sehingga
tidak menyebabkan kesalahpahaman mengenai satu persoalan yang terjadi. Film-film
dengan tema gender tampaknya menarik untuk kembali diangkat, hal ini dapat
ditekankan agar masyarakat tidak terus salah paham mengenai perbedaan gender yang
ada, melainkan mampu menyadari perbedaan tersebut sebagai suatu pelengkapan
untuk keberhasilan sistem sosial yang ada. Bagaimanapun juga keinginan untuk
menyamakan peran seperti apa yang diungkapkan para feminis hanya akan
menghasilkan polemik dalam masyarakat.
73


4. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk ke depannya, film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita juga dapat diteliti dari sudut
pandang atau tema yang berbeda. Peneliti melihat hal ini memungkinkan untuk
dilakukannya penelitian yang berbeda dengan melihat pesan lain dalam film tersebut.

74

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB IV

0 2 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB V

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB II

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB IV

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB V

0 1 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB VI

0 0 3