Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB V

(1)

BAB V

HASIL ANALISIS FRAMING FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA 5.1. Elemen Inti (Idea Element)

Dalam pandangan sutradara yaitu Robby Ertanto, permasalahan perempuan masih banyak sekali yang belum diselesaikan seperti PSK, ditindas, dihianati, juga disakiti sampai kepada penelantaran oleh laki-laki pada saat perempuan tersebut hamil. Lewat Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, sutradara mencoba membuka hal-hal yang dianggap tabu oleh adat, budaya dan atauran-aturan (konsensus) di masyarakat. Masih banyak perempuan yang menjadi korban akibat budaya patriarki, sehingga jelas kaitan judul film dengan permasalahan para perempuan sekarang ini.

Robby memberi judul film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, mempunyai frame tentang

makna dari judul tersebut. Digunakan kata wanita bukan perempuan, karena wanita itu lemah lembut, pengertian, dan belum terlalu berani mengakui kodratnya. Kalimat belum terlalu berani tersebut mengkonstruksi, bahwa ada wanita yang sudah berani tetapi kebanyakkan wanita belum berani mengakui dirinya sebagai mahluk yang sama kodratnya dengan laki-laki, dan hal itu tergambar dalam film ini. Sementara kata perempuan berasal dari kata empu, yang artinya tuan, orang yang berkuasa, pandai, tegas, ahli serta mahir dalam segala sesuatu.


(2)

Dalam pemilihan judul, dengan menggunakan kata wanita, sutradara mau menggambarkan masih banyak permasalahan yang dihadapi kaum wanita yang sampai saat ini belum terselesaikan, karena kelemah lembutan wanita tersebut, sehingga banyak juga permasalahan yang ditutupi oleh wanita. Sutradara dalam film ini mau menjembatani antara posisi perempuan dengan laki-laki dengan mengangkat 7 karakter perempuan yang sangat berbeda lewat Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, sebab selama ini posisi perempuan selalu dinomorduakan. Lewat film ini sutradara mau menunjukan kepada masyarakat supaya masyarakat dapat menilai secara langsung betapa pentingnya peran perempuan dalam kehidupan laki-laki, sehingga permasalahan perempuan saat ini menjadi tanggung jawab dan perhatian semua pihak. Pada dasarnya perempuan dan laki-laki itu sama, dan saling melingkapi, tidak bisa menyalahkan laki-laki saja ataupun menyalahkan perempuan saja. Lihat dialog dan gambar berikut ini:


(3)

Narasi : Saat pulang karja, dokter Rohana mencoba menemui dokter Kartini di ruang kerjanya, dengan tujuan meminta maaf, karena dokter Rohana merasa sebagai dokter baru sudah banyak melampai atau mengambil alih pekerjaan dokter Kartini seniornya, karena peristiwa tersebut terjadilah percakapan diantara mereka. Dokter Rohana mencoba menjelaskan kepada dokter Kartini tentang peran laki-laki yang selama ini dia pelajari dari ayahnya. Dalam keluarganya, dokter Rohana selalu melihat peran ayahnya sebagai kepala keluarga, juga sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan ibunya. Ayah dokter Rohana selalu memberikan ruang kepada dokter Rohana supaya bisa mengembangkan diri layaknya seorang laki-laki. Hal ini menjadi modal dokter Rohana, bahwa tidak semua laki-laki menjadi pelaku kekerasan dan penindasan terhadap perempuan. Lihat kutipan dialog berikut:

“ Mungkin dokter Kartini perlu tahu, bahwa ibu saya meninggal lima tahun yang lalu dan sampai detik ini, ayah saya tidak pernah berhenti meratapi foto ibu saya. Dari situ saya belajar banyak sekali soal laki-laki. Kalau begitu, apa iya laki-laki mau dipersalahkan? Tidak semua perempuan korban dok, saya sama seperti dokter, tapi saya selalu menjaga jarak untuk bisa menilai tanpa langsung menghakimi satu gender”.


(4)

Dengan kutipan teks dialog di atas secara tidak langsung kutipan tersebut mengkonstruksi suatu makna bahwa kejadian yang terjadi terhadap perempuan selama ini karena perempuan memberikan kesempatan serta ruang kepada laki-laki. Sutradara mencoba memberikan suatu argumen atau pandangan kepada masyarakat, bahwa setiap permasalahan yang muncul karena ada ketidaktegasan dari seorang perempuan. Artinya, perempuan dituntut untuk menutup ruang, dan cara berpikir yang lama terhadap laki-laki. Sebab seperti dialog di atas bahwa ada kecenderungan perempuan menyalahkan laki-laki, padahal tidak semua perempuan korban dari budaya patriarki tersebut.

5.2. Perangkat Framing ataupembingkai (Framing devices)

Pemikiran yang dituangkan dalam dialog Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita ini juga didukung dengan penggunaan simbol-simbol tertentu yang memberikan penekanan berupa peristiwa atau isu gender yang ingin ditonjolkan oleh sutradara.

Simbol-simbol tersebut berfungsi untuk menekankan arti tentang suatu ikon supaya memberikan penekanan dan khalayak bisa menafsirkan, kemudian bisa memberi pemaknaan terhadap isu gender tersebut.

Perangkat pembingkai ini biasanya digunakan untuk memberi label atau citra tertentu tentang isu gender dalam film tersebut. Dalam pencitraan mengenai isu

gender ini, perangkat bingkai digunakan atau dipakai dalam beberapa tujuan oleh


(5)

5.2.1. Penggunaan metafora (methapors)

untuk menekankan arti yang penting terhadap kedudukan perempuan sebagai seorang istri. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan dialog dan gambar di bawah ini:

Menit: 01 : 07 : 41

Narasi : Terjadi pertengkaran hebat antara Marwan dan Ratna. Berawal ketika istri simpanan Marwan datang ke rumah mereka, karena anak Marwan dengan selingkuhannya tersebut sedang sakit. Ratna yang saat itu baru pulang kerja, langsung tercengang, ketika melihat seorang perempuan dengan anak laki-laki, berada dalam rumahnya, sementara pintu dalam keadaan tertutup. Ratna yang sudah mulai curiga dengan suaminya Marwan sejak beberapa waktu, ketika mencium baju Marwan dengan aroma yang lain dari biasanya, mencoba untuk bersabar dengan alasan Marwan yang selalu pulang kantor telat karena ada lembur. Melihat semua kejadian itu, Ratna mengajak Marwan becara di kamar untuk membahas masalah tersebut, dengan dialog seperti berikut ini:


(6)

“Aku bersedia menerima posisi yang sudah ditakdirkan untuk aku, tapi aku bukan barang tak bernyawa, aku hidup. Aku manusia, manusia. Bukan anjing yang bisa ditendang begitu saja waktu majikannya sibuk dengan lonteh-lonteh diluar sana”.

Metafora (methapors) dalam dialog ini memberikan pemahaman saat seorang

istri (Ratna) mengetahui bahwa suaminya (Marwan) selingkuh dan sudah menikah secara diam-diam dengan perempuan lain, sehingga terjadilah dialog seprti di atas. Hal yang mau ditekankan oleh sutradara dalam dialog ini adalah, perampuan itu juga sama perasaannya dengan laki-laki mereka butuh perhatian, kasih sayang, kejujuran, kesetiaan dari seorang laki-laki sebagai kepala kelurga. Kata posisi dalam dialog di atas mau menjelaskan bahwa keadaan perempuan yang sampai saat ini masih dinomorduakan karena masih kentalnya budaya patriarki di masyarakat.

Kemudian penggunaan kata anjing juga dipakai sebagai pembanding, karena anjing hanyalah sebagai hewan peliharaan yang tidak punya perasaan dan cinta, dan hanya bisa diatur dan pasrah dalam mengikuti kemuaan majikannya, karena anjing adalah makhluk yang tidak bisa berpikir seperti layaknya manusia. Jika anjing saja bisa dipelihara, dan dirawat, apalagi seorang perempuan, sebagai makhluk sosial yang butuh perhatian, kasih sayang, motivasi, perlu dihormati oleh seorang laki-laki atau suami, karena sosok perempuan adalah makhluk yang bernyawa, mereka bisa marah, emosi, tersinggung, sakit hati, kecewa jika mereka diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang oleh laki-laki.


(7)

Selain hal tersebut, sutaradara juga lewat methapors (metafora) ini

memberikan sebuah pemikiran tentang penderitaan perempuan yang tiada habisnya, karena perlakuan budaya patriarki yang tidak berpihak pada perempuan dan terus menindas perempuan. Hal ini menjadi keprihatinan semua pihak termasuk sutradara sendiri. Hal itu bisa dilihat dalam gambar dan kutipan dialog di bawah ini:

Menit : 00 : 32 : 48

Narasi: Dokter Kartini merasa prihatin terhadap nasib yang diderita para pasiennya, bukan hanya perempuan yang sudah dewasa, termasuk perempuan yang belum berumur (belum dewasa) seperti Rara anak SMP, yang hamil akibat perbuatan pacarnya Acin juga sudah menjadi korban dari budaya patriarki. Dalam permasalahan seperti ini, dokter Kartini mencoba memahami dan merasakan penderitaan para pasien-pasiennya tersebut. Sikap dokter Kartini yang selalu memperhatikan nasib dan penderitaan kaumnya, membuat dokter Kartini sendiri ikut larut kedalam penderitaan tersebut. Walaupun sebenarnya dia belum pernah mengalami secara langsung berbagai penderitaan dan peristiwa tersebut. Lihat kutipan dialog dan gambar berikut ini:


(8)

“Memang aku belum pernah merasakan apa yang mereka alami, tapi baru mendengar saja hatiku sudah menjerit, tanpa kutahu waktu tidak bisa mengalah”.

Dalam kutipan dialog ini, sutradara mau memperjelas bahwa betapa sakit sekali penderitaan yang dialami para perempuan, karena mereka selalu dihadapkan dengan budaya dominan di masyarakat, seperti budaya patriarki. Penggunaan kalimat hati yang menjerit dalam dialog ini mencerminkan, bahwa seorang perempuan yang belum pernah mengalami perlakuan tidak adil saja sudah merasakan tersakiti, apalagi yang selalu disakiti. Itu Artinya sutradara mau memberikan gambaran betapa memilukan nasib kaum perempuan di negeri ini, karena ketidakadilan yang terus mereka terima dari waktu kewaktu. Kaum perempuan selalu diperlakukan sebagai objek, sehingga kesamaan dan kesetaraan hak dengan kaum laki-laki semakin jauh. Pandangan sutradara tersebut semakin kuat, dengan penyajian gambar dan kutipan dialog berikut ini:


(9)

Menit: 00 : 27: 50

Narasi : Dokter Kartini mengeluhkan berbagai kasus yang sedang dihadapinya kepada dokter Anton, tentang keputusasaannya kerena harus menangani berbagai kasus mengenai pasien-pasiennya tersebut. Dokter Anton mencoba memberikan motivasi dan semangat kepada dokter Kartini, dengan tujuan dokter Kartini tetap teguh dan kuat dalam menghadapi permasalahan pasien-pasien perempuannya tersebut. Kutipan percakapan antara dokter Anton dan dokter Kartini bisa dilihat dibawah ini:

Dokter Anton : Kamu terlampau hanyut dengan pekerjaan kamu, ayo urus diri kamu dulu, hidup kamu, cinta.

Dokter Kartini : Cinta? Cinta sudah mati Anton. Lagipula buat apa cinta kalau perempuan selalu jadi korban.


(10)

Disini sutradara mencoba memberikan pandangan, bahwa cinta menjadi kunci penting yang diyakini banyak pihak terutama perempuan, sebagai penyebab semua ketidakadilan terhadap kaumnya. Perempuan mulai mempertanyakan cinta yang dianggap banyak orang sebagai penghapusan budaya yang menomorduakan perempuan. Sebab dengan cinta laki-laki dan perempuan akan hidup sejalan dan sama karena mempunyai pandangan dan tekat yang sama terutama satu sama lain akan saling menjaga menghormati hak dan perasaan masing-masing sebagai wujud cinta tersebut.

Disini sutradara, justru melihat bahwa pengertian cinta semacam itu sudah berubah makna. Cinta justru menjadi biang keladi dan jurang pemisah antara laki-laki dengan perempuan, karena cinta hanya digunakan kaum laki-laki sebagai alat untuk menyakiti perempuan dan sebagai alat untuk memperkuat budaya patriarki di masyarakat. Akhirnya dengan cinta perempuan selamanya akan bertindak sebagai objek semata dan akan terus terpojok dalam posisi kelas dua, sementara laki-laki akan semakin diuntungkan dengan hal tersebut. Intinya yang mau digambarkan oleh sutradara adalah perempuan mulai terauma dengan pengertian cinta sekarang. Cinta selalu dipakai oleh laki-laki sebagai senjata menindas perempuan, walaupun tidak semua perempuan korban dari cinta.


(11)

5.2.2. Perangakat pembingkai digunakan sebagai exemplaar

Berupa penekanan perbandingan untuk kemampuan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dalam mengatasi atau menyelesaikan berbagai permasalahan, dalam hidup sehari-hari. Lihat kutipan dialog dan gambar di bawah ini:

Menit: 00 : 27: 21

Narasi : Dokter Kartini duduk di ruang kerjanya membolak balik jam tangan yang saat itu dipakainya, sambil memikirkan berbagai kasus yang dialami pasien-pasiennya. Dokter Kartini sangat terkejut saat dokter Anton menyapanya, ternyata dokter Anton sudah lama berada di ruangan kerja dokter Kartini, karena dokter Karitni sedang malamun sehingga tidak terlalu memperhatikan dokter Anton yang sudah berada di ruangan kerjanya. Dokter Anton terlihat tenang, dan mereka berdua saling bercakap-cakap seputar permasalahan pasien-pasien mereka masing-masing. Kemudian dokter Kartini memulai percakapan dengan dokter Anton, seperti kutipan di bawah ini:


(12)

Dokter Kartini : Bagaimana pasien kamu yang tadi siang?

Dokter Anton : Oh, itu kamu masih pikirin? Masalah ayahnya aja.

Dokter Kartini : Terus bisa kamu atasi? Kamu selalu berhasil ya mengurusi pasien-pasien kamu daripada aku.

Dalam kutipan dialog di atas, sutradara mau menggambarkan betapa besarnya konstruksi gender terhadap laki-laki dan perempuan yang telah dibentuk oleh budaya

patriarki di masyarakat, sehingga secara tidak sadar seorang perempuan langsung menempatkan atau memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak mampu menyelesaikan setiap permasalahan atau kasus yang dia alami dalam kehidupannya. Secara tidak langsung dialog ini mau menggambarkan bahwa sosok perempuan itu selalu gagal, dan tidak bisa seperti seorang laki-laki yang selalu mampu dan bisa menyelesaikan setiap masalah dalam hidupnya.

Arti penting yang mau ditekankan adalah, ideologi hasil konstruksi masyarakat yang dituangkan dalam budaya patriarki susah sekali untuk diubah, karena ideologi tersebut sudah tertanam sejak manusia itu lahir. Hal ini sudah menjadi bagian budaya di masyarakat, dan budaya tersebut sudah diakui dan diterima secara universal. Walaupun tidak ada aturan tertulis tentang hal tersebut, namun dalam pergaulan di masyarakat, budaya patriarki sudah sangat dominan. Untuk mengubah pandangan dan budaya patriarki tersebut, membutuhkan perjuangan dan kerja keras bagi semua pihak, supaya kedudukan perempuan setara dengan laki-laki pada umumnya.


(13)

5.2.3. Perangkat pembingkai juga digunakan sebagai depictions

Penggunaan depictions yaitu sebagai penguat bingkai dengan menggunakan

label atau kalimat tertentu dalam dialog yang dipertentangkan, dengan tujuan menonjolkan dan menguatkan citra atau pandangan terhadap kaum laki-laki. Label tersebut seperti kalimat: enggak berkarakter, tidak punya ambisi, culun, dan pemalu.

Penggunaan label semacam ini sutradara mau menunjukan atau menekankan bahwa ada ideologi yang sudah tertanam dalam pikiran masyarakat terutama kaum perempuan, susah untuk dirubah. Bahwa sosok laki-laki itu dipandang selalu kuat, punya ambisi yang tinggi, dan mempunyai karakter yang jelas sebagai kepala kelurga, serta yang terpenting bisa mengambil keputusan. Dalam perangkat pembingkai, depictions yang dipertentangkan adalah mengenai bayi perempuan dan bayi laki-laki

dalam kandungan Ningsih. Berikut ini potongan dialog Ningsih dengan dokter Kartini.


(14)

Narasi : Ningsih dengan karakternya yang terlihat tegar memeriksakan kandunganya kepada dokter Kartini, karena Ningsih merasa sosok laki-laki adalah yang paling penting dalam kehidupannya, dia mau mengetahui dengan cepat jenis kelamin bayi yang ada dalam kandunganya. Hal itu dikarenakan Ningsih merasa suaminya adalah tipe laki-laki yang sangat lemah, dan tidak punya ambisi, karena semua kehidupan rumah tangga mereka Ningsih yang mengatur padahal dia berharap suaminya yang menjalankan tugas tersebut.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka Ningsih memutuskan harus mempunyai anak laki-laki sebagai pengganti karakter suaminya yang dia anggap lemah. Dokter Kartini merasa heran ketika mendengar perkataan Ningsih mau menggugurkan bayi dalam kandunganya, jika bayi tersebut bukan berjenis kelamin laki-laki. Terjadi dialog antara dokter Kartini dengan Ningsih berikut ini :

Ningsih : Kapan saya bisa tahu kalau anak saya laki-laki dok?

Dokter Kartini : Sekitar 6 bulan.

Ningsih : Apa saya bisa gugurin di bulan itu?

Dokter Kartini : Kenapa?

Ningsih : Kalau bukan laki-laki saya tidak mau,saya mau ada pengganti suami saya.

Dokter Kartini : Memang suami ibu ada dimana?

Ningsih : Ada tapi suami saya itu enggak berkarakter dok, gak jelas sama sekali, tidak punya ambisi, culun, pemalu.Saya mau didik anak saya ini tidak seperti dia.

Dokter Kartini : Tapi itu bukan alasan untuk menggugurkan kandungan ibu, bagi ibu juga bisa berbahaya.


(15)

Dalam kutipan dialog tersebut, yang dipertentangkan adalah anak laki-laki dan anak perempuan yang sedang dikandung oleh Ningsih. Hal yang mau ditonjolkan oleh sutradara dalam dialog di atas adalah pentingnya sosok laki-laki karena perempuan butuh pelindung untuk menjaga mereka. Label ini juga digunakan sebagai frame

untuk menekankan betapa pentinganya seorang laki-laki dalam budaya yang sudah dikonstruksi oleh ideologi di masyarakat.

Penilaian ini bukan hanya datang dari laki-laki semata, tetapi juga lewat para perempuan, karena budaya patriarki yang mengkonstruksi mereka untuk berpikir demikian. Sosok laki-laki dianggap sangat dominan peranannya dalam kehidupan terutama dalam kehidupan rumah tangga karena laki-laki adalah sosok seorang pemimpin, sementara perempuan adalah objek dari pemimpin tersebut. Pandangan semacam ini bisa terus berlajut dan terus dipertahankan dari generasi kegenerasi berikutnya, karena budaya di masyarakat mengkonstruksi laki-laki sedemikian tinggi dan berkuasa terhadap apa saja. Maka disini sutradara menyajikan sebuah pandangan atau argumen terkait dengan peranan budaya di masyarakat tersebut, dengan menampilkan sebuah dialog sebagai sebuah gambaran dan keritik terhadap budaya patriarki tersebut. Lihat gambara dan kutipan dialog berikut ini:


(16)

Menit : 01 : 15 : 22

Narasi : Setelah pertengkaran hebat antara Ratna dan suaminya Marwan, karena Marwan ketahuan secara diam-diam sudah menikah dengan perempuan lain dan sudah mempunyai satu orang anak laki-laki berusia tiga tahun. Ratna kemudian memutuskan untuk pergi dari rumah karena Ratna tidak mau dimadu. Melihat kejadian tersebut, Rara sebagai adik dari Ratna juga berusaha mengikuti Ratna. Karena masih merasa sangat kecewa Ratna mencoba mencurahkan kekecewaanya tersebut, kepada Rara. Dalam sebuah angkotan umum, Ratna terlihat sangat sedih walaupun Ratna adalah seorang perempuan yang sangat tegar. Namun dia merasa kesetiaan dan cintanya sudah dipermaikan dan dihianati oleh suaminya, yang selama ini dia anggap sebagai kepala kelurga dan laki-laki yang baik. Ratna selalu menyempatkan diri untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri, walaupun dia juga sibuk sebagai tukang jahit. Lihat gambar dan diolog di bawah ini :

“Kamu lihat mbak, sekarang udah hamil segede gini tapi malah mau dimadu. Laki-laki memang bangsat. Kamu memang keterlaluan Marwan, kamu memang gak tahu diri, kamu kurang ajar”.


(17)

Dalam kutipan dialog atau percakapan Ratna dan Rara di atas yang mau ditekankan oleh sutradara adalah ketimpangan nasib yang dialami oleh kaum perempuan, karena perlakukan laki-laki yang sewenang-wenang. Disini yang ditonjolkan adalah dampak dari budaya patriarki sendiri, artinya budaya patriarki tersebut jelas sangat merugikan kaum perempuan. Dengan budaya patriarki tersebut, laki-laki menjadi lupa terhadap tangggung jawabnya sebagai seorang suami.

Hal ini terjadi karena masyarakat mendukung budaya tersebut, sehingga perlakuan laki-laki menikah secara diam-diam dengan perempuan lain, dan membohongi istri seperti kutipan di atas terhadap perempuan atau terhadap istrinya dianggap wajar. Asalkan laki-laki tersebut mampu membagi kasih sayangnya secara rata. Padahal ideologi semacam ini sangat tidak mungkin terjadi, karena secara nalar kasih sayang tidak akan terbagi dengan rata, antara satu suami dengan dua atau tiga istri sekaligus. Sebab setiap orang mempunyai karakter yang berbeda.

Budaya atau kesepakatan masyarakat semacam ini akan sangat merugikan kaum perempuan dalam perkawinan dan rumah tangga mereka, karena peran perempuan akan tetap sebagai objek laki-laki. Dalam dialog di atas, sutaradara menekankan dan memberikan pelabelan kepada laki-laki semacam itu melalui dialog Rara dengan Ratna dengan sebutan bangsat, gak tahu diri, kurang ajar.

5.2.4. Perangkat pembingkai juga dipakai sebagai visual image

Tujuan dari visual image memperkuat citra dan untuk menonjolkan posisi


(18)

kalimat yang dielustrasikan dengan menggunakan puisi, supaya lebih mudah dipahami oleh khalayak, dan bisa diterima secara umum. Hal ini bisa dilihat dalam gambar dan kutipan dialog berikut ini :

Menit: 01 : 32 : 05

Narasi: Dokter Kartini termenung di ruang kerjanya, setelah melihat berbagai peristiwa dan berbagai permasalahan yang dialami oleh pasien-pasienya. Dia mulai menyadari, bahwa menjadi seorang perempuan adalah sesuatu hal yang sangat penting, walaupun sekarang berhadapan dengan budaya patriarki perempuan harus tetap berjuang demi mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Perjuangan tersebut akan memberikan suatu kebanggaan tersendiri. Namun sebelum memperjuangkan nasib mereka, yang terpenting dari perempuan adalah keberanianya untuk mengakui dirinya sebagai seorang perempuan yang selalu menentang ketidakadilan. Dalam kesadarannya sebagai seorang perempuan, dokter Kartini menguraikan puisi seperti berikut:


(19)

“Ketika waktu kembali berputar, tanpa berbalik tidak ada rute yang harus aku lalui, ini hidupku dengan semua warna yang kumiliki. Hal pertama yang harus aku katakan adalah aku seorang perempuan”.

Dalam gambar dan kutipan dialog di atas diselipkan puisi yang intinya, seorang perempuan harus berani menerima kodrat dirinya sebagai seorang perempuan. Hidup sebagai seorang perempuan akan tetap berjalan dan perempuan dituntut untuk selalu kuat walaupun hidup dalam lingkungan dan kekangan budaya patriarki.

Robby Ertanto selaku sutradara menggunakan nama dokter Kartini, yang artinya mau menekankan tentang ilustrasi pahlawan perempuan yaitu Ibu Kartini, yang selalu memperjuangkan nasib kaum perempuan, sekaligus sebagai orang pertama yang merintis dan bangga menerima kodratnya sebagai seorang perempuan. Nama ibu Kartini diilustrasikan dengan dokter Kartini dalam film ini, dengan menggunakan nama Kartini khalayak akan lebih mudah mengingatnya karena langsung berkaitan dengan sejarah perjuangan perempuan Indonesia.

Dalam hal ini sosok perempuan, ditekankan atau ditonjolkan sosok yang harus berani, dan bangga sebagai perempuan seperti yang sudah dirintis oleh pendahulu para perempuan yaitu ibu Kartini. Selain itu, untuk meningkatkan pencitraan dan kekuatan perempuan dalam menghadapi berbagai permasalahan, sutradara mencoba membingkai citra perempuan tersebut lewat gambar dan dialog berikut ini:


(20)

Menit: 00 : 11 : 50

Narasi : Dokter Kartini tersenyum ketika Yanti dan Bambang memasuki ruang kantornya, sebab kedua orang tersebut terlihat sangat gembira. Yanti menceritakan tentang pekerjaannya sebagai PSK secara terang-terangan kepada dokter Kartini. Menurut keterangan dari Yanti, dalam semalam dia bisa melayani dua laki-laki dan juga melayani perempuan. Dokter Kartini kembali tercengang mendengar cerita dari Yanti tersebut. Walaupun Yanti seorang penjaja seks, namun Yanti adalah tipe orang yang ceria dan lucu. Sehingga dokter Kartini menganggap Yanti sebagai seorang perempuan yang unik. Lihat kalimat di bawa ini:

“Aku sering bertemu berbagai macam kasus yang diderita kaumku karena perlakuan para laki-laki, tapi tidak untuk perempuan unik dihadapanku”.

Kutipan dialog ini mau menggambarkan tentang sebuah realitas mengenai perempuan, yang selalu kuat dalam menempuh berbagai penderitaan yang disebabkan


(21)

oleh perlakuan tidak adil dari laki-laki. Kebanyakkan dari perempuan akan tertekan bila mengahadapi berbagai masalah, karena perempuan selalu dianggap sebagai makhluk yang lemah. Namun dalam dialog ini, sutradara mau menekankan kepada khalayak bahwa, sebenarnya perempuan itu kuat, perempuan itu unik, perempuan itu mempunyai kemampuan yang sama dengan laki-laki.

Perempuan dianggap lemah karena ideologi dan cara pandang masyarakat yang selalu memojokkan posisi perempuan, sehingga lama kelamaan anggapan tersebut mulai menjadi sebuah budaya yang diakui dan dianut oleh masyarakat secara umum. Melalui visual image ini, sutradara mencoba menunjukkan bahwa perempuan

itu pada dasarnya sama dengan laki-laki walaupun berbeda fisik.

5.2.5. Perangkat pembingkai juga digunakan sebagai catchphrases

Menggambarkan penonjolan mengenai perjuangan perempuan, maka Robby Ertanto selaku sutradara menggunakan catchphrases, yaitu penggunaan slogan atau

jargon tertentu untuk memperkuat pandangannya tentang citra seorang perempuan. Hal itu bisa dilihat dalam gambar dan dialog berikut ini:


(22)

Menit: 00 : 18 : 32

Narasi: Dokter Kartini saat terkejut, ketika melihat seorang perempuan muda, yang masih duduk di kelas dua SMP memasuki ruang kerjanya. Perempuan (Rara) ini dengan lugu menceritakan kepada dokter Kartini tentang hubungan suami istri yang dilakukan dengan pacaranya bernama Acin yang masih duduk di bangku SMA. Karena telat dua minggu Rara berusaha mengetahui penyebabnya, atau mungkin karena hubungan suami istri yang mereka lakukan tersebut yang menyebabkan dia hamil. Dokter Kartini di ruang kerja langsung memberikan berbagai pandangan terhadap Rara mengenai kehormatan seorang perempuan, yang perlu dijaga dengan baik. Dalam keadaan seperti itu, dokter Kartini mencoba menguraikan hal yang tepat untuk Rara sebagai perempuan muda dengan mengungkapkan kalimat di bawah ini:

“Perempuan ini adalah mudara kecil, dia belum bisa berpikir panjang tentang arti kehormatan dimana kebebasan menjadi impian”.


(23)

Dalam kutipan kalimat ini, sutradara menekankan bahwa perempuan selalu berjuang untuk mendapatkan hak dan peran mereka sebagai perempuan, dan yang sangat dominan untuk diperjuangkan adalah mengenai sebuah kehormantan dan kebebasan. Kebebasan dan kehormatan tersebut sudah sangat lama menjadi impian semua kaum perempuan, karena selama ini perempuan selalu dikalahkan dan juga dikekang oleh budaya dominan atau budaya patriarki yang sampai saat ini masih kental dan dipegang teguh oleh masyarakat secara umum.

Dalam kutipan kalimat di atas sutradara mau mengajak kaum perempuan, untuk tetap memperjuangkan nasib dan kebebasan mereka dalam gerakkan sosial, yaitu sebuah gerakkan yang menentang budaya patriarki. Dengan tujuan supaya perempuan juga mendapatkan hak dan kehormatan yang sama seperti layaknya kaum laki-laki.

Permasalahan perempuan yang terjadi pada saat memperjuangkan nasib mereka adalah ada keterkaitan factor psikologis yang dirasakan oleh perempuan, karena ada ideologi yang sudah dikostruksi oleh perempuan sejak mereka lahir. Perempuan tidak akan berhasil karena perempuan itu mahkluk lemah, sehingga anggapan ini tertanam didalam pemikiran seorang perempuan dan akhirnya menjadi penghambat perempuan untuk berusaha, karena pemikiran semacam ini perempuan sudah mematikan kemampuanya dengan ideologi tersebut. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan dialog dan gambar berikut ini:


(24)

Menit :00 : 27 : 38

Narasi : Dokter Anton sebagai laki-laki yang menyayangi dokter Kartini, selalu setia mengingatkan dokter Kartini, mengenai permasalahan yang dialami oleh para perempuan. Dokter Kartini selalu diberikan gambaran, bahwa boleh saja memperjuangkan nasib perempuan, tapi supaya perjuangan itu bisa berhasil, dokter Anton menyarankan kepada dokter Kartini supaya membenahi diri sendiri dulu, setelah itu baru memperjuangkan hak kaum perempuan, sehingga dokter Kartini menanggapi saran dari dokter Anton tersebut dengan kutipan dialog berikut ini:

“Aku memang selalu berusaha untuk membela kaumku, tapi kadang-kadang aku merasa tak berdaya”.


(25)

Perempuan selalu terikat dengan pandangan masa lalu yang sudah diterimanya dalam kelurga, karena mereka selalu diajari dengan budaya yang ada di masyarakat. Perempuan itu perlu pelindung karena perempuan lemah, dan pelindung tersebut adalah sosok laki-laki. Akhirnya perempuan merasa ketergantungan pada laki-laki dan mempunyai anggapan hanya laki-laki yang bisa melakukan pekerjaan yang berat. Hanya laki-laki yang boleh berpendidikan tinggi, karena perempuan walaupun berpendidikan tinggi lama-lama akan ke dapur juga.

Pandangan semacam ini yang dicoba diluruskan oleh sutradara, dalam kutipan dialog di atas. Sutradara menekankan dalam dialog tersebut, bahwa perempuan sebenarnya bisa melakukan perjuangan dalam mewujudkan kesetaraan hak dan kewajiban mereka dengan laki-laki. Asalkan perempuan mau membuang budaya ragu dan takut gagal karena anggapan lawas (lama), yang mengatakan keberhasilan hanya untuk laki-laki, bukan untuk perempuan.

Perempuan harus mulai membenahi diri untuk mengubah cara pandang lama tersebut dengan cara pandang baru yang lebih berpihak pada perempuan dan lebih masuk akal, karena baik laki-laki dan perempuan selalu dibekali dengan kemampuan oleh sang pencipta. Banyak perempuan yang juga memiliki kemampuan lebih dibanding dengan kemampuan laki-laki pada umumnya. Sutradara dalam kalimat di atas melalui sosok dokter Kartini, membawa khalayak berpikir secara bebas, tanpa ikatan budaya ataupun anggapan masa lampau.


(26)

5.3.Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Gagasan sutradara juga diperkuat dengan dukungan perangkat penalaran, yang intinya mau menekankan kepada khalayak, bahwa isu gender yang diangkat dalam

Film 7 Hati 7Cinta 7Wanita, benar adanya. Hal itu disajikan dalam dialog yang rasional sesuai dengan fakta yang ada. Tujuannya untuk memperkuat pandangan sutradara dalam menjembatani posisi laki-laki dan perempuan. Terutama dengan menyajikan keunggulan perempuan walaupun perempuan dianggap sebagai orang yang selalu dinomorduakan dalam masyarakat kebanyakkan.

Perangkat penalaran juga disajikan dengan menekankan atau menonjolkan arti penting seorang perempuan melalui roots, yakni analisis kausal atau sebab akibat.

Dalam roots perempuan dipandang sebagai suatu sosok yang penting, walaupun

selama ini perempuan selalu diposisikan dan dianggap sebagai kelas dua dibanding dengan laki-laki.

Dalam perengkat penalaran peran perempuan yang mau ditonjolkan oleh sutradara adalah karena perempuan mempunyai rahim yang tidak dimiliki oleh laki-laki, hal inilah yang menjadi keungulan perempuan. Artinya melalui roots sutradara

mencoba menggambarkan bahwa sosok perempuan pantas untuk dihormati, karena hanya lewat perempuan kehidupan di dunia ini bisa berlangsung terus menerus. Hal itu bisa terlihat dalam dialog dan gambar berikut:


(27)

Menit: 00 : 25 : 40

Narasi: Yanti, terlihat sedih di pinggir sebuah lorong setelah mengetahui hasil tes yang menyatakan dirinya menderita kangker rahim, karena pekerjaanya sebagai perempuan malam (PSK). Bambang seorang laki-laki yang sudah lama mencintai Yanti, yang juga bekerja sebagai tukang antar jemput Yanti, mencoba memberikan semangat kepada Yanti. Dengan meyakinkan Yanti bahwa kangker rahim tersebut masih bisa diobati. Yanti yang merasa kangker rahim itu sangat berbahaya, meminta Bambang untuk diam, namun bambang terus memberikan dukungan dan semangat kepada Yanti, sehingga dalam kesedihannya Yanti memberikan sebuah jawaban kepada Bambang dengan mengatakan kalimat berikut ini:

“Lo cowok bang, lo gak akan pernah tahu gimana rasanya perempuan gak punya rahim, lo gak tahu kan”?


(28)

Dibalik budaya patriarki yang saat ini dimiliki oleh laki-laki, dalam kutipan dialog ini, sutradara melalui Yanti mau menunjukkan, bahwa laki-laki dan perempuan itu pada dasarnya dipandang sama, sejajar, namun yang membedakan pandangan tersebut adalah budaya yang sudah dikonstruksi oleh masyarakat sehingga akhirnya melahirkan sebuah budaya patriarki.

Pandangan yang memandang laki-laki jantan, perkasa, rasional, gagah, berani, dan kuat ternyata ada juga yang kurang dari laki-laki, karena laki-laki tidak mempunyai rahim. Sehingga yang mau digambarkan oleh sutradara adalah bahwa laki-laki dan perempuan pada hakikatnya sejajar dan saling melengkapi kekurangan masing-masing, dan itu artinya harus saling menjaga dan menghormati, dengan tujuan supaya kekurangan masing-masing tersebut antara laki-laki dan perempuan bisa terwujud.

Selain gambaran mengenai keunggulan perempuan punya rahim, sutradara kemudian mencoba menyajikan permasalah lain melalui root, yaitu tentang besarnya

pengaruh budaya patriarki dalam kehidupan perempuan. Perempuan hanya diam bila berhadapan dengan perlakuan laki-laki, karena anggapan dasarnya laki-laki adalah seorang yang perlu dihormati oleh perempuan atau istri, dan istri harus berbakti kepada suami. Hal semacam ini biasanya selalu didukung oleh keprcayaan di masyarakat, sehingga untuk keluar dari anggapan dasar tersebut perempuan merasa kesulitan, sebab tidak ada sosok yang mendukung perempuan. Hal ini bisa dilihat dalam gambar dan kutipan dialog berikut:


(29)

Menit : 00 : 46 : 52

Narasi : Dokter Kartini, selalu merasa prihatin terhadap pasien-pasienya, namun yang paling parah dari semua pasien dokter Kartini adalah Lili. Lili adalah seorang perempuan yang mempunyai suami kelainan seksual. Setiap kali berkonsultasi dengan dokter Kartini, muka dan perut Lili selalu lebam, karena disiksa oleh suaminya, saat berhubungan seksual. Hal itu dikarenakan suami Lili mengalami kelainan seksual, sehingga Lili selalu menjadi korban kelainan seksual suaminya tersebut. Dokter Kartini sudah merasa kesal terhadap tindakan suami Lili tersebut, dokter Kartini berencana melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, namun Lili melarang dokter Kartini. Lili mengangap suaminya melakukan perbuatan tersebut kepadanya adalah ketidaksengajaan, malahan Lili menganggap perbutan suaminya tersebut adalah karena cinta. Dalam ruangan kerjanya dokter Kartini sempat berdebat dengan Lili mengenai peristiwa ini. Hal itu bisa dilihat dalam gambar dan dialog antara Lili dan dokter Kartini di bawah ini:


(30)

Dokter Kartini : Lili, Saya harus bagaimana supaya kamu mau terbuka? Lili : Dokter saya tidak mengerti.

Dokter Kartini : Kamu masih saja melindungi dia. Lili kita bisa sama lapor ke polisi. Lili : Dokter Jangan, saya cinta sama dia.

Dokter Kartini : Karena itu kamu bersedia disiksa begini? Lili : Dia gak siksa saya. Dokter dia gak sengaja.

Dalam kutipan dialog ini jelas, sutradara menunjukan bahwa peran seorang laki-laki atau suami selalu dianggp oleh perempuan sebagai sosok yang sangat penting. Perempuan rela menanggung segala macam kekerasan akibat dari keganasan budaya patriarki, yang dimiliki oleh laki. Perempuan mencoba melindungi laki-laki walaupun laki-laki-laki-laki tersebut sudah menyakiti dan menyiksa mereka. Hal yang mau ditonjolkan dalam permasalahan ini adalah, perempuan rela melakukan apapun kerena ada rasa ketergantung yang tinggi terhadap laki-laki. Jika laki-laki tersebut dipenjara karena kasus penindasan terhadap perempuan (istrinya), maka perempuan akan merasa kehilangan sosok penting dalam keluarga, karena selama ini laki-laki adalah orang yang memberikan nafkah bagi kelurga.

Sutradara dalam dialog ini mau mengajak berpikir secara logis, artinya cinta bukan satu-satunya alasan untuk tetap mempertahankan seorang laki-laki, dan menutupi setiap kesalahannya. Sebab jika itu yang terus dilakukan oleh perempuan, maka selamanya nasib perempuan tidak akan berubah, dan perempuan akan selalu diperlakukan secara tidak adil dan selalu ditindas oleh laki-laki. Untuk itu, perlu ada ketegasan dari perempuan, terhadap permasalahan-permasalah seperti dialog di atas supaya mendatangkan efek jera bagi para laki-laki yang bertindak sebagai oknum


(31)

kekerasan tersebut. Dengan begitu kekerasan dan penindasan terhadap perempuan bisa semakin diperangi karena perempuan sudah mempunyai modal penting yaitu keberanian. Namun jika hal semacam ini tetap ditutupi karena alasan cinta, maka yang akan dirugikan selamanya adalah perempuan.

Dalam mempertahankan dan pembenaran tentang gagasanya, sutradara memberikan klaim-klaim moral terhadap perempuan, melalui Appeals to principle.

Klaim moral tersebut ditekankan bahwa perempuan tidak bisa dipandang rendah dan hanya dipandang sebagai pelayan laki-laki saja, sebab sutradara disini mau menunjukan, walaupun seorang perempuan yang pekerjaanya sebagai PSK sekalipun, namun belum tentu perempuan tersebut dari segi pendidikan kalah dengan laki-laki. Hal itu ditunjukan dalam kutipan dialog dan gambar berikut:


(32)

Narasi: Yanti seperti biasanya sedang mangkal di pinggir jalan tempatnya menunggu langganannya yaitu para laki-laki hidung belang yang mau berkencan dengan dirinya. Tiba-tiba ia mulai berpikir tentang kangker rahim yang dideritanya, karena pekerjaannya sebagai perempuan malam (PSK). Dia memanggil Bambang dan menjelaskan kepada Bambang bahwa dia mau berhenti dari pekerjaanya sebagai seorang pelacur (PSK), dan mau mencari pekerjaan lain. Bambang terlihat sangat terkejut ketika mendengar perkataan Yanti tersebut. Kemudian Bambang mencoba menjelaskan kepada Yanti bahwa perempuan seperti dirinya susah untuk berenti menjadi PSK, sebab jika berenti lalu akan kesusahan untuk mendapatkan uang, karena perempuan seperti Yanti hanya bisa menjual diri. Mendengar hal itu Yanti menjadi marah, sehingga terjadilah berdebatan diantara mereka berdua dalam bentuk dialog berikut ini:

Yanti : Gue bilang gue gak mungkin begini terus lo dengar gak sih? Bambang : Terus lo mau kerja ape? yang lo tahu cuma ngangkang

Yanti : Anjing, sembarangan lo kalau ngomong. Eh asal lo tahu ya gue pernah kok kerja kantoran, tapi asal lo tahu juga ya, bos gue teryata lebih senang lihat gue tiduran dibanding gue kerja benaran, makanya gue berenti.


(33)

Strategi ini dipakai oleh sutradara untuk menekankan kepada khalayak, bahwa seorang perempuan yang pekerjaanya sebagai PSK tidak bisa dinilai dengan ungkapan bahwa perempuan itu tidak punya pengetahuan dan pendidikan sehingga dia hanya bisa menjadi PSK. Namun yang dimaksud oleh sutradara adalah khalayak harus mengubah cara pandang terhadap perempuan semacam ini yang pasti ada dalam kehidupan realitas sesungguhnya.

Seorang perempuan yang bekerja sebagai PSK ditentukan oleh banyak factor, salah satunya factor psikologis, karena perempuan diposisikan sebagai orang kelas dua, atau sebagai pelayan dan juga pemuas laki-laki saja. Berarti, sedikit banyak perempuan yang menjadi PSK, karena keputusasaan sebab perlakuan budaya patriarki yang ada di masyarakat yang sangat memihak laki-laki daripada perempuan. Klaim moral yang bisa dipetik dalam dialog di atas adalah budaya di masyarakat, terutama budaya patriarki mempunyai pengaruh yang kuat sehingga menjadikan atau membuat posisi perempuan selalu terpojok.

Perangkat penalaran juga digunakan oleh sutradara, untuk memperkuat argumen yang dikonstruksi, melalui ideologi yang sudah ada melalui Consequences.

Dalam hal ini, sutradara mau menggambarkan, bahwa semua kesalahan terhadap perempuan bukan semata-mata kesalahan laki-laki. Namun ada kesempatan serta ruang yang diberikan kepada laki-laki, sehingga permasalahan terhadap perempuan bisa terjadi. Hal itu bisa dilihat dalam gambar dan kutipan dialog berikut ini:


(34)

Menit : 01 : 23 : 47

Narasi : Dokter Kartini akhirnya mendapatkan jawaban tentang permasalahan di masa lalu, yang membuatnya berpikir laki-laki adalah kunci dari setiap permasalahan. Hal ini bukan tidak beralasan, sebab waktu masih remaja, dokter Kartini sempat mencintai seorang laki-laki, namun keluarga dokter Kartini tidak menyetujui hubungan tersebut, sehingga laki-laki tersebut diusir ayah dokter Kartini. Akhirnya hubungan mereka putus, dan dokter Kartini menanamkan ideologinya bahwa semua laki-laki tidak bertanggung jawab, sebab pada saat itu laki-laki tersebut tidak berusaha mencari dokter Kartini. Alasan ini tentunya hanya sebelah pihak, yaitu alasan dari dokter Kartini sendiri. Namun setelah dokter Kartini dan mantan pacarnya bertemu di rumah sakit, tempat dokter Kartini bekerja semua teka teki itu terjawab, ternyata mantan pacar dokter Kartini tersebut sudah berusaha untuk mencari dokter Kartini. Mantan pacar dokter Kartini tersebut tidak lain adalah ayah dari dokter Rohana, yang selama ini menjadi rekan sekerjanya. Ternyata kesuksesan dokter Rohana, karena ayahnya


(35)

adalah tipe laki-laki yang sayang dan bertanggung jawab terhadap kelurga. Akhirnya dokter Kartini menjadi mengerti setelah mendapatkan jawaban dari mantan pacarnya tersebut, dan pikiranya menjadi terbuka, bahwa tidak semua permasalahan terhadap perempuan itu disebabkan oleh laki-laki. Setelah mendapatkan jawaban tentang keraguannya terhadap laki-laki, dokter Kartini mengucapkan kalimat sebagai berikut ini:

“Dia menjawab semua waktu yang hilang hidup adalah proses, kodratku sebagai perempuan harus kujalani, aku bangga menjadi perempuan”.

Dalam dialog ini sutradara memberikan sebuah argumen, banyak perempuan lari dari kodratnya, karena dengan kodrat sebagai perempuan mereka selalu merasa ditindas oleh kaum laki-laki. Padahal tidak semua perempuan yang menjadi korban laki-laki, dan tidak semua laki-laki menindas perempuan. Hal ini tidak lepas dari pengaruh konstruksi budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat.

Dalam kutipan dialog Film 7 Hati 7Cinta 7 Wanita ini, sutradara berusaha meluruskan pandangan tersebut, dengan memberikan sebuah gagasan bahwa perempuan hendaknya bertindak secara profesional dalam memperjuangkan nasib mereka. Artinya, perempuan tidak boleh menghakimi laki-laki hanya karena laki-laki berada dipihak budaya patriarki, dan laki-laki juga tidak boleh menggunakan budaya patriarki sebagai simbol penindasan terhadap perempuan.


(36)

Perempuan dan laki-laki hendaknya terus berjuang dan bekerja sama untuk memerangi ketimpangan gender yang saat ini masih sangat merugikan perempuan.

Hal lain yang mau diingatkan oleh sutradara dalam perangkat penalaran, terbiasanya laki-laki membohongi perempuan, karena budaya dominan yang memihak laki-laki. Lihat gambar dan dialog berikut ini:

Menit :01 : 28 : 32

Narasi : Hadi sangat terkejut ketika melihat Lastri istrinya juga menuju ruangan dokter Kartni, sementara Hadi sendiri sedang bersama Ningsih istri pertamanya yang saat itu sedang hamil. Pertemuan itu membongkar kedok Hadi yang selama ini terlihat culun dan pemalu oleh istri pertamanya. Ternyata Hadi adalah seorang laki-laki yang sangat pandai bersandiwara, sehingga dia bisa menikahi perempuan dua sekaligus. Namun tidak ada yang tahu dari kedua istrinya tersebut, kalau Hadi sudah punya istri, karena mereka menganggap mereka adalah istri satu-satunya yang dimiliki oleh Hadi. Pertemuan di ruangan dokter Kartini menjadi kunci terbukanya kebohongan Hadi


(37)

terhadap kedua istrinya, karena dia selalu membagi waktu dengan alasan kapada istri yang satu mau lembur ke luar kota, padahal menemui istri yang lain. Dokter Kartini bersama dengan dokter Anton terkejut ketika melihat Hadi sedang kebingungan karena ketahuan kedoknya. Hal itu digambarkan sutradara melalui dokter Kartni dengan kalimat berikut ini:

“Akhirnya terjawab, si aktor tidak pandai mengatur strategi seperti jarum jam yang hanya bisa berdiri diantara pilihanya, ada hati yang terluka dan tersakiti namun kejujuran adalah cinta”.

Dalam dialog ini, pesan yang mau ditonjolkan adalah keburukkan budaya dominan atau budaya patriarki, bukan hanya berdampak pada perempun saja tapi laki juga bisa terkena walaupun budaya patriarki tersebut sangat berpihak pada laki-laki. Dalam kutipan dialog di atas, digambarkan bahwa kekuatan budaya patriarkilah yang mendorong laki-laki menjadi tidak jujur dengan pasangannya, dan diam-diam menikah dengan perempuan lain, walaupun sebenarnya laki-laki tersebut sudah punya istri.

Sutradara mau menunjukkan kepada khalayak, hal semacam ini banyak sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Laki-laki tega membohongi istrinya karena dia punya simpanan perempuan lain dan hal ini tidak bisa dicegah, karena budaya di masyarakat mengizinkan laki-laki untuk melakukan hal tersebut. Namun permasalahnya disini adalah, jika laki-laki tersebut tidak jujur terhadap pasangannya,


(38)

maka jika ketahuan semuanya akan hancur dan hal itu juga akan merugikan laki-laki, seperti dialog di atas. Dari gambaran mengenai peristiwa ini sutradara mencoba memberikan sebuah kesempatan kepada khalayak untuk berpikir secara mantap tentang pentingnya nilai sebuah kejujuran baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan berkeluarga. Kejujuran adalah kunci dari segala sesuatu dan segala sesuatu tersebut adalah wujud cinta.

5.3.1. Tabel analisis hasil framing William A. Gamson dan Andre Modigliani

Elemen Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita

Frame Isu Gender Metaphors

Pengaindaian atau perumpamaan

• Perempuan bukan anjing atau barang tak bernyawa, perempuan adalah manusia.

• Baru mendengar saja hatiku sudah menjerit. • Cinta sudah mati Anton.

Catchphrases Berupa slogan atau jargon

• Kehormatan dan kebebasan adalah impian setiap perempuan. • Perempuan selalu berusaha membela kaumnya namun selalu

merasa tak berdaya. Exemplaar

Perbandingan untuk menguatkan bingkai

• Dokter laki-laki selalu berhasil dalam mengurusi pasien-pasiennya daripada dokter perempuan.

Depiction

Label yang digunakan dalam sebuah isu

• Perempuan membutuhkan anak laki-laki untuk menggantikan posisi suami yang tidak berkarakter, culun, pemalu, dan tidak punya ambisi.


(39)

Visul Images

Perangkat pendukung berupa gambar, grafik dan citra untuk

menekankan pesan yang ingin disampaikan

• Hal pertama yang harus dikatakan oleh perempuan adalah dia seorang perempuan.

• Banyak kasus yang diderita perempuan, tapi tidak untuk perempuan unik dihadapanku.

Roots

Analisis kausal atau sebab akibat

• Laki-laki tidak akan pernah tahu tentang penderitaan perempuan yang tidak punya rahim, karena laki-laki tidak memiliki rahim seperti perempuan.

• Karena alasan cinta, perempuan akan tetap melindungi laki-laki walaupun dia selalu disiksa oleh laki-laki tersebut.

Appeals to principle Merupakan klaim moral

• Perempuan PSK tidak bisa dinilai hanya bisa melayani laki-laki saja, karena perempuan juga mempunyai kemampuan yang sama dengan laki-laki.

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai

• Kodrat sebagai perempuan harus tetap dijalani, perempuan hendaknya bangga sebagai seorang perempuan.

• Karena kebohongan yang dilakukan laki-laki akhirnya merugikan perempuan dan juga laki-laki tersebut.


(1)

Menit : 01 : 23 : 47

Narasi : Dokter Kartini akhirnya mendapatkan jawaban tentang permasalahan di masa lalu, yang membuatnya berpikir laki-laki adalah kunci dari setiap permasalahan. Hal

ini bukan tidak beralasan, sebab waktu masih remaja, dokter Kartini sempat mencintai

seorang laki-laki, namun keluarga dokter Kartini tidak menyetujui hubungan tersebut,

sehingga laki-laki tersebut diusir ayah dokter Kartini. Akhirnya hubungan mereka

putus, dan dokter Kartini menanamkan ideologinya bahwa semua laki-laki tidak

bertanggung jawab, sebab pada saat itu laki-laki tersebut tidak berusaha mencari

dokter Kartini. Alasan ini tentunya hanya sebelah pihak, yaitu alasan dari dokter

Kartini sendiri. Namun setelah dokter Kartini dan mantan pacarnya bertemu di rumah

sakit, tempat dokter Kartini bekerja semua teka teki itu terjawab, ternyata mantan

pacar dokter Kartini tersebut sudah berusaha untuk mencari dokter Kartini. Mantan

pacar dokter Kartini tersebut tidak lain adalah ayah dari dokter Rohana, yang selama


(2)

adalah tipe laki-laki yang sayang dan bertanggung jawab terhadap kelurga. Akhirnya

dokter Kartini menjadi mengerti setelah mendapatkan jawaban dari mantan pacarnya

tersebut, dan pikiranya menjadi terbuka, bahwa tidak semua permasalahan terhadap

perempuan itu disebabkan oleh laki-laki. Setelah mendapatkan jawaban tentang

keraguannya terhadap laki-laki, dokter Kartini mengucapkan kalimat sebagai berikut

ini:

“Dia menjawab semua waktu yang hilang hidup adalah proses, kodratku sebagai perempuan harus kujalani, aku bangga menjadi perempuan”.

Dalam dialog ini sutradara memberikan sebuah argumen, banyak perempuan

lari dari kodratnya, karena dengan kodrat sebagai perempuan mereka selalu merasa

ditindas oleh kaum laki-laki. Padahal tidak semua perempuan yang menjadi korban

laki-laki, dan tidak semua laki-laki menindas perempuan. Hal ini tidak lepas dari

pengaruh konstruksi budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat.

Dalam kutipan dialog Film 7 Hati 7Cinta 7 Wanita ini, sutradara berusaha

meluruskan pandangan tersebut, dengan memberikan sebuah gagasan bahwa

perempuan hendaknya bertindak secara profesional dalam memperjuangkan nasib

mereka. Artinya, perempuan tidak boleh menghakimi laki-laki hanya karena laki-laki

berada dipihak budaya patriarki, dan laki-laki juga tidak boleh menggunakan budaya


(3)

Perempuan dan laki-laki hendaknya terus berjuang dan bekerja sama untuk

memerangi ketimpangan gender yang saat ini masih sangat merugikan perempuan.

Hal lain yang mau diingatkan oleh sutradara dalam perangkat penalaran, terbiasanya

laki-laki membohongi perempuan, karena budaya dominan yang memihak laki-laki.

Lihat gambar dan dialog berikut ini:

Menit :01 : 28 : 32

Narasi : Hadi sangat terkejut ketika melihat Lastri istrinya juga menuju ruangan dokter Kartni, sementara Hadi sendiri sedang bersama Ningsih istri pertamanya yang

saat itu sedang hamil. Pertemuan itu membongkar kedok Hadi yang selama ini terlihat

culun dan pemalu oleh istri pertamanya. Ternyata Hadi adalah seorang laki-laki yang

sangat pandai bersandiwara, sehingga dia bisa menikahi perempuan dua sekaligus.

Namun tidak ada yang tahu dari kedua istrinya tersebut, kalau Hadi sudah punya istri,

karena mereka menganggap mereka adalah istri satu-satunya yang dimiliki oleh Hadi.


(4)

terhadap kedua istrinya, karena dia selalu membagi waktu dengan alasan kapada istri

yang satu mau lembur ke luar kota, padahal menemui istri yang lain. Dokter Kartini

bersama dengan dokter Anton terkejut ketika melihat Hadi sedang kebingungan

karena ketahuan kedoknya. Hal itu digambarkan sutradara melalui dokter Kartni

dengan kalimat berikut ini:

“Akhirnya terjawab, si aktor tidak pandai mengatur strategi seperti jarum jam yang hanya bisa berdiri diantara pilihanya, ada hati yang terluka dan tersakiti namun kejujuran adalah cinta”.

Dalam dialog ini, pesan yang mau ditonjolkan adalah keburukkan budaya

dominan atau budaya patriarki, bukan hanya berdampak pada perempun saja tapi

laki juga bisa terkena walaupun budaya patriarki tersebut sangat berpihak pada

laki-laki. Dalam kutipan dialog di atas, digambarkan bahwa kekuatan budaya patriarkilah

yang mendorong laki-laki menjadi tidak jujur dengan pasangannya, dan diam-diam

menikah dengan perempuan lain, walaupun sebenarnya laki-laki tersebut sudah punya

istri.

Sutradara mau menunjukkan kepada khalayak, hal semacam ini banyak sekali

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Laki-laki tega membohongi istrinya karena dia

punya simpanan perempuan lain dan hal ini tidak bisa dicegah, karena budaya di

masyarakat mengizinkan laki-laki untuk melakukan hal tersebut. Namun


(5)

maka jika ketahuan semuanya akan hancur dan hal itu juga akan merugikan laki-laki,

seperti dialog di atas. Dari gambaran mengenai peristiwa ini sutradara mencoba

memberikan sebuah kesempatan kepada khalayak untuk berpikir secara mantap

tentang pentingnya nilai sebuah kejujuran baik dalam kehidupan bermasyarakat

maupun dalam kehidupan berkeluarga. Kejujuran adalah kunci dari segala sesuatu dan

segala sesuatu tersebut adalah wujud cinta.

5.3.1. Tabel analisis hasil framing William A. Gamson dan Andre Modigliani

Elemen Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita

Frame Isu Gender Metaphors

Pengaindaian atau perumpamaan

• Perempuan bukan anjing atau barang tak bernyawa, perempuan adalah manusia.

• Baru mendengar saja hatiku sudah menjerit. • Cinta sudah mati Anton.

Catchphrases Berupa slogan atau jargon

• Kehormatan dan kebebasan adalah impian setiap perempuan. • Perempuan selalu berusaha membela kaumnya namun selalu

merasa tak berdaya. Exemplaar

Perbandingan untuk menguatkan bingkai

• Dokter laki-laki selalu berhasil dalam mengurusi pasien-pasiennya daripada dokter perempuan.

Depiction

Label yang digunakan dalam sebuah isu

• Perempuan membutuhkan anak laki-laki untuk menggantikan posisi suami yang tidak berkarakter, culun, pemalu, dan tidak punya ambisi.


(6)

Visul Images

Perangkat pendukung berupa gambar, grafik dan citra untuk

menekankan pesan yang ingin disampaikan

• Hal pertama yang harus dikatakan oleh perempuan adalah dia seorang perempuan.

• Banyak kasus yang diderita perempuan, tapi tidak untuk perempuan unik dihadapanku.

Roots

Analisis kausal atau sebab akibat

• Laki-laki tidak akan pernah tahu tentang penderitaan perempuan yang tidak punya rahim, karena laki-laki tidak memiliki rahim seperti perempuan.

• Karena alasan cinta, perempuan akan tetap melindungi laki-laki walaupun dia selalu disiksa oleh laki-laki tersebut.

Appeals to principle Merupakan klaim moral

• Perempuan PSK tidak bisa dinilai hanya bisa melayani laki-laki saja, karena perempuan juga mempunyai kemampuan yang sama dengan laki-laki.

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai

• Kodrat sebagai perempuan harus tetap dijalani, perempuan hendaknya bangga sebagai seorang perempuan.

• Karena kebohongan yang dilakukan laki-laki akhirnya merugikan perempuan dan juga laki-laki tersebut.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB IV

0 2 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Patriarki dari Sudut Pandang Teori Struktural-Fungsionalisme Tokoh-Tokoh Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362008064 BAB V

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB II

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB IV

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Tentang Isu Gender dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita T1 362007022 BAB VI

0 0 3

MULTIKULTURALISME GENDER PADA FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA KARYA ROBBY ERTANTO

0 4 14