PENDAHULUAN Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Papasan(Coccinia Grandis L.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode Dpph Serta Penetapan Kadar Fenolik Totalnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya (Deshpande, 2011). Radikal bebas distabilkan dengan cara bereaksi
dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Radikal bebas
yang banyak dalam tubuh akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,
jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu,
tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan yang mampu
menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu
penyakit (Kikuzaki et al., 2002).
Di dalam tubuh terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu zat yang
memperlambat atau menghambat stress oksidatif pada molekul target (Priyanto,
2010). Antioksidan dapat meredam dampak negatif radikal bebas, termasuk
enzim-enzim dan protein pengikat logam yang merupakan substansi yang
menghentikan atau menghambat kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul
target (Faramayuda, 2010), sehingga dapat melindungi sistem biologi tubuh dari
efek merugikan yang timbul dari proses atau pun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatimi, 2004). Antioksidan alami dari tanaman
mampu memperlambat preoses kerusakan oksidatif. Antioksidan juga dapat
diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E,
dan betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber
antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayursayuran seperti daun papasan dan sebagainya (Bhadauria et al., 2012).
Sebagian besar penelitian papasan adalah pada bagian akar dan bagian
buah, sedangkan daun yang banyak digunakan sebagai sayur belum banyak
diteliti. Penyebarannya terutama di Asia dan Afrika. Aktivitas buah papasan
adalah dapat menstabilkan sel mast, antianafilaksis dan antihistamin. Ekstrak
hidrometanolik dari akar papasan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat,
1
2
mengurangi kemampuan daya aktivitas radikal bebas dan kemampuan chelating
logam ketika dibandingkan dengan standar seperti asam askorbat, α-tokoferol,
kurkumin, dan butylated hidroksitoluen (Bhadauria et al., 2012). Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengernai aktivitas antioksidan
daun papasan untuk memperkaya landasan ilmiah daun papasan. Di beberapa
negara Asia seperti Thailand papasan digunakan secara tradisional sebagai
tonikum (Ashwini, 2012)
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah ekstrak etanol daun papasan dan fraksi-fraksinya mempunyai aktivitas
antioksidan?
2. Berapakah kadar fenolik total yang terdapat pada ekstrak etanol daun papasan
dan fraksi-fraksinya?
3. Bagaimanakah korelasi antara kadar fenolik total terhadap aktivitas
antioksidan pada ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis L.) dan
fraksi-fraksinya sebagai antioksidan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan
penelitian ini untuk :
1. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun papasan (Coccinia
grandis L.) dan fraksi-fraksinya dengan metode DPPH.
2. Mengetahui kadar fenolik total ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis
L.) dan fraksi-fraksinya.
3. Mengetahui korelasi antara kadar fenolik total terhadap aktivitas antioksidan
pada ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis L.) dan fraksi-fraksi yang
poten sebagai antioksidan.
3
D. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman daun papasan
a. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman papasan meliputi
Subdivisi
: Agiospermae
Kelas
: Plantae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Coccinia
Spesies
: Coccinia grandis (Tamilselvan, 2011)
Tanaman Coccinia grandis L. Ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Daun Coccinia grandis L.
b. Morfologi tanaman
Coccinia grandis, dinamakan tindora atau tondli dan di India disebut
kundstru,
ditemukan
dalam
bentuk
liar
di
Afrika
dan
Malaysia.
Pembudidayaannya terjadi sebagian besar di India dan wilayah tenggara Asia
tropika. Batang jalar tahunan merambat yang tidak berbulu menghasilkan umbi
akar. Batang memiki tulang memanjang ketika masih muda dan menjadi bundar
dan berkayu jika telah tua. Sebuah sulur terbentuk pada setiap buku. Daun
tanaman ini tunggal, berselang-seling, dan berbentuk lonjong lebar hingga
mendekati persegi empat; daun terbesar mencapai panjang kira-kira 15 cm dan
lebar 12 cm (Vincent et al., 1999).
4
c. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat didalam tanaman papasan yaitu resin,
alkaloid, flavonoid, asam lemak dan protein (Shivhare, 2013). Beberapa sumber
lain mengatakan bahwa selain senyawa tersebut daun papasan juga memiliki
polifenol, karotenoid, dan vitamin seperti vitamin C dan E (Bhadauria et al.,
2012).
d. Manfaat tanaman
Berbagai bagian tanaman papasan telah digunakan sebagai obat tradisional
untuk berbagai penyakit. Tanaman ini memiliki aktivitas farmakologi seperti
analgesik,
antipiretik,
anti-inflamasi,
antimikroba,
antiulcer,
antidiabetes,
antioksidan, hipoglikemik, antimalaria, antidislipidemia, antikanker, antitusif, dan
mutagenik (Pekamwar et al., 2013).
2. Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya dan bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes,
penyakit jantung, gangguan autoimun, penyakit neurodegeneratif, penuaan
(Deshpande et al., 2011). Senyawa radikal yang terdapat dalam tubuh
(prooksidan) dapat berasal dari luar tubuh (eksogen) atau terbentuk di dalam
tubuh (endogen) dari hasil metabolisme zat gizi secara normal (Muchtadi, 2000).
3. Antioksidan
Senyawa antioksidan merupakan senyawa yang mampu mendonasikan
beberapa elektron kepada senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil
(Winarsi, 2011). Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan
mengurangi risiko penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner
(Amrun et al., 2007). Beberapa penelitian melaporkan bahwa terdapat berbagai
sumber antioksidan yang terdapat di sekeliling kita, diantaranya tanaman dan
segala bentuknya di alam. Senyawa antioksidan yang terdapat dalam tanaman
meliputi vitamin C, vitamin E, karotenoid, asam fenol, dan polifenol (Prakash et
al., 2007).
5
4. DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana dengan menggunakan
1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi. DPPH
merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil sehingga dapat bereaksi
dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH
tereduksi (Molyneux, 2004). Sebagai senyawa organik yang mengandung nitrogen
tidak stabil dengan absorbansi kuat pada
maks
517 nm dan berwarna ungu gelap
(Reynertson, 2007). DPPH memiliki bobot molekul 394,31778 g/mol dengan
rumus molekul C18H12N5O6 (Depkes, 1995). DPPH adalah radikal bebas stabil
yang mengandung odd electron dalam strukturnya yang dapat digunakan untuk
mendeteksi aktivitas penangkap radikal bebas dalam analisis kimia dan untuk uji
aktivitas penangkap radikal bebas dari senyawa ekstrak tumbuhan (Bhuiyan et al.,
2010). Berikut adalah mekanisme penurunan intensitas warna yang disebabkan
karena berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini terjadi
karena penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan yang menyebabkan suatu
elektron tidak mempunyai kesempatan untuk beresonansi (Windono et al., 2001).
Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH akan tereduksi dan
warnanya berubah menjadi kuning (Daud et al., 2011).
+RO*
Ungu
kuning
Gambar 2. Donasi proton dari antioksidan ke radikal DPPH
5. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengam tujuan agar zat berkhasiat yang terdapat pada
simplisia diperoleh dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi (Anief, 1997).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sumber bahan alami dan senyawa
6
yang akan diisolasi tersebut (Sarker et al., 2006). Kandungan kimia tumbuhan
digolongkan berdasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan, dan adanya gugus
fungsi tertentu (Harborne, 1987). Oleh karena itu terdapat beberapa pilihan
metode penyaringan, antara lain: maserasi, boiling, sokletasi, supercritical fruid
extraction, sublimasi, dan destilasi uap. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi
antara lain: pelarut untuk ekstraksi polar (air, etanol, methanol, dan sebagainya),
pelarut untuk ekstraksi semi polar (etil asetat, diklormetana, dan sebagainya), dan
pelarut untuk ekstraksi non polar (heksana, petroleum eter, kloroform, dan
sebagainya) (Sarker et al., 2006).
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi.
Meserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
dihaluskan
sesuai
dengan
syarat
farmakope
disatukan
dengan
bahan
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya
langsung dan dikocok kembali. Lamanya waktu maserasi berbeda-beda, masingmasing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Menurut pengalaman, 5 hari telah
memadai, untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari
cara ini, seperti yang telah diurai diatas (melarutnya bahan kandungan simplisia
dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi [difusi] bahan
kandungan dari sel yang masih utuh) (Voigt, 1984).
6. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang
bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke
pelarut non polar (Harborne, 1987). Mekanisme pemisahan dalam metode
fraksinasi yang digunakan adalah enap tuang yang dibantu sonifikator.
E. Landasan Teori
Ekstrak metanol buah papasan menunjukkan aktivitas oksidan yang
signifikan. Aktivitas antioksidan dari buah dapat dikaikan dengan adanya
flavonoid dan glikosida antakuinon, ekstrak buah papasan memiliki nilai IC50
7
sebesar 75,336 ppm dan termasuk aktivitas antioksidan aktif (Deshpande et al,
2011). Skrining fitokimia dari ekstrak hidrometanol kasar daun papasan
menunujukan adanya flavonoid, saponin, fenol, tannin dan terpenoid. Fraksi
ekstrak hidrometanolik dari akar papasan menunjukkan aktivitas antioksidan yang
kuat, mengurangi kemampuan daya aktivitas radikal bebas dan kemampuan
chelating logam ketika dibandingkan dengan standar seperti asam askorbat, αtokoferol, kurkumin dan butylated hidroksitoluene (Bhadauria et al., 2012).
Kadar fenolik dan flavonoid total dari fraksi juga ditentukan untuk mengevaluasi
hubungan antara aktivitas antioksidan dan konstituen fitokimia. (Bhadauria et al.,
2012).
F.Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa :
1. Ekstrak dan fraksi-fraksinya daun papasan memiliki aktivitas antioksidan yang
mirip dengan buahnya.
2. Terdapat hubungan antara kadar fenolik dengan aktivitas antioksidannya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya (Deshpande, 2011). Radikal bebas distabilkan dengan cara bereaksi
dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Radikal bebas
yang banyak dalam tubuh akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,
jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itu,
tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan yang mampu
menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu
penyakit (Kikuzaki et al., 2002).
Di dalam tubuh terdapat senyawa yang disebut antioksidan yaitu zat yang
memperlambat atau menghambat stress oksidatif pada molekul target (Priyanto,
2010). Antioksidan dapat meredam dampak negatif radikal bebas, termasuk
enzim-enzim dan protein pengikat logam yang merupakan substansi yang
menghentikan atau menghambat kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul
target (Faramayuda, 2010), sehingga dapat melindungi sistem biologi tubuh dari
efek merugikan yang timbul dari proses atau pun reaksi yang menyebabkan
oksidasi yang berlebihan (Hariyatimi, 2004). Antioksidan alami dari tanaman
mampu memperlambat preoses kerusakan oksidatif. Antioksidan juga dapat
diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E,
dan betakaroten serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber
antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayursayuran seperti daun papasan dan sebagainya (Bhadauria et al., 2012).
Sebagian besar penelitian papasan adalah pada bagian akar dan bagian
buah, sedangkan daun yang banyak digunakan sebagai sayur belum banyak
diteliti. Penyebarannya terutama di Asia dan Afrika. Aktivitas buah papasan
adalah dapat menstabilkan sel mast, antianafilaksis dan antihistamin. Ekstrak
hidrometanolik dari akar papasan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat,
1
2
mengurangi kemampuan daya aktivitas radikal bebas dan kemampuan chelating
logam ketika dibandingkan dengan standar seperti asam askorbat, α-tokoferol,
kurkumin, dan butylated hidroksitoluen (Bhadauria et al., 2012). Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengernai aktivitas antioksidan
daun papasan untuk memperkaya landasan ilmiah daun papasan. Di beberapa
negara Asia seperti Thailand papasan digunakan secara tradisional sebagai
tonikum (Ashwini, 2012)
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah ekstrak etanol daun papasan dan fraksi-fraksinya mempunyai aktivitas
antioksidan?
2. Berapakah kadar fenolik total yang terdapat pada ekstrak etanol daun papasan
dan fraksi-fraksinya?
3. Bagaimanakah korelasi antara kadar fenolik total terhadap aktivitas
antioksidan pada ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis L.) dan
fraksi-fraksinya sebagai antioksidan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan
penelitian ini untuk :
1. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun papasan (Coccinia
grandis L.) dan fraksi-fraksinya dengan metode DPPH.
2. Mengetahui kadar fenolik total ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis
L.) dan fraksi-fraksinya.
3. Mengetahui korelasi antara kadar fenolik total terhadap aktivitas antioksidan
pada ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis L.) dan fraksi-fraksi yang
poten sebagai antioksidan.
3
D. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman daun papasan
a. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman papasan meliputi
Subdivisi
: Agiospermae
Kelas
: Plantae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Coccinia
Spesies
: Coccinia grandis (Tamilselvan, 2011)
Tanaman Coccinia grandis L. Ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Daun Coccinia grandis L.
b. Morfologi tanaman
Coccinia grandis, dinamakan tindora atau tondli dan di India disebut
kundstru,
ditemukan
dalam
bentuk
liar
di
Afrika
dan
Malaysia.
Pembudidayaannya terjadi sebagian besar di India dan wilayah tenggara Asia
tropika. Batang jalar tahunan merambat yang tidak berbulu menghasilkan umbi
akar. Batang memiki tulang memanjang ketika masih muda dan menjadi bundar
dan berkayu jika telah tua. Sebuah sulur terbentuk pada setiap buku. Daun
tanaman ini tunggal, berselang-seling, dan berbentuk lonjong lebar hingga
mendekati persegi empat; daun terbesar mencapai panjang kira-kira 15 cm dan
lebar 12 cm (Vincent et al., 1999).
4
c. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat didalam tanaman papasan yaitu resin,
alkaloid, flavonoid, asam lemak dan protein (Shivhare, 2013). Beberapa sumber
lain mengatakan bahwa selain senyawa tersebut daun papasan juga memiliki
polifenol, karotenoid, dan vitamin seperti vitamin C dan E (Bhadauria et al.,
2012).
d. Manfaat tanaman
Berbagai bagian tanaman papasan telah digunakan sebagai obat tradisional
untuk berbagai penyakit. Tanaman ini memiliki aktivitas farmakologi seperti
analgesik,
antipiretik,
anti-inflamasi,
antimikroba,
antiulcer,
antidiabetes,
antioksidan, hipoglikemik, antimalaria, antidislipidemia, antikanker, antitusif, dan
mutagenik (Pekamwar et al., 2013).
2. Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat
reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya dan bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes,
penyakit jantung, gangguan autoimun, penyakit neurodegeneratif, penuaan
(Deshpande et al., 2011). Senyawa radikal yang terdapat dalam tubuh
(prooksidan) dapat berasal dari luar tubuh (eksogen) atau terbentuk di dalam
tubuh (endogen) dari hasil metabolisme zat gizi secara normal (Muchtadi, 2000).
3. Antioksidan
Senyawa antioksidan merupakan senyawa yang mampu mendonasikan
beberapa elektron kepada senyawa oksidan menjadi senyawa yang lebih stabil
(Winarsi, 2011). Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan
mengurangi risiko penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner
(Amrun et al., 2007). Beberapa penelitian melaporkan bahwa terdapat berbagai
sumber antioksidan yang terdapat di sekeliling kita, diantaranya tanaman dan
segala bentuknya di alam. Senyawa antioksidan yang terdapat dalam tanaman
meliputi vitamin C, vitamin E, karotenoid, asam fenol, dan polifenol (Prakash et
al., 2007).
5
4. DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana dengan menggunakan
1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi. DPPH
merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil sehingga dapat bereaksi
dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH
tereduksi (Molyneux, 2004). Sebagai senyawa organik yang mengandung nitrogen
tidak stabil dengan absorbansi kuat pada
maks
517 nm dan berwarna ungu gelap
(Reynertson, 2007). DPPH memiliki bobot molekul 394,31778 g/mol dengan
rumus molekul C18H12N5O6 (Depkes, 1995). DPPH adalah radikal bebas stabil
yang mengandung odd electron dalam strukturnya yang dapat digunakan untuk
mendeteksi aktivitas penangkap radikal bebas dalam analisis kimia dan untuk uji
aktivitas penangkap radikal bebas dari senyawa ekstrak tumbuhan (Bhuiyan et al.,
2010). Berikut adalah mekanisme penurunan intensitas warna yang disebabkan
karena berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Hal ini terjadi
karena penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan yang menyebabkan suatu
elektron tidak mempunyai kesempatan untuk beresonansi (Windono et al., 2001).
Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH akan tereduksi dan
warnanya berubah menjadi kuning (Daud et al., 2011).
+RO*
Ungu
kuning
Gambar 2. Donasi proton dari antioksidan ke radikal DPPH
5. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengam tujuan agar zat berkhasiat yang terdapat pada
simplisia diperoleh dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi (Anief, 1997).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sumber bahan alami dan senyawa
6
yang akan diisolasi tersebut (Sarker et al., 2006). Kandungan kimia tumbuhan
digolongkan berdasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan, dan adanya gugus
fungsi tertentu (Harborne, 1987). Oleh karena itu terdapat beberapa pilihan
metode penyaringan, antara lain: maserasi, boiling, sokletasi, supercritical fruid
extraction, sublimasi, dan destilasi uap. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi
antara lain: pelarut untuk ekstraksi polar (air, etanol, methanol, dan sebagainya),
pelarut untuk ekstraksi semi polar (etil asetat, diklormetana, dan sebagainya), dan
pelarut untuk ekstraksi non polar (heksana, petroleum eter, kloroform, dan
sebagainya) (Sarker et al., 2006).
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi.
Meserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
dihaluskan
sesuai
dengan
syarat
farmakope
disatukan
dengan
bahan
pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya
langsung dan dikocok kembali. Lamanya waktu maserasi berbeda-beda, masingmasing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Menurut pengalaman, 5 hari telah
memadai, untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari
cara ini, seperti yang telah diurai diatas (melarutnya bahan kandungan simplisia
dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi [difusi] bahan
kandungan dari sel yang masih utuh) (Voigt, 1984).
6. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang
bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke
pelarut non polar (Harborne, 1987). Mekanisme pemisahan dalam metode
fraksinasi yang digunakan adalah enap tuang yang dibantu sonifikator.
E. Landasan Teori
Ekstrak metanol buah papasan menunjukkan aktivitas oksidan yang
signifikan. Aktivitas antioksidan dari buah dapat dikaikan dengan adanya
flavonoid dan glikosida antakuinon, ekstrak buah papasan memiliki nilai IC50
7
sebesar 75,336 ppm dan termasuk aktivitas antioksidan aktif (Deshpande et al,
2011). Skrining fitokimia dari ekstrak hidrometanol kasar daun papasan
menunujukan adanya flavonoid, saponin, fenol, tannin dan terpenoid. Fraksi
ekstrak hidrometanolik dari akar papasan menunjukkan aktivitas antioksidan yang
kuat, mengurangi kemampuan daya aktivitas radikal bebas dan kemampuan
chelating logam ketika dibandingkan dengan standar seperti asam askorbat, αtokoferol, kurkumin dan butylated hidroksitoluene (Bhadauria et al., 2012).
Kadar fenolik dan flavonoid total dari fraksi juga ditentukan untuk mengevaluasi
hubungan antara aktivitas antioksidan dan konstituen fitokimia. (Bhadauria et al.,
2012).
F.Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa :
1. Ekstrak dan fraksi-fraksinya daun papasan memiliki aktivitas antioksidan yang
mirip dengan buahnya.
2. Terdapat hubungan antara kadar fenolik dengan aktivitas antioksidannya.