PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING PRODUK KOSMETIK PADA GIANT HYPERMART PONDOK TJANDRA SIDOARJO.

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT
HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT
HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Manajemen

Disusun Oleh:

Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
J AWA TIMUR
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT
HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O
Yang diajukan

Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Hj.Malicha

Tanggal : ……………………..


Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen

Dr.Muhajir Anwar.MM
NIP. 19650907199103101

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT
HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O
Yang diajukan

Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM


Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Hj.Malicha

Tanggal : ……………………..

Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen

Dr.Muhajir Anwar.MM
NIP. 19650907199103101

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT

HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O
Yang diajukan

Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM

Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra.Ec.Hj.Malicha

Tanggal : ……………………..

Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS

NIP. 196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT
HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O
Disusun oleh:
Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan diterima
Oleh tim Penguji Skripsi J urusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 31 Mei 2013.
Pembimbing
Pembimbing Utama


Tim Penguji
1. Ketua

Dra.Ec.Hj.Malicha

Dra.Ec.Hj.Malicha
2. Sekretaris

Rizky Der mawan SE,MM
3. Anggota

Dra.Ec.Siti Aminah,MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE,MM.
NIP. 19630924 198903 1001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berKatnya yang diberikan kepada peyusun sehingga skripsi yang berjudul ”Pengaruh
Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement, Terhadap Impulse Buying Produk
Kosmetik di Giant Hypermar t Pondok Tjandra Sidoarjo”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi
Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spiritual
maupun materiil,khusunya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program studu Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra.Ec.Hj.Malicha selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Para dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
Selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur .
6. Kepada kedua orang tuaku dan kakak adik tercinta yang telah memberikan
dukungan moril ataupun materia.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dala, skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik
membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.


Salam hormat,
Surabaya, Mei 2013

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

i

DAFTAR ISI .................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL .........................................................................................


iii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

v

ABSTRAKSI ..................................................................................................

vi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah......................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ........................................................

7

1.3

Tujuan Penelitian ............................................................

8

1.4

Manfaat Penelitian ..........................................................

8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ....................................

9

2.2

Landasan Teori ..............................................................

9

2.2.1

Shopping Lifestyle ........................................................

11

2.2.1.1 Pengertian Shopping Lifestyle ........................................

11

2.2.2

Fashion involvement .......................................................

13

2.2.2.1 Pengertian Fashion involvement .....................................

13

2.2.3.

Impulse Buying ..............................................................

16

2.2.3.1 Pengertian Impulse Buying .............................................

16

2.2.3.2 Elemen Pembelian Tidak Terencana ( Impulse Buying ) .

17

2.2.3.3 Tipe Pembelian Tidak Terencana Impulse Buying ..........

18

2.2.3.4 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Impulse Buying ........

19

2.2.4

Pengaruh Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying ..

21

2.2.5

Pengaruh Fashion involvement Terhadap Impulse Buying

21

2.3

Kerangka Konseptual .......................................................

22

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4.

Hipotesis ..........................................................................

23

BAB III METODE PENELITIAN
3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...............

24

3.1.1

Pengukuran Variabel .......................................................

25

3.2

Teknik Pengambilam Sampel ..........................................

26

3.3

Teknik Pengumpulan Data ...............................................

27

3.3.1

Jenis data.........................................................................

27

3.3.2 Sumber Data....................................................................

27

3.3.3 Pengumpulan Data ..........................................................

27

3.4.

Uji Validitas Dan Reabilitas .............................................

28

3.4.1

Uji Validitas ....................................................................

28

3.4.2

Uji Reabilitas ..................................................................

28

3.5

Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ...................................

29

3.5.1

Teknik Analisis ...............................................................

29

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.

Deskriptif Hasil Penelitian .............................................

45

4.1.1

Gambaran Umum ............................................................

45

4.2

Analisis Karakteristik Responden ....................................

45

4.2.1

Deskripsi Variabel ..........................................................

47

4.2.1.1 Deskripsi Variabel Shopping Lifestyle (X1) ....................

47

4.2.1.2 Deskripsi Variabel Fashion involvement (X2) .................

49

4.2.1.3 Deskripsi Variabel Impulse Buying ................................

52

4.3.

Analisis Data ..................................................................

54

4.3.1

Evaluasi Atas Outlier.......................................................

54

4.3.2

Intrepetasi Hasil PLS .......................................................

55

4.3.2.1 Pengujian Outter Model...................................................

55

4.3.2.2 Analisis PLS....................................................................

60

4.3.2.3 Evaluasi Pengujian Inner Model ......................................

60

4.4

64

Pembahasan .....................................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.4.1. Pengaruh Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying ....

64

4.4.2 Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying

65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..........................................................................

67

5.2. Saran ....................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Top Brand Index Kosmetik Tahun 2009-2012..........................

3

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...............

45

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..............................

46

Tabel 4.3. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Shopping Lifestyle ..

47

Tabel 4.4. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Fashion Involvement

49

Tabel 4.5. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Impulse Buying .......

52

Tabel 4.6. Outlier Data .............................................................................

54

Tabel 4.7 Outer loading ...........................................................................

56

Tabel 4.8. AVE ........................................................................................

58

Tabel 4.9. Reliabilitas Data ......................................................................

59

Tabel 4.10. R-Square ..................................................................................

61

Tabel 4.11. Outter Weight ..........................................................................

62

Tabel 4.12. Inner weight ............................................................................

63

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual .........................................................

22

Gambar 3.1

langkah-langkah analisis PLS.............................................

32

Gambar 3.2.

Jalur PLS ...........................................................................

34

Gambar 4.1.

Diagram hasil Output PLS .................................................

60

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier
Lampiran 4 : Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Lampiran 5 : Evaluasi Model Pengukuran (Inner Model)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION
INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING
PRODUK KOSMETIK PADA GIANT
HYPERMART PONDOK TJ ANDRA
SIDOARJ O
Muhammad Fir mansyah
0912010060/ FE/EM

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan pada produk kosmetik terkenal, Tetapi dalam
salah satu penghargaan mengenai kekuatan suatu merek di Indonesia yaitu Top
Bran Index (TBI) ternyata Kosmetik berdasarkan survey TBI tersebut mengalami
penurunan pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2011.
Masyarakat high income akan membeli kosmetik yang sedang dicari dengan
harga, kualitas, serta mode yang diinginkan, ketika masyarakat dari kelas high
income me-lihat produk yang sulit dicari ditemukan maka ia akan membeli produk
tersebut meskipun ia tidak merencanakan pembelian tersebut yang menyebabkan
terjadinya impulse buying.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berbelanja di
Giant Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 108 responden. Data
yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil
jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial least
Square.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa : 1). Adanya
shopping lifestye yang tinggi dapat meningkatkan impulse buying produk
kosmetik pada Giant Hypermart Pondok Tjandra. 2). Adanya fashion involvement
yang tinggi dapat meningkatkan impulse buying produk kosmetik pada Giant
Hypermart Pondok Tjandra.

Keywords: Shopping Lifestyle, Fashion Involement dan Impulse Buying

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan
banyaknya pembangunan mall atau shopping centre. Indonesia Tourism News
melansir bahwa kehadiran mall di Surabaya telah mengukuhkan jati diri sebagai
kota perdagangan. Selain itu, dengan kehadiran mall diharapkan dapat menjadi
daya tarik wisata. Kini Surabaya telah memiliki setidaknya 32 shopping mall dan
diperkirakan akan terus bertambah tiap tahunnya. Kelahiran shopping mall di
Surabaya diawali dengan adanya Tunjungan Plaza, yang disusul Delta Plaza dan
Surabaya Mall pada tahun 1986. Kehadiran tiga shopping mall tersebut secara
perlahan diikuti pusat-pusat perbelanjaan modern lainnya hingga mencapai
booming pada periode tahun 2005-2008 (Indonesia Tourism News, 2008).
Salah satu bentuk media perbelanjaan modern tersebut seperti Giant
Hypermart. Giant Hypermart adalah sebuah perusahaan retail yang menyediakan
produk dalam bentuk barang salah satunya yaitu kosmetik. Perusahaan tersebut
tentunya memiliki berbagai macam strategi dalam melakukan penjualan
produknya seperti pemberian diskon pada setiap bulan sekali dengan tujuan agar
konsumen tertarik dan tetap mengkonsumsi produk yang ditawarkan oleh Gyant
Hypermart. Bertambahnya shopping centre di Surabaya dari tahun ke tahun
menjadikan peluang bisnis bagi para pelaku bisnis terutama dibidang fashion
karena banyak pengunjung yang berkunjung ke shopping centre, dimana sebagian
besar pengunjung yang berkunjung karena ingin berbelanja pakaian. Fenomena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

tersebut menyebabkan kebanyak-an mall yang ada menjual berbagai jenis fashion
baik untuk pria maupun wanita yang berada di boutique, factory outlet ataupun di
department store yang mempunyai fasilitas pelayanan dan mutu yang sesuai
dengan standart yang diterapkan tiap toko. Fashion adalah jenis tenant utama dari
sebuah shopping centre atau mall, berupa toko baju anak, pria dan wanita yang
berbentuk butik atau ready–to–wear, termasuk toko aksesoris dan kosmetika
(Indonesia Shopping Centers, 30 Januari 2009), ketika melihat pakaian yang
dipajang di etalase toko yang menarik menurut pengunjung tersebut maka
pengunjung tadi akan membeli pakaian yang di inginkan meskipun harus
mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan pakaian yang diinginkan. Pernyataan
tersebut di dasari oleh persentase masyarakat Surabaya yang datang ber-kunjung
di mall untuk berbelanja sebesar 51% di-bandingkan aktivitas lainnya (“29 Proyek
Manantang Krisis Global”, Maret 2009).
Kosmetik merupakan industri yang akan terus bertumbuh seiring pasar
yang makin meluas. Hal ini disebabkan hampir semua perempuan, bahkan anakanak yang baru menginjak remaja pun, akrab dengan berbagai pernak-pernik
kosmetik. Dapat dikatakan bahwa produk kosmetik telah menjadi bagian dari
keseharian konsumen, baik perempuan yang tinggal di perkotaaan maupun
pedesaan, contohnya bedak wajah, alas bedak, lipstik, pembersih muka, pelembab
muka, dan pemutih wajah (”Bergulat Habis Membangun Merek”, 27 Juli 2006).
Data Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia melansir dalam setahun
penjualan kosmetik perawatan tubuh mencapai Rp 15-20 triliun. Sementara untuk
kosmetik dekoratif, seperti pewarna mata, lipstik, dan bedak membukukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

penjualan Rp 5-7 triliun setahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian
kosmetik di Indonesia sangat besar. Seiring perkembangan jaman, kosmetik
seolah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian kaum wanita. Hal ini memberikan
peluang bagi industri kosmetik di Indonesia, sehingga banyak bermunculan
produk baru dipasaran yang dapat menimbulkan persaingan cukup ketat
(”Bergulat Habis Membangun Merek”, 27 Juli 2006).
Salah satu sektor industri yang berpotensial adalah sektor industri
kosmetik. Industri kosmetik tahun 2010 dan 2011 mengalami pertumbuhan
sebesar 10%-15%, industri ini terus menerus berkembang setiap tahunnya
menunjukan bahwa sektor industri ini memberikan peluang yang cukup besar bagi
perusahaan-perusahaan

yang

ingin

memasuki

industri

ini

(www.buyusa.gov/indonesia/en).
Sejumlah perusahaan besar kosmetik sudah tidak asing lagi di Indonesia,
seperti Mustika Ratu, Martha Tilaar, Vita Pharm, Unilever, Yasulor, Ristra
Indolab dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan dalam industri kosmetik tersebut
mengeluarkan berbagai brand produk yang memenuhi industri kosmetik.
Persaingan dan peluang yang terjadi pada industri kosmetik menjadikan tantangan
bagi perusahaan untuk terus memproduksi produk yang berkualitas, bervariasi dan
dapat bersaing dengan produk-produk luar serta untuk dapat mempertahankan
perusahaannya di masa yang akan datang.
Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan
pilihan seseorang tentang bagai-mana cara menghabiskan waktu dan uang. Dalam
arti ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

untuk mengalokasikan pen-dapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai
produk dan layanan, serta alternatif-alternatif tertentu dalam pembedaan kategori
serupa (Zablocki dan Kanter, 1976: 269-297) dalam Sugiharto dan Japarianto,
(2011).
Dalam pemasaran fashion, fashion involvement mengacu pada ketertarikan
perhatian dengan kategori produk fashion (seperti pakaian). Fashion involve-ment
digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan
dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan
karakteristik konsumen (Browne and Kaldenberg, 1997; Fairhurst, 1989;
Flynnand Golds-mith, 1993 dalam Park 2006).
Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat
pembelian yang tidak direncanakan (impulse buying) akibat adanya rang-sangan
lingkungan belanja. Implikasi dari lingkungan belanja terhadap perilaku
pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan ling-kungan
yang mempengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik
lingkungan kon-sumsi fisik (Bitner, Booms, dan Tetreault, 1990) dalam Sugiharto
dan Japarianto, (2011).
Penelitian ini dilakukan pada beberapa produk kosmetik terkenal, Tetapi
dalam salah satu penghargaan mengenai kekuatan suatu merek kometik di
Indonesia yaitu Top Bran Index (TBI) ternyata ada beberapa kosmetik
berdasarkan survey TBI tersebut mengalami penurunan pada tahun 2011
dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2011 berikut hasil pengukurannya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Tabel 1.1. Data Top Brand Index Kosmetik pada tahun 2009
Ant i Aging
M erek

2009
TBI

Pond’s

45,1%

TOP

Sari Ayu

13,5%

TOP

Olay Tot al
Effect

11,9%

TOP

M ust ika Rat u

7,6%

-

Garnier

4,1%

-

L’Oreal

3,2%

-

Revlon

2,5%

-

Sumber : www.topbrand-award.com,2012
Tabel 1.2. Data Top Brand Index Kosmetik pada tahun 2010
Anti Aging
Pond’s
Olay Total
Effect
Sari Ayu
Mustika
Ratu
Garnier
Revlon
L’Oreal

2010
60,2%
13,0%

TOP
TOP

9,5%
4,3%
3,8%
3,1%
2,3%

Sumber : www.topbrand-award.com,2012
Tabel 1.3. Data Top Brand Index Kosmetik pada tahun 2011
Anti Aging
Merek
Pond’s
Olay Total
Effect
L’Oreal
Sari Ayu
Garnier
Mustika Ratu
Revlon

2011
TBI
56,8%
12,8%

TOP
TOP

9,1%
7,7%
5,4%
3,4%
2,5%

Sumber : www.topbrand-award.com,2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Berdasarkan hasil survei di atas menunjukan bahwa dari tahun 2009
hingga tahun 2011 terdapat beberapa merek kosmetik mengalami penurunan
dilihat dari presentase penilaian lembaga tersebut . Indikasi lain yang menunjukan
bahwa minat beli terhadap merek kosmetik sedang mengalami penurunan adalah
dilihat dari volume penjualan merek kosmetik. Sebagai Berikut:
Tabel 1.4. Penjualan Kosmetik 2009-2011 Dalam Rupiah
Nama
Pond's
Viva
Ovale
Sariayu
Mustika Ratu

Penjualan
2011
2012
321 milliar
198 milliar
357 milliar
223 milliar
86 milliar
77 milliar
56 milliar
43 milliar
48 milliar
37 milliar

Sumber : www.swa.com,(2012).
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa penjualan kosmetik tahun
2011 mengalami penurunan penjualan, berdasarkan hasil tersebut menunjukan
adanya sebuah kejenuhan dan penurunan minat beli terhadap kosmetik di pasaran
dan bermunculan produk baru yang lebih menarik dipasaran. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena keunggulan produk yang disampaikan dalam iklan bagi
masyarakat high income berbelanja hal yang sudah menjadi lifestyle mereka
adalah mereka akan rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan produk yang
mereka senangi. Masyarakat high income akan membeli pakaian yang sedang
dicari dengan harga, kualitas, serta mode yang diinginkan, ketika masyarakat dari
kelas high income me-lihat produk yang sulit dicari ditemukan maka ia akan
membeli produk tersebut meskipun ia tidak meren-canakan pembelian tersebut
yang menyebabkan terjadinya impulse buying.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa sehingga sangat
berpengaruh dalam melakukan pembelian impulse ketika berada di pusat
perbelanjaan, gaya hidup dan perilaku pembelian impulse itu mempunyai
hubungan yang erat.
Hubungan yang positif antara tingkat keterlibatan dan mode pembelian
pakaian adalah konsumen dengan high fahion involvement lebih menyukai kepada
pembelian pakaian.Oleh karena itu, diasumsikan bahwa konsu-men dengan higher
fashion involvement lebih menyukai menggunakan fashion oriented impulse
buying. Sugiharto dan Japarianto, (2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka oleh karena itu dalam penelitian
ini diambillah judul ”Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement,
Terhadap Impulse Buying Produk Kosmetik di Giant Hypermart Pondok
Tjandra Sidoarjo”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan judul yang akan dibahas maka ada beberapa rumusan masalah
yang dikemukakan sebagai berikut :
1. Apakah shopping lifestyle berpengaruh terhadap Impulse Buying Produk
Kosmetik di Giant Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo?
2. Apakah fashion involvement berpengaruh terhadap Impulse Buying Produk
Kosmetik di Giant Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh shopping lifestyle terhadap Impulse Buying
Produk Kosmetik di Giant Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo.
2. Untuk menganalisis pengaruh fashion involvement terhadap Impulse Buying
Produk Kosmetik di Giant Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan nantinya
diharapkan dapat bermanfaat dan berguna antara lain :
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan pemikiran
pada Giant Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo .
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat memacu pihak
lainnya yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan obyek penelitian

diambil dari jurnal yang telah dilakukan oleh Sugiharto dan Japarianto, (2011)
dengan judul penelitian ”Pengaruh Shopping Life Style Dan Fashion Involvement
Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya”. Adapun
rumusan masalah yang diambil: Apakah shopping lifestyle dan fashion
involvement berpengaruh terhadap impulse buying behaviour pada masyarakat
high income di Surabaya?
Hasil penelitian

mengungkapkan

bahwa

Berdasarkan pada

hasil

pembahasan mengenai shopping lifestyle, fashion involvement terhadap impulse
buying behavior, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:a. Shopping lifestyle
berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high
income di Galaxy Mall Surabaya b. Fashion involvement berpengaruh signifikan
terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high income di Galaxy Mall
Surabaya c. Shopping lifestyle memiliki pengaruh yang paling dominan diantara
variabel lain yang ada terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high
income di Galaxy Mall Surabaya
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hatane Samuel (2006) dengan judul
Dampak respon emosi terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulse
konsumen online dengan sumberdaya yang dikeluarkan dan orientasi belanja
sebagai variabel mediasi.

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan pengaruh stimulus
antara format media offline dengan media online terhadap respon emosi dan
kecenderungan perilaku pembelian impulse. Ditemukan bahwa stimulus dari
format media online memberikan dampak respon emosi dan kecenderungan
perilaku pembelian impulse yang lebih kuat. Dalam kelompok format media
online ditemukan juga bahwa bentuk format audio-visual dan teks gambar
mempunyai stimulus yang tidak berbeda secara statistik dan lebih kuat
dibandingkan format animasi gambar. Hasil temuan lainya. menunjukan bahwa
respon

emosi

mempunyai

dampak

positip

secara

langsung

terhadap

kecenderungan perilaku pembelian impulse. Selain itu sumberdaya yang
dikeluarkan dapat merupakan mediasi positip antara respon emosi dengan
orientasi belanja rekreasi, dan negatip untuk orientasi belanja kenyamanan.
Orientasi belanja kenyamanan merupakan mediasi positip antara sumberdaya
yang dikeluarkan dengan kecenderungan perilaku pembelian impulse, sedangkan
orientasi belanja rekreasi merupakan mediasi negatif.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rohman, Fatchur, (2009). dengan
judul penelitian “Peran Nilai Hedonik Konsumsi Dan Reaksi Impulse Sebagai
Mediasi Pengaruh Faktor Situasional Terhadap Keputusan Pembelian Impulse Di
Butik Kota Malang”. Adapun rumusan masalah yang diajukan adalah: 1). apakah
faktor situasional dapat mempengaruhi reaksi impulse pelanggan? apakah faktor
situasional dapat mempengaruhi nilai hedonik konsumsi pelanggan? apakah reaksi
impulse dan nilai hedonik konsumsi mempengaruhi keputusan pembelian
impulse? apakah faktor situasional dapat mempengaruhi nilai utilitarian konsumsi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

pelanggan? apakah faktor situasional dapat mempengaruhi nilai pelanggan?
apakah nilai utilitarian konsumsi dan nilai pelanggan mempengaruhi kepuasan
pelanggan? apakah nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan mempengaruhi
loyalitas pelanggan?.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengusaha butik perlu melakukan
hubungan baik dengan pelanggan butik, caranya dengan memiliki daftar nama,
alamat, dan nomor telepon konsumen untuk memudahkan dalam memberikan
informasi tentang produk-produk baru yang lagi musim. Hasil studi menunjukkan
bahwa konsumen berbelanja ke butik untuk mengikuti trend pakaian yang sedang
musim sehingga kecepatan informasi mengenai mode mendapat perhatian
konsumen. Pengusaha butik perlu memperhatikan desain interior dan exterior
karena hasil studi menunjukkan bahwa konsumen berbelanja ke butik tidak hanya
berharap mendapatkan barang saja akan tetapi juga untuk mendapatkan
pengalaman yang menyenangkan.
2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Shopping Lifestyle
2.2.1.1. Pengertian Shopping Lifestyle
Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan
pilihan seseorang tentang bagai-mana cara menghabiskan waktu dan uang. Dalam
arti ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang
untuk mengalokasikan pen-dapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai
produk dan layanan, serta alternatif-alternatif tertentu dalam pembedaan kategori

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

serupa (Zablocki dan Kanter, 1976, p. 269-297) dalam Sugiharto dan
Japarianto,(2011).
Hawkins et al (2001), memandang Gaya hidup sebagai pusat dari proses
konsumsi. Gaya hidup ditentukan oleh faktor-faktor seperti emosi, kepribadian,
motivasi, persepsi, pembelajaran, aktivitas pemasaran, budaya, nilai, demografi,
status sosial, dan kelompok referensi yang berhubungan dengan kebutuhan atau
sikap yang akan menentukan proses-proses konsumsi dalam situasi-situasi yang
dihadapi konsumen (pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi dan
seleksi, pemilihan toko dan pembelajaran, serta proses-proses setelah pembelian
terjadi. Gaya hidup seseorang terbentuk sejak kecil dan dipengaruhi oleh berbagai
hal, antara lain kebudayaan, nilai-nilai yang dianut, tempat tinggal, teman
kelompok, keluarga, cara belajar, kepribadian, sikap dan lain-lainnya.
Betty Jackson (2004) mengatakan shopping lifestyle merupakan ekspresi
tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial.
Cara kita berbelanja mencerminkan status, martabat, dan kebiasaan. Betty Jackson
juga mengatakan bahwa seseorang akan rela membeli merk yang disenangi
meskipun orang tersebut tidak punya cukup uang”. Hal ini jelas bahwa shopping
telah menjadi lifestyle bagi setiap orang di dunia dan telah menjadi hal yang
sangat penting bagi setiap orang.
Cobb dan Hoyer (1986) dalam Sugiharto dan Japarianto,(2011).
Mengemukakan bahwa untuk mengetahui hubungan shopping lifestyle terhadap
impulse buying behavior adalah dengan menggunakan indikator:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

a. Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan mengenai produk fashion
b. Membeli pakaian model terbaru ketika melihatnya di Galaxy Mall
c. Berbelanja merk yang paling terkenal
d. Yakin bahwa merk (produk kategori) terkenal yang di beli terbaik dalam hal
kualitas
e. Sering membeli berbagai merk (produk kategori) daripada merk yang biasa di
beli.
f. Yakin ada dari merk lain (kategori produk) yang sama seperti yang di beli
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa shopping
lifestyle adalah cara seseorang untuk mengalokasikan waktu dan uang untuk
berbagai produk, layanan, teknologi, fashion, hiburan dan pendidikan. Shopping
lifestyle ini juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sikap terhadap merek,
pengaruh iklan dan kepribadian.
2.2.2. Fashion Involvement
2.2.2.1. Pengertian Fashion Involvement
Menurut O’Cass, involvement adalah minat atau bagian motivasional yang
ditimbulkan oleh stimulus atau situasi tertentu, dan ditujukan melalui ciri
penampilan (O’Cass, 2004 dalam Park 2005). Sedangkan menurut Zaichkowsky,
involvement didefinisikan sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek
berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan (Zaichkowsky, 1985, pp. 341-352)
dalam Sugiharto dan Japarianto,(2011).
Involvement dapat dipandang sebagai motivasi untuk memproses
informasi (Mitchell, 1979, pp. 191-196). Selama involvement meningkatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

produk, konsumen akan memperhatikan iklan yang ber-hubungan dengan produk
tersebut, memberikan lebih banyak upaya untuk memahami iklan tersebut dan
memfokuskan perhatian pada informasi produk yang terkait di dalamnya, di sisi
lain, seseorang mungkin tidak akan mau repot untuk memperhatikan informasi
yang diberikan (Celsi dan Olson, 1988, pp. 210-224). Begitu pula dengan fashion,
banyak orang terlibat dengan fashion, menghabiskan waktu dan uang untuk gaya
terbaru, sedangkan yang lain (sering kali pria memenuhi syarat di kategori ini)
menemukan bahwa berbelanja pakaian adalah sebuah tugas.
Dalam pemasaran fashion, fashion involvement mengacu pada ketertarikan
perhatian dengan kategori produk fashion (seperti pakaian). Fashion involve-ment
digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan
dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pem-belian, dan
karakteristik konsumen (Browne and Kaldenberg, 1997; Fairhurst,1989; Flynnand
Golds-mith, 1993 dalam Park 2006). Sebagai contoh, O’Cass (2004) dalam Park
(2006) menemukan bahwa fashion involvement pada pakaian ber-hubungan sangat
erat dengan karakteristik pribadi (yaitu wanita dan kaum muda) dan pengetahuan
fashion, yang mana pada gilirannya mempengaruhi kepercayaan konsumen di
dalam membuat keputusan pembelian.
Sebagaimana ditetapkan sebelumnya, involvement dapat berupa banyak
bentuk. Involvement adalah konsep yang kabur karena tumpang tindih dengan halhal lain dan mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Sebenarnya
erdapat beberapa jenis involvement yang berhubungan dengan produk, pesan,
perasaan dan proses. Secara umum, involvement adalah secara konseptual

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

merupakan interaksi antara konsumen dengan suatu produk. Dalam pemasaran
fashion, fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan
kategori produk fashion (seperti pakaian). Fashion involvement digunakan
terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan
produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan karakteristik
konsumen.
Dalam Kim (2005) mengemukakan bahwa untuk mengetahui hubungan
fashion involvement terhadap impulse buying

behavior adalah dengan

menggunakan indikator:
a. Mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model yang terbaru (trend)
b. Fashion adalah satu hal penting yang mendukung aktifitas
c. Lebih suka apabila model pakaian yang diguna-kan berbeda dengan yang lain
d. produk menunjukkan karakteristik
e. Dapat mengetahui banyak tentang seseorang dengan pakaian yang digunakan
f. Ketika memakai pakaian favorit, membuat orang lain tertarik melihatnya
g. Mencoba produk fashion terlebih dahulu sebelum membelinya
h. Mengetahui adanya fashion terbaru dibandingkan dengan orang lain
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fashion
involvement adalah keterlibatan seseorang dengan suatu produk pakaian karena
kebutuhan, kepentingan, ketertarikan dan nilai terhadap produk tersebut. Dalam
membuat keputusan pembelian pada fashion involvement ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu karakteristik konsumen, pengetahuan tentang fashion, dan
perilaku pembelian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.2.3. Impulse Buying
2.2.3.1. Pengertian Impulse Buying
Pembelian yang tidak direncanakan (impulse buying) didefinisikan sebagai
tindakan membeli yang dilakukan tanpa memiliki masalah sebelumnya atau
maksud/niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Pembelian ini
dapat dijelaskan sebagai pilihan yang dibuat pada saat itu juga karena perasaan
positif yang kuat mengenai suatu benda (Mowen dan Minor, 2002:65).
Pernyataan tersebut didukung oleh Iyer (fadjar, 2007), impulse buying
adalah suatu fakta kehidupan dalam perilaku konsumen yang dibuktikan sebagai
suatu kegiatan pembelian yang berhubungan dengan lingkungan dan keterbatasan
waktu dalam berbelanja, dimana rute pembelian yang mereka lakukan semestinya
berbeda. Rute tersebut dapat dibedakan melalui hirarki impulse yang
memperlihatkan bahwa perilaku didasarkan pada respon afektif yang dipengaruhi
oleh perasaan yang kuat (Mown dan Minor, 2002), sehingga impulse buying
menurut Hoch et al., terjadi ketika terdapat perasaan positif yang sangat kuat yang
kemudian diikuti oleh sikap pembelian (Negara dan Dharmmesta, 2003).
Pembelian impulse didefinisikan sebagai pembelian yang tidak terencana
yang dikarakteristikkan dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat, dan
prasangka subyektif terhadap keinginan segera memiliki (Rock dan Gardner
dalam Wathani, 2009). Salomon dalam Wathani (2009) menyatakan bahwa
pembelian impulsif merupakan suatu aksi yang tidak terencana yang dipacu oleh
waktu dan dipengaruhi oleh produk yang dipamerkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Menurut Semuel (2005), sebagian orang menganggap kegiatan belanja
dapat menjadi alat untuk menghilangkan stres, atau menghabiskan uang dapat
mengubah suasana hati seseorang. Kemampuan untuk menghabiskan uang
membuat seseorang merasa berkuasa. Pembelian tidak terencana, berarti kegiatan
untuk menghabiskan uang yang tidak terkontrol, dan kebanyakan pada barangbarang yang tidak diperlukan oleh konsumen. Barang-barang yang dibeli secara
tidak terencana (produk impulse) kebanyakan adalah produk-produk dengan harga
murah yang tidak terduga. Penjual menarik konsumen ketika indera perasa
mengirimkan pesan kepada otak konsumen yang mengatakan, “Saya ingin ini!”
atau “Saya tidak dapat hidup tanpa itu!” Beberapa macam dari barang-barang
konsumen adalah ‘pembelian tidak terencana.’
2.2.3.2. Elemen Pembelian Tidak Ter encana (Impulse Buying)
Loudon dan Bitta dalam Wathani (2009) mengemukakan lima elemen
penting yang membedakan tingkah laku konsumen yang impulse dan yang tidak,
yaitu:
a. Konsumen merasakan adanya suatu dorongan yang tiba-tiba dan spontan
untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku
sebelumnya.
b. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian menempatkan
konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara psikologis, dimana
untuk sementara waktu ia merasa kehilangan kendali.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

c. Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan ia berusaha untuk
menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan konsekuensi jangka
panjang dari pembelian.
d. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari produk.
e. Konsumen seringkali membeli secara impulsif tanpa memperhatikan
konsekuensi yang akan datang.
2.2.3.3. Tipe Pembelian Tidak Terencana (Impulse Buying)
Menurut Stren, pembelian tidak terencana

(impulse buying)

dapat

digolongkan sebagai berikut: David Loudon, Albert J Della Bitta dan Hawkins
Stren (Fadjar, 2007):
a. Pembelian tidak terencana murni (pure impulse buying)
Pembelian yang murni disebabkan oleh suatu pola pembelian yang
menyimpang dari pembelian normal.
b. Pembelian tidak terencana karena pengalaman masa lalu (reminder
impulse buying)
Pembelian ini terjadi ketika seorang pembeli “diingatkan” oleh sebuah
stimulus di alam toko yang bersangkutan. Misalnya: produk itu sendiri,
bahan di tempat pembelian. Hal tersebut membuat dia seolah-olah
memerlukan dan harus membeli produk itu.
c. Pembelian tidak terencana yang timbul karena sugesti (suggestion impulse
buying)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Pembelian tidak terencana ini terjadi apabila konsumen yang bersangkutan
baru pertama sekali melihat produk tersebut dimana kualitas, fungsi, dan
kegunaan produk tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya.
d. Pembelian tidak terencana yang disebabkan situasi tertentu (planned
impulse buying)
Pembelian tidak terencana ini terjadi pada saat pusat perbelanjaan
melakukan promosi, seperti pemberian potongan harga (diskon) dan
pemberian kupon berhadiah
2.2.3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying
Beberapa peneliti telah menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi
Pembelian Impulse. . Thai (2003)
1. Faktor Internal
a. Emotion
Emosi diidentifikasikan sebagai faktor yang sangat mempengaruhi
pembelian impulse. “Emosi konsumen juga dapat mempengaruhi
pembelian dimana seorang konsumen yang bahagia akan melakukan
pembelian lebih banyak daripada konsumen yang tidak bahagia”. Mood
adalah bagian dari emosi.
Mehrabian dan Russell (1974), Mehrabian (1980) dan Donovan dan
Rossiter (1982) dalam Thai,(2003), yang terdiri dari 3 faktor yaitu:
-

Pleasure, Mengacu pada tingkat dimana individu merasakan penuh
kegembiraan dan bahagia, atau merasa puas dalam suatu situasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

-

Arousal, Mengacu pada tingkat dimana individu merasakan tertarik
(interest) teehadap sesuatu dalam situasi tertentu.

-

Dominance, Mengacu pada tingkat perasaan yang direspon konsumen
saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan.

b. Hedonic Pleasure
Beberapa peneliti perilaku konsumen menunjukkan bahwa pembelian
impulse lebih memuaskan keinginan hedonic.
c. Cognitive
Menurut Peter dan Olson (2005), cognitive lebih mengacu pada proses
berpikir dimana didalamnya terdapat pengetahuan (knowledge), arti atau
maksud (meaning) dan kepercayaan (belief). Misalnya, sweater ini terbuat
dari benang wol (knowledge).
d. Affective
Menurut Peter dan Olson (2005), affective biasanya segera berpengaruh
dan secara otomatis terhadap aspek-aspek dari emosi (emotions) dan
perasaan (feeling states). Misalnya saat melihat warna yang kita sukai,
perasaan kita akan cenderung menjadi bahagia (feeling), toko yang penuh
dan sesak bisa membuat kita stres dan meninggalkan toko (emotion)
tersebut.
2. Faktor Eksternal
Bahwa konsumen lebih memilih daya tarik fisik suatu toko daripada kualitas
barang dan harga. Pemilihan konsumen atas toko dipengaruhi oleh store
environment, dimana visual merchandising sebagai faktor utama. Konsumen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

akan menghindari atau meninggalkan toko jika setting toko tersebut
mengundang stress.
2.2.4. Pengaruh Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying
Shopping menjadi salah satu lifestyle yang paling digemari, untuk
memenuhi lifestyle ini masyarakat rela mengorbankan sesuatu demi mencapainya
dan hal tersebut cenderung mengakibatkan impulse buying. Ketika terjadi
pembelian impulsif akan memberikan pengalaman emosional lebih dari pada
rasional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka
pembelian impulsif lebih dipandang sebagai keputusan rasional dibanding
irasional dan hubungan sembilan karakteristik produk yang mungkin dapat
mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu harga rendah, kebutuhan tambahan
produk atau merk, distribusi massa, self service, iklan massa, display produk yang
menonjol, umur produk yang pendek, ukuran kecil, dan mudah disimpan.
Sugiharto dan Japarianto,(2011).
Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa sehingga sangat
berpengaruh dalam melakukan pembelian impulse ketika berada di pusat
perbelanjaan, gaya hidup dan perilaku pembelian impulsie itu mempunyai
hubungan yang erat
2.2.5 Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying
Pakaian sangat terkait dengan keterlibatan ke karakteristik pribadi (yakni
perempuan dan muda) dan pengetahuan tentang fashion, yang pada giliran-nya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam membuat keputusan pembelian.
Selain itu, hubungan yang positif antara tingkat keterlibatan dan mode pembelian
pakaian adalah konsumen dengan high fahion involvement lebih menyukai kepada
pembelian pakaian.Oleh karena itu, diasumsikan bahwa konsu-men dengan higher
fashion involvement lebih menyukai menggunakan fashion oriented impulse
buying. Sugiharto dan Japarianto, (2011).
Produk pakaian karena pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer
dan pakaian merupakan sarana untuk menunjang penampilan atau sebagai
identitas diri serta yang berhubungan dengan gaya hidup yang disebut sebagai
fashion. Oleh karenanya, konsumen berusaha untuk selalu mengikuti mode
produk-produk fashion yang selanjutnya akan berdampak pada perilaku konsumtif
(O’Cass, 2004). Kecenderungan seseorang untuk memiliki penampilan yang
menarik menyebabkan orang sering melakukan pembelian tanpa direncanakan
untuk jenis produk fashion.
2.3. Kerangka Konseptual
Shopping Lifestyle
(X1)

Impulse Buying
(Y)

Fashion
Involvement
(X2)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.4. Hipotesis
1. Di duga bahwa shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying
pada Giant Hipermart pondok Tjandra Sidoarjo
2. Di duga bahwa fashion involvement berpengaruh positif terhadap impulse
buying pada Giant Hipermart pondok Tjandra Sidoarjo

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Shopping Lifestyle (X1)
Merupakan gaya hidup customer pada kategori fashion (seperti pakaian) yang
diukur melalui indikator: Sugiharto dan Japarianto,(2011).
a. Membeli setiap tawaran iklan mengenai produk kosmetik.
b. Membeli kosmetik terbaru ketika melihatnya di giant pondok tjandra
c. Berbelanja merek yang paling terkenal
d. Yakin bahwa merk terkenal yang dibeli terbaik dalam hal kualitas.
e. Sering membeli berbagai merk (produk kategori) daripada merk yang
biasanya dibeli.
f. Yakin ada dari merk lain (kategori) yang sama seperti yang dibeli.
2. Fashion Involvement (X2)
Merupakan ketertarikan perhatian pelanggan pada kategori fashion yang
diukur melalui pernyataan:
a. Mempunyai satu atau lebih kosmetik dengan model yang terbaru (trend)
b. Kosmetik ad