Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Pengunjung Mall Paris Van Java Bandung.

(1)

viii

ABSTRACT

Along with the rapid advancement of technology and the increasingly of modern era, people nowadays wants a place where they could recreation and play in one area without fear of rain or heat. Mall has been chosen by them because at there, they can find entertainment and recreation with their family. This study aimed to know the influence of shopping lifestyle and fashion involvement toward the impulse buying behavior in visitors of Paris Van Java Mall, Bandung.

The analysis technique used multiple linear regression and the sample of 200 respondents taken by Maranatha Christian University’s student who have been come to Paris Van Java Mall. Processing data using software SPSS version 17.

The results showed influence between shopping lifestyle and fashion involvement toward impulse buying behavior, with a value sig of 0.000 ≤ 0.05 for lifestyle shopping and impulse buying behavior and 0.001 ≤ 0.05 for fashion involvement and impulse buying behavior. Analysis of the coefficient of determination indicates that the lifestyle and fashion shopping involvement has simultaneous influence on impulse buying behavior of 19% and 81% influenced by other factors that are not observed in this study, such as service quality, pre-decision stage and post-decision stage. Keywords: shopping lifestyle, fashion involvement, impulse buying behavior, mall, woman.


(2)

ix

ABSTRAK

Seiring dengan majunya teknologi dan jaman yang semakin modern, orang-orang menginginkan tempat dimana mereka bisa berekreasi dan bermain dalam satu area tanpa takut terkena hujan atau panas. Mall menjadi pilihan karena di mall mereka dapat menemukan hiburan dan berekreasi bersama keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap impulse buying behavior pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan sampel yang diambil adalah mahasiswi Universitas Kristen Maranatha yang pernah berkunjung ke mall Paris Van Java sebanyak 200 responden. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap impulse buying behavior pengunjung mall Paris Van Java, dengan nilai sig sebesar 0,000 ≤ 0,05 untuk shopping lifestyle dan impulse buying behavior dan 0,001 ≤ 0,05 untuk fashion involvement terhadap impulse buying behavior. Analisis koefisien determinasi menunjukkan bahwa shopping lifestyle dan fashion involvement memiliki pengaruh simultan terhadap impulse buying behavior sebesar 19% dan 81% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini, seperti kualitas pelayanan, pre-decision stage dan post-decision stage.

Kata kunci: shopping lifestyle, fashion involvement, impulse buying behavior, mall, wanita.


(3)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

SURAT PERNYATAAN PENELITIAN TIDAK MENGGUNAKAN PERUSAHAAN ... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ... 8

2.1.1. Shopping Lifestyle ... 8

2.1.2. Fashion Involvement ... 11

2.1.3. Impulse Buying ... 13

2.2. Rerangka Teoritis ... 17

2.3. Rerangka Pemikiran ... 21

2.4. Penelitian Terdahulu ... 22

2.5. Pengembangan Hipotesis ... 26

2.6. Model Penelitian ... 27

BAB III MODEL PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Populasi dan Sampel... 28

3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 29


(4)

xi

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.6. Metode Analisis Data ... 34

3.6.1. Uji Validitas ... 34

3.6.2. Uji Reliabilitas ... 35

3.6.3. Analisis Regresi ... 36

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN 4.1. Analisis Deskriptif Data Penelitian ... 38

4.1.1. Karakteristik Responden ... 38

4.1.2. Variabel Shopping Lifestyle (X1) ... 40

4.1.3. Variabel Fashion Involvement (X2) ... 47

4.1.4. Variabel Impulse Buying Behavior (Y) ... 55

4.2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 61

4.2.1. Uji Validitas ... 61

4.2.2. Uji Reliabilitas... 63

4.2.2.1. Uji Reliabilitas Variabel Shopping Lifestyle (X1) ... 64

4.2.2.2. Uji Reliabilitas Variabel Fashion Involvement (X2) ... 65

4.2.2.3. Uji Reliabilitas Variabel Impulse Buying Behavior (Y) ... 66

4.3. Uji Regresi Linear Berganda ... 67

4.4. Analisis Koefisien Determinasi ... 68

4.5. Uji Hipotesis ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 72

5.2.1. Saran untuk Perusahaan ... 73

5.2.2. Saran Penelitian yang Akan Datang ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN A KUESIONER ... 78

LAMPIRAN B DATA MENTAH KUESIONER ... 82

LAMPIRAN C LAPORAN OUTPUT SPSS... 89


(5)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Rerangka Teoritis ... 17 Gambar 2 Rerangka Pemikiran ... 21 Gambar 3 Hipotesis Penelitian ... 27


(6)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel II Definisi Operasional Variabel ... 31

Tabel III Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 38

Tabel IV Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan ... 39

Tabel V Karakteristik Responden Berdasarkan Kunjungan ... 40

Tabel VI Persepsi Responden Tentang Pernyataan Shopping Lifestyle 1... 41

Tabel VII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Shopping Lifestyle 2 ... 42

Tabel VIII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Shopping Lifestyle 3 ... 43

Tabel IX Persepsi Responden Tentang Pernyataan Shopping Lifestyle 4... 44

Tabel X Persepsi Responden Tentang Pernyataan Shopping Lifestyle 5 ... 45

Tabel XI Persepsi Responden Tentang Pernyataan Shopping Lifestyle 6... 46

Tabel XII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 1 ... 47

Tabel XIII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 2 ... 48

Tabel XIV Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 3 ... 49

Tabel XV Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 4 ... 50

Tabel XVI Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 5 ... 51

Tabel XVII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 6 ... 52

Tabel XVIII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 7 ... 53

Tabel XIX Persepsi Responden Tentang Pernyataan Fashion Involvement 8 ... 54

Tabel XX Persepsi Responden Tentang Pernyataan Impulse Buying Behavior 1 ... 55

Tabel XXI Persepsi Responden Tentang Pernyataan Impulse Buying Behavior 2 .... 56

Tabel XXII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Impulse Buying Behavior 3 ... 57

Tabel XXIII Persepsi Responden Tentang Pernyataan Impulse Buying Behavior 4 ... 58

Tabel XXIV Persepsi Responden Tentang Pernyataan Impulse Buying Behavior 5 ... 59

Tabel XXV Persepsi Responden Tentang Pernyataan Impulse Buying Behavior 6 ... 60

Tabel XXVI Hasil Uji Validitas ... 61

Tabel XXVII Hasil Uji Reliabilitas Variabel Shopping Lifestyle (X1) ... 64

Tabel XXVIII Hasil Uji Reliabilitas Variabel Fashion Involvement (X2) ... 65

Tabel XXIX Hasil Uji Reliabilitas Variabel Impulse Buying Behavior (Y) ... 66

Tabel XXX Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Persamaan Regresi ... 67

Tabel XXXI Analisis Koefisien Determinasi ... 68


(7)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Kuesioner ... 78 Lampiran B Data Mentah Kuesioner ... 82 Lampiran C Laporan Output SPSS ... 89


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan majunya teknologi dan jaman yang semakin modern, permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang menginginkan tempat dimana mereka bisa berekreasi, berkumpul, dan bermain dalam satu area tanpa harus takut terkena hujan atau panas. Mall menjadi pilihan bagi kebanyakan orang karena di mall mereka dapat menemukan hiburan dan berekreasi bersama keluarga.

Fenomena ini dilihat oleh perusahaan sebagai peluang untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi. Hal ini ditandai dengan menjamurnya bangunan mall atau shopping center, terutama di kota besar. Hingga tahun 2014, di Kota Bandung sedikitnya terdapat 39 mall besar (diakses dari http://sebandung.com/2014/03/mall-di-bandung-terlengkap/ pada tanggal 21 September 2014). Kehadiran mall saat ini selain untuk tempat rekreasi, diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata untuk pelancong yang singgah ke Kota Bandung. Diawali dengan berdirinya Bandung Indah Plaza (BIP) pada akhir tahun 1980-an, yang disusul oleh Istana Plaza (IP) dan Bandung Supermall (sekarang berganti nama menjadi Trans Studio Mall) pada tahun 2001, Cihampelas Walk (CiWalk) pada tahun 2004, dan Paris Van Java (PVJ) pada tahun 2006 (diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Pusat_ perbelanjaan_di_Bandung pada tanggal 3 September 2014). Mall-mall tersebut di atas memiliki tujuan segmen konsumen yang berbeda-beda, misalnya Trans


(9)

2

Studio Mall (TSM) dan Paris Van Java (PVJ) yang dikenal sebagai mall untuk konsumen menengah ke atas karena tenant dalam mall tersebut sudah cukup memiliki citra di masyarakat.

Kota Bandung adalah salah satu kota fashion dan masyarakatnya memiliki selera fashion yang tinggi. Mereka lebih memilih berbelanja di mall atau shopping center, boutique, factory outlet, dan departement store karena produknya lebih berkualitas dan fashionable (Sembiring, 2013). Hal ini didukung dengan meningkatnya jumlah shopping center di Bandung sehingga membuka peluang bisnis bagi para pelakunya, terutama di bidang fashion karena sebagian besar pengunjung yang datang ingin berbelanja pakaian. Fenomena ini menyebabkan kebanyakan mall yang ada menjual berbagai jenis dan model fashion, baik untuk pria maupun wanita yang memiliki fasilitas pelayanan dan mutu yang sesuai dengan standar yang diterapkan oleh masing-masing toko (Japarianto dan Sugiharto, 2011). Pengunjung pergi ke mall untuk melihat sesuatu yang baru, yang sedang ―trend‖ di masyarakat dan apabila mall atau shopping center tersebut tidak menyediakan apa yang diinginkan pengunjung maka pengunjung akan malas ke mall tersebut. Mall atau shopping center berusaha menyediakan permintaan konsumen sehingga diharapkan dapat memancing orang-orang untuk berkunjung ke mall dan akhirnya melakukan pembelian tak terencana (impulse buying).

Pembelian tak terencana (impulse buying) seringkali dilakukan dalam berbelanja, khususnya untuk kaum wanita. Kaum wanita memang sangat senang berbelanja. Menurut Pine (2009, diakses dari http://web.inilah.com/read/


(10)

3

detail/95349/kenapa-perempuan-suka-belanja#VB6PP1f8aiY pada tanggal 11 September 2014), wanita menghabiskan total waktu hingga tiga tahun dalam seumur hidupnya untuk berbelanja. Diketahui pula bahwa wanita meluangkan waktu yang sama untuk belanja makanan dan pakaian. Beberapa psikolog mengatakan bahwa belanja adalah cara wanita mengatasi emosi negatif dari hormon pre-menstruasi. Ia meneliti sekitar 443 perempuan dengan rentang usia 18–50 tahun guna meneliti perilaku belanja mereka. Dari riset inilah terungkap bahwa sepertiga dari jumlah peserta riset mengaku berbelanja secara impulsif. Lebih dari setengahnya menghabiskan 25 poundsterling atau sekitar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dalam sekali belanja. Ada pula yang berbelanja sampai 250 poundsterling atau Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Uniknya, sebagian besar wanita itu menyesal. Dorongan berbelanja itu amat besar dan sulit dikontrol. Menurutnya, kegiatan berbelanja seringkali hasil dari emosi yang intens. Perempuan merasa stres dan depresi, sehingga mereka memilih belanja untuk menghibur diri. Belanja digunakan sebagai media untuk mengatur emosi.

Menurut Mowen dan Minor (2002) dalam Sumarwan (2003), shopping lifestyle mencerminkan pilihan seseorang dalam menghabiskan waktu dan uang yang dimilikinya. Semakin banyak waktu yang dimiliki oleh konsumen, mereka akan menggunakan waktu tersebut untuk berbelanja, dan semakin banyak uang yang dimiliki konsumen maka daya beli konsumen pun akan tinggi (Prastia, 2013). Sifat konsumen yang mudah bosan akan suatu trend dan selalu menginginkan hal yang baru memberikan peluang bagi para pelaku bisnis,


(11)

4

terutama di bidang fashion. Hal ini dapat dilihat bahwa saat ini semakin banyak toko yang menjual produk fashion, baik untuk pria maupun wanita. Fashion yang dipilih seseorang dapat menunjukkan gaya hidup yang dipilihnya. Menurut Troxell dan Stone dalam Savitrie (2008), fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu. Sedangkan Menurut Solomon dalam Savitrie (2008), fashion adalah proses penyebaran sosial (social-diffusion) dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh kelompok konsumen. Di samping itu, fashion juga mengekspresikan identitas tertentu. Hal ini menimbulkan keinginan konsumen untuk membelanjakan uangnya agar terlihat selalu fashionable dan sesuai dengan kepribadian diri mereka. Ditambah dengan maraknya fashion blogger yang selalu menampilkan gaya terbaru, membuat keinginan memiliki fashion terbaru seperti blogger semakin besar sehingga konsumen akan mencari barang tersebut ke mall atau shopping center. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan konsumen terhadap produk fashion (fashion involvement) yang dapat menimbulkan perilaku impulse buying.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan jaman, fashion menjadi salah satu hal terpenting pada saat ini. Fashion mempengaruhi apa yang kita kenakan, kita makan, bagaimana kita hidup dan bagaimana kita memandang diri sendiri. Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus berkembang, produsen untuk berproduksi, pemasar untuk menjual dan konsumen untuk membeli. Cara berpakaian yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian dan idealisme kita (Sembiring, 2013). Fashion involvement


(12)

5

berkaitan dengan keterlibatan seseorang terhadap produk fashion yang didorong oleh kebutuhan dan ketertarikan terhadap produk tersebut. Menurut survey OnePoll (diakses dari http://mizanmag.com/puan/kenapa-wanita-hobi-berbelanja.html#.VB51EVf8aiY pada tanggal 11 September 2014), selama satu tahun, wanita pergi ke toko yang menjual kebutuhan sehari-hari sebanyak 84 kali, dan belanja hingga 94 jam lebih. Mereka menghabiskan 100 jam lebih untuk belanja di toko baju. Itu tidak termasuk belanja sepatu, aksesoris, ataupun sekadar melihat-lihat, yang menghabiskan ―hanya‖ sekitar 25 jam—atau sekitar satu hari lebih. Total perjalanan yang dilakukan untuk berbelanja demi penampilan pun fantastis, yakni 90 kali perjalanan. Detilnya, 30 kali untuk baju, 15 kali untuk sepatu, 18 kali untuk perhiasan, dan 27 kali untuk kebutuhan kamar mandi. Hal ini membuktikan bahwa wanita memiliki keingintahuan yang cukup tinggi akan trend saat ini. Ketika mereka melihat produk yang sedang trend di masyarakat saat sedang berada di shopping center atau mall, maka ia akan membeli produk tersebut meskipun sedari awal ia tidak merencanakan pembelian tersebut yang akan menyebabkan terjadinya impulse buying.

Salah satu mall atau shopping center yang terkenal di Bandung adalah Paris Van Java (PVJ). Peneliti memilih mall Paris Van Java (PVJ) Bandung sebagai objek penelitian karena mall ini memiliki konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa dan bernuansa open air sehingga membuat mall ini selalu ramai pengunjung dan banyak yang senang berbelanja di mall ini. Hadirnya mall Paris Van Java (PVJ) di Kota Bandung menjadi oasis bagi para penggemar fashion karena mall ini berisikan tenant yang sudah memiliki citra yang baik,


(13)

6

harga yang variatif dan menawarkan produk-produk yang up to date, seperti Topshop, Topman, Zara, Dorothy Perkins, dan lain sebagainya. Saat konsumen masuk ke dalam toko tersebut dan melihat produk yang sedang trend, ia akan membeli produk tersebut tanpa memiliki rencana berbelanja sebelumnya dan akan memicu pembelian tak terencana (impulse buying).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ―Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Pengunjung Mall Paris Van Java Bandung‖.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah yang dapat diambil adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying behavior pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung?

2. Apakah terdapat pengaruh antara fashion involvement terhadap impulse buying behavior pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying behavior pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung.

2. Untuk menganalisis pengaruh antara fashion involvement terhadap impulse buying behavior pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung.


(14)

7 1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi: a) Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap impulse buying karena impulse buying memberikan dampak positif bagi pengusaha, yaitu menghasilkan keuntungan yang tinggi pada toko setiap bulannya. Selain itu, diharapkan perusahaan dapat menentukan strategi bersaing yang tepat guna memaksimalkan perilaku impulse buying yang muncul di benak konsumen. Dengan memahami faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi shopping lifestyle dan shopping involvement, pengusaha dapat bertahan dalam persaingan kompetitif yang sehat.

b) Akademisi

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang dilakukan di masa yang akan datang.


(15)

72

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Pengunjung Mall Paris Van Java Bandung”, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, variabel Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Impulse Buying Behavior pengunjung mall Paris Van Java Bandung.

2. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement memiliki pengaruh sebesar 19% terhadap Impulse Buying Behavior pengunjung mall Paris Van Java Bandung, sedangkan sisanya sebesar 81% Impulse Buying Behavior dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini seperti kualitas pelayanan, pre-decision stage dan post-decision stage.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan, maka peneliti memberikan saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut:


(16)

73

5.2.1. Saran untuk Perusahaan

1. Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, disarankan tenant yang ada dalam mall Paris Van Java Bandung selalu peka terhadap trend yang sedang booming di masyarakat, khususnya di kalangan anak muda karena mengingat banyaknya acara atau event yang digelar di mall ini untuk kaum muda-mudi sehingga diharapkan saat mereka berkunjung ke mall Paris Van Java Bandung dan melihat produk fashion yang sedang trend mereka akan masuk ke dalam tenant tersebut dan merangsang pembelian walaupun mereka belum memiliki rencana sebelumnya.

2. Hendaknya tenant dalam mall Paris Van Java Bandung selalu memperhatikan kualitas bahan dari produk-produk fashion yang dijual, karena dengan kualitas bahan yang baik konsumen akan lebih sering melakukan pembelian pada tenant tersebut dan akhirnya akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan impulse buying behavior.

3. Berdasarkan hasil penelitian, tanggapan responden terhadap fashion involvement cukup tinggi. Hendaknya pihak tenant selalu memperhatikan fashion involvement tersebut dengan selalu menyediakan produk-produk fashion dengan model terbaru dan sesuai dengan karakteristik konsumen karena hal ini akan berpengaruh terhadap impulse buying behavior yang ada dalam diri konsumen.


(17)

74

5.2.2. Saran Penelitian yang Akan Datang

1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap impulse buying behavior selain shopping lifestyle dan fashion involvement pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung. Hal ini mengacu pada hasil penelitian yang menjelaskan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh sebesar 19% terhadap impulse buying behavior. Penelitian ini belum memasukkan variabel lainnya seperti pre-decision stage dan post-decision stage yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian ini karena hasil penelitian ini masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan sampel yang lebih luas, yakni tidak hanya pada mahasiswi Universitas Kristen Maranatha Bandung saja, misalnya dengan menambah jenis kelamin laki-laki di dalam penelitian dan obyek penelitiannya diperluas bukan hanya di lingkungan Universitas Kristen Maranatha saja sehingga penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran yang lebih spesifik mengenai pengaruh shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap impulse buying behavior.


(18)

75

DAFTAR PUSTAKA

Bayley, G. & Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing: a Qualitative Exploration of the Phenomenon. Qualitative market research: An International Journal, 1 (2).

Benjamin, D. Z. & Kanter, M. R. (1976). The Differentiation of Lifestyles. Annual Reviews of Sociology.

Browne, B. A. & Kaldenberg, D. O. (1997). Conceptualizing Self-Monitoring: Links to Meterialism and Product Involvement. Journal of Consumer Marketing, 14 (1).

Cobb, J. C. & Hoyer W. D. (1986). Planned Versus Impulse Purchase Behaviour. Journal of Retailing, 62 (4).

Cooper, D. R. dan Schindler, P. S. (2011). Business Research Method.11th Edition, Pearson-Prentice Hall, New Jersey.

Editor. (2014). Ingin Belanja Kebutuhan? Berikut Mall di Bandung Terlengkap yang Wajib Dikunjungi. Diakses dari http://sebandung.com/2014/03/mall-di-bandung-terlengkap/ pada tanggal 21 September 2014.

Engel, J. F., Blackwell, R. D. dan Miniard, P. W., (1995). Perilaku Konsumen. Edisi Keenam, Binarupa Aksara, Jakarta.

Fairhurst, A. E., Good, L. K. & Gentry, J. W. (1989). Fashion Involvement: an Instrument Validation Procedure. Clothing and Textiles Research Journal, 7 (3).

Flynn, L. & Goldsmith, R. (1993). A Causal Model of Consumer Involvement: Replication and Critique. Journal of Social Behavior and Personality, 8 (6).

Goldsmith, R. E. & Emmert, J. (1991). Measuring Product Category Involvement: a Multitrait-Multimethod Study. Journal of Business Research, 23 (4).

Hartono, J. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Hatane, S. (2005). Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus

Pembelian. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 7 (2).

Hausman, A. (2000). A Multi-Method Investigation of Consumer Motivations in Impulse Buying Behavior. Journal of Consumer Marketing, 17 (15).


(19)

76

Japarianto, E. & Sugiharto, S. (2011). Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behaviour Masyarakat High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 1 (6).

Kacen, J. J. & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology,12 (2). Kapferer, J. N. & Laurent, G. (1985). Measuring Consumer Involvement Profile.

Journal of Marketing, 22 (1).

Kim, H. (2005). Consumer Profiles of Apparel Product Involvement and Values. Journal of Fashion Marketing and Management, 9 (2).

Kollat, D. T. and Willett, R. P. (1967). Customer Impulse Purchasing Behavior. Journal of Marketing Research, 4 (2).

Kotler, P. and Armstrong, G. (2004). Dasar-Dasar Pemasaran, Bagian 1, Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, P. dan Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Ketiga Belas. (Diterjemahkan oleh: Sabran, B. ). Penerbit Erlangga, Jakarta. Martin, C. (1998). Relationship Marketing: a High-Involvement Product

Attribute Approach. Journal of Product and Brand Management, 7 (1). Mitchell, A.A., (1979). Involvement: A Potentially Important Mediator of

Consumer Behavior. In Advances in Consumer Research, eds. William L. Wilkie, Vol. 6 (Provo, Utah: Association for Consumer Research).

Mowen, J. C. & Minor, M. (2002). Consumer Behaviour, 5th Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey.

O’Cass, A. (2004). Fashion Clothing Consumption: Antecedents and

Consequences of Fashion Clothing Involvement. European Journal of Marketing, 38 (7).

Park, E. J., Kim, E. Y., and Forney, J. C. (2005). A Structural Model of Fashion Oriented Impulse Buying Behavior. Journal of Fashion Marketing and Management, 10 (4)

Ramitha, V. (2009). Kenapa Perempuan Suka Belanja? Inilah.com, 1 April 2009 diakses dari http://web.inilah.com/read/detail/95349/kenapa-perempuan-suka-belanja#VB6PP1f8aiY pada tanggal 11 September 2014.

Richard, L. C. and Jerry, C. O. (1988). The Role of Involvement in Attention and Comprehension Processes. Journal of Consumer Research, 15 (9).


(20)

77

Rook, D. W. and Fisher, R. J. (1995). Normative Influence on Impulse Buying Behavior. Journal of Consumer Research, 22 (3).

Sekaran, U. and Bougie, R. (2011). Research Methods for Business: a Skill-Building Approach, 5th Edition, John Wiley & Sons Ltd., United Kingdom. Sembiring, S. (2013). Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behaviour (Survey pada Konsumen di Toko “Top Man”, “Top Shop” di Paris Van Java Mall, Bandung). Jurnal Manajemen Universitas Komputer Indonesia (tidak diterbitkan).

Seo, J., Hathcote, J. M., and Sweaney, A. L. (2001). Casualwear Shopping Behavior of College Men in Georgia, USA. Journal of Fashion Marketing and Management, 5 (3).

Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPPS untuk SMART Riset. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Stern, H. (1962). The Significance of Impulse Buying Today. Journal of Marketing, 26 (4).

Tan, L. (2009). The New Way of Lifestyle. Grand Indonesia Magazine. Vol. 4. Thompson, C.J., Locander, W.B. and Pollio, H.R. (1990). The Lived Meaning of

Free Choice: an Existential-Phenomenological Description of Everyday Consumer Experiences of Contemporary Married Women. Journal of Consumer Research, 3 (17).

Veronika, R. (2009). Hubungan antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, dan Perilaku Impulse Buying Konsumen Ritel. Majalah Ekonomi, 2, Th. XIX.

Wikipedia. (2009). Pusat Perbelanjaan di Bandung. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Pusat_ perbelanjaan_di_Bandung pada tanggal 3 September 2014.

Zaichkowsky, J. L. (1985). Measuring the Involvement Construct in Marketing. Journal of Consumer Research, 12 (12).

Zam, F. (2013). Kenapa Wanita Hobi Berbelanja? Diakses dari http://mizanmag.com/puan/kenapa-wanita-hobi-berbelanja.html#.


(1)

72

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian yang berjudul

“Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Pengunjung Mall Paris Van Java Bandung”, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, variabel Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Impulse Buying Behavior pengunjung mall Paris Van Java Bandung.

2. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement memiliki pengaruh sebesar 19% terhadap Impulse Buying Behavior pengunjung mall Paris Van Java Bandung, sedangkan sisanya sebesar 81% Impulse Buying Behavior dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini seperti kualitas pelayanan, pre-decision stage dan post-decision stage.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan, maka peneliti memberikan saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut:


(2)

73 5.2.1. Saran untuk Perusahaan

1. Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, disarankan tenant yang ada dalam mall Paris Van Java Bandung selalu peka terhadap trend yang sedang booming di masyarakat, khususnya di kalangan anak muda karena mengingat banyaknya acara atau event yang digelar di mall ini untuk kaum muda-mudi sehingga diharapkan saat mereka berkunjung ke mall Paris Van Java Bandung dan melihat produk fashion yang sedang trend mereka akan masuk ke dalam tenant tersebut dan merangsang pembelian walaupun mereka belum memiliki rencana sebelumnya.

2. Hendaknya tenant dalam mall Paris Van Java Bandung selalu memperhatikan kualitas bahan dari produk-produk fashion yang dijual, karena dengan kualitas bahan yang baik konsumen akan lebih sering melakukan pembelian pada tenant tersebut dan akhirnya akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan impulse buying behavior.

3. Berdasarkan hasil penelitian, tanggapan responden terhadap fashion involvement cukup tinggi. Hendaknya pihak tenant selalu memperhatikan fashion involvement tersebut dengan selalu menyediakan produk-produk fashion dengan model terbaru dan sesuai dengan karakteristik konsumen karena hal ini akan berpengaruh terhadap impulse buying behavior yang ada dalam diri konsumen.


(3)

74 5.2.2. Saran Penelitian yang Akan Datang

1. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap impulse buying behavior selain shopping lifestyle dan fashion involvement pada pengunjung mall Paris Van Java Bandung. Hal ini mengacu pada hasil penelitian yang menjelaskan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh sebesar 19% terhadap impulse buying behavior. Penelitian ini belum memasukkan variabel lainnya seperti pre-decision stage dan post-decision stage yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian ini karena hasil penelitian ini masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan sampel yang lebih luas, yakni tidak hanya pada mahasiswi Universitas Kristen Maranatha Bandung saja, misalnya dengan menambah jenis kelamin laki-laki di dalam penelitian dan obyek penelitiannya diperluas bukan hanya di lingkungan Universitas Kristen Maranatha saja sehingga penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran yang lebih spesifik mengenai pengaruh shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap impulse buying behavior.


(4)

75

DAFTAR PUSTAKA

Bayley, G. & Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing: a Qualitative Exploration of the Phenomenon. Qualitative market research: An International Journal, 1 (2).

Benjamin, D. Z. & Kanter, M. R. (1976). The Differentiation of Lifestyles. Annual Reviews of Sociology.

Browne, B. A. & Kaldenberg, D. O. (1997). Conceptualizing Self-Monitoring: Links to Meterialism and Product Involvement. Journal of Consumer Marketing, 14 (1).

Cobb, J. C. & Hoyer W. D. (1986). Planned Versus Impulse Purchase Behaviour. Journal of Retailing, 62 (4).

Cooper, D. R. dan Schindler, P. S. (2011). Business Research Method.11th Edition, Pearson-Prentice Hall, New Jersey.

Editor. (2014). Ingin Belanja Kebutuhan? Berikut Mall di Bandung Terlengkap yang Wajib Dikunjungi. Diakses dari http://sebandung.com/2014/03/mall-di-bandung-terlengkap/ pada tanggal 21 September 2014.

Engel, J. F., Blackwell, R. D. dan Miniard, P. W., (1995). Perilaku Konsumen. Edisi Keenam, Binarupa Aksara, Jakarta.

Fairhurst, A. E., Good, L. K. & Gentry, J. W. (1989). Fashion Involvement: an Instrument Validation Procedure. Clothing and Textiles Research Journal, 7 (3).

Flynn, L. & Goldsmith, R. (1993). A Causal Model of Consumer Involvement: Replication and Critique. Journal of Social Behavior and Personality, 8 (6).

Goldsmith, R. E. & Emmert, J. (1991). Measuring Product Category Involvement: a Multitrait-Multimethod Study. Journal of Business Research, 23 (4).

Hartono, J. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Hatane, S. (2005). Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus

Pembelian. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 7 (2).

Hausman, A. (2000). A Multi-Method Investigation of Consumer Motivations in Impulse Buying Behavior. Journal of Consumer Marketing, 17 (15).


(5)

76

Japarianto, E. & Sugiharto, S. (2011). Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behaviour Masyarakat High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 1 (6).

Kacen, J. J. & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology,12 (2). Kapferer, J. N. & Laurent, G. (1985). Measuring Consumer Involvement Profile.

Journal of Marketing, 22 (1).

Kim, H. (2005). Consumer Profiles of Apparel Product Involvement and Values. Journal of Fashion Marketing and Management, 9 (2).

Kollat, D. T. and Willett, R. P. (1967). Customer Impulse Purchasing Behavior. Journal of Marketing Research, 4 (2).

Kotler, P. and Armstrong, G. (2004). Dasar-Dasar Pemasaran, Bagian 1, Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, P. dan Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Ketiga Belas. (Diterjemahkan oleh: Sabran, B. ). Penerbit Erlangga, Jakarta. Martin, C. (1998). Relationship Marketing: a High-Involvement Product

Attribute Approach. Journal of Product and Brand Management, 7 (1). Mitchell, A.A., (1979). Involvement: A Potentially Important Mediator of

Consumer Behavior. In Advances in Consumer Research, eds. William L. Wilkie, Vol. 6 (Provo, Utah: Association for Consumer Research).

Mowen, J. C. & Minor, M. (2002). Consumer Behaviour, 5th Edition, Prentice Hall, Inc., New Jersey.

O’Cass, A. (2004). Fashion Clothing Consumption: Antecedents and

Consequences of Fashion Clothing Involvement. European Journal of Marketing, 38 (7).

Park, E. J., Kim, E. Y., and Forney, J. C. (2005). A Structural Model of Fashion Oriented Impulse Buying Behavior. Journal of Fashion Marketing and Management, 10 (4)

Ramitha, V. (2009). Kenapa Perempuan Suka Belanja? Inilah.com, 1 April 2009 diakses dari http://web.inilah.com/read/detail/95349/kenapa-perempuan-suka-belanja#VB6PP1f8aiY pada tanggal 11 September 2014.

Richard, L. C. and Jerry, C. O. (1988). The Role of Involvement in Attention and Comprehension Processes. Journal of Consumer Research, 15 (9).


(6)

77

Rook, D. W. and Fisher, R. J. (1995). Normative Influence on Impulse Buying Behavior. Journal of Consumer Research, 22 (3).

Sekaran, U. and Bougie, R. (2011). Research Methods for Business: a Skill-Building Approach, 5th Edition, John Wiley & Sons Ltd., United Kingdom. Sembiring, S. (2013). Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behaviour (Survey pada Konsumen di Toko “Top Man”, “Top Shop” di Paris Van Java Mall, Bandung). Jurnal Manajemen Universitas Komputer Indonesia (tidak diterbitkan).

Seo, J., Hathcote, J. M., and Sweaney, A. L. (2001). Casualwear Shopping Behavior of College Men in Georgia, USA. Journal of Fashion Marketing and Management, 5 (3).

Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPPS untuk SMART Riset. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Stern, H. (1962). The Significance of Impulse Buying Today. Journal of Marketing, 26 (4).

Tan, L. (2009). The New Way of Lifestyle. Grand Indonesia Magazine. Vol. 4. Thompson, C.J., Locander, W.B. and Pollio, H.R. (1990). The Lived Meaning of

Free Choice: an Existential-Phenomenological Description of Everyday Consumer Experiences of Contemporary Married Women. Journal of Consumer Research, 3 (17).

Veronika, R. (2009). Hubungan antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, dan Perilaku Impulse Buying Konsumen Ritel. Majalah Ekonomi, 2, Th. XIX.

Wikipedia. (2009). Pusat Perbelanjaan di Bandung. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Pusat_ perbelanjaan_di_Bandung pada tanggal 3 September 2014.

Zaichkowsky, J. L. (1985). Measuring the Involvement Construct in Marketing. Journal of Consumer Research, 12 (12).

Zam, F. (2013). Kenapa Wanita Hobi Berbelanja? Diakses dari http://mizanmag.com/puan/kenapa-wanita-hobi-berbelanja.html#.