Evaluasi pengisian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi studi kasus di usaha Rosa Poultry Farm

(1)

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN

TAHUNAN

PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Usaha Rosa Poultry Farm

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

oleh :

Candra Putra Kusuma Wardhana NIM : 062114073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN

TAHUNAN

PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Usaha Rosa Poultry Farm

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

oleh :

Candra Putra Kusuma Wardhana NIM : 062114073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(3)

(4)

(5)

Motto dan Persembahan

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang

paling bermanfaat untuk orang lain”

Skripsi ini kupersembahkan spesial untuk:

ALLAH SWT

Ayah, Ibu, dan Kakak-kakakku


(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Evaluasi Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Usaha Rosa Poultry Farm).

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Mei 2013

Yang membuat pernyataan,


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN KARYA TULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Candra Putra Kusuma Wardhana Nomor Mahasiswa : 062114073

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Evaluasi Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Usaha Rosa Poultry Farm).

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Mei 2013 Yang menyatakan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karna atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

a. Allah SWT yang telah memberi penulis kekuatan untuk menyelesaikan skripsi.

b. Dr Ir P Wiryono Priyotamtama, S.J, selaku rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar.

c. Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skirpsi ini. d. Bapak Soedaryanto dan Ibu Endang Kustantie yang selalu mendukung,

memberi semangat, doa, serta percaya dan yakin kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

e. Kakak-kakakku Arya Putra Kurniawan dan Oki Putra Dharmawan yang membantu dalam doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

f. Bapak Faridz Setiawan selaku pemilik Rosa Poultry Farm yang telah memberikan ijin penelitian.

g. Teman-temanku Billy, Eska, Albert, Heri, Agung, Gita, Esti, Nana. Yang selalu mengingatkan untuk bimbingan dan mendukung penulis.


(9)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu penulis mengharap kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Mei 2013


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pajak ... 6

1. Pengertian Pajak ... 6

2. Fungsi Pajak ... 7

B. Pajak Penghasilan... 8

1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 8

2. Subjek Pajak ... 8

3. Penghasilan yang Menjadi Objek Pajak Penghasilan ... 8

4. Penghasilan yang Dapat Dikenai Pajak Bersifat Final ... 11

5. Pengecualian Objek Pajak ... 12

6. Biaya yang Boleh Dikurangi Dari Penghasilan Bruto ... 15

7. Pengertian Metode Penyusutan ... 18

8. Tarif Pajak Penghasilan... 20

9. Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan... 21

C. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 22


(11)

2. Jenis Surat Pemberitahuan ... 22

3. Pengisian dan Penyampaian SPT ... 22

4. Fungsi SPT ... 23

5. Tempat Pengambilan SPT ... 24

6. Ketentuan Tentang Pengisian SPT ... 24

7. Ketentuan Tentang Pengambilan SPT ... 24

8. Penyampaian SPT Melalui Elektronik (e-SPT) ... 25

9. Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan ... 26

10.Sanksi Tidak atau Terlambat Menyampaikan SPT ... 26

11. Pembetulan SPT ... 27

12.Batas Waktu Pembayaran Pajak... 27

13.Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak ... 27

D. Penyesuaian Laporan Keuangan Akuntansi dengan Laporan Keuangan Menurut Pajak ... 28

1. Koreksi Fiskal ... 28

2. Perbedaan Koreksi Fiskal ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D. Data yang Dikumpulkan ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 36

A. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan ... 36

B. Lokasi Perusahaan ... 37

C. Struktur Organisasi ... 38

D. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... 39

E. Produksi ... 41

F. Produk ... 43

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Deskripsi Data ... 45

B. Analisis Data ... 49

C. Pembahasan ... 76

BAB VI PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Keterbatasan Penelitian ... 80


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 83

Lampiran_1: SPT Pajak Penghasilan ... 84

Lampiran_2: Laporan Laba/Rugi ... 89

Lampiran_3: Neraca ... 90

Lampiran_4: Daftar Penyusutan Aktiva Tetap ... 91


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aktiva ... 19

Tabel 2.2 Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 20

Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan badan ... 20

Tabel 5.1 Neraca Rosa Poultry farm ... 45

Tabel 5.2 Laporan Rugi Laba Rosa Poultry Farm ... 46

Tabel 5.3 Perhitungan PPh Rosa Poultry Farm Tahun 2010 ... 47

Tabel 5.4 Harga Pokok Penjualan ... 49

Tabel 5.5 Laba/Rugi Bruto Usaha ... 50

Tabel 5.6 Biaya Gaji ... 52

Tabel 5.7 Penghasilan Neto Dari Usaha ... 52

Tabel 5.8 Daftar Aktiva Tetap ... 62

Tabel 5.9 Penghitungan Penyusutan Bangunan ... 64

Tabel 5.10 Penyesuaian Fiskal ... 64

Tabel 5.11 Formulir 1770-I Bagian A ... 65

Tabel 5.12 Harta Pada Akhir Tahun ... 69

Tabel 5.13 Daftar Anggota Keluarga ... 70

Tabel 5.14 Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi Rosa Poultry Farm ... 70

Tabel 5.15 Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 71

Tabel 5.16 Lampiran Formulir Induk 1770 dan 1770-I Sampai Dengan 1770-IV ... 73

Tabel 5.17 Lampiran Selain Formulir 1770 Induk dan 1770-I Sampai dengan 1770-IV ... 74


(14)

ABSTRAK

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Studi Kasus di Usaha Rosa Poultry Farm

Candra Putra Kusuma Wardhana NIM:062114073

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2013

Tujuan penelitian ini untuk menilai pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan perusahaan sudah benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani. Latar belakang masalah berisi Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak harus benar sesuai dengan yang disebutkan dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, namun terkadang ada pula Wajib Pajak yang tidak sengaja lalai dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak sehingga terancam terkena sanksi, untuk itu evaluasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak diperlukan.

Jenis penelitian ini berupa studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak 1770 Orang Pribadi dari usaha Rosa Poultry Farm dengan Undang-undang nomor 36 tahun 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dari usaha Rosa Poultry Farm belum benar, Karena terjadi kesalahan dalam penghitungan penyusutan fiskal positif dan fiskal negatif. Namun telah melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak dengan lengkap, jelas, dan telah ditandatangani oleh pihak yang berwenang yaitu Wajib Pajak itu sendiri.


(15)

ABSTRACT

Evaluation of the Filling of Annual Income Tax Return of Personal Taxpayers Case Study in Rosa Poultry Farm

Candra Putra Kusuma Wardhana NIM:062114073

Sanata Dharma University Yogyakarta

2013

The purpose of this research is to assess the filling of annual income tax return of personal taxpayers whether it has been made correctly, completely, clearly and signed by the company. The background of the problem is that there are a number of taxpayers who are occasionally filling the annual tax return incautiously. Therefore, they have to be under threat of sanction. For this reason, the evaluation of annual tax return is considered necessary.

Case study is applied for this research. The data is obtained by interview and documentation. Analysis technique is applied by comparing Annual Income Tax Return 1770 Personal Taxpayers from Rosa Poultry Farm with the Law of the Republic of Indonesia Number 36 Year 2008.

The result of the research showed that the filling of annual income tax return of personal taxpayers of Rosa Poultry Farm is not correct yet. There still occur any calculation mistakes regarding positive and negative fiscal depreciation. Nevertheless, Rosa Poultry Farm has reported the annual tax return completely, clearly, and signed by the associate’s Personal Taxpayers.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Pajak merupakan penghasilan negara yang berasal dari rakyat dan merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan tersebut digunakan untuk membiayai kepentingan umum mencakup kepentingan pribadi individu seperti: kesehatan, pendidikan dan kesejahteran. Adanya kepentingan masyarakat tersebut menimbulkan pungutan pajak sehingga pajak adalah salah satu bagian dengan kepentingan umum. Pajak mengurangi penghasilan kekayaan individu akan tetapi sebaliknya, perolehan pajak merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui pembangunan-pembangunan yang pada akhirnya dikembalikan lagi kepada seluruh masyarakat. Dalam pungutan pajak, terdapat pihak-pihak (orang maupun badan) yang dikenakan pajak atau disebut sebagai subyek pajak sedangkan segala sesuatu yang akan dikenakan pajak disebut sebagai obyek pajak. Penentuan subyak dan obyek pajak dilihat dari jenis pajak yang dipungut seperti: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBm), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).


(17)

 

Pada dasarnya pembayaran pajak ditujukan untuk kemakmuran rakyat atau dengan kata lain dari rakyat dan untuk rakyat. Pembangunan suatu negara sangat berpengaruh dari penerimaan negara tersebut, dalam pembangunan bangsa kita yang tumbuh secara pesat dalam berbagai aspek kehidupan dengan fasilitas umum yang semakin memadai dan modern melalui kemajuan teknologi merupakan hasil dari pembayaran pajak oleh wajab pajak yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

Kewajiban wajib pajak adalah menghitung PPh terhutang, menyetor ke bank persepsi dan melaporkan perhitungan dan pembayaran tersebut ke kantor pajak dengan menggunakan formulir SPT 1770 Tahunan, serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan kewajiban tersebut apabila ada pemeriksaan pajak.

Pengisian SPT harus benar sesuai dengan yang disebutkan dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Apabila terjadi kesalahan dalam pengisian wajib pajak akan di kenai sanksi sesuai dengan besarnya pelanggaran yang dilakukan. Pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Oleh karena itu, Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara tidak dikenai sanksi pidana


(18)

 

Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

Konsekuensi atau sanksi di atas tersebut pasti tidak ingin terjadi pada semua Wajib Pajak, namun terkadang ada pula Wajib Pajak yang tidak disengaja lalai dalam menyampaikan SPT sehingga terancam terkena sanksi. untuk itu hal ini memotivasi penulis untuk mencoba mengevaluasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. B. Rumusan Masalah

Apakah pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan sudah benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani?

C. Tujuan Penelitian

Untuk menilai pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi perusahaan sudah benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani.

D. Manfaaat penelitian

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang terkait, antara lain:


(19)

 

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk perlakuan perpajakan yang lebih baik dan benar pada perusahaan di masa yang akan datang.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang didapat diperkuliahan terhadap praktik yang nyata terjadi, sebelum penulis memasuki dunia kerja yang sebenarnya, dan dapat menambah pengetahuan penulis di bidang perpajakan.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan referensi yang dapat menambah wawasan ilmu para akademisi terutama di bidang perpajakan.

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas penulis dan sebagai dasar untuk mengadakan pembahasan.


(20)

 

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dikumpulkan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Pada bab ini berisi gambaran umum tentang perusahaan yang diteliti.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang analisis data untuk mengetahui hasil dari rumusan masalah yang telah disebutkan.

Bab VI Penutup


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Pengertian pajak

Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2008:1).

Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Zain 2008:10).

Menurut Undang-Undang No.28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(22)

 

2. Fungsi pajak

Terdapat beberapa fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. b. Fungsi Mengatur (regulerend)

Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan

c. Fungsi Redistribusi

Fungsi yang menekan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Fungsi ini terlihat dari aadanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak, yaitu tarif yang lebih besar untuk tingkat atau lapisan penghasilan yang lebih tinggi.

d. Fungsi Demokrasi

Fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan. Fungsi ini dikaitkan dengan pelayanan pemerintah kepada masyarakat khususnya pembayar pajak. Apabila pajak telah dilaksanakan dengan baik, maka imbal baliknya pemerintah harus memberikan pelayanan terbaik.


(23)

 

B. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilaan, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1993 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1993 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

2. Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah: a. (1) Orang Pribadi;

(2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

b. Badan; dan

c. Bentuk usaha tetap.

3. Penghasilan yang Menjadi Objek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal pasal 4 ayat 1 Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis


(24)

 

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;

b. hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan; c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah


(25)

 

dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;


(26)

 

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak;

q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;dan s. surplus Bank Indonesia.

4. Penghasilan yang Dapat Dikenai Pajak Bersifat Final

Menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal pasal 4 ayat 2 penghasilan yang dapat dikenai pajak bersifat final adalah:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan


(27)

 

saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan penghasilan tertentu lainnya,yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

5. Pengecualian Objek Pajak

Menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal pasal 4 ayat 3 Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang


(28)

 

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

b. Warisan

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:


(29)

 

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan 2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;


(30)

 

k. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

l. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

m. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Biaya yang Boleh Dikurangi dari Penghasilan Bruto

a. Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan

penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: 1) biaya pembelian bahan;


(31)

 

2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,

gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; 3) bunga, sewa, dan royalti;

4) biaya perjalanan;

5) biaya pengolahan limbah; 6) premi asuransi;

7) biaya promosi dan penjualan yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 8) biaya administrasi; dan

9) pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;


(32)

 

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; 4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku

untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;


(33)

 

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga

yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 7. Pengertian Metode Penyusutan

a. Metode Penyusutan berdasarkan PSAK

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.

Metode penyusutan: 1) Metode garis lurus

Menghasilkaan pembebanan yang tetap selaama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah;

2) Metode saldo menurun

Menghasilkan pembebanan yang menurun selaama umur manfaat aset;

3) Metode jumlah unit

Menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.

b. Metode Penyusutan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan

Menurut pasal 11 undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:


(34)

 

1) Untuk aktiva kelompok I s.d. kelompok IV disusutkan dengan memakai metode garis lurus atau metode saldo menurun.

2) Untuk aktiva kelompok bangunan harus disusutkan dengan metode garis lurus.

3) Penggunaan metode penyusutan tersebut harus dilakukan secara taat azas.

4) Masa manfaat dan tarif penyusutan aktiva untuk masing-masing kelompok telah ditetapkan Tabel 2.3 berikut ini :

Tabel 2.1 Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan Aktiva Kelompok Harta

Berwujud

Masa Manfaat

Tarif Penyusutan Metode Garis Lurus

Taris Penyusutan Metode Saldo Menurun I. Bukan

Bangunan

Kelompok I 4 Tahun 25% 50%

Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25% Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%

Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%

II Bangunan:

Permanen 20 Tahun 5%

Tidak Permanen 10 Tahun 10%

8. Tarif Pajak Penghasilan

Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut


(35)

 

Tabel 2.2 Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah)

5% (lima persen) Di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15% (lima belas persen) Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima

puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25%

(dua puluh lima persen) Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah)

30% (tiga puluh persen) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Tarif Pajak Penghasilan Badan

Lapisan Penghasilan kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp50.000.000,00

10% Di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan

RP100.000.000,00

15%

Di atas Rp100.000.000,00


(36)

 

9. Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan

Jumlah seluruh penghasilan Pasal 4 ayat (1) xxx Penghasilan yang dikecualikan Pasal 4 ayat (3) xxx (-)

Penghasilan bruto xxx

Biaya fiskal xxx (-)

Penghasilan neto xxx

Kompensasi kerugian Pasal 6 ayat (2) xxx (-)

Penghasilan kena pajak xxx

Tarif pajak Pasal 17 xxx (x)

Pajak terutang xxx

Kredit pajak xxx (-)

Pajak yang lebih atau kurang bayar Pasal 28, 28A, 29 xxx C. Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Pengertian Surat Pemberitahuan

Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Jenis Surat Pemberitahuan

a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun


(37)

 

3. Pengisian dan Penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan.

Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.

4. Fungsi SPT

a. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

2) penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;


(38)

 

3) harta dan kewajiban;

4) pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.

b. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPn BM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

2) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku.

c. Pemotong/Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

5. Tempat Pengambilan SPT

Setiap WP harus mengambil sendiri formulir SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan(KP4), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah DJP, Kantor Pusat DJP, atau melalui website DJP : http://www.pajak.go.id atau mencetak/ menggandakan/ fotokopi dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya.


(39)

 

6. Ketentuan Tentang Pengisian SPT

SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan oleh WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi.

7. Ketentuan Tentang Pengambilan SPT

a. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP, KP4 atau KP2KP setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

b. Batas waktu penyampaian:

a) Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir Tahun Pajak.

b) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) SPT Masa.

c) SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.

d) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.

c. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai bukti penerimaan.


(40)

 

8. Penyampaian SPT melalui Elektronik (e-SPT)

Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT secara elektronik (e-Filling) melalui perusahaan Penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider)yang ditunjuk oleh DJP. Wajib Pajak yang telah menyampaikan SPT secara e-Filling, wajib menyampaikan induk SPT yang memuat tanda tangan basah dan Surat Setoran Pajak (bila ada) serta bukti penerimaan secara elektronik ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar melalui Kantor Pos secara tercatat atau disampaikan langsung, paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal penyampaian SPT secara elektronik. Penyampaian SPT secara elektronik dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu. SPT yang disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian SPT yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

9. Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak


(41)

 

yang terutang atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan.

10.Sanksi Tidak atau Terlambat Menyampaikan SPT

SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda :

a) SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Rp 100.000,00; b) SPT Tahunan PPh Badan Rp 1.000.000,00; c) SPT Masa PPN Rp 500.000,00;

d) SPT Masa Lainnya Rp 100.000,00. 11.Pembetulan SPT

Untuk pembetulan SPT atas kemauan WP sensiri dapat dilakukan sampai dengan daluwarsa, kecuali untuk SPT Rugi atau SPT Lebih Bayar paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan. Sanksi administrasi atas pembetulan SPT dengan kemauan Wajib Pajak sendiri setelah Pemeriksaan tetapi belum dilakukan penyidikan 150% dari pajak yang kurang dibayar. 12.Batas Waktu Pembayaran Pajak

1) Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir.


(42)

 

2) Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT Tahunan paling lambat sebelum SPT disampaikan.

3) Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.

13.Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak

Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak yang alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.

D. Penyesuaian Laporan Keuangan Akuntansi dengan Laporan Keuangan Menurut Pajak.

1. Koreksi Fiskal

Untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan


(43)

koreksi- 

koreksi fiskal. Koreksi fiskal meliputi pengakuan pendapatan dan biaya yang dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif.

a. Koreksi Fiskal Positif

Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat.

b. Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi Fiskal Negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurrun.

2. Perbedaan Koreksi Fiskal

Terdapat perbedaan dalam perlakuan penetapan pendapatan dan biaya menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 dengan Standar Akuntansi Keuangan sebagai akibat dari adanya beda tetap dan beda sementara; perlakuan akuntansi terhadap perbedaan tersebut perlu dilakukan rekonsiliasi antara laporan keuangan komersil dengan laporan keuangan fiskal; dan pengaruh perbedaan tersebut terhadap laporan keuangan yaitu pada besarnya jumlah pajak terutang dan jumlah laba usaha.


(44)

 

a. Beda Tetap (Permanent Difference)

Bagi perusahaan: semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena pajak , dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak.

Bagi Ditjend Pajak: tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan (sumbangan, entertain tanpa daftar normatif). Di dalam Akuntansi Perpajakan perbedaan ini disebut dengan BEDA TETAP (Permanent Difference).

b. Beda Waktu (Time Difference)

Perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan karena bedanya saat pengakuan (waktu pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban (pendapatan/beban tangguhan), juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana pihak Ditjend Pajak menggunakan metode penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method) sementara perusahaan mungkin menggunakan metode penyusutan yang lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban penyusutan. Prakiraan Umur


(45)

 

ekonomis atas aktiva tetap juga turut memberi kontribusi atas perbedaan tersebut. Dengan kata lain perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Dalam Akuntansi Perpajakan ini disebut dengan beda waktu.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian yang memusatkan pada suatu objek tertentu secara langsung dalam perusahaan yang dianalisis selanjutnya menjadi kesimpulan, yang hanya berlaku atau terbatas pada perusahaan yang diteliti saja.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian: Jalan Sawit Sari blok 1 no.1 Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta

2. Waktu Penelitian: 20 Maret sampai 10 April 2012 C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu pihak-pihak yang nantinya ikut terlibat dalam penellitian dan sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, dalam hal ini adalah manajer pajak perusahaan

2. Objek Penelitian Objek Penelitian yaitu:

a. SPT 1770 Tahunan b. Laporan keuangan


(47)

 

D. Data yang Dikumpulkan

a. Gambaran umum perusahaan yang terdiri dari sejarah berdirinya perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perusahaan.

b. Perhitungan pajak penghasilan perusahaan. c. SPT 1770 beserta lampirannya

E. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara

Penulis mengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak terkait dalam perusahaan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung dengan manajer pajak pada perusahaan.

b. Teknik Dokumentasi

Penulis mendapatkan data yang terdapat pada perusahaan lalu mempelajarinya.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-Langkah yang dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Menilai SPT 1770 Orang Pribadi Perusahaan Rosa Poultry Farm

berdasarkan kriteria benar, lengkap, jelas, dan bertanda tangan sebagai berikut:

a. Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,


(48)

 

dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dikatakan benar apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Benar dalam penghitungan penghasilan neto dalam negeri dari usaha dan/atau pekerjaan bebas bagi wajib pajak yang menggunakan pembukuan (formulir 1770-I halaman 1)

2) Benar dalam penghitungan penghasilan neto dalam negeri yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, dan penghasilan dalam negeri lainnya (apabila wajib pajak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto) (formulir 1770-I halaman 2)

3) Benar dalam penghitungan pemotongan/pemungutan PPh oleh pihak lain, PPh yang dibayar/dipotong di luar negeri, dan PPh ditanggung pemerintah (formulir 1770-II)

4) Benar dalam penghitungan penghasilan yang dikenakan pajak final dan/atau bersifat final, penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, dan penghasilan isteri yang dikenakan pajak secara terpisah (formulir 1770-III)

5) Benar dalam penghitungan harta pada akhir tahun, kewajiban/utang pada akhir tahun, dan daftar susunan anggota keluarga (formulir 1770-IV)


(49)

 

6) Benar dalam penghitungan penghasilan neto, penghasilan kena pajak, PPh terutang, kredit pajak, PPh kurang/lebih bayar, dan angsuran pasal 25 tahun pajak berikutnya (formulir 1770 induk) b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan

objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan, dikatakan lengkap apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Melampirkan formulir 1770 induk dan 1770-I sampai dengan 1770-IV

2) Selain formulir 1770-I sampai dengan 1770-IV (baik yang diisi maupun yang tidak diisi) harus dilampirkan pula:

a) Surat kuasa khusus (bila dikuasakan) b) SSP lembar ke-3 PPh pasal 29

c) Neraca dan Laporan Laba Rugi/Rekapitulasi bulanan peredaran bruto dan/atau penghasilan lain dan biaya

d) Perhitungan kompensasi kerugian fiskal

e) Bukti pemotongan/pemungutan oleh pihak lain/ditanggung pemerintah dan yang dibayar/dipotong di luar negeri

f) Fotokopi formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2

g) Perhitungan angsuran PPh pasal 25 tahun pajak berikutnya h) Fotokopi tanda bukti pembayaran fiskal luar negeri

i) Perhitungan PPh terutang bagi wajib pajak kawin pisah harta dan/atau mempunyai NPWP sendiri


(50)

 

j) Daftar jumlah penghasilan dan pembayaran PPh pasal 25 (khusus untuk orang pribadi pengusaha tertentu)

c. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan. Dikatakan jelas apabila telah melaporkan asal-usul sumber dari objek pajak berupa laporan keuangan dan bukti-bukti pendukung. d. Ditandatangani adalah terdapat tanda tangan Wajib Pajak yang di

SPT. Dikatakan ditandatangani apabila memberikan tandatangan oleh yang berwenang pada SPT di tempat yang sudah ditentukan. 2. Menarik kesimpulan apakah wajib pajak sudah melaporkan SPT dengan

benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.


(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan

Rosa Poultry Farm adalah sebuah usaha peternakan ayam ras petelur. Usaha ini mula-mula didirikan di daerah kediri pada tahun 1970 oleh Bp. H. Sapuan Reksodiharjo yang sebelumnya masih berbentuk usaha kecil (keluarga), dengan jumlah ayam 100 ekor. Sebetulnya prospek usaha ini masih terbuka luas, namun saat itu produktifitasnya sangat rendah karena sarana dan prasarana yang digunakan masih sangat sederhana.

Tahun 1973 Bapak Sapuan pindah ke Surabaya. Tahun 1975 pindah lagi ke Yogyakarta yaitu daerah Sawit Sari Blok I No. I menempati areal seluas 2.000 2 dengan populasi ayam “layer” sebanyak 2.000 ekor, dan pada tahun 1977 usaha ini diperluas ke daerah Dusun Kuweron, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman menempati areal seluas 0,75 Ha dengan kapasitas 15.000 ekor dengan status tanah milik sendiri hingga sekarang.

Tahun 1981, kembali perusahaan mengambil kebijakan untuk menambah lokasi kandang ternak, mengingat kapasitas kandang yang ada di Kuweron telah penuh, perusahaan menyewa lahan di Dusun Maknorejo, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman seluas 3 Ha yang lokasinya tak jauh dari Kuweron dengan kapasitas 50.000 ekor.


(52)

 

Tahun 1981 menyewa lahan di Dusun Rejondani Dusun Sariharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman sebagai unit perluasan usaha dengan areal seluas 7.000 2 untuk unit khusus “Starter” – “Grower”, dengan populasi ayam kurang lebih 11.000 ekor. Tahun 1993 perusahaan membuka lahan kembali di Dusun Plosokereb, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman untuk unit ayam layer dan pada tahun yang sama membuka lokasi di sebelah selatan dusun Plosokereb khusus untuk “Starter”-“Grower”.

Perusahaan peternakan Rosa Farm kini telah memiliki lima unit lokasi perkandangan dengan populasi kurang lebih 20.000 “Starter”, kurang lebih 8.600 “Grower”, kurang lebih 81.600 “Layer” dan satu lokasi tempat gudang dan pemasaran produk telur.

B. Lokasi Perusahaan

Peternakan Rosa Poultry Farm didirikan di daerah Dusun Kuweron, Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi perusahaan berada di tengah-tengah areal persawahan dan ditengah perhutanan. Hingga saat ini peternaakan memiliki lima buah kandang di lokasi tersebut.

Menurut pemilik, alasan pemilihan lokasi peternakan diantaranya lokasi tersebut di luar pemukiman warga. Kondisi demikian dapat menghindarkan ayam dari keramaian yang berpotensi menimbulkan stress pada ayam. Keberadaan kandang yang di luar pemukiman warga juga dengan pertimbangan supaya tidak mencemari lingkungan warga dari


(53)

 

pencemaran yang mungkin ditimbulkan peternakan misalnya pencemaran misalnya pencemaran limbah produksi dan bau.

C. Struktur Organisasi

Organisasi dapat diartikan sebagai wadah, sistem atau kegiatan kelompok orang yang saling bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang memerlukan suatu struktur dalam pengaturan dan tanggung jawab. Jadi struktur organisasi ini sangat diperlukan agar setiap karyawan dapat mengetahui posisinya masing-masing. Sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik karena setiap pekerjaan ataupun divisi sudah ada yang menanganinya dan bertanggung jawab. Rosa Poultry Farm merupakan perusahaan keluarga yang dipimpin oleh pimpinan utama. Rosa Poultry Farm terdiri dari pimpinan utama, sekretaris, bendahara umum, kesehatan ayam, pimpinan farm, pemasaran ayam, koordinator unit II, koordinator unit III, koordinator unit IV, dan sub koordinator starter. Struktur organisasi Rosa Poultry Farm dapat dilihat pada Gambar 1.


(54)

  D. Pemb 1. P B 2. S B ru bagian Tuga Pimpinan Ut Bertugas seb Sekretaris Bertugas seb utin, tugas-t S

as dan Tangg ama agai pengam bagai asisten ugas admini Gambar Struktur Org gung Jawab mbil keputus n pimpinan istratif atau t

r 1 ganisasi

an terakhir d

utama, me tugas-tugas p dalam perusa laksanakan pribadi dari ahaan. perkerjaan atasannya.


(55)

 

3. Bendahara Umum

Bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggungjawab dalam pembuatan laporan laba rugi.

4. Kesehatan Telur

Bertugas sebagai pengawas kelayakan telur yang akan dipasarkan. 5. Pimpinan Farm

Bertanggungjawab terhadap kegiatan proses produksi di peternakan. Mengawasi kegiatan pekerjaan dan aktivitas anak kandang serta melakukan koordinasi langsung terhadap pemilik.

6. Pemasaran Ayam

Bertugas melakukan pemasaran serta penanggung jawab atas kegiatan penjualan yang dihasilkan di Rosa Farm.

7. Koordinator Unit II

Bertugas mengkoordinir bagian kesehatan ayam, perawatan ayam, gudang telur, gudang pakan dan penjaga malam/tukang(bila ada) pada unit 2.

8. Koordinator Unit III

Bertugas mengkoordinir bagian kesehatan ayam, perawatan ayam, gudang telur, gudang pakan dan penjaga malam/tukang(bila ada) pada unit 3.


(56)

 

9. Koordinator Unit IV

Bertugas mengkoordinir bagian kesehatan ayam, perawatan ayam, gudang telur, gudang pakan dan penjaga malam/tukang(bila ada) pada unit 4.

10.Sub Koordinator Unit Starter

Bertugas mengkoordinir bagian kesehatan ayam, perawatan ayam, gudang telur, gudang pakan dan penjaga malam/tukang(bila ada) pada bagian starter (bagian ayam yg masih muda belum terlalu produktif). E. Produksi

Proses produksi merupakan serangkaian dari proses penyiapan bahan baku (input) sampai dengan produk yang akan dihasilkan (output). Hal yang harus diperhatikan pertama kali dalam tahap proses produksi adalah bahan baku. Bahan baku merupakan faktor produksi yang sangat penting, dimana pengaturan bahan baku utama dan bahan baku pembantu untuk keperluan produksi harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Proses produksi peternakan pada Rosa Poultry Farm ini dibagi ke dalam beberapa tahapan yaitu pembibitan ( Stater ), pertumbuhan ( Grower) dan produksi ( layer ). Tahapan -tahapan bagian budidaya peternakan ayam petelur di Rosa Farm adalah sebagai berikut:

1. Periode stater

Pada tahap stater, persiapan kandang liter merupakan hal pertama yang dilakukan.


(57)

 

dengan melaksanakan sanitasi kandang yang bertujuan untuk membersihkan kandang sehingga bebas dari hama penyakit. Kegiatan yang dilakukan berupa pencucian kandang serta peralatan menggunakan fumisid. Setelah kandang dibersihkan dan diberi kapur maka peralatan kandang dapat dipasang. Pemasangan kandang meliputi tempat pakan, tempat minum, sekatan dan pemanas.

Setelah kandang dipersiapkan sebaik mungkin, dilakukan perlakuan terhadap DOC masuk. DOC dihitung dan disortir dengan tujuan untuk mengetahui apakah adanya kematian selama pengangkutan. Kemudian DOC disebar dan diberi minum air gula. Tujuan pemberian air gula adalah untuk mengurangi stress DOC selama perjalanan. Pakan yang diberikan pada umur 1-20 hari berupa AL 1 sedangkan AL 2 untuk umur 21-60 hari. Pemberian vaksin harus disesuaikan dengan umur ayam.

Untuk ayam usia lebih dari 12 minggu vaksin yang diberikan adalah AI, ND. ND-IB dan corryza. Pada fase layer vaksin yang diberikan adalah ND dan ND-IB yang diberikan melalui air minum. Vaksinisasi dilakukan sekali dalam satu setengah bulan dan diberikan secara bergantian.

2. Periode grower

Pada masa grower, pakan yang diberikan masih berupa AL 2. Setelah ayam berusia 61-126 hari pakan yang diberikan berupa campuran pakan Cal 5, jagung, storbio, katul, dan grif kerang. Pada


(58)

 

frase ini kandang litter tetap digunakan. Setelah memasuki fase layer ayam harus dipindahkan kekandang baterai agar ayam mulai dapat belajar berproduksi.

3. Periode layer

Pada masa layer, ayam yang baru dipindahkan dari kandang litter harus diperlakukan sama seperti ketika ayam ada di kandang starter. Kandang dibersihkan dua minggu sebelum ayam dimasukkan. Sanitasi juga menggunakan fumisid yang digunakan pada masa starter. Pakan diberikan sebanyak 120 gram per hari yang berupa campuran konsentrat, vitamin, jagung, dedak, ikan, kedelai dan grif kerang. Pada fase ini ayam diberikan vitamin yang dilakukan secara bergantian dua kali dalam sebulan. Tidak ada perbedaan dalam proses produksi pada saat kondisi pengembangan dilakukan di Rosa Farm. Proses produksi yang dijalankan sama dengan tahap awal keadaan perusahaan.

F. Produk

Produk yang dihasilkan Rosa Poultry Farm adalah telur sebagai produk utama dan beberapa produk sampingan seperti ayam afkir dan kotoran ayam. Telur yang dihasilkan biasanya dibersihkan dan dipilih antara telur yang retak atau kurang baik dan telur yang utuh. Hal ini bertujuan agar telur yang dijual kepada konsumen adalah telur yang berkualitas baik. Selain itu telur yang retak dapat dijual pada konsumen tertentu dengan harga yang lebih murah.


(59)

 

Telur utuh adalah telur yang baik dimana telur tersebut tidak retak, cangkang telur tidak putih dan memiliki cangkang atau kerabang telur yang utuh. Telur yang retak atau kurang baik adalah telur yang kerabang atau cangkangnya retak, kerabang telur berwarna putih dan telur yang tidak memiliki kerabang yang keras.

Dalam pengemasannya telur yang utuh dan telur yang retak dipisah. Selain untuk mempermudah penjualan, penyortiran ini juga bertujuan untuk melindungi telur yang utuh agar tidak terkontaminasi telur yang retak. telur yang retak apabila tidak laku dalam tiga hari akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan telur sudah tidak layak dikonsumsi.


(60)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan di Rosa Poultry Farm ini bertujuan untuk menilai pengisian surat pemberitahuan pajak penghasilan orang pribadi yang dilakukan perusahaan, apakah sudah benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani. Data yang diperlukan adalah perhitungan pajak penghasilan perusahaan dan SPT 1770 beserta lampiran pada tahun pajak 2010. SPT 1770 terdiri dari SPT induk 1770 serta SPT 1770-I sampai dengan SPT 1770-IV sedangkan lampiran berupa laporan keuangan perusahaan.

Berikut adalah data-data yang diperoleh dari Rosa Poultry Farm yang bertujuan untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis:


(61)

 

Tabel 5.1 Neraca Rosa Poultry Farm

ROSA POULTRY FARM NERACA

Per 31 Desember 2010

KETERANGAN TAHUN 2010

AKTIVA Kas Bank Piutang Dagang Persediaan Ayam Petelor

Jumlah Aktiva Lancar Aktiva tetap Akm. Penyusutan Jumlah Aktiva PASSIVA Hutang Lancar Hutang Dagang Hutang Pajak Hutang Bank Modal Awal

Laba Tahun Berjalan Pajak Penghasilan Prive Modal Akhir Jumlah Passiva Rp 24.816.485 Rp 484.856.127 Rp 19.291.300 Rp 579.191.569 Rp 1.177.268.84

Rp 2.285.424.323

Rp 744.918.950 Rp (597.018.950)

Rp 147.900.000

Rp 2.433.324.323

Rp 1.038.340.650 Rp 625.300 Rp 484.937.557

Rp 1.523.903.507

Rp 872.558.116 Rp 92.582.000 Rp 965.140.116 Rp 5.719.300 Rp 959.420.816 Rp 50.000.000

Rp 909.420.816

Rp 2.433.324.323 


(62)

 

Tabel 5.2 Laporan Rugi Laba Rosa Poultry Farm ROSA POULTRY FARM

LAPORAN RUGI LABA Periode 1 Jan s/d 31 Desember 2010

KETERANGAN TAHUN 2010

Penjualan

Persediaan awal

Pembelian Persediaan akhir Harga Pokok Produksi

Biaya Administrasi & Umum

Gaji Karyawan

BBM Operasional

Spare Part dan STNK

Pemeliharaan Bangunan Administrasi

Telepon Listrik & Air

Biaya Pembelian

Biaya Penjualan

Biaya Bank

Biaya Ternak

Biaya Penyusutan

Jumlah Biaya Administrasi & Umum Laba Bersih

Rp 11.857.190.500

Rp 408.478.230 Rp 11.793.658.546 Rp 11.202.136.776 Rp 579.191.569 Rp 10.622.9445.207

Rp 1.234.245.293

Rp 301.800.000 Rp 187.088.600 Rp 94.821.250 Rp 261.839.950 Rp 3.954.450 Rp 19.240.031 Rp 65.938.860 Rp 21.352.000 Rp 13.550.500 Rp 135.575.152 Rp 36.502.500 Rp -

Rp 1.141.663.293

Rp 92.582.000


(63)

 

Tabel 5.3 Perhitungan PPh Rosa Poultry Farm Tahun 2010

KETERANGAN JUMLAH

Penghasilan neto

Penghasilan neto dalam negeri dan/atau pekerjaan bebas Penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan Penghasilan neto dalam negeri lainnya

penghasilan neto luar negeri jumlah penghasilan neto

Zakat/sumbangan keagamaan yang bersifat wajib

jumlah penghasilan neto setelah pengurangaan zakat/sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib

Penghasilan kena pajak Kompensasi kerugian

jumlah penghasilan neto setelah kompensasi kerugian Penghasilan tidak kena pajak

Penghasilan kena pajak PPh terutang

PPh terutang

Pengembalian/pengurangan PPh pasal 24 yang telah dikreditkan jumlah PPh terutang

Kredit pajak

PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak lain, PPh yang dibayar/dipotong di luar negeri dan PPh ditanggung pemerintah

PPh yang harus dibayar sendiri

PPh yang harus dibayar sendiri PPh pasal 25 bulanan jumlah kredit pajak

PPh kurang/lebih bayar PPh kurang/lebih bayar

Angsuran PPh pasal 25 tahun pajak berikutnya

Angsuran PPh pasal 25 tahun pajak berikutnya(1/12*5.719.300)

Rp 92.582.000 Rp - Rp - Rp - Rp 92.582.000 Rp - Rp 92.582.000 Rp - Rp 92.582.000 Rp 21.120.000 Rp 71.462.000 Rp 5.719.300 Rp - Rp 5.719.300 Rp - Rp 5.719.300 Rp 5.094.000 Rp 5.719.300 Rp 625.300 Rp 476.700 Sumber: Rosa Poultry Farm


(64)

 

Data Tambahan Yang Diperoleh

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada usaha Rosa Poultry Farm, terdapat data tambahan sebagai berikut:

Biaya usaha yang terdiri dari:

1) Biaya konsumsi untuk penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai sebesar Rp128.614.115,00

2) Biaya kesejahteraan karyawan berupa biaya pengobatan dan biaya beras untuk karyawan sebesar Rp206.779.075,00

3) Biaya taktis berupa sumbangan-sumbangan untuk kegiatan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan sebesar Rp21.352.000,00

B. Analisis Data

Data yang telah diperoleh tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis permasalahan berikut:

a. Benar

Dikatakan benar apabila dalam perhitungan dan penerapannya sudah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan. Termasuk penulisan dan sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1) Formulir 1770-I (Bagian A)

Bagian ini hanya diisi oleh wajib pajak yang menggunakan pembukuan, untuk melaporkan besarnya penghasilan neto dalam negeri dari usaha dan/atau pekerjaan bebas yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan


(65)

 

anak/anak angkat yang belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan.

Penghasilan Dari Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Berdasarkan Laporan Keuangan Komersial

Jumlah seluruh penghasilan dari kegiatan/usaha pokok dan/atau dari pekerjaan bebas yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak termasuk isteri dan anak yang belum dewasa selama Tahun 5 Pajak yang bersangkutan berdasarkan pembukuan, termasuk di dalamnya penghasilan dari kegiatan pokok yang dikenakan PPh Final.

Penghasilan yang dilakukan Wajib Pajak menurut Laporan Laba/Rugi berupa penjualan telur senilai Rp11.857.190.150,00

Harga Pokok Penjualan

Jumlah Harga Pokok Penjualan menurut pembukuan.

Berikut adalah rincian Harga Pokok Penjualan menurut Laporan Laba/Rugi:

Tabel 5.4 Harga Pokok Penjualan

KETERANGAN JUMLAH Persediaan awal

Pembelian Persediaan akhir Harga pokok penjualan

Rp408.478.230 Rp11.793.658.546 Rp11.202.136.776 Rp579.191.569 Rp10.622.945.207 Sumber: Data diolah


(66)

 

Laba/Rugi Bruto Usaha

Hasil pengurangan peredaran usaha dengan harga pokok penjualan.

Berikut adalah penghitungan Laba/Rugi Bruto Usaha: Tabel 5.5 Laba/Rugi Bruto Usaha

KETERANGAN JUMLAH Peredaran usaha

Harga pokok penjualan Laba/Rugi bruto usaha

Rp11.857.190.500 Rp10.622.945.207 Rp1.234.245.293 Sumber: Data diolah

Biaya Usaha

Seluruh jumlah biaya usaha yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh, menagih, dan memelihara penghasilan. Berikut adalah rincian biaya usaha menurut Laporan Laba/Rugi:

a. Biaya Gaji karyawan sebesar Rp301.800.000 untuk membiayai gaji para karyawan dan memberikan tunjangan pada mereka.

b. Biaya BBM Operasional sebesar Rp187.088.600 untuk membiayai pembeliaan bahan bakar untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti BBM untuk kemdaraan operasional

c. Biaya Spare Part & STNK sebesar Rp94.821.250 untuk membiayai perawatan kendaraan operasional perusahaan dan perpanjangan STNK


(67)

 

d. Biaya Pemeliharaan Bangunan sebesar  Rp261.839.950 untuk membiayai perbaikan bangunan berupa kantor dan kandang

e. Biaya Administrasi sebesar Rp3.954.450 untuk membiayai pembelian buku-buku keuangan, biaya fotocopy, dan peralatan kantor

f. Biaya Telepon sebesar Rp19.240.031 untuk membiayai tagihan telepon kantor

g. Biaya Listrik & Air sebesar  Rp65.938.860 untuk membiayai tagihan listrik dikantor maupun kandang dan pembelian air untuk kandang

h. Biaya Pembelian sebesar Rp21.352.000 untuk membiayai pembelian obat, pakan ternak, pullet, dan DOC.

i. Biaya Penjualan sebesar Rp13.550.500 untuk membiayai tas plastik, peti kayu, dan sekam

j. Biaya Bank sebesar  Rp135.575.152 untuk pelunasan cicilan bank dan buku transfer.

k. Biaya Ternak sebesar  Rp36.502.500 untuk membiayai pembelian obat dan keperluan ternak lainnya.


(68)

 

Tabel 5.6 Biaya Gaji

KETERANGAN JUMLAH Biaya Gaji Karyawan

Biaya BBM Operasional Biaya Spare Part & STNK Biaya Pemeliharaan Bangunan Biaya Administrasi

Biaya Telepon Biaya Listrik & Air Biaya Pembelian Biaya Penjualan Biaya Bank Biaya Ternak Biaya Penyusutan Jumlah Biaya Rp301.800.000 Rp187.088.600 Rp94.821.250 Rp261.839.950 Rp3.954.450 Rp19.240.031 Rp65.938.860 Rp21.352.000 Rp13.550.500 Rp135.575.152 Rp36.502.500 Rp - Rp1.141.663.293 Sumber: Data diolah

Penghasilan Neto Dari Usaha

Diisi dengan hasil pengurangan laba/rugi bruto usaha dengan biaya usaha.

Berikut adalah penghitungan penghasilan neto dari usaha: Tabel 5.7 Penghasilan Neto Dari Usaha

KETERANGAN JUMLAH Laba/Rugi bruto

Biaya usaha

Penghasilan neto dari usaha

Rp1.234.245.293 Rp1.141.663.293 Rp92.582.000 Sumber: Data diolah

Penyesuaian Fiskal

Adanya perbedaan laba kena pajak antara laporan keuangan akuntansi dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh adanya perbedaan pendapatan dan biaya yang boleh diakui menurut akuntansi komersial tetapi tidak boleh diakui menurut


(69)

 

ketentuan pajak. Untuk itu penulis menghitung kembali besarnya penyesuaian fiskal.

a. Biaya Gaji Karyawan

Biaya gaji karyawan boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan. Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya upah dan gaji. Maka biaya gaji tidak dilakukan penyesuain fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

b. Biaya BBM Operasional

Kebutuhan kendaraan dalam pembelian bahan bakar untuk kegiatan operasional boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa biaya yang dapat


(70)

 

dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya BBM operasional tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

c. Biaya Spare Part & STNK

Kebutuhan kendaraan dalam pemeliharaan dalam hal ini biaya spare part dan STNK untuk kegiatan operasional boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya spare part dan STNK tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.


(71)

 

d. Biaya Pemeliharaan Bangunan

Kebutuhan bangunan dalam pemeliharaan untuk kegiatan operasional boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya pemeliharaan bangunan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan. e. Biaya Administrasi

Biaya administrasi boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain


(72)

 

biaya administrasi. Maka, biaya administrasi tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

f. Biaya Telepon

Biaya telepon boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya telepon tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

g. Biaya Listrik & Air

Biaya listrik dan air boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan


(73)

 

kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya listrik dan air tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan. h. Biaya Pembelian

Biaya pembelian boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya pembelian. Maka, biaya pembelian tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

i. Biaya Penjualan

Biaya penjualan boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6


(74)

 

ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Maka, biaya penjualan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan. j. Biaya Bank

Biaya bank boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya administrasi. Maka, biaya bank tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.


(75)

 

k. Biaya Ternak

Biaya ternak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya ternak tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

l. Biaya Konsumsi

Biaya konsumsi tidak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Peraturan Menteri Keuangan Repulblik Indonesia Nomor 83/PMK 03/2009 Tentang Penyediaan Makanan Dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian Atau Imbalan Dalam Bentuk Natura Dan Kenikmatan Di Daerah tertentu Dan yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja, oleh karena itu harus mengalami penyesuaian fiskal positif.


(76)

 

m. Biaya Kesejahteraan Karyawan

Dalam Biaya kesejahteraan karyawan terdapat biaya pengobatan, biaya beras, dan mie instan sebesar Rp206.779.075,00. menurut Peraturan Menteri Keuangan Repulblik Indonesia Nomor 83/PMK 03/2009 Tentang Penyediaan Makanan Dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian Atau Imbalan Dalam Bentuk Natura Dan Kenikmatan Di Daerah tertentu Dan yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja, Biaya kesejahteraan karyawan tidak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak, oleh karena itu harus mengalami penyesuaian fiskal positif. n. Biaya Taktis

Dalam biaya taktis terdapat biaya sumbangan-sumbangan sebesar Rp21.352.000,00 yang digunakan untuk kegiatan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat 1 yang menyebutkan bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan tidak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena


(77)

 

pajak kecuali sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah serta zakat yang diterima badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah. Oleh karena itu biaya taktis mengalami penyesuaian fiskal positif.

o. Biaya Penyusutan

Rosa Poultry Farm memiliki kebijakan dalam menyusutkan aktiva tetap yaitu dengan menggunakan metode saldo menurun. Berdasarkan Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun


(78)

 

1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 11 metode penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus (dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditetapkan bagi harta tersebut) sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau dengan metode saldo menurun (dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku).

Berdasarkan lampiran daftar penyusutan aktiva tetap Rosa Poultry Farm memiliki aktiva tetap sebagai berikut:

Tabel 5.8 Daftar Aktiva Tetap

Jenis Harta Tahun Perolehan

Harga Perolehan Kelompok Harta

Bangunan

Unit 1 1990 Rp 16.245.000,00 Bangunan Unit 2 1990 Rp 23.596.640,00 Bangunan Unit 3 1990 Rp 99.298.950,00 Bangunan Unit 4 1990 Rp 9.205.000,00 Bangunan

Non Bangunan

Perangkat Kerja 1990 Rp 8.000.000,00 I Perangkat Kantor 1990 Rp 4.000.000,00 I Perangkat ternak 1990 Rp 19.641.360,00 I Colt diesel ‘81 1990 Rp 12.000.000,00 II Colt diesel ‘82 1990 Rp 7.000.000,00 II Colt diesel ‘83 1990 Rp 12.500.000,00 II Taft diesel ‘82 1995 Rp 14.500.000,00 II


(79)

 

Tabel 5.8 Daftar Aktiva Tetap (lanjutan) Jenis Harta Tahun

Perolehan

Harga Perolehan Kelompok Harta Mercedes ‘82 1990 Rp 25.000.000,00 II Truk diesel ‘92 1993 Rp 43.500.000,00 II Truk diesel ‘93 1993 Rp 44.500.000,00 II Suzuki ‘92 1995 Rp 11.032.000,00 II Suzuki vitara ‘92 1995 Rp 40.000.000,00 II Honda astrea ‘99 1999 Rp 3.500.000,00 I Truk ‘99 1999 Rp108.000.000,00 II Isuzu panther ‘97 1999 Rp 44.500.000,00 II Isuzu panther PU

‘97

1999 Rp 41.500.000,00 II Yamaha’96 1999 Rp 5.000.000,00 I Kaze ‘96 1999 Rp 4.500.000,00 I

Tanah 1990 Rp147.900.000,00

Sumber: Rosa Poultry Farm

Dari data diatas untuk kelompok aktiva tetap non bangunan tidak terdapat penyusutan pada tahun 2010, dikarenakan masa manfaatnya sudah habis. Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 11 ayat (6) menyebutkan bahwa masa manfaat untuk kelompok 1 adalah 4 tahun dan kelompok 2 adalah 8 tahun. Sedangkan untuk kelompok aktiva tetap bangunan permanen, terjadi kesalahan dalam menghitung penyusutan, berdasarkaan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983


(80)

 

Tentang Pajak Penghasilan pasal 11 ayat (6) menyebutkan bahwa masa manfaat untuk bangunan permanen adalah 20 tahun. Pada bangunan unit I sampai IV tahun perolehannya tahun 1990, Sehingga pada tahun 2010 tersisa 1 kali lagi penyusutan. Maka penulis menghitung kembali penyusutan bangunan permanen sebagai berikut: Tabel 5.9 Penghitungan Penyusutan Bangunan

Jenis Harta Tahun Perolehan

Harga Perolehan Kelompok Harta

Tarif %

Tarif Peyusutan Tahun 2010

Bangunan

Unit 1 1990 Rp16.245.000,00 Permanen 5 Rp812.250,00 Unit 2 1990 Rp23.596.640,00 Permanen 5 Rp1.179.832,00

Unit 3 1990 Rp99.298.950,00 Permanen 5 Rp4.964.948,00

Unit 4 1990 Rp9.205.000,00 Permanen 5 Rp460.250,00

Jumlah Rp7.417.280,00

Sumber: Data diolah

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menghitung kembali besarnya penyesuaian fiskal Rosa Poultry Farm:


(81)

 

Tabel 5.10 Penyesuaian Fiskal

KETERANGAN JUMLAH Fiskal Positif:

Biaya Konsumsi

Biaya Kesejahteraan Karyawan

Biaya Taktis (Sumbangan-sumbangan) Jumlah

Fiskal Negatif:

Penyusutan Bangunan Tahun 2010 Jumlah Rp128.614.115,00 Rp206.779.075,00 Rp21.352.000,00 Rp356.745.190,00 Rp7.417.280,00 Rp7.417.280,00 Sumber: Data diolah

Dari analisis diatas penulis menghitung kembali Penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas berdasarkan laporan keuangan komersial, Formulir 1770-I Bagian A:

Tabel 5.11 Formulir 1770-I Bagian A

KETERANGAN JUMLAH

Penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas berdasarkan laporan keuangan komersial

Peredaran usaha Harga pokok penjualan Laba/Rugi bruto usaha Biaya usaha

Penghasilan neto

Penyesuaian fiskal positif Penyesuaian fiskal negatif Penghasilan neto   Rp.11.857.190.500 Rp.10.622.945.207 Rp.1.234.245.293 Rp.1.141.663.293 Rp. 92.582.000 Rp. 356.745.190,00 Rp. 7.417.280,00 Rp.441.909.910,00 Sumber: data diolah

2) Formulir 1770-I halaman 2 Bagian B

Yang berhak menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah Wajib Pajak yang peredaran usahanya atau


(82)

 

miliar delapan ratus juta rupiah) setahun dan telah memberitahukan untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari Tahun Pajak yang bersangkutan. Dikarenakan Wajib pajak tidak memenuhi kriteria yang ditentukan maka Wajib Pajak tidak mengisi formulir 1770-I halaman 2 bagian B. Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 14 ayat 2 menyebutkan bahwa wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau perkerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.

3) Formulir 1770-I halaman 2 Bagian C

Bagian ini diisi dengan penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa.

Dari hasil analisis, Wajib pajak tidak memenuhi kriteria diatas maka wajib pajak tidak perlu mengisi bagian ini.


(1)

100  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

101  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

102  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

103  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

104  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

105  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI