KENDALA-KENDALA PENYEBARAN AWAL AGAMA KATOLIK DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR (1936-1961).

(1)

KENDALA-KENDALA PENYEBARAN AWAL AGAMA

KATOLIK DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

(1936-1961)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

TARAPUL THERESIA SITOHANG NIM. 309121078

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Tarapul Theresia Sitohang. NIM. 309121078. Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama katolik, untuk mengetahui sejak kapan agama katolik itu masuk ke Palipi, untuk mengetahui pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan Agama Katolik, untuk mengetahui kendala penyebaran awal agama katolik, untuk mengetahui srtategi mengatasi kendala penyebaran awal agama katolik di Palipi. Penelitian merupakan penelitian metode heuristik dengan data kualitatif. Dengan mengumpulkan data-data, penulis melakuan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku, dokumen, artikel, naskah, dan sejenisnya. Selain itu untuk mendukung data penulis juga melakukan penelitian lapangan (Field Research) dengan observasi, wawancara dan data dokumentasi yang berhubungan dengan Kendala-Kendala Penyebaran Awal Agama Katolik Di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir 1936-1961. Dalam penelitian penulis mendatangi dan memwawancarai orang-orang yang kemungkinan mengetahui kendala penyebaran awal agama katolik di Samosir seperti Pastor, Suster, Dewan Stasi, Pengurus Gereja serta masyarakat. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan maka diketahui bahwa kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama Katolik adalah ugamo Sipele Begu (agama suku). Kemudian agama Katolik itu ada di Palipi dengan datangnya seorang Pastor yaitu P.Diego van de Biggelaar dan menetap di simbolon tahun 1936. Dengan hadirnya pastor itu mulaiah melakukan penyebaran agama Katolik kesegala penjuru dan desa. Dalam melakukan penyebaran agama Katolik itu sendiri pastor atau misionaris menggunakan beberapa pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat mau masuk agama Katolik seperti pendekatan di bidang pendidikan, pendekatan dibidang kesehatan, pendekatan dibidang sosial-ekonomi, sementara para misionaris mendapatkan beberapa kendala pada saat penyebaran agama Katolik itu seperti kendala dari dalam (intern) yakni larangan dari Hindia Belanda yaitu artikel 123, tanggapan awal yang kurang antusias dari misi Katolik, masa pendudukan Jepang di Indonesia, masa kelabu 1945-1949, dan kendala dari luar (intern) yakni agama suku dan Zending Protestan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka para misionaris melakukan beberapa strategi degan melakukan pendekatan budaya, strategi lopen en dopen atau berjalan dan membabtis,pembangunan fasilitas, serta perekrutan kepala kampung (raja huta).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih setianya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan judul “ Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961).

Sebelumnya penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Ayahanda (B.Sitohang) dan Ibunda tercinta (J.Sinaga) yang selalu setia menyemangati, mendidik, menasehati serta membantu penulis dalam doa maupun materi untuk penyelesaian skripsi dan dalam banyak hal lainnya. Kalau ada ucapan diatas terimaksih itulah yang akan penulis ucapkan kepada ayah dan ibu, tetapi hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan. Semoga bapak/mama sehat selalu dan panjang umur dan selalu dalam lindungan Tuhan. Serta Kapada Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran dan kritikan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

Dalam melaksanakan penelitian maupun dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Drs. Restu, M.S, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial.


(6)

3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, selaku ketua jurusan dan sekaligus penguji skripsi penulis yang menberikan saran, masukan dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku sekretaris jurusan yang telah banyak meluangkan waktu untuk kelancaran pembuatan skripsi dan mempermudah kelengkapan berkas skripsi serta sebagi dosen penguji skripsi penulis.

5. Bapak Drs. Ponirin,M.Si selaku dosen penasehat akademik sekaligus penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi. 6. Kepada ibu Mina selaku tata usaha jurusan Sejarah yang banyak

membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan penulis.

7. Kepada Oppung Drs.S. Rajagukguk/ R.Sinaga trimakasih buat kesediaan oppung menyediakan tempat yang bisa penulis nikmati mulai penulis menginjakkan kaki ke Medan ini sampai penulis mengakhiri studi juga. 8. Kepada Pastor Damianus Gultom OFMCap, dan Pastor Nicolaus

Manurung OFMCap selaku pemimpin pastoran Palipi yang selalu memberikan motivasi kepada penulis disaat penelitian dan memperlancar penelitian penulis..

9. Buat kakak dan Abang penulis (kak Nelly Sitohang dan abang iparku O.Simbolon, Bg Cristian dan keluarga, Bg Sony Sitohang) yang bukan hanya sebagai keluarga tapi juga sahabat dan penyemangat hidup yang


(7)

selalu mendukung penulis secara moral, spritual maupun material mulai dari penulis kuliah hingga selesainya..

10. Kakak Mak Aprianty Sitohang(alm) terimakasih buat bantuan dana kepada penulis pada saat awal perkuliahan, semoga kakak diterima disisi Tuhan.

11. Kepada tulang R Sinaga dan keluarga terimakasih buat nasehat dan kucuran dana yang selalu mengisi kantong penulis disaat tulang datang ke Medan ini.

12. Kepada kak Pelina terimakasih buat kebaikan dan telah bersedia mendengarkan keluhan dan menyemangati penulis.

13. Kepada semua keponakan Cristian,Ketlyn, Weldy, Aprianty, Aziz terimakasih buat hiburan dan senyumannya. Semoga menjadi anak-anak yang baik.

14. Sahabat penulis Group ACP yaitu Sarah, Lely N, Lusi,leli V, febry Yosephine, Devita thanks buat canda tawa dan bantuannya fren, semoga persahabatan ini sampai tua nanti dan semoga kita mendapatkan segala cita-cita dan impian masing-masing. Good luck for all.

15. Teman-teman seperjuangan kelas A-reguler 2009 (Irma, Sarah Sartika, Rara Kalidazia, Nasria, Mehawani, Darnita, Asmidar, Maylina, Novita, Saspikanta, Syaripudin B, Leo, Januar, Armiendo, Novriandi, Irvan, M.Ikshan, Risdam, syarifudin S, Augus, Arif B) serta Kelas B-reguler dan ekstensi mungkin penulis tidak bisa menyebutkan namanya satu persatu.


(8)

16. Teman seperjuangan satu PS (Margaretha, Siti Fatima, Hotnida, Ahmad Husni, Nella, Arif Budiman) yang banyak menyemangati penulis mulai penulisan skripsi ini sampai selesai.

17. Buat Dian Lestiani yang banyak meluangkan waktu untuk menemani penulis dan bersedia mendengarkan ocehan dan keluhan penulis.

18. Buat pariban Dion Sinaga yang telah meluangkan waktu untuk menemani penulis pada saat penelitian.

19. Buat satu organisasi IMKP trimakasih buat semua kebersamaan dan senyuman kalian yang membuat penulis semangat.

20. Teman-teman satu PPL SMP N 1 P.MERBAU (Amelia,Renata, Bg.sovian, Elia, Nila, Cut, Frengky, Dedi,Raden,Iin, Davit,Putry, Lia, Esty, K’Nisa, K’Ida, B’Zai, Dana,Dila, Eka).

21. Buat teman satu kost sweet 17 K’Rifka, K’Lina trimakasih canda tawa, motivasi yang saya dapatkan dari kakak dan Amelia teman satu kamar yang setia mendengarkan keluhan dan cerita penulis.

Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak. Dan kepada teman-teman dan pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermamfaat bagi semua pembaca.

Medan, Juni 2013

Tarapul Theresia Sitohang 309121078


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Mamfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Konseptual... 9

1. Palipi Sekilas Pintas... 9

2. Kendala Penyebaran Awal... 10

3. Penyebaran... 11

4. Agama Katolik... 12


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 19

B. Lokasi Penelitian... 19

C. Sumber Data... 20

D.Teknik Pengumpulan Data... 21

E. Teknik Analisis Data... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24

a. Letak dan Geografis... 24

b. Luas wilayah dan rasio terhadap luas kecamatan menurut Desa.. 26

c. Populasi Masyarakat... 28

d. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Agama... 30

e. Komposisi Rumah Ibadah... 31

f. Komposisi Ketenagakerjaan... 32

g. Pendidikan Dan Kesehatan... 33

B. Hasil Penelitian 1. Kepercayaan masyarakat Palipi sebelum masuknya agama Katolik... 35

2. Awal Misi Misionaris di Sumatera... 37

2.1.Stasi-stasi awal di Sumatera... 38

2.2.Perjuangan bermisi di Tanah Batak... 40


(11)

3. Pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan

agama Katolik ... 47

3.1.Pendekatan pendidikan... 47

3.2.Pendekatan sosial-ekonomi... 53

3.3.Pendekatan kesehatan... 56

4. Kendala-kendala Penyebaran awal agama Katolik... 59

4.1.Kendala dari dalam (intern)... 59

4.2.Kendala dari luar (ekstern)... 66

5. Strategi yang dilakukan dalam mengatasi kendala... 70

5.1.Strategi lopen en dopen... 71

5.2.Strategi pendekatan budaya... 73

5.3.Strategi perekrutan raja huta... 75

5.4.Pembangunan fasilitas Katolik di tempat startegis... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA... 85 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Letak geografis dan ketinggian kecamatan di Kabupaten Samosir...25

2. Tebel 2. Luas Kecamatan dan Rasio menurut Desa...27

3. Populasi Masyarakat Palipi...29

4. Jumlah penduduk dirinci menurut Agama...30

5. Banyaknya rumah ibadah menurut jenis dan Desa... 31

6. Komposisi sarana kesehatan Umum... 34

7. Daftar Pastor yang pernah bertugas di Palipi... 45


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Daftar Nama Informan

Lampiran 3. Peta Paroki Palipi Lampiran 4. Peta lokasi Penelitian

Lampiran 5. Daftar Foto Penelitian Lampiran 6. Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 7. Penerbitan Surat Izin Penelitian Dari Jurusan

Lampiran 8. Izin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas Lampiran 9. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Palipi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, daerah ini dekat dengan Danau Toba, memiliki kekayaan alam yang berpotensi dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok tanam, beternak, berladang, dan ada juga sebagian yang menangkap ikan ke Danau Toba. Setiap harinya di desa ini ada pajak kecil, di tempat itulah hasil tangkapan ikan setiap hari dijual.

Kehidupan masyarakat palipi sebelum masuknya agama sangatlah berbeda bila dibandingkan dengan sesudah masuknya agama. Dahulu sebelum masuknya agama katolik masyarakat Palipi telah menganut religi tradisional yang merupakan kepercayaan sekaligus adat-istiadat orang Batak yaitu menyembah roh nenek moyang atau bahasa setempat di sebut dengan “ugamo sipele begu”, namun sekarang setelah masuknya Agama, masyarakat sudah mengenal adanya Tuhan.

Agama kuno orang Indonesia pada hakikatnya bertipe sama. Meskipun jumlah, nama, dan mitos dewa-dewa berbeda, penyembahan nenek moyang dan pemujaan roh-roh dijumpai pada semua bangsa Melayu, artinya agama mereka didasarkan atas pandangan animistik tentang roh. Inti agama kuno adalah pemujaan terhadap roh-roh dan rasa takut terhadap arwah-arwah. Joosten (1992:4).


(15)

Ketika melancong ke Samosir khususnya Palipi pengunjung pasti bakal terperanjat menyaksikan begitu banyak kuburan dan makam. Arti dari kuburan dan makam besar tersebut adalah orang-orang masih percaya kapada roh-roh nenek moyang. Tipe monumen yang tampak sejak tahun limapuluhan mempunyai sebuah patung leluhur dalam posisi berdiri dan mengenakan busana tradisional Batak. Bila leluhur telah dimuliakan kedalam kedudukan Ompu, atau sang Kakek dia siap mendatangkan berkah atas semua keturunannnya. Dia bukan lagi arwah yang suka menghantui, melainkan roh yang pantas untuk disembah dimuliakan dan dihormati. Joosten (1992:72)

Awal masuknya agama Katolik di Palipi tidak terlepas dari datangnya Para misionaris Belanda ke Tanah Batak. Pada tahun 1934 Pastor Sybrandus Van Rossum OFM Cap tinggal dan menetap tinggal di Balige. Selanjutnya agar seluruh penjuru dan tanah Batak mendapatkan pelayanan Katolik maka pada tahun 1936 Pastor Diego Van Den Binggelaar, OFM Cap datang ke Samosir pada tanggal 20-01-1936 tepatnya di Simbolon kecamatan Palipi.

Dengan dibukanya post pertama di Simbolon-Palipi maka P.Van Den Binggelaar naik turun lembah dan bukit pulau Samosir dia berjalan kaki dari kampung ke kampung, berunding dengan orang Batak dan mengurus apa saja yang dibutuhkan oleh orang-orang kampung.

Pada awal penyebaran agama katolik ke Palipi jalan panjang dan penuh liku, ada hambatan yang dihadapi para misionaris dan pembawa agama katolik itu. Pada saat datangnya agama katolik masyarakat sudah memliki agama tradisional dan masih bayak lagi cabang keprcayaan yang dianut. Sebagian orang batak pada


(16)

saat itu sulit untuk menerima perubahan yang dibawa para misionaris katolik, mereka bertahan dalam kepercayaan dan kebiasaan yang diyakininya benar.

Tanggapan awal yang kurang antusias dari misi katolik. Tahun 1912 pastor Jesuit menyerahkan misi di sumatera kepada kapusin Belanda. Namun pada awal misi para misionaris kurang dipersiapkan untuk bermisi di indonesia terutama untuk orang-orang pribumi. Mereka kurang memahami budaya, agama, dan adat-istiadat setempat. Orang Belanda yang mereka kenal di Indonesia berbeda dengan ketika mereka masih di Belanda. Hal ini mengakibatkan banyak misionaris yang tidak bertahan. Misi menjadi dianggap sangat berat bahkan pada tahun 1917 pimpinan Propinsi Belanda memohon kepada Kuria general di Roma agar provinsi Belanda dibebaskan dari misi di Sumatera tetapi permohonan di tolak. Purba (2009:2)

Pada tahun 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang. Ketika kekuasaan diambil alih oleh Jepang maka orang-orang Belanda yang masih tinggal di Indonesia ditawan oleh tentara Jepang tidak terkecuali para pastor yang sedang menjalankan misi di tanah Batak. Situasi bahwa semua orang Belanda akan di interniran, sudah diketahui oleh para misionaris sebelumnya. Maka mereka mulai memikirkan pelayanan kepada umat saat mereka di interniran.

Penawanan para misionaris kapusin tidak serentak, tetapi menurut sampainya Jepang dimana misionaris-misionaris tinggal. Mereka ditawan di tiga kamp bersama-sama dengan orang Belanda lainnya. Di kamp itu mereka menderita tidak hanya kekurangan makanan dan harus melakukan kerja paksa


(17)

yang berat, tetapi juga menderita kerana kena wabah penyakit menular. Joosten (2011:7).

Sesudah Jepang menyerah kepada Sekutu, para misionaris Kapusin dibebaskan tetapi mereka masih berkumpul di kota-kota. Mereka tidak diizinkan ke kampung-kampung. Setelah proklamasi kemrdekaan Indonesia, suasana semakin panas dan gawat. Joosten (2008:25)

Sebelum masuknya pengaruh katolik ke Palipi terlebih dahulu berkembang pengaruh Zending protestan di daerah ini, jadi pengaruh dan pengikut zending protestan sudah banyak dan meluas pada masyarakat. Dan pada saat penyebaran misi katolik itu ke tanah batak termasuk ke Palipi tidak ada izin dari pemeritah Hindia Belanda. Peraturan itu adalah buatan pemrintah hindia Belanda yang disebut dengan artikel 123 indische Regeringsreglement atau artikel 177 yang merupakan revisi dari artikel 123 1925 ditulis bahwa “ untuk melaksanakan tugas dan pelayanannya, guru-guru kristen, imam-imam dan para penginjil harus mempunyai izin masuk yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal, untuk melaksanakan tugas pelayanannya.

Dengan adanya peraturan tersebut membuat Gubernur Jenderal berhak untuk tidak memberikan izin kepada misionaris katolik untuk masuk ke Palipi alasannya bahwa di palipi dan daerah tanah batak lainnya sudah ada zending protestan, maka kalau diberikan izin maka akan tenjadi dubbele Zending. Zending ganda tersebut bisa mengundang perkelahian antara denominasi gereja. Pemerintah tetap menjamin dan memberikan izin kepada misionaris mengunjungi suatu daerah yang dilarang untuk misi, tetapi hanya untuk melayani katolik yang


(18)

ada di suatu daerah tertentu atau misionaris diizinkan masuk tetapi tidak boleh membuat propoganda.

Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh misionaris katolik pada saat awal penyebaran agama katolik di tanah batak maka dari pemasahan itu, maka penulis merasa tertarik untuk membahas “ Kendala-Kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961). Dan alasan penulis membuat tahun dari 1936-1961 karena mulai tahun 1936 datang misionaris katolik ke Samosir yaitu P.Van Den Biggelar dan pada tahun 1961 itulah awal mulai pendirian hierarki katolik di Indonesia yang mengandaikan harapan yang pasti bahwa gereja Indonesia akan dapat jadi dewasa dan berdikari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini dapat di identifikasikan beberapa permaslahan yaitu sebagai berikut:

1. Kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum masuknya agama katolik.

2. Masuknya agama katolik ke Palipi.

3. Pendekatan yang dilakukan misionaris dalam penyebaran Agama Katolik di Palipi.

4. Kendala-kendala penyebaran awal agama katolik di palipi

5. Strategi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan penyebaran awal agama.


(19)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan masalah, serta keterbatasan peneliti untuk meneliti keseluruhan permasalah di atas, maka dari berbagai masalah yang di identifikasikan, penulis hanya mebatasi masalah pada:”Kendala-kendala Penyebaran Awal Agama Katolik di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir (1936-1961)”.

D. Perumusan Masalah

Untuk lebih mendekatkan tujuan penulis dan mempermudah pembahasan, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama katolik?

2. Sejak kapan agama katolik masuk ke Palipi?

3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan Agama Katolik?

4. Apa yang menjadi kendala-kendala penyebaran awal agama katolik? 5. Bagaimana strategi untuk mengatasi kendala penyebaran awal agama


(20)

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama katolik

2. Untuk mengetahui sajak kapan agama katolik itu masuk ke Palipi

3. Untuk mengetahui pendekatan yang dilakukan misionaris dalam menyebarkan Agama Katolik

4. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penyebaran awal agama katolik

5. Untuk mengetahui srtategi mengatasi kendala penyebaran awal agama katolik di Palipi.

F. Manfaat penelitian

Dengan mencapai tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan mampaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan tentang kendala apa saja yang di alami para misionaris dalam membawa agama katolik pertama kalinya di samosir tepatnya di Palipi dan juga sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dlam usaha pengembangan pengetahuan sejarah lokal.

2. Bagi guru, sebagai referensi untuk bahan ajar tentang sejarah lokal khususnya kendala-kendala masuknya agama katolik.


(21)

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan pembelajaran bahwa pada saat masuknya agama katolik ke Palipi banyak tantangan yang di hadapi dan pada akhirnya masyarakat merasakan adanya pengaruh datangnya agama katolik itu sampai sekarang baik di bidang pendidikan, kesehatan, dan kepercyaan dan juga di bidang sosial dan perekonomian.

4. Bagi pembaca, untuk menembah wawasan pembaca mengenai kendala-kendala masuknya agama katolik itu ke samosir khususnya di palipi. 5. Bagi UNIMED, untuk menambah perbendaharaan karya imiah bagi


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yakni:

1. Kehidupan kepercayaan masyarakat Palipi sebelum datangnya agama Katolik adalah menyembah di rumah-rumah atau disebut sipele begu dan ada juga sebagian memiliki tempat ibadah yaitu parmalim, samisara, ini merupakan suatu kepercayaan yang yang dianut oleh masyarakat Palipi. Pada dasarnya masyarakat Palipi pada saat sebelum datangnya agama Katolik menagakui lima dewa utama, Batara Guru, Soripada, Mangalabulan, Ompu Mula Jadi Nabolon dan Debata Asiasi. Bapa para dewa dan dewa pencipta adalah Ompu Mulajadi Nabolon. Hampir tidak ada perbedaan antara kelima dewa tersebut kadangkala mereka dapat dipertukarkan begitu saja

2. Sejarah masukya Agama katolik ke Palipi pada umumnya berawal sejak pemerintah Hindia Belanda memberi izin masuk dan tinggal di Tanah Batak. Sejak misionaris-misionaris masuk Sumatera 1911 kelompok-kelompok orang Batak telah menyatakan keinginannya untuk masuk agama Katolik. Mgr. Brans mengangkat Pastor Sybrandus Van Rossum sebagai misionaris pertama di Daerah Misi Tanah Batak dan di suruh ke Balige. Pada tanggal 08 November 1935 Mgr.Brans mengunjungi Samosir. Karena menurut Mgr.Brans yang pada masa itu merupakan kepala misionaris dalam penyebaran Agama di Tanah Batak, maka dia


(23)

mengangkat pastor Diego Van Den Biggelar (ompu Bornok) pada tanggal 20-01-1936 untuk tinggal menetap dan meyebarkan agama katolik di Palipi. Pada saat itulah awal mula penyebaran agama Katolik di Samosir dan Paroki Pertama di Samosir terdapat di kecamatan palipi Tepatnya di Simbolon.

3. Pendekatan yang dilakukan para misionaris dalam melancarkan penyebaran awal agama Katolik adalah dengan melakukan pendekatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Pada dasarnya misionaris memberikan bantuan baik dalam memberikan obat-obatan kepada masyarakat yang pada saat itu sangat sulit didapatkan disebabkan kerana belum ada rumah sakit di daerah itu, memberikan bantuan dana kepada masyarakat miskin, dan membantu dalam bidang keterampilan melalui pendidian yang mereka ajarkan.

4. Yang menjadi kendala penyebaran awal agama katolik di Palipi

 Kendala-kendala dari dalam (intern) larangan dari Hindia Belanda Artikel 123, sifat tanggapan awal yang kurang antusias dari misi Katolik, masa pendudukan Jepang di Indonesia, masa kelabu 1945-1949,

 Kendala-kendala dari luar (extern) adalah pada saat itu misionaris banyak yang tidak mengerti akan bahasa setempat dan mereka telah memiliki agama suku yang sangat kental mereka yakini. Selanjutnya yang membuat misi itu terkendala karena pada saat penyebaran agama katolik ke palipi sebelumnya agama Kristen


(24)

Protestan sudah pertama masuk ke tanah batak dan Palipi sehingga para masionaris kesulitan dalam mengembangkan Agama Katolik. 5. Strategi misionaris dalam mengatasi keulitan penyebaran Agama katolik di

Palipi dengan berbagai macam pendekatan. Mereka berusaha mempelajari bahasa setempat yaitu bahasa batak, dan berusaha memahami adat-istiadat yang masyarakat lakukan setiap harinya. Mendirikan sarana dan prasarana yang megah yan berhasil menarik perhatian masyarakat untuk mendekat. Pada dasarnya misionaris yang menyebarkan agama katolik itu juga tidak sungkan-sungkan berjalan kaki menapaki jalan-jalan kecil dan menaiki pegunungan dan bertutur sapa kepada masyarakat. Misionaris pada dasarnya memberikan bantuan kepada masyarakat baik dalam materi dan tenaga. Melakukan pendekatan kepada Raja Huta sebagai jalan pertama mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan memudahkan penyebaran agama Katolik.


(25)

B. SARAN

1. Sebaiknya Agama Katolik lebih aktif dalam kontrol sosial dan moral bagi masyarakat Palipi dengan melakukan pembinanaan-pembinaan seperti yang dilakukan pada saat penyebaran awal agama Katolik itu sendiri ke Palipi, dengan merangkul dan memberikan pengajaran dan bimbingan kepada masyarakat awam agar mengerti akan arti agama, supaya masyarakat jangan semakin terjebak dalam kehidupan yang hedonisme seperti perjudian, seks bebas, penyimpangan dari ajaran agama, dan kehidupan hura-hura lainya. pihak katolik juga harus mampu menegakkan nilai kebenaran baik dalam daerah dan benar-benar mengenali undang-undang kedaerahan yang tidak sesuai ajaran moral.

2. Katolik yang berarti universal atau bersifat umum. Dalam hal ini diharapakan kepada pihak katolik tidak membedakan pelayanannya kepada semua masyarakat. Pada dasarnya diharapkan kepada semua pihak katolik dalam melakukan pelayanan tidak mengenal suku, ras, kulit dan agama dan golongan. Dengan pelayanan holistic merupakan ajaran dari setiap gereja termasuk juga katolik, untuk itu dalam memberikan bantuan-bantuannya kepada masyarakat sebaiknya tidak hanya terbatas kepada jemaat-jemaat katolik saja tetapi kepada semua lapisan masyarakat.


(26)

3. Dengan adanya sarana dan prasarana yang dikelola pihak katolik itu sendiri seperti sekolah-sekolah, balai pengobatan dan credit union yang diharapkan memberikan keringanan seperti sekolah memberikan subsidi/bantuan kepada pihak yang kurang mampu agar semakin menarik perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut , balai pengobatan atau polyklinik yang dikelola pihak katolik agar meminimalisasi biaya berobat yang dikenakan kepada masyarakat tanpa mengurangi kualitasnya karena penulis yakin bahwa visi, misi, katolik hadir bukan hanya untuk orang-orang yang mampu tetapi juga untuk orang-orang yang tidak mampu.


(27)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Aster, Gentiles OFM Cap. 1961. Kepentingan Kita Berbeda, Lima Puluh Tahun

Misi Kapusin Di Sumatera (1911-1961). Medan: Bina Media Perintis

Aster, Gentiles OFM Cap. 2008. Mujizat di Tanah Batak ( Awal Misi Katolik di

Tanah Batak (1934-1961). Kabanjahe

Bintarto. 1978. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES

BPS. 2013. Samosir Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir ) BPS.2012. Palipi Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir )

Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan agama. Yokyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)

Joosten, Leo OFM Cap.1993. Samosir Selayang Pandang. Medan: Penerbit Bina Media perintis.

Joosten, Leo OFM Cap. 2008. Tali Pengukur Jatuh Ke tanah Permai. Medan: Bina Media Perintis

Joosten, Leo OFM Cap.2011. Awal Gereja Katolik Di samosir 1936-2011. Medan :Bina Media Perintis

Koentjaraningrat.1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia Marannu, Maris Pr. 2003. Mengapa saya memilih agama katolik?. Yogyakarta:

Yayasan Pustaka Nusatama

Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba, Sejarah dan Trasformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis

Prasetya. 2006. Panduan menjadi katolik. Yogyakarta: penerbit kanisius Purba, Angelo OFM.Cap. 2009. Matahari terbit di Tanah Batak. Balige Raho, Bernard SVD.2013. Agama Dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: obor Simamora, Yosafat,dkk. Jubileum 100 Tahun Kapusin Di Indonesia. Medan:

PT. Bina media perintis

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2002. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang


(28)

2

Sinaga, Anicetus OFM Cap. 2007. Imamat Batak Menyongsong Katolik. Medan: Bina Media Perintis

Situmorang, Bonaventura OFM Cap. 2010. Parbarita Na Tongtong Marbarita

(Apologia do Mulana, Barita do Impolana. Pematang Siantar : Biara

Kapusin St. Fransiskus

Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Theeuwes, Crispinianus, dkk.1990. Cita Dan Cerita Kapusin. Medan: Bina Media Perintis

Vandiemen, Arie OFM Cap. 2010. Seratus Tahun Kapusin di Sumatera. Pematang Siantar

.2001. ALKITAB. Jakarta: Lembaga Alkitan Indonesia . 2012.Stastika Paroki Palipi 2012. Palipi-Samosir.


(1)

mengangkat pastor Diego Van Den Biggelar (ompu Bornok) pada tanggal 20-01-1936 untuk tinggal menetap dan meyebarkan agama katolik di Palipi. Pada saat itulah awal mula penyebaran agama Katolik di Samosir dan Paroki Pertama di Samosir terdapat di kecamatan palipi Tepatnya di Simbolon.

3. Pendekatan yang dilakukan para misionaris dalam melancarkan penyebaran awal agama Katolik adalah dengan melakukan pendekatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Pada dasarnya misionaris memberikan bantuan baik dalam memberikan obat-obatan kepada masyarakat yang pada saat itu sangat sulit didapatkan disebabkan kerana belum ada rumah sakit di daerah itu, memberikan bantuan dana kepada masyarakat miskin, dan membantu dalam bidang keterampilan melalui pendidian yang mereka ajarkan.

4. Yang menjadi kendala penyebaran awal agama katolik di Palipi

 Kendala-kendala dari dalam (intern) larangan dari Hindia Belanda Artikel 123, sifat tanggapan awal yang kurang antusias dari misi Katolik, masa pendudukan Jepang di Indonesia, masa kelabu 1945-1949,

 Kendala-kendala dari luar (extern) adalah pada saat itu misionaris banyak yang tidak mengerti akan bahasa setempat dan mereka telah memiliki agama suku yang sangat kental mereka yakini. Selanjutnya yang membuat misi itu terkendala karena pada saat penyebaran agama katolik ke palipi sebelumnya agama Kristen


(2)

Protestan sudah pertama masuk ke tanah batak dan Palipi sehingga para masionaris kesulitan dalam mengembangkan Agama Katolik. 5. Strategi misionaris dalam mengatasi keulitan penyebaran Agama katolik di

Palipi dengan berbagai macam pendekatan. Mereka berusaha mempelajari bahasa setempat yaitu bahasa batak, dan berusaha memahami adat-istiadat yang masyarakat lakukan setiap harinya. Mendirikan sarana dan prasarana yang megah yan berhasil menarik perhatian masyarakat untuk mendekat. Pada dasarnya misionaris yang menyebarkan agama katolik itu juga tidak sungkan-sungkan berjalan kaki menapaki jalan-jalan kecil dan menaiki pegunungan dan bertutur sapa kepada masyarakat. Misionaris pada dasarnya memberikan bantuan kepada masyarakat baik dalam materi dan tenaga. Melakukan pendekatan kepada Raja Huta sebagai jalan pertama mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan memudahkan penyebaran agama Katolik.


(3)

B. SARAN

1. Sebaiknya Agama Katolik lebih aktif dalam kontrol sosial dan moral bagi masyarakat Palipi dengan melakukan pembinanaan-pembinaan seperti yang dilakukan pada saat penyebaran awal agama Katolik itu sendiri ke Palipi, dengan merangkul dan memberikan pengajaran dan bimbingan kepada masyarakat awam agar mengerti akan arti agama, supaya masyarakat jangan semakin terjebak dalam kehidupan yang hedonisme seperti perjudian, seks bebas, penyimpangan dari ajaran agama, dan kehidupan hura-hura lainya. pihak katolik juga harus mampu menegakkan nilai kebenaran baik dalam daerah dan benar-benar mengenali undang-undang kedaerahan yang tidak sesuai ajaran moral.

2. Katolik yang berarti universal atau bersifat umum. Dalam hal ini diharapakan kepada pihak katolik tidak membedakan pelayanannya kepada semua masyarakat. Pada dasarnya diharapkan kepada semua pihak katolik dalam melakukan pelayanan tidak mengenal suku, ras, kulit dan agama dan golongan. Dengan pelayanan holistic merupakan ajaran dari setiap gereja termasuk juga katolik, untuk itu dalam memberikan bantuan-bantuannya kepada masyarakat sebaiknya tidak hanya terbatas kepada jemaat-jemaat katolik saja tetapi kepada semua lapisan masyarakat.


(4)

3. Dengan adanya sarana dan prasarana yang dikelola pihak katolik itu sendiri seperti sekolah-sekolah, balai pengobatan dan credit union yang diharapkan memberikan keringanan seperti sekolah memberikan subsidi/bantuan kepada pihak yang kurang mampu agar semakin menarik perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut , balai pengobatan atau polyklinik yang dikelola pihak katolik agar meminimalisasi biaya berobat yang dikenakan kepada masyarakat tanpa mengurangi kualitasnya karena penulis yakin bahwa visi, misi, katolik hadir bukan hanya untuk orang-orang yang mampu tetapi juga untuk orang-orang yang tidak mampu.


(5)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Aster, Gentiles OFM Cap. 1961. Kepentingan Kita Berbeda, Lima Puluh Tahun

Misi Kapusin Di Sumatera (1911-1961). Medan: Bina Media Perintis

Aster, Gentiles OFM Cap. 2008. Mujizat di Tanah Batak ( Awal Misi Katolik di

Tanah Batak (1934-1961). Kabanjahe

Bintarto. 1978. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES

BPS. 2013. Samosir Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir ) BPS.2012. Palipi Dalam Angka 2012. ( Badan Pusat Statistika Samosir )

Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan agama. Yokyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)

Joosten, Leo OFM Cap.1993. Samosir Selayang Pandang. Medan: Penerbit Bina Media perintis.

Joosten, Leo OFM Cap. 2008. Tali Pengukur Jatuh Ke tanah Permai. Medan: Bina Media Perintis

Joosten, Leo OFM Cap.2011. Awal Gereja Katolik Di samosir 1936-2011. Medan :Bina Media Perintis

Koentjaraningrat.1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia Marannu, Maris Pr. 2003. Mengapa saya memilih agama katolik?. Yogyakarta:

Yayasan Pustaka Nusatama

Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba, Sejarah dan Trasformasi Religi. Medan: Bina Media Perintis

Prasetya. 2006. Panduan menjadi katolik. Yogyakarta: penerbit kanisius Purba, Angelo OFM.Cap. 2009. Matahari terbit di Tanah Batak. Balige Raho, Bernard SVD.2013. Agama Dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: obor Simamora, Yosafat,dkk. Jubileum 100 Tahun Kapusin Di Indonesia. Medan:

PT. Bina media perintis

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2002. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang


(6)

2

Sinaga, Anicetus OFM Cap. 2007. Imamat Batak Menyongsong Katolik. Medan: Bina Media Perintis

Situmorang, Bonaventura OFM Cap. 2010. Parbarita Na Tongtong Marbarita

(Apologia do Mulana, Barita do Impolana. Pematang Siantar : Biara

Kapusin St. Fransiskus

Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Theeuwes, Crispinianus, dkk.1990. Cita Dan Cerita Kapusin. Medan: Bina Media Perintis

Vandiemen, Arie OFM Cap. 2010. Seratus Tahun Kapusin di Sumatera. Pematang Siantar

.2001. ALKITAB. Jakarta: Lembaga Alkitan Indonesia . 2012.Stastika Paroki Palipi 2012. Palipi-Samosir.