TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR.

(1)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh :

SRI AYU YUNIARTI 1000430

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Oleh

Sri Ayu Yuniarti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Sri Ayu Yuniarti

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang


(3)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Oleh:

SRI AYU YUNIARTI 1000430

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Desfina,M.Hum NIP.196102201990032001

Pembimbing II

Putri Lilis Dyani,M.Si NIP.196512021991032002

Mengetahui,


(4)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr. Frahma Sekarningsih,S.Sen.,M.Si NIP.195710181985032001


(5)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak

Penelitian dengan judul “TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR” merupakan salah satu karya ilmiah yang ditulis berdasarkan pengamatan terhadap apresiasi seni budaya khas Betawi. Lokasi penelitian di Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif melalui pendekatan secara kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan permasalahan penelitian yaitu: bagaimana latar belakang lahirnya tari Cokek, bagaimana penyajian tari Cokek masa kini di Sanggar Sinar Betawi dilihat dalam segi gerak, kostum dan rias. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan analisis dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh selanjutnya disusun secara sistematis berdasarkan kaidah penelitian. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tari Cokek lahir sejak abad ke-19 atau tepatnya pada tahun 1950 di daerah Teluknaga Tangerang. Tarian ini awalnya diperkenalkan oleh seorang Saudagar asal Cina yang bernama Tan Sio Kek. Adapun bentuk penyajian tari Cokek awalnya dibawakan secara berpasangan, namun sekarang tarian ini sudah dibawakan secara berkelompok. Selanjutnya busana dan rias yang dipakai saat ini juga sudah mengalami perubahan seperti bentuk kebayanya terdapat pengaruh akulturasi budaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan serta memperkaya bahan ajar sekaligus kelestarian kearifan budaya lokal masyarakat Betawi khususnya tetap terjaga.


(6)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

Research titled “TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR” is one of scientific papers written based on observation of typical Betawi culture of art appreciation. Study sites in Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini Jakarta Timur. Methods used in this research is descriptive research method qualitative approach to describe the purpose of the research problems that: how the background of dance Cokek, how the presentation of contemporary dance in Sanggar Sinar Betawi viewed in terms of movement, costume and makeup. Techniques of data collection by observation, interview and analysus of documentation.. overall the information were then arranged systematically by the rules of research. It can be concluded that the cokek born since the 19th century, or rather in 1950 in the area Teluknaga Tangerang. The dance was originally introduced by a Chinese merchant named origin Tan Sio Kek. As for the form of presentation of dance performed in pairs Cokek initially, but now this dance has been performed groups. Clothing and makeup later used today are already experiencing changes as there are significant forms of acculturation blouse. The results of this study are ecpected to become knowledge and enrich the same time the preservation of cultural wisdom, especially Betawi people stay awake.


(7)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kebudayaan Dalam Masyarakat ... 12

B. Tari Dalam Masyarakat Indonesia ... 14

1. Jenis Tari Berdasarkan Fungsi ... 15

2. Jenis Tari Berdasarkan BentukPenyajian ... 16

3. Jenis Tari Berdasarkan Stuktur Penyajian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian... 22

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23

1. Lokasi Penelitian ... 22

2. Subjek Penelitian ... 23

C. Instrumen Penelitian... 24

1. Pedoman wawancara ... 24

2. Pedoman Observasi ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Wawancara ... 26

2. Observasi ... 28

3. Studi Dokumentasi ... 28


(8)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Analisis Data ... 29

1. Penyusunan Satuan ... 30

2. Kategorisasi Data ... 31

3. Penafsiran Data ... 31

F. Tahap-tahap Penelitian ... 31

1. Pra Penelitian ... 31

2. Pelaksanaan Penelitian ... 32

3. Penyusunan Laporan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 34

2. Profil Sanggar Sinar Betawi ... 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

1. Latar Belakang Lahirnya Tari Cokek ... 43

2. Struktur Gerak Tari Cokek Sanggar Sinar Betawi ... 46

3. Busana dan Rias Tari Cokek Sanggar Sinar Betawi ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77


(9)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

4.1 Struktur Gerak Tari Cokek Sanggar Sinar Betawi ... 48 4.2 Pola Lantai Tari Cokek Sanggar Sinar Betawi ... 59


(10)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

4.1 Logo Sanggar Sinar Betawi ... 41

4.2 Peta Lokasi Sanggar Sinar Betawi ... 42

4.3 Tari Cokek Tempo Dulu ... 47

4.4 Tari Cokek Tempo Dulu ... 47

4.5 Rangkai Gerak 1 ... 48

4.6 Rangkai Gerak 2 ... 48

4.7 Rangkai Gerak 3 ... 49

4.8 Rangkai Gerak 4 ... 49

4.9 Rangkai Gerak 5 ... 50

4.10 Rangkai Gerak 6 ... 50

4.11 Rangkai Gerak 7 ... 51

4.12 Rangkai Gerak 8 ... 51

4.13 Rangkai Gerak 9 ... 52

4.14 Rangkai Gerak 10 ... 52

4.15 Rangkai Gerak 11 ... 53

4.16 Rangkai Gerak 12 ... 53

4.17 Rangkai Gerak 13 ... 54

4.18 Rangkai Gerak 14 ... 54

4.19 Rangkai Gerak 15 ... 55

4.20 Rangkai Gerak 16 ... 55

4.21 Rangkai Gerak 17 ... 56


(11)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.23 Rangkai Gerak 19 ... 57

4.24 Rangkai Gerak 20 ... 57

4.25 Rangkai Gerak 21 ... 58

4.26 Rias Pada Penari Cokek ... 63

4.27 Tampak Depan Bagian Busana Tari Cokek ... 64

4.28 Tampak Samping Bagian Busana Tari Cokek ... 64

4.29 Tampak Asesoris Bagian Kepala Tari Cokek ... 65

4.30 Tampak Belakang Asesoris Kepala Tari Cokek ... 65

4.31 Baju Kebaya ... 66

4.32 Celana . ... 67

4.33 Toka-toka ... 68

4.34 Andong ... 68

4.35 Ampreng ... 69

4.36 Selampe ... 69

4.37 Gunungan ... 70

4.38 Kembang Tiga ... 70

4.39 Teratai ... 71

4.40 Sumpit... 71


(12)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Hal

1 Pedoman Wawancara ... 77

2 Data Responden ... 79

3 Rangkai Gerak Tari Cokek Sanggar Sinar Betawi ... 81


(13)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa, bahasa dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kesenian yang lahir dan berkembang di setiap wilayah di Indonesia salah satunya adalah kota Jakarta. Jakarta merupakan Ibu Kota dari Indonesia. Sebagai ibu kota negara Indonesia, Jakarta menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru Nusantara dan dunia. Oleh sebab itu banyak perkembangan-perkembangan yang pesat yang berawal dari kota Jakarta tidak terkecuali kebudayaan dan keseniannya.

Jakarta kemudian dihuni oleh orang-orang dari berbagai penjuru Nusantara seperti Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu dan beberapa daerah lainnya sampai pada pendatang dari negara luar sehingga melahirkan kebudayaan masyarakat baru yang disebut dengan masyarakat Betawi. Sifat campur aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, hal ini merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Hal ini sepaham dengan perubahan kebudayaan (1984:113) dalam buku filsafat kebudayaan :

Kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru dan akibatnya dalam penyesuaian cara hidup dan kebiasannya kepada situasi baru.

Dalam bidang kesenian, masyarakat Betawi memiliki banyak seni tradisional yang lahir akibat perkawinan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Betawi, seperti seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok Cina yang dipadukan dengan alat musik tradisional masyarakat setempat seperti seruling, kendang, dan goong. Selain itu ada


(14)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga kesenian Rebana Biang, sebutan Rebana diambil dari kata dalam bahasa Arab “Robbana” yang artinya Tuhan Kami. Kesenian ini biasanya Kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu bernafaskan Islam. Ada juga kesenian Keroncong Tugu, kesenian ini dulu sering disebut dengan Cafrinho Tugu. Orang-orang keturunan Portugis (mestizo) telah memainkan musik ini sejak 1661. Pengaruh Portugis dapat dilihat dari jenis irama lagunya yang cenderung melankolis. Dari berbagai kesenian yang dipaparkan di atas, maka semakin diperkuatlah bahwa kesenian yang ada di Betawi cenderung merupakan hasil percampuran kebudayaan atau disebut dengan akulturasi budaya. Hal ini sepaham dengan pengertian akulturasi budaya (2010 : 46) dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar:

Proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur suatu kebudayaan lain sehingga unsur-unsur-unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas kebudayaan asli.

Selain kesenian Gambang Kromong dan Keroncong Tugu, kesenian yang lahir akibat adanya percampuran kebudayaan atau akulturasi budayaan salah satunya adalah Tari Cokek. Tari merupakan hal yang sangat sering kita dengar dalam bentuk keseniannya. Tari Cokek merupakan salah satu tarian yang ada di Betawi. Tari Cokek ini lahir pada abad ke-19 yang merupakan hasil akulturasi budaya antara bangsa Cina, Banten dan Betawi ungkap bapak Yudi selaku pimpinan Sanggar Sinar Betawi dalam wawancaranya dengan peneliti. Namun menurut informasi yang didapatkan oleh peneliti bahwa kesenian Cokek lahir sekitar tahun 1950 untuk pertama kalinya muncul di sebuah daerah yang bernama Tanjung Kait (dalam Skripsi Fanny Septiani Jaya 2011:5).

Pada mulanya tarian ini diperkenalkan oleh seorang saudagar Cina bernama Tan Sio Kek yang saat itu mendarat di Pelabuhan Teluknaga Tangerang. Ketika itu sang saudagar akan merayakan pesta. Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang beberapa orang ternama yang tinggal di Tangerang. Saat itu juga Tan Sio Kek mengundang tiga orang


(15)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

musisi yang berasal dari daratan Cina. Para musisi Cina hadir dengan membawa beberapa buah alat musik dari negara asalnya. Salah satu alat musik yang mereka bawa yakni Rebab Dua Dawai. Atas permintaan Tan Sio Kek, musisi itu kemudian memainkan alat musik yang mereka bawa. Pada saat yang bersamaan, grup musik milik Tan Sio Kek juga memainkan beberapa alat musik tradisional dari daerah Tangerang seperti seruling, goong dan kendang. Lantunan nada dari alat musik Cina dan Tangerang itu kemudian dikenal dengan sebutan musik Gambang Kromong. Perpaduan musik Gambang Kromong juga merupakan salah satu contoh adanya akulturasi budaya atau pencampuran dua kebudayaan yang berbeda sehingga melahirkan sesuatu hal yang baru. Untuk meramaikan suasana pesta saat itu, Tan Sio Kek menghadirkan tiga orang wanita sebagai penari. Sesuai permintaan Tan Sio Kek, para wanita itu juga menari mengiringi para musisi dengan lantunan musik Gambang Kromong. Para tamu yang menghadiri pesta menyebut ketiga penari itu dengan sebutan Cokek. Konon, Cokek merupakan sebutan bagi anak buah Tan Sio Kek. Sejak saat itu lah tarian cokek mulai dikenal dan dipopulerkan oleh masyarakat Betawi.

Menurut Ensiklopedia Musik Indonesia dalam buku Profile Seni Budaya Banten (2002 : 118) menerangkan bahwa : “Cokek adalah suatu bentuk pernyataan musik khas Betawi (Jakarta), berupa kesenian nyanyi dan tari dilakukan oleh pemain-pemain wanita”.

Pada saat pertunjukan biasanya di tengah-tengah acara para penari turun dari arena panggung atau turun menghampiri para tamu agung atau pengantin laki-laki, lalu para penari membuka selendang yang ditalikan di pinggangnya untuk dikalungkan keleher tamu tersebut atau pengantin laki-laki. Itu merupakan simbol ajakan untuk menari bersama para penari Cokek. Pantang bagi para tamu atau siapapun untuk menolak ajakan itu, penolakan itu diyakini dapat mencemarkan nama baik mereka sendiri. Para penari dan tamu yang diajak menari akan menarikan tarian tersebut hingga pertunjukan tari Cokek usai.


(16)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seiring dengan perkembangan zaman dan sifat kebudayaan yang selalu dinamis, sehingga menjadikan tari Cokek yang ada saat ini sudah mengalami banyak perubahan karena faktor pengaruh budaya dan globalisasi yang ada. Sepaham dengan hal ini pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:959) menyebutkan konsep transformasi (transformation, berubah atau membuat berbeda) merupakan perubahan rupa, bentuk, fungsi, sifat dan keadaan ke arah perbaikan sebagai prasyarat bagi perkembangan institusi atau masyarakat.

Tari Cokek yang berkembang di Betawi merupakan tarian hasil akulturasi budaya antara bangsa Cina, Banten dan Betawi. Karena letak lokasi yang berdekatan dengan ibu kota Jakarta maka penyebaran dan perkembangan tari Cokek kini lebih berkembang di Jakarta. Tari Cokek yang ada saat ini bentuknya sudah sangat berbeda dengan tari Cokek yang dulu ada di tengah-tengah masyarakat Betawi, baik dilihat dari segi gerak, kostum, rias dan musik pendukung tarian Cokek itu sendiri.

Letak geografis Betawi dan Banten memiliki wilayah yang saling berdekatan. Sebelum kedua wilayah itu memisahkan diri, sebenarnya Betawi dan Banten berada didalam satu rumpun yang sama yaitu Jawa Barat. Jadi tidaklah asing bagi kedua wilayah itu bila memiliki kebudayaan dan kesenian yang hampir sama. Namun sejak tahun 2000 Banten mendirikan Provinsi sendiri berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 2009 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Saat ini Provinsi Banten terdiri dari Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang. Jika dilihat dari corak masyarakatnya, masyarakat Banten lebih didominasi oleh masyarakat yang islami dan religius. Kuatnya pengaruh Islam di Banten juga mempengaruhi bentuk keseniannya, sehingga unsur islami terlihat jelas pada setiap pertunjukannya. Hal ini disebabkan oleh cara penyebaran agama Islam pada masa Kesultanan Banten melalui berbagai pertunjukan kesenian yang banyak menggunakan syair atau musik yang bernada shalawat. Adapun beberapa kesenian Banten di antaranya seperti, Debus, Rudat, Dzikir Saman, dan seni Qasidah.


(17)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan pada masyarakat Betawi umumnya mereka bersifat heterogen karena banyaknya pendatang dari berbagai wilayah seperti Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu sampai beberapa negara tetangga. Sama halnya dengan bangsa Cina yang datang dan mulai menetap di wilayah pesisir Teluknaga Tangerang yang sampai pada akhirnya terbentuklah kesenian Cokek.

Betawi merupakan sebutan bagi masyarakat asli penghuni kota Jakarta. Berada di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, merupakan salah satu yang menyebabkan masyarakat Betawi memiliki banyak tradisi dan budaya yang merupakan hasil akluturasi budaya dengan bangsa luar. Betawi merupakan sebutan asli bagi masyarakat Jakarta, paling tidak sejak abad ke-2 (dalam buku Profile Seni Budaya Betawi ke-2009) mereka sudah mendiami kota Jakarta.

Dari masa ke masa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budaya yang semakin lama semakin mudah dibedakan dengan etnis lainnya, contoh kecil logat dalam pengucapan percakapan bahasa sehari-hari. Namun bila dikaji secara mendalam, akan tampak unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya. Jadi tidaklah mustahil bila bentuk kesenian dan kebudayaan Betawi sering menunjukkan persamaan dengan kebudayaan dan kesenian daerah atau bangsa lain.

Jelas sekali dari sini lokasi Ibu Kota Jakarta sebagai sentral kota sangat mempermudah pengais budaya untuk meneruskan dan melestarikan kebudayaan yang ada. Karena Jakarta menjadi pusat kota maka pada tahun 70an terbentuklah Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dengan hal ini peran pemerintah sangatlah besar dalam mengatur perkembangan seni dan budaya yang ada di masyarakat. TMII merupakan institusi yang didirikan langsung oleh istri Presiden pada masa itu yaitu ibu Tien. Taman Mini merupakan salah satu aset bangsa karena tempat rekreasi ini bertujuan untuk menjadikan TMII sebagai wajah Indonesia, di sana juga dibangun berbagai anjungan daerah dari Sabang sampai Marauke. Sehingga kita dapat melihat


(18)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara kecil Indonesia dalam bentuk budaya, agama, golongan, rumah adat, pakaian adat sampai pada bentuk kesenian setiap daerahnya.

Berpijak dari sinilah menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti salah satu sanggar yang dinaungi oleh Taman Mini Indonesia Indah yaitu, Sanggar Sinar Betawi pimpinan Bapak Yudi Hermawan. Awal terbentuknya sanggar ini adalah upaya pelestarian kesenian-kesenian Betawi yang dirintis oleh Bapak Maman Setiawan, beliau merupakan pegawai Taman Mini bidang kebudayaan sejak tahun 1984. Sejak saat itu terhitung sudah 30 tahun beliau mengabdikan diri dan kehidupannya pada kesenian dan kebudayaan yang berkembang di Taman Mini. Sanggar ini juga dilindungi langsung oleh Drs. Abdurrachem selaku kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta serta pengakuan secara resmi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta sejak Tahun 2004 dengan nomor SK: 006.06.10.5.2012. Sanggar beliau juga dilindungi di bawah naungan penanggungjawab dari Taman Mini Indonesia Indah.

Keberadaan Tari Cokek di masyarakat Betawi dapat dikatakan populer. Meskipun tarian ini bentuknya tari rakyat, namun sekarang tarian ini sudah sangat dikreasikan bentuknya baik dalam bentuk penyajian, segi gerak, sampai pada kostum dan rias yang dipakai. Pengaruh akulturasi budaya yang masuk pada kesenian yang hidup di masyarakat, menjadikan tarian ini mengalami perubahan bentuk dari keasliannya. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk membahas penelitian skripsi dengan judul : TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dari itu peneliti akan mengupas tentang Tari Cokek yang saat ini ada di masyarakat Betawi khususnya yang ada di Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini Jakarta Timur. Adapun permasalahan yang akan dibahas :


(19)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Latar belakang Tari Cokek, mulai sejak keberadaan kesenian Cokek yang dibawa oleh bangsa Tionghoa yang saat itu dipentaskan untuk menghibur para saudagar Cina “cukong-cukong Cina”. Bentuknya saat itu masih seperti Ronggeng di Jawa Barat atau Sintren di Cirebon. Namun saat ini bentuknya sudah sangat berbeda dari keaslian Cokek itu sendiri, baik dalam bentuk penyajian ataupun aspek-aspek yang ada di dalamnya.

2. Bentuk penyajian Tari Cokek yang ada saat ini, berdasarkan perkembangan kebudayaan yang pesat dan hasil kreativitas yang memunculkan ide-ide baru, sehingga menghasilkan suatu karya atau kreasi baru dalam pertunjukan Tari Cokek. Baik dalam bentuk penyajian, segi gerak, musik iringan sampai pada kostum dan rias yang dipakai pada pertunjukan Tari Cokek yang saat ini berkembang di masyarakat Betawi.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi kajian utama dalam penelitian skripsi ini sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang lahirnya Tari Cokek?

2. Bagaimana bentuk penyajian Tari Cokek masa kini di Sanggar Sinar Betawi dilihat dalam segi gerak, kostum dan rias?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Tari Cokek di Sanggar Sinar Betawi ini mencakup dua aspek, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum bermaksud untuk memperoleh informasi dan pelajaran yang berharga dari berbagai peristiwa sejarah di masa lampau agar menjadi


(20)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pijakan melangkah ke masa depan lebih baik, serta sebagai upaya penggalian dan pelestarian budaya khususnya pada Tari Cokek. Serta sebagai bahan apresiasi bagi mahasiswa, pelaku seni, dan masyarakat luas pada umumnya.

2. Tujuan Khusus

2.1. Mendeskripsikan bagaimana latar belakang lahirnya Tari Cokek. 2.2. Mendeskripsikan bagaimana bentuk penyajian Tari Cokek yang ada

saat ini di Sanggar Sinar Betawi dilihat dalam segi gerak, kostum dan rias.

E. Manfaat Penelitian

Secara umum dengan adanya penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik dalam upaya pelestarian kebudayaan dalam bentuk kesenian pada Tari Cokek yang kini banyak dikenal oleh masyarakat Betawi. Secara khusus dengan adanya penelitian ini juga memiliki manfaat di antaranya sebagai berikut :

1. Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan langsung terhadap pelestarian dan perkembangan Tari Cokek kini yang ada di Sanggar Sinar Betawi yang saat ini sudah lebih dikreasikan bentuknya baik dalam bentuk pertunjukan, gerak, kostum dan rias yang dipakai.

2. Sanggar Sinar Betawi

Hasil penelitian ini diharapkan manjadi catatan penting tentang proses pelestarian Tari Cokek sebagai kesenian kebudayaan lokal daerah setempat sebagai karya yang patut dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas. Selain itu menjadi temuan faktual dan fenomenal tentang keilmuan dan kearifan lokal dalam bidang seni tari.

3. Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memicu tumbuhnya rasa melestarikan akan kebudayaan setempat yang dimiliki serta


(21)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dijadikan sebagai bahan ajar materi pembelajaran muatan lokal atau dimasukkan dalam pembelajaran atau ekstrakulikuler sekolah baik tingkatan SD, SMP, SMA, bahkan sampai pada perguruan tinggi.

4. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari

Memberikan pengetahuan baru serta memberikan informasi baru kepada mahasiswa bahwa Tari Cokek yang kini berkembang bentuknya sudah sangat berbeda dengan Tari Cokek aslinya, karena pengaruh globalisasi dan kreativitas para seniman yang melestarikannya.

5. Pemerintah Daerah

Diharapkan penelitian ini dapat membantu Pemerintah daerah setempat dalam upaya menginventariskan potensi budaya yang ada di wilayahnya dalam tujuan menjaga, mempertahankan, dan melestarikannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan cara memfasilitasi setiap kegiatan dalam berkesenian.

6. Pihak Lain

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan informasi baru akan perkembangan Tari Cokek baik bagi masyarakat luas, seniman ataupun generasi muda lainnya, sehingga masyarakat luas lebih memahami akan keberagaman budaya nusantara agar dapat menumbuhkan rasa cinta untuk tetap melestarikannya.

F. Struktur Organisasi Penelitian

Pada Struktur organisasi penelitian penelitian ini akan dijabarkan dalam sistematika sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan

Bab ini berisikan pemaparan alasan yang akan menjadi bahan pembahasan mengenai latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian.


(22)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengenai berbagai kajian kepustakaan sebagai bahan acuan dalam proses penelitian, serta mengkaji data pengamatan dari berbagai sumber yang didapat.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dibahas metode penelitian yang akan peneliti gunakan terdiri atas metode penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data dan sampai analisis data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan hasil penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan dan sampai analisis dari fakta yang didapat.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir sekaligus pembahasan terakhir yang berisikan kesimpulan atas penelitian yang dilakukan dari data-data yang diperoleh, dan memberikan saran bagi pihak-pihak yang terkait untuk menjadikan perkembangan yang lebih baik.


(23)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sebuah karya tulis ilmiah tentu saja menggunakan metode dan teknik tersendiri yang baik dalam penelitian dengan beberapa permasalahan yang akan dijadikan bahan kajian atau pembahasan. Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang akan digunakan. Metode merupakan syarat mutlak yang digunakan bertujuan untuk dapat melihat kedalam sebuah penelitian. Demikian pula skripsi yang merupakan bentuk karya ilmiah. Sesuai dengan judul penelitian yang diambil, peneliti menetapkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk membuat gambaran yang akurat mengenai fakta-fakta di lapangan dan ciri khas yang terdapat pada objek penelitian. Adapun pengertian metode deskriptif analisis menurut Azwar (1999 : 7) bahwa:

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteritik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mendeskripsikan hasil penelitian. Segala aktivitas yang dilakukan oleh objek dilihat dan diamati secara jelas. Peneliti akan mendeskripsikan apa yang dilihat, dirasakan, diamati dan ditanyakan selama proses penelitian. Kemudian peneliti menganalisis sumber data yang penting dan menarik untuk dibahas, dan menghilangkan data yang tidak perlu dibahas.

Bogdan dan Taylor (2011 :5 ) mendefinisikan penelitian kualitatif yakni :

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari prilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.


(24)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas tentang tari Cokek yang saat ini berkembang di masyarakat Betawi khususnya di Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini.

Pada bab ini akan dibahas secara rinci dan mendalam mengenai langkah-langkah, prosedur dan metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul “Tari Cokek Di Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini

Jakarta Timur”. Peneliti mencoba untuk memaparkan berbagai langkah

yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis, dan sampai cara penelitiannya. Analisis terhadap permasalahan yang menjadi kajian dalam skripsi ini digunakan konsep-konsep dari ilmu seni kebudayaan dan ilmu sosiologi dan antropologi, di antaranya konsep kebudayaan, tari dalam masyarakat, dan akulturasi kebudayaan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dan subjek penelitian digunakan untuk memberi penjelasan dimana penelitian dilaksanakan dan apa yang akan diteliti. Adapun lokasi penelitian dan subjek penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Lokasi Penelitian

Lokasi merupakan daerah atau tempat yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Sinar Betawi Komplek Padepokan Taman Mini Jakarta Timur, Jl. Shinta Raya Kantor Padepokan Karyawan TMII, Kelurahan Bambu Apus. Jakarta Timur.

2. Subjek Penelitian

Peneliti memilih lokasi ini karena Sanggar Sinar Betawi merupakan salah satu sanggar yang aktif melestarikan kesenian lokal daerah setempatnya seperti ondel-ondel, tari-tarian, musik dan banyak hal lain yang berkaitan dengan bentuk kesenian. Subyek penelitian ini adalah Maman Setiawan selaku Pembina Sanggar dan Yudi Hermawan yang merupakan


(25)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pimpinan Sanggar Sinar Betawi. Subjek ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Maman Setiawan dan Yudi Hermawan adalah salah satu seniman Betawi yang sudah banyak berkarya dan diakui di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta serta penanggungjawab langsung oleh Taman Mini Indonesia Indah.

C. Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa instrumen penelitian. Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006 : 260) bahwa :

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data yang diperlukan selama penelitian. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan peneliti menyiapkan beberapa panduan diantaranya pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan adanya panduan tersebut peneliti akan lebih terarah dan fokus terhadap topik yang akan jadi bahan pembahasan.

Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian kali ini anatar lain :

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah kumpulan atau hal pokok yang menjadikan dasar untuk memberikan petunjuk bagaimana sesuatu yang harus dilakukan dalam wawancara. Sehingga wawancara tersebut dapat menghasilkan sesuatu hal yang diinginkan. Wawancara dilakukan langsung kepada narasumber, yaitu Pembina sanggar Maman Setiawan dan Pimpinan Sanggar Yudi Hermawan. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan dua pedoman yaitu wawancara terstruktur (structured interview) dan wawancara tak berstruktur (unstructured interview. Sugiono (2014 : 319-320) mengungkapkan bahwa :


(26)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Menurut Guba dan Lincoln (1985) tujuan wawancara adalah mengkonstruksi menggali orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kompleksitas yang dialami pada masa lalu; memproyeksikan harapan-harapan agar dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan (dalam Kasmahidayat, 2010:65)

Selain kepada narasumber yang bersangkutan, wawancara juga dilakukan kepada masyarakat umum guna mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat tentang tari Cokek yang ada saat ini. Pertanyaan-pertanyaan wawancara kepada narasumber dan masyarakat luas dicantumkan di dalam lampiran penelitian.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi adalah kumpulan atau hal-hal pokok yang menjadikan dasar untuk memberikan petunjuk bagaimana sesuatu yang harus dilakukan dalam melakukan observasi, sehingga observasi yang dilakukan tersebut dapat menghasilkan suatu hal yang diinginkan. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi tidak berstruktur, karena peneliti hanya mengamati saja, tidak terjun langsung sebagai pelaku yang akan diteliti.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya mengandalkan pengamatan lewat kasat mata saja, namun membutuhkan beberapa instrumen. Instrumen yang digunakan yaitu kamera foto, dan kamera video. Adapun pedoman observasi serta tabel hasil observasi akan dicantumkan di dalam lampiran penelitian ini.


(27)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu suatu cara yang digunakan oleh peneliti guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber yang bersangkutan secara lebih mendalam. Wawancara dilakukan kepada sumber yang terpercaya yang memang mengetahui secara mendalam tentang objek penelitian. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada masyarakat setempat guna mengetahui secara mendalam sejauh mana objek dikenal. Tujuan lainnya yaitu, dapat memperoleh data secara kongkret tentang objek yang diteliti.

Adapun langkah-langkah wawancara menurut Lincoln and Guba dalam Sugiyono (2013 : 235) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu :

a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi

bahan pembicaraan.

c. Mengawali atau membuka alur wawancara d. Melangsungkan alur wawancara

e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang

telah diperolah.

Wawancara dilakukan dengan jenis wawancara terstruktur dan tak berstruktur agar pertanyaan yang diajukan kepada pihak yang terlibat dapat dijawab dengan jelas. Pemilihan subjek yang akan diwawancarai lebih


(28)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

difokuskan kepada orang-orang yang memiliki informasi lebih luas tentang objek penelitian. Adapun narasumber yang diwawancarai adalah sebagai berikut :

1. Maman Setiawan, sebagai Pembina dari Sanggar Sinar Betawi sekaligus pegawai Taman Mini yang bertugas dalam bidang kebudayaan. Informasi yang akan diteliti lebih lanjut dengan Maman adalah untuk mengtahui secara mendalam tentang awal pulanya kesenian Cokek.

2. Yudi Hermawan, sebagai Pimpinan dari Sanggar Sinar Betawi. Informasi yang akan diteliti lebih lanjut dengan Yudi adalah untuk mengetahui bentuk tari Cokek yang berkembang saat ini di Betawi dan khususnya di Sanggar Sinar Betawi.

3. Risna Pebriani, sebagai penari Sanggar Sinar Betawi. Informasi yang akan diteliti lebih lanjut dengan Ina mencakup bentuk penyajian tari Cokek yang ada saat ini di Sanggar Sinar Betawi.

Informasi yang diperoleh dari wawancara tersebut berupa data awal lahir dan berkembangnya tari Cokek, gambaran umum penyajian tari Cokek masa kini, silsilah singkat Sanggar Sinar Betawi dan Taman Mini Indonesia Indah.

Berikut kegiatan proses wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Selasa, 24 Desember 2013. Proses pengenalan antara peneliti dan narasumber berikut izin untuk melakukan penelitian tentang tari Cokek di Sanggar tersebut.

2. Senin, 11 Februari 2014. Melihat proses latihan serta menanyakan tentang perkembangan tari Cokek di Betawi dan di Sanggar tersebut.

3. Kamis, 27 Maret 2014. Melihat pentas tari Cokek di Hotel Santika Premiere Bintaro Tangerang serta mewawancarai para penari Cokek.


(29)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Minggu, 30 Maret 2014. Mendatangi Anjungan DKI.Jakarta yang terdapat di TMII untuk mencari tahu tentang kesenian dan kebudayaan yang ada di Betawi serta data-data pendukung mengenai tari Cokek.

5. Selasa, 13 Mei 2014. Mendatangi Anjungan DKI.Jakarta serta mendatangi Sanggar Sinar Betawi untuk pengambilan data-data gerak serta busana yang dipakai pada penari Cokek Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini.

Wawancara dilakukan secara face to face dan kadang peneliti menggunakan pesawat telepon yang dikarenakan jarak yang cukup jauh antara peneliti dan narasumber.

2. Observasi

Tujuan menggunakan teknik observasi ini untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti, baik dari segi pertunjukan maupun segi penampilan melalui kostum dan rias yang dipakai.

Dalam penelitian ini, peneliti memusatkan perhatian pada hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan cara mengumpulkan data yang secara langsung diperoleh dari lapangan. Observasi ini dilakukan dengan mendatangi langsung Sanggar Sinar Betawi diJl. Shinta Raya Kantor Padepokan Karyawan TMII, Kelurahan Bambu Apus. Jakarta Timur.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan studi dokumentasi dan studi kearsipan yang meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan dan dokumenter lainnya yang relevan.

Dari uraian diatas maka metode dokumentasi adalah studi kearsipan yang meliputi pencatatan-pencatatan penting yang erat hubungannya dengan objek penelitian. Dengan adanya dokumentasi tentang


(30)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

objek yang diteliti, maka penelitian tersebut semakin didukung dengan foto-foto, video, dan karya tulis akademik.

Tujuan dari pada studi dokumentasi ini adalah untuk memperoleh data berupa foto-foto maupun video secara jelas dan kongkret tentang objek penelitian.Dalam penelitian ini pendokumentasiannya dengan menggunakan alat perekam suara, kamera foto, dan handycam.

1. Alat perekam suara digunakan untuk melakukan observasi secara langsung atau wawancara. Alat perekam ini berfungsi untuk merekam keseluruhan hasil wawancara yang dilakukan langsung antara peneliti dengan narasumber.

2. Kamera foto digunakan peneliti untuk mendapatkan gambar atau foto tentang tari Cokek yang ada di Sanggar Sinar Betawi dengan semua perkembangan yang ada didalamnya, foto wawancara peneliti dengan narasumber, dan lain-lain.

3. Handycam merupakan salah satu media untuk merekam gambar atau video yang diteliti. Alat ini digunakan untuk merekam bentuk pertunjukan tari Cokek di Sanggar Sinar Betawi agar dapat mengetahui bagaimana bentuk penyajiannya yang sekarang.

4. Studi Literatur

Selain melakukan observasi serta wawancara peneliti juga mencoba mencari sumber data serta informasi dengan mengkaji beberapa sumber dari buku-buku,jurnal, serta hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk membuat keterangan yang telah ada menjadi lebih jelas lagi, karena dengan didukungnya berbagai sumber-sumber yang masih memiliki keterkaitan.

Pada kegiatan ini peneliti melakukan pencarian sumber-sumber tertulis seperti mendatangi perpustakaan UPI Bandung, perpustakaan STSI Bandung, perpustakaan daerah Provinsi Banten, perpustakaan daerah Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI


(31)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta dan beberapa tempat lain yang menujang pada penelitian tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi literatur. Beberapa tahap yang dilakukan, yaitu mengkaji, membuat catatan penelitian, dan mendeskripsikan. Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis data menurut Burhan Bungin (2010 : 144) yang dimaksud dengan teknik analisis data kualitatif adalah :

Strategi analisis kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipertemukan itu. Dengan demikian, maka analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan fakta tersebut.

Alasan menggunakan strategi analisis data kualitatif Burhan Bungin karena, data-data yang didapat di lapangan adalah fakta-fakta sehingga mempermudah dalam menganalisis data. Seluruh data yang telah didapatkan oleh peneliti selanjutnya akan diuraikan melalui penyusunan satuan, kategorisasi data serta penafsiran.

1. Penyusunan Satuan

Penyusuna satuan adalah sepotong informasi terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain, artinya satuan ini harus dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum dalam konteks latar penelitain (Moleong, 2006 : 252).

Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan penyusunan satuan. Penyusunan satuan yang dilakukan yaitu dengan membaca dan mempelajari seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Data yang terkumpul, disusun dan diidentifikasi mana yang lebih penting. Namun pada tahapan ini, peneliti tidak membuang data walaupun dianggap tidak relevan.


(32)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tantang tari Cokek di Sanggar Sinar Betawi Padepokan Taman Mini Jakarta Timur. Dari bagian terkecil data yang ditemukan akan dikaitkan dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Kategorisasi Data

Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori itu sendiri berupa seperangkat tema yang disusun atas dasar pemikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu. (Basrowi dan Suwandi, 2008 : 196).

Pada tahapan ini, peneliti mengkategorisasikan data yang telah ada. Kategorisasi ini dibuat berdasarkan pemikiran dan kriteria tertentu. Dari data yang ada, kemudian data tersebut disusun berdasarkan kriteria data sesuai dengan permasalahan penelitian. (a). data-data tentang lahirnya kesenian Cokek, (b). data-data tentan gerak, kostum dan rias tari Cokek, (c). data-data pengaruh akulturasi budaya.

3. Penafsiran Data

Menurut Schaltzman dan Strauss yang dikutip oleh Basrowi dan Suwandi, tujuan penafsiran data ialah :

Tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah salah satu antara tiga tujuan, yakni deskripsi semata-mata, deskripsi analitik, teori stantive, tujuan deskripsi semata-mata (Basrowi dan Suwandi, 2008 : 200).

Tahap ketiga dalam analisis data adalah menafsirkan data yang telah dikategorisasikan. Penafsiran ini harus dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.

F. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian terdapat beberapa tahapan, yaitu : 1. Pra Penelitian

Pra penelitian merupakan tahap awal yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahap pra penelitian berfungsi untuk mempersiapkan


(33)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

segala sesuatu sebelum melakukan penelitian. adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut :

1.1.Menentukan Topik Penelitian

Tahap awal dari penelitian yaitu menentukan topik tentang apa yang akan diangkat dalam penelitian. melihat dari fenomena yang terjadi, peneliti akhirnya tertarik dengan kesenian Betawi. Setelah mendalami, tari Cokek adalah hal yang banyak dibicarakan orang. Maka peneliti menentukan topik yaitu Tari Cokek.

1.2.Menentukan Judul Penelitian

Tahap kedua yaitu, peneliti membuat rumusan masalah untuk dikaji dalam penelitian. Setelah mendapatkan rumusan masalah, peneliti mengajukan beberapa judul kepada dewan skripsi untuk diseleksi agar mendapatkan judul yang terbaik. Pada akhirnya judul yang terbaik adalah “Tari Cokek di Sanggar Sinar Betawi Pedepokan Taman Mini Jakarta Timur”.

1.3. Pengajuan Izin Penelitian

Menyadari pentingnya untuk menyelesaikan perizinan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sehingga mengganggu jalannya penelitian, peneliti memerlukan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan pengantar dari Jurusan Pendidikan Seni Tari.

1.4.Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Bersumber dari pertanyaan penelitian, dapat ditentukan jenis data apa yang diperlukan. Berdasarkan jenis data tersebut dapat ditentukan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan yang paling penting dalam suatu penelitian. Adapun prosesnya yaitu :


(34)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah topik dan judul penelitian disetujui oleh pihak Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung. Waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data ini sekitar 3 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber, mengobservasi langsung objek penelitian, mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi dan literatur-literatur yang berhubungan erat dengan objek penelitian.

2.2. Konsultasi Dengan Pembimbing

Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II telah dilakukan mulai dari pembuatan proposal hingga penyusunan skripsi sampai menjelang ujian sidang.

2.3.Pengolahan Data

Untuk mengkaji kebenaran informasi dilakukan pengolahan data dengan cara melengkapi dan memperjelas data yang telah didapatkan. Data yang telah didapat tersebut kemudian disusun menjadi sebuah tulisan sehingga data tersebut mendekati kebenran.

3. Penyusunan Laporan

Setelah semua data terkumpul dan diolah, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan penelitian. penyusunan Laporan dilengkapi secara bertahap dengan melakukan proses bimbingan kepada pembimbing I dan pembimbing II. Laporan disususn berdasarkan ketentuan yang telah ada, yaitu dengan mengacu pada buku karya tulis ilmiah yang diterbitkan oleh UPI.


(35)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Melalui hasil pengamatan saat observasi dan didukung dengan bukti-bukti fisik berupa data seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tari Cokek di Sanggar Sinar Betawi merupakan tarian hasil kreasi baru atau kreativitas para seniman Betawi yang menginginkan adanya perkembangan lebih inovatif. Perkembangan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat tidak menutup kemungkinan untuk masuknya pembaharuan terhadap jenis kesenian khususnya tari.

Tari Cokek yang saat ini ada di Sanggar Sinar Betawi merupakan perkembangan yang terjadi akibat adanya perubahan kebudayaan dan faktor perkembangan globalisasi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dampak globalisasi yang terjadi di masyarakat membuat Yudi mencoba mengangkat kesenian khas Betawi untuk tetap dilestarikan. Tidak menutup kemungkinan kesenian yang semakin lama semakin tidak dilestarikan oleh pribuminya akan semakin hilang dan bahkan banyak diakui oleh bangsa lain. Dari sinilah menjadikan Yudi berupaya untuk melestarian bahkan mengkreasikan tari Cokek yang ada di masyarakat Betawi. Padamulanya tarian ini hanya digunakan untuk menghormati para pedagang atau saudagar asal Tionghoa yang sering disebut dengan sebutan Cukong Cina. Namun setelah Yudi mencoba berusaha melestarikan tarian ini, Yudi mengubah tarian penghormatan ini menjadi tarian kreasi yang tidak hanya digunakan untuk menghormati para tamu saja, melainkan sebagai tarian kreasi yang dapat lebih dikembangkan lagi bentuknya. Jadi tari Cokek yang ada saat ini di Sanggar Sinar Betawi adalah tarian kreasi yang merupakan hasil dari kreativitas para seniman yang berupaya mengembangkan potensi kearifan lokal budaya setempat.

Selain itu penyajian tari Cokek yang mulanya dibawakan secara berpasangan, saat ini sudah dibawakan menjadi bentuk tarian berkelompok.


(36)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

modifikasi gerak dari tarian yang berkembang di masyarakat Betawi. Kembali pada sejarahnya, Betawi merupakan daerah yang banyak didatangi oleh para pendatang. Sehingga menjadikan Betawi banyak didiami oleh masyarakat yang heterogen sampai terbentuknya tarian baru hasil modifikasi tersebut. Namun pada tarian ini tetap tidak menghilangkan budaya asalnya seperti budaya Cina yang memang kental ada didalam penyajian tari Cokek.

Jika dilihat busana tari Cokek yang digunakan saat ini, banyak sekali modifikasi bentuk dari tari Cokek yang ada tempo. Seperti, penggunaan kebaya,samping dan selendang yang digunakan para penari Cokek jaman dahulu sudah berbeda bentuk dengan busana tari Cokek yang digunakan saat ini. Busana tari Cokek yang digunakan saat ini terdiri dari kebaya yang bentuknya sudah dikreasikan namun nuansa Cina masih tetap kental terlihat pada bagian ujung lengan, kemudian penggunaan samping saat ini sudah menjadi celana agar terlihat lincah yang mencitrakan wanita khas Betawi, selanjutnya toka-toka, andong, ampreng dan selampe. Dari busana yang digunakan saja sudah sangat jauh berbeda dengan Cokek tempo dulu yang biasa dibawakan. Rias yang digunakan cenderung rias corrective yang lebih menonjolkan sesempurnaan bentuk wajah dan memudarkan ketidak sempurnaan yang ada diwajah.

Tari Cokek pada masyarakat Betawi sudah sangat melekat dan bisa dibilang tarian ini memang tarian turun-temurun yang ada di masyarakat Betawi. Hanya saja dengan semua perkembangan yang terjadi di masyarakat membuat bentuk tarian ini mengalami perubahan ke arah yang lebih kreativ dan mengglobal dengan lebih dikenal dimasyarakat luas bahkan luar negeri sekalipun.


(37)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Mengingat banyaknya seni tradisi yang berkembang di masyarakat khususnya Betawi, alangkah lebih baiknya lagi jika Sanggar Sinar Betawi yang sudah banyak memiliki pengalaman dibidang seni khususnya seni tari untuk dapat melestarikan secara meluas kepada masyarakat umum atau pelajar di sekolah-sekolah formal. Karena tidak semua sekolah di Jakarta berupaya melestarikan kearifan budaya lokal daerah setempatnya, faktor pusat kota yang mempengaruhi kemajuan global berdampak lebih dominannya kesenian modern yang mereka pelajari dari pada kesenian tradisional yang sudah turun temurun hidup dan berkembang di masyarakat. Bahkan untuk sekolah formal jauh lebih baik jika tarian ini dimasukan dalam bentuk pembelajaran disekolah.


(38)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Ayu Kuswanti, Imas. (2013). Tari Ahlan Wasahlam Di Sanggar Wanda Banten. (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Basrowi. et.al. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka

Cipta.

Cturwati, Endang. (2008). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung : STSI Press.

Depdiknas.(2009).Profile Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI.Jakarta

Depdiknas.(2002).Profile Seni Budaya Banten. Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

J.W.M. Bakker SJ.(1984).Filsafat Kebudayaan (Sebuah Pengantar). Yogyakarta: Kanisius.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

_______________.( 2012). Seni Tradisi Sebagai Media Apresiasi Dan Pembelajaran Seni. Bandung:CV.Bintang WarliArtika

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan, Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

______________.(1979). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Kuntjara, Esther. (2006). Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa ke Masa. Bandung : P4ST.


(39)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pekerti, W.et.al. (2007). Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka.

Peterson Royce, Anya. (2007). Antropologi Tari. Bandung : Sunan Ambu Press STSI Bandung

Rosala, D. et.al. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Soekanto, S. (1975). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soedarsono, R.M. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia.

______________. (1977). Tari Tarian Indonesia I. Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

______________.(1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta : Direktorat Jendal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sujarwa. (1989). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Yogyakarta: Pustaka belajar.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

___________.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tumanggor, Rusmin dkk. (2010). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta :Kencana.

Winarta, S.H. (2002). Antropologi Budaya. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Kumpulan Artikel Seminar Seni Pertunjukan Dalam Persektif Global.(2012).

Septiani, Fanny J. (2011). Perkembangan Kesenian Cokek Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Tahun 1950-2002. (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2.1.Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah topik dan judul penelitian disetujui oleh pihak Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung. Waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data ini sekitar 3 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai narasumber, mengobservasi langsung objek penelitian, mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi dan literatur-literatur yang berhubungan erat dengan objek penelitian.

2.2. Konsultasi Dengan Pembimbing

Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II telah dilakukan mulai dari pembuatan proposal hingga penyusunan skripsi sampai menjelang ujian sidang.

2.3.Pengolahan Data

Untuk mengkaji kebenaran informasi dilakukan pengolahan data dengan cara melengkapi dan memperjelas data yang telah didapatkan. Data yang telah didapat tersebut kemudian disusun menjadi sebuah tulisan sehingga data tersebut mendekati kebenran.

3. Penyusunan Laporan

Setelah semua data terkumpul dan diolah, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan penelitian. penyusunan Laporan dilengkapi secara bertahap dengan melakukan proses bimbingan kepada pembimbing I dan pembimbing II. Laporan disususn berdasarkan ketentuan yang telah ada, yaitu dengan mengacu pada buku karya tulis ilmiah yang diterbitkan oleh UPI.


(2)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Melalui hasil pengamatan saat observasi dan didukung dengan bukti-bukti fisik berupa data seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tari Cokek di Sanggar Sinar Betawi merupakan tarian hasil kreasi baru atau kreativitas para seniman Betawi yang menginginkan adanya perkembangan lebih inovatif. Perkembangan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat tidak menutup kemungkinan untuk masuknya pembaharuan terhadap jenis kesenian khususnya tari.

Tari Cokek yang saat ini ada di Sanggar Sinar Betawi merupakan perkembangan yang terjadi akibat adanya perubahan kebudayaan dan faktor perkembangan globalisasi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dampak globalisasi yang terjadi di masyarakat membuat Yudi mencoba mengangkat kesenian khas Betawi untuk tetap dilestarikan. Tidak menutup kemungkinan kesenian yang semakin lama semakin tidak dilestarikan oleh pribuminya akan semakin hilang dan bahkan banyak diakui oleh bangsa lain. Dari sinilah menjadikan Yudi berupaya untuk melestarian bahkan mengkreasikan tari

Cokek yang ada di masyarakat Betawi. Padamulanya tarian ini hanya

digunakan untuk menghormati para pedagang atau saudagar asal Tionghoa yang sering disebut dengan sebutan Cukong Cina. Namun setelah Yudi mencoba berusaha melestarikan tarian ini, Yudi mengubah tarian penghormatan ini menjadi tarian kreasi yang tidak hanya digunakan untuk menghormati para tamu saja, melainkan sebagai tarian kreasi yang dapat lebih dikembangkan lagi bentuknya. Jadi tari Cokek yang ada saat ini di Sanggar Sinar Betawi adalah tarian kreasi yang merupakan hasil dari kreativitas para seniman yang berupaya mengembangkan potensi kearifan lokal budaya setempat.

Selain itu penyajian tari Cokek yang mulanya dibawakan secara berpasangan, saat ini sudah dibawakan menjadi bentuk tarian berkelompok.


(3)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

modifikasi gerak dari tarian yang berkembang di masyarakat Betawi. Kembali pada sejarahnya, Betawi merupakan daerah yang banyak didatangi oleh para pendatang. Sehingga menjadikan Betawi banyak didiami oleh masyarakat yang heterogen sampai terbentuknya tarian baru hasil modifikasi tersebut. Namun pada tarian ini tetap tidak menghilangkan budaya asalnya seperti budaya Cina yang memang kental ada didalam penyajian tari Cokek.

Jika dilihat busana tari Cokek yang digunakan saat ini, banyak sekali modifikasi bentuk dari tari Cokek yang ada tempo. Seperti, penggunaan kebaya,samping dan selendang yang digunakan para penari Cokek jaman dahulu sudah berbeda bentuk dengan busana tari Cokek yang digunakan saat ini. Busana tari Cokek yang digunakan saat ini terdiri dari kebaya yang bentuknya sudah dikreasikan namun nuansa Cina masih tetap kental terlihat pada bagian ujung lengan, kemudian penggunaan samping saat ini sudah menjadi celana agar terlihat lincah yang mencitrakan wanita khas Betawi, selanjutnya toka-toka, andong, ampreng dan selampe. Dari busana yang digunakan saja sudah sangat jauh berbeda dengan Cokek tempo dulu yang biasa dibawakan. Rias yang digunakan cenderung rias corrective yang lebih menonjolkan sesempurnaan bentuk wajah dan memudarkan ketidak sempurnaan yang ada diwajah.

Tari Cokek pada masyarakat Betawi sudah sangat melekat dan bisa dibilang tarian ini memang tarian turun-temurun yang ada di masyarakat Betawi. Hanya saja dengan semua perkembangan yang terjadi di masyarakat membuat bentuk tarian ini mengalami perubahan ke arah yang lebih kreativ dan mengglobal dengan lebih dikenal dimasyarakat luas bahkan luar negeri sekalipun.


(4)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Mengingat banyaknya seni tradisi yang berkembang di masyarakat khususnya Betawi, alangkah lebih baiknya lagi jika Sanggar Sinar Betawi yang sudah banyak memiliki pengalaman dibidang seni khususnya seni tari untuk dapat melestarikan secara meluas kepada masyarakat umum atau pelajar di sekolah-sekolah formal. Karena tidak semua sekolah di Jakarta berupaya melestarikan kearifan budaya lokal daerah setempatnya, faktor pusat kota yang mempengaruhi kemajuan global berdampak lebih dominannya kesenian modern yang mereka pelajari dari pada kesenian tradisional yang sudah turun temurun hidup dan berkembang di masyarakat. Bahkan untuk sekolah formal jauh lebih baik jika tarian ini dimasukan dalam bentuk pembelajaran disekolah.


(5)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Ayu Kuswanti, Imas. (2013). Tari Ahlan Wasahlam Di Sanggar Wanda

Banten. (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Basrowi. et.al. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Cturwati, Endang. (2008). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung : STSI Press.

Depdiknas.(2009).Profile Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI.Jakarta

Depdiknas.(2002).Profile Seni Budaya Banten. Banten: Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

J.W.M. Bakker SJ.(1984).Filsafat Kebudayaan (Sebuah Pengantar). Yogyakarta: Kanisius.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya

Nusantara. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

_______________.( 2012). Seni Tradisi Sebagai Media Apresiasi Dan Pembelajaran Seni. Bandung:CV.Bintang WarliArtika

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan, Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

______________.(1979). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Kuntjara, Esther. (2006). Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa ke Masa. Bandung : P4ST.


(6)

Sri Ayu Yunuarti, 2014

TARI COKEK DI SANGGAR SINAR BETAWI PADEPOKAN TAMAN MINI JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pekerti, W.et.al. (2007). Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka.

Peterson Royce, Anya. (2007). Antropologi Tari. Bandung : Sunan Ambu Press STSI Bandung

Rosala, D. et.al. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Soekanto, S. (1975). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soedarsono, R.M. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta :

Akademi Seni Tari Indonesia.

______________. (1977). Tari Tarian Indonesia I. Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ______________.(1998). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

Jakarta : Direktorat Jendal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sujarwa. (1989). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Yogyakarta: Pustaka belajar.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung : Alfabeta.

___________.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tumanggor, Rusmin dkk. (2010). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta :Kencana.

Winarta, S.H. (2002). Antropologi Budaya. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Kumpulan Artikel Seminar Seni Pertunjukan Dalam Persektif Global.(2012).

Septiani, Fanny J. (2011). Perkembangan Kesenian Cokek Akulturasi

Budaya Tionghoa dan Betawi di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Tahun 1950-2002. (Skripsi). Bandung :