Strategi dakwah sanggar budaya betawi betawi si pitung dalam pembinaan pemuda di wilayah rawa bekong jakarta barat

(1)

SI PITUNG DALAM PEMBINAAN PEMUDA DI WILAYAH

RAWA BELONG JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S. Kom. I)

Oleh :

AHMAD RIFQI Nim: 106053001989

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011 M


(2)

PITUNG DALAM MEMBINA PEMUDA DI WILAYAH RAWA

BELONG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S. Kom. I)

Oleh :

AHMAD RIFQI Nim: 106053001989

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Murodi, M.A. NIP : 19640705 1992031 1 003

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011 M


(3)

Skripsi berjudul: “Srategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan Pemuda Di Rawa Belong Jakarta Barat” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis tanggal 17 Maret 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 31 Mei 2011

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Wahidin Saputra, MA Drs. Sugiarto, MA

NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 19660806 199603 1 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. M. Sungaidi, MA H. Mulkanasir, BA., S.Pd. MM

NIP. 1960 08 03 1997 03 1006 NIP. 19550101 198302 1 001

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Murodi, MA NIP. 19640705 1992031 1 003


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Maret 2011


(5)

i

Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat.

Aktivitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bilamana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar, atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan mempunyai strategi akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga (Sanggar Budaya Betawi Si Pitung) akan menumbuhkan sebuah citra (image) profesionalisme dikalangan masyarakat. Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan

Pembinaan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencerdaskan dan membuat perubahan prilaku dalam diri manusia untuk menjadi lebih baik keberhasilan pembinaan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan, maka kemerosotan akhlak pada zaman sekarang karena keadaan lingkungan inilah yang menjadi penghambat tersendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui sebuah pembinaan. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut dapat diupayakan melalui pendidikan non formal dengan berbagai bentuk pembinaan khususnya pemuda agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana peran sanggar budaya Betawi dalam menyikapi kemerosotan akhlak pemuda zaman sekarang serta faktor penghambat dan pendukung untuk program pendukung pendidikan formal khususnya pada para pemuda dan generasi selanjutnya di Rawa Belong dan sekitarnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan prilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data aktual, melakukan studi kepustakaan dari literature tertulis, baik dari buku-buku, artikel, majalah, internet dokumen serta melakukan observasi.

Hasil dari penelitian Strategi Dakwah di Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong dalam program Pembinaan Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat yaitu dengan melakukan pendekatan dan pembinaan kelompok didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya yaitu orang-orang atau mad’u yang dituju oleh suatu kegiatan. Dalam mengimplementasikan strategi dakwah bertumpu pada pembinaan dan pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui pembentukan struktur organisasi kepengurusan, program kegiatan, budaya organisasi, dan kepemimpinan. Begitu juga mengadakan sebuah evaluasi tentang strategi dakwah diantaranya: Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), Rapat Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan Memperbaiki Mekanisme Kerja.


(6)

ii









Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga Allah Swt limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, berserta keluarganya, para sahabatnya, dan Insya Allah kepada kita semua sebagai umatnya yang masih taat dan patuh mengikuti ajarannya serta sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman nanti.

Bab demi bab terselesaikanlah sudah dalam sebuah bentuk karya ilmiah skripsi yang Insya Allah berguna untuk penulis dan orang lain nantinya. Halangan serta tantangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan para dosen maupun pengajar lainnya yang memiliki intensitas ilmu yang telah mentransferkan ilmunya kepada penulis. Penulis merasa bahwasanya terselesaikannya penulisan skripsi ini banyak dibantu oleh banyak orang yang selalu berhubungan langsung maupun yang tidak berhubungan langsung kepada penulis, dan hanya ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada beliau-beliau semuanya, diantaranya:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan. MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya. MA, Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan MHU

3. Bapak H. Mulkanasir B.A,S.Pd, M.M, Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah dan MHU


(7)

iii terselesaikan.

5. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda H. Sayuti Dachlan dan Ibunda Hj. Ida Rosyidah, yang dengan susah payah membimbing penulis sejak kecil sampai saat ini. Berkat doa beliau jualah skripsi ini terselesaikan. Begitu juga kepada kakak saya Khairul Fajri, S.Si yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

6. Ketua penguji dan anggota penguji yang telah menguji dan memberikan pengarahan perbaikan terhadap skripsi penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya Dosen-dosen Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah memberikan ilmu dan pegetahuan kepada kami, terutama kepada penulis.

8. Pembina, Pengurus, dan Anggota Sanggar Si Pitung Rawa Belong yang telah membantu penulis, khususnya kepada bapak Bachtiar dan Rudi M. Noor, yang telah membantu dan memberikan waktu dan informasinya tentang bahan penulisan skripsi ini.

9. Seluruh staff perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber pustaka selama penulis merampung skripsi ini.

10.Orang-orang yang penulis sayang terimakasih atas dukungannya, doa, dan perhatiannya terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Saudara penulis di Komunitas Teater Palmerah yang telah memberikan semangat dan motivasi, khususnya pelatih Teuku Arief Irawan, SE dan Dadi Krismatono yang telah memberikan ilmu tentang hidupnya kepada penulis.


(8)

iv

13.Teman-teman KKN lintas Fakultas, yang membantu penulis.

14.Teman-teman MD angkatan 2006 yang sama-sama berjuang dari semester awal telah kita lewati, susah senang kita bersama. Rahmad Kartolo, S.Sos, Marullah, M. Zainuddin, S.Sos, Deden Nurdin Salim, S.Sos, A. Sonhaji Arafat, S.Sos, Iwan, S.sos, Hasan Ra, Sos, Husien Ra, S.Sos, Merliza, S.Sos, Ibrohim, dan semuanya.

15.Teman-teman di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 16.Teman-teman di KOMFAKDA HMI Cabang Ciputat.

17.Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), yang telah memberikan pengetahuan tetang budaya Betawi.

18.Keluarga besar SAIHUN, yang telah memberikan motivasi. 19.Keluarga besar Mardiana, yang telah memberikan motivasi. 20.Temen-temen MD.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat. Penulis menyadari meskipun telah semaksimal mungkin berusaha dalam pembuatan skripsi ini, tentu masih banyak kekurangan. Kritik selalu penulis harapkan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Jakarta, 7 Februari 2011 Penulis


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFRTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

D. Tinjauan Pustaka ... 15

E. Metodologi Penelitian ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI DAKWAH, BUDAYA BETAWI DAN PEMBINAAN ROHANI ISLAM A. Strategi Dakwah ... 21

1. Pengertian strategi dan tahapan-tahapan strategi ... 21

2. Pengertian dakwah, tujuan, metode, media, materi dan hukum dakwah ... 28

3. Strategi dakwah ... 37

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Dakwah ... 40

B. Budaya Betawi ... 41

1. Pengertian Budaya ... 41

2. Fungsi budaya ... 42

3. Pelaku budaya ... 42


(10)

vi

2. Tujuan pembinaan rohani Islam ... 49 3. Bentuk pembinaan rohani Islam... 51

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG SANGGAR BUDAYA BETAWI SI PITUNG RAWA BELONG

A. Sejarah Berdirinya Sanggar Budaya Betawi Si pitung Rawa Belong ... 53 B. Visi, Misi dan Tujuan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa

Belong ... 56 C. Struktur Organisasi Sanggar Budaya Betawi Si Pitung ... 57 D. Program-program ... 60

BAB IV : ANALISIS STRATEGI PEMBINAAN ROHANI ISLAM DI SANGGAR BUDAYA BETAWI SI PITUNG RAWA BELONG

A. Analisis Strategi pembinaan Rohani Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong ... 63 B. Langkah – Langkah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung

Mengimplementasikan Strategi Dakwah ... 67 C. EvaluasiStrategi Dakwah ... 76

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran-saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama dan kehidupan berbudaya merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Agama dan prilaku kebudayaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka, tempat mereka berkomunikasi untuk memohon bantuan terhadap al-khalik yakni terhadap Allah Swt.

Agama dan prilaku kebudayaan merupakan bawaan dari hidup dan fitrah manusia. Banyak sekali keragaman budaya yang telah terjadi membuat nilai persatuan dan kesatuan Islam itu sendiri terbentuk. Kalau melihat sejarah Islam itu sendiri, cikal bakal terjadinya perpecahan dalam Islam berawal dari meninggalnya Rasulullah Saw yang semasa hidupnya berperan sebagai sumber solusi dari berbagai macam permasalahan umat Islam pada masa itu, perdebatan dari kalangan sahabat berkaitan dengan siapa yang pantas mengganti beliau sebagai kholifah yang menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat dalam Islam.

Kaitannya pada zaman sekarang yakni zaman modern banyak sekali fenomena-fenomena yang timbul yakni hilangnya fungsi agama sebagai

monitoring dan controlling dalam menselaraskan kehidupan manusia dengan syariat Islam.


(12)

Kalau kita perhatikan cirri-ciri urgensi dari study Islam pada masa sekarang ada dua hal yang perlu kita perhatikan:

1. Ukhuwah Islamiyah adalah hal yang perlu kita tingkatkan untuk menambah nilai persatuan dan kesatuan demi mencegah adanya perpecahan dalam internal masyarakat.

2. Ukhuwah Insaniyah yakni pentingnya menimbulkan toleransi terhadap sesama manusia tanpa membedakan agama, budaya, ras, dan warna kulit.

Di era globalisasi dan informasi merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak dan Islam menghadapi tantangan yang tak bisa dielakkan.

Nilai-nilai dan sistem budaya modern yang bersifat sekuler dengan begitu bebas bisa memasuki lingkungan kehidupan umat Islam, konsekuensinya adalah akan membawa kehancuran dalam budaya umat Islam. 1. Di bidang akhlaq. Krisis akhlaq merupakan salah satu dampak dari

modernisasi. Sebagai contoh; kurangnya rasa saling menghargai dan menghormati dari yang muda terhadap yang lebih tua.

2. Di bidang ibadah. Sudah banyaknya masyarakat Islam yang enggan melaksanakan shalat lima waktu, puasa, dan zakat yang kita kenal sebagai ibadah sosial yang berupaya meningkatkan ekonomi Islam.

3. Di bidang tauhid. Banyaknya masyarakat Islam yang terjerumus terhadap kekafiran dikarenakan kurangnya nilai keimanan masyarakat modern.


(13)

Umat Islam sebagai umat moderat menyatukan pluralitas melalui keadilan. (QS. Al-Baqarah: 143)





































Artinya: Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 143)

Perbedaan, keikhasan dan keunikan merupakan kenischayaan yang ada dimana-mana, pada orang kembar, keluarga, komunitas dan masyarakat sehingga kemanapun kita pergi menemukan perbedaan dan kita harus menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Keikhlasan kita tercermin dari menerima dan memberikan ruang dan peluang kepada orang lain yang berbeda pendapat, kelompok, dan komunitas.1

Dakwah lewat budaya harus dilihat bagaimana komunikasi terhadap budaya itu sendiri dilihat dari berbagai level, komunikator, level keluarga, komunikasi antarpribadi, orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan ras.

1

Armawati Arbi, MSi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003)Cet-1, hal. 169


(14)

Komunikasi antar kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi politik tingkat nasional dan internasional.2

Yusuf Al-Qardawi menganjurkan menjaga keseimbangan antara

Inklusif dan Ekslusif, terlalu inklusif melupakan identitas diri dan terlalu ekslusif kurang bergaul dan tidak mengenal orang lain.3

Inilah yang dikenal dengan khazanah budaya kita dan dikenal dengan

israiliat. Israiliat ini laris diantara para ulama dari kalangan mufasir dan ahli hadist. Mereka mengambil riwayat-riwayat yang shahih saja, dalil aqli yang jelas saja dan ilmu yang kukuh saja. Tetapi mereka juga mengambil hal-hal yang menyebarluas dikalangan awam, bukan ilmu yang dipercaya atau yang tertulis dikalangan mereka.

Seorang muslim sesungguhnya tidak akan mengambil segala-galanya, yang hak maupun yang bathil. Ia hanya akan mengambil hal-hal yang sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan didalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia untuk menuju Allah Swt, yaitu jalan menuju Islam. Islam bersumber dari wahyu Allah Swt dan Sunnah Rasulullah Saw, ia merupakan nilai yang akan memberikan corak, warna, dan bentuk kebudayaan Islam. Suatu bentuk kebudayaan yang berisikan pesan atau nilai-nilai Islami menurut kacamata

Al-Qur‟an dan As-Sunnah, sekalipun ia muncul dari orang atau masyarakat yang

bukan agama Islam. demikian juga sebaliknya, tidak dikatakan budaya Islam.

2

Ibid, hal. 171 3


(15)

meskipun ia lahir dari orang atau masyarakat penganut agama Islam, jika tidak memuat pesan atau nilai-nilai Islami.4

Dalam perspektif dakwah Islam, budaya atau kebudayaan adalah aktualisasi dari sikap tunduk (ibadah atau peribadatan) manusia kepada Allah Swt. Salah satu simbol dan nilai budaya sebagai sikap tunduk kepada Allah Swt, tertera dalam Al-Qur‟an Surat Asy Syuaara (26) ayat 224-227





































Artinya: “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?. Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”

Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.

Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu keputusan menejerial yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan

4

Artikel Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2010 dari http: //www.google.com/doc/Dakwah dan Budaya


(16)

dakwah, jika strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivitas dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.

Sesuai dengan perkembangan saat ini, dakwah harus mampu memtransformasikan dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan konteks zaman sekarang, dakwah harus mampu beradaptasi dengan fenomena yang ada namun dengan tetap menjaga kandungan dakwah itu supaya tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam yang termuat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

Risalah Islamiyah yang dibawa Nabi Muhammad adalah untuk seluruh umat manusia dimanapun dan kapanpun. Oleh sebab itu, kegiatan dakwah cakupannya sangat luas, sehingga Allah Swt memberi peringatan pada setiap manusia agar selalu mengajak kepada manusia untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi mungkar.

Berdakwah memang merupakan tugas yang berat, namun mulia disisi Allah, karena para ulama (mubaligh) itu adalah ahli waris dari para Nabi sebagai pembawa agama yang benar, yaitu agama Allah, agama Islam, agar umat manusia tidak terjerumus kedalam lembah nista dan nestapa, yakni lembah kekafiran dan kemusyrikan.

“Tiada hari tanpa kegiatan dakwah.”5 Raf‟iudin mengatakan bahwa:

Sebagai orang Islam, kita hendaknya sepakat dengan semboyan seperti itu. Namun mengingat diri sendiri adalah yang terpenting, maka kita harus berbekal diri dengan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta mengetahui

5 Rafi‟udin, Maman Abdul Djaliel,

Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001) hal. 13-14


(17)

berbagai ilmu dan kejadian yang berkembang dewasa ini. Ini berarti bahwa disamping mempelajari ilmu agama, umat Islam juga dituntut untuk menambah pengetahuan serta keterampilan untuk membawa dan mengarahkan umat Islam lainnya kearah kemajuan yang sesuai dengan tuntunan zaman. Karena pada dasarnya dakwah tidak hanya terletak pada majelis dakwah pengajian umum semata, tetapi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Misalnya pada suatu perjanjian atau tempat kita berkerja dan beraktivitas, kita melihat kemungkaran, maka kita harus mencegahnya. Itupun sudah termasuk berdakwah.6

Budaya sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.7 Manusia belajar, berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.

Seiring dengan adanya sebuat keterikatan antara dakwah dan kebudayaan yang menjadi salah satu media yang efektif dalam menyampaikan segala bentuk informasi, maka mau tidak mau dakwah harus menggunakan fasilitas tersebut sebagai bentuk dari fleksibelitas dakwah dengan perkembangan zaman. Dengan demikian setidaknya dakwah dapat meminimalisir penyalahgunaan tentang kebudayaan yang berasal dari dunia barat yang berdampak pada perubahan dinamika sosial yang secara sistematis

6

Ibid, Hal. 13-14 7

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication Konteks-konteks


(18)

telah menggeser pola-pola umum yang telah tertanam bertahun-tahun pada kebudayaan bangsa kita sendiri, kendatipun tidak semual hal tersebut buruk untuk diterima bahkan jika dapat memformulasikan akan menjadi suatu kemajuan tersendiri.

Para ahli sosiologi menggambarkan ciri-ciri kelompok kedalam dua katagori yaitu primary group (kelompok primair) dan secondary group (kelompok sekundair) sebagai berikut:

1. Primary group (kelompok primer) adalah keluarga. Ia merupakan unit atau kesatuan organisasi sosial yang terdiri dari sistem nilai-nilai yang mengajar anggota-anggotanya bagaimana dia harus memuaskan kebutuhannya. Keluarga adalah suatu lembaga yang memberikan pola tingkah laku manusia, mengkoordinasikan serta mengintegrasikannya dan sampai tertentu ia dapat memberikan ramalan tentang perilaku manusia. Keluarga adalah mempunyai fungsi membentuk pribadi, mengendalikan tingkah laku dan mentransmisikan warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

2. Secondary group (kelompok sekunder) adalah masyarakat itu sendiri dimana didalamnya berkembang berbagai organisasi sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, agama, dan sebagainya yang pengaruhnya tidak kecil terhadap perkembangan pribadi manusia. Kelompok ini sering juga disebut lembaga sekunder untuk menunjukkan bahwa sebagai suatu lembaga, kelompok sekunder ini memiliki suatu sistem nilai-nilai sosial


(19)

dan kultural yang berkembang menurut mekanisme perkembangan lembaga itu sendiri.

Meskipun peranan lembaga sekunder dalam pembentukan kepribadian manusia tidak sebesar lembaga primer, akan tetapi peranannya dalam mempengaruhi arah perkembangan hidup manusia khususnya yang menyangkut sikap dan perilaku cukup besar pula, terutama yang terbesar pengaruhnya diantara lembaga-lembaga sekunder adalah lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan.8

Pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosio-kulturan dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.9

Dakwah artinya mengajak manusia dengan cara yang bijaksana agar manusia selalu berda pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dakwah Islamiyah yang di lakukan Nabi Muhammad Saw telah berasil membentuk masyarakat Islami. Oleh karena itu perjalanan yang menuju sebuah masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses dakwah, hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofi serta memberikan kerangka dinamika dan

8

Social Psychology, An Interdisciplinary Approach; Hubert Bonner, hal, 320. 9

Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Primaduta, 1983), hal. …


(20)

perubahan sistem dalam proses perwujudan masyarakat yang adil dan makmur.10

Yang menjadi salah satu permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi umat Islam sekarang adalah permasalahan yang berkaitan dengan generasi muda. Khususnya para pemuda. Pemuda juga merupakan generasi penerus bangsa. Pemuda juga merupakan tumpuan harapan masa depan agama dan bangsa. Dikatakan bahwa: ٌﺪﻐ ﺟﺭ ﻡﻮﻴ ﻥ ﺒﺷ

“Pemuda atau remaja yang sekarang adalah pemimpin dimasa yang akan datang.” Dengan demikian, jika pemuda itu baik, berilmu dan berakhlak

mulia, akan cerahlah masa depan agama dan bangsa. Akan tetapi sebaliknya, jikalau pemuda itu rusak, akan rusaklah masa depan agama dan bangsa.

Pada kenyataannya kalau diamati, generasi muda dewasa ini sangat memprihatinkan. Sebagian dari remaja kita sudah kehilangan moral dan lepas kendali agama. Hal ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak diantara mereka yang lebih suka nongkrong di pinggir jalan tanpa alasan yang jelas. Main di tempat hiburan, diskotik, dan bergaul bebas tanpa batas. Mengonsumsi narkotika, ekstasi, nipam, dan heroin dan minuman keras dan beberapa perbuatan yang kriminal dan tawuran. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Islam menghadapi kenyataan ini tentunya memiliki rasa tanggung jawab, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

Bila melihat Betawi secara umum, maka akan terlihat adalah pola hidupnya, bagaimana mengsinkronisasikan antara kebudayaan dan agama,

10

Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Primaduta, 1983), hal. 285.


(21)

dalam bidang seni misalnya, orang Betawi memiliki kesenian bela diri yang disebut Cingkrik yang berasal dari Rawa Belong yang dibawa oleh Si Pitung. Hal itulah yang menjadi sumber nilai agama Islam yang dianut oleh masyarakat Betawi sangat berkaitan erat dengan kehidupan mereka sehari-hari misalnya pada zaman dahulu masyarakat Betawi khusunya para pemuda Betawi ada sebuah kebiasaan yang berbeda dari budaya-budaya daerah lainnya yaitu, di rumah mereka mengaji dan belajar tentang Islam, di luar rumah mereka belajar beladiri. Hal ini lah yang menjadi nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat Betawi yang sangat kental.

Perubahan di zaman sekarang ini yang berdampak pada berbagai dinamika kehidupan menjadikan suatu keharusan bagi umat Islam untuk mengikutinya. Keterpaduan antara dakwah dan kebudayaan sebagai salah satu strategi berupa mengembangan akhlakul karimah dan kecintaan serta kepedulian kita terhadap pemuda kita, ditunjukan oleh sebuah lembaga kebudayaan betawi Sanggar Si Pitung yang telah melestarikan kebudayaan betawi dan ingin berdakwah untuk menjaga generasi muda sampai sekarang yang berlandaskan untuk perkembangan dakwah di Jakarta. Hal ini sesuai dengan semboyan kaum nahdliyin yang berbunyi:

Artinya: “Memelihara tradisi terdahulu yang baik serta mengambil yang

lebih baik dari yang baru”.

Kemampuan sebuah lembaga kebudayaan dalam menghadapi tantangan global terus ditingkatkan, jaringan komunikasi dibangun dan


(22)

dikembangkan melalui seni dan kebiasaan kehidupan sehari-hari yang semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang solid dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia dakwah dan kebudayaan itu sendiri.

Sanggar Kebudayaan Betawi Si Pitung tampil dengan gagasan-gagasan dakwah yang sesuai dengan kondisi masyarakat Rawa Belong, ditengah-tengah gemparnya dinamika sosial yang kompleks, keragaman budaya asing yang masuk, bahkan dengan munculnya banyak pemikiran-pemikiran yang radikal yang menggerogoti kesatuan dan persatuan umat Islam.

Minimnya pendidikan agama dan pengaruh lingkungan merupakan penuntun manusia untuk hidup lebih arif dan berakhlak mulia. Seseorang yang tidak memiliki pendidikan agama, akan rentan keimanan dan akidahnya. Bahkan ada yang terjerumus kedalam jurang kehidupan yang nista penuh dosa. Oleh karenanya tanamkan nilai-nilai agama sedini mungkin pada para pemuda sekarang.

Banyaknya pengaruh negatif dari barat, merupakan salah satu proyek kaum Zionis, Komunis, Yahudi, dan Nasrani yang akan menghancurkan akidah umat Islam dan bangsa Indonesia. Mereka mengemasnya dengan media masa, televisi, video, film, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kita harus mampu membendung pengaruh negatif itu dengan memberikan pengarahan dengan intensif kepada anak-anak kita. Ambilah yang positif dari arus globalisasi dan buanglah yang negatif, yang bertentangan dengan moral agama dan bangsa.


(23)

Ribuan bahkan ratusan kebudayaan asing yang masuk mengandung unsur-unsur kemaksiatan yang telah beroperasi di Jakarta yang ditimbulkan dengan sengaja oleh orang-orang pencari keuntungan atau yang memang mempunyai misi untuk merusak moral masyarakat kita. Jika hal ini tidak dicegah dengan cepat maka kebobrokan moral akan semakin merajalela dan mengakar pada kebudayaan masyarakat itu sendiri.

Dalam upaya menjaga eksistensi serta membina para pemuda tersebut pada arah dakwah, perlu adanya manajemen yang strategis, relevan, dan efektif dalam menyikapi dan menghadapi berbagai macam kesempatan, hambatan maupun tantangan yang semakin kompleks dan serba cepat ini yang terjadi terhadap pemuda kita sekarang.

Sanggar Kebudayaan Betawi Si Pitung merupakan nama sebuah lembaga kebudayaan Betawi yang didalamnya menjalankan peran dan fungsinya adalah sebagai pelestarian kebudayaan adat Betawi, konsolidasi organisasi serta media dakwah yang sejuk, toleran dan mengedepankan Islam di Rawa Belong melalui kebudayaan. Dari deskripsi diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang

Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan Rohani Islam Pemuda di Wilayah Rawa Belong

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


(24)

Untuk menjelaskan permasalahan dan sekaligus menghindari ketidak fokusan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan pembatasan masalah yaitu pada ruang lingkup Strategi Sanggar Kebudayaan Si Pitung Dalam Berdakwah Melalui Kebudayaan

Betawi Di Rawa Belong yang meliputi perumusan dan

pengimplementasian dalam membina pemuda. 2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Strategi dakwah apa yang dilakukan Sanggar Kebudayaan Betawi Si Pitung Dalam Membina Pemuda di Wilayah Rawa Belong?

b. Bagaimana Langkah-langkah yang dilakukan Senggar Kebudayaan Betawi Si Pitung Dalam Mengembangkan Dakwah di Rawa Belong dalam mengimplementasikan strategi dakwah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan Sanggar Betawi Si Pitung dalam membina pemuda di wilayah Rawa Belong.

b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengimplementasikan strategi dakwah yang dilakukan Sanggar Betawi Si Pitung dalam mengembangkan dakwah melalui seni di Rawa Belong.


(25)

a. Memberikan pengetahuan keilmuan yang baru khususnya kepada penulis tentang strategi dakwah melalui Sanggar kebudayaan betawi. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi Sanggar Betawi dalam rangka membina pemuda.

D. Tinjuan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi terdahulu yang mengangkat judul tentang “Startegi Dakwah Sanggar

Budaya Si Pitung Rawa Belong Dalam Membina Pemuda di Wilayah Rawa Belong”, maksud pengkaji ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.

Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis akhirnya menemukan skripsi yang mengangkat tentang Strategi Dakwah Majelis Taklim judul tersebut adalah karya dari Ida Damroh jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul skripsi

“Strategi Dakwah Majelis Taklim Baiturrahman Pondok Jaya Tanggerang”

dengan bahasan bagaimana strategi yang dilakukan Majelis Taklim Baiturrahman, Relevansi strategi dakwah Majelis Taklim Baiturrahman pada zaman sekarang, faktor pendukung dan penghambat. Tetapi dalam penelitian yang penulis lakukan dalam membuat strategi dakwah berbeda dengan skripsi Ida Damroh yaitu dapat dilihat startegi dakwah yang dilakukan lembaga


(26)

tersebut dan dalam pengimplementasian startegi dakwah, dengan tidak menerapkan konsep yang terdapat didalam strategi dakwah Ida Damroh, karena dalam skripsi penulis menerapkan konsep lebih berfokus pada strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong.

Lain hal nya dengan skripsi yang kedua, “Peran Penyuluhan Agama

Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja”. Study Kasus Remaja Masjid Al

Mu‟alla Rw 008 di Desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi, yang

disusun oleh Andu Junaedi, Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lulusan tahun 1427 H/2006 M. Skripsi ini Andi Junaedi mengemukakan bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja. Dalam skripsi Andi Junaidi walaupun ada kesamaan dalam judul penulisan tetapi yang membedakan dengan skripsi penulis adalah metodenya dan pengimplementasiannya.

Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan sebagai perbedaan bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi-skripsi terdahulu, terlihat pada objek dan subjek penelitiannya. Bahwa penelitian terdahulu hanya menjelaskan konsep strategi dakwah sedangkan penelitian ini penulis memberikan cara pengimplementasian tentang strategi dakwahnya.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan penulis adalah metode kualitatif, menurut lexy yang dikutip dari Bogdan dan Taylor mendefisinikan metode kualitatif sebagai sumber prosedur. Sedangkan penerapan metode


(27)

kualitatif dalam penulisan skripsi yang akan disusun adalah studi lapangan (field research) yaitu melakukan penelitian secara langsung ke Sanggar Si Pitung Rawa Belong untuk memperoleh keterangan langsung serta memperoleh data-data yang terkait dengan pembahasan skripsi yang penulis susun.

Adapun subjek penelitian adalah Sanggar Betawi Si Pitung dan objek penelitian yang penulis lakukan adalah Strategi Dakwah yang di lakukan Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong Dalam Membina Para Pemuda di Wilayah Rawa Belong.

Untuk memperoleh ketepatan data dan keakuratan informasi yang mendukung penelitian, peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui beberapa cara diantaranya:

1. Observasi: Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.11 Observasi dilakukan dengan cara melakukan tinjauan langsung ke sekretariat Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong.

2. Wawancara: Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.12 Dalam rangka penggalian data-data yang diperlukan.

3. Catatan lapangan: Catatan lapangan adalah catatan yang berupa coretan seperluanya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, frase,

11

Husni Utsman dan Purnomo setiadi Akbar. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara. 1998) cet ke 2. hal 54

12

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Rosdakarya). Hal. 135


(28)

pokok isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain.13

4. Analisis data-data melalui internet dan buku-buku yang berkaitan tentang dakwah dan kebudayaan.

Adapun teknik penulisan yang digunakan penulis mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center For Quality Development and Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 Cetakan Pertama.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah, dan sekaligus agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka penulis membagi atas lima bab. Kelima bab tersebut secara rinci sebagai berikut;

BAB I: Penulis mengurai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, pada bagian awal diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data, dan diakhiri dengan uraian tentang sistematika penulisan.

13


(29)

BAB II: Membahas tentang strategi dakwah dan pembinaan pemuda di Rawa Belong. Agar pembahasan ini jelas, maka akan dikemukakan tentang definisi strategi baik ditinjau dari etimologi maupun terminology, proses tahapan dalam strategi, faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan strategi, serta kriteria strategi yang baik. Selain itu penulis juga akan mengemukakan tentang dakwah, definisi dakwah dan urgensi dakwah, serta memformulasikan antara keduanya menjadi strategi dakwah yang diuraikan menjadi pengertian strategi dakwah, prinsip-prinsip strategi dakwah dan langkah-langkah penyusunan strategi dakwah. Kemudian penulis akan melanjutkan dengan memaparkan tertang pengembangan budaya Betawi yang meliputi sejarah, serta perkembangannya sampai sekarang. BAB III: Penulis akan mencoba untuk memaparkan gambaran secara

umum mulai dari pengurus Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong, sejarah berdirinya, Visi dan Misi, dan struktur organisasi Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong serta program-program yang dilakukan.

BAB IV: Penulis mencoba untuk menganalisis strategi Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong, Implementasi strategi Sanggar Betawi Si Pitung Rawa Belong dan evaluasi strategi dakwah sanggar betawi si pitung


(30)

BAB V: Merupakan bab penutup, yang mana dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan sebelumnya dan sekaligus menjawab permasalahan pokok yang dikemukakan sebelumnya, dan kemudian penulis mengemukakan saran-saran.


(31)

21

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Strategi Dakwah

1. Pengertian Strategi dan Tahapan-tahapan Strategi a. Pengertian Strategi

“Kata strategis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos,

yang berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai

generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.1

Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu,

Strategos yang berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun, pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksankan kegiatan tertentu.3 Untuk mengetahui lebih jelas

1

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep

Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), hal. 8

2

Rafiudin dan Manan Abd. Djaliel. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia). hal. 76

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 199


(32)

mengenai pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan beberapa pakar diantaranya:

1) Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.4

2) Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.5

3) Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah, et. Al, Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat kompeherensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.6

4) Pengertian strategi menurut Prof. Din Syamsudin mengandung arti antara lain:

4

A.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), hal. 58 5

George Stainer dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t.), hal. 20 6

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000), Cet Ke-1, hal. 4


(33)

a) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b) Seni dalam menyiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan.

c) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.7

Dari beberapa definisi startegi diatas, penulis menyimpulkan strategi adalah rencana yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dimana strategi dapat dilakukan secara terencana atau yang telah disusun secara sistematis dan strategi yang timbul secara spontan. Strategi dibutuhkan agar sesuatu yang telah terencana dengan sempurna dapat mencapai hasil yang diinginkan. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan terhadap hal-hal yang sifatnya dapat berubah. Dalam hal tersebut strategi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi adalah strategi yang muncul secara spontan. Dimana hal-hal yang belum direncanakan harus dilakukan.

Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan yang nyata dengan mengantisipasi perkembangannya. Kurangnya aplikasi atau penerapan sebuah strategi yang baik dapat menyebabkan strategi yang telah direncanakan gagal. Akan tetapi penerapan strategi yang tersusun sempurna bukan saja akan meraih kesuksesan, melainkan dapat mengokohkan strategi yang pada awalnya diragukan. Hasil baik yang didapat bukan semata-mata karena

7

Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Lagos, 2000), Cet Ke-1, hal. 127


(34)

strategi yang dimiliki, namun hal tersebut dikarenakan kemampuan dalam menerapkan strategi yang efektif.

b. Tahapan-Tahapan Startegi

Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak berputus pada lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.8

Adapun tahapan-tahapan strategi terdiri dari tiga tahapan: 1) Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancama eksternal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan.9 Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam satu proses kegiatan. Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja berikut ini :

a) Tahap Input (masukan)

Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

8

Fred R David, Manajemen Startegi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), hal. 3 9


(35)

b) Tahap Pencocokan

Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan srategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.10

c) Tahap Keputusan

Menggunakan semacam teknik, diperoleh dari input sasaran dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasikan dalam tahap kedua.11 Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke arah depan dengan tujuan, artinya perencanaan amatlah penting dan mempunyai andil yang besar.

2) Tahap Pengimplementasian Strategi

Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk.12

Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi kerena implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah startegi yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung startegi merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses memerlukan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras.

10

Ibid, hal. 183. 11

Ibid, hal. 198 12


(36)

Implementasi strategi merupakan proses pelaksanaan strategi. Yang mana dalam pelaksanaannya perlu konsistensi yang tinggi dari masing-masing anggota yang terlibat didalamnya. Komitmen serta kerjasama dari seluruh unit diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

3) Evaluasi Strategi

Tahap akhir dalam strategi adalah evaluasi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah :13

a) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam mencapai tujuan begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat pula bagi hasil yang akan dicapai.

b) Mengukur Prestasi (Membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan).

Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk evaluasi strategi haruslah dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yeng mengungkapkan apa yang telah terjadi.

13


(37)

c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi harus dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlau banyak penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai, evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.

Evaluasi perlu untuk semua organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan pertanyaan dan asumsi manejerial, harus memicu tinjauan dari nilai-nilai yang merangsang sebuah kreativitas. Evaluasi menjadi tolak ukur dari keberhasilan strategi yang akan diterapkan kembali dimasa mendatang oleh suatu organisasi. Manfaat evaluasi pada proses tahapan strategi yang ketiga ini adalah untuk:

a. Meninjau faktor eksternal dan internal

b. Mengukur prestasi yang dicapai dengan cara membandingkan antara hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan yang ada.

c. Mengambil tindakan korektif bagi suatu organisasi.14

14


(38)

2. Pengertian Dakwah a. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da`wah, merupakan bentuk kata masdar dari kata kerja da`a, yad`u,

da`watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.15 Maka dakwah dari sudut bahasa berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan.

Sedangkan secara istilah dakwah dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Alllah SWT sesuai dengan garis aqidah, yaitu syaariat dan akhlak Islamiyah.16

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian eksistensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah atau lembaga dakwah.

Dalam pesan dakwah merupakan ciri khas kejiwaan, maka kegiatan dakwah yang didasarkan atas pandangan psikologi mengandung sifat

15

Muhammad Yunus. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973) hal. 126

16

Muhammad Sayyid Alwakil. Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani Idris, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), hal 1


(39)

persuasif (memberikan keyakinan), motivasi (merangsang), konsultatif

(memberikan nasihat), serta edukatif (mendidik atau membina). Sifat-sifat demikian merupakan intinya dakwah yang dikembangkan dalam sistem dan metologi dakwah.17

Menurut Dr. M. Quraish Shihab Bahwa dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik atau sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.18

Menurut Wardi Bachtiar dakwah dapat dilakukan dalam 3 kategori yaitu :

1) Dakwah bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah symposium, diskusi, khutbah, sarasehan dan lain sebagainya.

2) Dakwah dengan tulisan

Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melaului tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamflet, lukisan-lukisan, buletin dakwah dan lain sebaginya.

3) Dakwah bi al-hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah melalui perbuatan nyata seperti perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras serta menolong sesama manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian rumah sakit, pendirian panti dan memelihara anak yatim

17

M. Arifin, M.Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), Cet Ke- 5, hal. 6

18


(40)

piatu, pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah seperti pabrik, pusat perbelanjaan, kesenian dan lainnya.19

Menurut Sayyid Quthub dakwah merupakan salah satu kewajiban bagi orang Islam, dakwah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kaum muslim baik individu maupun kelompok. Tentunya dengan memperhatikan tugas-tugas dakwah yang demikian berat dan tantangan yang demikian besar, maka dakwah tidak bisa tidak menghendaki adanya kelompok orang atau umat (kelompok profesional) yang secara sunggu-sungguh memikirkan masalah dakwah dan melakukan tugas dakwah dengan baik dan sempurna.20

Dari pernyataan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa, dakwah adalah mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat individu maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah sendiri dapat disampaikan melalui lisan, tulisan dan juga dengan tinggkah laku yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam upaya mempengaruhi orang lain agar timbulnya keinsyafan dalam individu dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam keseharian.

b. Tujuan Dakwah

Tujuan dilaksankannya dakwah adalah untuk mengajak manusia kejalan Tuhan yang benar, yaitu Islam. Dakwah adalah usaha atau kegiatan yang bertujuan, suatu kegiatan tidak akan bermakna jika tanpa arah tujuan yang jelas. Tujuan dakwah Islam antara lain adalah mengubah

19

Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wahana Ilmu, 1997), hal 34

20

A. Ilyas Ismail M.A. Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah , (Jakarta: Penerbit Madani, 2006) hal. 20


(41)

pandangan hidup seseorang. dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pola pikir dan pola sikap.21

Menurut Sayyid Quthub Pada dasarnya tujuan dakwah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian rohani bagi umat manusia baik dalm kehidupan maupun dunia akhirat kelak. Akan tetapi kebahagian tentu tidak dapat dicapai apabila terjadi berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat, baik berupa kedzholiman, kemunkaran, dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai apabila sebagian anggota masyarakat merampas hak-hak anggota masyarakat lainya dengan menuhankan diri dan memperbudak orang lain. Maka dari itu tujuan dakwah yang sesungguhnya adalah hal-hal yang mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia.22

c. Metode Dakwah

Secara bahasa metode berasal dari 2 kata yaitu meta (melalui) dan

hodos (jalan/cara). dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata

Methodos yang artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.

metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran yang mencapai suatu maksud.23

Metode Dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da`i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau kumpulan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.24

21

Rafiudin dan Maman Abdul Jalil. Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001) Cet Ke-2, hal 32

22

A. Ilyas Ismail M.A. Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran DakwahHarakah , (Jakarta: Penerbit Madani, 2006), hal 30

23

M. Munir. Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006), hal. 6 24

Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal. 34


(42)

Dalam menghadapi bermacam-macam nilai, keagamaan, pilihan hidup dan sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah diharapkan bisa menjadi solusi dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah dalam kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi, sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya.

Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

1) Metode dari segi cara, yaitu :

a) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum, cara ini marak dilakukan oleh masyaraka luas.

b) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan sejenisnya.

2) Metode dari segi jumlah audiens, yaitu :

a) Dakwah perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap perorangan secara langsung (Face to Face atau Privat).

b) Dakwah kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain.


(43)

3) Metode dari segi pelaksanaan, yaitu :

a) Cara Langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap muka antara komunikator dengan komunikannya.

b) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yang dilakukan oleh media seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan, internet dan lain-lain. 4) Metode dari segi penyampaian isi, yaitu: Cara serentak, cara ini

dilakukan untuk pokok-pokok bahsan yang praktis dan tidak terlalu banyak kaitannya dengan masalah-masalah lainnya (fokus terhadap suatu permasalahan ).25

Jadi kesimpulan metode dakwah adalah suatu cara bagaimana menyampaikan dakwah sehingga pesan dakwah yang disampaikan kepada

mad‟u mudah untuk dicerna, dipahami, dan meyakini.26

Adapun metode dalam melaksanakan dakwah tercantum dalam Al Qur`an surat An-Nahl ayat 125:









Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(QS. an-Nahl : 125)

25

Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usha Nasional, 1994) Cet Ke-1 Hal 80-87

26

Imam Zaidillah Al-wisral, Stategi Dakwah, (Jakarta: Kalam mulia, 2002), Cet ke-1, hal 71


(44)

d. Materi Dakwah

Materi dakwah tidak lain adalah Islam yang bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari`ah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.27

Al-Qur`an adalah sumber ajaran Islam yaitu wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu Allah SWT itu diturunkan dalam bahasa Arab dan secara otentik terhimpun dalam mushaf al-Qur`an. Sedangkan Hadist atau as-Sunnah ditinjau dari segi bahasa berarti cara, jalan, kebiasaan, dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi mencakup yang baik dan buruk. Kata as-Sunnah di dalam al-Qur`an diulang 16 kali pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib identik dengan Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sunnah merupakan salah satu nama dari dalil-dalil hukum. Apabila suatu hukum ditetapkan bedasarkan hukum tersebut iaalah keterangan dari Nabi Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan.28

Menurut M. Syafaat Habib materi dakwah adalah seluruh ajaran agama Islam secara kaffah, tidak dipotong-potong. Ajaran Islam telah tertuang dalam Al-Qur`an dan as-Sunnah, sedangkan perkembanganya dikemudian akan mencakup kultur Islam.29

27

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal 34

28

Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono. Etika Membagun Masyarakat Islam

Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet Ke-2, hal 37

29


(45)

e. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa Latin yaitu

Medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media mempunyai arti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.30

Dakwah dapat didefinisikan sebagai penyebarluasan ajaran atau paham, dan media merupakan alat penyebaran itu. Jadi media dakwah adalah alat penyebaran ajaran atau paham. Maka, pengemasannya pun harus benar-benar bisa diterima mad`u yang notabene memiliki banyak pilihan untuk memilih media mana yang selayaknya dikonsumsi. Dalam artian, media dakwah harus bisa sedemikian mungkin untuk menarik simpati pasarnya.

Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tak bisa dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya : televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar.31

Untuk mencapai sasaran dakwah yang tepat dan memperoleh tujuan yang akan dicapai maka dakwah sudah barang tentu memerlukan alat dan sarana sebagai agen pelayanan masyarakat yang mencakup seluruh segi kehidupan manusia atau masyarakat, alat dan sarana tersebut adalah media dakwah. Media merupakan segala sesuatu yang membantu

30

Amuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Islam: Al-Iklas, 1999) hal 163

31

Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal 35


(46)

juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif dan efesien.32

f. Hukum Dakwah

Hukum ada dalam masyarakat sejak manusia itu ada di atas muka bumi ini. Masyarakat terbentuk apabila ada dua orang atau lebih untuk hidup bersama. oleh karena itu, hukum ada dan diprlukan keberadaannya sejak adanya manusia itu sendiri dan paling tidak, sejak adanya dua manusia untuk hidup bersama. Demikian juga dengan dakwah, dakwah ada dan diperlukan keberadaannya sejak manusia itu ada. Bahkan ada yang mengatakan, dakwah itu ada sejak manusia hidup di dalam surga (Nabi Adam dan Siti Hawa), dan terus berkembang sampai saat dimana manusia berada di muka bumi. Dengan demikian dakwah itu ada dan dilakukan, sejak adanya manusia.33

Allah SWT berfirman tentang dakwah dalam Al-Qur`an berbunyi :





















Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik ”.(QSAl-Imran : 110)

32

Abdul Karim Zaidan. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakrta: Media Dakwah, 1984) Cet Ke-2, hal. 26

33

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Cet ke-1, hal 1


(47)

Dakwah merupakan tugas yang mulia, karena dakwah tidak lain untuk menujukan manusia kepada kebaikan dan menggiring mereka untuk bersatu dalam satu kalimat tauhid. mengajak mereka untuk menghadapi kedzaliman dan kejahilan. tak ada suatu perbuatan yang paling mulia selain berdakwah. Rasulullah SAW bersabda “balligu anni wallau ayyah”.

Pada dasarnya ulama sepakat bahwa dakwah Islam itu wajib hukumnya akan tetapi wajibnya ada yang berpendapat wajib `ain, artinya seluruh umat Islam dalam kedudukan apapun tanpa kecuali wajib melaksanakan dakwah, dan ada pula yang berpendapat wajib kifayah, artinya dakwah itu hanya diwajibkan atas sebagian umat Islam yang mengerti saja seluk-beluk agama Islam.34

Dari definisi-definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa dakwah adalah merupakan kewajiban bersama yang harus kita kerjakan dan kita lakukan dengan strategi yang matang. Maka dakwah akan tersampaikan dengan efektif dan efisien kepada semua golongan masyarakat sehingga tercapai tujan dakwah itu sendiri.

3. Pengertian Strategi Dakwah

Menurut Asmuni Syukri, strategi dalam dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik atau maniuvers yang digunakan dan dipakai dalam aktifitas (kegiatan) dakwah. Strategi dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah yaitu:

34

Syamsuri Siddiq. Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT Al Ma`rifat, 1981) hal. 12


(48)

a. Asas Fisiologi: Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas dakwah Islam.

b. Asas Keahlian dan Kemampuan Da‟i

c. Asas Sosiologis: Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan situasi dan kondisi lingkungan sasaran dakwah.

d. Asas Psikologis: Asas ini yang hubungannya dengan kejiwaan manusia. e. Asas Efektifitas dan Efesiensi: Asas ini maksudnya, dalam aktifitas

dakwah harus berusaha menseimbangkan antara biaya, waktu, tenaga, yang harus dikeluarkan dengan pencapaian hasil, artinya antara ketiga hal tersebut harus sesuai dengan hasil dakwah yang akan dicapai.35

Memperhatikan pengertian strategi dan dakwah maka pengertian strategi dakwah adalah tata cara mencapai tujuan dakwah yang telah disepakati bersama dengan memperhatikan kemampuan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang ada baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA).

Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya.

35

Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 35


(1)

78

2. Rapat Evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Tugas yang paling penting bagi pengurus sanggar adalah bagaimana mengkoordinasikan pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus dikerjakan setelah dakwah itu berjalan. Disinilah pentingnya koordinasi untuk mengdakan evaluasi, sejauh mana hasil strategi dakwah sanggar yang telah dicapai. Evaluasi ini penting untuk sesuai dengan perubahan Sanggar dalam kurun waktu tertentu harus selalu ada peningkatan dalam menjalankan agama Islam. Sebelum hal itu dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan target hasil dari setiap paket dakwah yang kita jalankan sehingga memudahkan membuat grafik perkembangan dakwah.

3. Memperbaiki Mekanisme Kerja

Dalam mengambil kebijakan untuk mengubah suatu strategi tidak harus strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan. Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong melihat yang terdaji pendorong dan hambatan dalam mengimplementasi strategi dakwah yang sudah ada, setelah itu baru diukur apakah strategi yang sudah ada sudah mencapai sasaran dan tujuan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Rawa Belong.


(2)

79

PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya.

Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil analisis penelitian terhadap strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam pembinaan rohani pemuda di wilayah Rawa Belong Jakarta Barat sebagai berikut:

1. Mengenai keberhasilan strategi pembinaan pemuda Sanggar Budaya Betawi Si Pitung yaitu dengan melakukan pendekatan dan pembinaan kelompok didasarkan atas kondisi sasaran dakwah dan suasana yang melingkupinya yaitu orang-orang atau mad’u yang dituju oleh suatu kegiatan.

2. Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam mengimplementasikan strategi dakwah bertumpu pada pembinaan, program-program dan pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui pembentukan struktur organisasi kepengurusan, program kegiatan, budaya organisasi, dan kepemimpinan.


(3)

80

3. Evaluasi startegi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan, karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi yang akan merugikan suatu hasil yang dicapai. Dalam hal ini Sanggar Budaya Betawi Si Pitung mengadakan sebuah evaluasi tentang strategi dakwah diantaranya: Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), Rapat Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan Memperbaiki Mekanisme Kerja.

B. Saran-Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pengurus Sanggar Budaya Betawi Si Pitung, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan melalui saran-saran yang membangun:

1. Demi mencapai efektifitas dan efisiensi kegiatan yang telah direncanakan Sanggar Budaya Betawi Si Pitung maka perlu lebih ditingkatkan lagi manajemen dalam pembinaan pemudanya.

2. Sanggar Budaya Betawi Si Pitung harus terus meningkatkan kegiatan-kegiatan pembinaan dengan meteode-metode yang lebih baik.

3. Menambah jumlah pengajar/guru-guru profesional agar kegaiatan yang dilakukan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

4. Keberadaan Sanggar Budaya Betawi Si pitung ditengah-tengah masyarakat merupakan sebuah bentuk bahwa nilai-nilai keislaman harusun diutamakan. Dengan kegiatan pembinaan dakwah yang telah dicanangkan agar terus dijaga dan dibina guna mempererat ukhuwah Islamiyah.

Semoga apa yang telah penulis utarakan dapat dijadikan rujukan dan literature yang bersifat konstruktif bagi aktualisasi dakwah melalui seni


(4)

81

Abda Muhaemin Slamet, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994)

Ahmad Abu Bakar, Kepada Pendidik Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991) Ahmad Amrullah, (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta:

Primaduta, 1983),

Alwakil Sayyid.Muhammad Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemah Nabhani Idris, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002)

Al-wisral Zaidillah,Imam Stategi Dakwah, (Jakarta: Kalam mulia, 2002)

Amirullah dan Budi Cantika Sri, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000

Arbi, Armawati, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2003) Arifin,M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:

Golden Terayun Press, 1998)

Arifin,M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000),

Aziz Ali Moh., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004),

Bachtiar.Wardi Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wahana Ilmu, 1997)

Djamarah Syaiful Bahri dan Zaini Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1997)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997)

Fred R David, Manajemen Startegi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002),

Habib Syafaat. Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 2000) Harsey Paul danBlanchar Ken d,Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1982)

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia), (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Http: //www.google.com/doc/Dakwah dan Budaya Artikel Diakses Pada Tanggal 20 Desember 2010


(5)

82

Http://uchinfamiliar.blogspot.com/2009/04/strategi-dakwahulan tahun.. Diakses pada tanggal berapa 21 februari 2011

Ismail A. Ilyas . Pradigma Dakwah Sayyid quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah , (Jakarta: Penerbit Madani, 2006)

Kardiman A.M, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.),

Karim Zaidan Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakrta: Media Dakwah, 1984 Kartodirdjo Sartono, Kebudayaan Pembangunan Dalam Perpsfektif Sejarah.

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994

Liliweri,Alo Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta, LkiS, 2003),

Marbun, B.N.. Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005) Munir. M Metode Dakwah, (Jakarta: Pemuda Media, 2006),

Munir M dan Ilahi Wahyu, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) Ndraha Taliziduhu, Budaya Organisasi.(Jakarta, PT Aneka Cipta, 2003)

Proyek Penerangan Bimbingan/Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam Pada Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984)

Purnomo Hari Setiawan dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999),

Purwanto S.K,Srijanti, Wahyudi Pramono. Etika Membagun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)

Rafi’udin, Djaliel Abdul, Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung:

Pustaka Setia, 2001)

Ridwan Kafrawi dan Shihab, Quraish Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997),

Saidi Ridwan. Potret Manusia Betawi, (Jakarta: Perkumpulan Renaissance Indonesia, 2011),

Salim Peter dan Yeni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991),


(6)

Shihab Quraish M., Membumikan al-Quran, (Badung: Raizan, 1995),

Stainer George dan Minner John, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t.), Syukri Amuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya Islam: Al-Iklas, 1999) Syamsudin, Din, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta:

Lagos, 2000)

Thoha,Miftah Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)

Tubbs L. Stewart dan Moss, Sylvia, Human Communication Konteks-konteksKomunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),

Utsman, Husni dan Akbar. setiadi Purnomo Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara. 1998)

Yunus Muhammad. Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Al-Quran, 1973)

Wahyudi, Sri Agustinus, Manajemen Strategik, Pengantar Proses Berfikir Strategik, (Jakarta; Bina Rupa Aksara, 1996),