IMPLIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA TERHADAP PENGELOLAAN TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH : Studi Kasus di MAN 1 Kotamadya Bandung Kanwil Dep. Agama Propinsi Jawa Barat.
IMPLIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN AGAMA TERHADAP PENGELOLAAN
TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH
(Studi Kasus di MAN 1Kotamadya Bandung Kanwil Dep.Agama
Propinsi Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Menempuh Sebagian Dari Syarat
Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
OLEH:
H.M. D JASWIDIAL HAMDANI
NIM.95 96 63
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA IKIP BANDUNG
1998
DISETUJUI DAN DISYAHKAN TIM PEMBIMBING
lA/M*}#t*sU£>V>
PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB,MA
Pembimbing I
DR.H. DJAM'AN SATORI.MA
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1998
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL/GAMBAR
BAB.
BAB.
i
lv
vii
**
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
1
i2
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian
E. Paradigma Penelitian
13
14
17
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Konsep Kebijakan
C. Konsep Pengelolaan dan Pengembangan
18
21
Tenaga
Kependidikan
40
BAB.Ill PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
50
B. Sampel Penelitian
52
C. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data
53
D. Langkah-Langkah Penelitian
E. Prosedur Analisis Data
F. Validasi Temuan Penelitian
-
55
.-
57
58
BAB.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pengelolaan Tenaga Kependidikan Madrasah
Aliyah Negeri Pada Tingkat Kanwil Depag
Propinsi Jawa Barat
vii
62
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Identifikasi Perubahan
65
68
72
4.
72
Implikasi Perubahan Kebijakan
B. Implikasi Kebijakan Pendidikan di Lingkung-
an Departemen Agama Melalui SK Menteri Aga
ma No.370 dan No.373
Tahun
1993
Terhadap
Pengelolaan Tenaga Kependidikan Serta PihakPihak Terkait di MAN 1.Kotamadya Bandung...
1. Persepsi, Aspirasi dan Deskripsi Perubah
an Kebijakan
80
2. Perencanaan Pengelolaan Tenaga Guru
3. Implikasi Perubahan Kebijakan Terhadap
Pengelolaan Tenaga Guru
4. Implikasi Terhadap Perencanaan, Pelak
sanaan dan Pengawasan Pihak-Pihak ter
kait
C. Analisis SWOT
83
89
92
Pelaksanaan
Kebijakan
Pen
didikan di Lingkungan Departemen Agama
122
1. Potensi
2. Kelemahan
123
124
3. Peluang
128
4. Ancaman
130
5. Langkah-Langkah Yang telah Ditempuh
bagai Upaya Jangka Pendek
se
133
D. Rangkuman dan Pembahasan Hasil Penelitian..
BAB.V.
80
138
KESIMPULAN DAN KEKOMENDASI
A. Kesimpulan
B.
150
1. Umum
2. Khusus
150
152
Rekomendasl
1. Kepentingan Praktis
155
155
2. Kepentingan Studi Dan
Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian
Lebih
157
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL/GAMBAR
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Struktur Program Kurikulum MA
Tahun 1984 Dengan Tahun 1994
Tabel 2. Keadaan Siswa Pada Catur Wulan II Tahun Ajar
an 1996/1997 Sesudah Berlaku SK.No.370
6
Pada
MAN. 1 Kotamadya Bandung
8
Tabel 3. Tenaga Kependidikan Pada Tahun Ajaran
1996/
1997 di MAN 1 Kotamadya Bandung
8
Tabel 4. Hasil Analisis Kebutuhan Guru MA di Lingkungan Kantor
Wilayah
Departemen Agama Propinsi
Jawa Barat
66
Tabel 5. Alokasi Formasi Pengangkatan
67
Tabel 6. Rekapitulasi Pelamar CPNS Tenaga Kependidikan
dan Tenaga Administrasi di Lingkungan Kantor
Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.
Tabel 7. Guru Bantuan
Kantor Wilayah Departemen
Pen
didikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.
Tabel 8. Kekurangan Tenaga Guru MAN Pada Akhir Tahun
1997 di Lingkungan Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi Jawa Barat
Tabel 9.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun
1996/1997
71
73
Pro
gram Bahasa
75
Tabel lO.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun
1996/1997
Pro
mm_
gram IPS
Tabel ll.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun
1996/1997
76
Pro
gram IPA
Tabel 12.Analisis
69
77
Kebutuhan
Guru Mata
Pelajaran di
MAN.l Kotamadya Bandung Tahun 1997/1998
Tabel 13.Hasil Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 1997
1998 di MAN.1 Kotamadya Bandung
Tabel 14.Rata-Rata Perolehan NEM Program IPS
Tabel 15.Rata-rata Perolehan NEM Program Bahasa...
Tabel 16.Rata-Rata Perolehan NEM Program IPA.
IX
84
93
110
111
Ill
Gambar
:
Gambar l.Paradigma Penelitian
Gambar 2.Wilayah dan Fungsi Administrasi
17
20
BAB.I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun
1989, Bab IV pasal 9 ayat 2 dan pasal 11 ayat 6 menegaskan
bahwa, memberikan kesempatan
penyelenggaraan
pendidikan
jalur sekolah di luar Depertemen Pendidikan dan
an.
Salah satu
penyelenggara
pendidikan
Kebudaya-
jalur
sekolah
tersebut ialah Depertemen Agama Republik Indonesia.
Ditinjau dari perkembangan sistem pendidikan nasio
nal, penyelenggaraan pendidikan dl
Agama telah ada
1989.
sebelum
lingkungan
terbentuknya
UUSPN
Departemen
No.2
Hal itu mempunyai keterkaitan sejarah yang
Tahun
panjang
dalam tatanan sistem pendidikan nasional.
Sosiolog Mochtar Nairn
(Republlka.31 Ok 1997) meng-
ungkapkan bahwa "penyelenggaraan pendidikan di
Departemen Agama saat
Indonesia".
disional
dengan
ini berakar dari sejarah umat Islam
Penyelenggaraannya berangkat dari sistem tra-
model
cara
lingkungan
pesantren
berhalakah,
dan
kegiatan
sorogan
di
surau-surau
dan khusus keagamaan,
sumber-sumber belajar kitab-kitab kuning.
Sejalan dengan
adanya peluang yang dlmanfaatkan oleh para
pemuda
Indonesia untuk belajar di Mesir, maka
suatu
musllm
pembaharuan
yarur Hlofltunkan oleh M.Abduh dengan memberikan pola
pikir
baru bagi kaum muda musllm.
Dengan demlkian lahirlah pola
penyelenggaraan Madrasah di Indonesia, pola ini lebih slstematis, klasikal, berkesinambungan,
evaluasi dan diberikan pengetahuan
menerapkan kurikulum
di luar pendidikan ke-
apnmnfln
Pendidikan di
madrasah
bukanlah
suatu
perpaduan
antara pengajaran agama dengan pengetahuan lain, namun ke-
duanya
berjalan
seiring
tanpa
Jaman penjajahan Belanda, pondok
menyatu
pesantren
terlntegrasi.
dan
madrasah
merupakan salah satu tempat mencarl ilmu pengetahuan agama
dan
kemasyarakatan,
bagi
umat
Islam
pribumi
karena
pendidikan sekolah pemerintah sangat terbatas.
Sejak awal
kemerdekaan
Indonesia
penyelenggaraan
pendidikan yang berlandasan keagamaan, baik pola pesantren
maupun madrasah tetap terselenggara.
tersebut mempunyai pengakuan
didikan nasional,
dalam
Kedudukan pendidikan
tatanan
sistem
pen
pembinaan operasional secara struktural
dilakukan oleh Departemen Agama.
Pola madrasah dikembangkan secara
dengan tuntutan masyarakat,
Untuk
tingkat
menengah
untuk
menghasilkan
guru
diselenggarakan Pendidikan
dinamls,
sesuai
baik jenjang maupun jenisnya.
misalnya,
agama
Guru
diberikan kewenangan
Islam,
Agama
yang selanjutnya
(PGA).
Walaupun sejak tahun 1990 dengan kebijakan pemerlntah, PGA
dialih fungsikan menjadi Madrasah Aliyah.
Pada tahun 1975 telah lahir
kebijakan
pemerlntah
melalul Surat Keputusan Bersama Nomor 6 Tahun 1975, terdi-
ri H«t-i Menteri Agama, Menteri Pendidikan
serta Menteri Dalam Negeri.
dan
Kebudayaan
Dalam keputusan ini dijelas-
kan dalam Bab I, pasal 1, ayat (1) dan (2) bahwa :
(1) Yang dimaksud dengan Madrasah dalam Keputusan Ber
sama ini ialah : Lembaga pendidikan yang
kan mata pelajaran Agama Islam sebagai
menjadi-
mata
pel-
ajaran dasar memberikan sekurang-kurangnya 30%
di
samping mata pelajaran umum.
(9A Madrasah ltu meliputl tiga tingkatan :
a. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat dengan
Sekolah
Dasar;
b. Madrasah Tsanawiyah, setingkat
dengan
Sekolah
dengan
Sekolah
Menengah Pertama;
c. Madrasah
Aliyah,
setingkat
Menengah Atas.
Tujuan peningkatan tersebut diungkapkan dalam Bab I pa
sal 2 meliputl :
Maksud dan tujuan peningkatan mutu pendidikan pada
Madrasah mencapai tingkat yang sama dengan tingkat
pelajaran umum di Sekolah Umum yang setingkat, sehingga:
a. Ijasah Madrasah dapat mempunyai nilai yang
dengan Ijasah Sekolah Umum yang setingkat;
sama
b. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke Sekolah
Umum
setingkat lebih atas;
o- SlRwa Mndrnptah dapat berpindah ke Sekolah Umum yang
setingkat.
Dengan demikian lulusan Madrasah dapat
melanjutkan
ke jenjang lebih tinggi, baik pendidikan keagamaan maupun
pendidikan umum.
Kebijakan berikutnya
melalui
adalah pemberlakuan kurikulum
Surat Keputusan Menteri Agama
No.101 Tahun 1984,
yakni ditetapkannya GBPP 1984 yang dijadikan pedoman pengajaran di madrasah.
Salah satu ciri kurikulum 1984 adalah
alokasi waktu minggu efektif setiap semester.
Jam belajar
total berdasarkan alokasi waktu minggu efektif selama tiga
tahun mencapai 264 jam pelajaran
(GBPP 1984:3).
Perubahan kebijakan yang terakhir
garaan
Madrasah Aliyah, merupakan
agama Islam.
SMU
yakni penyeleng
yang berciri khas
Kebijakan itu tertuang dalam Surat Keputusan
Menteri Agama No.370 Tahun 1993 pasal 1, ayat 1 menyatakan
bahwa :
"Madrasah Aliyah selanjutnya dalam keputusan ini disebut MA adalah Sekolah Menengah Umum yang bercirikan
khas Agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama".
Tujuannya dalam pasal 2, ayat 1,2 dan 3 ditegaskan bahwa :
1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan
diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian yang dijiwai
ajaran Agama
Islam.
3. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal
balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Agama Islam.
Yang menjadi ciri khas
bentuk
:
Madrasah Aliyah
diwujudkan
dalam
1. Penjabaran mata pelajaran Pendidikan Agama Ialam
menjadi 4 mata pelajaran dengan alokasi waktu 5 jam
pelajaran perminggu.
Wajib diambil sejak kelas
satu sampai kelas 3, meliputi;
a.
Qur'an-Hadits (2 jam)
b. Fiqih (2 jam)
c. Aqidah-Akhlak (1 jam)
d. Sejarah-Kebudayaan Islam (1 jam) di kelas 3
2. Pftno.lpt.aan suasana keagamaan, antara lain melalul:
a. Suasana kehidupan Madrasah yang agamis
b. Adanya sarana ibadah
c. Penggunaan metode pendekatan yang agamis dalam
penyajian mata pelajaran yang memungkinkan
3. Kualifikasi guru, antara lain guru Madrasah Aliyah
harus beragama Islam dan berakhlak mulia.
Tindak
lanjut
dari
kebijakan
tersebut
di
atas
ialah pencabutan SK. Menteri Agama No. 101 Tahun 1984,
dan
memberlakukan SK. Menteri Agama No.373 Tahun 1993 mengenai
penggunaan kurikulum Madrasah Aliyah.
Perubahan kebijakan yang berkaitan
dengan pembaha-
ruan pendidikan di lingkungan Depertemen Agama,
dalam pe
laksanaan di lapangan, sepertl Madrasah Aliyah tldak dapat
menahlndari dari
plikasi
berbagal konsekuensinya.
perubahan
kebijakan yakni,
Salah satu im
terhadap sumber daya
manusia pendidikan.
Sejalan dengan perubahan
kebijakan
pendidikan
di
lingkungan Departemen Agama, menarik perhatian untuk dilakukan penelitian.
Penelitian ini
untuk menganalisis
pe
laksanaan kebijakan, serta bagalmana implikasinya terhadap
koroponen-konmonen yang terkait.
Untuk tujuan tersebut * di
atas, penulis mencoba melakukan studi kasus di MAN 1 Kota
madya Bandung.
Retv»rnl enmbflran perolehan studi
pendahuluan
kenaan dengan pelaksanaan perubahan kebijakan di
ber—
Madrasah
Aliyah dapat dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
Pertama, gambaran perubahan struktur kurikulum
hun 1984 menjadi kurikulum tahun 1994,
ta
secara garis besar
dapat ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.
TABEL 1
PERBANDINGAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
TAHUN 1984 DENGAN TAHUN 1994
No
1
2
Tahun
1984
1994
Alokasi Jam
Program
Semester 1-2
Semester 3—4
Semester 5-6
40Jam/Minggu
40Jam/Minggu
40Jam/Minggu
Pilihan A-l;
A-2;A-3;A-4
Cawu
Cawu
Cawu
45Jam/Minggu
45Jam/Mlnggu
45Jam/Minggu
Umum
Umum
Khusus:
Alokasi Waktu
1-2-3
4-5-6
7-8-9
Agama & Umum
Baha-
sa; IPA; IPS
Sumber : Dokumen MAN 1 Kotamadya Bandung (1997)
Data dari Tabel
1 di atas diperoleh informasi perbedaan
antara kurikulum MA tahun 1984
dilihat dari waktu PBM
Kurikulum 1984
semester.
Alokasi
maupun
dengan
waktu
dengan
dari
tahun
komposisi
penyelesaian
pertemuan
1994,
PBM
program.
program
40
baik
enam
jam/minggu,
dengan pengaturan program, semester satu dan dua berislkan
pendidikan
umum
dan agama.
Pada
semester
enam merupakan paket pilihan terdiri dari
Agama);
A-4
A-2 (Ilmu-Ilmu Fisika); A-3
(Tlmu-Tlmu Sosial);
A-l
sampai
(Ilmu-Ilmu
(Ilmu-ilmu Biologi);
dan A-5 (Ilmu- Ilmu Budaya).
Kurikulum 1994 dengan
wulan.
tiga
penyelesaian
sembilan catur
Alokasi waktu pertemuan PBM 45 jam/minggu,
dengan
pengaturan program meliputi catur wulan satu sampai dengan
catur wulan enam terdiri
Pada catur wulan
tujuh
mata
pelajaran
sampai
agama dan umum.
sembilan
program
khusus
yang meliputi; Bahasa; IPA dan IPS.
Gambaran di atas menunjukkan adanya perbedaan dalam
Bt.rukt.ur program, antara lain penggunaan batas penyelesai
an studi, alokasi waktu pertemuan,
dan
berdasarkan mata pelajaran keahlian.
penataan
Selain
ubahan struktur juga kajian mata pelajaran
^•>»i inn>i HiFieBualkan dengan
Kedua, keadaan siswa
MAN 1
Kotamadya
Bandung
tenaga
tahun
Jumlah siswa yang belajar mencapai 1256
sebar di 29 kelas.
Untuk lebih
Tabel 2 di halaman 8.
adanya
per
kurikulum
Ma-
kurukulum SMU 1994.
dan
pada
program
kependidikan
ajaran
orang
di
1996/1997.
yang
ter-
jelasnya ditunjukkan pada
8
TABEL 2
KEADAAN SISWA PADA TAHUN AJARAN 1996/1997
SESUDAH TURUNNYA SK.NO.370 PADA M.A.N.I
KOTAMADYA BANDUNG
No
1
2
3
Jumlah siswa
L
P
197
239
166
214
32
53
91
75
57
132
Kelas/program Jml Kls
1
2
3
3
3
10
9
2
Bahasa
IPA
IPS
4
4
Jumlah
543
29
Jumlah
436
380
85
166
189
1256
713
Suml3er: MAN 1 Kotamadya Bandung ( L997)
Dari Tabel di atas, diperoleh gambaran pada
tahun
ajaran
1996/1997 bahwa siswa yang belajar di MAN 1 Kotamadya Ban
dung sangat potenslal.
Penyelenggaraan proses belajar mengajar pada
Ajaran 1996/1997
untuk
Tahun
melayani 1256 siswa, dan 29
bongan belajar dltanganl oleh tenaga kependidikan
rom-
sepertl
ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini.
TABEL 3
TENAGA KEPENDIDIKAN PADA TAHUN AJARAN 1996/1997
DI M.A.N.I KOTAMADYA BANDUNG
No
1
2
3
4
Jabatan
Kepala
Guru PNS Depag
Guru PNS Dikbud
Jumlah
Tata Usaha
Jumlah
G
L
1
P
G
L
II G
P L
—
-
-
-
-
-
-
...
-
-
1 8
8
2
2
4
6
][II G
P
L
1
22
7
30
2
32
IV
P
—
16 4
11
27 4
1
-
28 4
Sumber : MAN 1 Kotamadya Bandung (1997)
-
-
-
Jml
P
L
1
26
7
34
10
44
16
13
29
5
34
Jumlah
1
42
20
63
15
78
Data dari Tabel 3 diperoleh
pendidikan
oleh
informasi
keadaan tenaga ke
63 tanaga pengajar termasuk Kepala Seko
lah.
Ketiga, analisis situasi masa transisi antara akhir
pelaksanaan
kurikulum 1984,
yang bercirikan program inti
dan pilihan yang tersebar pada enam semester dengan pelak
sanaan kurikulum 1994, ditemukan beberapa kesenjangan yang
dianggap paling dominan antara lain:
a. Tenaga Kependidikan
Jumlah siswa yang ada tidak dilmbangi
oleh
jumlah
guru, yang sesuai dengan kualiflkasinya terutama pada mata
pelajaran inti dan pilihan (umum). Hal ini berlanjut sejak
berlakunya
1995/1996 .
1)
kurikulum
1984/1985
sampai berakhirnya tahun
Sebagai fakta menunjukkan berikut:
Rasio siswa dengan guru
Kebutuhan ideal untuk melayani
sejumlah
30
kelas
yang belajar yakni:
Jml jam bel/ minggu x Rom bel _ 40 x 30 _ c„
Jml jam wajib mengajar/minggu ~
18
" b/ oran£
Sedangkan guru yang
ada hanya 40 orang, sehingga ter-
jadi penyimpangan mencapai sekitar 40%.
10
Relevansi
latar
belakang akademis guru yang mengajar
bidang studi umum, dan pilihan,
tar 17,5% atau
hanya
hanya terpenuhi seki
ada 7 orang guru yang mempunyai
kelayakan dan relevansi pendidikan dari LPTK.
2)
Nilai Ebtanas
Salah satu indlkator produktivitas
pendidikan ada
lah perolehan Nilai Ebtanas Murni berdasarkan dokumen-
tasi di MAN 1
Kotamadya Bandung, pada tahun 1995/1996
hanya mencapal rata-rata 2,89.
Untuk periode Kurikulum 1994, ada perubahan tujuan
yakni Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Agama Islam,
tentu lebih menitik beratkan kepada
pendidikan
umum
dan
program keilmuan. Demikian pula dalam proses belajar meng
ajar dikondisikan dengan lingkungan
madrasah yang agamis.
Oleh karena itu keunggulan yang dlharapkan
proses, pengembangan PBM keilmuan
secara
terletak
umum
pada
dilandasi
nilai-nilal keislaman.
M»n
DEPARTEMEN AGAMA TERHADAP PENGELOLAAN
TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH
(Studi Kasus di MAN 1Kotamadya Bandung Kanwil Dep.Agama
Propinsi Jawa Barat)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Menempuh Sebagian Dari Syarat
Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
OLEH:
H.M. D JASWIDIAL HAMDANI
NIM.95 96 63
BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA IKIP BANDUNG
1998
DISETUJUI DAN DISYAHKAN TIM PEMBIMBING
lA/M*}#t*sU£>V>
PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB,MA
Pembimbing I
DR.H. DJAM'AN SATORI.MA
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1998
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL/GAMBAR
BAB.
BAB.
i
lv
vii
**
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
1
i2
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian
E. Paradigma Penelitian
13
14
17
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Konsep Kebijakan
C. Konsep Pengelolaan dan Pengembangan
18
21
Tenaga
Kependidikan
40
BAB.Ill PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
50
B. Sampel Penelitian
52
C. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data
53
D. Langkah-Langkah Penelitian
E. Prosedur Analisis Data
F. Validasi Temuan Penelitian
-
55
.-
57
58
BAB.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pengelolaan Tenaga Kependidikan Madrasah
Aliyah Negeri Pada Tingkat Kanwil Depag
Propinsi Jawa Barat
vii
62
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Identifikasi Perubahan
65
68
72
4.
72
Implikasi Perubahan Kebijakan
B. Implikasi Kebijakan Pendidikan di Lingkung-
an Departemen Agama Melalui SK Menteri Aga
ma No.370 dan No.373
Tahun
1993
Terhadap
Pengelolaan Tenaga Kependidikan Serta PihakPihak Terkait di MAN 1.Kotamadya Bandung...
1. Persepsi, Aspirasi dan Deskripsi Perubah
an Kebijakan
80
2. Perencanaan Pengelolaan Tenaga Guru
3. Implikasi Perubahan Kebijakan Terhadap
Pengelolaan Tenaga Guru
4. Implikasi Terhadap Perencanaan, Pelak
sanaan dan Pengawasan Pihak-Pihak ter
kait
C. Analisis SWOT
83
89
92
Pelaksanaan
Kebijakan
Pen
didikan di Lingkungan Departemen Agama
122
1. Potensi
2. Kelemahan
123
124
3. Peluang
128
4. Ancaman
130
5. Langkah-Langkah Yang telah Ditempuh
bagai Upaya Jangka Pendek
se
133
D. Rangkuman dan Pembahasan Hasil Penelitian..
BAB.V.
80
138
KESIMPULAN DAN KEKOMENDASI
A. Kesimpulan
B.
150
1. Umum
2. Khusus
150
152
Rekomendasl
1. Kepentingan Praktis
155
155
2. Kepentingan Studi Dan
Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian
Lebih
157
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL/GAMBAR
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Struktur Program Kurikulum MA
Tahun 1984 Dengan Tahun 1994
Tabel 2. Keadaan Siswa Pada Catur Wulan II Tahun Ajar
an 1996/1997 Sesudah Berlaku SK.No.370
6
Pada
MAN. 1 Kotamadya Bandung
8
Tabel 3. Tenaga Kependidikan Pada Tahun Ajaran
1996/
1997 di MAN 1 Kotamadya Bandung
8
Tabel 4. Hasil Analisis Kebutuhan Guru MA di Lingkungan Kantor
Wilayah
Departemen Agama Propinsi
Jawa Barat
66
Tabel 5. Alokasi Formasi Pengangkatan
67
Tabel 6. Rekapitulasi Pelamar CPNS Tenaga Kependidikan
dan Tenaga Administrasi di Lingkungan Kantor
Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.
Tabel 7. Guru Bantuan
Kantor Wilayah Departemen
Pen
didikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.
Tabel 8. Kekurangan Tenaga Guru MAN Pada Akhir Tahun
1997 di Lingkungan Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi Jawa Barat
Tabel 9.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun
1996/1997
71
73
Pro
gram Bahasa
75
Tabel lO.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun
1996/1997
Pro
mm_
gram IPS
Tabel ll.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun
1996/1997
76
Pro
gram IPA
Tabel 12.Analisis
69
77
Kebutuhan
Guru Mata
Pelajaran di
MAN.l Kotamadya Bandung Tahun 1997/1998
Tabel 13.Hasil Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 1997
1998 di MAN.1 Kotamadya Bandung
Tabel 14.Rata-Rata Perolehan NEM Program IPS
Tabel 15.Rata-rata Perolehan NEM Program Bahasa...
Tabel 16.Rata-Rata Perolehan NEM Program IPA.
IX
84
93
110
111
Ill
Gambar
:
Gambar l.Paradigma Penelitian
Gambar 2.Wilayah dan Fungsi Administrasi
17
20
BAB.I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun
1989, Bab IV pasal 9 ayat 2 dan pasal 11 ayat 6 menegaskan
bahwa, memberikan kesempatan
penyelenggaraan
pendidikan
jalur sekolah di luar Depertemen Pendidikan dan
an.
Salah satu
penyelenggara
pendidikan
Kebudaya-
jalur
sekolah
tersebut ialah Depertemen Agama Republik Indonesia.
Ditinjau dari perkembangan sistem pendidikan nasio
nal, penyelenggaraan pendidikan dl
Agama telah ada
1989.
sebelum
lingkungan
terbentuknya
UUSPN
Departemen
No.2
Hal itu mempunyai keterkaitan sejarah yang
Tahun
panjang
dalam tatanan sistem pendidikan nasional.
Sosiolog Mochtar Nairn
(Republlka.31 Ok 1997) meng-
ungkapkan bahwa "penyelenggaraan pendidikan di
Departemen Agama saat
Indonesia".
disional
dengan
ini berakar dari sejarah umat Islam
Penyelenggaraannya berangkat dari sistem tra-
model
cara
lingkungan
pesantren
berhalakah,
dan
kegiatan
sorogan
di
surau-surau
dan khusus keagamaan,
sumber-sumber belajar kitab-kitab kuning.
Sejalan dengan
adanya peluang yang dlmanfaatkan oleh para
pemuda
Indonesia untuk belajar di Mesir, maka
suatu
musllm
pembaharuan
yarur Hlofltunkan oleh M.Abduh dengan memberikan pola
pikir
baru bagi kaum muda musllm.
Dengan demlkian lahirlah pola
penyelenggaraan Madrasah di Indonesia, pola ini lebih slstematis, klasikal, berkesinambungan,
evaluasi dan diberikan pengetahuan
menerapkan kurikulum
di luar pendidikan ke-
apnmnfln
Pendidikan di
madrasah
bukanlah
suatu
perpaduan
antara pengajaran agama dengan pengetahuan lain, namun ke-
duanya
berjalan
seiring
tanpa
Jaman penjajahan Belanda, pondok
menyatu
pesantren
terlntegrasi.
dan
madrasah
merupakan salah satu tempat mencarl ilmu pengetahuan agama
dan
kemasyarakatan,
bagi
umat
Islam
pribumi
karena
pendidikan sekolah pemerintah sangat terbatas.
Sejak awal
kemerdekaan
Indonesia
penyelenggaraan
pendidikan yang berlandasan keagamaan, baik pola pesantren
maupun madrasah tetap terselenggara.
tersebut mempunyai pengakuan
didikan nasional,
dalam
Kedudukan pendidikan
tatanan
sistem
pen
pembinaan operasional secara struktural
dilakukan oleh Departemen Agama.
Pola madrasah dikembangkan secara
dengan tuntutan masyarakat,
Untuk
tingkat
menengah
untuk
menghasilkan
guru
diselenggarakan Pendidikan
dinamls,
sesuai
baik jenjang maupun jenisnya.
misalnya,
agama
Guru
diberikan kewenangan
Islam,
Agama
yang selanjutnya
(PGA).
Walaupun sejak tahun 1990 dengan kebijakan pemerlntah, PGA
dialih fungsikan menjadi Madrasah Aliyah.
Pada tahun 1975 telah lahir
kebijakan
pemerlntah
melalul Surat Keputusan Bersama Nomor 6 Tahun 1975, terdi-
ri H«t-i Menteri Agama, Menteri Pendidikan
serta Menteri Dalam Negeri.
dan
Kebudayaan
Dalam keputusan ini dijelas-
kan dalam Bab I, pasal 1, ayat (1) dan (2) bahwa :
(1) Yang dimaksud dengan Madrasah dalam Keputusan Ber
sama ini ialah : Lembaga pendidikan yang
kan mata pelajaran Agama Islam sebagai
menjadi-
mata
pel-
ajaran dasar memberikan sekurang-kurangnya 30%
di
samping mata pelajaran umum.
(9A Madrasah ltu meliputl tiga tingkatan :
a. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat dengan
Sekolah
Dasar;
b. Madrasah Tsanawiyah, setingkat
dengan
Sekolah
dengan
Sekolah
Menengah Pertama;
c. Madrasah
Aliyah,
setingkat
Menengah Atas.
Tujuan peningkatan tersebut diungkapkan dalam Bab I pa
sal 2 meliputl :
Maksud dan tujuan peningkatan mutu pendidikan pada
Madrasah mencapai tingkat yang sama dengan tingkat
pelajaran umum di Sekolah Umum yang setingkat, sehingga:
a. Ijasah Madrasah dapat mempunyai nilai yang
dengan Ijasah Sekolah Umum yang setingkat;
sama
b. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke Sekolah
Umum
setingkat lebih atas;
o- SlRwa Mndrnptah dapat berpindah ke Sekolah Umum yang
setingkat.
Dengan demikian lulusan Madrasah dapat
melanjutkan
ke jenjang lebih tinggi, baik pendidikan keagamaan maupun
pendidikan umum.
Kebijakan berikutnya
melalui
adalah pemberlakuan kurikulum
Surat Keputusan Menteri Agama
No.101 Tahun 1984,
yakni ditetapkannya GBPP 1984 yang dijadikan pedoman pengajaran di madrasah.
Salah satu ciri kurikulum 1984 adalah
alokasi waktu minggu efektif setiap semester.
Jam belajar
total berdasarkan alokasi waktu minggu efektif selama tiga
tahun mencapai 264 jam pelajaran
(GBPP 1984:3).
Perubahan kebijakan yang terakhir
garaan
Madrasah Aliyah, merupakan
agama Islam.
SMU
yakni penyeleng
yang berciri khas
Kebijakan itu tertuang dalam Surat Keputusan
Menteri Agama No.370 Tahun 1993 pasal 1, ayat 1 menyatakan
bahwa :
"Madrasah Aliyah selanjutnya dalam keputusan ini disebut MA adalah Sekolah Menengah Umum yang bercirikan
khas Agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama".
Tujuannya dalam pasal 2, ayat 1,2 dan 3 ditegaskan bahwa :
1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan
diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian yang dijiwai
ajaran Agama
Islam.
3. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal
balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Agama Islam.
Yang menjadi ciri khas
bentuk
:
Madrasah Aliyah
diwujudkan
dalam
1. Penjabaran mata pelajaran Pendidikan Agama Ialam
menjadi 4 mata pelajaran dengan alokasi waktu 5 jam
pelajaran perminggu.
Wajib diambil sejak kelas
satu sampai kelas 3, meliputi;
a.
Qur'an-Hadits (2 jam)
b. Fiqih (2 jam)
c. Aqidah-Akhlak (1 jam)
d. Sejarah-Kebudayaan Islam (1 jam) di kelas 3
2. Pftno.lpt.aan suasana keagamaan, antara lain melalul:
a. Suasana kehidupan Madrasah yang agamis
b. Adanya sarana ibadah
c. Penggunaan metode pendekatan yang agamis dalam
penyajian mata pelajaran yang memungkinkan
3. Kualifikasi guru, antara lain guru Madrasah Aliyah
harus beragama Islam dan berakhlak mulia.
Tindak
lanjut
dari
kebijakan
tersebut
di
atas
ialah pencabutan SK. Menteri Agama No. 101 Tahun 1984,
dan
memberlakukan SK. Menteri Agama No.373 Tahun 1993 mengenai
penggunaan kurikulum Madrasah Aliyah.
Perubahan kebijakan yang berkaitan
dengan pembaha-
ruan pendidikan di lingkungan Depertemen Agama,
dalam pe
laksanaan di lapangan, sepertl Madrasah Aliyah tldak dapat
menahlndari dari
plikasi
berbagal konsekuensinya.
perubahan
kebijakan yakni,
Salah satu im
terhadap sumber daya
manusia pendidikan.
Sejalan dengan perubahan
kebijakan
pendidikan
di
lingkungan Departemen Agama, menarik perhatian untuk dilakukan penelitian.
Penelitian ini
untuk menganalisis
pe
laksanaan kebijakan, serta bagalmana implikasinya terhadap
koroponen-konmonen yang terkait.
Untuk tujuan tersebut * di
atas, penulis mencoba melakukan studi kasus di MAN 1 Kota
madya Bandung.
Retv»rnl enmbflran perolehan studi
pendahuluan
kenaan dengan pelaksanaan perubahan kebijakan di
ber—
Madrasah
Aliyah dapat dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
Pertama, gambaran perubahan struktur kurikulum
hun 1984 menjadi kurikulum tahun 1994,
ta
secara garis besar
dapat ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.
TABEL 1
PERBANDINGAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
TAHUN 1984 DENGAN TAHUN 1994
No
1
2
Tahun
1984
1994
Alokasi Jam
Program
Semester 1-2
Semester 3—4
Semester 5-6
40Jam/Minggu
40Jam/Minggu
40Jam/Minggu
Pilihan A-l;
A-2;A-3;A-4
Cawu
Cawu
Cawu
45Jam/Minggu
45Jam/Mlnggu
45Jam/Minggu
Umum
Umum
Khusus:
Alokasi Waktu
1-2-3
4-5-6
7-8-9
Agama & Umum
Baha-
sa; IPA; IPS
Sumber : Dokumen MAN 1 Kotamadya Bandung (1997)
Data dari Tabel
1 di atas diperoleh informasi perbedaan
antara kurikulum MA tahun 1984
dilihat dari waktu PBM
Kurikulum 1984
semester.
Alokasi
maupun
dengan
waktu
dengan
dari
tahun
komposisi
penyelesaian
pertemuan
1994,
PBM
program.
program
40
baik
enam
jam/minggu,
dengan pengaturan program, semester satu dan dua berislkan
pendidikan
umum
dan agama.
Pada
semester
enam merupakan paket pilihan terdiri dari
Agama);
A-4
A-2 (Ilmu-Ilmu Fisika); A-3
(Tlmu-Tlmu Sosial);
A-l
sampai
(Ilmu-Ilmu
(Ilmu-ilmu Biologi);
dan A-5 (Ilmu- Ilmu Budaya).
Kurikulum 1994 dengan
wulan.
tiga
penyelesaian
sembilan catur
Alokasi waktu pertemuan PBM 45 jam/minggu,
dengan
pengaturan program meliputi catur wulan satu sampai dengan
catur wulan enam terdiri
Pada catur wulan
tujuh
mata
pelajaran
sampai
agama dan umum.
sembilan
program
khusus
yang meliputi; Bahasa; IPA dan IPS.
Gambaran di atas menunjukkan adanya perbedaan dalam
Bt.rukt.ur program, antara lain penggunaan batas penyelesai
an studi, alokasi waktu pertemuan,
dan
berdasarkan mata pelajaran keahlian.
penataan
Selain
ubahan struktur juga kajian mata pelajaran
^•>»i inn>i HiFieBualkan dengan
Kedua, keadaan siswa
MAN 1
Kotamadya
Bandung
tenaga
tahun
Jumlah siswa yang belajar mencapai 1256
sebar di 29 kelas.
Untuk lebih
Tabel 2 di halaman 8.
adanya
per
kurikulum
Ma-
kurukulum SMU 1994.
dan
pada
program
kependidikan
ajaran
orang
di
1996/1997.
yang
ter-
jelasnya ditunjukkan pada
8
TABEL 2
KEADAAN SISWA PADA TAHUN AJARAN 1996/1997
SESUDAH TURUNNYA SK.NO.370 PADA M.A.N.I
KOTAMADYA BANDUNG
No
1
2
3
Jumlah siswa
L
P
197
239
166
214
32
53
91
75
57
132
Kelas/program Jml Kls
1
2
3
3
3
10
9
2
Bahasa
IPA
IPS
4
4
Jumlah
543
29
Jumlah
436
380
85
166
189
1256
713
Suml3er: MAN 1 Kotamadya Bandung ( L997)
Dari Tabel di atas, diperoleh gambaran pada
tahun
ajaran
1996/1997 bahwa siswa yang belajar di MAN 1 Kotamadya Ban
dung sangat potenslal.
Penyelenggaraan proses belajar mengajar pada
Ajaran 1996/1997
untuk
Tahun
melayani 1256 siswa, dan 29
bongan belajar dltanganl oleh tenaga kependidikan
rom-
sepertl
ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini.
TABEL 3
TENAGA KEPENDIDIKAN PADA TAHUN AJARAN 1996/1997
DI M.A.N.I KOTAMADYA BANDUNG
No
1
2
3
4
Jabatan
Kepala
Guru PNS Depag
Guru PNS Dikbud
Jumlah
Tata Usaha
Jumlah
G
L
1
P
G
L
II G
P L
—
-
-
-
-
-
-
...
-
-
1 8
8
2
2
4
6
][II G
P
L
1
22
7
30
2
32
IV
P
—
16 4
11
27 4
1
-
28 4
Sumber : MAN 1 Kotamadya Bandung (1997)
-
-
-
Jml
P
L
1
26
7
34
10
44
16
13
29
5
34
Jumlah
1
42
20
63
15
78
Data dari Tabel 3 diperoleh
pendidikan
oleh
informasi
keadaan tenaga ke
63 tanaga pengajar termasuk Kepala Seko
lah.
Ketiga, analisis situasi masa transisi antara akhir
pelaksanaan
kurikulum 1984,
yang bercirikan program inti
dan pilihan yang tersebar pada enam semester dengan pelak
sanaan kurikulum 1994, ditemukan beberapa kesenjangan yang
dianggap paling dominan antara lain:
a. Tenaga Kependidikan
Jumlah siswa yang ada tidak dilmbangi
oleh
jumlah
guru, yang sesuai dengan kualiflkasinya terutama pada mata
pelajaran inti dan pilihan (umum). Hal ini berlanjut sejak
berlakunya
1995/1996 .
1)
kurikulum
1984/1985
sampai berakhirnya tahun
Sebagai fakta menunjukkan berikut:
Rasio siswa dengan guru
Kebutuhan ideal untuk melayani
sejumlah
30
kelas
yang belajar yakni:
Jml jam bel/ minggu x Rom bel _ 40 x 30 _ c„
Jml jam wajib mengajar/minggu ~
18
" b/ oran£
Sedangkan guru yang
ada hanya 40 orang, sehingga ter-
jadi penyimpangan mencapai sekitar 40%.
10
Relevansi
latar
belakang akademis guru yang mengajar
bidang studi umum, dan pilihan,
tar 17,5% atau
hanya
hanya terpenuhi seki
ada 7 orang guru yang mempunyai
kelayakan dan relevansi pendidikan dari LPTK.
2)
Nilai Ebtanas
Salah satu indlkator produktivitas
pendidikan ada
lah perolehan Nilai Ebtanas Murni berdasarkan dokumen-
tasi di MAN 1
Kotamadya Bandung, pada tahun 1995/1996
hanya mencapal rata-rata 2,89.
Untuk periode Kurikulum 1994, ada perubahan tujuan
yakni Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Agama Islam,
tentu lebih menitik beratkan kepada
pendidikan
umum
dan
program keilmuan. Demikian pula dalam proses belajar meng
ajar dikondisikan dengan lingkungan
madrasah yang agamis.
Oleh karena itu keunggulan yang dlharapkan
proses, pengembangan PBM keilmuan
secara
terletak
umum
pada
dilandasi
nilai-nilal keislaman.
M»n