IMPLIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA TERHADAP PENGELOLAAN TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH : Studi Kasus di MAN 1 Kotamadya Bandung Kanwil Dep. Agama Propinsi Jawa Barat.

IMPLIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN AGAMA TERHADAP PENGELOLAAN
TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH
(Studi Kasus di MAN 1Kotamadya Bandung Kanwil Dep.Agama
Propinsi Jawa Barat)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Menempuh Sebagian Dari Syarat
Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

OLEH:
H.M. D JASWIDIAL HAMDANI

NIM.95 96 63

BIDANG STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA IKIP BANDUNG

1998

DISETUJUI DAN DISYAHKAN TIM PEMBIMBING

lA/M*}#t*sU£>V>
PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB,MA
Pembimbing I

DR.H. DJAM'AN SATORI.MA
Pembimbing II

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1998

DAFTAR ISI

Halaman


KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL/GAMBAR
BAB.

BAB.

i
lv
vii
**

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah

1
i2


C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian
E. Paradigma Penelitian

13
14
17

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Konsep Kebijakan
C. Konsep Pengelolaan dan Pengembangan

18
21
Tenaga

Kependidikan


40

BAB.Ill PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

50

B. Sampel Penelitian

52

C. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

53

D. Langkah-Langkah Penelitian
E. Prosedur Analisis Data
F. Validasi Temuan Penelitian


-

55
.-

57
58

BAB.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pengelolaan Tenaga Kependidikan Madrasah
Aliyah Negeri Pada Tingkat Kanwil Depag

Propinsi Jawa Barat
vii

62

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan
3. Identifikasi Perubahan

65
68
72

4.

72

Implikasi Perubahan Kebijakan

B. Implikasi Kebijakan Pendidikan di Lingkung-

an Departemen Agama Melalui SK Menteri Aga
ma No.370 dan No.373

Tahun


1993

Terhadap

Pengelolaan Tenaga Kependidikan Serta PihakPihak Terkait di MAN 1.Kotamadya Bandung...
1. Persepsi, Aspirasi dan Deskripsi Perubah
an Kebijakan

80

2. Perencanaan Pengelolaan Tenaga Guru
3. Implikasi Perubahan Kebijakan Terhadap
Pengelolaan Tenaga Guru
4. Implikasi Terhadap Perencanaan, Pelak
sanaan dan Pengawasan Pihak-Pihak ter
kait

C. Analisis SWOT

83

89

92

Pelaksanaan

Kebijakan

Pen

didikan di Lingkungan Departemen Agama

122

1. Potensi
2. Kelemahan

123
124


3. Peluang

128

4. Ancaman

130

5. Langkah-Langkah Yang telah Ditempuh
bagai Upaya Jangka Pendek

se
133

D. Rangkuman dan Pembahasan Hasil Penelitian..
BAB.V.

80

138


KESIMPULAN DAN KEKOMENDASI

A. Kesimpulan

B.

150

1. Umum
2. Khusus

150
152

Rekomendasl
1. Kepentingan Praktis

155
155


2. Kepentingan Studi Dan
Lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Penelitian

Lebih
157

LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL/GAMBAR

Halaman

Tabel 1. Perbandingan Struktur Program Kurikulum MA
Tahun 1984 Dengan Tahun 1994
Tabel 2. Keadaan Siswa Pada Catur Wulan II Tahun Ajar
an 1996/1997 Sesudah Berlaku SK.No.370

6

Pada

MAN. 1 Kotamadya Bandung

8

Tabel 3. Tenaga Kependidikan Pada Tahun Ajaran

1996/

1997 di MAN 1 Kotamadya Bandung

8

Tabel 4. Hasil Analisis Kebutuhan Guru MA di Lingkungan Kantor

Wilayah

Departemen Agama Propinsi

Jawa Barat

66

Tabel 5. Alokasi Formasi Pengangkatan

67

Tabel 6. Rekapitulasi Pelamar CPNS Tenaga Kependidikan
dan Tenaga Administrasi di Lingkungan Kantor
Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.

Tabel 7. Guru Bantuan

Kantor Wilayah Departemen

Pen

didikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat.
Tabel 8. Kekurangan Tenaga Guru MAN Pada Akhir Tahun
1997 di Lingkungan Kantor Wilayah Departemen
Agama Propinsi Jawa Barat

Tabel 9.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun

1996/1997

71

73

Pro

gram Bahasa

75

Tabel lO.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun

1996/1997

Pro
mm_

gram IPS

Tabel ll.Rentang NEM EBTANAS MA Tahun

1996/1997

76

Pro

gram IPA

Tabel 12.Analisis

69

77

Kebutuhan

Guru Mata

Pelajaran di

MAN.l Kotamadya Bandung Tahun 1997/1998
Tabel 13.Hasil Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 1997
1998 di MAN.1 Kotamadya Bandung

Tabel 14.Rata-Rata Perolehan NEM Program IPS
Tabel 15.Rata-rata Perolehan NEM Program Bahasa...
Tabel 16.Rata-Rata Perolehan NEM Program IPA.

IX

84
93

110
111
Ill

Gambar

:

Gambar l.Paradigma Penelitian
Gambar 2.Wilayah dan Fungsi Administrasi

17
20

BAB.I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun

1989, Bab IV pasal 9 ayat 2 dan pasal 11 ayat 6 menegaskan
bahwa, memberikan kesempatan

penyelenggaraan

pendidikan

jalur sekolah di luar Depertemen Pendidikan dan
an.

Salah satu

penyelenggara

pendidikan

Kebudaya-

jalur

sekolah

tersebut ialah Depertemen Agama Republik Indonesia.

Ditinjau dari perkembangan sistem pendidikan nasio

nal, penyelenggaraan pendidikan dl
Agama telah ada

1989.

sebelum

lingkungan

terbentuknya

UUSPN

Departemen
No.2

Hal itu mempunyai keterkaitan sejarah yang

Tahun

panjang

dalam tatanan sistem pendidikan nasional.

Sosiolog Mochtar Nairn

(Republlka.31 Ok 1997) meng-

ungkapkan bahwa "penyelenggaraan pendidikan di
Departemen Agama saat

Indonesia".
disional

dengan

ini berakar dari sejarah umat Islam

Penyelenggaraannya berangkat dari sistem tra-

model

cara

lingkungan

pesantren

berhalakah,

dan

kegiatan

sorogan

di

surau-surau

dan khusus keagamaan,

sumber-sumber belajar kitab-kitab kuning.

Sejalan dengan

adanya peluang yang dlmanfaatkan oleh para

pemuda

Indonesia untuk belajar di Mesir, maka

suatu

musllm

pembaharuan

yarur Hlofltunkan oleh M.Abduh dengan memberikan pola

pikir

baru bagi kaum muda musllm.

Dengan demlkian lahirlah pola

penyelenggaraan Madrasah di Indonesia, pola ini lebih slstematis, klasikal, berkesinambungan,
evaluasi dan diberikan pengetahuan

menerapkan kurikulum
di luar pendidikan ke-

apnmnfln

Pendidikan di

madrasah

bukanlah

suatu

perpaduan

antara pengajaran agama dengan pengetahuan lain, namun ke-

duanya

berjalan

seiring

tanpa

Jaman penjajahan Belanda, pondok

menyatu

pesantren

terlntegrasi.
dan

madrasah

merupakan salah satu tempat mencarl ilmu pengetahuan agama

dan

kemasyarakatan,

bagi

umat

Islam

pribumi

karena

pendidikan sekolah pemerintah sangat terbatas.
Sejak awal

kemerdekaan

Indonesia

penyelenggaraan

pendidikan yang berlandasan keagamaan, baik pola pesantren
maupun madrasah tetap terselenggara.
tersebut mempunyai pengakuan
didikan nasional,

dalam

Kedudukan pendidikan
tatanan

sistem

pen

pembinaan operasional secara struktural

dilakukan oleh Departemen Agama.
Pola madrasah dikembangkan secara

dengan tuntutan masyarakat,

Untuk

tingkat

menengah

untuk

menghasilkan

guru

diselenggarakan Pendidikan

dinamls,

sesuai

baik jenjang maupun jenisnya.

misalnya,

agama
Guru

diberikan kewenangan

Islam,
Agama

yang selanjutnya
(PGA).

Walaupun sejak tahun 1990 dengan kebijakan pemerlntah, PGA
dialih fungsikan menjadi Madrasah Aliyah.

Pada tahun 1975 telah lahir

kebijakan

pemerlntah

melalul Surat Keputusan Bersama Nomor 6 Tahun 1975, terdi-

ri H«t-i Menteri Agama, Menteri Pendidikan
serta Menteri Dalam Negeri.

dan

Kebudayaan

Dalam keputusan ini dijelas-

kan dalam Bab I, pasal 1, ayat (1) dan (2) bahwa :
(1) Yang dimaksud dengan Madrasah dalam Keputusan Ber
sama ini ialah : Lembaga pendidikan yang

kan mata pelajaran Agama Islam sebagai

menjadi-

mata

pel-

ajaran dasar memberikan sekurang-kurangnya 30%

di

samping mata pelajaran umum.

(9A Madrasah ltu meliputl tiga tingkatan :
a. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat dengan

Sekolah

Dasar;

b. Madrasah Tsanawiyah, setingkat

dengan

Sekolah

dengan

Sekolah

Menengah Pertama;

c. Madrasah

Aliyah,

setingkat

Menengah Atas.

Tujuan peningkatan tersebut diungkapkan dalam Bab I pa
sal 2 meliputl :

Maksud dan tujuan peningkatan mutu pendidikan pada
Madrasah mencapai tingkat yang sama dengan tingkat
pelajaran umum di Sekolah Umum yang setingkat, sehingga:

a. Ijasah Madrasah dapat mempunyai nilai yang
dengan Ijasah Sekolah Umum yang setingkat;

sama

b. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke Sekolah

Umum

setingkat lebih atas;

o- SlRwa Mndrnptah dapat berpindah ke Sekolah Umum yang
setingkat.

Dengan demikian lulusan Madrasah dapat

melanjutkan

ke jenjang lebih tinggi, baik pendidikan keagamaan maupun
pendidikan umum.

Kebijakan berikutnya

melalui

adalah pemberlakuan kurikulum

Surat Keputusan Menteri Agama

No.101 Tahun 1984,

yakni ditetapkannya GBPP 1984 yang dijadikan pedoman pengajaran di madrasah.

Salah satu ciri kurikulum 1984 adalah

alokasi waktu minggu efektif setiap semester.

Jam belajar

total berdasarkan alokasi waktu minggu efektif selama tiga
tahun mencapai 264 jam pelajaran

(GBPP 1984:3).

Perubahan kebijakan yang terakhir
garaan

Madrasah Aliyah, merupakan

agama Islam.

SMU

yakni penyeleng
yang berciri khas

Kebijakan itu tertuang dalam Surat Keputusan

Menteri Agama No.370 Tahun 1993 pasal 1, ayat 1 menyatakan
bahwa :

"Madrasah Aliyah selanjutnya dalam keputusan ini disebut MA adalah Sekolah Menengah Umum yang bercirikan
khas Agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama".

Tujuannya dalam pasal 2, ayat 1,2 dan 3 ditegaskan bahwa :
1. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan
diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian yang dijiwai
ajaran Agama
Islam.

3. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal
balik
dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran Agama Islam.

Yang menjadi ciri khas
bentuk

:

Madrasah Aliyah

diwujudkan

dalam

1. Penjabaran mata pelajaran Pendidikan Agama Ialam
menjadi 4 mata pelajaran dengan alokasi waktu 5 jam
pelajaran perminggu.
Wajib diambil sejak kelas
satu sampai kelas 3, meliputi;
a.

Qur'an-Hadits (2 jam)

b. Fiqih (2 jam)
c. Aqidah-Akhlak (1 jam)

d. Sejarah-Kebudayaan Islam (1 jam) di kelas 3
2. Pftno.lpt.aan suasana keagamaan, antara lain melalul:
a. Suasana kehidupan Madrasah yang agamis
b. Adanya sarana ibadah

c. Penggunaan metode pendekatan yang agamis dalam
penyajian mata pelajaran yang memungkinkan
3. Kualifikasi guru, antara lain guru Madrasah Aliyah
harus beragama Islam dan berakhlak mulia.
Tindak

lanjut

dari

kebijakan

tersebut

di

atas

ialah pencabutan SK. Menteri Agama No. 101 Tahun 1984,

dan

memberlakukan SK. Menteri Agama No.373 Tahun 1993 mengenai

penggunaan kurikulum Madrasah Aliyah.
Perubahan kebijakan yang berkaitan

dengan pembaha-

ruan pendidikan di lingkungan Depertemen Agama,

dalam pe

laksanaan di lapangan, sepertl Madrasah Aliyah tldak dapat
menahlndari dari

plikasi

berbagal konsekuensinya.

perubahan

kebijakan yakni,

Salah satu im

terhadap sumber daya

manusia pendidikan.

Sejalan dengan perubahan

kebijakan

pendidikan

di

lingkungan Departemen Agama, menarik perhatian untuk dilakukan penelitian.

Penelitian ini

untuk menganalisis

pe

laksanaan kebijakan, serta bagalmana implikasinya terhadap

koroponen-konmonen yang terkait.

Untuk tujuan tersebut * di

atas, penulis mencoba melakukan studi kasus di MAN 1 Kota
madya Bandung.

Retv»rnl enmbflran perolehan studi

pendahuluan

kenaan dengan pelaksanaan perubahan kebijakan di

ber—

Madrasah

Aliyah dapat dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

Pertama, gambaran perubahan struktur kurikulum
hun 1984 menjadi kurikulum tahun 1994,

ta

secara garis besar

dapat ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.

TABEL 1

PERBANDINGAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
TAHUN 1984 DENGAN TAHUN 1994
No
1

2

Tahun
1984

1994

Alokasi Jam

Program

Semester 1-2
Semester 3—4
Semester 5-6

40Jam/Minggu
40Jam/Minggu
40Jam/Minggu

Pilihan A-l;
A-2;A-3;A-4

Cawu
Cawu
Cawu

45Jam/Minggu
45Jam/Mlnggu
45Jam/Minggu

Umum
Umum
Khusus:

Alokasi Waktu

1-2-3
4-5-6
7-8-9

Agama & Umum

Baha-

sa; IPA; IPS
Sumber : Dokumen MAN 1 Kotamadya Bandung (1997)

Data dari Tabel

1 di atas diperoleh informasi perbedaan

antara kurikulum MA tahun 1984
dilihat dari waktu PBM

Kurikulum 1984
semester.

Alokasi

maupun

dengan

waktu

dengan
dari

tahun

komposisi

penyelesaian

pertemuan

1994,

PBM

program.

program

40

baik

enam

jam/minggu,

dengan pengaturan program, semester satu dan dua berislkan

pendidikan

umum

dan agama.

Pada

semester

enam merupakan paket pilihan terdiri dari

Agama);
A-4

A-2 (Ilmu-Ilmu Fisika); A-3

(Tlmu-Tlmu Sosial);

A-l

sampai

(Ilmu-Ilmu

(Ilmu-ilmu Biologi);

dan A-5 (Ilmu- Ilmu Budaya).

Kurikulum 1994 dengan

wulan.

tiga

penyelesaian

sembilan catur

Alokasi waktu pertemuan PBM 45 jam/minggu,

dengan

pengaturan program meliputi catur wulan satu sampai dengan
catur wulan enam terdiri

Pada catur wulan

tujuh

mata

pelajaran

sampai

agama dan umum.

sembilan

program

khusus

yang meliputi; Bahasa; IPA dan IPS.

Gambaran di atas menunjukkan adanya perbedaan dalam

Bt.rukt.ur program, antara lain penggunaan batas penyelesai
an studi, alokasi waktu pertemuan,

dan

berdasarkan mata pelajaran keahlian.

penataan

Selain

ubahan struktur juga kajian mata pelajaran
^•>»i inn>i HiFieBualkan dengan

Kedua, keadaan siswa
MAN 1

Kotamadya

Bandung

tenaga
tahun

Jumlah siswa yang belajar mencapai 1256
sebar di 29 kelas.

Untuk lebih

Tabel 2 di halaman 8.

adanya

per

kurikulum

Ma-

kurukulum SMU 1994.

dan

pada

program

kependidikan

ajaran

orang

di

1996/1997.

yang

ter-

jelasnya ditunjukkan pada

8

TABEL 2

KEADAAN SISWA PADA TAHUN AJARAN 1996/1997
SESUDAH TURUNNYA SK.NO.370 PADA M.A.N.I
KOTAMADYA BANDUNG
No
1
2
3

Jumlah siswa
L
P
197
239
166
214
32
53
91
75
57
132

Kelas/program Jml Kls
1
2
3
3
3

10
9
2

Bahasa
IPA
IPS

4
4

Jumlah

543

29

Jumlah
436
380
85
166
189
1256

713

Suml3er: MAN 1 Kotamadya Bandung ( L997)

Dari Tabel di atas, diperoleh gambaran pada

tahun

ajaran

1996/1997 bahwa siswa yang belajar di MAN 1 Kotamadya Ban
dung sangat potenslal.
Penyelenggaraan proses belajar mengajar pada

Ajaran 1996/1997

untuk

Tahun

melayani 1256 siswa, dan 29

bongan belajar dltanganl oleh tenaga kependidikan

rom-

sepertl

ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini.
TABEL 3

TENAGA KEPENDIDIKAN PADA TAHUN AJARAN 1996/1997
DI M.A.N.I KOTAMADYA BANDUNG
No
1
2
3

4

Jabatan

Kepala
Guru PNS Depag
Guru PNS Dikbud
Jumlah
Tata Usaha
Jumlah

G
L

1
P

G
L

II G
P L



-

-

-

-

-

-

...
-

-

1 8
8

2
2
4
6

][II G
P
L

1
22
7
30
2
32

IV
P


16 4
11
27 4
1
-

28 4

Sumber : MAN 1 Kotamadya Bandung (1997)

-

-

-

Jml
P
L
1
26
7
34
10
44

16
13
29
5
34

Jumlah
1
42
20
63
15
78

Data dari Tabel 3 diperoleh
pendidikan

oleh

informasi

keadaan tenaga ke

63 tanaga pengajar termasuk Kepala Seko

lah.

Ketiga, analisis situasi masa transisi antara akhir

pelaksanaan

kurikulum 1984,

yang bercirikan program inti

dan pilihan yang tersebar pada enam semester dengan pelak
sanaan kurikulum 1994, ditemukan beberapa kesenjangan yang
dianggap paling dominan antara lain:

a. Tenaga Kependidikan

Jumlah siswa yang ada tidak dilmbangi

oleh

jumlah

guru, yang sesuai dengan kualiflkasinya terutama pada mata

pelajaran inti dan pilihan (umum). Hal ini berlanjut sejak

berlakunya
1995/1996 .
1)

kurikulum

1984/1985

sampai berakhirnya tahun

Sebagai fakta menunjukkan berikut:

Rasio siswa dengan guru

Kebutuhan ideal untuk melayani

sejumlah

30

kelas

yang belajar yakni:

Jml jam bel/ minggu x Rom bel _ 40 x 30 _ c„
Jml jam wajib mengajar/minggu ~
18
" b/ oran£
Sedangkan guru yang

ada hanya 40 orang, sehingga ter-

jadi penyimpangan mencapai sekitar 40%.

10

Relevansi

latar

belakang akademis guru yang mengajar

bidang studi umum, dan pilihan,
tar 17,5% atau

hanya

hanya terpenuhi seki

ada 7 orang guru yang mempunyai

kelayakan dan relevansi pendidikan dari LPTK.
2)

Nilai Ebtanas

Salah satu indlkator produktivitas

pendidikan ada

lah perolehan Nilai Ebtanas Murni berdasarkan dokumen-

tasi di MAN 1

Kotamadya Bandung, pada tahun 1995/1996

hanya mencapal rata-rata 2,89.
Untuk periode Kurikulum 1994, ada perubahan tujuan

yakni Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Agama Islam,
tentu lebih menitik beratkan kepada

pendidikan

umum

dan

program keilmuan. Demikian pula dalam proses belajar meng
ajar dikondisikan dengan lingkungan

madrasah yang agamis.

Oleh karena itu keunggulan yang dlharapkan
proses, pengembangan PBM keilmuan

secara

terletak
umum

pada

dilandasi

nilai-nilal keislaman.

M»n

Dokumen yang terkait

Peran Serta Tokoh Agama Islam Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kota Medan (Studi Terhadap Tokoh Agama Islam Menurut Data Departemen Agama Kota Medan)

0 36 128

Pengelolaan persediaan barang di Koperasi Pegawai Negeri Karyapada Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat : laporan kerja praktek

0 5 30

LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI INKUBATOR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MAN 1 Lingkungan Sekolah Sebagai Inkubator Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MAN 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 15

LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI INKUBATOR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MAN 1 Lingkungan Sekolah Sebagai Inkubator Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MAN 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 15

Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Agama Islam : studi kasus di SMAN 3 Bandung.

0 1 14

PENYELENGGARAAN ANALISIS JABATAN PADA BAGIAN KEPEGAWAIAN KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROPINSI JAWA BARAT : Studi deskriptif Analisis Tentang Pengelola Pengembangan Tenaga Kependidikan di Lingkungan Kantor Wilayah Depdiknas Propinsi Jawa

0 6 70

PRODUCT UTILITY LULUSAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ADMINISTRASI UMUM DEPARTEMEN AGAMA PROPINSI JAWA BARAT :Studi Kasus lulusan Diklat Administrasi Umum pada Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.

0 0 49

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENGAWAS SMU DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROPINSI JAWA BARAT.

0 1 55

PENGELOLAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SMA

0 3 121

DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2018

0 0 25